GERMADAN Kerinci
GERMADAN Kerinci
LINGKUNGAN HIDUP
Danau Kerinci
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Kerinci
Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai
ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Cara mengutip :
Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH
Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH
Tim Penyusun :
Aswandi Idris, Asropi, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap,
Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi.
Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset
dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Bappeda Provinsi Jambi, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, Bappeda
Kabupaten Kerinci, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kerinci, serta Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci.
Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Cetakan I : Tahun 2013
Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Kerinci merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelengaraan Konferensi
Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang
ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan,
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset
dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungannya.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi
Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan
Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model.
Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen
Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen
Germadan Danau Kerinci telah tersusun. Dokumen Germadan Kerinci ini lahir berdasarkan
arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem
Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau
Kerinci dari berbagai sumber terkait. Germadan Kerinci ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan
Danau Kerinci yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau
Kerinci yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas fungsi dan kewenangannya.
Danau Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi
diantaranya sebagai sumber energi, perikanan, pengendali banjir, irigasi pertanian, dan lain
sebagainya. Danau Kerinci merupakan danau volcano-tectonik yang mendapatkan pasokan air
dari sungai-sungai yang berasal dari Gunung Kerinci dan keluar melalui Sungai Batang
Merangin. Danau Kerinci pada tahun 1995 mengalami penurunan kualitas air danau yaitu
mengalami eutrofikasi berat dengan gejala dimana 80% permukaan danau telah tertutup oleh
Eceng Gondok. Akbat dari kejadian tersebut, aktivitas pemanenan ikan oleh masyarakat
hamper terhenti total sehingga pada tahun 1998 permukaan danau telah bersih kembali dengan
adanya introduksi ikan pemakan Eceng Gondok (Grass Carp) sebagai penanganan alami untuk
Eceng Gondok. Dalam rangka mewujudkan Danau Kerinci yang Elok, Sejuk, Sehat,
Berdayaguna maksimal serta berkelanjutan, maka diharapkan dengan adanya buku Gerakan
Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat menjadi sumber acuan penyelamatan danau serta
mempermudah penyelenggaraan program aksi penyelatan ekosistem Danau Kerinci
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada
Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat,
daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen Gerakan
Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini dapat
menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu
merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan
penyelamatan Danau Kerinci.
Tabel 3.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau ………………………………………...……………………...
Gambar 3.5. Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci …......................
Gambar 3.6. Penggunaan Lahan DTA Danau Kerinci ...............................................
Gambar. 2.7. Peta Daerah Aliran Sungai Yang Menjadi Daerah Tangkapan Air
Danau Kerinci ........................................................................................
Gambar 3.8. Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI,
2007) ......................................................................................................
Gambar 3.9. Daerah Aliran Sungai Batanghari ………………………………………….
Gambar 3.10. Air Danau Kerinci yang biru ………………………………………………..
Gambar 3.11. Hasil Pemanenan Ikan di Danau Kerinci………………………………….
Gambar 3.12. Ikan dari Danau Kerinci …………………………………………………….
Gambar 3.13. Jenis ikan yang hidup di Danau Kerinci …………………………………..
Gambar 3.14. Lokasi Permukiman Sekitar Danau Kerinci ………………………………
Gambar 3.15. Persawahan di Sekitar Danau Kerinci …………………………………….
Gambar 3.16. Pemanfaatan Badan Air Danau Kerinci untuk Perikanan ………………
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Di Provinsi Jambi terdapat beberapa danau (Tabel 1.1) yang merupakan salah satu
sumber air tawar yang berfungsi tidak hanya sebagai penyedia air bersih, namun juga
sebagai sumber air untuk energi, pertanian, perikanan, serta sebagai pengendali
banjir, asimilasi nutrisi tanaman, penampung sedimen serta sumber pengisian ulang
air tanah.
Danau Kerinci terbentuk dari proses patahan tektonik di jalur Bukit Barisan yang
merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi besar, namun kelestariannya
sedang terancam oleh proses sedimentasi dan eutrofikasi yang berasal dari wilayah
Daerah Tangkpan Air (DTA). DTA danau memiliki jenis tanah yang sangat subur dan
peka terhadap erosi, sehingga sangat mudah tergerus oleh curah hujan dan kemudian
dibawa aliran sungai masuk ke danau. Kemiringan aliran (water sloping) yang tinggi
serta pengolahan lahan yang sangat intensif namun belum menerapkan sistem
pertanian konservatif, telah memicu tingginya laju sedimentasi yang masuk ke dalam
danau. Hal ini juga dipengaruhi oleh keberadaan 10 sungai yang menjadi inlet suplai
air Danau Kerinci.
Potensi sumberdaya air Danau Kerinci tergolong besar dan masih alami, dengan aliran
permukaan yang semuanya berasal dari kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS) yang memiliki curah hujan sangat tinggi dan komposisi hutan yang
masih lebat. Potensi pasokan air Danau Kerinci yang cukup terjamin keberadaannya
sepanjang musim ini terkait dengan keberadaan TNKS yang merupakan kawasan
konservasi dengan luas hampir 1,5 juta Ha. Mengingat keterkaitan erat antara
ketersediaan air danau dengan kondisi hutan dan lahan di hulu, maka upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Kerinci serta
kabupaten/kota lain disekitarnya harus dilakukan secara terintegrasi terhadap potensi
hutan, lahan dan air.
Ekosistem Danau Kerinci memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat beragam,
meliputi sumber energi (PLTA), pariwisata, pertanian, perikanan (minapolitan), sumber
air baku air minum, serta pertambangan (bahan galian Golongan C). Besar dan
beragamnya potensi ekosistem Danau Kerinci memiliki dampak positif terhadap
perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat; namun, apabila pemanfaatan
ekosistem danau dilakukan dengan tidak efisien, justru akan menyebabkan dampak
negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Dampak negatif
langsung yang dapat terjadi antara lain berupa penurunan kualitas air dan umur pakai
danau (lake usage). Dampak negatif tidak langsung antara lain terganggunya
pemanfaatan debit aliran air danau bagi PLTA Merangin (Kapasitas 2 x 175 MWt)
yang saat ini sedang dibangun.
Kerusakan ekosistem Danau Kerinci kurang dipahami oleh pihak-pihak terkait, antara
lain karena ketidakpahaman mereka akan batas-batas sistem hidrologi dan tata air
danau yang sangat komplek, dengan intensitas dan durasi curah hujan yang sangat
tinggi. Akibat ketidakpahaman tersebut, pembangunan yang dilakukan di daerah hulu
(DTA) sering kali menyebabkan kerusakan di hilir (di Danau Kerinci). Kondisi ini
mencerminkan tidak terintegrasinya kebijakan sistem pengelolaan sumber daya air
dari hulu hingga ke hilir.
Peningkatan jumlah sedimen yang dibawa oleh aliran air dari sungai-sungai ke Danau
Kerinci merupakan permasalahan besar dan penting. Selain itu, telah banyak hasil
studi yang menjelaskan bahwa banjir besar yang selalu terjadi setiap tahun di Kerinci
telah mengangkut sedimen dalam jumlah besar yang selalu berakhir di danau Kerinci.
Agar Danau Kerinci tidak menjadi “sediment trap” atau bahkan menjadi danau mati,
harus dilakukan pengelolaan daerah tangkapan air (DTA) secara terintegrasi.
Penurunan kualitas lingkungan di kawasan Danau Kerinci perlu segera ditangani agar
tidak berpengaruh lebih jauh terhadap kualitas ekosistem danau maupun
keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu, tindakan penyelamatan
yang dilakukan perlu melibatkan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, serta
dalam lingkup keruangan (spasial) yang terpadu, terintegrasi dalam satu kesatuan
ekosistem.
B. Peraturan Pemerintah
D. Peraturan Menteri
E. Keputusan Menteri
1. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031.
Visi pengelolaan Kawasan Danau Kerinci merupakan penjabaran dari visi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci yang diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012 dan visi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Sungai Penuh yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh
Nomor 5 Tahun 2012. Berdasarkan Visi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
tersebut maka Visi pengelolaan Danau Kerinci adalah sebagai berikut:
Visi
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditentukan misi Pengelolaan Kawasan Danau
Kerinci sebagai berikut:
Misi
Terkait dengan misi tersebut, perlu dipastikan bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikembangkan di wilayah Provinsi Jambi maupun Kabupaten Kerinci
dan Kota Sungai Penuh telah memuat ketentuan yang diperlukan bagi penyelamatan
ekosistem danau berdasarkan misi penyelamatan ekosistem danau, antara lain
dengan mengintegrasikan upaya pengendalian kerusakan dan pencemaran danau ke
dalam kebijakan, rencana dan/atau program (KRP). Untuk itu melalui Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dilaksanakan terhadap KRP, antara lain
terhadap RTRW dan RPJM Provinsi Jambi atau Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai
Penuh, perlu dipastikan bahwa KRP tersebut mengintergrasikan atau mengangkat
Sesuai arahan Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia (KLH, 2012),
perumusan program penyelamatan Danau Kerinci dilakukan dengan strategi umum
Penataan, Pengendalian dan Pengembangan Ekosistem Danau; Pengaturan,
Penertiban dan Pengawasan Ekosistem Danau; serta Penyediaan Sistem Informasi
Ekosistem Danau. Ketiga strategi umum tersebut akan menjadi acuan untuk
perumusan Program Super Prioritas (Pokok) dan Program Prioritas (Penunjang) dalam
penyelamatan ekosistem Danau Kerinci, berdasarkan kondisi dan permasalahan
danau. Program yang dirumuskan diharapkan mampu mengatasi permasalahan
ekosistem Danau Kerinci dalam jangka waktu 5 tahun, sehingga fungsi danau dapat
dipertahankan.
a. Tersedianya sumber air yang cukup sepanjang tahun sehingga fungsi dan
peran Danau kerinci sebagai reservoir alami untuk berbagai kebutuhan
seperti irigasi pertanian, perikanan, sumber air baku air minum, PLTA dan
wisata dapat tetap terjaga;
b. Terjaganya kualitas air danau (in-situ) dari pencemaran limbah pertanian,
domestik maupun dari kegiatan lainnya, dan dari gulma air, melalui proses
pembangunan di badan air maupun di sempadan dan daerah tangkapan air
(ex-situ) yang memenuhi kaidah konservasi;
BAB II
2.1 Permasalahan
Pengendalian erosi, sedimentasi dan banjir merupakan isu utama dalam pengelolaan
DTA Danau Kerinci, karena ketiga kejadian alam tersebut tidak hanya terkait dengan
kondisi fisik dan kesejahteraan penduduk di bagian hulu, tetapi juga akan terkait
langsung dengan kondisi fisik alam, infrastruktur maupun produktivitas danau di
bagian hilir.
Daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS bercurah
hujan tinggi yang terletak di dataran tinggi daerah volkan, mulai dari Gunung Kerinci.
Wilayah ini memiliki topografi bergunung dan berbukit yang umumnya ditutupi hutan
lebat (kawasan TNKS) dengan jenis tanah yang berasal dari endapan lahar atau abu
vulkanik baik basaltik maupun andesetik. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang
cukup subur dan kaya unsur hara (kecuali N) serta bertekstur pasir halus hingga
lempung berpasir dengan kadar tanah liat yang rendah, sehingga kapasitas
infiltrasinya menjadi sangat tinggi.
Karakteristik tanah di wilayah DTA ini adalah memiliki lapisan padas (harpan) yang tak
tembus air. Apabila tanah jenis ini terus dibasahi oleh air hujan hingga melampaui
batas konsistensi maksimumnya (liquid limit), maka kestabilan agregatnya terganggu
dan menjadi labil. Lapisan padas yang tak tembus air menjadi sejenis bidang peluncur
yang menggerakan tanah dan menjadikan bencana tanah longsor. Ancaman tanah
longsor ini sering terjadi bahkan pada saat penutupan hutan di atasnya masih utuh.
Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng dapat mengakibatkan penipisan
lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah serta merusak kondisi tutupan
lahan (land cover).
Berdasarkan pada pola tata ruang kabupaten/kota dan sesuai dengan arahan
penggunaan lahan berdasarkan Pola Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah), penggunaan lahan di DTA Danau Kerinci terdiri dari beberapa zonasi yaitu
kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya (tahunan, semusim dan
sawah) dan kawasan permukiman/perkotaan pada masing-masing sub DAS. Zonasi
tersebut didasarkan pada kemiringan lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan (land
cover). Kawasan hutan lindung di daerah Kerinci merupakan salah satu hutan
simpanan yang ditetapkan berdasarkan Besluit Van Den Gouvernour – General Van
Nederland – Indian Van (GBdd 29 Juni 1926 No.44), dan dikukuhkan kembali dengan
Tata Guna Hutan (TGH) tahun 1987.
Sistem pengolahan lahan di Kerinci pada umumnya masih konvensional, dan dibatasi
oleh kepemilikan lahan yang kecil, sehingga sulit menerapkan manajemen pengolahan
yang lebih baik dalam suatu keluarga. Petani sulit mengadopsi teknologi konservasi
karena terbatasnya kepemilikan lahan. Pemilihan teknik pertanian konservasi telah
banyak ditawarkan namun petani masih sulit mengadopsi, sehingga petani cenderung
mengolah lahan tidak sesuai konsep konservasi tanah dan air, terutama pada lahan
tanaman semusim. Kegiatan pertanian yang semula hanya di wilayah Kayu Aro
berupa perkebunan campuran, saat ini sudah meluas hingga ke lahan dengan
kemiringan >40% terutama di sekitar Sungai Gelampeh. Kegiatan pertanian semacam
ini dan tingginya curah curah hujan mengakibatkan kerusakan pada jenis tanah
Andosol. Kerusakan ini telah berjalan cukup lama khususnya di kawasan pertanian
campuran Kayu Aro sehingga diperkirakan menjadi salah satu sumber permasalahan
erosi lahan.
Kegiatan konservasi tanah yang telah dilakukan belum mampu menahan tingginya laju
sedimentasi pada wilayah yang proses erosinya didominasi oleh tanah-tanah andosol
yang bersifat morpho-erosi ini. Contoh kegiatan represif yang telah dilakukan adalah
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci II - 2
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
normalisasi sungai Batang Merao di wilayah DTA danau, yang hasilnya mampu
menurunkan intensitas banjir namun justru mempercepat laju sedimentasi dan proses
pendangkalan danau.
Kondisi lahan, curah hujan, serta penggunaan dan pengelolaan lahan di daerah
tangkapan air (DTA) Danau Kerinci yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi ini
berpengaruh pada kondisi Danau Kerinci. Proses erosi dan sedimentasi berlangsung
cukup intensif dan menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi
Danau Kerinci. Bendungan yang terbentuk secara alami dari cekungan yang melintang
pada aliran sungai menyebabkan akumulasi endapan dari proses erosi-sedimentasi
atau pendangkalan danau.
tingkat kesuburan tanah yang tinggi di daerah hulu maupun tingginya tingkat
pertumbuhan masyarakat sekitar danau. Untuk mengoptimalkan umur pakai (useful
life) danau, laju sedimentasi Danau Kerinci yang merupakan outlet dari 10 DAS harus
dikendalikan. Untuk itu, laju erosi lahan harus dikendalikan, di samping melakukan
pengerukan lumpur yang mengendap di dasar danau.
Selain erosi dan sedimentasi, kejadian lain yang dipengaruhi oleh ketidaktepatan tata
guna lahan pada daerah tangkapan air danau sehingga mengakibatkan kerusakan
lahan di wilayah DTA, adalah banjir. Istilah banjir dalam tulisan ini adalah luapan air
yang tidak tertampung oleh badan sungai (banjir bandang, flash flood, torrent). Dalam
hidrologi, istilah banjir juga berarti puncak hidrograf, yang tidak selalu berasosiasi
dengan bencana. Banjir adalah sebuah kisah pahit di wilayah tropika basah. Setelah
musim kemaran dilalui, dimana terjadi perubahan yang cukup besar terhadap kondisi
ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat sekitar danau, terjadinya musim penghujan
dengan intensitas yang tinggi yang menimbulkan musibah baru berupa banjir dan
tanah longsor dengan dampak yang besar.
Pada puncak musim hujan, deforestasi atau degradasi lahan di DTA antara lain
mengakibatkan kondisi tanah jenuh terhadap curah hujan yang turun terus menerus.
Banjir yang disebabkan oleh terbatasnya daya tampung tanah atau kapasitas tanah
menginfiltrasi air ini berakibat pada timbulnya akumulasi debit puncak banjir yang
tinggi. Dalam kasus ini deforestasi menjadi faktor penyebab yang sama dominannya
dengan faktor-faktor penyebab banjir lainnya. Dalam beberapa waktu terakhir,
frekuensi banjir ekstrim cenderung meningkat, terlihat dari debit sungai yang
meningkat tajam dan fluktuatif. Kecenderungan meningkatnya rasio debit maksimum
dan minimum menunjukkan bahwa kondisi wilayah DTA telah rusak. DAS-DAS di
wilayah DTA Danau Kerinci tidak lentur terhadap perubahan, air hujan lebih banyak
menjadi aliran permukaan (surface flow) dan akan langsung masuk ke sungai,
sementara mekanisme pengisian air tanah (ground water) pada sistem akuifer
semakin lambat, akibatnya pelepasan air pada musim kemarau menurun drastis.
beberapa kawasan DTA danau. Dilematik permasalahan ini semakin nyata sejak
digulirkannya UU Otonomi Daerah serta dipicu oleh proses demokratisasi yang belum
selesai.
Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi secara merata dalam waktu lama
menjadikan pola pengaliran air di wilayah DTA ini berlangsung dengan tenggang
waktu yang sama atau lebih cepat dan kemudian terakumulasi ke bagian hilir. Luapan
air dari bentangan sungai utama di bagian hilir akan segera terjadi dan sekaligus
mengangkut semua material ke dalam danau. Dengan demikian, banjir yang terjadi di
wilayah DTA Danau Kerinci terjadi karena pengaruh intensitas hujan, distribusi ruang
hujan, lama hujan, dan pola aliran sungai. Sementara itu, perubahan lahan yang
terjadi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan debit minimum air
danau pada musim kemarau.
2.1.2 Penurunan Kualitas Air dan Gulma Air Akibat Pencemaran Limbah
Pertanian, Perikanan dan Domestik
Beban limbah pertanian sisa pupuk pertanian mengandung unsur Nitrogen dan
Phosphor yang menimbulkan eutrofikasi danau. Beban pencemaran limbah sawah
sekitar Danau Kerinci adalah 3.100 hektar.
Jumlah keramba jaring apung (KJA) yang saat ini berkembang di perairan Danau
kerinci yaitu sebanyak 400 unit, dimana potensi danau untuk kegiatan KJA tersebut
mencapai hingga 8.000 unit. Tingginya potensi Danau Kerinci untuk kegiatan
perikanan budidaya diiringi dengan tingkat resiko kerusakan danau. Berkembangnya
kegiatan budidaya perikanan KJA dapat memperburuk kondisi kualitas air danau
karena pemberian pakan terhadap ikan akan menimbulkan sisa yang kemudian
mengendap di dasar danau. Karena itu, pengembangan kegiatan perikanan budidaya
di perairan Danau Kerinci dapat dikaji ulang terhadap akibat yang akan ditimbulkan
serta kondisi Danau kerinci yang sudah mengalami sedimentasi yang tinggi. Hasil
perhitungan beban pencemaran budidaya ikan keramba saat ini menunjukkan bahwa
dari 412 petak KJA yang ada total beban limbah sebesar 59,5 ton P/tahun, yang
menimbulkan kadar Total P dalam air danau sebesar 16,2 mg/m3. Batas beban
pencemaran budidaya ikan keramba berdasarkan alokasi kadar Total P dalam air
danau 15 mg/m3 adalah 383 petak. Hasil perhitungan tambahan beban pencemaran
budidaya ikan keramba Program Minapolitan 1282 petak adalah 512,7 ton P/tahun,
yang menambah kadar Total P dalam air danau 139,5 mg/m3 sehingga statusnya
akan menjadi Hypertrofik.
Kondisi tahun 2012 menunjukkan bahwa Status Mutu Air Danau Kerinci menggunakan
Metoda Indeks Pencemaran Air Kelas 2 adalah Status Mutu B atau tercemar ringan
oleh parameter BOD, H2S dan NO2; sedangkan Status Trofik Danau Kerinci adalah
eutrofik dengan kadar Total P 45 – 57 ug/l melebihi syarat Mesotrofik 30 ug/l,
kecerahan 1,5 m kurang dari syarat 2,50 m, dan kadar Chlorophyl @ 0,5- 4,0 masih
memenuhi syarat.
Danau Kerinci pernah menghadapi permasalahan gulma air yang cukup berat, yaitu
penutupan perairan danau oleh tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) sampai
pada tingkat yang sangat mencemaskan. Penutupan pada saat itu mencapai 70-80
persen luas permukaan danau. Pada saat itu nelayan tidak bisa menggunakan jaring
dan jala. Sejak tahun 1970-an berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan eceng
gondok ini, namun tidak berhasil. Hingga pada akhirnya diterapkannya pengendalian
eceng gondok secara biologis yang dimulai pada tahun 1995 dengan menggunakan
ikan grass carp (Ikan Koan) (Clenophoryingodon idella). Hal ini dilakukan dengan cara
melepas 48.500 ekor benih ikan grass carp ukuran 5-8 cm ke danau selama tiga tahun
berturut-turut.
Cara bekerja ikan tersebut yaitu memakan tanaman eceng gondok (Eichornia
crassipes) hingga ke bagian akar tanaman, sehingga tanaman gulma mengalami
ketidakseimbangan dan jatuh ke dasar danau. Dekomposisi penumpukan tanaman di
dasar danau menjadi alternatif pakan ikan tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1998
perairan Danau Kerinci telah bersih dari tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes)
dan siap dimanfaatkan potensinya secara arif dan bijaksana.
Saat ini perairan Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian
yang ditumbuhi tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air
tidak perlu dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi
perikanan tangkap yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber
pakannya.
digunakan untuk membasmi eceng gondok tersebut, yaitu ikan koan, memakan eceng
gondok, sementara eceng gondok merupakan tempat pemijahan yang penting bagi
ikan semah. Ikan koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) memang terkenal
sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok.
Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci
berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan
predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
memberantas eceng gondok. Untuk mengetahui penyebab penurunan populasi ikan
lokal secara pasti, harus dilakukan penelitian secara mendalam, antara lain, harus
dipelajari apa saja yang menjadi makanan Ikan Koan, karena tidak tertutup
kemungkinan ikan koan yang menyebabkan populasi ikan lokal berkurang.
dengan peruntukan zonasi danau, karena bila tidak, dalam jangka panjang kegiatan ini
dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan kondisi fisik ekosistem danau dan
menurunkan kualitas air, sehingga dapat mengganggu kegiatan pariwisata, produksi
perikanan dan pemenuhan kebutuhan air untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu
perlu kewaspadaan terhadap kegiatan pertambangan yang potensial berdampak
negatif terhadap kelestarian dan kualitas air danau. Namun, apabila kegiatan
pertambangan tersebut dilakukan secara terencana dan sesuai dengan Rencana
Pengembangan dan Penyelamatan Danau, dampak negatif diharapkan dapat dicegah
atau diminimalkan.
Kondisi lahan memburuk antara lain karena sistem usahatani yang diterapkan tidak
memperhatikan lingkungan. Untuk itu, perlu diupayakan agar para petani menerapkan
alternatif teknologi yang konservatif terhadap lingkungan, antara lain yang dapat
meminimalkan tingkat erosi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan penyuluhan
pertanian agar petani menerapkan sistem usahatani konservasi (SUK). Namun secara
umum respon penduduk terhadap SUK masih rendah. Hal ini terlihat dari data hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa sebesar 91% petani di wilayah penelitian belum
meyakini SUK yang dianjurkan oleh para penyuluh. Salah satu contoh yang terlihat di
lapangan adalah bahwa system pertanian tanam kubis, cabe dan bawang merah
masih ditanam dengan sistem membujur atau searah lereng, tidak melintang lereng
sebagaimana yang dianjurkan oleh penyuluh.
Terkait dengan sulitnya petani menerima dan menerapkan teknologi baru, secara
teoritis, dapat dipahami bahwa petani akan bersedia menerima suatu teknologi baru
jika menguntungkan bagi dirinya secara ekonomi maupun sosial. Untuk itu perlu
dilakukan kajian yang melibatkan para petani mengenai teknologi SUK yang sesuai
dengan kondisi mereka. Pengembangan teknologi SUK ini dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan lembaga penelitian/ perguruan tinggi.
Di kawasan DTA Danau Kerinci, sektor unggulan yang masih sangat potensial untuk
dikembangkan di luar pertanian adalah pariwisata dan industri. Untuk itu perlu
dikembangkan industri rumah tangga perdesaan yang menggunakan bahan baku
lokal, seperti industri kerajinan. Saat ini industrialisasi di desa belum berkembang
dengan baik, diantaranya karena rendahnya kemampuan penduduk menghasilkan
barang-barang berkualitas sehingga kalah bersaing di pasaran, serta kurangnya
dukungan pemerintah dalam penyediaan bahan baku dan akses pasar.
j. Tersusunnya kebijakan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat) yang akan
memayungi upaya penyelamatan Danau Kerinci antara lain dengan konsep
Kabupaten Konservasi.
Provinsi Jambi, dimana unit DAS menjadi unit pengelolaan dan pemantauan. Dalam
peraturan daerah tersebut, rencana pengelolaan DAS telah disesuaikan dengan
kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Untuk itu pengelolaan DTA Danau Kerinci
harus dilakukan melalui pendekatan pengelolaan per DAS dari masing-masing DAS
yang menjadi DTA danau. Selain itu, pengelolaan DTA juga harus memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci, RTRW Kota Sungai Penuh
serta Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) DAS atau Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RP-DAST) yang telah ditetapkan dalam
Perda Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013.
Dari aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, diperlukan informasi dalam
pemilihan teknik konservasi yang akan direkomendasikan, yang meliputi tekanan
penduduk, kegiatan dasar wilayah, pendapatan petani, keadaan tenaga kerja,
perkembangan penduduk dan tenaga kerja, pusat pertumbuhan wilayah, disamping
mempertimbangkan tanggapan/respon masyarakat serta adat kebiasaan masyarakat
dalam kaitannya dengan upaya konservasi. Informasi tersebut selanjutnya digunakan
untuk evaluasi kondisi sosial ekonomi untuk wilayah yang bersangkutan ke dalam tiga
indikator, yaitu tingkat ketergantungan penduduk terhadap lahan, tingkat pemahaman
dan kemampuan petani terhadap penerapan teknologi baru yang diperkenalkan, serta
keberadaan dan aktifitas kelembagaan yang ada untuk mendukung sistem pertanian.
Prinsip aksi yang perlu dipahami yaitu bahwa setiap penggunaan sumberdaya alam
baik hutan, tanah, maupun air harus diupayakan keberadaan dan kelestarian
fungsinya. Hal ini tidak terlepas dari misi penyelamatan Danau Kerinci. Tekait dengan
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci II - 12
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
BAB III
Danau Kerinci memiliki luas 4.370 hektar dengan kedalaman 110 m dan terletak pada
ketinggian lebih kurang 800 m dari permukaan laut. Secara geografis, Danau Kerinci
terletak pada 2o08’58,72” LU dan 101o29’19,02” BT. Danau Kerinci berada pada dua
kecamatan di Kabupaten Kerinci, yaitu Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau. Jarak Danau Kerinci dari Kota Jambi lebih kurang 420 km dan dari
Kota Sungai Penuh lebih kurang 20 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Secara administratif, badan air Danau Kerinci berada pada dua Kecamatan, yaitu
Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci, sedangkan daerah
tangkapan air (DTA) danau meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, tepat
di wilayah Desa Koto Petai, Ujung Pasir, Sumerap, Lumpur Danau, Koto Tua, Jujun
dan Keluru.
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi
(Kecamatan)
3.3 Topografi
Topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran
tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian kawasan berkisar antara 500-
1.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lereng, wilayah
Kabupaten Kerinci terbagi menjadi 4 kelompok kategori, yaitu:
Kondisi Lahan di sekeliling Danau Kerinci, yaitu pada Kecamatan Keliling Danau dan
Kecamatan Danau Kerinci juga terdiri dari empat kategori tersebut, sehingga terdapat
tepian danau yang landai maupun curam.
Sistem Lahan
No Bentuk Lahan
(dalam kode unit)
1 BBG Pegunungan
2 BBR Perbukitan
3 BMS Perbukitan
4 BPP Pegunungan
5 BTG Dataran
6 GJO Kipas dan Lahar
7 KNJ Kipas dan Lahar
8 MPT Perbukitan
9 PDH Pegunungan
10 PKS Dataran
11 SLK Dataran Aluvial
12 TGM Pegunungan
13 TLU Kipas dan Lahar
14 UBD Perbukitan
Sumber: BP-DAS Batanghari, Departemen Kehutanan, 2004
Bentuk lahan yang terdapat di DAS Batang Merao didominasi oleh pegunungan
dengan luas 52,26% ha atau sebanyak 50,78% dan dataran aluvial yang banyak
dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah, yaitu mencapai 13660,7 ha atau 13,88%
dari luas DAS
Danau Kerinci secara geologi merupakan hasil bentukan alam berupa danau tektonik,
yang secara fisiografi merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten
Kerinci secara morfologi terdiri dari beberapa satuan yaitu:
a. Satuan morfologi dataran tinggi yang merupakan lembah Kerinci pada ketinggian
835 m di atas permukaan air laut dan tersusun oleh alluvial. Endapan Alluvial
berupa lapisan, pasiran, kerikil dan kerakal.Endapan alluvial merupakan hasil
dari endapan danau dan endapan banjir terutama daerah dataran yang terkena
banjir.
b. Satuan morfologi kuesta terdapat di bagian barat laut Danau Kerinci, dan
tersusun oleh batuan sedimen Formasi Kumun.
Struktur geologi yang berkembang adalah struktur geser atau dikenal dengan
Sesar Siulak, yang mengarah dari barat laut ke tenggara. Pekembangan struktur
sesar tersebut sangat rumit terutama pada daerah sekitar Danau Kerinci, hal ini
terkait erat dengan dengan sifat tektonik lempeng samudra.
Jenis tanah yang terdapat di wilayah ini terbagi ke dalam enam jenis, yaitu, andosol,
latosol, podsolik, alluvial komplek podsolik-latosol dan litosol. Dilihat dari
penyebarannya, maka jenis tanah yang mendominasi adalah andosol dengan wilayah
penyebaran seluas 275.755 Ha (65,65%) dari luas wilayah dan hampir sebagian besar
berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Kondisi jenis tanah disekitar danau
terdiri dari hidromorfik dan andosol (BP-DAS Batanghari, 2014).
Kabupaten Kerinci banyak memiliki deposit endapan bahan tambang, baik yang
berupa golongan A, B, maupun C. Potensi ini terutama ditemukan pada sungai-sungai
yang bermuara ke Danau Kerinci, dan juga di dalam Danau Kerinci dimana terdapat
kegiatan penambangan pasir (Galian C), baik yang berizin maupun yang tidak berizin.
Penggunaan lahan di sekitar danau yang paling dominan adalah pertanian dan
perkebunan. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan di sekeliling Danau Kerinci,
diketahui bahwa dominansi lahan pertanian mencapai tepi perairan danau, bahkan
pada sempadan danau. Pertanian lahan padi sawah di Kecamatan Keliling Danau
seluas 1.040 ha dan hutan rakyat sebesar 200 ha, sedangkan di Kecamatan Danau
Kerinci luas lahan padi sawah adalah 2.051 ha dan hutan rakyat seluas 700 ha.
Sementara itu lahan perkebunan menyebar di atas bantaran danau hingga ke daerah
yang memiliki kelerengan yang lebih tinggi. (BP-DAS Batanghari, 2004).
Tabel 3.3. Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
Tahun 2006
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) % luas
Kabupaten
1 Permukiman/kampung 3.345,00 0,796
2 Sawah 16.630,00 3,960
3 Tegalan dan ladang 36.450,00 8,679
4 Perkebunan 120.587,00 28,711
a. Kayu manis 109.823,00 26,148
b. Teh 3.016,00 0,718
c. Kopi 7.000,00 1,667
d. Karet 719,00 0,178
5 Kebun campuran 3.625,00 0,863
6 Semak/alang-alang/rumput dsb 16.082,00 3,829
7 Hutan lebat/hutan negara (TNKS) 215.000,00 51,190
8 Hutan rakyat/belukar 846,00 0,201
9 Htan sejenis (pinus) dll 1.250,00 0,298
10 Sungai, danau dan rawa 5.890,00 1,402
11 Jalan (perhubungan) 295,00 0,070
Jumlah 420.000,00 100,000
Sumber : BWS Sumatera IV, 2008
Badan air Danau Kerinci memiliki luas genangan 4.370.000 ha, dengan volume
tampungan 2.266.390.000,00 m3. Kedalaman rata-rata danau adalah 70 m, dimana
kedalaman maksimum mencapai 105,20 m. Elevasi muka air minimum + 795,00 m,
dan elevasi muka air maksimum + 796,72 m.
Wilayah Kabupaten Kerinci banyak memiliki aliran sungai yang secara umum mengalir
dari mata air pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang masih alami, terutama
dari kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Aliran air dari kawasan
yang masih alami ini masuk ke kawasan budidaya pertanian dan perkebunan dan
bermuara di Danau Kerinci.
Sungai yang mengalirkan air ke Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao,
Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai
Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang.
Selain itu, sumber air yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci juga mencakup
danau dan rawa yang memiliki kekayaan hayati, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau
Belibis, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Padeang, Danau Kaco, dan Danau
Kecik. Sedangkan rawa banyak tersebar di dataran rendah.
Sistem sungai yang mengalir di Kabupaten Kerinci dapat diklasifikasikan atas dua
kelompok, yaitu:
a). Sistem sungai yang merupakan sumber air masuk (inlet) Danau Kerinci yakni
DAS Batang Merao yang merupakan bagian dari DTA Danau Kerinci, Sungai
Kerinci, Sungai Tebing Tinggi, Sungai Siulak atau Merau, Sungai Kapur dan
Sungai Jujun.
b). Sistem sungai yang merupakan sumber air keluar (outlet) danau, yaitu DAS
Merangin yang merupakan bagian dari DAS Batanghari. Sungai Merangin
adalah sungai yang keluar dari Danau Kerinci, dan sumberdaya airnya
dimanfaatkan untuk PDAM dan PLTA Merangin. Perencanaan pembangunan
PLTA Kerinci Tira Energi (KTA) yang akan di dirikan di Danau Kerinci di
Kecamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci sudah dalam tahap konstruksi.
PLTA ini memanfaatkan air yang keluar dari Danau Kerinci melalui Sungai
Batang Merangin untuk menggerakkan turbin berkekuatan 2 x175 MW.
Pembangunan PLTA ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi
Jambi dan Kabupaten Kerinci dengan Stat Kraft, Perusahaan Norwegia.
Selain dari air sungai, aliran yang masuk ke Danau Kerinci juga berasal dari air tanah
dengan aliran yang relatif besar, termasuk dari sumber mata air yang muncul dari
dasar danau. Aliran air tanah ini menyebabkan ketersediaan air danau atau debit di
outlet (Sanggaran Agung) tetap tinggi, walaupun pasokan air yang terukur dari sungai-
sungai yang masuk kecil, terutama pada musim kemarau (BP-DAS Batanghari, 2004).
Permasalahan klasik sumber daya air adalah banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau. Hal ini telah diupayakan dikendalikan dengan pembangunan saluran
banjir sebagai tambahan outlet Danau Kerinci, yang bermuara di sungai Batang
Merangin. Namun beberapa persawahan yang berada di sekeliling danau masih
mengalami genangan banjir karena pendangkalan muara sungai Batang Merau;
bahkan material batu-batu besar sering terbawa sungai Sei Jujun dan Sei Pulau
Tengah.
Gambar 3.8. Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI, 2007)
Jenis ikan yang ada di Danau Kerinci antara lain ikan Nila, Basu, Seluang, Mujair,
Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele, Gurame dan Semah. Sedangkan ikan yang
dominan terdapat di danau Kerinci adalah ikan Nila, Barau, Mujair, Seluang, Tilan dan
Koan.
Pengembangan ketiga jenis ikan lokal tersebut dilakukan dengan keramba tancap.
Prioritas utama yang dikembangkan adalah ikan semah yang dikenal sangat enak dan
gurih serta harganya yang lebih mahal dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya yang
hidup di danau dan sungai air deras. Permintaan dan peminat ikan semah juga kian
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci III - 16
Gambaran Umum Danau Kerinci
tinggi, namun belum bisa diimbangi dengan produksi yang masih mengandalkan hasil
tangkapan. Warga yang bermukim di sekitar danau dan bantaran sungai arus deras
kini digalakkan untuk mengembangkan ikan tersebut lewat keramba tancap. Melalui
perikanan dengan keramba tancap, perbanyakan lubuk larangan serta suaka mina
bagi pengembangan ikan tersebut, diharapkan produksi ikan bisa ditingkatkan.
Selain itu, untuk pengembangan ikan lokal, telah dibangun balai benih ikan (BBI)
perairan umum, dimana benih ikan dibiakkan atau dikembangkan untuk ditebar di
Danau Kerinci dan sungai-sungai di sekitarnya. Saat ini di Kerinci telah tersedia
tiga Balai Benih Air Tawar (BBAT) untuk meningkatkan produksi berbagai jenis ikan
lokal. Pengembangan budi daya ikan semah yang hanya ada di Kabupaten Kerinci ini
terus dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan, sejak tahun 2009.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air yang
mengapung di perairan. eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam
tanah, dengan tinggi sekitar 0,4-0,8 meter. Tingkat pertumbuhannya dapat mencapai
100% luas dalam waktu hanya dua minggu.
Gulma air eceng gondok pernah tumbuh marak di Danau Kerinci, namun telah berhasil
dikendalikan secara biologi dengan penebaran ikan koan atau grass carp
(Ctenopharyngodan idella) pada tahun 1997. Ikan Koan memang terkenal sebagai
ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok. Ikan tersebut adalah ikan
herbivora yang lezat dengan kandungan gizi dagingnya yang tinggi. Saat ini perairan
Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian yang ditumbuhi
tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air tidak perlu
dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi perikanan tangkap
yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber pakannya.
Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci
berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan
predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci III - 17
Gambaran Umum Danau Kerinci
3.8 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2012 tercatat sebesar 235.251 jiwa,
terdiri dari 117.682 jiwa perempuan dan 117.569 jiwa laki-laki, yang tersebar di 12
wilayah kecamatan. Total jumlah penduduk terbesar yaitu terdapat di Kecarnatan Kayu
Aro dan Kecamatan Siulak, sementara jumlah penduduk paling kecil terdapat di
Kecamatan Gunung Tujuh dan Gunung Raya. Proporsi penduduk laki-laki dan
perempuan pada setiap wilayah kecamatan relatif berimbang, namun pada sebagian
besar kecamatan, teridentifikasi jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah
penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki yang melebihi jumlah penduduk
perempuan hanya terdapat pada lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Batang
Merangin, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Kecenderungan
tersebut berkaitan langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum
perempuan yang umumnya lebih tinggi dari pada kaum laki-laki.
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Kerinci
Persebaran penduduk di Kabupaten Kerinci tergolong tidak merata. Pada tahun 2012,
Kecamatan Depati VII merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi di Kabupaten Kerinci yaitu 573 jiwa per km2. Kondisi tersebut karena luas
wilayah yang relatif sempit dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Air Hangat dan
sekaligus dekat dengan pusat pemerintahan. Kecamatan Sitinjau Laut mencatat
tingkat kepadatan tertinggi setelah Depati VII, yaitu mencapai 245 jiwa per km2.
Sementara Kecamatan Gunung Raya merupakan tingkat kepadatan penduduk
terendah yaitu 19 jiwa per km2.
Di Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci yang merupakan lokasi
Danau Kerinci, jumlah penduduknya mencapai 16,43 % dari jumlah penduduk di
kabupaten. Namun berdasarkan informasi Balai Wilayah Sungai pada tahun 2008,
proyeksi penduduk tersebut pada tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 818.162
jiwa. Permasalahan limbah penduduk yang masuk badan air danau adalah
pencemaran zat organik, unsur hara dan bakteri patogen. Beban pencemaran tersebut
akan terus meningkat bila tidak dilakukan upaya pengendalian melalui program
sanitasi lingkungan.
Tabel 3.7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kerinci
Tabel 3.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau
Prediksi Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2006 2007 2009 2013 2021
Danau Kerinci 37.967 46.591 70.161 159.102 818.162
dan Keliling
Danau
Interval Tahun 0 1 2 4 6
Sumber: Investigasi & Desain Pengembangan Danau Kerinci, Balai Wilayah Sungai 2008
3.9 Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mencapai 5,89 persen per tahun selama
periode 2009-2011 yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB dari Rp 2,652,261.55 juta
pada tahun 2009 menjadi Rp 3.464.114,25 juta pada tahun 2011. Kontribusi terbesar
berasal dari sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 66.94
%. Bidang usaha pertanian (tanaman pangan) dan perkebunan memberikan
kontribusi terbesar, berturutan 34,32 % dan 26,87 % (Tabel 2.9). Namun bidang
usaha perikanan termasuk kecil yaitu hanya 1,38 % saja. Sumberdaya lahan dan
sumberdaya air sangat berperan terhadap lapangan usaha pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Bidang pertambangan sangat rendah hanya 0,42 %.
Selain itu sektor perdagangan, perhotelan dan restoran juga berperan penting yaitu
9,62 % antara lain berasal dari usaha pariwisata Danau Kerinci.
diantisipasi pengendalian jumlah KJA dan KJT agar tidak melampaui daya dukung
danau sehingga pencemaran limbah perikanan budidaya dapat dicegah atau
diminimalkan.Kelestarian badan air danau perlu dijaga untuk menjamin
kesinambungan usaha perikanan.
Tabel 3.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Berlaku
BAB IV
Sumberdaya air Danau Kerinci yang melimpah berasal dari kawasan DTA yang masih
terjaga baik, yaitu dari hutan TNKS yang masih tergolong alami. Potensi ketersediaan
air yang tinggi ini sangat bermanfaat bagi kegiatan yang ada di Danau Kerinci dan
sekitarnya, terutama air baku air minum, kemudian untuk wisata, perikanan, dan PLTA
maupun kegiatan lainnya. Danau Kerinci mempunyai potensi sumber daya air yang
cukup besar yaitu 1.796 juta m3. (BLHD Prov Jambi, 2012) Volume air tersebut
diperkirakan dapat memproduksi energi listrik dengan daya 2 x 75 MW (150 MW)
(pembangunan PLTA Saat ini sedang Tahap Konstruksi). Potensi listrik dari proyek
PLTA Merangin ini, sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan air Danau Kerinci. Suplai
air danau yang berasal dari 10 sungai di wilayah DTA Danau Kerinci, didukung dengan
potensi curah yang tinggi serta keberadaan hutan TNKS yang terpelihara, maka dapat
diperkirakan volume air Danau Kerinci dapat mendukung untuk keberlangsungan
operasional PLTA Merangin.
Danau Kerinci yang terletak pada ketinggian hampir 800 meter diatas permukaan air
laut merupakan objek alam dengan fungsi yang beragam. Selain memiliki
pemandangan yang cukup indah dengan bentang alam yang masih alami, Danau
Kerinci pun memiliki udara yang sejuk di sekitar kawasan danau. Danau Kerinci
merupakan danau yang berada di lembah pegunungan Kerinci (3.850 meter dpl,
gunung tertinggi di Sumatera), dengan luas danau 4.370 ha (BLHD Provinsi Jambi,
2012). Hamparan perairan danau yang cukup luas dan jernih dikelilingi pegunungan
dan perbukitan serta sepuluh buah sungai yang airnya masih jernih yang berasal dari
hutan TNKS pada musim kemarau aktif mengalirkan airnya ke Danau Kerinci.
Bebarapa pilihan kegiatan wisata dapat dikembangkan di kawasan Danau Kerinci
seperti berkemah, perahu wisata, memancing, outbound, berenang, wisata kuliner
serta wisata penangkapan Ikan Semah.
Keindahan alam Danau Kerinci bukan merupakan satu-satunya potensi yang dimiliki
oleh Danau Kerinci, tetapi masih terdapat beberapa objek wisata yang saling
berinteraksi dengan Danau Kerinci seperti potensi air terjun yang besar, pemandian air
panas alami, panorama, kebun teh Kayu Aro, Danau Gunung Tujuh pada ketinggian
1950 m dpl (Dikelilingi oleh 7 buah puncak gunung, adalah danau tertinggi di Asia),
serta paket-paket wisata religius (di Masjid Hijau-Ust. Karim Jambek Kerinci) dan paket
wisata konservasi yang telah dikembangkan oleh TNKS untuk kunjungan wisata dan
keperluan riset.
Pemerintah Provinsi Jambi dan juga Kabupaten Kerinci telah lama menetapkan Danau
Kerinci sebagai objek wisata utama dan dipadukan dengan paket wisata lainnya yang
terdapat di Kabupaten Kerinci. Beberapa objek wisata yang terdapat di sekitar Danau
Kerinci antara lain Kunjungan Air Terjun Talun Berasap, Pemandian Air Panas,
Panorama, Pendakian Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, dan Kunjungan TNKS.
Selain itu, potensi wisata juga dikuatkan dengan diselenggarakannya kegiatan Festival
Penyelamatan Danau Kerinci yang digelar setiap tahun.
Potensi ikan lokal dari Danau Kerinci yang merupakan ikan endemik adalah Ikan
Semah. Ikan Semah yang terdapat di Danau Kerinci berukuran cukup besar, dengan
bobot yang mencapai 7 kg/ekor. Ikan Semah merupakan ikan bernilai ekonomi tinggi
karena rasanya yang enak (banyak minyak). Potensi Ikan Semah juga menjadi paket
pilihan utama untuk kegiatan wisata kuliner di restoran-rentoran di sekitar Danau
Kerinci. Keberadaan Ikan Semah tersebut diharapkan dapat menarik banyak
wisatawan yang datang ke Danau Kerinci khususnya menikmati hidangan Ikan Semah
yang tersedia di warung makan dan restoran di sepanjang sempadan Danau Kerinci.
Untuk meningkatkan populasi ikan ini telah diupayakan re-stocking di perairan danau
oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci, dan reservat ikan semah di outlet danau menuju
Sungai Batang Merangin oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Kondisi perairan Danau Kerinci yang alami menjadikan perairan tersebut salah tempat
hidup ikan endemik setempat yakni Ikan Semah. Namun populasi yang tinggi dari Ikan
Semah saat ini mengalami penurunan. Penurunan populasi ikan ini disebabkan oleh
produktivitasnya yang memang rendah, sementara animo masyarakat untuk
mengambilnya sangat tinggi.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung wisata di sekitar Danau Kerinci seperti
tempat sampah, toilet, tempat istirahat, tempat ibadah dan pasokan air bersih
menyebabkan masyarakat dan wisatawan yang datang masih melakukan kegiatan
pencemaran lingkungan seperti membuang sampah sembarangan. Tersedianya
sarana dan prasarana umum di kawasan wisata Danau Kerinci masih berjumlah
minimal dengan kondisi yang tidak terawat. Hal ini, selain telah memberikan kesan
yang tidak indah, kenyamanan akan tempat wisata lambat laun akan hilang serta
kelestarian danau menjadi terancam.
Danau Kerinci terletak di jalur perbukitan Bukit Barisan, dengan Gunung Kerinci
(tertinggi di Sumatera) adalah kawasan dengan curah hujan yang tinggi sering
menyebabkan kondisi jalan rusak karena tanah longsor. Akses jalan lebih mudah dari
Padang dibandingkan akses dari Kota Jambi. Dari Kota Padang dapat ditempuh
selama ± 5 jam perjalanan darat, dan dari Kota Jambi ke Danau Kerinci memerlukan
waktu selama 10 jam perjalanan darat. Topografi kawasan ini adalah bergunung dan
berbukit dan menyebabkan akses jalan darat kurang lancar, karena jalan berkelok-
kelok mulai dari Bangko sampai ke Kerinci.
Untuk meningkatkan akses jalan menuju Danau Kerinci, terutama dari ibukota Provinsi
Jambi (Jambi), di samping dari ibukota Provinsi Sumatera Barat (Padang), akses jalan
masih perlu dikembangkan.
Kabupaten Kerinci memiliki banyak aliran sungai yang pada umumnya mengalir dari
mata air di kawasan pergunungan dan perbukitan khususnya dari kawasan hutan
TNKS. Aliran sungai tersebut mengalir ke sekeliling Danau Kerinci melalui kawasan
pertanian dan perkebunan hingga bermuara di Danau Kerinci. Sungai yang menjadi
inlet air Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun,
Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah
besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Selain aliran air sungai, yang
menjadi sumber air Danau Kerinci yaitu sumber mata air yang jumlahnya relatif banyak
yang bersumber dari dasar danau. Banyaknya sumber air yang menjadi inlet Danau
Kerinci menjadikan danau tersebut tetap memiliki debit air yang relative tinggi
meskipun pada saat musim kemarau. (BP-DAS Batanghari, 2004).
b. Dukungan Masyarakat
Masyarakat telah menyadari adanya kawasan wisata Danau Kerinci yang dapat
memberikan manfaat bagi mereka. Terbukanya kesempatan untuk berusaha, terlibat
dalam tim pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata
Danau Kerinci merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyrakat sekitar
danau. Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) merupakan salah satu
kegiatan yang dapat menjadi wadah keterlibatan masyarakat. Selain itu, masyarakat
juga diwajibkan menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki Danau Kerinci yaitu
dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil kegiatan rumah tangga,
pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Adanya potensi dan
manfaat Danau Kerinci mendorong masyarakat untuk dapat mengelola lingkungannya
agar terjaga baik, baik kegiatan tersebut diatas maupun kegiatan PLTA Merangin yang
saat ini masih dalam tahap pembangunan. Diharapkan keberadaan PLTA tersebut
dapat mendukung upaya penyelamatan dan pelestarian ekosistem Danau Kerinci serta
keberadaannya tidak merubah struktur ekosistem yang telah dimiliki oleh Danau
Kerinci. Dukungan masyarakat ini harus diupayakan untuk dipertahankan, karena
sangat dipengaruhi oleh manfaat sosial ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci IV - 4
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
c. Forum Kerjasama Yang Sudah Terbentuk (Forum DAS, TKPSDA, dan Dewan
Air Provinsi Jambi)
Penetapan Perda No. 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan DAS oleh DPRD Provinsi
Jambi telah menjadi perhatian berbagai pihak dalam implementasi penyelamatan
sumberdaya air, termasuk air danau. Legitimasi upaya penyelamatan DAS berdampak
positif untuk mendorong DTA Danau Kerinci dikelola secara baik dan lestari. Dalam
mengontrol pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2013 ini, Gubernur telah membentuk
Forum DAS Batanghari. Keseriusan pemerintah dalam menfasilitasi terjaganya
sumberdaya air di Provinsi Jambi, telah ditunjukkan dengan dibentuknya Dewan
Sumberdaya Air Provinsi. Kemudian juga telah dibentuk TKPSDA melakukan kegiatan
aksi penyelamtan DAS Batanghari, diamana di sana terdapat Danau Kerinci. Maka
dalam uapaya melibatkan peran serta masyarakat Kerinci khususnya untuk
penyelamatan Danau Kerinci, juga telah dilakukan pertemuan antar stakeholder untuk
menginisiasi terbentuknya Forum Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci.
Melihat potensi Danau Kerinci yang khas, yang dikelilingi daerah pergunungan dimana
terdapat Kebun Teh Kayu Aro yang telah ada sejak zaman Belanda, pemandangan
yang menarik, memiliki sumber air terjun dan mata air panas yang dapat digunakan
untuk mandi, serta tersedia juga paket wisata konservasi yang telah dirancang oleh
pihak TNKS. Semua pilihan-pilihan objek wisata tersebut telah menjadi agenda wisata
Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci merupakan en-clave di TNKS, terletak di
lembah Pergunungan/Bukit Barisan di jantung Pulau Sumatera dengan luas 420.000
hektar, dimana 215.000 hektar di antaranya merupakan kawasan konservasi TNKS. Di
samping Danau Kerinci, memiliki udara yang sejuk dan panorama alam yang indah,
Kabupaten Kerinci memiliki beragam obyek wisata yang alam yang menarik. Pemda
Kabupaten Kerinci, Pemda Provinsi dan Dinas Pariwisata Provinsi Jambi serta Balai
TNKS bertekat menjadikan Kerinci sebagai obyek dan sasaran utama pengembangan
ekowisata (wisata alam) di Provinsi Jambi.
Promosi wisata Danau Kerinci disampaikan melalui Festival Masyarakat Peduli Danau
Kerinci (FMPDK) telah dilaksanakan setiap dua tahun dalam kurun waktu 10 tahun ini.
Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kerinci dan
Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai promosi mengenai Danau Kerinci melalui
brosur, leaflet, dan pameran. Dengan adanya penyelenggaraan festival danau ini
secara tidak langsung telah membantu penyediaan dan perbaikan sarana prasarana,
aksesibilitas dan fasilitas wisata di Danau Kerinci, sehingga sektor pariwisata di
Kabupaten Kerinci kian membaik.
Wilayah DTA Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS yang terletak di dataran
tinggi daerah volkan Gunung Kerinci. Wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi,
jenis tanah yang peka terhadap erosi serta kemiringan lereng bukit yang tinggi tersebut
menyebabkan proses erosi dan sedimentasi berlangsung cukup tinggi dan cepat. Hal
tersebut menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi Danau
Kerinci sebagai sumber air. Bendungan yang terjadi secara alami dari cekungan yang
melintang pada aliran sungai menjadi lokasi utama terjadinya akumulasi material dari
proses erosi-sedimentasi yang menjadi penyebab terjadinya pendangkalan Danau
Kerinci.
Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng mengakibatkan penipisan
lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah dan rusaknya kondisi tutupan
lahan (land cover). Kerusakan jenis tanah Andosol, khususnya pada kawasan
pertanian campuran menjadikan kawasan tersebut terdegradasi sehingga
mengakibatkan terjadinya erosi-sedimentasi yang tinggi. Tingginya kondisi curah hujan
di kawasan tersebut menjadi salah satu pendukung terjadinya erosi lahan DTA bahkan
bencana tanah longsor.
Kegiatan konservasi yang dilakukan saat ini masih sangat minimal dan tidak mampu
untuk menahan terjadinya laju erosi khususnya pada wilayah yang memiliki jenis tanah
andosol. Tindakan refresif atau in-stream normalisasi sungai Batang Merao di wilayah
DTA danau telah dapat menurunkan kawasan banjir, namun akibatnya telah
mempercepat laju sedimentasi aliran masuk ke Danau Kerinci, sehingga pendangkalan
danau semakin cepat terjadi. Kegiatan antiipatif saat ini menjadi prioritas khususnya
dalam menghitung laju sedimentasi dari 10 DAS yang masuk ke Danau Kerinci.
Pemanfaatan sumber daya alam Ekosistem Danau Kerinci oleh masyarakat diduga
menjadi salah satu penyebab meningkatnya pencemaran dan masuknya limbah
sampah domestik ke perairan danau. Tingginya jumlah masyarakat yang bermukim di
kawasan hulu Danau Kerinci (kawasan sempadan sungai) hingga sempadan
ekosistem Danau Kerinci menjadikan ekosistem danau menjadi tercemar. Kondisi
kualitas air danau kerinci pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat
pencemaran tersebut. Penurunan kualitas air danau tersebut dikhawatirkan dapat
menurunkan kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya serta mengancam
kegiatan wisata.
Analisis SWOT Danau Kerinci dilakukan untuk mengetahui atau mengukur kondisi
sebuah objek sumberdaya Danau Kerinci secara sistematik berdasarkan faktor-faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal serta
peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor
eksternal yang dihadapi. Pendekatan strategi yang efektif akan dapat tercapai yaitu
dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta
meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan
analisis yang dilakukan terhadap ekosistem Danau Kerinci, maka dapat disajikan faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti pada Tabel 4.1.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diketahui strategi yang diperlukan bagi upaya
penyelamatan ekosistem Danau Kerinci. Strategi tersebut dituangkan dalam program
aksi, yang berdasarkan urgensinya ditentukan Program Super Prioritas (Program
Pokok) dan Program Prioritas (Program Penunjang). Sebelum ditentukan program aksi
yang prioritas, untuk dapat mengetahui daftar panjang kegiatan aksi yang diperlukan,
dilakukan pemetaan permasalahan dan program aksi dalam penyelamatan Danau
Kerinci, sebagaimana tertuang pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Matrik Pemetaan Permasalahan dan Program Aksi dalam Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci
Permasalahan Peningkatan laju kerusakan DTA Penurunan kualitas air Penurunan poulasi ikan Penurunan kelestarian dan Sosial ekonomi:
yang berpengaruh pada kestabilan lokal keindahan sempadan danau Tekanan penduduk
lahan (erosi dan sedimentasi) terhadap lahan
serta suplai air yang berakibat
pada kerusakan
ekosistem danau
Tujuan Pelestarian fungsi DTA Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk Pelestarian ikan lokal Peningkatan kelestarian dan Penurunan tekanan
pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA, keindahan sempadan danau penduduk terhadap
dan kegiatan lainnya) lahan
Program A. Penatagunaan dan pengelolaan B. Penurunan beban C. Penurunan D. Penurunan E. Pelestarian dan F. Penatagunaan lahan G. Pengembangan
lahan DTA pencemaran dari beban beban pengembangan ikan sempadan danau kegiatan
kegiatan pertanian, pencemaran pencemaran dari lokal ekonomi
pertambangan, industri limbah perikanan alternatif: wisata
dan wisata domestik budidaya
(limbah cair &
padat)
Komponen Kegiatan per program dan per komponen manajemen
manajemen:
1. Pengembanga Penataan ruang Kawasan Danau Kerinci (termasuk di DTA dan kawasan konservasi TNKS)
n regulasi dan Penyusunan peraturan dan panduan teknis penyelamatan dan pemanfaatan danau termasuk untuk penerapan sistem insetif- disinsentif & imbal jasa
konsep Integrasi kearifan lokal dalam peraturan pengelolaan danau
pengelolaan Pengembangan regulasi di tingkat kecamatan (untuk lebih meningkatkan peran pihak-pihak terkait sampai ke tingkat kecamatan)
Pengembangan peraturan untuk Pengendalian/ Pengendalian KJT Penentuan daerah
kepentingan konservasi TNKS pembatasan jumlah (keramba jaring tancap) sempadan & pasang surut
Pengembangan konsep kabupaten dan zona KJA Peraturan penangkapan Re-disain sempadan danau
konservasi ikan (pembatasan alat Peraturan zonasi sempadan
dan metode tangkap) danau (termasuk tata
Penetapan zonasi danau bangunan)
(antara lain untuk area Pemasangan patok batas
suaka/ perlindungan ikan sempadan & penanaman
lokal) tanaman keras sebagai batas
alami sempadan
2. Pengembanga Pengembangan teknik budidaya Pengembangan pertanian Pengembangan Pengendalian Penangkaran ikan Revitalisasi danau
n/ penerapan pertanian/ perkebunan yang organik: teknologi area sebaran Pengembangan alat Pengerukan sedimen di tepi
teknologi/tekni konservatif Penggunaan pupuk pengolahan eceng gondok tangkap ramah danau
k tertentu Rehabilitasi lahan kritis alami sampah (misal dengan lingkungan
Diversifikasi tanaman (non Penggunaan pestisida pagar pembatas) Penebaran benih ikan ke
monokultur) ramah lingkungan Pengembangan danau (re-stocking)
Pengembangan tanaman produktif pupuk organik dan
& bernilai ekonomi tinggi yang media tanam dari
sesuai kondisi tanah & iklim sedimen limbah
Intensifikasi pertanian/ perkebunan pakan ikan
Pengerukan sedimen di dasar Pengembangan
danau batubata dari
sedimen
3. Pengembanga Pembangunan sediment trap Pembangunan IPAL Pembangunan Pembangunan tempat Pembangunan jalan pembatas Peningkatan akses
n sarana dan Pembuatan bangunan pengarah komunal drainase penangkaran ikan ruas danau jalan untuk wisata
prasarana aliran/ drainase Pengembangan saluran Pembangunan Pembangunan fish-way Pembangunan drainase Peningkatan/penye
Pembuatan bangunan pengendali irigasi yang terpisah dari sarana sanitasi (tangga ikan) pada dam Pembangunan dermaga diaan berbagai
banjir drainase limbah Penyediaan PLTA fasilitas wisata
Permasalahan Peningkatan laju kerusakan DTA Penurunan kualitas air Penurunan poulasi ikan Penurunan kelestarian dan Sosial ekonomi:
yang berpengaruh pada kestabilan lokal keindahan sempadan danau Tekanan penduduk
lahan (erosi dan sedimentasi) terhadap lahan
serta suplai air yang berakibat
pada kerusakan
ekosistem danau
Tujuan Pelestarian fungsi DTA Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk Pelestarian ikan lokal Peningkatan kelestarian dan Penurunan tekanan
pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA, keindahan sempadan danau penduduk terhadap
dan kegiatan lainnya) lahan
Program A. Penatagunaan dan pengelolaan B. Penurunan beban C. Penurunan D. Penurunan E. Pelestarian dan F. Penatagunaan lahan G. Pengembangan
lahan DTA pencemaran dari beban beban pengembangan ikan sempadan danau kegiatan
kegiatan pertanian, pencemaran pencemaran dari lokal ekonomi
pertambangan, industri limbah perikanan alternatif: wisata
dan wisata domestik budidaya
(limbah cair &
padat)
Komponen Kegiatan per program dan per komponen manajemen
manajemen:
Penguatan tebing danau TPS
Pembangunan
septic tank
permukiman
4. Pengawasan, Evaluasi kesesuaian lahan Pemantauan kualitas air Validasi alat tangkap Pengawasan dan penertiban
pemantauan Moitoring laju sedimentasi dari 10 Pemantauan status trofik air Monitoring status flora pemanfaatan ruang pada
dan evaluasi DAS Pemantauan sumber pencemar dan fauna (keaneka- lahan sempadan maupun
Pemantauan lahan kritis Pengawasan ijin pembuangan limbah ragaman hayati) perairan lahan pasang surut
Pengawasan pembuangan limbah danau Pengawasan ijin dan
penertiban bangunan
(termasuk sarana prasarana
wisata)
Pengawasan pengurugan/
penimbunan tepi danau
5. Pengembanga Profil DTA Data kualitas air Data alat tangkap Agenda wisata
n basis data Hasil penghitungan dan penetapan DTBPA Kajian produktivitas Paket wisata
dan informasi perikanan lokal Promosi wisata
(misal melalui
event festival)
6. Pemberdayaan Peningkatan kesadaran, pemahaman & keterampilan masyarakat, misal dengan pendidikan lingkungan
masyarakat Pemberdayaan masyarakat untuk turut menjaga kelestarian danau (DTA, sempadan maupun badan air)
Pelatihan dan percontohan
Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan ekonomi alternatif, misal: wisata dan industri rumah tangga
Pelibatan masyarakat dalam Percontohan Kerjasama berbagai
menjaga kelestarian kawasan pengelolaan sampah pihak (termasuk
konservasi TNKS pihak swasta) dalam
penyediaan fasilitas
wisata
7. Pengembanga Optimasi peran dan fungsi forum kerjasama ayang sudah ada
n kelembagaan Pengembangan forum baru yang independen untuk mengawal upaya penyelamatan danau
Berdasarkan hasil analisis SWOT maupun pemetaan permasalahan dan program aksi
yang diperlukan sebagaimana tertuang dalam matrik pada Tabel 4.1. dan 4.2, ditentukan
program pokok (Program Super Prioritas) dan Program Penunjang (Program Prioritas)
Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci,
Pada DTA Danau Kerinci terdapat lahan kritis yang telah rusak akibat
perambahan liar seluas 200.000 hektar yang memerlukan rehabilitasi baik
melalui penghijauan berbasis masyarakat dengan skema imbal jasa
lingkungan maupun penanaman pohon pada sempadan danau.
3. Pengembangan Kelembagaan
Hingga saat ini institusi khusus yang mengelola Danau Kerinci belum ada
sehingga menjadikan Danau Kerinci sebagai suatu ruang terbuka yang tidak
ada pemiliknya dan semua pihak dapat mengeksploitasi Danau Kerinci untuk
pencapaian target kegiatan masing-masing. Sektor pariwisata memanfaatkan
Danau Kerinci dengan menjual keindahannya untuk mendapatkan pemasukan
dalam bentuk PAD. Sektor perikanan menjadikan perairan Danau Kerinci
sebagai wilayah perairan umum yang akan dipenuhi dengan keramba-
keramba ikan dalam upaya mencapai swasembada ikan. PDAM
menggunakan air Danau Kerinci sebagai pasokan air baku untuk air minum.
Sementara sektor lingkungan hidup baru sebatas memantau kualitas air
Danau Kerinci setiap enam bulan sekali.
Apabila kelembagaan ini sudah terbentuk, maka perlu disusun aturan teknis
mengenai pemanfaatan Danau Kerinci baik yang menyangkut insentif maupun
disinsentif. Pada masa mendatang dapat disusun skema imbal jasa bagi
pemanfaatan air danau sehingga memberikan pemasukan bagi daerah yang
pada akhirnya akan digunakan kembali untuk pengelolaan Danau Kerinci.
4. Pengembangan Regulasi
Sempadan Danau Kerinci sudah mengalami alih fungsi lahan yang cukup luas
sehingga perlu upaya pemulihan dan penertiban. Alih fungsi lahan yang terus
meningkat menjadikan perubahan yang signifikan terhadap kondisi sempadan
danau. Perubahan yang pada umumnya terjadi yaitu alih fungsi lahan menjadi
persawahan dan pemukiman.
Langkah awal yang perlu dilaksanakan yaitu penentuan daerah sempadan dan
daerah air surut (draw drow) sebagai zona perlindungan danau dalam tata
ruang ekosistem danau, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
patok batas sempadan danau. Upaya berikutnya adalah penanaman tanaman
keras di daerah sempadan danau sebagai batas alami perlindungan danau
(penanaman tumbuhan pelindung), penguatan tebing batas tepi danau,
pembangunan jalan pembatas ruas danau, pembangunan sarana drainase,
dan pembangunan dermaga beserta fasilitas pembuangan limbah yang
memadai.
Upaya yang harus dilakukan yaitu melalui pengerukan dasar danau dengan
tetap memperhatikan kondisi kealamiahan ekosistem danau. Proses
pengerukan harus bertahap dan hati-hati jangan sampai terjadi gerakan
kenaikan air dari lapisan dasar danau ke lapisan permukaan danau. Bila hal
ini terjadi maka zat-zat yang bersifat toksik yang mengendap di dasar danau
akan naik ke permukaan dan menyebabkan pembalikkan air danau yang
dapat berakibat pada kematian ikan.
Permasalahan sempadan Danau Kerinci tidak hanya terbatas pada alih fungsi
lahan, tetapi juga menyangkut limbah rumah tangga yang dibuang ke
sempadan dan badan air danau tersebut. Limbah ini perlu segera ditangani
agar tidak mencemari wilayah danau yang lebih luas. Upaya yang dapat
ditempuh antara lain melalui pembangunan sarana drainase dan sanitasi
untuk kegiatan di sempadan danau, pengolahan limbah tinja penduduk,
pembuatan saluran/peredam limbah penduduk rumah tangga (IPLT),
pembangunan septic tank pemukiman, penertiban dan pengawasan izin
pembuangan air limbah, dan perbaikan fasilitas teknologi pengolahan
sampah.
Dengan beberapa upaya ini diharapkan limbah rumah tangga tersebut dapat
dikendalikan dan tidak mencemari perairan Danau Kerinci sehingga bahaya
timbulnya penyakit pencernaan seperti diare, sakit perut dan disentri yang
disebabkan oleh bakteri Eschericha coli yang berkembang biak pada tinja
manusia dapat dihindari.
Dalam upaya menciptakan kualitas air Danau Kerinci yang bersih dan sehat
serta bebas dari pencemaran, maka pada daerah tangkapan air atau daerah
aliran sungai perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran. Upaya-
upaya yang mendesak untuk segera dilaksanakan adalah penentuan daya
tampung beban pencemaran air (DTBPA) pada ekosistem DAS, pembuatan
saluran penyaring/peredam limbah rumah tangga (IPLT), pembuatan septic
tank di pemukiman, pembangunan IPAL komunal (terintegrasi dengan
Dengan adanya berbagai upaya ini maka diharapkan kualitas perairan Danau
Kerinci dapat dikembalikan kepada kondisi semula yaitu dengan status mutu
air kelas 1 yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air
minum.
Sebagian daerah tangkapan air Danau Kerinci adalah areal persawahan yang
menjadi lumbung beras bagi Kabupaten Kerinci. Penggunaan pestisida
berkelanjutan telah menyebabkan meningkatnya kandungan phosphate dan
nitrit pada perairan danau dan menjadi salah satu penyebab kondisi eutrofik
pada perairan Danau Kerinci. Untuk mempertahankan fungsi Danau Kerinci
sebagai air baku air minum PDAM, maka sangat perlu dikembangkan
pertanian yang ramah lingkungan dengan sasaran peningkatan produksi
pertanian yang tidak diiringi dengan peningkatan konsentrasi bahan pencemar
yang masuk ke danau.
Danau Kerinci kaya akan berbagai jenis ikan lokal antara lain Nila, Basu,
Barau, Tilan, Koan, Seluang, Mujair, Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele,
Gurame dan Semah. Selain itu juga terdapat Eceng gondok (Eichhornia
crassipes) yang pada beberapa tahun yang lalu pernah tumbuh marak di
Danau Kerinci, namun telah berhasil dikendalikan secara biologi dengan
penebaran Ikan Koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) pada tahun
1997.
Dewasa ini populasi ikan lokal di Danau Kerinci semakin menurun akibat
penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat melebihi kemampuan
ikan untuk bereproduksi. Upaya pemulihan sudah dilakukan melalui
penebaran benih ikan, namun tetap tidak menjamin ikan-ikan tersebut dapat
berkembang sampai bereproduksi sebelum ditangkap oleh masyarakat.
Selain itu perlu pula dilakukan penyusunan aturan penangkapan ikan melalui
Keputusan Bupati Kerinci agar ada batas maksimal baik jumlah maupun
ukuran ikan yang boleh ditangkap oleh masyarakat sehingga ketersediaan
ikan dapat berlangsung secara terus menerus. Hal lain yang perlu dilakukan
yaitu monitoring status flora dan fauna yang terdapat di Danau Kerinci secara
berkala sehingga akan diperoleh gambaran tentang status flora dan fauna
tersebut apakah masih berlimpah atau sudah tergolong ke dalam status
terancam atau status langka.
Tabel 4.3. Rencana Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Berdasarkan Skala Prioritas (2014-2018)
No Program Pertimbangan/ Kegiatan Output Indikator Baseline Target capaian Pelaksana Sifat
permasalahan output Program
Aksi
2014 2015 2016 2017 2018
1 Penerapan Penurunan 1. Diversifikasi & 1. Terlaksananya Luas (hektar) 26.745 26.738 26.751 26.764 26.777 26.790 Kementerian Pertanian, Super
teknik kondisi daerah intensifikasi diversifikasi dan BAPPEDA Provinsi Prioritas
pertanian/ tangkapan air pertanian intensifikasi Jambi, Dinas Pertanian
perkebunan (DTA), yang pertanian Tanaman Pangan
konservasi terkait dengan Provinsi Jambi,
alih fungsi dan BAPPEDA Kab. Kerinci,
pola 2. Pengembangan 2. Terlaksananya Luas (hektar) 49.233 49.504 52.276 55.203 58.295 61.559 Kementerian Kehutanan,
pengelolaan tanaman produktif penanaman BAPPEDA Provinsi
lahan yang tidak bernilai ekonomi tanaman produktif Jambi, Dinas Kehutanan
memperhatikan tinggi yang sesuai bernilai ekonomi Provinsi Jambi,
kaidah kondisi tanah & tinggi yang sesuai BAPPEDA Kab. Kerinci,
konservasi iklim kondisi tanah &
iklim
3. Penggunaan 3. Terlaksananya Jumlah 40 60 80 100 120 140 Kementerian Pertanian,
pupuk alami penyuluhan peserta BAPPEDA Provinsi
pertanian (orang) Jambi, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
2 Pengembangan Potensi alam 4. Promosi wisata 4. Terlaksananya Jumlah paket 1 Paket 2 3 4 5 6 Kementerian Pariwisata Super
paket wisata Danau Kerinci promosi wisata promosi (FMPDK) dan Ekonomi Kreatif, Prioritas
danau untuk pariwisata BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
5. Penyiapan 5. Tersedianya Jumlah paket 1 Paket 2 3 4 5 6 Kementerian Pariwisata
agenda dan paket agenda dan paket wisata (FMPDK) dan Ekonomi Kreatif,
wisata wisata BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
6. Pengembangan 6. Tersedianya Jumlah 2 (lokasi 3 4 5 6 7 Kementerian Pariwisata
fasilitas wisata fasilitas wisata fasilitas dan jalan) dan Ekonomi Kreatif,
(termasuk TPS) yang memenuhi BAPPEDA Provinsi
kebutuhan Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
3 Pengembangan Urgensi adanya 7. Pembentukan 7. Terbentuknya Tahapan Belum ada Persiap Pemben Rapat Penguk Implementasi Kementerian Lingkungan Super
kelembagaan forum untuk forum independen forum independen pembentukan an tukan Umum uhan Hidup, BAPPEDA Prioritas
pengawalan penyelamatan penyelamatan Tim Provinsi Jambi, BLHD
No Program Pertimbangan/ Kegiatan Output Indikator Baseline Target capaian Pelaksana Sifat
permasalahan output Program
Aksi
2014 2015 2016 2017 2018
kepentingan danau danau Formatu Provinsi Jambi,
penyelamatan r BAPPEDA Kab. Kerinci,
Danau Kerinci
4 Pengembangan Belum adanya 8. Penyusunan 8. Tersusun dan Tahapan Belum ada Penyiap Persetuj Pengesa Impleme Implementasi Kementerian Lingkungan Super
regulasi dasar peraturan Perda atau SK disahkannya Perda penyusunan an uan han dan ntasi Hidup, BAPPEDA Prioritas
penyelamatan Bupati tentang atau SK Bupati Ranper DPRD pengund Provinsi Jambi, BLHD
danau yang Penyelamatan tentang da angan Provinsi Jambi,
menjadi acuan Kawasan Danau Penyelamatan BAPPEDA Kab. Kerinci,
para pemangku Kerinci Kawasan Danau
kepentingan 9. Penyusunan 9. Tersusunnya Tahapan Belum ada Penyiap Persetuj Pengesa Impleme Implementasi Kementerian Lingkungan
peraturan peraturan penyusunan an uan han dan ntasi Hidup, BAPPEDA
penyelamatan penyelamatan Ranper DPRD pengund Provinsi Jambi, BLHD
danau yang lebih danau di tingkat da angan Provinsi Jambi,
detil di tingkat kecamatan BAPPEDA Kab. Kerinci,
kecamatan
5 Pengendalian Laju erosi dan 10. Pembuatan 10. Terbangunnya Tahapan Belum ada Sedime Sedime Sedimen Sedime Sediment Kementerian PU, Prioritas
sedimentasi di sedimentasi sediment trap sediment trap pembangunan nt trap nt trap 2 t trap 3 nt trap 4 trap 5 BAPPEDA Provinsi
sekitar inlet dan yang tingg, yang 1 Jambi, Dinas PU Provinsi
badan danau menyebabkan Jambi, BAPPEDA Kab.
pendangkalan Kerinci,
danau 11. Penanganan 11. Terlaksananya Tahapan Belum ada Penceg Penceg Pencega Penceg Pencegah Kementerian PU,
tebing danau penanganan penanganan ah ah h ah longsor 5 BAPPEDA Provinsi
tebing danau longsor longsor longsor longsor Jambi, Dinas PU Provinsi
1 2 3 4 Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
12. Monitoring dan 12. Tersedianya Tahapan Belum ada Perenc Pengum Desain Memilih Pembuatan Kementerian Lingkungan
pendataan basis data pengembanga anaan pulan basis DBMS Prototype Hidup, BAPPEDA
sedimentasi sedimentasi n basisi data dan data dan dan Provinsi Jambi, BLHD
dari 10 DAS analisis Desain implementasi Provinsi Jambi,
kebutuh Aplikasi BAPPEDA Kab. Kerinci,
an
13. Penyusunan 13. Tersusunnya Tahapan Belum ada Perenc Pemban Operasi Operasi Operasional Kementerian Lingkungan
model model penyusunan anaan gunan onal onal Hidup, BAPPEDA
pendugaan pendugaan laju model Provinsi Jambi, BLHD
laju sedimen sedimen Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
6 Pengendalian Penurunan 14. Pembangunan 14. Terlaksananya Tahapan Belum ada Perenc Pemban Operasi Operasi Operasional Kementerian PU, Prioritas
pencemaran kuaitas air IPAL komunal pembangunan pembangunan anaan gunan onal onal BAPPEDA Provinsi
danau IPAL komunal IPAL Jambi, Dinas PU Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
15. Pembatasan 15. Tersusunnya Tahapan Belum ada Penyiap Pembah Pengesa Impleme Implementasi Kementerian Lingkungan
jumlah dan peraturan penyusunan an asan han dan ntasi Hidup, Kementerian
zona KJA pembatasan pengund Kelautan dan Perikanan,
jumlah dan zona angan BAPPEDA Provinsi
KJA Jambi, BLHD Provinsi
Jambi, Dinas kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
No Program Pertimbangan/ Kegiatan Output Indikator Baseline Target capaian Pelaksana Sifat
permasalahan output Program
Aksi
2014 2015 2016 2017 2018
16. Pendidikan 16. Terlaksananya Jumlah Belum ada 40 60 80 100 120 Kementerian Lingkungan
danpelatihan pendidikan dan peserta Hidup, BAPPEDA
pengelolaan pelatihan Provinsi Jambi, BLHD
lingkungan pengelolaan Provinsi Jambi,
lingkungan BAPPEDA Kab. Kerinci,
17. Pelaksanaan 17. Terlaksananya Jumlah paket Belum ada 1 2 3 4 5 Kementerian Lingkungan
percontohan percontohan percontohan Hidup, BAPPEDA
pengelolaan pengelolaan Provinsi Jambi, BLHD
sampah sampah Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
7 Pelestarian dan Penurunan 18. Penyusunan 18. Tersusunnya Tahapan Belum ada Penyiap Pembah Pengesa Impleme Implementasi Kementerian Lingkungan Prioritas
pengembangan populasi ikan peraturan peraturan penyusunan an asan han dan ntasi Hidup, Kementerian
ikan lokal lokal penangkapan penangkapan pengund Kelautan dan Perikanan,
ikan ikan mencakup angan BAPPEDA Provinsi
pengaturan alat Jambi, BLHD Provinsi
& metode Jambi, Dinas Kelautan
tangkap, zona dan Perikanan Provinsi
suaka Jambi, BAPPEDA Kab.
perikanan, dll. Kerinci,
19. Pengawasan 19. Terlaksananya Jumlah Belum ada 2 4 6 8 10 Kementerian Kelautan
penangkapan pengawasan kelompok dan Perikanan Provinsi
ikan dan penangkapan nelayan yang Jambi, BAPPEDA
validasi alat ikan dipantau Provinsi Jambi, Dinas
tangkap Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
20. Pembangunan 20. Tersedianya Tahapan 1 (Sudah 1 1 1 1 1 Kementerian Kelautan
tempat tempat pembangunan operasional) dan Perikanan,
penangkaran penangkaran BAPPEDA Provinsi
ikan ikan Jambi, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci, Dinas
Peternakan dan
Perikanan Kab. Kerinci,
21. Penyebaran 21. Terlaksannya Jumlah benih 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 Kementerian Kelautan
benih ikan re-stocking yang disebar dan Perikanan,
lokal (re- BAPPEDA Provinsi
stocking) Jambi, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
22. Pembatasan 22. Terpasangnya Belum ada 80 m 160 m 240 m 320 m 400 m Kementerian Lingkungan
area eceng pagar pembatas Hidup, BAPPEDA
gondok area eceng Provinsi Jambi, BLHD
gondok Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Provinsi Jambi, 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi.
Balai Pengelolaan DAS Batanghari Provinsi Jambi, 2013. Lahan Kritis Di Provinsi
Jambi.
BLHD Provinsi Jambi, 2013. Laporan Hasil Pengkajian Daya Dukung dan Daya
Tampung Danau Kerinci, Provinsi Jambi.
BLHD Provinsi Jambi. 2012. Kajian Penyelamatan Danau Kerinci di Provinsi Jambi.
Pemda Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, 2011. Paparan Kisah Sukses Penanganan
Eceng Gondok di Kabupaten Kerinci.