Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV
KASUS 2

DISUSUN OLEH :

NURUL IZZAH LUBIS (1811311030)

ANNISA RAHMADHANI (1811311032)

NURUL FADILAH (1811311034)

ROCKY FIRDAUS (1811311036)

DIAN RAHAYU (1811312002)

AZIZAH OKTAVIA (1811312004)

MIFTAHUL ROHIMAH (1811312006)

ANNISA MULIA (1811312008)

FARAZ ARSYA DUTA (1811312010)

TIFA RAMADHANI (1811312014)

DINI QURRATA AYUNI (1811312016)

SEPTIA MAHARANI (1811312018)

ANNISA AULIA DARMA (1811312020)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KASUS 2”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Padang, 2 Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........…………………………..……………………………….i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................…1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus 2....................................................................................................................3


2.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan Format gordon................................................5

2.3 Pengkajian Fungsional gordon ……………………….......................................... 7

2.4 Pemeriksaan fisik (Head to Tue )…………………………....................................8

2.5 Pengkajian Biologis.......................................................…………………………..9

2.6 Pemeriksaan Penunjang ………………......................................………………..9

2.7 Analisa Data…………………………………………………………………….11

2.8 Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Dan Implementasi………………………...13


2.9 Universal Precaution……………………………………………………………18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................23

3.2 Saran.....................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat
laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih
dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS
sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru
saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)
hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-
anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara
2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan
jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka
100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000.

1
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui dan memahami analisa data
untuk dapat menentukan diagnosa yang benar, dan perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisa data pada kasus ?
2. Apa saja diagnosa keperawatan dari kasus ?
3. Apa saja intervensi yang diberikan berdasarkan kasus ?
4. Apa outcome yang diharapkan berdasarkan kasus ?
5. Apa saja universal precaution dari kasus ?

C. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat melakukan analisa data berdasarkan kasus dan
menentukan asuhan keperawatan yang tepat berdasarkan kondisi pasien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Pria 40 tahun, diantar kerumah sakit oleh keluarga dengan keluhan lemah letih
dalam 3 hari sebelum masuk RS. Klien hanya makan hanya bubur, dan tidak
menghabiskan porsi makan yang disediakan RS Hanya dapat memakan 3-5
sendok makanan karena mual dan adanya candidiasis pada lidah, tekstur kulit
jelek, pitting edema (+). bibir dan mukosa mulut kering dan pucat, seluruh bagian
lidah tampak memutih. BAK normal, BAB 3-4x/hari, konsistensi lunak. Riwayat
mencret kronis tidak ada. Batuk berdahak susah dikeluarkan sudah terasa dalam 1
bulan ini, kadang klien merasa sesak, klien mengalami mual, tapi tidak muntah.
Penurunan berat badan 20 kg dalam 3 bulan ini. TD 110/80 mmHg, N 82 x/mnt, S
36,7ᵒC, P 22 x/mnt TB : 168 cm, BB: 45 kg, BB sebelum sakit : 65 kg, BMI :
15,95 Terdapat luka kelenjar limfe pada leher kiri dengan ukuran 4x2 cm dengan
sekitar luka tampak memerah. Pus (+) pada bagian tengah luka yang berwarna
keruh dan mulai terasa nyeri skala 3. Demam tidak tinggi hilang timbul dan
sering merasakan berkeringat sangat banyak pada malam hari dalam 1 bulan klien
bekerja sebagai pegawai pada salah satu instansi pemerintahan di Kota Padang
dengan kesibukan yang banyak dan kadang bekerja di luar kota. Klien pernah
menikah 4 tahun yang lalu, tapi hanya berlangsung selama 4 bulan dan akhirnya
bercerai. Sejak bercerai, klien selalu bersama dengan ayah dan kakaknya. pasien
rajin beribadah. Diagnosa medis : SIDA + Limfadenitis Tb + MRSA (Meticillin
Resistant Staphylococcus Aureus).

Pemeriksaan Darah (08/10/19)

Hb (14-18 gr/dl) 9,6

Leukosit (5000-10.000/mm3) 17.860

Eritrosit (4,5-5,5 juta) 3,07

Trombosit (150.000 -400.000/mm3) 302.000

Hematokrit (40-48%) 26

Retikulosit (0,5-2%) 2,3

MCV (82-92) 86

3
MCH (27-31 pg) 28

MCHC (32-36%) 33

Kalsium (8,1-10,4 mg/dl) 9,4

Natrium (136-145 mmol/l) 120 (↓)

Kalium (3,5-5,1 mmol/l) 4,9

Klorida (97-111 mmol/l) 88 (↓)

GDS (<200 mg/dl ) 154

Ureum (10-50 mg/dl) 21

Kreatinin (0,8-1,3 mg/dl) 0,6 (↓)

Total protein (6,6-8,7 gr/dl) 5,5 (↓)

Albumin (3,8-5,0 gr/dl) 2,9 (↓)

Globulin (1,3-2,7 gr/dl) 2,6

Biliribin total (0,3-1,0 mg/dl) 0,8

Bilirubin direk (<20 mg/dl) 0,5

Bilirubin
(<60 mg/dl) 0,3
indirek

SGOT (<38 u/l) 53

SGPT (<41 u/l) 38 (↑)

AntiHIV (rapid test) (nonreaktif) Reaktif (dengan 2x konfirmasi)

PCT 3x500 mg, Nystatin drop 4x1 tetes, Cotrimoksazol 1x960 mg,
Vipalbumin 3x1 saschet, Rifampisin 1x450 mg, INH 1x300 mg, Pirazinamide
1x1000 mg, Etambutol 1x750 mg, B6 1x1 tablet , Transfusi PRC 1 unit , IVFD
Aminofluid 500 ml : Ivelip 20% 120 ml : NaCl 0,9% 10:4:10 jam

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN FORMAT GORDON

4
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA :
 DENGAN DIAGNOSA MEDIS : SIDA + Limfadenitis Tb + MRSA
( Meticillin Resistant Staphylococcus Aureus )

 DI :
 TANGGAL :

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
 Identitas Pasien
 Nama                         :
 Umur                         : 40 tahun
 Agama                       :
 Jenis Kelamin            : Laki-laki
 Status                         :
 Pendidikan                 :
 Pekerjaan                   : Pegawai
 Suku Bangsa              :
 Alamat                       :
 Tanggal Masuk         :
 Tanggal Pengkajian    :
 No. Register :
 Diagnosa Medis : SIDA + Limfadenitis Tb + MRSA ( Meticillin
Resistant Staphylococcus Aureus )

b. Identitas Penanggung Jawab


 Nama                         :
 Umur                         :

5
 Hub. Dengan Pasien :
 Pekerjaan                  :
 Alamat                      :

c. Alasan masuk RS
 Alasan di rawat:
 Batuk berdahak susah dikeluarkan sudah terasa dalam 1 bulan ini.
 Klien merasa sesak, klien mengalami mual, tapi tidak muntah.
 Demam tidak tinggi hilang timbul dan sering merasakan berkeringat sangat
banyak pada malam hari dalam 1 bulan.
 Keluhan Utama
 Keluhan lemah letih

d. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang:
Keluhan lemah letih dalam 3 hari, mual dan adanya candidiasis pada lidah,
tekstur kulit jelek, pitting edema (+). bibir dan mukosa mulut kering dan pucat,
seluruh bagian lidah tampak memutih. Batuk berdahak dan sesak.

 Riwayat Penyakit Dahulu :-


 Riwayat Kesehatan Keluarga :-

2.3 Pengkajian Fungsional Gordon


 Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
 Pola Nutrisi-Metabolik
 Hanya memakan bubur
 Makan 3-5 sendok makanan karena mual
 Penurunan berat badan ( 65 kg- 45 kg)
 Pola Eliminasi
 BAB 3-4 x/hari

6
 Konsistansi BAB Lunak
 Tidak ada riwayat mencret kronis
 Pola aktivitas dan latihan
 Gejala: letih, sesak perubahan TD
 Bekerja sebagai pegawai
Aktivitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri

Makan dan
minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

Ket :

- 0: mandiri
- 1: Alat bantu
- 2: dibantu orang lain
- 3: dibantu orang lain dan alat
- 4: tergantung total
Latihan

 Pola kognitif dan Persepsi


 Pola Persepsi-Konsep diri
 Pola Tidur dan Istirahat
 Sering merasakan berkeringat saat malam hari
 Pola Peran-Hubungan

7
 Klien telah bercerai dengan istri
 Sejak bercerai klien selalu bersama ayah & kakaknya
 Bekerja disalah satu instansi pemerintahan ( pegawai )
 Pola Seksual-Reproduksi
 Menikah 4 tahun yang lalu dan cerai.
 Pola Toleransi Stress-Koping
 Pola Nilai-Kepercayaan
 Klien rajin beribadah

2.4 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


 Tingkat kesadaran
 Keadaan umum: lemah letih
 Keadaan sakit: mual, letih, sesak.
 TTV :
 TD : 110/80 mmHg
 HR : N 82 x/mnt
 RR : 22 x/mnt
 suhu axila : 36,7ᵒC
 Kepala :
 Mata, Telinga, Mulut dan hidung: candidiasis pada lidah, bibir mukosa kering dan
pucat, lidah tampak memutih.
 Leher : lika kelenjar limfe pada leher dengan ukuran 4 x 2 c.
 Integumen: tekstur kulit jelek
 Dada/thorak :
 Abdomen :
 Genetalia :
 Ekstremitas : pitting edema (+)

8
2.5 Pengkajian Biologis
 Status Biologis
 Cemas
 Status sosial
 Status spiritual: rajin beribadah
 Pekerjaan: Bekerja disalah satu instansi pemerintahan ( pegawai )

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah (08/10/19)

Hb (14-18 gr/dl) 9,6

Leukosit (5000-10.000/mm3) 17.860

Eritrosit (4,5-5,5 juta) 3,07

Trombosit (150.000 -400.000/mm3) 302.000

Hematokrit (40-48%) 26

Retikulosit (0,5-2%) 2,3

MCV (82-92) 86

MCH (27-31 pg) 28

MCHC (32-36%) 33

Kalsium (8,1-10,4 mg/dl) 9,4

Natrium (136-145 mmol/l) 120 (↓)

Kalium (3,5-5,1 mmol/l) 4,9

Klorida (97-111 mmol/l) 88 (↓)

GDS (<200 mg/dl ) 154

Ureum (10-50 mg/dl) 21

Kreatinin (0,8-1,3 mg/dl) 0,6 (↓)

9
Total protein (6,6-8,7 gr/dl) 5,5 (↓)

Albumin (3,8-5,0 gr/dl) 2,9 (↓)

Globulin (1,3-2,7 gr/dl) 2,6

Biliribin total (0,3-1,0 mg/dl) 0,8

Bilirubin direk (<20 mg/dl) 0,5

Bilirubin indirek (<60 mg/dl) 0,3

SGOT (<38 u/l) 53

SGPT (<41 u/l) 38 (↑)

AntiHIV (rapid test) (nonreaktif) Reaktif (dengan 2x konfirmasi)

2.7 Analisa Data


DATA

1. Data Objektif 1. Data Subjektif


 Adanya candidiasis pada lidah  Pria 40 tahun
 Tekstur kulit jelek  Keluhan lemah letih dalam 3 hari
 Pitting edema (+)  Klien hanya makan bubur, dan
 Bibir dan mukosa mulut kering tidak menghabiskan porsi makan
dan pucat yang disediakan RS Hanya dapat
 Seluruh bagian lidah tampak memakan 3-5 sendok makanan
memutih. karena mual.
 BAK normal  BAB 3-4x/hari, konsistensi

 Kadang klien merasa sesak lunak.

 Klien mengalami mual, tapi tidak  Riwayat mencret kronis tidak

muntah. ada.

 Td : 110/80 mmhg  Batuk berdahak susah

 N : 82 x/mnt dikeluarkan sudah terasa dalam 1


bulan ini
 S : 36,7ᵒc

10
 P : 22 x/mnt  Penurunan berat badan 20 kg
 TB : 168 cm dalam 3 bulan ini
 BB : 45 kg, bb sebelum sakit : 65  Pus (+) pada bagian tengah luka
kg yang berwarna keruh dan mulai
 BMI : 15,95 terasa nyeri skala 3.

 Terdapat luka kelenjar limfe pada  Demam tidak tinggi hilang


leher kiri dengan ukuran 4x2 cm timbul dan sering merasakan
dengan sekitar luka tampak berkeringat sangat banyak pada
memerah. malam hari dalam 1 bulan

 Pus (+) pada bagian tengah luka  Klien bekerja sebagai pegawai
yang berwarna keruh. pada salah satu instansi
pemerintahan di Kota Padang
dengan kesibukan yang banyak
dan kadang bekerja di luar kota.
 Klien pernah menikah 4 tahun
yang lalu, tapi hanya
berlangsung selama 4 bulan dan
akhirnya bercerai.

Data Etiologi Masalah


 DS: Pus (+) pada  Agens cedera  Kerusakan integritas
bagian tengah kimiawi jaringan
luka yang
berwarna keruh
dan mulai terasa
nyeri skala 3.
 DO: Terdapat
luka kelenjar
limfe pada leher
kiri dengan

11
ukuran 4x2 cm
dengan sekitar
luka tampak
memerah.
 DS: Klien hanya  Asupan diet kurang  Ketidakseimbangan
makan bubur, nutrisi: kurang dari
dan tidak kebutuhan tubuh
menghabiskan
porsi makan yang
disediakan RS
Hanya dapat
memakan 3-5
sendok makanan
 DO: BB: 45 kg,
bb sebelum
sakit : 65 kg
 DS: Demam  Gangguan integritas  Risiko Infeksi
tidak tinggi kulit
hilang timbul dan
sering merasakan
berkeringat
sangat banyak
pada malam hari
dalam 1 bulan
 DO: Adanya
candidiasis pada
lidah, Bibir dan
mukosa mulut
kering dan pucat

12
2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, DAN IMPLEMENTASI
N DIAGNOSA NOC/KRITERIA NIC
O HASIL
1 Ketidakseimban Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
gan nutrisi: (1004 ) ( 1100 )
kurang dari Setelah dilakukan Definisi:
kebutuhan intervensi Menyediakan dan
tubuh. keperawatan selama meningkatkan intake
berhubungan 3 x 24 jam, maka nutrisi yang
dengan asupan Status Nutrisi seimbang.
diet kurang Meningkat, dengan
ditandai dengan Kriteria Hasil : Aktivitas-aktivitas:
berat badan 20%  Asupan Gizi  Tentukan status gizi
atau lebih
( Tidak pasien dan
dibawah rentang
berat badan ideal, Menyimpang dari
kemampuan pasien
diare, enggan Rentang
Normal,skala 5 ) untuk memenuhi
makan, membran
mukosa pucat  Asupan Makanan kebutuhan gizi.
( Tidak  Identifikasi adanya
Menyimpang dari
Rentang alergi atau intoleransi
Normal,skala 5 ) makanan yang
 Asupan cairan
dimiliki pasien.
( Tidak
Menyimpang dari  Tentukan apa yang
Rentang menjadi preferensi
Normal,skala 5 )
 Energi makanan bagi pasien
( Tidak  Instruksikan pasien
Menyimpang dari mengenai kebutuhan
Rentang
Normal,skala 5 ) nutrisi ( yaitu:
 Rasio Berat Badan membahas pedoman
( Tidak diet dan piramida
Menyimpang dari
Rentang makanan.
Normal,skala 5 )/  Tentukan jumlah
Tinggi Badan
kalori dan jenis
nutrisi yang

13
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi.
 Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan ( misalnya,
bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat)
 Berikan pilihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilhan makanan yang
lebih sehat, jika
diperlukan.
 Beri obat-obatan
sebelum makan
( misalnya:
penghilang rasa sakit,
atiemeteik ), jika
diperlukan.
 Anjurkan pasien
mengenai modifikasi
diet yang diperlukan (
mislanya : NPO,
cairan bening, cairan
penuh, lembut, atau

14
diet sesuai toleransi.
 Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet untuk
kondisi sakit ( yaitu :
untuk pasien dengan
penyakit ginjal,
pembatasan natrium,
kalium, protein, dan
cairan.
 Anjurkan pasien
untuk memantau
kalori dan intake
makanan ( misalnya:
buku harian
makanan.)
 Beri arahan, bila
diperlukan.

2. Kerusakan Integritas Perawatan Luka


integritas Jaringan: Kulit & ( 3660 )
jaringan Membran Mukosa Definisi: pencegahan
berhubungan Setelah dilakukan komplikasi luka dan
dengan agen intervensi pengingkatan
cedera kimiawi keperawatan selama penyembuhan luka.
ditandai dengan 3 x 24 jam, maka
kerusakan Integritas Jaringan:
jaringan Kulit & Membran
Mukosa
Meningkat, dengan
Kriteria Hasil : Aktivitas-aktivitas:
 Hidrasi  Mencukur rambut
( Tidak Terganggu, didaerah sekitar yang
Skala 5 )
terkena sesuai
 Tekstur

15
( Tidak Terganggu, kebutuhan
Skala 5 )
 Memonitor
 Integritas kulit
karakteristik luka,
( Tidak Terganggu,
Skala 5 ) termasuk drainase,
 Wajah pucat warna, ukuran &bau
( Tidak Ada, Skala  Mengukur ukuran
5)
luas luka yang sesuai
 Membersihkan
dengan normal
saline/ pembersih
yang tidak beracun
 Memberikan
perawatan ulkus pada
kulit yang diperlukan
 Membandingkan dan
catat setiap
perubahan luka
 Mendokumentasikan
lokasi luka, ukuran
dan tampil

3. Risiko Infeksi Keparahan Infeksi Kontrol Infeksi


ditandai dengan Setelah dilakukan ( 6540 )
gangguan intervensi Definisi:
integritas kulit keperawatan selama meminimalkan
3 x 24 jam, maka penerimaan dan
Keparahan Infeksi transmisi agen infeksi
Menurun, dengan
Kriteria Hasil : Aktivitas-aktivitas:
 Sputum purulen  Bersihkan lingkungan
( Tidak Ada, Skala dengan baik setelah
5)
digunakan untuk
 Demam
setiap pasien
( Tidak Ada, Skala

16
5)  Ganti peralatan
 Ketidakstabilan
perawatan per pasien
suhu
sesuai protocol
( Tidak Ada, Skala
institusi
5)
 Nyeri  Tempatkan isolasi
( Tidak Ada, Skala sesuai tindakan
5)
pencegahan yang
 Hilang nafsu
sesuai
makan
 Pertahankan teknik
( Tidak Ada, Skala
5) isolasi yang sesuai
 Batasi jumlah
pengunjung
 Ajarkan cara cuci
tangan bagi tenaga
kesehatan
 Mengajarkan pasien
dan keluarga tentang
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus melaporkannya
ke penyedia layanan
kesehatan
 Mengajarkan pasien
dan keluarga
bagaiman
menghindari infeksi
 Meminimalkan
timbulnya infeksi pada
pasien

17
2.9 Universal Precaution

1. Pengertian Universal Precaution


Universal precaution merupakan tindakan pengendalian infeksi sederhana
yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi (Nursalam,
2009).

Universal precaution adalah suatu metode atau petunjuk yang dirancang


oleh pusat dan kendali Pencegahan Penyakit untuk mereduksi penyebaran
penyakit dan infeksi pada penyedia pelayanan kesehatan dan pasien yang terdapat
di dalam ruang lingkup kesehatan ( Dailey, 2010).

Universal precaution adalah tindakan petugas kesehatan agar dalam


melaksanakan pekerjaannya tidak menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari
dokter/petugas kesehatan ke pasien dan sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien
lainnya.

2. Tujuan Universal Precaution


Menurut Nursalam (2009) Universal precaution perlu diterapkan dengan
tujuan untuk:
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak
terlihat seperti berisiko
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.
Prinsip UPI di pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting
mengingat sebagian orang yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan
HBV tidak menunjukkan gejala-gejala fisik.
Universal precaution diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan
petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Universal precaution
berlaku untuk darah, sekresi dan ekskresi(kecuali keringat), luka pada kulit dan
selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko
penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui

18
atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik
bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan. Pencegahan yang
baik merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi nosokomial bagi pasien
rawat inap. Cairan yang berpotensi infeksius di fasilitasi pelayanan kesehatan
antara lain darah, cairan semen, sekresi vagina, sekresi leher rahim, ASI,
sekresi luka, CSF (crebrospinal fluid), cairan amnion, cairan sendi, cairan
perikardium (Nursalam, 2009).

3. Pelaksanaan Universal Precaution Sesuai dengan Kasus


Pelaksanaan universal precaution menurut Nursalam & kurniawati N.D.
(2009), yaitu:
a) Mencuci tangan
Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung
lainnya. Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi
dan lingkungan kerja terjaga dari infeksi. Cuci tangan dilakukan dengan cara
aseptic dan cairan antiseptic. Cuci tangan dilakukan dengan antisipasi
perpindahan kuman melalui tangan, dilakukan pada saat tiba dikantor, akan
memeriksa, memakai sarung tangan, saat akan melakukan injeksi, saat akan
pulang ke rumah, setelah menyentuh cairan tubuh (darah, mukosa dan cairan
infeksius lain).

b) Pemakaian Alat Pelindung Diri


 Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat pada
tangan petugas kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara tangan
petugas dengan darah atau cairan tubuh pasien, selaput lendir, luka, alat
kesehatan, atau permukaan yang terkontaminasi.
 Pelindung wajah (masker, kacamata, helm) : untuk mencegah kontak antara
droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme ke
pasien dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien kepada petugas.
 Penutup kepala : untuk mencegah kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh
pasien.
 Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : untuk mencegah kontak
mikroorganisme dari pasien atau sebaliknya.

19
 Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang
terkontaminasi, juga terhadap darah dan cairan tubuh lainnya.
Indikasi pemakaian alat pelindung diri: tidak semua alat pelindung diri
harus dipakai, tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan.

c) Pengelolaan Alat Kesehatan


Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran infeksi melalui
alat kesehatan, atau menjamin alat tersebut selalu dalam kondisi steril dan siap
pakai. Pemilihan pengelolaan alat tergantung pada kegunaan alat dan
berhubungan dengan tingkat risiko penyebaran infeksi. Pengelolaan alat
dilakukan melalui empat tahap:
 Dekontaminasi
 Pencucian
 Sterilisasi atau DTT
 Penyimpanan
 Komponen utama Universal Precaution
Komponen utama dalam universal precaution dan penggunaannya
menurut Nursalam & kurniawati, N.D. (2009), yaitu:
 Cuci tangan
- Cuci tangan harus selalu dengan sabun antiseptik dan air mengalir.
- Dilakukan setelah tindakan yang memungkinkan terjadi pencemaran seperti
memeriksa pasien, setelah memegang alat-alat bekas pakai dan menyentuh
selaput mukosa seperti darah atau cairan tubuh lainnya.
 Sarung tangan
- Digunakan bila terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh dan bahan
terkontaminasi lainnya.
- Digunakan bila terjadi kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
- Sarung tangan rumah tangga daur ulang, bisa dikenakan saat menangani
sampah atau melakukan pembersihan.
- Gunakan prosedur ini mengingat risiko terbesar adalah paparan terhadap
cairan darah, tidak memperdulikan apa yang diketahui tentang pasien.
- Jangan didaur ulang. Sarung tangan steril harus selalu digunakan untuk

20
prosedur antiseptik misalkan pembedahan.
- Jangan mengurangi kebutuhan cuci tangan meskipun telah memakai sarung
tangan.
 Masker, masker muka
- Melindungi selaput lendir mata, hidung dan mulut saat terjadi kontak atau
untuk menghindari cipratan dengan darah dan cairan tubuh.
- Jangan gunakan untuk perawatan pasien rutin.
- Ganti tiap berganti pasien.
- Gunakan untuk pasien dengan infeksi respirasi.
 Kacamata
- Gunakan bila terdapat kemungkinan terpapar cairan tubuh.
- Kacamata memberi sedikit perlindungan, tetapi tidak memberikan
perlindungan menyeluruh.
 Baju pelindung
- Lindungi kulit dari darah dan cairan tubuh.
- Cegah pakaian tercemar selama prosedur klinis yang dapat berkontak
langsung dengan darah dan cairan tubuh.
 Kain
- Tangani kain tercemar, cegah sentuhan dengan kulit dan selaput lendir.
- Dekontaminasi-bilas-laundry
 Peralatan layanan pasien
- Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah
kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah
kontaminasi pada pakaian dan lingkungan.
- Dekontaminasi-cuci-sterilisasi.
 Pembersihan lingkungan
- Lakukan perawatan rutin, pembersihan dan desinfektsi peralatan,
dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien.
 Instrumen tajam
- Hindari menutup ulang jarum bekas.

21
- Gunakan teknik satu tangan jika penutupan ulang jarum bekas penting.
- Gunakan sarung tangan jika menangani benda tajam.
- Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai.
- Hindari pembengkokkan, mematahkan, atau
memanipulasi jarum bekas dengan tangan.
- Dekontaminasi instrumen tajam.
- Masukkan instrumen tajam ke tempat yang tidak tembus tusukan.
- Untuk kontainer pembuangan instrumen tajam, terdapat beberapa syarat,
yakni tahan tusukan, diberi label secara jelas, siap tersedia, tahan bocor, dan
bisa ditutup.
 Resusitasi pasien
- Gunakan mounth piece, kantung resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk
menghindari resusitasi dari mulut ke mulut.
 Penempatan pasien
- Tempatkan pasien yang terkontaminasi lingkungan dalam ruangan
khusus.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pria yang berumur 40 tahun ini mengalami SIDA + Limfadenitis Tb +
MRSA ( Meticillin Resistant Staphylococcus Aureus ). Dimana diagnosanya
keperawatannya yaitu Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai dengan berat badan 20% atau lebih
dibawah rentang berat badan ideal, diare, enggan makan, membran mukosa pucat.
Dimana luaran utamanya yaitu status nutrisi dan intervensi utamanya Manajemen
Nutrisi . Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agen cedera kimiawi
ditandai dengan kerusakan jaringan. Dimana luaran utamanya Integritas Jaringan:
Kulit & Membran Mukosa dan intervensi utamanya Perawatan Luka. Dan Risiko
Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit dimanan luaran utamanya
Keparahan Infeksi dan intervensi utamanya Kontrol Infeksi .

22
B. Saran
Kepada semua pembaca, apabila mendapat kekeliruan terhadap materi kami
harap bisa meluruskan dan memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada
para pembaca untuk tidak segan memberi kritik, saran, dan masukan yang
membangun kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


Keenam. Elsevier Singapore Pte Ltd

Moorhead,PhD, RN, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi


Kelima. Elsevier Singapore Pte Ltd

Herdman,PhD.RN,FNI, T.Heather dan Shigemi Kamitsuru, PhD, RN,FNI. 2018.


NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-202. Jakarta :
kedokteran EGC

23

Anda mungkin juga menyukai