Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR PUSTAKA

Amelia D. Madenski (2014) Improving Nurses Pain Management in the post anasthesia care unit
http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal 15 maret 2018 pkl.
21.32 wib
Amin Huda, Hardhi Kusuma (2015).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda
Nic-Noc, Mediaaction
Arwani, (2007) Manajemen Bangsal Keperawatan, EGC, Jakarta

Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses knowledge and attitudes regarding
pain assessment and intervention. research for practice, 20(1), 7-11.

Abdalrahim, M.S., Majali, S.A., Stomberg, M.W., & Bergbom, I. (2011). The effect of postoperative pain
management program on improving nurses knowledge and attitudes toward pain. Nurse Education
in Practice, 11(4), 250-255..
Blais, Kathleen koening. Janice S, Hayes. Barbara Kozier. Glenora Erbi. 2002. Praktik Keperawatan
Profesional Konsep dan Perspektif. Jakarta: EGC.

Casey & Georgina. (2011). Pain – the fifth vital sign. Continuing professional development. New
Zealand.
Cotwin, J. Elizabeth (2009). Buku saku patosifiologi . Jakarta : EGC
Daft, Richard L. 2002. Management. Jakarta: Salemba Empat.
Dahlan, M. Sopiyudin (2017). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Deskriptif, bivariat dan
multivariat Dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Seri 6 Jakarta : Epidemiologi
Indonesia
Direktorat Pelayanan Keperawatan, (2010) Standar Pelayanan keperawatan di rumah sakit, Depkes
Jakarta.
Gloria M.Bulecheck,Howard K. Butcher,Jeanne M.Dochterman,Cheryl M.Wagner (2016) Nursing
interventions classification (NIC), elsevier
Guyton, A.C, & Hall, J. E (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi Revisi Berwarna ke 12.
Penterjemah : ErnitaI, Ibrahim Ilyas. Indonesia : Elsevier
Hastono, Sutanto,P (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok : Rajagrafindo Persada
Hiadayat, A. Aziz Alilul (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.Jakarta : Salemba
Medika
Kate becckett etc (2015) a mixed method study of pin management practice in a uk chidrens hospital :
identification of barrier http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal
12 maret 2018 pkl. 16.33 wib

Kumar, Vinay, Abbas K Abdul, Aster C. Jon (2015). Buku Ajar : Patologi. Robinson. Jakarta : EGC
Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga
Martha Raile Alligood, (2016), Pakar Teori Keperawatan dan karya mereka, edisi indonesia ke 8
volume 2,: Elsevier
Martini, F (2006). Fundamentals of anatomy & Physiologi. Sevent Edition. Pearson, Benjamin Cumming
Nursalam (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry (2011) Fundamental Keperwatan. Buku 2 Edisi 7 : Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia, Wilson M. Lorraine (2006). Fatosiologi. Konsep klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6
Volume 1, Jakarta : EGC
Robbins dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba empat
Samba S, (2000), Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta
: EGC
Sabri, Luknis, Hastono P. Sutanto (2014). Statistik Kesehatan. Depok : Rajawali Press
Sheerwood, Lauralee (2016). Fisilogi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sue Moorhead,Marion Johnson,Meridean L.Maas,Elizabeth Swanson (2016). Nursing outcomes
classification (NOC), Elsevier
Suarli, S dan Bahtiar, (2009), Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik, Jakarta : Erlangga
Suyanto (2008) Mengenal Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan di rumah sakit, Yogyakarta,
Mitra Candikia
Sudigdo S, Sofyan Ismael (2014). Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis .Jakarta : Sagung Seto
Sugiyono (2016) .Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Soekijo Notoatmojo (2012) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
Sulistiyo Andarmoyo (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri . yogyakarta: Ar. Ruzzs Media
Tamsuri. A (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta : EGC
BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

KERANGKA ACUAN

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA 2018
DAFTAR ISI
Hal

Halaman Judul ...…............................................................................ 1


Latar Baelakang ................................................................................. 2
Tujuan ................................................................................................ 3
Sasaran ............................................................................................... 3
Manfaat .............................................................................................. 3
Materi ................................................................................................. 3
Nara Sumber ...................................................................................... 4
Waktu dan Tempat ............................................................................ 4
Penutup ............................................................................................... 4

Modul Manajemen Nyeri 5


A. Deskripsi ……………………..... 6

B. Tujuan Pembelajaran ..………... 6

C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 6

D Tahap Pelaksaan Kegiatan 9

E Uraian Materi 11

Daftar Pustaka
Identitas Penulis
Lampiran 1

BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

KERANGKA ACUAN

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA 2018
1. Latar Belakang

Pengkajian nyeri dan pengetahuan yang mendasari untuk melakukannya merupakan dasar

tindakkan perawatan dan merupakan komponen kritis dari keefektifan manajemen nyeri

(Al- Shaer, Hill dan Anderson, 2011). Sedangkan menurut Zhang et al, (2008) dalam

penelitiannya mengenai efek pelatihan manajemen nyeri terhadap pengetahuan dan sikap

perawat di China mengatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap perawat

15,6% ketika dievaluasi satu bulan setelah dilakukan pelatihan. Dari beberapa penelitian

yang lain dikatakan bahwa pengetahuan yang tidak memadai dari perawat tentang

manajemen nyeri merupakan hambatan dalam menilai keefektifan manajemen nyeri yang

dilakukan.

Dalam beberapa elemen penilaian dari standar hak pasien dan keluarga , disebutkan bahwa

rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan manajemen nyeri

dengan tepat (Komisi Akreditasi Rumah Sakit {KARS}, 2011). Secara khusus, perawat

mempunyai peran penting dalam manajemen nyeri. Namun, dari hasil penelitian

diungkapkan bahwa pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri masih kurang (Zhang

et al, 2008). Sesuai dengan Dep Kes (2008), mengatakan bahwa perawat berperan penting

dalam upaya penyembuhan pasien, termasuk dalam menangani nyeri dengan tindakan non

farmakologi. Manajemen nyeri bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, dimana

kenyamanan adalah salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Perawat dengan

ilmunya bertanggung jawab meningkatkan mutu layanan keperawatan.

Berdasarkan latar belakang diatas untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dirasa

perlu untuk dilakukan pelatihan manajemen nyeri bagi perawat.


2. Tujuan

2.1.Tujuan Umum

Peserta pelatihan dapat menunjukkan pemahaman tentang penerapan manajemen nyeri.

2.2.Tujuan Khusus

2.2.1. Peserta pelatihan dapat memahami konsep nyeri

2.2.2. Peserta pelatihan dapat memahami pengertian manajemen nyeri

2.2.3. Peserta pelatihan dapat memahami penerapan manajemen nyeri

2.2.4. Peserta pelatihan dapat memahami dan mengimplementasikan manajemen

nyeri

3. Sasaran

Sasaran dalam pelatihan manajemen nyeri ini adalah perawat di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam Dewasa di rumah sakit padang pariaman tahun 2018

4. Manfaat

Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Perawat memahami dan mampu menerapkan manajemen nyeri

b. Perawat mampu melakukan transfer pengetahuan mengenai manajemen nyeri

dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan

5. Materi

Materi yang akan disampaikan dalam pelatihan ini adalah :

a. Konsep nyeri

b. Pengertian manajemen nyeri

c. Tahapan manajemen nyeri

d. Implementasi pelaksanaan manajemen nyeri


6. Metode

a. Ceramah / Diskusi

b. Role Playing

c. Behavior Modeling

7. Nara sumber

Narasumber dalam pelatihan manajemen nyeri ini adalah pelatih yang memiliki

kompetensi dan telah memiliki sertifikat sebagai pelatih.

8. Waktu dan tempat

Pelatihan dilakukan pada akhir Juli 2018 selama 2 hari.

9. Penutup

Demikianlah kerangka acuan ini dibuat dengan harapan dapat ditindaklanjuti dan

memperoleh dukungan dalam pelaksanaannya demi membawa kontribusi positif dalam

peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit padang pariaman 2018

Jakarta, 2018

Peneliti,

Adriyanti Amran
MODUL
MANAJEMEN NYERI

Oleh : Adriyanti Amran


NPM : 2016980026

PENERAPAN MANAJEMEN NYERI BAGI


PERAWAT

DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT


A. Deskripsi

Bahasan dalam modul ini memberikan gambaran mengenai nyeri dan penerapan

manajemen nyeri .

B. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pembelajaran ini diharapkan perawat mampu memahami

manajemen nyeri dan menerapkan manajemen nyeri

2. Tujuan Khusus

Setelah pembelajaran perawat mampu :

a. Menjelaskan konsep nyeri

b. Menjelaskan pengertian manajemen nyeri

c. Menerapkan manajemen nyeri

d. Mengimplementasikan manajemen nyeri

C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

a. Menjelaskan definisi nyeri

b. Menjelaskan fisiologi nyeri

c. Teori pengontrolan nyeri

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

e. Manajemen nyeri farmakologi (pemberian analgesik, efek samping therapy dan

cara pemberian therapy)

f. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat harus memiliki kemampuan

dalam :
1). Mampu memperlihatkan sikap empati

2). Mampu mendengarkan secara aktif

3) Mampu memberikan respon verbal dan non verbal (sentuhan, bahasa tubuh)

berdasarkan kebutuhan klien

Langkah – langkah asuhan keperawatan

1. Pengkajian :

a). Melakukan pengkajian secara holistik, tepat dan akurat pada klien

melalui pendekatan sistemik yang meliputi lokasi, akrakteristik, durasi,

frekuensi, intensitas dan beratnya nyeri dan faktor pencetus (PQRST)

b) Melakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat kesehatan, penentuan

ada tidaknya nyeri

c) Melakukan pemeriksaan fisik dengan tepat

Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan,

respon fisiologis, respon perilaku, respon afektif

d) Menggali abnormalitas hasil pemeriksaan untuk mendukung

menetapkan masalah keperawatan sebagai landasan dalam merumuskan

diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian

a) Mengenal masalah

b) Menganalisa masalah

c) Merumuskan masalah dan faktor penyebab dan faktor resiko.

3. Perencanaan

Menyusun perencanaan keperawatan


a. Menentukan prioritas masalah

b. Menentukan tujuan

Tujuan :

1). Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri

2). Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri

kronis yang persisten

3). Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri

4). Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi

nyeri

5). Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan

pasien untuk menjalankan aktifitas sehari-hari

c. Menentukan kriteria keberhasilan

d. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat mengatasi masalah baik

bersifat mandiri maupun kolaboratif dengan mempertimbangkan aspek

budaya, etik dan legal.

4. Implementasi

a) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai prosedur (SPO) dengan

memperhatikan prioritas pada klien dalam mangatasi masalah kebutuhan

dasar manusia.{teknik nafas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik

distraksi (visual,pendengaran, relaksasi, pernafasan, dan kognitif)}

b) Menyampaikan pesan tepat dan jelas

c) Melakukan kolaborasi dengan tim medis

d) Melakukan tindakan melalui kegiatan observasi dan mandiri

e) Memberikan pendidikan kesehatan sesuai masalah klien


5. Evaluasi

a. ) Melakukan eveluasi keperawatan

1) Menilai perkembangan kondisi klien

2) Memodifikasi, merubah intervensi keperawatan sesuai kebutuhan

klien.

b). Mendokumentasikan asuhan keperawatan

1). Menuliskan data secara sistematis dan jelas , yang menggambarkan

kondisi pasien sesungguhnya.

2). Mendokumentasikan dengan menggunakan teknologi informasi

3). Membuat catatan tentang perkembangan keadaan klien dan

menuliskan rencana tindak lanjut untuk klien.


D. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Hari Ke 1
No Tahap Pelaksanaan Kegiatan Alokasi Metode
Peserta Waktu
1. Tahap pembukaan Mendengarkan 10 menit Ceramah,
a. Memberikan salam diskusi
b. Menjelaskan tujuan kegiatan dan tanya
jawab
2. Tahap penyampaian materi Mendengarkan 50 menit Ceramah,
dan diskusi diskusi
a. Menjelaskan definisi nyeri dan tanya
b. Menjelaskan fisiologi nyeri jawab
c. Menjelaskan teori
pengontrolan nyeri
d. Menjelaskan Faktor-faktor
yang mempengaruhi nyeri
e. Menjelaskan efek
membahayakan dari nyeri
f. Menjelaskan manajemen
nyeri farmakologi (pemberian
analgesik, efek samping
pemberian therapy

dan cara pemberian therapy)

3. Tahap Penutup
a. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya
b. Mengevaluasi materi yang
sudah disampaikan
c. Penutup
Hari Ke 2

No Tahap Pelaksanaan Kegiatan Alokasi Metode


Peserta Waktu
1. Tahap pembukaan Mendengarkan 10 menit Ceramah,
c. Memberikan salam diskusi
d. Menjelaskan tujuan kegiatan dan tanya
jawab
2. Tahap penyampaian materi Mendengarkan 50 menit Ceramah,
dan diskusi diskusi,
a. Menjelaskan pengkajian tanya
nyeri jawab dan
b. Menjelaskan manajemen mendemo
nyeri non farmakologi
nstrasikan
c. Mendemonstrasikan
pengkajian nyeri
d. Mendemonstrasikan cara
melakukan metode
manajemen nyeri non
farmakologi (tekhnik nafas
dalam, imajinasi terbimbing
dan tekhik distraksi)

3. Tahap Penutup
a.Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
b.Mengevaluasi materi yang
sudah disampaikan
c.Penutup
E. Uraian Materi

1. Definisi nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Smeltzer
& Bare, 2012). Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006). Nyeri juga dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi
fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006). Berdasarkan definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu perasaan tidak nyaman yang bersifat subjektif
dan tidak dapat dirasakan orang lain dan diungkapkan oleh individu yang bersangkutan.

2. Fisiologi nyeri
Proses terjadinya nyeri dimulai dari reseptor nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh
yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh ini berupa ujung saraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat dan secara potensial
dapat merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor (White, 2001). Menurut Potter
& Perry (2011) berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah visceral. Letak yang berbeda-beda inilah yang akan menimbulkan sensasi
yang berbeda pula terhadap nyeri yang dirasakan.

3. Teori Pengontrolan Nyeri


Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Smeltzer (2012), menjelaskan
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan
saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu
keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta- A dan C melepaskan substansi C
melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan
(Smeltzer dan Bare, 2002).
4. Tujuan penatalaksanaan nyeri
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.

5. Manajemen Nyeri
Dalam melakukan manajemen nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan
Nonfarmakologis (Potter & Perry 2011). Menurut Cox(2010) menyatakan bahwa
penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara majemen
nyeri farmakologis dan nonfarmakologis.

a. Manajemen Nyeri Farmakologi


Prinsip penatalaksanaan nyeri, pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik
yang paling ringan sampai ke yang paling kuat. Penatalaksanaan nyeri secara
farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat. Penanganan farmakologis yang
sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesik
yang terbagi menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik
narkotik. Penatalaksanaan nyeri dengan farmakologis yaitu dengan
menggunakan obat-obat analgesik (oral, intravena maupun intramuskuler).

Pendekatan farmakologi, merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dengan


dokter, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan
sensasi nyeri.

Pemberian analgesik
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi pemberian analgesik
diantaranya penggunaan opioid (narkotik), non opioid/NSAIDs (Non Steroid Anti
Inflamation Drugs), dan adjuvan serta ko-analgesik.
Daftar Analgesik Yang Umum Diberikan
Kelompok Jenis Keterangan
Analgesik Morfin sulfat, kodein sulfat,
narkotik meperidin hidroklorid, metadon,
pentazosin
NSAIDs Asetaminofen, asam asetilsalisilat
(aspirin),kolin magnesium trisalisilat,
diklofenak sodium, ibuprofen,
piroksisam, tolmetil sodium.
Analgesik Amitriptillin, klorpromazin,
adjuvan diazepam, hidrozin

Analgesik opioid (narkotik) terdiri dari berbagai derivat dari opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek euforia
(kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat (ada beberapa
tipe reseptor opiat seperti mu, delta dan kappa) dan mengaktifkan penekan nyeri
endogen pada susunan saraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi
juga menekan pusat pernafasan dan batuk di medula batang otak. Dampak lain dari
obat narkotik adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis
obat akan meningkat.

Analgesik non opioid ( non- narkotik) sering juga disebut Non Steroid Anti Inflamation
Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti
nyeri juga memiliki efek anti–inflamasi dan anti demam. Obat-obat golongan ini
menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung saraf perifer didaerah yang
megalami cedera. Obat kelompok ini memiliki efek maksimum, yaitu peningkatan
dosis obat ini hingga kadar tertentu tidak menyebabkan peningkatan efek analgesia.
Obat ini umumnya diberikan untuk mengatasi nyeri terdiri dari berbagai beri ringan
sampai sedang.
Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya
ulkus gaster dan perdarahan gaster. Untuk mengatasi gangguan ini biasanya pemberian
obat dilakukan setelah atau bersama makanan dan atau memberikan antasid bersama-
sama dengan obat. NSAIDs mungkin dikontra indikasikan pada klien dengan gangguan
pembekuan darah, perdarahan gaster, penyakit ginjal dan trombositopeni

Analgesik adjuvan adalah obat yang dikembangkan bukan untuk memberikan efek
analgesik tetapi ditemukan mampu menyebabkan penurunan nyeri pada berbagai nyeri
kronis. Contohnya adalah sedatif ringan atau tranquilliser seperti diazepam (valium),
mungkin membantu menurunkan spasme otot yang disertai nyeri selain menurunkan
kecemasan, stress dan ketegangan sehingga klien mampu tidur dengan baik ( Potter &
Perry, 2006 ).
Efek samping pemberian terapi dan tindakkan pencegahan
1) Konstipasi
Pencegahan : tingkatkan asupan cairan dan makanan tinggi serat, tingkatkan
aktifitas, jika perlu berikan laksatif.
2) Mual dan muntah
Pencegahan : informasikan adanya mual dan selama beberapa hari awal
pemberian, berikan anti emetik bila perlu, ganti dengan analgetik lain.
3) Sedasi
Pencegahan : jelaskan bahwa toleransi mungkin dicapai setelah 3-5 hari.
4) Depresi pernafasan
Pencegahan : berikan antagonis opium sampai pernafasan kembali normal.
5) Gatal
Pencegahan : berikan kompres dingin, cairan pelembab, berikan anti histamin dan
informasikan toleransi dapat juga menimbulkan gatal.
6) Retensi obat
Pencegahan : beri antagonis narkotik seperti nalokson hidroklorid, mungkin perlu
dilakukan pemasangan kateter.
Cara pemberian analgesik
a) Parenteral (intra muskuler, intra vena, dan sub kutan), efek yang dihasilkan
lebih cepat dibanding pemberian oral, tetapi durasi efeknya lebih pendek.
b) Oral , dipilih pada klien yang mampu minum obat karena pemberian seperti ini
mudah, non invasif dan tidak menyakitkan seperti pada injeksi. Nyeri berat
dapat dihilangkan dengan narkotik oral jika dosisnya cukup tinggi.
c) Rektal , mungkin diindikasikan pada klien yang tidak mampu menggunakan
obat-obat melalui cara pemberian lain. Cara pemberian ini juga diindikasikan
bagi klien dengan masalah perdarahan seperti hemofilia
d) Transdermal, digunakan untuk mencapai kadar opioid yang konsisten dalam
serum melalui absorpsi obat melalui kulit. Metode ini digunakan untuk
menangani nyeri pasca operasi dan juga nyeri kanker.
e) Intraspinal, infus opioid atau agen anastesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid
atau ruang epidural, efektif untuk mengontrol nyeri pada klien pasca operatif
dan nyeri kronis yang tidak reda dengan metode lain.

6. Pengkajian Nyeri
a. Skrining Nyeri
Prosedur skrining dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan rasa sakit, pasien
dapat diobati di rumah sakit atau dirujuk. Lebih jauh dijelaskan bahwa apabila pasien
dirawat di rumah sakit, lakukan assesment yang lebih komprehensif. (SNAR, 2017)
b. Intensitas Nyeri
Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu dinamakan
intensitas nyeri. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologis
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Pada penelitian ini untuk intensitas nyeri digunakan Visual Analag Scale (VAS).
Skala nyeri ini berbentuk garis horisontal sepanjang 10 cm. Ujung kiri biasanya
menandakan tidak nyeri sedangkan ujung kanan biasanya menandakan nyeri berat.
Cara kerjanya dengan meminta pasien untuk menunjuk titik pada garis yang
menunjukkan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut (Smeltzer & Bare,
2002).

c. Karakteristik Nyeri
Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan PQRST dapat
mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan pasien
(Muttaqin, 2011). Pendekatan dengan menggunakan PQRST tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Provoking Incident : apakah ada faktor yang menjadi penyebab nyeri, apakah
nyeri berkurang jika beristirahat. Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri dan
apa yang dipercaya pasien untuk membantu mengatasi nyerinya.
b) Quality or Quantity of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien, apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
c) Region radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat
oleh pasien, apakah rasa sakit itu menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit
terjadi.
d) Severity (scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan mempengaruhi
kemampuan fungsinya terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari misalnya
tidur,makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain dan aktifitas.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan, apakah
ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.

7. Manajemen Nyeri Non Farmakologi


Pendekatan non farmakologi, merupakan tindakan mandiri perawat untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri diantaranya :

a. Distraksi
Adalah suatu tindakan pengalihan perhatian klien kehal-hal lain diluar nyeri, sehingga
dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi dapat dilakukan dengan
meminta klien menonton tv, membaca, bernyanyi dan berdoa. Membaca Al Quran atau
mendengarkan morrotal Al Quran.
b. Relaksasi nafas dalam
Adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Relaksasi terbagi menjadi
relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot. Tindakan relaksasi nafas dalam adalah tindakan
yan sederhana tapi mampu mengurangi keluhan nyeri pada klien.

c. Imajinasi terbimbing
Adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam fikiran klien, kemudian berkonsentrasi
pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi nyeri klien.
Tindakan ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan tindakan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit , (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta

Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2011). Buku ajar fundamental: konsep, proses dan praktik.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, S & Bare, B. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah: Brunner & Suddarth.
Vol 1. (Ed 8). Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.

WHO Analgesic Ladder


IDENTITAS PENULIS

Nama : Adriyanti Amran


NPM : 2016980026
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 08 Desember 1972
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat e-mail : adriyanti_amran@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 060822 Medan : Lulus tahun 1985


2. SMP Negeri 3 Medan : Lulus tahun 1988
3. SMA Negeri 5 Medan : Lulus tahun 1991
4. DIII Keperawatan Dewi Maya Medan : Lulus tahun 1994
5. S1 Keperawatan PSIK Unand Padang : Lulus tahun 2003
6. Pogram Ners PSIK Unand Padang : Lulus tahun 2004
7. Program Akta 5 Universitas Negeri Padang : Lulus tahun 2004
8. Magister keperawatan : Tahun 2016 - sekarang

Riwayat Pekerjaan :
1. Perawat kamar bedah di rumah sakit Dewi Maya Medan, Tahun 1994 - 1996
2. Perawat ICU di rumah sakit Matha Friska Medan. Tahun 1996-1998
3. Perawat Accident and Emergency di rumah sakit Internasional Glenagles Medan ,
Tahun 1998-2000
4. Ka. Prodi D3 Keperawatan Stikes Ceria Buana – Sumbar, Tahun 2004 - 2006
5. Staff Puskesmas Kurai Taji – Pariaman , Sumbar , Tahun 2006 - 2009
6. Staff Seksi Jaminan Kesehatan – Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tahun 2009 – 2012
7. Staff Puskesmas Pejuang Kota Bekasi, Tahun 2012 – sekarang
Lampiran .......

MAHASISWA PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Perawat
Di
Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini , mahasiswa Manajemen Keperawatan Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Nama : Adriyanti Amran


NRM : 2016980026

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Manajemen Nyeri


Terhadap Peningkatan Kompetensi Manajemen Nyeri oleh Perawat di ruang Penyakit
Dalam Dewasa dirumah sakit padang pariaman tahun 2018”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak dan ibuk sekalian.
Kerahasiaan serta informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan
penelitian.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaannya untuk menanda
tangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam
lembaran kuesioner. Atas kesediaan Bapak/ Ibu sebagai responden saya mengucapkan terima
kasih.

Jakarta , 2018
Peneliti

(Adriyanti Amran)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian dari peneliti,
saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh Adriyanti Amran Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhamadiyah Jakarta dengan judul “Pengaruh Pelatihan
Manajemen Nyeri Terhadap Peningkatan Kompetensi Perawat di ruang Penyakit Dalam
Dewasa dirumah sakit padang pariaman tahun 2018”

Demikian persetujuan ini saya berikan untuk dapat dipergunakan semestinya.

Pariaman , 2018

Responden

(………………………..)
KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menulis pada tempat yang telah disediakan

check list (√) pada salah satu pilihan yang sudah disediakan

Kode Responden :

(Diisi oleh peneliti)

A. Identitas Responden

1. Inisial Responden : ….

2. Usia : …. Tahun

3. Masa Dinas : …. Tahun

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Pendidikan : SPK/SPR DIII Kep

S1 Keperawatan/Ners S2 Keperawatan

6. Status : Kawin Belum Kawin


Lampiran 2

Kuesioner Pengetahuan Perawat

Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cheklist (√) pada kolom “Betul”, jika pernyataan tersebut menurut
Bapak/Ibu Betul
2. Berilah tanda cheklist (√) pada kolom “Salah”, jika pernyataan tersebut menurut
Bapak/Ibu Salah

No Pernyataan Betul Salah

1. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan


dengan menanyakan faktor yang memicu
timbulnya nyeri

2. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang


yang berfungsi untuk menerima
ransangan nyeri

3. Teori gate kontrol mengatakan bahwa


bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan
disepanjang sistem saraf pusat

4. Skrining nyeri merupakan langkah awal


bagi perawat sebelum melakukan
manajemen nyeri non farmakologi

5. Nyeri adalah sensori subyektif dan


emosional yang tidak menyenangkan
yang dapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial

6. Pendekatan farmakologi merupakan


tindakan kolaburasi antara perawat
dengan dokter, yang menekankan pada
pemberian obat.

7. Manajemen nyeri adalah tindakan


pemberian obat yang dilakukan oleh
dokter

8. Menganjurkan pasien untuk


mendengarkan ayat suci Alquran adalah
salah satu contoh dari tekhnik relaksasi.
9. Non Steroid Anti Inflamation Drug
(NSAID), dapat digunakan pada keadaan
nyeri yang sangat hebat

10. Analgesik merupakan metode umum yang


efektif untuk mengatasi nyeri

11. Depresi pernapasan jarang terjadi pada


pasien yang telah menerima opioid selama
beberapa bulan.

12. Pasien dengan nyeri harus dibantu untuk


mengatasi nyeri sebelum terjadi
peningkatan nyeri.

13. Pasien harus disarankan untuk


menggunakan teknik non farmakologi
saja, tidak bersamaan dengan tekhnik
farmakologi.

14. Visual Analog Scale (VAS), adalah alat


yang dapat membantu perawat
menetapkan skala nyeri pasien, dengan
cara memperkirakan berat ringannya
nyeri yang dirasakan pasien

15. Analgesik non opioid adalah jenis


analgesik narkotik

16. Aspirin dan agen anti-inflamasi


nonsteroid lainnya tidak efektif untuk
nyeri akibat metastase

17. Dalam pengkajian tidak penting


menanyakan karakteristik nyeri dengan
pendekatan menggunakan PQRS
18. Penataan nyeri non farmakologi antara
lain relaksasi, distraksi dan imajinasi
terbimbing

19. Tekhnik relaksasi adalah upaya


menciptakan kesan dalam fikiran pasien
dan pasien berkonsentrasi dengan kesan
tersebut.
20. Opioid adalah jenis analgesik non
narkotik yang dipakai dalam penanganan
nyeri .

21. Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri


pasien menggunakan PQRST, dimana T
adalah waktu kapan nyeri dirasakan
pasien

22. Hipnosis merupakan tekhnik distraksi


dalam manajemen non farmakologi

23. Yang termasuk teknik distraksi adalah


alih fokus perhatian dan dukungan
keluarga

24. Pendekatan pengkajian dengan metode


PQRST, mempermudah perawat
melakukan pengkajian nyeri

25. Manajemen nyeri non farmakologi adalah


tugas kolaboratif perawat, sedangkan
manajemen nyeri farmakologi merupakan
tugas mandiri perawat.

26. Salah satu guna pengkajian respon nyeri


adalah respon afektif

27. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri


terdapat dalam tujuan dalam pelaksanaan
nyeri

28. Durasi keluhan nyeri dan mengurangi


intensitas nyeri adalah merupakan bagian
dari pengkajian

29. Salah satu tujuan dari pelaksanaan nyeri


adalah mengurangi penderitaan dan
ketidak mampuan akibat nyeri

30. Distraksi adalah merupakan tindakan


farmakologi
31. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologis

32. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau


intoleransi terhadap terapi nyeri
merupakan tujuan pelaksanaan nyeri

33. Proses nyeri dimulai dari reseptor non


nyeri

34. Impuls nyeri tdak dapat diatur , dihambat


oleh mekanisme pertahanan

35. Letak yang berbeda pada rangsangan


nyeri akan menimbulkan sensasi yang
sama terhadap nyeri yang dirasakan
Lampiran 3

Kuesioner Sikap Perawat

Petunjuk :
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang
disesuaikan dengan pemahaman anda

1. Selalu (SL), jika pernyataan tersebut selalu anda lakukan


2. Sering (SR), jika pernyataan tersebut sering dilakukan
3. Kadang-kadang (KD), jika pernyataan jarangdilakukan
4. Tidak Pernah (TP), jika pernyataan sama sekali tidak pernah dilakukan

No Pernyataan SL SR KD TP
1. Saya melakukan skrining nyeri dalam
pengkajian awal terhadap pasien baru
masuk
2. Saya mengkaji faktor yang menyebabkan
nyeri pada pasien
3. Saya melakukan pengkajian nyeri guna
menentukan ada tidaknya nyeri
4. Saya menggunakan metode PQRST dalam
mengkaji karakteristik nyeri pasien
5. Saya melakukan pengkajian respon nyeri
guna melihat respon afektif pasien
6. Saya menetapkan skala nyeri pasien
bersama pasien dengan menggunakan skala
VAS
7. Saya memberikan analgesik sesuai anjuran
dokter
8. Saya menanyakan keluhan pasien terhadap
efek samping akibat pemberian analgesik
9. Saya mendemonstrasikan kepada pasien
salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologi
10. Saya melihat kemampuan pasien
melakukan salah satu metode manajemen
nyeri yang saya contohkan
11. Saya mengevaluasi skala nyeri pasien
setelah dilakukan manajemen nyeri
farmakologi
12. Saya melakukan pencatatan atas
peningkatan nyeri pasien menuju rasa
nyaman
13. Saya mengevaluasi skala nyeri pasien
setelah dilakukan manajemen nyeri non
farmakologi
14. Saya melakukan salah satu distraksi untuk
manajemen non farmakologi
15. Saya menjelaskan kepada pasien untuk
prosedur tindakan
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PENERAPAN MANAJEMEN NYERI

No PERNYATAAN Dilakukan Tidak


dilakukan
1. Perawat melakukan skrining nyeri
pada pengkajian awal
2. Perawat mengkaji faktor yang
menyebabkan nyeri pada pasien
3. Perawat menggunakan metode
PQRST dalam mengkaji karakteristik
nyeri pasien
4. Perawat menetapkan skala nyeri
pasien bersama pasien dengan
menggunakan skala VAS
5. Perawat memberikan analgesik sesuai
anjuran dokter
6. Perawat menanyakan keluhan pasien
terhadap efek samping akibat
pemberian analgesik
7. Perawat mendemonstrasikan kepada
pasien salah satu metode manajemen
nyeri non farmakologi
8. Perawat melihat kemampuan pasien
melakukan salah satu metode
manajemen nyeri non farmakologi
yang dicontohkan perawat
9. Perawat mengevaluasi skala nyeri
pasien setelah dilakukan manajemen
nyeri farmakologi dan non
farmakologi
10. Perawat melakukan pencatatan atas
peningkatan kenyamanan atau
peningkatan nyeri pasien
Lampiran 5

Draf SOP Manajemen Nyeri

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
PADANG PARIAMAN MANAJEMEN NYERI

Jl. Raya Bukit Tinggi No. Dokumen No. Revisi Halaman


Desa Parit Malintang ......../....../2018
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD
PADANG PARIAMAN
STANDAR
OPERASINAL
PROSEDUR

dr. .................

I. PENGERTIAN : Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi


mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level
kenyamanan yang diterima oleh pasien
II. TUJUAN : Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan
nyeri

III. KEBIJAKAN : Dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri


IV. PROSEDUR : 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif
tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi
2. Amati perlakuan non verbal yang
menunjukkan ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan komunikasi efektif
3. Pastikan pasien menerima analgesik yang
tepat/ tindakan mandiri manajemen nyeri
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang
dapat diterima tentang pengalaman nyeri dan
merasa menerima respon pasien terhadap nyeri
5. Identifikasi dampak pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
6. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk
riwayat individu dan keluarga mengalami
nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan
7. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas
pengukuran kontrol paska nyeri yang dapat
digunakan
8. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh
dukungan
9. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan
untuk mengkaji kenyamanan pasien dan
merencanakan monitoring tindakan
10. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama berakhir, antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
11. Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien mengalami ketidaknyamanan
(misal: temperature ruangan, cahaya,
kebisingan)
12. Mengajarkan pada pasien bagaimana
mengurangi atau menghilangkan faktor yang
menjadi presipitasi atau meningkatkan
pengalaman nyeri (misal: ketakutan,
kelemahan, monoton, dan rendahnya
pengetahuan)
13. Pilih dan implementasikan berbagai
pengukuran (misal: farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk
memfasilitasi penurun nyeri
14. Mengajarkan kepada pasien untuk
mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurun nyeri
15. Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya
sendiri dan intervensi segera
16. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi
(misal: biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas,
acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan)
17. Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk
penurun nyeri yang optimal
18. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum
nyeri meningkat
19. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan
dengan pasien, catat perubahan pada rekam
medik.
20. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri
yang dilakukan dengan pengkajian terus-
menerus terhadap pengalaman nyeri
21. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada
respon pasien
22. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
23. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyeri, sesuai keperluan
24. Beri informasi yang akurat untuk mendukung
pengetahuan keluarga dan respon untuk
pengalaman nyeri
25. Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun
nyeri, jika mungkin
26. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen
nyeri pada rentang spesifik
V. UNIT TERKAIT:  Semua instalasi terkait
Lampiran 6

DRAFT FORMAT TINDAKAN DISTRAKSI

Tidak Ket
Dilaku
No Aspek Yang dinilai dilaku
kan
kan

1. Membina hubungan saling percaya

2. Menjelaskan prosedur tindakan

Anjurkan klien untuk mencari posisi


3.
yang nyaman

Duduk dengan klien tapi tidak


4.
mengganggu

5. Melakukan bimbingan kepada klien:

a. Meminta klien memikirkan hal-hal


yang menyenangkan.

b. Ketika klien relaks dan berfokus


pada bayangannya, perawat
menunggu dalam kondisi diam
c. Jika klien menunjukkan adanya
agitasi, gelisah dan tidak nyaman,
hentikan latihan dan mulai lagi saat
klien siap.
d. Relaksasi akan mempengaruhi klien
selama 15 menit, catat daerah yang
tegang dan biasanya klien akan
relaks setelah menutup matanya
sambil mendengarkan musik yang
lembut
e. Catat hal-hal yang membantu klien
untuk relaks untuk digunakan pada
latihan selanjutnya
6. Dokumentasikan tindakan
keperawatan
Lampiran 7

DRAFT FORMAT TINDAKAN RELAKSASI

Tidak Dilaku Ket


No Aspek Yang dinilai Dilaku
kan
kan
Posisi klien diatur sedemikian rupa
1. hingga klien merasa nyaman, bisa
duduk atau berbaring

Instruksikan klien untuk menghirup


2. nafas dalam hingga rongga dada berisi
udara bersih.

Pasien perlahan menghembuskan


nafas dan membiarkannya keluar dari
3.
semua tubuh, saat itu suruh klien
merasakan betapa rasanya.

Pasien bernafas normal beberapa saat


4.
(1-2 menit)

5. Pasien bernafas dalam dan


menghembuskan perlahan dan rasakan
udara mengalir dari tangan, kaki dan
menuju ke paru. Kemudian ulangi
kembali.

6. Setelah klien rileks kemudian irama


nafas ditambah. Gunakan
pernafasan dada dan abdomen.

7. Kaji respon klien setelah diberikan


terapi relaksasi nafas dalam

8. Dokumentasikan tindakan

Anda mungkin juga menyukai