DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
MAGISTER MENEJEMEN
2020/2021
BAB II
PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” = Adat Istiadat .Etika merupakan nilai-nilai, tata
cara, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain yang terwujud dalam pola perilaku
dan dilakukan berulang dalam waktu yang lama. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
A. Norma
Norma merupakan sebuah aturan atau ukuran mengenai bagaimana manusia hidup dan bertinda
dengan baik dan menjadi dasar baik buruknya suatu perilaku / tindakan. Norma dibagi menjadi 2
macam:
a. Norma Umum
Norma Umum bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan bersifat
universal.
–Norma Sopan Santun atau norma etiket : norma yang mengatur pola perilaku dan sikap
lahiriah dalam pergaulan sehari-hari
–Norma Hukum: norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena
dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Norma Khusus : aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus / tertentu.
contoh: aturan pendidikan
B. Teori Etika
1. Etika Teleologi
Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan -> Mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu. Contoh: seorang anak kecil yang mencuri demi biaya pengobatan
ibunya yang sedang sakit (tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan, melainkan oleh
tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik). Atas
dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu
tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.Adapun Alirannya adalah:
Inti pandangan egoisme -> tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Egoisme akan menjadi persoalan yang serius
ketika cenderung menjadi hedonistis ( ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar)
b). Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan atau perbuatan dikatakan baik jika membawa
manfaat, tidak hanya 1 atau 2 orang saja melainkan bermanfaat untuk masyarakat
Dalam rangka pemikirannya, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan atau
perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
C. Deontologi
Berasal dari kata Yunani “deon” -> kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama
menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
a. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
b. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu
melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
c. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal
A. Teori Hak: pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan
atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat
cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati
dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
a. Etika Umum-> norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga
normatif dan semacamnya.
b. Etika Khusus-> Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
Sumber:
BAB III
Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika telebih dalam konteks ekonomi dan
bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan
atau barang yang dimiliki atau dituntut oleh berbagai pihak. Antara ekonomi dan keadilan
terjalin hubungan erat, karena dua-duanya berasal dari sumber daya yang sama yaitu masalah
kelangkaan. Kelangkaan adalah asal-usul dari ekonomi dalam dua arti. Tentang barang yang
melimpah ruah dan tidak menimbulkan masalah ekonomi dan tentang barang yang tidak
melimpah ruah namun menimbulkan masalah ekonomi. Ekonomi sebagai ilmu didefinisikan
sebagai studi tentang cara bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang langka untuk
memproduksikan komoditas-komoditas yang berharga dan mendistribusikannya diantara orang-
oran yang berbeda. Masalah keadilan atau ketidakadilan baru muncul, jika tidak tersedia barang
cukup bagi semua orang yang menginginkannya. Adil tidaknya suatu keadaan selalu terkait juga
dengan kelangkaan. Ekonomi dan keadilan selalu terkait atau sekurang-kurangnya seharusnya
terkait. Keadilan menjadi kata hampa belaka, bila tidak tersedia barang yang cukup
(kemakmuran) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi kemakmuran saja tidak menjamin
adanya keadilan, bila kekayaan tidak terbagi dengan seimbang.
A. Hakikat keadilan
Orang-orang Roma kuno terkenal karena menciptakan suatu sistem hukumyang bagus
(Ius Romanum), yang masih dikagumi dan dipelajari sekarang ini juga bukan saja oleh para
sejarawan tetapi juga oleh para ahli hukum. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal ini
mengutip orang bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique suum”.
Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam bahasa Indonesia
“memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”. Bagi kita titik tolak untuk refleksi tentang
keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya
Tiga ciri khas penanda keadilan : keadilan tertuju pada orang lain, keadilan harus ditegakan, dan
keadilan menuntut persamaan. Tiga unsur hakiki yang terkandung dalam pengertian keadilan itu
perlu dijelaskan lebih lanjut.
Pertama, keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other directedness (J.
Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar-manusia.
Untuk itu diperlukan sekurang-kurangnya dua orang manusia.
Kedua, keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja atau
dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri itu
disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Oleh karena itu
dalam konteks keadilan bias dipakai “bahasa hak” atau “bahasa kewajiban”, tanpa mengubah
artinya. Dalam mitologi Romawi dewi Iustitia (keadilan) digambarkan dengan memegang
timbangan dalam tangan. Timbangan menunjuk kepada cirri kedua: keadilan harus dilaksanakan
persis sesuai dengan bobot hak seseorang.
Ketiga, keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan, kita harus memebrikan
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali.
Dewi Iustita yang memegang timbanga dalam tangannya, digambarkan juga dengan matanya
tertutup dengan kain. Sifat terakhir ini menunjuk kepada cirri ketiga. Keadilan harus
dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.
a. Pembagian Keadilan
Jenis-Jenis keadilan :
a) . Pembagian Klasik
b) Keadilan kompensatoris
(compensatory justice) menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi
menurut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral
untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang
dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi ini berlaku, perlu terpenuhi tiga syarat.
Pertama, tindakan yan mengakibatkan kerugian harus salah atau disebabkan
kelalaian. Kedua, perbuatan seseorang harus sungguh-sungguh menyebabkan
kerugian. Ketiga, kerugian harus disebabkan oleh orang yang bebas.
Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan social dan adalah
tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang (atau bisa beberapa orang )
Keadilan social terlaksana jika hak-hak social terpenuhi. Tetapi perlu diakui
bahwa keadilan individual sering kali dapat dilaksanakan dengan sempurna. Namun
masyarakat modern.
1. Prinsip formal
yang sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan
dengan cara yang tidak sama
2. Prinsip material
Distributive
B. Keadilan ekonomis
Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimilki atau dipakai. Sejarawan ide sosial
dan politik yang berkebangsaan Kanada, C.B. MacPherson, berpendapat bahwa dalam zaman
modern keadilan ekonomis tidak banyak diperhatikan, sampai muncul lagi dengan kuatnya
sekitar pertengahan abad ke 19 dan berperang penting dalam demokrasi-demokrasi parlementer
sepangjang abad ke 20. Masyarakat tidak mungkin dikatakan diatur dengan baik kalau tidak
ditandai dengan keadilan. Namun alangkah lebih baik keadilan harus berperan pada tahap social
maupun individual. Juga dalam konteks ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus
diwujudkan dalam masyarakat, tetapi keadilan merupakan juga keutamaan yang harus dimiliki
oleh pelaku bisnis secara pribadi. Supaya dapat hidup dengan baik, disamping nilai-nilai
ekonomis, pebisnis pun harus memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral yaitu yang
terpenting adalah keadilan.
SUMBER :
1.http://webcache.googleusercontent.com/search?hl=en&q=cache:0OM269-
ntaMJ:http://ashur.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/15642/Teori-Teori%2BEtika
%2BBisnis%2B-%2BBab%2BIa.ppt%2Betika+bisnis&gbv=2&ct=clnk
http://ferilferdian87.blogspot.com/2012/10/teori-teori-didalam-etika-bisnis.html
http://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/teori-etika-etika-bisnis/
2. https://dokumen.tips/documents/etika-bisnis-bab-3-ekonomi-keadilan.html
PENYELESAIAN
Bisnis adalah kegiatan ekonomi, Bisnis dapat dilukiskan sebagai kegiatan ekonomi yang
kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan untung. Dalam bisnis modern
untuk itu diekspesikan dalam bentuk uang, tetapi hal itu tidak hakiki untuk bisnis. Yang penting
ialah kegiatan antar manusia ini bertujuan mencari untung dan karena itu menjadi kegiatan
ekonomi. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi diadakan dalam
interaksi. Bisnis berlangsung sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan umtuk kedua
belah pihak yang melibatkan diri. Bisnis bukanlah karya amal , karena itu bisa timbul salah
paham, jika kita mengatakan, bisnis merupakan suatu aktivitas social. Kata “social” disini tidak
berarti dimaksudkan arti “suka membantu orang lain”,bisnis justru tidak mempunyai sifat
membantu orang dengan sepihak, tanpa mengharapkan suatu kembali.
Dalam kasus 1 (Industri Kimia), tuan lombard melihat penurunan kualitas produksi yang
menurun dalam kepemimpinan marc. Dan tuan lombart ingin ada peningkatan produksi dan tak
ingin tahu apa masalah yang terjadi selama ini. Beliau menganggap marc terlalu takut dalam
manyikapi permasalahan yang disampaikan marc. Dalam hemat tuan lombart, ia ingin bisnis nya
berjalan mulus dan meningkat tanpa alasan masa lalu yang dikatakan itu berisiko.
Dalam kasus 2 (Pemasok Komputer), sang manajer ingin meraih laba dan peningkatan
penjualan komputer nya. Hal ini dilakukan agar diperoleh untung yang maksimal . agar ini lancar
dan tanpa kendala, maka dilakukan hal yang memikat pegawai seperti diberi reward atau bonus.
Demikian juga dalam kasus 3 (Perusahaan Asbes) dan kasus 4 (Kerahasiaan Bank)
mencoba mencari Laba dengan mengarahkan perhatian ke luar negeri. Dengan memindahkan
pabriknya ke Afrika "Kansas Asbestos Company" berhasil menekan biaya produksi menjadi
lebih kecil daripada di negerinya sendiri dan keuntungan dapat dipertahankan atau bahkan
meningkat. Begitu pula bank di negara kecil bisa memperluas asetnya dengan menawarkan jasa
yang menarik bagi nasabah di luar negeri. Karena negaranya kecil, bank-bank di Swiss dan
Luxemburg tidak bisa mengharapkan banyak dana dari pasar modal dalam negeri. Supaya bisa
tumbuh besar, mereka menawarkan jasa dengan syarat atraktif untuk pemilik modal luar negeri.
Dalam sudut pandang moral, dalam kasus “industry kimia” memang sangat hakiki agar
perusahaan kimia berhasil mempertahankan produktivitasnya. Namun demikian,Apakah
produktivitasnya boleh dipertahankan dengan segala cara. Perusahaan kimia ini memproduksi
bahan kimia yang berbahaya.
Kasus ini sering terjadi akibat terlalu mengejar kualitas namun mengabaikan keselamatan
pencipta kualitas itu tersebut. Tidak kita pungkiri bahwa Human error sering terjadi.dalam hal
ini menejer memiliki tanggung jawab besar dan bisa memperhitungkan setiap langkah produksi.
Sikap marc adalah hal yang mutlak dilaksanakan, sebab ia peduli dan berhati hati dalam suatu ia
pimpin, jangan sampai hal sama terulang dan berisiko besar.
Untuk kasus “Live aid”. Setiap kegiatan melanggar hukum dalam hal ini seperti bisnis.
Seharus nya setiap Negara harus tahu dengan etika perdagangan, sebuah Negara tidak boleh
beralasan untuk pura pura buta hukum dan tidak patuh hukum. Apalagi masalah pembajakan.
Hal ini dapat merugikan suatu usaha. Apalagi untuk suatu sumbangan atau amal. Seakan akan
tidak hati nurani antar sesama.
Kasus 7 “ Pesangon “ dalam suatu hubungan antar bawahan dan atasan haruslah
kondusif, etika dalam komunikasi dan sikap adalah hal yang utama. Setiap permasalahan
harusnya di tanggapi dengan bijaksana. Jangan kita meninggi kan ego dan berbuat yang
disangaja agar bisa menguntungkan pribadi masing masing.
KESIMPULAN
Bisnis itu baik menurut tiga sudut pandang tersebut ialah, secara ekonomis, bisnis adalah
baik bila menghasilkan laba. Untuk sudut pandang hukum, bisnis adalah baik jika diperbolehkan
oleh sistem hukum. Sedangkan sudut moral setidaknya ada tiga tolok ukur, yaitu hati nurani,
kaidah emas, penilaian masyarakat umum.
Perilaku moral dapat dinilai baik atau buruknya dengan lebih obyektif melalui
ukuran yang disebut Kaidah Emas, yaitu “Hendaklah engkau memperlakukan orang lain
sebagaimana engkau ingin diperlakukan”. Kaidah Emas dapat dirumuskan melalui cara positif
maupun cara negatif. Cara positif adalah cara yang sudah disebutkan tadi, sementara cara negatif
yaitu “Janganlah kamu melakukan suatu perbuatan terhadap orang lain, jika kamu tidak
menginginkan perbuatan tersebut terjadi padamu”.