BLOK 4.1
KARDIOVASKULAR 2
Kelompok 3:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
1. Skenario Pemicu…………………………………………………………………..2
Kata kunci ………………………………………………………………………. 2
Rumusan Masalah………………………………………........................................2
Mind Map……….………………………………………………………………... 3
Status Medik ……………………………………………………………………... 4
2. Pembahasan
2.1 Bagaimana definisi benjolan dan struktur yang terdapat di sekitar benjolan…8
2.5 Bagaimana diagnosis kerja, diagnosis banding, dan diagnosis definitive benjolan
pada supraclavicular sinistra……………………………………………….…14
3. Kesimpulan ……………………………………………………………………….20
4. Peta Konsep………………………………………………….……………….…...21
5. Daftar Pustaka ………………………………………………………………….....22
6. Lembaran Penilaian Pustaka……………………………………………………... 23
1
SKENARIO PEMICU
Seorang wanita berusia 24 tahun datang ke dokter poliklinik umum dengan keluhan terdapat
benjolan di leher bawah dekat bahu kiri sejak sebulan yang lalu. Benjolan tersebut tidak teras
a nyeri, terasa sedikit membesar sejak disadari 3 bulan yang lalu. Dia tidak segera memeriksa
kan diri karena tidak merasa ada keluhan lain tetapi lama lama khawatir karena sekarang tera
ba lebih dari satu.
KATA KUNCI
1. Laki-laki 47 tahun
2. Nyeri dada
4. Setelah bersepeda
RUMUSAN MASALAH
2
MIND MAP
Diagnosa utama
3
STATUS MEDIK
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. X
Usia : 24 tahun
2. Keluhan utama
- Bagaimana rasa nyerinya?
- Nyeri berapa lama?
- Letak nyerinya? Apakah menjalar?
- Apakah nyeri berkurang saat istirahat?
- Aktivitas yang memperberat dan memperingan
3. Keluhan Penyerta
7. Riwayat Alergi
8. Riwayat kebiasaan
9. Riwayat Pengobatan
B. Pemeriksan Fisik
1. Keadaan Umum
- Compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,3C (normal)
Tekanan darah : 120/80 mmHg (normal)
4
Denyut nadi : 82x / menit (normal)
Respiratory rate : 20x / menit (normal)
4. Thorax
- Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi normal
5. Abdomen
- Inspeksi : Abdomen normal dan supel
- Palpasi : Tidak teraba hepar, lien, dan ginjal
- Perkusi : Timpani dan redup normal
- Auskultasi : suara bising usus normal
6. Ekstrimitas
- Inspeksi : Akral hangat
- Palpasi :Tidak ada edema
7. Status Regional
Inspeksi, Palpasi, perkusi, auskultasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) EKG
2) Pemeriksaan Radiologi
- Foto Rongten Thorax
- USG (Echocardiogram)
3) Pemeriksaan Darah Lengkap
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,7 g/dl 12-16
Eritrosit - Juta/μL 4,5-5
Hematocrit 32,1 % 40-52
Leukosit 10.100 /μL 4.000-10.000
5
Neutrophil - % 50-75
Limfosit - % 20-40
Monosit - % 2-8
Trombosit 320.000 /μL 150.000-450.000
Laju Endap Darah 30 ml/jam 0-10
- Gula Darah
- Profil Lemak
- Kreatinine kinase
- Troponine (I/C/T)
4) Pemeriksaan kultur darah
Diagnosis
a. Diagnosis kerja
b. Diagnosis banding
c. Diagnosis definitive
6
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Benjolan dan struktur yang terdapat disekitar benjolan
1. Definisi Benjolan
Benjolan atau nodul merupakan suatu simpul kecil atau kumpulan dari sedikit jaringa
n yang tumbuh pada kulit maupun pada organ tubuh (1).
- Limfadenopati merupakan pembengkakan pada kelenjar limfe (1), peningkatan li
mfosit dan makrofag normal sebagai bentuk respon antigen.
- Benjolan di kulit terjadi karena adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada per
mukaan maupun bagian dalam kulit. Benjolan pada kulit antara lain :
Papula
Benjolan padat dengan batas tegas di permukaan kulit yang diakibatkan oleh i
nfiltrat papila dermis dan hiperplasia epidermis (2).
Nodus
Benjolan padat yang punya batas tegas di permukaan kulit dengan letak yang l
ebih dalam dari papula (2).
7
Nodus supraclavicular sinistra mendapat drainase limfatik dari ductus thoracicus. Unt
uk saraf penting yang berhubungan adalah nervus frenikus dan saraf vagus yang terletak di lat
eral dan medial dari vena jugularis interna.
Untuk batas- batasnya antara lain
Anterior: Musculus Sternokleidomastoid
Medial: Arteri Karotis Komunis dan Vena Jugularis Interna
Untuk secara lateral di tepi lateral M. Sternokleidomastoid (3).
2.2 Etiologi benjolan
1. Inflamasi
Inflamasi adalah suatu respons jaringan bervaskular terhadap infeksi dan
kerusakan jaringan yang membawa sel dan molekul pertahanan tubuh dari
sirkulasi ke tempat yang membutuhkannya (4). Inflamasi berguna untuk
mengurangi penyebeb awal kerusakan sel dan akibat dari kerusakan sel tersebut.
Mediator yang berperan dalam perlindungan diantaranya, leokosit, fagositik,
antibody, dan protein komplemen. Sebagian besar komponen mediator ini
bersirkulasi dalam darah dan berada dalam keadaan terisolasi sehingga tidak
akan merusak jaringan normal. Namun, tetap dapat menyebar segera ke lokasi
tubuh manapun. Inflamasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu akut dan kronis.
a. Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat,
selama beberapa menit samapai beberapa hari dan ditandai
dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi
leukosit neutrofilik yang menonjol. Perubahan vaskuler dan
rekrutmen sel menentukan tiga dari lima tanda inflamasi akut
yaitu, panas (kalor), merah (rubon), dan pembengkakan (tumor).
Dua tambahan tanda pada inflamasi akut , yaitu nyeri (dolor) dan
hilangnya fungsi (function laesa), terjadi akibat perluasan
mediator dan kerusakan yang diperantarai leukosit. Pada
inflamasi akut ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
akibat dilatasi kapiler dan arteriol (eritema dan teraba hangat).
Peningkatan permeabilitas vascular yang terjadi melalu pelebaran
interendothelial cell junction pada venula ataupun melalui jejas
langsung pada sel endotel, menghasilkan suatu eksudat cairan
ekstravaskular yang kaya protein (edema jaringan).
8
b. Inflamasi kronik adalah radang yang berlangsung lebih lama
(berhari-hari sampai bertahun-tahun) dan ditandai dengan influx
limfosit dan makrofag, disertai dengan poliferasi pembuluh darah
dan pembentukan jaringan parut juga terjadi inflamasi aktif, jejas
jaringan, dan penyembuhan secara serentak. Kemungkinan lain,
beberapa bentuk jejas (misal, infeksi virus) menimbulkan
respons, yaitu inflamasi kronik yang pada dasarnya sudah terjadi
sejak awal. Inflamasi kronik. Makrofag merupakan hal utama dan
inti pada inflamasi kronik, makrofag normalnya tersebar pada
sebagian besar jaringan ikat dan dapat ditemukan dalam jumlah
yang meningkat di organ seperti hati (disebut sel Kupffer), limpa
dan kelenjar getah bening (disebut histiosit sinus), sistem saraf
pusat (sel mikroglia), dan paru (makrofag alveolus). Makrofag
bertindak sebagai penyaring terhadap partikel, makrob, dan sel-
sel yang mengalami proses kematian (disebut juga sebagai sistem
fagosit mononuclear), jika makrofag teraktifasi terjadilah suatu
proses yang menyebabkan ukuran sel bertambah besar. Pada
keadaan inflamasi luas, aliran limfe juga dapat membawa agen
penyerang (mikroba atau kimiawi). Akibatnya, saluran limfe itu
sendiri dapat mengalami peradangan sekuder (limfangitis), begitu
pula kelenjar getah bening (limfadenitis). Sebagai contoh, pada
infeksi tangan sering dilakukan pengamatan bercak-bercak merah
yang mengikuti perjalanan saluran limfe sepanjang lengan
sampai ke aksila, disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening pada aksila. Pembesaran ini biasanya diakibatkan oleh
proliferasi limfosit dam makrofag pada folikel dan sinus limfoid,
serta hipertrofi sel fagositik,. Kumpulan perubahan histologi ini
dinamakan sebagai limfadenitis reaktif atau limfadenitis
meradang.
Reaksi inflamasi dapat dipicu oleh berbagai stimulus seperti infeksi. Infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit) dan toksin mikroba termasuk penyebab inflamasi
yang paling sering dan paling penting dalam medis.
2. Neoplasia
9
Neoplasia secara harfiah yaitu “pertumbuhan baru” Sel neoplastik dikatakan m
engalami transformasi karena trus menerus bereplikasi tanpa dapat dikendalikan o
leh faktor pengendali pertumbuhan pada sel normal (4). Neoplasma dikelompokk
an menjadi jinak dan ganas berdasarkan potensi sifat klinis.
Neoplasma disebut jinak bila secara mikroskopik dan makroskopik terlihat relatif
tidak membahayakan yaitu tetap terbatas sehingga dapat disembuhkan melalui tin
dakan pembedahan lokal.
Neoplasia disebut ganas bila lesi dapat menginvasi dan merusak struktur jaring
an di sekitarnya dan menyebar jauh ke tempat lain (matastasis) dan menyebabkan
kematian.
Neoplasia (tumor) jinak dan ganas dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan
derajat diferensiasi, kecepatan pertumbuhan, invasi lokal dan penyebaran jauh . T
umor jinak cenderung tumbuh lambat, sedangkan tumor ganas biasanya tumbuh c
epat. Dan tumor jinak tetap berada di lokasi asalnya sedangkan tumor ganas meng
invasi sekitarnya (lokal) dan menyebar ke lokasi yang jauh.
10
erungan kesalahan pengaturan genomik yang tidak stabil yang menyebabkan sel
B centrum germinativum sangat berisiko mengalami mutasi yang bersifat transf
ormasi.
11
feksi. Terbentuk dinding abses untuk mencegah infeksi meluas ke bagian tubuh
lain. Namun enkapsulasi tersebut mencega sel imun untuk menyerang agen pen
yebab infeksi di dalam abses.
Furunkel merupakan keradangan akut dalam folikel rambut di sekitar nya. Me
mbentuk nodul nyeri biasanya di dahului atau berkembang dari folikulitis superf
icial. Furunkel terjadi akibat mikrolesi karena garukan atau gesekan yang menye
babkan kuman Staphylococcus aureus masuk ke dalam kulit dan menyebabkan
keradangan akut yang dalam di folikel rambut dan sekitarnya.
12
berubah-ubah menunjukkan adanya kista ganglion atau hemangioma, dan biasanya
bukan merupakan karakteristik dari sakroma.
Sementara itu, luas dan lokasi pembesaran KGB penting dalam menentukan
dan memberikan petunjuk diagnostik untuk mencari penyebabnya. Contoh pada
infeksi orofaring dan gigi dapat menyebabkan adenopati serviks. Berdasarkan
penyebaran dari pembesaran kelenjar getah bening dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Limfadenopati Lokal (pada satu regio)
Terjadi pembesaran pada kelompok kelenjar getah bening yang berdekatan (ter
sebar pada area anatomis yang berbeda dan mencerminkan drainase limfatik p
ada lokasinya)
Contohnya: pada regio Supraclavicular Sinistra saja
Limfodenopati Generalisata (lebih dari satu regio)
Terjadi pembesaran pada kelompok kelenjar getah bening yang memiliki lokas
i yang berbeda (lebih dari 2 lokasi yang tidak bersebelahan)
Contohnya: pada regio Supraclavicular Sinistra dan Inguinal
Pada kasus di skenario pemicu, dalam pemeriksaan fisik regional ditemukan
benjolan pada regio supraclavicular sinistra. Benjolan tersebut termasuk kronis karena
sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama(± 3 bulan ), serta tidak ditemukan gejala
lokal dan sistemik yang mencolok (tanda-tanda keradangan). Benjolan tersebut
memiliki konsistensi yang kenyal, tidak melekat pada kulit (mobile), memiliki batas
yang jelas, dan tepi yang rata. Benjolan tersebut juga memiliki laju pertumbuhan yang
lambat (± 3 bulan ). Benjolan tersebut merupakan limfadenopati lokal, yang memiliki
banyak nodule (multiple nodule) dengan ukuran 1 dan 2 cm. Dari karakteristik
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kasus tersebut bukan merupakan sebuah
keganasan, melainkan benjolan yang timbul karena adanya infeksi kronis.
2.5 Diagnosa kerja , diagnosa banding, dan diagnosis definitive pada benjolan
13
njar getah bening supraklavikula. Regio s
upraklavikula tersebut mengalami pembe
saran dalam 3 bulan terakhir.
14
Pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
biopsy untuk memperoleh sampel jaringa
n untuk membedakan jaringan adiposa no
rmal dan tumor.
Pasien datang dengan keluhan terdapat be
Limfoma Hodgkin
njolan pada regio kelenjar getah bening s
upraklavikula, di lakukan pemeriksaan fis
ik di dapati benjolan lunak dan mobile.
15
Pasien tidak memiliki gejala klinis lain se
perti pembesaran organ, demam, penurun
an berat badan tanpa sebab, dan tidak ber
keringat malam, sehingga kemungkinan p
asien terkena Limfoma Non-Hodgkin kec
il.
Beberapa tes penunjang yang dapat digunakan untuk menentukan diagnose def
initive dari diagnosa banding yaitu,
1. Complete Blood Count (CBC) / Hitung darah lengkap (HDL) : pemeriksaan darah
untuk menghitung/ mengetahui jenis sel darah lengkap, pada pemeriksaan ini maka ak
an didapati tes eritrosit, leukosit dan trombosit (2).
Jika terjadi peningkatan White Blood Cell (WBC) maka dicurigai adanya etiologi
infeksi
Pemeriksaan laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengetahui keradangan teta
pi nonspesifik
Hb meningkat/menurun untuk mengetahui anemia atau tidak
Hematocrit (Hct) : untuk mengetahui jumlah dan ukuran sel darah merah, jika ren
dah maka jumlah eritrosit terjadi gangguan dalam tubuh seseorang.
16
Pada saat biopsi, jika yang ditemukan adalah Bacilli Tahan Asam(BTA) dengan p
ewarnaan Ziehl Nessel berarti menandakan adanya bakteri Mycobacterium tuberc
ulosis (tahan asam) yang memungkinkan pasien mengidap tuberkulosis kelenjar g
etah bening (7).
Pada biopsi, jika terlihat sel Reed-StenBerg kemungkinan besar pasien mengalam
i limfoma Hodgkin. Tampak sel yang sangat besar dengan inti multi-lobus, anak i
nti mencolok dan banyak sitoplasma dan agak eosinofilik.
Pada saat melakukan biopsy, jika yang terlihat adalah pertumbuhan abnormal dari
sel B dan sel T, maka kemungkinan besar pasien mengidap limfoma Non-Hodgki
n (biasanya dikarenakan produksi limfosit yang berlebihan) yang menandakan ad
anya infeksi pada KGB.
Jika terlihat saat pemeriksaan biopsy untuk dapat diamati jaringan adiposa normal
atau tumor dengan ini maka diduga menderita lipoma.
17
tidak didapati pada penyakit lain. Kemudian, didukung dengan adanya peningkatan le
ukosit serta laju endap darah.
Tata Laksana
Farmakologi
Terapi yang diberikan untuk pasien penderita Limfadenitis (TB Kelenjar)
adalah obat anti tuberculosa (OAT) selama 6 bulan.
Non- Farmakologi.
1. Edukasi terhadap individu dan keluarga.
2. Penyuluhan terhadap lingkungan.
3. KESIMPULAN
18
Pada skenario pemicu juga, dikatakan pasien datang tanpa keluhan nyeri, tetapi
mengalami pembesaran pada benjolan dalam 3 bulan terakhir disertai dengan multiple
nodes. Dari karakteristik tersebut kami menyimpulkan bahwa benjolan tersebut
merupakan tumor jinak dan dari hasil anamnesis, kami menduga beberapa jenis
penyakit karena memiliki keluhan yang sama, yaitu: Limfadenitis, Limfoma Hodgkin
dan non Hodgkin, serta Lipoma. Dan dari hasil pemeriksaan penunjang kami dapat
memastikan bahwa pasien menderita Limfadenitis granulanoma et causa tuberkulosis.
Tata laksana yang kami lakukan adalah dengan cara memberi terapi farmakologi
berupa obat anti tuberkulosa selama 6 bulan dan terapi non-farmakologi berupa
memberikan edukasi kepada pasien serta memberikan penyuluhan di lingkungan
tempat tinggalnya
19
4. PETA KONSEP
Pemeriksaan fisik
- Status generalis : Normal
- Status regional :
1. Benjolan di supraclavicular sinistra
2. Multiple nodes Hasil Anamnesis :
3. Konsistensi kenyal - Tidak ada tanda-tanda
4. Mobile keradangan
5. Ukuran benjolan multiple 1 dan 2 - Awal kecil tetapi semakin
cm lama semakin membesar
6. Tidak nyeri tekan - Didapati multiple nodes
7. Batas benjolan jelas dan tepi rata
8. Benjolan tidak bergerak saat
gerakan menelan
9. Tidak ada benjolan di daerah lain
Diagnosis Banding :
- Lipoma
- Limfadenitis TB
- Limfoma
Pemeriksaan penunjang :
- CBC : Leukosit meningkat, Pcv menurun, Led
meningkat
- Biopsy : Ditemukan kelompok sel epiteloid,
beberapa multi nucleated cell, dan materi
nekrosis, pada pewarnaan ZN ditemukan
bakteri batang tahan asam
Diagnosa definitive:
Limfadenitis granulanosa etcausa
tuberkulosis
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WA, Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland 31th ed. Singapore: EGC; 2015.
p. 1259, 1489
2. Alleicia M. Wilson. Anatomy Head and Neck, Supraclavicular Lymph Node. NCBI. 2019
[cited 16 August 2020]. Avaiable from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544300/
3. Siti Setiati,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.VI. Jakarta: Interna Publishing; 20
14.
4. Kumar V, Abbas A, Aster J. Robbins Basic Pathology. 10th Edition. Philadelphia: Elsevie
r, 2017. P. 57-9, 188, 459, 470-4.
5. Jenish Bhandari, Pawan K. Thada. Scrofula. NCBI. 2020 [cited 17 August 2020]. Availabl
e from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557700/
6. Logan Kolb, Hassana Barazi. Lipoma. NCBI. 2020 [cited 17 Agustus 2020]. Available
from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507906/
7. Susilo Adityo, Syam F.Ari, Gayatri Anggi,dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.1V.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014. Hlm.661-663, 828.
8. Hidayati. N.A., Damayanti, Sari M, et al; “Infeksi Bakteri di Kulit” Seri Dermatologi dan
Venereologi. Airlangga University Press, Surabaya, 2019.
9. Freeman AM. Matto P. Adenopathy. StatPearls. 2020. [cited 13 Agustus 2020] Avaiable
from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30020622/
10. Kotwal S. Church DJ. Krumme J. Evaluating Soft-Tissue Lumps and Bumps. NCBI.2017
[cited 20 Agustus 2020] Avaiable from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
6140092/
21
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
22
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
Judul Artikel / Bab : Anatomy, Head and Neck, Supraclavicular Lymph Node
23
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
Judul Artikel / Bab : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI Bab 19, 34 hal 136,
2975- 2988, 2990
24
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 : Layak
25
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 : Layak
26
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
27
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
28
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
29
Judul Artikel / Bab : Infeksi Bakteri di Kulit
30
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
31
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)
32
staka ini (jelaska Terdapat informasi mengenai perbedaan laju pertumbuhan pada
n) : benign dan malignant yang berpengaruh terhadap karakteristik Layak
dari suatu benjolan
33