Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF
Pengkajian Fisik Dan Psikologis, Tentang Perawatan Paliatif

DI SUSUN OLEH

NORID SANDONA NIAK

LIPEON ARUMAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmat NYA sehingga makalah “ Makalah Keperawtan Menjelang Ajal
Pengkajian Fisik Dan Psikologis, Tinjauan Agama Tentang Perawatan
Paliatif, Dan Perawatan Paliatif ”ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan sumber dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
selama kami mengikuti mata kuliah tersebut Sekian dan terima kasih.

Makassar , senin 4 januari 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................. 2
C. Rumusan masalah............................................................. 3

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian.......................................................................... 4
2. Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif. . 5
1) PEMERIKSAAN FISIK............................................. 6
2) Pengkajian Psikologis............................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................... 8
B. Saran.................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu


yang menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan
juga memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut
didapatkan bahwasannya salah satu tujuan dasar dari palliative care
adalah mengurangi penderitaan pasien yang termasuk didalamnya
adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut. Terdapat
banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu
pada akhirnya berakar pada konsep terapi yang eksklusif dalam
menyembuhkan penyakit daripada meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi penderitaan.

Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk mengambil


tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha penyembuhan
penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi
baik pada fase dini maupun lanjut.Seiring dengan berkembangnya
bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care yang dulunya hanya
terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang
telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek
fisik, sosial, psikologis, dan spiritual. Perubahan perspektif ini
dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang menderita
penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat
makalah tentang Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih
dalam.

B. Tujuan
a) Mengetahui pengkajian Fisik Dan Psikologis

C. Rumusan masalah
a) Bagaimana pengkajian Fisik Dan Psikologis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Perawatan Paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan


beban pasien terutama yang tidak dapat disembuhkan. Tindakan aktif
yang dimaksud ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan
lain,serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual.
Perawatan ini tidak saja diberikan kepada pasien yang tidak dapat
disembuhkan tetapi juga pasien yang mempunyai harapan untuk
sembuh bersama sama dengan tindakan kuratif (Departemen
Kesehatan [Depkes] RI, 1997).

B. Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif


Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari kepala sampai kaki dengan
melihat segala kelainan dan ketidaknormalan yang ada pada tubuh
pasien adapun tehnik yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan
adalah sebagai contoh berikut ini :Pemeriksaan fisik dan psikologis pasien
terminal. Contoh penyakit HIV

1. PEMERIKSAAN FISIK
1) Pengkajian
a. Identitas Klien: Nama, Umur, No Reg, Ruang, Agama,
Pekerjaan, Alamat, Suku Bangsa, Pendidikan, MRS, DX Medis
b. Keluhan Utama:Saat MRS: Klien dibawa ke rumah sakit dengan
keluhan diare dan demam tinggi.
Saat pengkajian:Klien mengatakan badan terasa lemah, dan tidak
mampu melakukan aktifitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: Apakah klien mengalami diare, nafsu
makan menurun, dan kesulitan menelan (disfagia), demam,
kelelahan dan mengeluhkan badan terasa lemah.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: apakah mengalami diare tak terkontrol
tanpa merasakan sakit perut, penyebabnya tidak diketahui,
dengan faktor yang memperberat adalah bergerak sehingga
usaha yang dilakukan adalah diam,demam tinggi, diare disertai
darah, apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Riwayat Psikososial
-Persepsi Klien Terhadap Masalah Apakah pasien mengatakan
bahwa penyakitnya ini merupakan masalah yang
mengkhawatirkan, ekspresi wajah terlihat lemah dan badannya
terlihat lemas.
Pola Kesehatan Sehari
g. hari Selama Di Rumah dan RS
-Pola Nutrisi dan Metabolisme Di Rumah : makan 3x/hari. Minum
air putih 8 gelas/hari
Di Rumah Sakit : saat pengkajian klien menunjukkan gejala
anoreksia dan kesulitan menelan atau tidak, terjadi perubahan
nafsu makan Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Devekasi Sehari-hari Di Rumah : jumlah, warna,
bau, disertai darah ataupun nanah Di Rumah Sakit
b. Kebiasaan Miksi Di Rumah : warna, bau,adakah kesulitan
BAK Di Rumah Sakit : klien BAK dengan alat bantu atau tidak.
c. Pola Tidur dan Istirahat Dirumah Klien : jumlah jam tidur,
apakah mengalami gangguan tidur Di Rumah Sakit : jumlah
jam tidur, apakah mengalami gangguan tidur
d. Pola Aktivitas Di rumah: klien beraktifitas secara mandiri
tanpa bantuan orang lain apakah memiliki kebiasaan olah
raga Di rumah sakit: apakah klien mendapatkan bantuan
dari orang lein ketika akan melakukan aktivitas
e. Pola Reproduksi dan Seksual Usia, anak, riwayat
penggunaan kontrasepsi
f. Pemeriksaan Fisik
-Keadaan umum : apakah klien lemah, terpasang infus atau
tidak Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas, sakit,
tidak nyaman, dll. Tekanan darah : mengalami penurunan
Nadi : mengalami penurunan Respirasi :12- 24 x/menit Bising
Usus : 6-12 x/menit Suhu 37,5-38,5 C ̊ Tinggi badan : Berat
badan : menurun
-Review of System (ROS)
a) Kepala : Posisi kepala, bentuk kepala, warna rambut,
distribusi rambut, apakah terlihat bayangan pembuluh
darah, apakah terdapat luka, tumor, edema, ketombe, dan
bau.
b) Mata : tidak terdapat vesikel, tidak ada masa, nyeri tekan,
dan penurunan penglihatan, konjungtiva anemis.
c) Hidung
d) apakah terdapat sekret, danlesi
e) Mulut : apakah terdapat lesi, gigi ada yang tanggal,
membran mukosa kering, apakah ada bercak-bercak
keputihan pada lidah, dan halitosis.
f) Telinga : apakah ada nyeri tekan, dan luka Leher : apakah
trakea simetris, adakah pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis, nyeri tekan
g) Thoraks : dilihat bentuk, apakah terdapat masa, dan otot
bantu napas
h) Paru : bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi
interkosta, ekspansi kanan dan kiri sama, perkusi paru
didapat suara sonor di seluruh lapang paru, batas paru
hepar dan jantung redup, Jantung : ictus cordis terlihat di mid-
clavicula line sinistra ICS 5,
i) Ketiak dan Payudara : apakah didapatkan pembesaran
kelenjar limfe dan benjolan, keadaan puting dan areola
Abdomen : bentuk simetris atau tidak, adakah nyeri tekan,
apakah ada benjolan, tanda pembesaran hepar, tidak didapati
asites, dan hasil perkusi didapat suara timpani,
j) Genetalia : Tn. T adalah klien laki-laki,
k) Penis ; klien di sirkumsisi, gland penis terdapat bercak,
pada batang penis ada tanda jamur , tidak ada tanda
herpes, ada lesi.
l) Skrotum ; tidak ada lesi, tidak ada tanda jamur, tidak ada
tanda herpes
m) Uretra ; tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi
n) Anus dan Rektum : tidak ada abses, hemoroid, apakah
padar ektum didapati lendir, darah, atau nanah
o) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, terdapat oedema,
tampak tanda atropi
p) Integumen : warna , tekstur kering, terdapat kemerahan pada
area , turgor buruk , terdapat tanda sianosis, akral dingin,
capill ary refill time >3 detik, ada tanda inflamasi pada kuku
q) Status Neurologis
-Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
-Tanda–tanda perangsangan otak Pusing, Suhu tubuh 37,8
-Uji saraf kranial N I : Klien tidak dapat membau dengan baik
N II : Klien dapat melihat dengan jelas N III : Klien dapat
menggerakkan bola mata N IV : Klien dapat melihat gerakan
tangan perawat baik ke samping kiri ke kanan. N V : Klien
dapat menggerakan rahang N VI : Klien dapat menggerakan
mata kesamping N VII : Klien dapat merasakan pahit, manis,
asam, dan manis N VIII : Klien dapat mendengarkan degan
baik 5 N IX : Klien dapat berbicara N X : Klien dapat
mengangkat bahuN XI : Klien dapat berbicara dengan baik N
XII : Klien dapat menggerakan lidah dan dapat berbicara
dengan baik
-Funsi Motorik Tidak ada gerakan yang tidak disadari klien,
klien mampu bergerak tanpa perintah.
-Fungsi Sensorik Klien tidak merasakan usapan kapas pada
area maksilaris, dapat merasakan benda tajam, tidak dapat
merasakan hangat, panas, dan dingin. Refleks Pantologis
Reflek babinsky negatif, reflek cadlok negatif, reflek Gordon
negatif.
-Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil Test Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA) : dari hasil
test ELISA yang dilakukan, menunjukkan hasil bahwa Tn. T
Positif dibuktikan dengan antibodi dalam serum mengikat antigen
virus murni di dalam enzyme linked antihuman globulin.
b) Hasil Test Western Blot : Positif
c) P24 Antigen Test : Positif
d) Kultur HIV : Positif, dengan kadar antigen P24 Meningkat
C. Pengkajian Psikologis

Reaksi Proses psikologis Hal- hal yang biasa di jumpai Reaksi Proses
Psikologis Hal- hal yang biasa Dijumpai Shock (kaget, goncangan
batin) Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut, hilang akal,
frustasi, rasa sedih, susahm acting out. Mengucilkan diri Merasa cacat
dan tidak berguna, menutup diri Khawatir menginfeksi orang lain,
murung Membuka status secara terbatas Ingin tahu reaksi orang
lain, pengalihan stress, ingin dicintai Penolakan, stress, konfrontasi
Mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan,
kepercayaan, penguatan, dukungan social Ketergantungan, campur
tangan, tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya. Status
khusus Perubahan keterasingan Ketergantungan,

menjadi manfaat khusus, perbedaan menjadi hal yang istimewa,


dibutuhkan oleh yang lainnya. dikotomi kita dan mereka
(semua orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu),
over identification. Perilaku mementingkan orang lain
Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi
perasaan sebagai kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi
yang berlebihan PenerimaanIntegrasi status positive HIV dengan
identitas diri, keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan
diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah
Respon Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit ada lima
tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu :

1) Pengingkaran (denial) Pada tahap pertama pasien


menunjukkan karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal
memahami dan mengalami makna rasional dan dampak
emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat disebabkan
karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah
mengetahuinya dan mengancam dirinya.
2) Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan pasien “saya di sini
istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan
kemungkinan memproyeksikan pada apa yang diterima sebagai
alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan labo ratorium,
atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat yang tidak
kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak
menimbulkan kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer
untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran
biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi fase
lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).
3) Kemarahan (anger) Apabila pengingkaran tidak dapat
dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi
kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan
den
gan marah dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan
kemarahan pada segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan
timbul penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan
adalah perawat, semua tindakan perawat serba salah, pasien
banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat,
kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah,
mudah tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati. Jika
keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak, yang
mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan
menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
4) Sikap tawar menawar (bargaining)
Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir dan
merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya. Mulai timbul
rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan
Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu
pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi
sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh
(Achir Yani, 1999).
5) Depresi
Selama fase ini pasien sedih/ berkabung
mengesampingkan marah dan pertahanannya serta mulai
mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien mencoba
perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru.
Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, t idak ada
harapan, bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu
untuk menangis berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk
mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru
dalam keluarga intensitas depresi tergantung pada makna dan
ber atnya penyakit (Netty, 1999). e) Penerimaan dan
partisipasi Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien
beradapatasi, kepedihan dari kesabatan yang menyakitkan
berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai
seseorang yang keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai
seorang cacat. Pasien mampu bergantung pada orang lain
jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya
tahannya atau terlalu memaksakan keterbatasan atau
ketidakadekuatan (Hudak & Gallo, 1996). Proses ingatan
jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang kronis
akan menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel.
Adaptasi dari jaringan atau sel imun yang memiliki hormon kortisol
dapat terbentuk bila dalam waktu lain menderita stres, dalam teori
adaptasi dari Roy dikenal deng an mekanisme regulator
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian mendapatkan beberapa tema terkait pengalaman perawat


dalam memberikan perawatan paliatif, meliputi :

1) Kegiatan perawat dalam memberikan perawatan paliatif Kegiatan


perawat dalam memberikan perawatan paliatif terdiri dari
mengurangi keluhan fisik dan psikologis, memberikan dukungan
spiritual dan manajemen proses berkabung.
2) Koping perawat dalam memberikan perawatan paliatif Dalam
memberikan perawatan paliatif dibutuhkan strategi koping yang
positif, yakni dengan cara membangun kepercayaan dengan pasien
dan keluarga serta bersikap empati.
3) Kendala yang dihadapi perawat dalam memberikan perawatan
paliatif Kendala yang dihadapi perawat dalam memberikan
perawatan paliatif didapatkan dari pasien dan keluarga serta
masalah yang dihadapi oleh perawat.
4) Harapan perawat dalam memberikan pelayanan perawatan paliatif
yang lebih baik , Harapan perawat dalam memberikan pelayanan
perawatan paliatif yang lebih baik adalah dengan dibentuknya tim
paliatif dan peningkatan pengetahuan perawat melalui kegiatan
pelatihan (workshop).
B. Saran
1) Bagi Perawat
a) Perawat dapat belajar secara mandiri untuk meningkatkan
pengetahuannya tentang perawatan paliatif melalui media
telekomunikasi yang dimilikinya, seperti handphone (HP)..
b) Perawat difasilitasi oleh pihak rumah sakit untuk mengikuti
pelatihan dan seminar tentang perawatan paliatif agar
keterampilan dan pengetahuan perawat dapat bertambah,
sehingga pelayanan perawatan paliatif yang diberikan
kepada pasien dan keluarga akan menjadi lebih baik
(holistik dan komprehensif).
c) Perawat dapat meningkatkan kemampuannya dalam tehnik
berkomunikasi terhadap pasien dengan cara
memperhatikan dan mendengarkan pasien, menafsirkan
dan mengingat apa yang telah disampaikan oleh pasien,
mengevaluasi pernyataan pasien kemudian memberi respon
kepada pasien.
d) Perawat dapat meningkatkan spiritual didalam dirinya
supaya dapat meningkatkan rasa percaya diri perawat saat
memberikan dukungan spiritual kepada pasien dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2010. Hubungan Faktor Karakteristik Perawat Dengan Kinerja


Perawat Dalm Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Instalasi
Rawat Inap RSU. Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Dalam The Indonesian
Journal Of Health Science, Vol. 1, No.1. Juni 2010.

Batuah, N. 2012. Hubungan Beban Kerja Perawat Terhadap Kinerja


Perawat Pelaksana Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Dalam Jurnal e-library
Stikes Nani Hasanuddin Vol. 1 Nomor 2. Brockopp, Y. D. Marie. T.
Hastings.

2000. Dasar-dasar Riset Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC. Dalami, E.

dkk. 2011. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Dewi,


A.

dkk. 2014. Keperawatan Intensif Dasar. Bogor: In Media. Direktorat Bina


Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan.

2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan


Intensif. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Direktorat Keperawatan Dan
Keteknisian Medik. 2005. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Etlidawati. 2012. Hubungan Strategi Supervisi Kepala Ruang Dengan


Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman. Tesis. Program
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Andalas. Padang.

Hartati. 2001. Analisis Kelengkapan Dokumentasi Proses Keperawatan


Pasien Rawat Inap Di RSU PKU Muhammadiyah Gombong Jawa Tengah.

Haryanti. 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja


Perawat Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Dalam
Jurnal Managemen Keperawatan. Volume 1, Nomor 1, Mei 2013: 48-56.

Hendianti, N, G. dkk. 2012. Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana


Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Bandung. Jawa
Barat

Anda mungkin juga menyukai