Anda di halaman 1dari 120

Berisi tentong kumpulon data

don informosi tentong Kowoson Norkobo

r-:::
L-=.1:il Oemogroft Kerwonon �r
_
O
Geogroli Kerowonon
Nortcobo
Nortcobo
J
9-

n Upoyo Pemberdoyoon Altemotil


untvk Kowoson Rowan

DIREKTORAT PEMBERDAYAAN ALTERNATIF


DEPUTI BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BNN

2017
PETA UWASAN RAWAN NARIOBA
01 INDONESIA TABDN 2016
V'-
KATASAMBUTAN
DIREKTUR PEMBERDAYAAN ALTERNATIF

Saya menyambut baik dan menghargai prakarsa jajaran


Direktorat Pemberdayaan Alternatif atas terbitnya buku
Peta Kawasan Rawan Narkoba di Indonesia tahun 2016
yang diharapkan dapat menjadi bahan acuan memilih
kawasan rawan narkoba yang menjadi pnontas
pemberdayaan masyarakat di setiap provinsi. Sebagaimana
diketahui bahwa tidak ada satu wilayah pun di Negara kita
tercinta yang tidak terjadi penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba.

lnisiatif penerbitan buku ini didasari kebutuhan satuan


kerja di tiap-tiap wilayah KabupatenKota, provinsi dan
ibukota yang memerlukan database peta kawasan rawan
narkoba di tiap kabupaten, kota, provinsi dan ibukota
Jakarta. Adapun proses pengumpulan kawasan rawan
narkoba dihimpun dan rapat kerja pemetaan yang
dilakukan setiap BNN dalam mengawali pembinaan
alternatif di kawasan rawan narkoba.

Nilai tambah dan buku ini, selain memudahkan


menyasar kawasan yang memang benar-benar rawan, juga
menjadi acuan pemetaan kawasan rawan narkoba di
wilayah lainnya, yaitu : daerah jalur sungai, kawasan pesisir
dan kawasan pinggiran di wilayah perbatasan antar Negara.
Melalui penyajian database yang aktual dan faktual, di
wilayah-wilayah rawan narkoba tersebut diuraikan juga
tentang fakta dan data kondisi terkini, ancaman, modus dan
potensi kerawanan narkobanya.

Manfaat dan buku ini, tentunya bagi BNN dapat


menjadi informasi tambahan tentang kawasan rawan
narkoba selain Jurnal Data P4GN. Bagi BNNP dan BNNP
dapat menjadi acuan dan panduan tentang pemilihan
kawasan rawan narkoba untuk dibina selama kurun waktu

5
�-
tertentu secara berkelanjutan sesuai dengan kearifan local
wilayah tersebut Bagi stakeholder, buku ini diharapkan
dapat mengetuk simpati, empati, kepedulian dan
kewaspadaan dini bahwa ancaman narkoba harus disikapi
dengan membangun jejaring kemitraan yang sinergis.

Besar harapan kami, semoga buku ini dapat memandu


setiap pelaksana kegiatan untuk mencapai target secara
terarah, tepat sasaran, terukur dan memberikan dampak
signifikan bagi peningkatan partisipasi stakeholder dan
masyarakat dalam upaya P4GN secara mandiri dari pusat
hingga daerah. Di masa yang akan dating diharapkan
kawsan-kawsan yang telah dipetakan tahun ini dapat terus
ditindaklanjuti dengan program nyata pemberdayaan
alternatif.

Jakarta, 6 Februari 2017

6 BUKU PETA
'\/'-
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


atas terselesainya buku Peta Kawasan Rawan Narkoba di
Indonesia tahun 2016. Buku ini padat dengan informasi
gambaran kawasan rawan Narkoba di Indonesia yang
dihimpun Tim Dayamas dari seluruh provinsi di Indonesia.
Kerawanan narkoba di seluruh wilayah di Indonesia
menjadi perhatian Pemerintah karena tidak ada satu
wilayahpun di Negara kita yang bersih dan bebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Bahkan
mengingat pentingnya kewaspadaan semua komponen
bangsa, ada bab khusus dalam UU no 35/2009 tentang
Narkotika yang mengatur tentang peran serta masyatrakat
dalam penanggulangan narkoba.
Dengan informasi peta rawan narkoba dalam buku ini, maka
diharapkan masyarakat dan stakeholder (pemangku
kepenti-ngan) dapat merancang program dan lebih
memprioritaskan program P4GN-nya di Jokasi-lokasi
tersebut melalui mobilisasi potensi sumberdaya yang ada
untuk memberikan altematif solusi yang berdaya guna dan
berhasil guna dalam membina manusia, lembaga,
lingkungan dan usaha untuk mengentaskan masalah
Narkoba.
Harapan kami, semoga buku ini dapat memandu setiap
pelaksana kegiatan untuk mencapai target secara terarah,
tepat sasaran, terukur dan memberikan dampak signifikan
bagi peningkatan partisipasi stakeholder dan masyarakat
dalam upaya P4GN secara mandiri dari pusat hingga daerah.

Tim Penyusun

7
�-
T IM PENYUSUN

Penana•m111awab DepuU Pembenlayaan Masyarakat

Ketua Pelaksana Dlrektur Pemberdayaan Alternatif

Narasumber lrjen Pol. Drs. Suedl Huseln


Brigjen Pol. Drs. Fatkhur Rahman, SH, MM
Prof. OR Paulus Wirutomo
Drs.Sugiyo

Konb1butor Data 1. Kabid P2M BNNP Aceh


2. Kabid P2M BNNP Sumut
3. Kabid P2M BNNP Sumbar
4. Kabid P2M BNNP Kep. Rlau
5. Kabid P2M BNNP Riau
6. Kabld P2M BNNP )ambl
7. Kabid P2M BNNP Sumsel
8. Kabld P2M BNNP Bengkulu
9. Kabid P2M BNNP l.ampung
10. Kabid P2M BNNP Kep. Bangka Belitung
11. Kabld P2M BNNP Banten
12. Kabid P2M BNNP DKI jakarta
13. Kabid P2M BNNP )awa Barat
14. Kabid P2M BNNP jawa Tengah
15. Kabld P2M BNNP Dl Yogyakarta
1 6. Kabid P2M BNNP jawa Timur
17. Kabid P2M BNNP Kalimantan Barat
18. Kabid P2M BNNP Kalimantan Tengah
19. Kabld P2M BNNP Kalimantan Selatan
20. Kabld P2M BNNP Kalimantan Timur
21. Kabid P2M BNNP Sulawesi
22. Kabld P2M BNNP Gorontalo
23. Kabid P2M BNNP Sulawesi Tengah
24. Kabid P2M BNNP Sulawesi Barat
25. Kabid P2M BNNP Sulawesi Tenggara
26. Kabid P2M BNNP Sulawesi Selatan
27. Kabid P2M BNNP Bali
28. Kabld P2M BNNP NTBarat
29. Kabid P2M BNNP NTTimur
30. Kabld P2M BNNP Maluku
31. Kabld P2M BNNP Maluku Utara
32. Kabld P2M BNNP Papua Barat
33. Kabld P2M BNNP Papua

Ttm Penyusun Tim Pemberdayaan Altematif BNN

8 BUKU PETA
'\!'-

DAFfAR ISI

KATA SA MBUTAN.. ·- ·-············-···-·--·-·······-·····-··-

KATA PENGANTAR·-·-··-···-·- ----···-·········-·-·-···-··-··-········ 7


TIM PENYUSUN --·-··--·-- --···-··-···-·······-· ·-···-····-···-···· 8
DAFfAR 151---···-···--·-·-· ---··-············· ····-··--·--··-·-·· 9

BAB I PENDAHULU AN·---·-·-·- -··········· ---- ----·--· 11


1. Latar BeJakang._._ ---- ·-· ··------··---····· 16
2. Maksud danTujuan •. ---· ··--·--·-· -··-···-·-···--····· 16
3. Ruang Ungkup- ··--··-·-· ···-··- --·------·-······-·· 17
4. Pengertian._____ ---·-- ·---·---··--··--·- -·--- ---·--· 17
5. Slstematika Penyajlan-·-·- ·····-···········---·-··-· --·-· 20

BAB I I INDONESIA DARURATNARKOBA..•.•..• ···········-····------ ········ 21


1. Penyalahgunaa nNarkoba..• ·--······· -···--··---··-·- --· 21
2. Peredaran GeiapNarkoba dan Slndikasi Narkoba..•._. ------ 25
3. Kultivasi dan Produksi Narkoba.-·-·-·-·-- ·-·-·-··-·-·---··--··-··· 29
4. 8arangBuktiNarkoba dan Hasll Pencuctan UangNarkotika.... 33
5. Besaran TransaksiNarkoba dan Kerugian Negara ·--··--··--··-- 35
6. Makin MaraknyaNarkoba JenisBaru (NPS).............................. 38

8AB Ill KAWASANRAWANNARKOBA ........................•..•. --··- · · · ····--·--·· 41


1. lndikator Kerawanan Narkoba-----·---·------··--·- 41
2. KawasanRawanNarkoba di Pesisir ........... .. ....- · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · - 42
3. KawasanRawanNarkoba di Perkotaan .......................-........... 44
4. Kawasa.nRawanNarkoba di Perdesaan ............................ ......... 46
5. Kawasan RawanNarkoba diWilayah Perbatasan ........... -....... 48
6. KawasanRawanNarkoba di falurSungai.................................. SO

BAll IV PETA KAWASANRAWANNARKOBA DI INDONESIA ._..•. ··-·-···· 53


1. Provinsi Aceh..._
. _ ... ... .. .. .... _____.. ·----·--..--·- 54
2. ProvinsiSumatera Utara .. .. .. . .. ·-�·--- ---- ·�·�·--- 55
3. ProvinsiSurnateraBarat____ .. ..... ..--·- -�-·-�·- ---·- 55
4. Provinsi Riau._.____ ·---·-· _ ..------- 56
5. Provtnsi KepulauanRiau --- ----·--- . . ...... _ ·------ 56
6. Provinsi Jambi--·- ---·-- ------ .....__ 57
7. ProvinsiSumatera Selatan--- _ _ . ......._ _ _ _ 57
8. Provinsl KepuiauanBangkaBelltung.__ _ ··--- 58
9. ProvinsiBengkulu...___________ ··---· 59
10. Provinsi Lampung.___ ........ ____ ------- 59
11. ProvinsiBanten.....__ __ · · · · · · · · - - ----- 60
12. Provinsl DKI ]aka_ ___ · · · · · · · · - ---- 60
13. Provinsl ]awa BaraL.__ --- __ ··--·-·-- 61
14. Provinsl ]awaTengah..- ········-- --- ------· 61

OJ INDONESIA 9
rN'
I
.____
____

15. Provinsi Dl Yogyakarta.·-·-··-·-··-·- , · · · · · · · · ·····-·-··-··-·-··- ·-·-··-·····-·····- 62


16. Provinsi Jawa Tim ur�·-··-·-··-·-.. ...... ·-·-·-··-·· . . . . . . . . .... -·-·····-····-··-·-··- 62
17. Provinsi BaiL-..-·-··-·····-·-············-··· ···-··-········-··-·-··-·-··-·-··-·-·····- ····-· 63
18. Provinsi NTB ......·-··-· -·-·-·············· ·-····-·-··-·-·· · · · · · · · · - · · · · · · · · - · · · · · · · · · · · - 63
19. Provinsi NTT....... ·-··-·- ·-··-·-··-·-··-·· -··-·-··-·-··-·-··-·····-·-··-·-··-·-··-··-·- 64
20. Provinsi Kalimantan Barat.....·-····· ·-··-·-·····-··-·· . . .... ...... ·······-········-··- 64
21. Provinsi Kalimantan Tengah.·-·-··--·····-··-············-·· .. · · · · · · · · ··-·····-······ 65
22. Provinsi Kalimantan Selatan.·-·-··-· ··-··-·-··-·-··-·· ·········-·· ··-··-·····-·-· 65
23. Provinsi Kalimantan Timur ........_,_ ..... ......... ........ ................. ................. 66
24. Provinsi Sulawesi Utara ·-··-·-··-·-··--············- ·-··· · · · · · · · ·--···-·········-·-··- 66
25. Provinsi Gorontal o-··-·-··-·····-·····-····· - · · · · · · · · · ...···-·····-·-··-·····-··-·····-·····-· 67
26. Provinsi Sulawesi Tengah.·-·-·····- ··-··-·-··- · · · · · · · · ······-······ ··-············-···· 67
27. Provinsi Sulawesi Barat............ ................................. ................................. 68
28. Provinsi Sulawesi Tenggara........... ,_......................... .. ....... .. ... . . . .. .. ......... 68
29. Provinsi Sulawesi Selatan.·-··············-··- ·-·-·····-··-·-··· · · · · ··-············-·····- 69
30. Provinsi Maluku ..·-··-·-·· · · · · · · ···-·-··············...-·-··-····· ······-············-············· 69
31. Provinsi Maluku Utara.·-·········-·-·············-·····-·····- ........... ·--············-···· 70
32. Provinsi Papua Barat................................... .. .........-.......... ........................ 70
33. Provinsi Papua·-········-·····-··-·-··-·-·····-·······-·····-·····- ·····-···· · · · · · · · · ······-······ 71

BAB V PEMBERDAYAAN ALTERNATIF KAWASAN


RAWAN NARK08A........................·-··-·-··-·-·····-········ · · · · · - ·······-···-·-··-·····-·········· 73
1. Pembinaan Potensi Masyarakat.......·-······ ·····-···· · · · · · -··· ....·-················· 73
2. Pembinaan Kelembagaan dan SinergL.................. ... . ....................._. 76
3. Pembinaan Lingkungan Bersih N arkoba. ·-········ . . . . .. . . . . . · · · · · -·····-····· 77
4. Pembinaan Usaha dan Pendapatan.......................................................... 79
5. GrandDesi{}n Alternatve Development (2016-2025) ................. 82

BAB VI PENUTUP ...·-·····-··-······· ··························-· ······-·····-·····-· -··- .................·-·-··-·-··· 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPl RAN

10 BUKU PETA KAWASAN


"Saya Titip Masalah Narkoba
disampaikan Secara GENCAR
Posisi kita dalam Darurat Narkoba"
P-esiden R.l Joko Widodo-
'\/'
.....___
_____

BAS I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan dunia saat ini,setiap negara disibukkan
dengan kompetisi global dan membangun kompetensi
sumber daya manusia di berbagai bidang. Sebagai aset
paling berharga bangsa, sumberdaya manusia terus
dibangun karakternya untuk menjadi manusia yang
sehat, unggul dan maju di berbagai bidang.

Namun demikian permasalahan besar yang


dihadapi setiap negara adalah proxy war atau perang
modern. Tujuan proxy war adalah melemahkan suatu
bangsa dengan merusak SDM nya secara terus·
menerus tanpa batas-batas wilayah, waktu dan nilai­
nilai. Penghancuran manusia dan kebuayaan melalui
pr oxy war adalah dampak dari sisi buruk era
globalisasi ini.

Salah satu proxy war terbesar yang berlaku saat ini


adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
yang menyerang di setiap Negara sebagai ancaman
serius dan darurat Kejahatan Narkotika telah
terorganisir sedemikian rupa sehingga sindikasinya
menyebar luas yang saling terkoneksi antar bangsa.
lnilah kejahatan transnasional yang terus menciptakan
pasar narkoba.

Kejahatan Narkotika merupakan salah satu bentuk


penjajahan. Salah satu bukti sejarah adalah terjadinya
perang candu I (tahun 1839-1842) dan perang candu II
(1856-1860) antara China dan lnggrls yang bermula
dari penyelundupan opium dari lnggrls ke budaya
China. Kekalahan demi kekalahan dialami China.
Akhirnya dalam perang itu China dipaksa menyerahkan

DI INDONESIA 11
��-
Dari sisi budaya madat, masyarakat kitapemadat
rokok dan minuman keras. Merokok merupakan
perilaku kecanduan yang telah mewabah di
Indonesia.Menurut data The tobacco Atlas 2015, jumlah
perokok Indonesia usia di atas 15 tahun tertinggi di
dunia sebanyak 66% atau 2 dari 3 orang di atas usia 15
tahun adalah perokok. Menurut data Kemenkes (2016)
jumlah perokok di Indonesia diperkirakan berjumlah 90
juta perokok.
Sementara berdasarkan data Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan
Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016,
Kematian akibat merokok di Indonesia mencapai
427.948 orang setiap tahunnya atau 1.172 perhari.
Sebagian besar di antaranya adalah usia produktif.
Sebagaimana diketahui rokok adalah pintu gerbang
narkoba. Berdasarkan Disertasi Sabarinah (2014).
tentang alur pakai dan peluang bersamaan atau
mendahului narkoba, dikatakan bahwa peluang seorang
perokok untuk mencoba-coba ganja, bila laki-laki
sebesar 63,1% dan perempuan sebesar 51,4%.
Selain madat rokok. Indonesia juga dikenal sebagai
madat alkohol atau Miras. berdasarkan Riset
Kesehatan Departemen Kesehatan (2014) diperkira­
kan jumlah remaja pengonsumsi miras di Indonesia
menyentuh angka 23% dari total jumlah remaja
Indonesia yang saat ini berjumlah 63 juta jiwa atau
sekitar 14.4 juta orang. dengan angka kematian akibat
Miras sebesar 18.000 per tahun. Berdasarkan Disertasi
Sabarinah (2014). dikatakan bahwa peluang seorang
pecandu alcohol untuk mencoba-coba ganja. bila laki­
laki sebesar 70,3% dan perempuan sebesar 56,7%.
Artinya semakin meningkat budaya madat (rokok dan
miras) maka tingkat kerawanan narkoba juga
meningkat.

12 BUKU PETA KAWASAN


"" _

......____
____

Golden Triangle (Myanmar, Lao Thailand), Golden


Crescent (Afghanistan, Iran dan Pakistan) dan Golden
Peacock (Colombia, Peru dan Bolivia).
Besamya nilai transaksi dart perdagangan gelap
Narkotika di seluruh dunia menimbulkan perang Kartel
(sindikat Narkotika) yang terns menerus berlangsung di
Mexico; maraknya Narcoterorism dengan bisnis illegal
heroin di Mghanistan dan Pakistan; dan disintegrasi
bangsa dengan bisnis illegal kokain, seperti FARC di
Colombia. Gelombang pro Sindikat narkotika juga telah
mensponsort legalisasi Ganja di seluruh Dunia, termasuk
USA Saat ini (2017) dart 50 negara bagian di Amertka,
28 bagian telah melegalkan Ganja.
Bisnls illegal narkoba telah menggurtta di setiap
Negara, termasuk Indonesia. Sindikasi Narkotika akan
terns berusaha menciptakan pangsa pasar baru dan
menumbuhkan kampung-kampung narkoba untuk
memperlancar bisnis ilegalnya. Apalagi kondisi itu
diperparah dengan wilayah-wilayah dengan tingginya
angka kemiskinan dan pengangguran, lemahnya slstem
hukum yang tidak membuat jera dan mentalitas aparat
hukum yang tergiur oleh bujukan sindikasi narkotika di
semua lini penegakkan hukum dart laut hingga daratan.
Pada kondisi geografis di Indonesia, Negara kita
memiliki banyak potensi kerawanan narkotika dart sisi
geografi, demografi, kerawanan social dan budaya
madat masyarakat, dart sejak jaman penjajahan hingga
Indonesia merdeka yang ke-71 tahun. Secara geografis,
kita memiliki banyak pulau, banyak desa tepi pesisir
yang tak terawasi, sungai-sungai yang memanjang dan
menembus dart laut ke pelosok-pelosok daerah sampai
hutan-hutan lindung yang rawan untuk kultivasi Ganja.
Secara demografi, kita memiliki penduduk terbesar
ke-4 di dunia sebesar 258 juta lebih, dengan komposisi
usia produktif 65% yang menjadl target pangsa pasar

DI INDONESIA 13
rN'
__ _

.....___
narkoba Secara kuantitas, estimasi penyalah guna
narkoba di Indonesia menembus 4 juta jiwa, namun
hanya 50 ribuan yang terkases rehabilitasi. Kerawanan
sosial di Indonesia cukup memprlhatinkan jika dlllhat
darl angka kemiskinan, jumlah pengangguran dan
·

tingkat putus sekolah.


Dari sisi budaya madat, masyarakat kita pemadat
rokok dan minuman keras. Merokok merupakan
perilaku kecanduan yang telah mewabah di Indonesia.
Menurut data The tobacco Atlas 2015, jumlah perokok
Indonesia usia di atas 15 tahun tertinggi di dunia
sebanyak 66% atau 2 dari 3 orang di atas usia 15 tahun
adalah perokok Menurut data Kemenkes (2016) jumlah
perokok di Indonesia diperkirakan berjumlah 90 juta
perokok
Sementara berdasarkan data Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UJ) dan
Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016,
Kematian akibat merokok di Indonesia mencapai
427.948 orang setiap tahunnya atau 1.172 perhari.
Sebagian besar di antaranya adalah usia produktif.
Sebagaimana diketahui rokok adalah pintu gerbang
narkoba. Berdasarkan Disertasi Sabarinah (2014),
tentang laur pakai dan peluang bersamaan atau
mendahului narkoba, dikatakan bahwa peluang seorang
perokok untuk mencoba-coba ganja, bila Iaki-laki
sebesar 63,1% dan perempuan sebesar 51,4%.
Selain madat rokok, Indonesia juga dikenal sebagai
madat alkohol atau Miras. berdasarkan Riset
Kesehatan Departemen Kesehatan (2014) dlperkira­
kan jumlah remaja pengonsumsi miras di Indonesia
menyentuh angka 23% dari total jumlah remaja
Indonesia yang saat ini berjumlah 63 juta jiwa atau
sekitar 14,4 juta orang. dengan angka kematian akibat
Miras sebesar 18.000 per tahun. Berdasarkan Disertasi
Sabarlnah (2014), dikatakan bahwa peluang seorang

14 BUKU PETA KAWASAN


'\/'-
pecandu alcohol untuk mencoba-coba ganja, bila laki­
laki sebesar 70,3% dan perempuan sebesar 56,7%.
Artinya semakin meningkat budaya madat (rokok dan
miras) maka tingkat kerawanan narkoba juga
meningkat.

Potensi rawan narkoba lainnya ditunjukkan dengan


makin terbukanya pintu-pintu masuk Narkoba (entry
point) baik dart dart darat, !aut dan udara melalui
mobile-sasi pengguna jasa angkutan barang dan
manusia setiap hartnya. Pada entry point tersebut secara
resmi keter-sediaan petugas dan aparat hukum yang
mencegat, menjaga dan mengawasi keluar masuk
penumpang manusia dan barang sangat terbatas.
Apalagi entry point yang tidak terawasi, terutama jalur
masuk dart !aut ke daratan, baik di pesisir pelosok desa
maupun rumah-rumah mewah yang berbatasan
langsung dengan laut jadi secara hipotesis dapat
dikatakan bahwa semakin banyak entry point di suatu
wilayah maka tingkat kerawanan narkobanya semakin
tinggi.

Kerawanan narkoba juga ditunjukkan dart berhim­


punnya penyalahguna, pengedar, korban narkoba dan
pecandu di lokasi-lokasi yang dapat mengakses mereka,
seperti : Tahanan, Lapas, Rumah sakit, panti rehabilitasi
dan kampung-kampung rawan narkoba yang keberada­
annya ada di setiap kota di kabupaten, provinsi dan
ibukota. Pada lokasi-lokasi ini, permintaan akan narkoba
sangat tinggi dibanding lingkungan sekolah dan kampus,
lingkungan kerja dan pemukiman biasa. jadi secara
hipotesis dapat dikatakan semakin wilayah memiliki
banyak berhlmpunnya pecandu seperti : tahanan, lapas,
panti rehab dan kampung narkoba maka semakin tinggi
tingkat kerawanannya.

Metodologi penyusunan peta kawasan rawan


narkoba in! mengikuti petunjuk buku pemetaan
kawasan rawan narkoba (2015) sebagai panduan

DI INDONESIA 15
tN'- kegiatan memetakan kawasan rawan dan dilaksanakan
oleh setiap BNNK, BNNP dan BNN di wilayah kerjanya
masing-masing. Titik-titik rawan dan lokasi-lokasi itu
disajikan secara lengkap dalam buku ini, dari mulai lima
terbesar hingga kawasan-kawasan rawan lainnya dalam
lampiran.

Oleh karenanya, semua pihak harus peduli,


bangkit, bergerak dan berdaya melakukan upaya P4GN
dengan segala potensi yang dimilikinya. Untuk tujuan
tersebut, BNN melalui bidang Pemberdayaan masya­
rakat terus menciptakan lingkungan yang bersih dan
kondusif dari masalah Narkoba melalui peningkatan
kapasitas individu, lembaga, lingkungan dan usaha yang
berdaya guna dan berhasil guna dalam P4GN serta
memberikan manfaat rasa a man masyarakat.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan buku peta kawasan rawan 1m
adalah menjadi rujukan dan panduan tentang kawasan
dan wilayah yang dapat menjadi prioritas program
P4GN (Pencegahan, Rehabilitasi dan Pemberantasan)
sehingga sasaran program dapat berdaya guna dan
berhasil guna mengubah kondisi darurat Narkoba
menjadi situasi tanggap darurat Narkoba.

Adapun tujuan penyusunan buku ini untuk


menjadi pengetahuan dan kewaspadaan dini bagi
stakeholder dan masyarakat, khususnya di wilayah­
wilayah rawan tersebut untuk terus menjadi penggiat
anti narkoba demi mengentaskan keterpurukan wilayah
tersebut dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.

3. Ruang Llngkup
Ruang lingkup buku ini menyajikan peta wilayah setiap
provinsi, terkait dengan potensi kerawanan dari tingkat
geografi (wilayah), demografi (kependudukan), potensi

16 BUKU PETA KAWASAN


'\!'-
rawan peredaran dan titik-titik kawasan rawan
Narkoba. Pada bab berikutnya diberikan solusi pembi­
naan, mulai dari pembinaan manusia, lembaga, lingku­
ngan dan usaha sebagai solusi alternatif.

4. Pengertian
Dalam rangka menyamakan persepsi, konsepsi, penger­
tian, definisi dan persepsi, dalam buku peta kawasan
rawan Narkoba ini, dijelaskan beberapa konsep
operasional antara lain:

a. Kawasan rowan Narkoba adalah wilayah yang


diidentifikasi dari masyarakat dengan adanya
budaya madat Narkoba, pasar Narkoba, bukti-bukti
terjadi peredaran Narkoba dari hasil operasi aparat
penegak hukum seperti : TKP atau lokus, modus dan
jalur edar Narkoba dan tindak kejahatan Narkoba di
kawasan tersebut, baik di perkotaan, perdesaan,
jalur sungai, pesisir dan kawasan perbatasan.

b. Pemet:Cian at:Ciu pemet:Cian sosial (menurut Soeharto,


2005:81) adalah proses penggambaran masyarakat
yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data
dan informasi mengenai masyarakat termasuk di
dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada
masyarakat tersebut Upaya pemetaan dilakukan
bersama yang melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan.

c. Kriteria Kawasan Rowan Narkoba adalah syarat dan


fuktor-fuktor yang ada pada kawasan rawan
Narkoba, seperti : adanya kasus, tersangka, barang
bukti, kedekatan dengan potensi lokasi rawan
peredaran gelap Narkoba (bandara, pelabuhan dan
terminal) maupun lokasi berkumpulnya penyalah­
guna (Tahanan, Lapas, tempat rehabilitasi, dll).

d. Fakt:Cir pemicu terjadinya kawasan Narkoba adalah


masalah kerawanan sosial dan bonus demografi

DIINDONESIA 17
�- yang menjadi akar masalah terjadinya pasar
Narkoba dan budaya madat masyarakat. seperti :
angka kemiskinan, pengangguran, putus sekolah,
tingkat kejahatan, angka pecandu rokok dan
pecandu alkohol dll

e. Faktor penumbuh kawasan rawan Narkoba adalah


faktor-faktor yang menjadikan kawasan Narkoba
bertahan lama atau tetap eksis memberikan peluang
transaksi Narkotika dan pangsa pasar Narkoba,
seperti : kawasan kultivasi, produksi, pasar dan
lapak Narkoba.

f. Tingkat kerawanan Narkoba adalah tingkatan rawan


narkoba dari keterparahan wilayah akan terjadinya
kejahatan narkoba, baik kultivasi, produksi, pereda­
ran gelap, kurir dan penyalahguna I pecandu

g. /dentifikasi kerawanan Narkoba adalah tahapan


mengenal kawasan rawan narkoba melalui pemaha­
man karakteristik masyarakat, karakteristik wilayah,
karakteristik penyalahgunaan narkoba, karakteristik
peredaran narkoba; yang dilakukan oleh Tim
Dayamas baik di tingkat BNN, BNNP dan BNNK
berkoordinasi dengan aparat penegak hukum
(Polri), Babinsa, Babinkamtibmas, Camat, Lurah,
tokoh masyarakat dan lainnya dalam rapat kerja
pemetaan.

h. Kawasan Rawan Narkoba di Pesisir adalah kawasan


di pinggir laut atau pesisir atau pantai yang langsung
berbatasan dengan laut yang patut diduga sebagai
jalur penyelundupan atau pernah menjadi TKP
(Tempat Kejadian Perkara) kasus penyelundupan
Narkoba melalui laut.

i. Kawasan Rawan Narkoba di Perkotaan adalah


kawasan di perkotaan baik di ibukota, kota povinsi
dan kota kabupaten yang patut diduga sebagai lokasi
rawan narkoba atau pernah menjadi TKP (Tempat

18 BUKU PETA KAWASAN


'\/'-
Kejadian Perkara) kasus Narkoba.

j. Kawasan Rawan Narkoba di Perdesaan adalah


kawasan di perdesaan atau di pinggiran hutan dan
wilayah pegunungan yang patut diduga sebagai
lokasi rawan kultivasi Ganja, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba atau pernah menjadi TKP
(Tempat Kejadian Perkara) kasus Narkoba.

k Kawasan Rawan Narkoba di jalur Sungai adalah


kawasan di jalur sungai atau di pinggiran sungai baik
di ibukota, kota povinsi dan kota kabupaten yang
patut diduga sebagai lokasi rawan narkoba atau
pernah menjadi TKP kasus Narkoba

I. Kawasan Rawan Narkoba di Wilayah Perbatasan


adalah kawasan di pinggiran batas darat negara
Republik Indonesia dengan Negara lain yang patut
diduga sebagai lokasi rawan kultivasi Ganja,
penyelundupan, penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba atau pernah menjadi TKP (Tempat
Kejadian Perkara) kasus Narkoba.

m. Pembinaan lndividu dan Kelompok adalah pemberian


program dan kegiatan pengembangan kapasitas
secara berkelanjutan bagi individu dan kelompok
yang diharapkan menjadi penggiat anti Narkoba,
fasilitator, dinamisator dan katalisator bagi
percepatan mengubah kawasan rawan Narkoba
menjadi kawasan produktif.

n. Pembinaan Lembaga dan Sinergi adalah pemberian


program dan kegiatan bagi terbinanya nilai-nilai
kepedulian di tengah-tengah masyarakat dan
memihak pada pola hidup sehat dan tidak
mengedarkan Narkoba. Pola kelembagaan yang
dibina dilakukan secara bersama (sinergis) antara
masyarakat, pemangku kepentingan dan mitra
program di sekitar lingkungan.

NARKOBA DIINDONESIA 19
r-N'-
o. Pembinaan Lingkungan adalah perpaduan hasil
pembinaan individu dan kelompok dan hasil pembi­
naan kelembagaan dan sinegit:as yang berdampak
terjadinya perubahanan dalam t:at:alaksana dan
t:at:akelola lingkungan yang pro hidup sehat dan tidak
mengearkan Narkoba.

p. Pembinaan Usaha adalah pemberian program dan


kegiat:an bagi terwujudnya usaha produktif, bagi
penggalian ketrampilan, minat, bakat dan keman­
dirian individu dan kelompok dalam masyarakat
melaluipelibat:an mitra program secara sinergis baik
regulasi dari pemerint:ah, pemanfaat:an CSR dari
swast:a dan pelibat:an komponen masyarakat

5. Sistematika Penyajian
Babi Pendahuluan
Bab l l Indonesia Darurat Narkoba
Bab III Kawasan Rawan Narkoba di Indonesia
BabiV Pet:a kawasan rawan Narkoba di Indonesia
BabiV Pembedayaan Alternatif Kawasan Rawan Narkoba
BabY Penutup

20 BUKU PETA KAWASAN


'V'-
BAB II
INDONESIA DARURAT NARKOBA

Pada tanggal 19 Desember 2015, di Yogyakarta,


Presiden Rl menyatakan bahwa Indonesia daiam kondisi
Darurat Narkoba Pemyataan ini mempertegas bahwa
Indonesia belum bebas Narkoba tahun 2015 sebagaimana
yang dicanangkan pemerintah sebelumnya Oleh karenanya
perjuangan mewujudkan Indonesia yang bersih dari
penyaiahgunaan dan peredaran gelap Narkoba harus terus
dilanjutkan. Kondisi darurat Narkoba di Indonesia dapat
dilihat dari banyaknya faktor penyalahgunaan, maraknya
peredaran gelap, besamya barang bukti dan lainnya.

A Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan laporan tahunan Badan Dunia urusan
Narkoba dan kejahatan World Drugs Report tahun 2016,
diperkirakan 247 juta orang di dunia menyalah-gunakan
Narkoba dan dari jumiah tesebut sebanyak 29 juta
(11,7%) termasuk pecandu berat. Kemudian hanya 4,8
juta (1,94%) saja yang terakses layanan rehabilitasi.
Belum lagi terdapat 12 juta pecandu pengguna jarum
suntik, dimana ada 6 juta yang terpapar penyakit
hepatitis C dan sebesar 1,6 juta yang terjangkit HIV. Hal
itu berakibat 187.000 orang dlantaranya mati over dosis
setiap tahunnya.
Sementara di Indonesia, berdasarkan basil Survey
UI dan BNN (2015), diperkirakan jumlah penyalahguna
Narkoba sebesar 4 juta orang dengan angka kematian
33-40 orang mati per hari. Dari jumiah tersebut baru
sekitar 18.000 pecandu yang terakses Iayanan rehabili­
tasi. Sementara sisanya berada di tengah-tengah
masyarakat menjadi pengguna. pengedar dan bagian
dari sindikasi kejahatan Narkoba yang terns berpotensi
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

DI INDONESIA 21
� ....___
_____

Penyalahgunaan Narkoba diperkirakan akan terus


marak terjadi akibat makin banyaknya peredaran
Narkotika jenis baru (New Psychoactive SubstancesfNPS)
yang menawarkan beragam sensasi sekaligusancaman
daya rusaknya. Di tingkat global (2016) diperkirakan
terdapat ±644 NPS, di tingkat Asia terdapat ±150 NPS
dan di Indonesia (per Januari 2017) tercatat ada 53 NPS
dan baru 43 NPS yang telah diatur.
Penyalah guna dapat diidentifikasi dalam data dan
informasi, antara lain : data basil survey BNN dan
Puslitkes UI (2012-2016), Jurnal data P4GN BNN (2016),
Data Tindak Pidana Narkotika Barestrim Polri (2016)
dan Data Penghuni Rutan dan Lapas di Indonesia
Oanuari 2017), Sedangkan peta kerawanan
penyalahgunaan narkoba dapat dilihat dari berbagai
aspek, dari mulai lingkungannya, kategori-nya dan
domisili persebarannya di dalam masyarakat
Penyalahguna narkoba berdasarkan asal lingku­
ngannya terbagi dalam 3 kategori dan prosentase
jumlahnya, yaitu: lingkungan pendidikan (27,3%),
lingkungan kerja (50,4%) dan Pengangguran di ling­
kungan masyarakat (22,3%).Termasuk juga Penyalah
guna berdasarkan kategori pakai narkoba, terbagi dalam
4 kategori, yaitu : Coba Pakai (40%), teratur Pakai
(35%), Pecandu non suntik (23,58%) dan pecandu
dengan suntik (1,43%).
Penyalahguna berdasarkan peran kejahatan
·

terbagi menjadi : Kultivator/Penanam, Distributor1


kurir, dan Pengguna. Penyalah guna berdasarkan
kategori domisill dan aktifitasnya, terbagi menjadi 4
kategori, yaitu : Panti rehabilitasi (rawat jalan, rawat
inap dan pasca rehab), Rutan dan Lapas (pecandu saja,
pecandu dan pengedar, pengedar dan bandar), kawasan
rawan narkoba (individu, kelompok dan keluarga) dan
Lingkungan tidak rawan narkoba (pecandu yang tidak
terdeteksi dalam pencatatan dan survey).

22 BUKU PETA KAWASAN


""
..__
_____

Di Lingkungan pendidikan, berdasarkan data


basil Survey Nasional BNN dan Puslitkes Ul tentang
Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok
Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia (2016), diketabui
babwa prevalensi Penyalabgunaan Narkoba di tingkat
Pelajar dan Mahaslswa dalam setabun terakhir sebesar
1,9% atau atau 2 dari 100 pelajar dan mabasiswa di
Indonesia menyalabgunakan Narkoba.
Adapun jenis Narkotika yang mayoritas disalab­
gunakan secara berurutan yaitu : Ganja44,8%, ngelem
17,2%, Sabu 13,8%, Tramado/ 12%, Trihexyphenidyl
11,9% dan lainnya. Prosentase Wilayab terbesar
persebaran penyalahgunaan narkoba diketabui, untuk
narkotika jenis Ganja di Kota (46,5%) lebih besar
daripada di desa (Kabupaten) namun untuk penyalah­
gunaan jenis sabu lebib besar terjadi di kabupaten
(17,1%) daripada di kota. Artinya, sabu yang umumnya
diproduksi dan diedarkan di kota telah menyasar
pangsa pasar di desa-desa kabupaten, sementara Ganja
yang dibasilkan dari desa-desa di pegunungan telab
marak beredar ke kota. Sebuah analisis pasar yang
sangat memprihatinkan perkembangannya.
Di lingkungan masyarakat, berdasarkan data basil
Survey Nasional BNN dan Puulitkes Ul tentang
Prevalensi Penya/ahgunaan Narkoba pada Kelompok
Rumah Tangga di Indonesia (2015), diketabui babwa
prevalensi di tingkat Rumab Tangga Umum sebesar
0,6%. Artinya, diantara 1.000 Rumab tangga di
Indonesia ada 6 rumab tangga yang teridentifikasi
menyalabgunakan Narkoba. Fakta itu menjelaskan
babwa peredaran Narkoba Narkoba merambah telab di
semua pemukiman masyarakat.
Di lingkungan pekerja, berdasarkan basil survey BNN dan
UI, tentang studi penyalahgunaan Narkoba di ka/angan
pekerja di Indonesia (2012) diketahui bahwa angka
prevalensi penyalabguna Narkoba dalam setahun

DI INDONESIA 23
�-
terakhir sebesar 5,1% atau 5 dari 100 pekerja
menyalah-gunakan Narkoba. Dengan mayoritas usia
mereka kurang dari 30 tahun (6,9%), dengan tingkat
pendidikan menengah (5,6%). Banyak dari pekerja yang
memiliki situasi kerja yang penuh tekanan psikis. Dari
hasil analisis tentang jenis Narkoba yang
disalahgunakan, umumnya menggunakan Ganja (18,7%)
ekstasi (6,9%), Sabu (6,8%), opiatfcodein (5,8%) dan
obat sakit kepala yang diminum berlebihan dari
dosisnya (5,6% ).
Secara nasional di semua lingkungan, berdasarkan
hasil Survey Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia oleh
BNN dan Puslitkes-Ul (2014), diketahui bahwa angka
prevalensi penyalah guna Narkoba di Indonesia telah
mencapai 2,18% atau dari 100 penduduk (usia 10-59
tahun) dalam setahun terakhir atau ada 2 dari 100 orang
yang menyalahgunakan Narkoba, dengan angka kema­
tian pecandu sebesar 12.044 orang per tahun atau 33
pecandu mati per hari. Hasil Survey tersebut juga
menunjukkan bahwa pada lingkungan pekerja termasuk
paling tinggi jumlah penyalahguna narkoba (50,33%),
kemudian disusul lingkungan pendidikan (27,34) dan
pengangguran (lingkungan masyarakat) sebesar
23,34%.
Menurut jenis Narkotikanya, hasil survey BNN dan
Ul (2015) menyebutkan bahwa Narkotika jenis Ganja
menjadi jenis Narkoba yang paling populer di Indonesia,
bahkan sebagai jenis Narkotika yang pertama kali paling
banyak (61%) digunakan terutama di provinsi, seperti:
Papua (92%), NTB (84%), Maluku (82%) dan Kalbar
(79%). Ganja telah menyebar kultivasinya, penyalah
gunaannya dan peredaran gelapnya dari sabang hingga
merauke. Dewasa ini, Ganja di Provinsi Aceh adalah
terbesar sepanjang sejarah, namun di perbatasan Papua
dan Papua New Guinea penanaman Ganja juga marak

24 BUKU PETA KAWASAN RAWAN


'\j\
....___
_____

Kondisi kerawanan narkotika di Indonesia, dipicu


dari tingginya pennintaan Ganja dan direspon dengan
penanaman dan peredaran gelap Ganja secara besar­
besaran. Dari sepanjang Aceh hingga Lampung, Ganja
marak ditanam di Outdoor berhektar-hektar (capaian
Iahan terluas ±482 hektar di Aceh saja) di sepanjang
hutan-hutan lindung di bukit barisan. Namun fakta dan
data menunjukkan bahwa kultivasi Ganja dengan indoor
(menanam di ruangan) juga pernah terjadi di sebuah
hotel di Ambon (Maluku) dan di sebuah Apartemen di
jakarta Barat

Sementara itu, berdasarkan data dan infonnasi


peta kawasan rawan narkoba di Indonesia tahun 2016
yang dihimpun dari hasil kegiatan rapat kerja bidang
pemetaan, mulai dari BNNK, BNNP dan BNN diperoleh
identifikasi sebanyak 650 kawasan rawan narkoba yang
tersebar di beberapa kawasan, seperti : perkotaan,
perdesaan, jalur sungai, pesisir dan wilayah perbatasan.
Pada wilayah-wilayah rawan tersebut, intervensi
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BNN sangat
terbatas dalam mencapai sasarannya. Untuk sebuah
kawasan rawan diperlukan pembinaan selama 3-5
tahun guna memobilisasi sumber daya manusia,
anggaran, metode, regulasi dan bahan-bahan promosi
pencegahan.

B. Peredaran Gelap dan Sindlkasl Narkoba


lndikator bahwa Indonesia darurat Narkoba dapat
dilihat peredaran gelap dan sindikasi Narkoba yang
terus berjalan dan menciptakan pangsa-pangsa pasar
baru untuk Narkoba. Baik dari hulu maupun hilir, baik
dari skala pengedar kecil hingga Bandar besar, baik
mulai dari penyelundupan lewat laut hingga berujung di
Rutan dan Lapas yang bahkan sedang menunggu
eksekusi mati.

DI INDONESIA 25
�-
Berdasarkan data kasus Tindak Pidana Narkoba
yang ditangani Polri 2010-2015, peredaran gelap
Narkoba hampir terjadi di setiap wilayah. Kasus
Narkoba setahun terakhir meningkat 23,5% dengan
barang bukti Narkoba yang cukup fantastis, seperti :
kultivasi ladang Ganja di aceh besar (2014) seluas 154
hektar menjadi kultivasi terluas di dunia, penangkapan
BB Ganja sebesar 8 ton ganja (2015) menjadi barang
bukti terbesar sepanjang Polri berdiri dan penyitaan
lahan ganja setahun (2016) seluas 482 hektar lebih
menjadi sitaan lahan ganja terbesar sepanjang sejarah.

Berdasarkan data BNN (Desember 2016) Barang


bukti Narkotika yang disita dari 807 kasus kejahatan
narkotika dan 1.238 tersangka telah disita barang bukti
narkotika, antara lain : ganja 2.687,6 kg; Sabu 1.016 kg,
ekstasi 754.094 butir. Kemudian dari hasil pengungka­
pan TPPU sebanyak 21 kasus dan 30 tersangka telah
disita asset dan uang senilai Rp 261.863.413.345,-. lni
semua bukti peredaran gelap narkoba masih marak

Penyelundupan Narkotika disinyalir 80% melalui


jalur laut, sementara pemeriksaan barang dan
kendaraan yang keluar pelabuhan hanya sekitar 15%,
sehingga peredaran dan perputaran transaksi Narkoba
sulit dibendung, dengan hanya mengandalkan petugas
yang jumlahnya sangat terbatas, oleh karenanya
diperlukan sarana pencegatan Narkotika seperti anjing
pelacak (K-9) sebagai sarana bantu yang cukup efektif.

Modus penyelundupan Narkotika, khususnya


sabu, yang semakin fantastis dan memerlukan
pengawasan yang cukup ketat terhadap barang-barang
kiriman dari China, seperti kasus penyelundupan sabu
melalui tiang pancang yang diselundupkan di dalam
beton yang sulit terendus detektor Narkotika dan K-9
sekalipun. Bahkan pengiriman yang berkali-kali dengan
modus sama dan menggunakan media menyelundup
yang berbeda, namun jumlah hingga ratusan kilo sabu.

26 BUKU PETA KAWASAN


"/'-
Berdasarkan jurnal data P4GN BNN tahun 2015,
jumlah sindikat Narkoba yang melakukan kejahatan di
Indonesia diperkirakan berjumlah 66 sampai dengan 72
sindikat dalam dan luar negeri, dengan omzet transaksi
diperkirakan mampu menembus Rp 72 triliun per
tahun. Terlebih lagi tren terbarn peredaran Narkoba
telah melibatkan anak-anak di bawah umur sebagai
kurir dan pelaku. Sindikasi Narkotika telah menyasar
pasar-pasar anak-anak TK hingga pergurnan tinggi
dengan berbagai modus dan ragam bentuk Narkoba.
Bahkan sindikasi Narkoba juga melibatkan Lapas
umum dan tapas khusus Narkotika di Indonesia.
Berdasarkan data BNN (2017), terdapat 39 jaringan
sindikat Narkoba yang melakukan transaksi di 60 Lapas
dan menggunakan Tahanan dan warga Binaan yang
adiksi Narkoba sebagai pangsa pasar Narkoba dan
melibatkan petugas sipir. Penghuni tahanan dan Lapas
membludak oleh kejahatan narkotika baik pengguna,
pengguna dan pengedar, pengedar dan Bandar.
Meskipun setiap tahun terns dieksekusi mati
terpidana Narkotika, namun masih sekitar 72 terpidana
eksekusi mati yang belum dieksekusi. Jumlah tersebut
terns bertambah jumlahnya. Menurnt data Kejaksaan
tentang Biaya eksekusi mati kasus narkoba (2016),
Mahalnya biaya eksekusi mati setiap terpidana mati
kasus Narkotika (diperkirakan Rp 247 juta per kepala)
menjadi sebab lambatnya pelaksanaan eksekusi mati
tersebut. sehingga setiap terpidana mati menunggu
hingga 10 tahun lamanya untuk menjalani pelaksanaan
eksekusi mati.
Sebagaimana diketahui, meskipun tahanan dan
warga binaan pemasyarakatan (WBP) itu menjalani
hukuman dan menanti eksekusi mati selama maksimal
10 tahun, tak jarang masih tetap mengendalikan
jaringan dan sindikasi Narkoba di Lapas. Rutan, Cabang
Rutan dan Lapas telah dijadikan pangsa pasar narkoba

DI INDONESIA 27
� ....___
____

oleh sindikasi narkoba nasional dan intemasional.


Menurut Data Ditjenpas Oanuari 2017), jumlah tahanan
dan WBP di seluruh Indonesia sebanyak 205.902 orang.
dimana 75.549 orang (36,7%) adalah kasus Narkoba,
yang dalam kondisi adiksi narkoba dan memicu
terjadinya produksi dan peredaran gelap narkoba di
Rutan dan Lapas.
Landasan dilakukannya pemetaan kawasan rawan
narkoba didasari dari basil riset BNN dan Puslitkes Ul
(2014), fakta bahwa 40% penyalahguna Narkoba
teridentifikasi akan menjadi kurir (pengedar Narkotika)
dimana Ganja menjadi jenis Narkotika yang paling
banyak (46%) diedarkan kurir Narkotika. Salah satu
fakta peredaran narkotika yang begitu marak,
dipertegas dengan basil perhitungan antara basil survey,
tentang jumlah estimasi Ganja yang beredar tahun 2014
(sebesar ± 158,5 ton) dengan basil sitaan Ganja oleh
aparat hukum tahun 2013 (sebesar ± 17,7 ton), maka
potensi Ganja yang lotos beredar di Indonesia tahun
2014 sebesar± 140,7 ton.
Berkaitan dengan basil survey di atas, dapat
dipertegas bahwa dari 40% dari penyalahguna narkoba
berperan sebagai pengedar Narkoba dengan jenis
narkotika terbanyak yang diedarkan adalah Ganja.
Artinya, dari 100 penyalahguna di Indonesia ada potensi
munculnya 40 orang pengedar atau dalam skala
sederhana dari 10 penyalahguna ada 4 orang yang
mengedarkan narkoba, terutama jenis Ganja. Sementara
potensi Ganja yang lotos ke masyarakat dari perhitungan
jumlah estimasi Ganja yang beredar tahun 2014 dan
hitungan BB ganja yang disita Polri (2013), sebesar140,7
ton. Maka jika 1 ton Ganja (dengan takaran per tinting
ganja 5 gram) maka potensi korbannya sebanyak
200.000 orang. dapat dihitung pangsa pasamya 28,1
juta orang.

28 BUKU PETA KAWASAN


"/'-
Dati analisis dan dan perhitungan estimasi di atas,
maka untuk menghitung kerawanan wilayah dati sisi
peredaran gelap narkoba, dati 4 juta penyalahguna
narkoba (estimasi hasil Survey BNN dan UI) dapat
diesti-masikan bahwa jumlah pengedar narkoba
sebanyak ±1,6 juta (40% dati 4 juta). Apabila di seluruh
Indonesia terdata ±650 kawasan rawan narkoba maka
rata-rata per kawasan diestimasikan terdapat 25
pengedar (1,6 juta dlbagi 650 kawasan). Artinya, potensi
25 orang pengedar ini mengancam setiap kawasan lain
di sekitar kawasan narkoba untuk menciptakan pangsa
pasar narkoba baru.

Dengan perhitungan yang sama, jika Polti baru


berhasil menangkap tersangka Narkoba tahun 2015
sebanyak 38.154 orang maka itu baru 2,38% pengedar
yang ditangkap (38.154 dati 1,6 juta estimasi pengedar).
)ika Ditjen Lapas baru menahan dan membina 75.549
orang tahanan dan warga binaan kasus narkoba, maka
jumlah tersebut diestimasikan baru 4,72% pengedar
yang dibina (75.549 dati 1,6 juta estimasi pengedar).

Begitu juga apabila jumlah pecandu yang berhasil


direhabilltasi tahun 2016 sebanyak ±39.382 orang maka
itu baru 2,46% pengedar yang direhab (39.382 dati 1,6
juta estimasi pengedar). Secara tingkas, total estimasi
dati pecandu narkoba di Rutan dan Lapas, yang
ditangkap Polti dan yang diakses pelayanan rehabilitasi
Narkoba baru 9,56% pengedar sementara 90,44%
masih belum tetidentifikasi keberadaannya. Inilah alas
an lain dati darurat Narkoba nasional di Indonesia

C. Kultivasl dan Produksl Narkoba


Indikator bahwa Indonesia darurat Narkoba dapat
dilihat dati sumber narkotika dan produksi narkoba
Sepanjang sumber masalahnya belum ditumpas dati
akar-akamya, yaitu tanaman Ganja, maka kedaruratan
itu akan terus mengancam dan Indonesia akan terus

DI INDONESIA 29
� .....____
____

darurat Narkoba sebagai penghasil Ganja. Selama


produksi ATS tldak dlputus dari slndikasi penyelun­
dupan dan aksi penyimpangan baban prekursornya,
maka Indonesia akan terns darurat Narkoba sebagai
produsen narkoba.
Sebagaimana dimaklumi, Indonesia selain dikenal
sebagai negara transito Narkotika juga sebagai negara
penanam Ganja dan produsen ATS. Kultivasi Ganja
tumbub subur di sepanjang pegunungan bukit barisan
mulai dari aceb bingga Lampung. Dari pantauan basil
survei, sepanjang Aceb bingga lampung tltlk-tltlk rawan
kultivasi Ganja lebib dari 50 lokasi sepanjang Aceb
bingga Lampung. Belum lagi jika dibltung penanaman
Ganja dalam skala kecil dan penanaman pada pot-pot
rumah dan kebun warga, maka peta kerawanan kultivasi
Ganja menjalar dari mulai provinsi Jawa Barat bingga
provinsi Jawa Timur.
Modus penanaman oleb sindikasi Narkotlka dengan
memperdayai masyarakat petani yang terlilit dalam
kemiskinan dan gaga) panen di sekitar pegunungan.
Mereka disewa untuk menanam saja, memanen saja,
mengemas saja dan mengirim saja, sebingga pengung­
kapan jaringan menggunakan pola sel terputus ini
mempersulit pemutusan jaringan sindikat Narkotlka.
Data basil Pantauan Satelit Lapan (2016) diketabui
potensi penanaman Ganja jaub lebib luas dibanding
yang berbasil dieradikasi Polri dan BNN.
Potensi rawan kultlvasi Ganja khususnya di
Provinsi Aceb cukup mempribatinkan jika dikaitkan
dengan darurat Narkoba Nasional. Berdasarkan Data
Polda Aceb Besar (Desember 2016) telab disita laban
Ganja seluas 482 bektar. Apabila dibitung potensi
produksi Ganjanya, maka dlestlmasikan dalam setlap
bektar, dengan jarak tanam 1-1,25 meter, dapat ditanam
8.000-10.000 pobon. Pada setlap 5 pobon dapat
dibasilkan 1 kilogram Ganja kering yang slap diedarkan.

30 BUKU PETA KAWASAN U


Jadl diestimasikan potensi panen dan produksi per 1
hektar ladang Ganja sebesar 1,6 ton. Jlka untuk
membuat sellntlng Ganja (ukuran terkecll pecandu
ganja) yang hanya seberat 5 gram maka per hektar
potensl korbannya sebanyak 320.000 orang.
Pola penanaman Ganja beragam, mulai dari
menanam di laban luas di lereng-lereng gunung
sepanjang tepl sungal (out door) balk menyasar kawasan
hutan llndung dan kawasan-kawasan tempat latihan
mlllter dan perbatasan Negara (seperti yang terjadi di
perbatasan Papua dan Papua New Guinea) hingga
penanaman dengan model pola rumahan (in door) dl
apartemen dan kamar-kamar hotel yang dlpelajari dari
Internet. Bahkan dl sebuah Lapas pernah tanaman ganja
ltu dltanam di Pot oleh penghuninya dan di kebun­
kebun bersama tanaman kebun seperti kopl, tembakau
dan lalnnya.
Selain ganja, Indonesia juga laban subur tanaman
yang teridentlfikasl berefek seperti Narkotika dan bahan
baku prekursor, seperti : tanaman Kratom, tanaman
Khat, tanaman Kecubung dan jamur mushroom, dan
Pakanangi. Kratom memlliki kadar alkaloid yang
berdampak depresan; kemudian tanaman Kecubung dan
jamur mushroom memiliki efek halusinasi: sementara
daun khat memlllki efek stimulant dan tanaman
pakanangi sebagal bahan baku pembuatan safrol (satu
jenls prekursor Narkotika). Bahkan beberapa tanaman
tersebut telah dlekspor dan menjadl Industry massal
oleh masyarakat, namun belum mendapatkan perhatlan
dan regulasi dari pemerintah.
Tanaman-tanaman tersebut marak dan beredar dl
tengah-tengah masyarakat yang berpotensi memicu
terjadinya produksl NPS besar-besaran dl masa yang
akan datang. Sementara pada kondisl sekarang. seperti
Kratom di Kalimantan Barat, telah menjadl komodltas
ekspor yang dlproduksl dan dlkirim berton-ton ke

DI INDONESIA 31
��-
negara lain, namun menjadi masalah baru sebagai
barang selundupan bag! Negara tetangga, seperti
Malaysia dan Thailand karena telah memasukkan
kratom sebagai jenis tanaman Narkotika yang diawasi
dan dilarang. Beg!tu juga dengan pakanangi dl Sulawesi
Tengah.

Masalah lain yang lebih serius dari kultivasi adalah


munculnya clandestine laboratory baik skala pabrikan
maupun skala rumahan yang memproduksi ATS
(Amphetamine Types Stimulant) melalui penyalah
gunaan prekursor yang seharusnya digunakan untuk
bahan baku untuk obat dan industri, namun untuk
membuat narkotika jenis golongan I yang dilarang oleh
UU Narkotika. Bahan baku precursor diimport dengan
ijin ketat oleh perusahaan yang memiliki hak izin impor
yang terawasi namun faktanya bahan-bahan itu dapat
juga disalahgunakan untuk memproduksi Narkotika.

Permasalahan makin komplek ketika aparat telah


menemukan fakta, bahwa pabrik-pabrik gelap Narkoba
tersebut ditemukan di wilayah-wilayah yang sebelum­
nya tidak pemah ada atau ditemukan TKP di
wilayahnya, seperti : Aceh, Sumatra Utara, Riau,
Lampung, Banten dan jawa Barat. Hampir tiap tahun,
sejak 2015, misalnya ditemukan clandestine laboratory
di provinsi Aceh yang meng!ndikasikan bahwa Aceh
tidak hanya rawan kultivasi ganja tetapi juga tsunami
Narkoba jenis sabu karena ditemukan Pabrik Sabu.

Pabrik Narkotika yang muncul di kawasan-kawsan


tersebut mengubah cara pandang kita bahwa meskipun
Sabu itu identik dengan pangsa pasar di kawasan
perkotaan, namun dalam produksinya telah merambah
ke kawasan perdesaan dan Pesisir. Artinya, pemahaman
masyarakat perdesaan dan pesisir tentang ciri dan
tanda-tanda pabrik sabu dan penyelundupan sabu harus
mendapatkan perhatian dalam penyuluhan narkoba,
khususnya seluruh jajaran Polri dan BNN.

32 BUKU PETA KAWASAN RA


'V'------
Dari aspek ketersediaan narkotika, hal tersebut
mengindikasikan bahwa pangsa pasar Narkotika jenis
sabu cenderung meningkat dan meluas yang tidak hanya
menyasar masyarakat perkotaan (urban) tetapi juga
telah menyasar ke perdesaan dan pesisir. Inilah saiah
satu alasan, mengapa program rehabilitasi 100.000
pecandu yang dicanangkan BNN (2015) tidak mencapai
sasaran maksimal, salah satu indikasinya karena
mayoritas pecandu ATS (stimulant) dan bukan lagi
pecandu opiate, seperti : Heroin, putaw dan morfin
(depressant), dimana pecandu sabu lebih sulit diajak
untuk direhabilitasi dibanding pecandu putaw.
D. Barang Bukti Narkoba dan HasU Pencucian Uang
Narkotlka
Indikator bahwa Indonesia darurat Narkoba dapat
dilihat dari barang bukti narkotika yang berhasil disita
aparat berwajib sebagai basil operasi penegakkan
hukum. Dengan memperhitungkan estimasi kebutuhan
pecandu narkoba dari estimasi jumlah penyalahguna
·

dan dibandingkan dengan besamya barang bukti


narkoba yang disita, maka kita dapat dihitung estimasi
jumlah barang bukti narkoba yang lolos di masyarakat.
Sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab
tentang peredaran Narkoba tentang barang bukti yang
disita sebagai basil operasi pemberantasan narkoba oleh
Aparat penegak hokum Narkoba (BNN, Polri, Beacukai,
Lapas, dll), maka upaya penyitaan barang bukti tersebut
mengurangi tingkat kerawanan narkoba di Indonesia,
tetapi lokasi dan wilayahnya menjadi kawasan rawan
baru yang harus mendapatkan perhatian. Selain itu,
dengan menyita barang bukti Narkoba, potensi korban
berhasil diselematkan dan pangsa pasar narkoba
berhasil digagalkan sekaligus menyita aset Bandar
Narkoba

DI INDONESIA 33
Berdasarkan data BNN (Desember 2016) Barang
bukti Narkotika yang disita adalah ganja sebesar 2.687,6
kg. jika seorang pecandu Ganja hanya memerlukan satu
lintign Ganja dengan berat ±5 gram maka potensi
korban yang berhasil diselamatkan sebesar 575,5 ribu
korban. jika harga selinting Ganja Rp 30.000,- maka
asset Bandar yang berhasil digagalkan sebesar Rp 86,29
Milyar. Sementara barang bukti sabu sebesar 1.016 kg.
jika seorang pecandu sabu hanya memerlukan sabu
dengan dosis dua milligram maka potensi korban yang
berhasil diselamatkan sebesar 508 ribu korban. jika
harga 1 gram sabu Rp 800.000,- maka asset Bandar yang
berhasil digagalkan sebesar Rp 812,8 Milyar. Dapat
dibayangkan hanya 2 barang bukti saja potensi
korbannya per tahuan telah mencapai 1 jutaan lebih.
Kemudian dari hasil pengungkapan TPPU (Tindak
Pidana Pencucian Uang) sebanyak 21 kasus dan 30
tersangka telah disita asset dan uang senilai Rp
261.863.413.345,-. Prestasi BNN dalam mengungkap
TPPU dari kasus Narkoba adalah terbesar dalam sejarah
sejak UU Nomor 8 tahun 2010 tentang TPPU diterbitkan,
ini sungguh membanggakan bangsa. Dari hasil-hasil
implementasi tindak lanjut UU tentang TPPU, maka 90%
adalah kasus yang berhubungan dengan kejahatan
narkoba.
Dengan menyita asset banda Narkoba sebesar itu,
maka dana itu apabila digunakan untuk mengubah 650
titik kawasan rawan Narkoba di seluruh Indonesia,
maka per kawasan menda-patkan tambahan Anggaran
sebesar ±Rp 402,8 juga yang digunakan untuk membina
kawasan rawan Narkoba dengan pemberdayaan
altematif. Apabila harapan itu berhasil, maka dapat
dibayangkan setiap BNN diseluruh Indonesia bersama
masyarakat akan berlomba-lomba mengungkap
sindikasi narkoba bersama-sama.

34 BUKU PETA KAWASAN


'V'------
Kepentingan Pemerintah menyita asset Bandar
melalui penjeratan hokum dengan UU TPPU bertujuan
untuk memiskinkan Bandar dan sindikasinya. Dalam
setiap sidang kasus Narkoba Bandar harus
membuktikan darimana saja asset-assetnya didapat.
Selain itu, dalam setiap pemberantasan narkoba untuk
mengungkap sindikasi narkoba, asset Bandar harus juga
menjadi target operasi selain BB narkotika, jaringan dan
pelakunya. Melalui pendekatan yang komprehensif ini
masyarakat langsung mendapatkan manfaat dan upaya
beraninya melaporkan aksi kejahatan narkoba dimana­
pun berada, karena dengan melaporkan masyarakat
berharap ke depan banyak kegiatan P4GN yang dapat
dilaksanakan di wilayahnya. Artinya, uang sindikat
narkoba kembali untuk melawan sindikasi Narkoba.

E. Besaran T ransaksl Narkoba dan Keruglan Negara


Darurat Narkoba yang sangat dirasakan Negara dan
masyarakat adalah angka atau biaya kerugian Negara
akibat penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Dampak penyalahgunaan narkoba memaksa Negara
mengeluarkan anggaran besar untuk menyediakan
anggaran operasi-operasi pemberantasan narkoba dan
penyediaan layanan rehabilitasi yang layak dan cukup
serta penambahan kapasitas Rutan dan Lapas yang
sudah tidak mampu menampung pelaku kejahatan
Narkoba karena over kapasitas.

Sementara kerugian yang dialami masyarakat


adalah hilangnya sumber daya manusia produktif. yang
harusnya mereka luius sekolah, kuliah dan dapat bekerja
membangun bangsa dan negara, namun menjadi beban
negara dan masyarakat karena putus sekolah, tidak
produktif. menganggur dan tak jarang mengganggu
ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Sementara
yang mendapatakan layanan kesehatan dan rehabilitasi,
keluarga pecandu harus mengeluarkan banyak anggaran
untuk mengobati penyakit ikutan akibat narkoba.

DI INDONESIA 35
�-
Para pengguna baru narkoba, pengguna teratur
pakai dan pecandu narkoba suntik dan non suntik terus
menambah angka permintaan narkoba yang memicu
terjadinya pangsa pasar narkoba baru, yang direspon
aksi peredaran gelap dan produksi Narkoba. Hal itu
sesuai hukum pasar yaitu permintaan dan sediaan
(demand-supply), yaitu jika tersedia pangsa pasar baru
akan memicu ketersediaan dan transaksi narkoba.
Semakin banyak pecandu sementara ketersediaan dan
narkoba semakin sedikit, maka harga akan semakin
tinggi dan sebaliknya.

Berdasarkan data basil smvey BNN dan Puslitkes


UI, meningkatnya penyalahguna narkotika jenis Ganja
setiap tahun di Indonesia memicu terjadinya produksi
Ganja (mulai dart Kultivasi, pengemasan hingga penye­
lundupan dan peredaran gelap) menjadi tidak terkendali
di Aceh dan seluruh Indonesia baik penanaman dalam
skala outdoor maupun indoor; baik dipasarkan dalam
bentuk ganja kering maupun yang berupa ganja sintetis,
seperti : tembakau gorilla, hanoman, dll.

Berdasarkan informasi Polda Aceh (2015), saiah


satu gambaran tentang nilai transaksi Ganja kering dari
mulai di lereng gunung di Aceh Besar seharga lima puluh
ribu per kilogram, ketika sudah sampai Fakfak Barat
(Sumut) melonjak menjadi sejuta tujuh ratus lima puluh
ribu per kilonya. Kemudian apabila sudah sampai
Lampung harganya mencapai tiga juta rupiah. Kemudian
jika berhasil menyeberang ke Jakarta harganya melonjak
menjadi lima juta rupiah. Apabila jika teiah sampai Pulau
Bali mencapai tujuh juta rupiah.

Begitu juga dengan besaran harga dan nilai tran­


saksi Narkotika jenis sabu yang banyak diselundupkan
dari Negara-negara, seperti : Iran, china, philipina,
Thailand, Malaysia, dll. Jika diproduksi di negaranya
harganya cenderung murah, namun jika dijuai di
Indonesia menjadi berlipat-lipat harganya. Sampai-

·�,!��f1,-
<
:-j.
36 BUKU PETA KAWASAN
!\/'------
sampai kurir-kurir wanita Iran dan wisatawan dari Iran
memanfaatkan peluang bebas visa yang pernah
diberikan Pemerintah RI untuk Iran disalahgunakan
menyelundupkan sabu. Sampai-sampai sindikat Nigeria
bekerja sama dengan sindikat iran dan shina untuk
nienyelundupkan sabu produksinya.

Transaksi Narkoba dengan omzet ratusan juta per


bulannya atau puluhan juta per harinya menjadi daya
tarik 4 dari 10 pecandu untuk bekerja sambilan menjadi
pengedar yang membangun sindikasi kejahatan
Narkoba secara sistematis dan mengendalikan pasar
Narkoba mulai dari lingkungan kerja pemerintahan,
aparat hukum, lingkungan pendidikan hingga sekolah
TK, lingkungan kerja swasta dan masyarakat. Transaksi
narkoba dalam jangka pendek, menengah dan panjang
berdampak merugikan negara melalui kerugian sosial
dan ekonomi.

Berdasarkan studi BNN dan UI tentang biaya sosial


ekonomi akibat penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba berturut-turut tahun 2004, 2008, 2011 dan
2014, membuktikan bahwa kerugian Negara terus
meningkat akibat Narkoba. Fakta itu antara lain : tahun
2004 23,6 trilyun, namun pada tahun
masih sebesar Rp
2008 sudah sebesar 32,4 trilyun (naik 31,6%),
Rp
kemudian tahun 2011 sebesar Rp 48,2 trilyun (naik
47,5%) dan akhirnya, tahun 2014 sebesar Rp 63,1
trilyun (naik 62,3%). Artinya dalam 4 tahun rata-rata
kenaikan kerugian negara akibat Narkoba sebesar
47,18%. Bahkan diproyeksikan Apabila angka tersebut
distandarisasikan dengan populasi penduduk, maka
diperoleh angka prevalensi Narkoba

Apabila lebih dipertegas lagi, tentang besaran biaya


konsumsi atau belanja narkoba (2014) oleh pecandu
narkoba yaitu sebesar Rp 42,3 Trilyun, maka angka itu
setara dengan2,32% dari total Anggaran belanja Negara
(2016) sebesar Rp 1.822 triiyun. Sungguh memprihatin-
�-
kan Rp 42,3 Trilyun harus terbuang sia-sia sementara
dana sebesar itu diperlukan untuk membangun banyak
sekolah, kampus, puskesmas, rumah sakit, membiayai
program membangun karakter hidup sehat anti
Narkoba dan Program P4GN oleh pemerintah di setlap
jengkal wilayah di Negara kita tercinta. Namun
kenyataanannya uang tersebut menambah pundi-pundi
sindikat narkoba.
Oleh karena fakta dan data penjelasan di atas,
eksistensi kampung Narkoba yang tumbuh subur di
setlap kota di Indonesia mendapatkan ruang dan pangsa
pasarnya, karena keuntungan yang menggiurkan
dengan bertaruh melawan sistem hukum di Negara kita
yang belum memberi efek jera bagi pelakunya. Tak
heran jika kampung Narkoba itu jatuh bangun seiling
dengan keluar masuk penjara pelaku-pelakunya yang
tldak jera-jera mengedarkan Narkoba.

F. Makin Maraknya Narkoba Jenls Barn (NPS)


Darurat Narkoba yang sangat dirasakan masyarakat dan
bangsa adalah marakanya New Psychoactive Substances
(NPS) atau jenis narkotlka baru atau narkotlka sintetls
yang bentuknya Jebih menarik daripada narkotika biasa;
yang daya rusaknya lebih besar daripada narkotika
alami; yang cara pesan dan produksinya dapat dipelajari
secara online di internet; yang pangsa pasarnya
menjangkau dan menembus batas-batas usia, status
social; dan yang diedarkan gelap secara masal dan
meluas bersama budaya pop atau budaya gaul anak­
anak muda di era sekarang ini.
Pada sambutannya dalam Hari Anti Narkotlka
INternasional (HANI) 2016, tanggal 26 juni 2016 yang
lalu, Presiden RI telah menyatakan bahwa Narkotika
telah memperdaya generasi muda bangsa tennasuk
anak-anak. Penyalahgunaan Narkoba oleh anak-anak
menjadi bahasan yang sangat menartk perhatlan seluruh

38 BUKU PETA KAWASAN RAW


'\1'------
masyarakat, mengingat anak-anak mereka terancam
ketika sedang sekolah dan kullah. Anak-anak umumnya
hanya mendapatkan dampak buruknya tanpa memaha­
mi jajanan yang mereka konsumsi mengandung bahan­
bahan berbahaya mesklpun tampilannya menggiurkan.
Berdasarkan data UNODC (2016), jumlah NPS dunia
sebanyak 643 jenis dan terus bertambah. Sementara
berdasarkan data UNODC kawasan Asia Pasifik (2016),
NPS di Asia telah menembus angka 150 jenis baru
dengan pertambahan per tahun rata-rata 50 jenis baru.
Di Indonesia berdasarkan data Uji Laboratorium BNN
(Februari 2017) jumlah NPS sebanyak 53 jenis, dimana
48 jenis baru telah disyahkan Kementerian Kesehatan RI
sebagai NPS yang diawasi dan diatursebagai NPS yang
dllarang. Berdasarkan hasil Laporan Laboratorium BNN
dari 53 NPS yang beredar di Indonesia 16 jenis NPS.
mengandung senyawa Ganja (Cannabinoid).
Berdasarkan informasi situs dedihumas.bnn.go.id,
(2017) Peredaran sintetik cannabinoid yang dlcampur
dalam campuran tembakau sepertinya belum berhenti.
Tahun 2015 dan 2016 yang lalu yang dicampurkan
adalah FUB-AMB dengan nama kemasan jual yaitu
tembakau "Hanoman" dan tembakau "Ganesha", saat ini
yang ditambahkan dalam campuran tembakau tersebut
adalah 5-F/uoro ADB atau 5-j/uoro-ADB (Methyl (R)-2-{1-
(5-j/uoropenty/)-1H-indazo/e-3-carboxamido]-3,3-dime­
thy/butanoate) yang juga merupakan golongan sintetik
cannabinoid.
Bentuk penyajian makanan campuran Ganja dan
ganja sintetis dalam kemasan jajanan, komoditi pasar
kue, dan cara bergaul anak-anak muda menjadi maslaah
yang memicu kontroversial di dalam masyarakat.
Beberapa kasus yang terkait dengan itu, antara lain :
permen lolypop bagi anak-anak. brownies dari ganja,
tembakau gorilla dan cairan yang mengandung
cannabinoid dalam kebiasaan merokok elektrik (vape).

39
�-
Dari gambaran dan penjelasan di atas, kita
mendapatkan infonnasi betapa Indonesia darurat
narkoba yang memerlukan penanggulangan masalah
dari akarnya (sumber kultivasi dan produksi narkotika
di perdesaan dan perkotaan), peredaran gelapnya (dari
penyelundupan melalui taut. wilayah perbatasan negara
dan jalur sungai hingga sindikasinya), hingga pangsa
pasar dan penyalahgunya (dari mulai Rutan, Lapas,
tempat rehabilitasi, lingkungan rentan narkoba hingga
kawasan rawan narkoba).

Dengan mendapatkan gambaran secara runtut an


detail tersebut. diharapkan semua pihak dapat
melakukan upaya P4GN melalui program, kegiatan dan
anggaran yang dikoordinaskan denggan BNN, BNNP dan
BNNK sehingga masalah penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba di lingkungan, wilayah dan kawasan
dapat dipetakan. Untuk tujuan pemetaan inilah
kepetingan penyajian kawasan peta rawan narkoba ini
diterbitkan sebagai pedoman mencapai sasaran yang
tepat. aktual dan berkelanjutan.

40
'V'
....___ _____

BAB III
KAWASAN RAWAN NARKOBA

Sebagaimana telah disinggung dalam bab terdahulu,


bahwa saat ini Indonesia dalam darurat Narkoba Begitu
daruratnya sampai-sampai tak menyisakan sejengkal
wilayahpun yang bersih dan bebas penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba, mulai dari kawasan pesisir,
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, kawasan jalur
sungai dan kawasan wilayah perbatasan hingga sampai
pangsa pasarnya yaitu kawasan rawan narkoba

A. lndikator Kerawanan Narkoba


Ada 3 indikator besar kerawanan Narkoba, yaitu :
Kerawanan Asal Narkoba (Kultivasi, Produksi dan
Penyelundupan), Proses peredaran Narkoba (Peredaran
Gelap Narkoba) dan Target Pasar Narkoba (penyalah­
gunaan). Pertama, kerawanan Asal Narkoba yang
meliputi kerawanan di perdesaan dalam kultivasi ganja,
di pesisir dan perbatasan dalam penyelundupan
narkoba dan kawasan transisi (antara perdesaan dan
perkotaan) dalam produksi ATS.

Kedua, kerawanan peredaran gelap Narkoba yang


mellputi kawasan antara asal narkoba hingga pangsa
pasar narkoba Pada kerawanan kawasan inl yang
berpotensi terjadinya pengantaran, transite, transaksi,
penimbunan, pengirlman dan penyelundupan Narkoba,
seperti: bandara udara, pelabuhan taut, jalur sungai,
Terminal Penumpang. pergudangan, bongkar muat
barang dan pintu dan tapal batas negara Di tempat­
tempat tersebut terkonsentrasi pecandu, pengedar,
barang bukti Narkotika yang slap diedarkan, diantarkan,
diklrirn, ditimbun dan dlkemas. Salah satunya adalah
kampung narkotika di perkotaan.

41
�"-
Ketiga, Kerawanan penyalahgunaan Narkoba
meliputi kawasan-kawasan dimana pecandu narkoba
berdomisili. Pada kawasan ini berpotensi terjad.inya
produksi, transaksi, pasar Narkoba dan penyalahgunaan,
seperti : warung-warung narkoba d.i kampung narkoba,
tempat hiburan malam, kawasan yang berlokasi di
sekitar tempat tinggalnya para pecandu, seperti : tempat
rehabilitasi, kampung di sekitar hiburan malam, Rutan
dan Lapas. Pada kawasan-kawasan tersebut terkonsen­
trasi orang-orang yang terpapar Narkoba dan memicu
terjadinya sediaan dan permintaan Narkoba.

B. Kawasan Rawan Narkoba dl Peslslr


Kawasan pesisir adalah kawasan pinggir atau terluar
dali Indonesia karena langsung berbatasan dengan
lautan bebas. Pada kawasan ini hidup banyak
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan
dan usaha laut lainnya dan sangat tergantung dengan
cuaca dan kondisi lautan.
Faktor kerawanan Narkoba di pesisir, antara lain :
(1) Angka kemiskinan yang tinggi, (2) pendapatan
nelayan yang rendah, (3) tingkat pengawasan keamanan
wilayah yang longgar, (4) pola kerja nelayan yang berat
dan memicu terjadinya doping tenaga melalui penyalah­
guaan Narkoba (5) keuntungan berlipat ganda yang
ditawarkan jika berbisnis Narkoba; dan (6) banyaknya
desa-desa pesisir yang sekaligus menjadi pelabuhan
"tikus" yang tidak terawasi petugas.
·

Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Maret 2015


mencatat jumlah warga miskin Indonesia mencapai
28,59 juta orang atau 11,22 persen dari jumlah
penduduk Indonesia, dari jumlah tersebut sebesar 32,4
persennya merupakan nelayan. Belum lagi jumlah
pengangguran yang lebih tinggi di kawasan pesisir
dibandingkan dengan perdesaan. lnilah potensi rawan
mengedarkan gelap Narkoba

42 BUKU PETA KAWASAN


""
....
_ .___ ____

Berdasrkan Jurnal dan data P4GN (2015) banyak


kasus-kasu penyelundupan Narkoba di Indonesia
dengan jumlah barang bukti yang fantastis terjadi akibat
kurangnya pengawasan jalur pesisir karena minimnya
sumber daya manusia, khususnya aparat penegak
hukum. Bahkan disinyalir bahwa 80% penyelundupan
narkotika dari taut, baik melalui pelabuhan resmi
(terawasi), pelabuhan bebas (semi terawasi) dan jalur
tikus (tidak terawasi). Potensi banyaknya jalur tikus di
Indonesia menjadl jalur penyelundupan oleh sindikasi
Narkoba internasional.
Modus operandi penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba melalui pesisir adalah penyelundupan
Narkotika dari kapal-kapal asing di tengah laut yang
menggunakan kapal-kapal kecil untuk membawa
Narkotika dan prekursor ke daratan pada malam hari
dan dini saat semua penduduk terlelap tidur. Kapal­
kapal besar yang melintas di jalur bebas di Indonesia
sangat sulit diawasi muatannya, apalagi bila barang­
barang selundupan narkotika itu dipindahkan ke kapal­
kapal kecil pada kondisi TNI AL dan Polisi Perairan
lemah dan terbatas dalam melakukan patroli di perairan
Iaut. Beberapa Kasus penyelundupan Sabu sebsar 955
kg (2012) teiuk naga; penyelundupan sabu di tanjung
pasir dan pantai indah Kapuk (2017).
Ancaman modus operandi dari penyelundupan
Narkoba di kawasan pesisir dan pulau adalah
munculnya potensi kampung dan desa rawan Narkoba
di sepanjang tepi Iaut. Artinya semua lingkungan di
sekitar pesisir dijadikan target pasar, seperti
lingkungan keluarga lingkungan sekolah, lingkungan
kampus, lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu dlperlukan upaya memetakan
lingkungan tersebut untuk dlketahui informasl dini
bahaya Narkoba. Selanjutnya dilakukan pengembangan
kapasitas, workshop dan pembinaan alternatif.

DI INDONESIA 43
�-
C. Kawasan Rawan Narkoba dl Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan perdagangan dan
administrasi kepemerintahan balk ibukota, kota
provinsi, kota kabupaten dan kota kecamatan. Pada
kawasan perkotaa kerawanan Narkoba menempatl
tlngkat paling rawan di banding kawasan yang lalnnya.
Mengingat masalah Narkoba selalu berprinsip mengi­
kutl hukum pasar Oika ada permintaan akan direspon
dengan penyediaan).
Faktor kerawanan Narkoba di perkotaan, antara
lain: (1) maraknya tempat hiburan sebagai pangsa
pasar, (2) tlngginya angka kemiskinan dan pengang­
guran, (3) perputaran uang yang besar di kota, (4) akses
dan jalur peredaran yang besar, (5) kekumuhan wilayah
yang berpotensi longgarnya (permisif) pengawasan; (6)
sikap acuh tak acuh warga yang membudaya dan (7)
banyaknya sindikat yang memanfaatkan ketokohan,
bantuan sosial dan kemudahan akses di masyarakat
kampung Narkoba.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata DKI Jakarta (Mel
2013) terdapat total ada 1.322 tempat hiburan di
Jakarta. Jumlah itu dibagi menjadi 24 varian, di
antaranya diskotek, kelab malam, griya pijat. olahraga
ketangkasan dan lain-lain. Jika tldak diawasi maka
tempat hiburan itu akan menjadi pangsa pasar bagi
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba Salah
satu pemasok sabu adalah sindikat di kampung Ambon.
Menurut Gembong Yudha (2016), keberadaan
Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat sebagai
kampung Narkoba telah dikenal sejak 2009. Awalnya
kawasan itu basis ganja yang diselundupkan dari
pelabuhan dan bandara, namun dalam perkembangan­
nya menjadi pemasok sabu untuk tempat hiburan di
Jakarta. Selanjutnya, kawasan kampong Ambon menjadi
sarang narkoba, yang melibatkan warganya.

44 BUKU PETA KAWASAN


'\f-
....___._____

Faktor kemiskinan di perkotaan juga memicu


tumbuhnya kampong Narkoba. Menurut Laporan
Bulanan Data Sosial Ekonomi, BPS Oanuari 2017),
Jumlah penduduk miskin di Indonesia per September
2016 sebesar 27,76 juta orang atau 10,70%, dimana
7,73% dari jumlah tersebut berada di kawasan
perkotaan. Pada kawasan kantong-kantong kemiskinan
di perkotaan banyak balk pecandu maupun pengedar
yang mengambil jalan plntas mengedarkan gelap
Narkoba untuk memenuhi kebutuhan Narkotikanya.
Modus operandi penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di perkotaan adalah upaya menciptakan
lapangan kerja dan peluang pendapatan bagi anak-anak
muda di kota, khususnya bagi pendatang. korban PHK,
anak putus sekolah dan ketidak berdayaan lain seperti
menjadi penyalahguna. Hal tersebut sesuai dengan basil
penelitian BNN dan Ul (2015) bahwa 40% penyalah
guna berprofesi menjadi pengedar Narkoba.
Di Indonesia, terdapat banyak kawasan rawan
narkoba yang ada di perkotaan, seperti : Kampung
Kubur (Medan), Kampung Dalam (Pekanbaru), Kam­
pung Sungai Musi (Palembang), Kampung Belakang
Padang (Batam), Kampung Ambon dan Kebon Singkong
Oakarta), Kampung Beting (Pontianak) dan banyak lagi
dalam buku ini.
Ancaman dari peredaran gelap Narkoba di
Perkotaan menyasar di semua lini kehidupan, dari mulai
kampung kurnub, kos-kosan, asrama-asram, apartemen,
komplek perumahan TNI dan Polis!, Tempat di sekitar
lokasi hiburan malam, lingkurigan di sekitar Lapas dan
Rutan, Lingkungan di sekitar panti rehabilitasi, tempat
transito (terminal, pelabuhan, bandara, peti kemas).
Semua lingkungan di sekitar lokasi peredaran gelap
tersebut menjadi terancam, jika masing-masing
lingkungan tidak dilakukan pember-dayaan masyarakat
yang memberi daya imunitas bagi lingkungannya.

DI INDONESIA 45
�-
D. Kawasan Rawan Narkoba dl Perdesaan
Masyarakat Indonesia banyak tinggal di wilayah
perdesaan. Berdasarkan data Dirjen PMD (November
2016), presentase penduduk di daerah perdesaan masih
50,2% dari total penduduk di Indonesia. Dari jumlah
74.754 desa di Indonesia, 33.948 desa (45.4%) dianta­
ranya memiliki status desa tertinggal dan 14.107 desa
(18,7%) memiliki status sangattertinggal.
Sementara itu, berdasarkan data BPS tentang
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, BPS Oanuari
2017), dari jumlah penduduk miskin di Indonesia per
September 2016 sebesar 27,76 juta orang. dimana
13,96% diantaranya berada di perdesaan. Tingginya
angka kemiskinan dan pengangguran di perdesaan
menjadi salah satu faktor banyaknya penyalahguna
Narkoba, baik pecandu maupun pengedar yang
mengambil jalan pintas tergiur menerima tawaran
menanam Ganja (terutama tinggal di desa-desa provinsi
Aceh dan pulau Sumatera) dan mengedarkan gelap
Narkoba untuk memenuhi kebutuhan Narkotikanya.
Sebagai kawasan pinggiran, wilayah perdesaan juga
menyimpan potensi hutan lindung yang kerap menjadi
sasaran kultivasi Ganja khususnya di provinsi-provinsi
di Sumatera dan juga kultivasi tanaman kratom di
hutan-hutan Kalimantan Barat. Meskipun tanaman
Kratom belum diatur seperti Ganja, namun potensi
kandungan alkaloid seperti Narkotika telah banyak
diketahui orang dan dijadikan budidaya tanaman yang
membahayakan.
Kawasan rawan Narkoba perdesaan adalah
kawasan rawan kultivasi tanaman Narkotika (seperti :
Ganja, Khat, kratom, dll) dan pabrik sabu. Wilayah
rawan kultivasi Ganja mayoritas di provinsi Aceh dan
kawasan sepanjang pegunungan bukit barisan di pulau
Sumatera. Sedangkan kultivasi di luar daerah tersebut

46 BUKU PETA KAWASAN RAW


!\!'------
umumnya bersifat insindentil, coba-coba, indoor, dan
ditanam dalam pot.

Namun sebagaimana yang terjadi di perkotaan,


kawasan perdesaan juga tidak terlepasa dari ancaman
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, karena
lokasinya yang terisolir, sebagai lokasi lintasan dan
transit kendaraan serta penyimpanan. Beberapa
kampung Narkoba di perdesaan selain terjadi kultivasi
ganja juga pabrik produksi sabu, seperti : Desa Jasinga
(Bogor), Desa Palo Lada (Aceh Utara), Desa Tanjung-sari
(Lampung Selatan), Padang Selatan (Sumatera Barat).

Faktor kerawanan Narkoba pada kawasan


perdesaan karena wilayah ini cenderung terisolasi dan
terpinggirkan dari dinamika pembangunan dibanding
kawasan perkotaan dan pesisir. Faktor-faktor kerawa­
nan narkoba di perdesaan, terjadi karena : (1) gagal
panen, (2) tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi,
(3) sulitnya aparat hukum mengakses lokasi-lokasi
kultivasi dan pabrik Sabu, (4) rendahnya pemahaman
masyarakat tentang bahaya Narkoba, (5) kurang
pengawasan aktifitas orang asing di perdesaan, (6)
kurang optimalnya system keamanan di perdesaan dan
(7) budaya masyarakat desa yang tertutup pada
perubahan.

Modus operandi munculnya kawasan rawan


Narkoba di perdesaan, antara lain : (1) menawarkan jasa
menanam Ganja saja, (2) mengepul Ganja-Ganja yang
ditanam di liar di wilayah perdesaan sekitar lokasi
kultivasi Ganja, (3) memanfaatkan rendahnya penda­
patan masyarakat, (4) adanya kegagalan petani dalam
usaha taninya, (5) memanfaatkan pengangguran dan
angka putus sekolah yang banyak tinggal di desa, (6)
memanfaatkan wanita-wanita desa yang menjadi TKI
untuk dijadikan kurir Narkoba ke negara lain, (7)
membeli usaha industry untuk mengelabuhi pendirian
pabrik Sabu.

NARKOBA OI INDONESIA 47
� ......__
_____

Ancaman kawasan rawan Narkoba di perdesaan


jika tidak diantisipasi dengan upaya P4GN, maka potensi
kerusakan lingkungan dan bencana, merusak kearifian
budaya local masyarakat menjadi budaya instan dan
membuat buruk citra wilayah yang secara perlahan­
lahan akan menjadi stigma negative yang merugikan
generasi muda bangsa di wilayah ini.

E. Kawasan Rawan Narkoba dl Jalur Sungal


Kawasan jalur sungai adalah kawasan sepanjang
perairan sungai dari hulu hingga ke hilir, khususnya
sungai yang bisa dilalui moda angkutan barang dan
penumpang. seperti di Pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua. Jalur sungai tersebut menghu­
bungkan antar desa, antar kota, antar pelabuhan dan
pesisir melalui mata rantai perdagangan barang.
termasuk Narkoba.
Kepentingan kita memperhatikan kawasan rawan
Narkoba pada aliran jalur sungai, karena jalur tersebut
menghubungkan pusat-pusat kegiatan penambangan
mineral, penebangan kayu dan eksplorasi batubara di
kawasan terpencil dan terisolir dengan kota-kota
pelabuhan (hilir sungai). Jalur ini kerap disalahgunakan
sindikasi Narkoba untuk memasok. Narkoba, wanita
pekerja seks (WPS), miras dan barang-barang terlarang
lainnya yang menawarkan hiburan, termasuk Narkoba.
Fakta dan data tentang jalur sungai di Indonesia,
memiliki potensi rawan yang cukup menantang untuk
dilakukan pengawasan. Berdasarkan data Januari 2017,
di Indonesia memiliki jalur sungai yang teridentifikasi
namanya, sebanyak 429 sungai. Dari jumlah tersebut,
terdapat 7 sungai yang terpanjang di 4 pulau Besar
(Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua)dengan total
jarak 5. 731 km yang melewati 42 Kabupaten/Kota.

48 BUKU PETA KAWASAN RAW


� }:?'•"'''t�:'i!f:-�. •'·�:' ,,.<, <

'\:��' 'I
1\j\
......__
_____

Kawasan narkoba di jalur sungai mengingatkan


kita pada kondisi maraknya peredaran narkotika di
jalur sungai Mekong yang melintasi berbagai Negara
dari mulai China, Myanmar, Thailang, Lao PDR. dll.
Termasuk muara sungai terbesar jalur peredaran
heroin adalah Segitiga Emas di provinsi Chiang Rai
Thailand. Fakta dan data menunjukkan bahwa Negara­
negara di sepanjang sungai tersebut sangat serius
melakukan kerjasama pengawasan narkoba.
Sementara kasus yang terjadi di Indonesia, dari
berbagai pemberitaan media dikatakan bahwa banyak
penangkapan kejahatan Narkoba, beberapa kawasan
rawan Narkoba di jalur sungai antara lain : Sungai
Batang Hari (tanjung jabung Timur )ambi), Sungai
Barung (OKI, Sumsel), Sungai Bulungan (Tanjung Selor,
Kaltara), Sungai Mentaya (Kota Waringin Timur
Kalteng), Sungai Nyamuk dan sungai sembakung
(Nunukan, Kaltim)
Faktor kerawanan kawasan Narkoba di jalur
sungai dapat diidentifikasi, antara lain : (1) jalur sungai
kurang pengawasan aparat berwajib, (2) jalur sungai
hanya dikenal jalur pengangkutan basil-basil tambang
dan hutan, (3) jarang ditemukan kasus pengungkapan
Narkoba di jalur sungai, (4) daerah-daerah pertamba­
ngan dan penebangan hutan di sepanjang jalur sungai,
(5) berdasarkan survey BNN dan UI (2014) sektor
pertambangan sangat rawan menyalahgunakan
Narkoba, dan (6) akses peredaran gelap di jalur sungai
menghubungkan pangsa pasar di desa, kota dan pesisir.
Modus operandi penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba pada Kawasan jalur sungai, selama ini
memang tidak banyak diekspos ke publik. karena
faktanya aksi peredaran gelap, penyimpanan, pengiri­
man, penyalahgunaan Narkoba diungkap bukan di atas
kapal di sungai tetapi di desa dan kota. Namun jika
didalaml, mereka menggunakan modus jalur sungai
�....___
____

untuk membawa Narkoba tersebut. Seperti kasus


terbongkarnya penyelundupan sabu 955 kg di teluk
naga yang dilewatkan sungai kemudian ditimbun di
lokasi bekas peternakan. Hal yang sama dan maslh
terjadi adalah di kampung beting. Pontianak. dimana
setiap operasi razia tersangka dan barang bukti lenyap
melalui jalur sungai.

Ancaman dart kawasan rawan Narkoba di jalur


sungai, adalah semua titik dan lokasi di sepanjang jalur
tersebut. Masyarakat desa, kota dan pesisir di
sepanjang jalur yang puluhan kilometer tersebut
menjadi pangsa pasar untuk menyalahgunakan dan
mengedarkan gelap Narkoba, melalui jalur sungai. Oleh
karenanya, perlu dibentuk penggiat anti Narkoba di
sekitar lokasi lokasi jalur sungai, bagi pekerja di
lingkungan pertambangan, dan nakhoda kapal untuk
menjadi relawan anti Narkoba.

F. Kawasan Rawan Narkoba dl Wllayah Perbatasan


Pengertian Wilayah Perbatasan adalah wilayah Provinsi,
Kabupaten atau Kota, dan atau Kecamatan yang bagian
wilayahnya secara geografis bersinggu-ngan langsung
dengan garis batas antar negara balk di darat, !aut, dan
atau udara.

KAB/ DESA/
PROV
�� KOTA
KEC
KEL
ENTRY POINT

�Kaltlm
1.885.3
5
3
14
12
114
244
1. Enlikolll!
2. NangaBadau
268,8 1 6 66 3. At:ambua
NIT
1 197 2 4 83 4. Ambeno
5. Muara Tam!
Papua 760 5 17 160
6. Sot:a
umlah 3.303.8 16 53 667 6enavpolnt

Secara umum wilayah perbatasan dibagi dua yaitu :


wilayah darat dan pulau terluar. Pada wilayah darat
terbagi dalam : 4 provinsi, 16 Kab/Kota, 53 kecamatan
t\1'
...._
_ __ ____

dan 667 desafkelurahan dan 6 plntu masuk di maslng­


maslng Negara. Adapun jarak ke-4 wilayah perbatasan
tersebut sejauh 3.303,8 km, sepertl tergambar da1am
table berikut ;
Sementara itu wilayah perbatasan Iaut dan pulau­
pulau kecll yang berbatasan dengan negara lain beserta
92 pulau-pulau kecil terluar sebagai lokasi titik pangkal
hingga saat inl maslh memeriu-kan perhatian khusus.
92 Pulau Kecll Terluar In! tersebar di 19 Provinsi dan
40 Kabupaten.
Untuk Bagain Utara batas lautnya mencakup lima
negara yaitu : Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam
dan Filipina Untuk bagian Selatan batas lautnya, ada
Perairan Australia dan Samudera Hinda Untuk Bagian
Barat batasnya mencakup pulau dimana ada titik
tertentu di sekitar Samudera Hindia dan Laut
Andaman. Pulau tersebut ialah Pulau Ronde (di Aceh)
dan Pulau Nicobar (di India).
Dalam pemetaan kawasan rawan Narkoba sangat
pentign untuk memperhatlkan wilayah perbatasan,
terutama kerawanan akan aksi penyelundupan
Narkotika dar! luar Indonesia dan aksi mengedarkan
gelap Narkotika di sekitar Kabupaten, kecamatan, desa
atau kelurahan serta pulau-pulau terluar di wilayah
perhatasan.
Beberapa kawasan rawan Narkoba di wilayah
perbatasan antara lain : pintu masuk di Kalimantan
(Entikong dan nunukan) yang masyarakat laiu lalang
berdagang dan tak jarang tnenyelundupan beragam
Narkotika Kasus penyelundupan sabu di tanjung paslr,
sukabumi dart Samudera Indonesia Kasus penyelun­
dupan Narkoba melalul atambua (NTI') dar! timor leste
melaiui bandara udara di Timor Timor leste. Penana­
man Ganja di perbatasan Papua dan PNG yang
diedarfkan di jayapura dengan system barter dengan

NARKOBA DI INDONESIA 51
�-
barang-barang selunupan dari China Potensi penyelun­
dupan Narkotika oleh nelayan-nelayan dari Davao
(philipina) ke kepulauan Talaud (Sulut).
Faktor kerawanan kawasan Narkoba di wilayah
perbatasan dapat diidentifikasi, antara lain : (1) aktifitas
keluar masuk orang dan barang melalui jalur darat
kendaraan dan orang di pintu masuk jalur darat wilayah
negara, (2) aktifitas pelabuhan penyeberangan dari
pulau ke pulau dan jalur tikus (tidak resmi), (3)
mobilitas para pekerja dari dan menuju ke masing­
masing negara, (4) aktifitas bongkar muat barang dari
dan menuju kedua negara baik di terminal angkutan
darat maupun di pelabuhan, (5) kasus-kasus yang
berhubungan dengan Narkoba dan (6) kasus kejahatan
lintas negara lainnya
Modus operandi penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di wilayah perbatasan yang perlu
diwaspadai, antara lain : (1) melalui perdagangan, (2)
pengiriman paket barang. (3) penyelundupan orang dan
barang. (4) kunjungan wisatawan, (5) maraknya tempat
hiburan di lokasi-lokasi pertambangan yang berdekatan
dengan wilayah pertambangan; dan (6) barter antara
barang dan Narkoba.
Ancaman dari kawasan rawan Narkoba di wilayah
perbatasan adalah semua titik dan lokasi di sepanjang
jalur tersebut Masyarakat desafkelurahan di sepanjang
perbatasan akan menjadi sasaran dan target pasar dan
sindikasi Narkoba dalam mengembangkan modus
operandinya untuk dilibatkan dalam bisnis illegal
Narkoba mulai dari menanam, memproduksi,
menyimpan, mengedarkan, menyelundupkan dan
menyalahgunakan Narkoba

52 BUKU PETA KAWASAN


SETIAP E M PAT DARI SEPULUH PECANDU
t!1•1!1r�:1QJ:ttJ4•1�1:r��K•1:L1
Survey BNN dan U.l 2014

www. bnn.go.ld· lo;,- f� ..,.,


� :r • .
• .�
can canter: (021) 8088 0011 SMS Center: 081 221 675 675
'V'-
BAB IV
PETA KAWASAN RAWAN NARKOBA DI INDONESIA

Indonesia adalah negar a yang memiliki sumber daya alam


dan sumber daya manusia yang membanggakan. Kebang­
gaan potensi sumber daya tersebut harus terus didayaguna­
kan dan dijaga keberlanjutannya dengan menyiap sumber
daya manusia yang sehat, unggul dan bebas Narkoba

3.544.743,9 km2 dengan


Negara kita memiliki luas !aut
jumlah pulau16.775 pulau, dengan garis pantai sepanjang
104.000 km dan 12.827 desa atau 15,68% dari total seluruh
desa, berada di tepi !aut yang rawan penyelundupan.
Panjang perbatasan darat antara Negara kita dengan Negara
Malaysia, papua dan timor Ieste, sepanjang 3.093 km.

Potensi demografi Negara Indonesia pada Agustus


2016 tercatat berpenduduk 258.705.000 jiwa, dengan
jumlah penduduk paling banyak berada pada provinsi )awa
Barat sebesar 47.379.400 jiwa dan jumlah penduduk paling
sedikit di provinsi Papua Barat sebanyak 893.400 jiwa.
Sementara wilayah terpadat adalah DKI jakarta dengan
kepadatan penduduk 15.173 orang per km2.

data BPS (per Agustus :


Indonesia, berdasarkan daerah administrasi, menurut
2016) terbagi menjadi 34 Provinsi,
416 kabupaten, 98 kota, 7.066 kecamatan dan 81.936 desa/
kelurahan. Pada wilayah administrasi tersebut dilengkapi
141 pelabuhan laut, 290 bandara udara dan 113 terminal
angkutan darat tipe A Dengan potensi wilayah, pintu masuk
dan Lokasi transit pergerakan manusia setiap saat maka
potensi kerawanan peredaran gelap Narkoba makin
terbuka aksesnya dengan mudah.

Potensi demografi rawan Narkoba di Indonesia dapat


dilihat dari Estimasi jumlah penyalahguna Narkoba dan
tahanan dan warga Binaan pada Rumah Tahanan, Cabang

DI INDONESIA 53
�-
Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan dan
Pecandu narkoba yang menjalani layanan rehabilitasi, baik
rawat jalan dan rawat inap. Berdasarkan survey Ul & BNN
(2014) diketahui bahwa estimasi pecandu sebesar 4 juta
orang.
Berdasarkan data Tahanan dan WBP Ditjen Pemasya­
rakatan Oanuari 2017), jumlah Tahanan dan WPB Narkoba
sebesar 75.549 orang atau 36,7% dari total 205.902 orang
tahanan dan WBP seluruh Indonesia. jumlah tersebut
dengan status Bandarfpengedar sebanyak 49.734 orang
(65,4%) dan pengguna sebanyak 26.175 orang (34,6%).
Tahanan dan WBP tersebut tersebar pada 524 Rutan,
Cabang Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Berdasarkan data Deputi Rehabilitasi BNN (2016)
dalam jurnal Data P4GN BNN, diketahui jumlah pecandu
yangberhasil direhabilitasi sebanyak ±39.382 orang yang
dilayani oleh Dinas Kesehatan dan Lembaga Rehabilitasi
Masyarakat baik di Provinsi dan KabupatenfKota sebanyak
1.123 lembaga, dengan layanan rawatjalan dan rawat lnap.
Berikut disajikan data potensi rawan di masing­
masing wilayah provinsi di Indonesia yang harus
mendapatkan perhatian pemerintah, salah satunya
pembentukan BNNP dan BNNK baru di wilayah-wilayah
tersebut
1. Provinsl Aceh
Peta Wilayah 18 Kabupaten
5 Kota
289 Kecamatan
6.513 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 67.488 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 1.960 Orang
Potensi Kawasan Rawan 15 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
3 Tenninal Penumpang
13 )alur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 26 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 44 Lembaga

54
""
.....___
_____

Jumlah Kawasan Rawan 23 Kawasan


Lokasl Rawan Narkoba 1. Seullmum, Aceh Besar,
2. lndrapurl, Aceh Besar,
3. jeumpa, Bireun,
4. Peusangan. Btreun.
5. Pinding. Gayo Lues
6. Dst (terlampir)

2. Provinsi Sumatera Utara


Peta Wilayah 25 Kabupaten
B Kota
440 Kecamatan
6.015 DesafKelurahan
Estimasi Jumlh Pecandu 3 1 3.774 Orang
Jml thnn&Napl Narkoba 12.968 orang
Potensi Kawasan Rawan 13 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
2 Terminal Penumpang
15 Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 38 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 64 Lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 52 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kecamatan Percut Sei
Tuan 01. Makmur)
2. Kecamatan Medan Baru
(Kp. Keling)
3. Kecamatan Sunggal
(Daerah Asrama Kodam,
Sunggal dan Diski)
4. Kecamatan Medang
Kota (Kp. Baru Gg.
Kasih)
5. Kecamatan Patumbak
Ql. Garu)
6. Dst (terlampir)

3. Provinsi Sumatera Barat


PetaWilayah 12 Kabupaten
7 Kota
179 Kecamatan
1145 DesafKelurahan
Est. Jumlah Pecandu 62.213 Orang
Jml thnn&Napl Narkoba 1.392 orang
Potensl Kawasan Rawan 4 Bandara Udara

DI INDONESIA 55
�-
2 Pelabuhan !.aut
Terminal Penumpang
25 Jalur sungal
Jumlah Lapas dan Rutan 21 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 55 Lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kota Padang
2. Kota Buklt Tlnggl
3. Kabupaten Pasaman
Barat
4. Kota Payakumbuh
5. Kabupaten Agam
6. Dst (terlamplr)

4. Provinsl Rlau
Peta Wilayah 10 Kabupaten
2 Kota
164 Kecamatan
1.835 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 89.842 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 3.641 orang
Potensi Kawasan Rawan 8 Bandara Udara
2 Pelabuhan !.aut
1 Terminal Penumpang
11 jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 15 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 30 Lembaga
jumlah Kawasan Rawan 19 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kampung Dalam,
Kotamadya Pekanbaru
2. Jl. Pangeran Hldayat.
Kotamadya Pekanbaru
3. Kampung Dalam,
Kotamadya Duma)
4. Pulau Rupat, Kab Bengkalls
5. Kecamatan Bandar
Selkljang. Kab Pelalawan
6. Dst (terlamplr)

5. Provinsl Kepulauan Rlau (Kepri)


PetaWilayah 5 Kabupaten
2 Kota
66 Kecamatan
416 Desa/Keluraban

56
"/'------
Estlmasl )umlh Pecandu 39.405 Orang
)ml thnan&Napl Narkoba 2038 orang
Potensi Kawasan Rawan 8 Bandara Udara
35 Pelabuhan !.aut
Terminal Penumpang
26 )alur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 9 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 22 Lembaga
)umlah Kawasan Rawan 18 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Slmpang Dam/Kp Aceh
2. Tan)ung Uma
3. Tan)ung Sengkuang
4. Melawi/Sameong
5. Belakang Padang
6. Dst (terlampir)

6. Provinsl Jambl
Peta Wilayah 9 Kabupaten
2 Kota
138 Kecamatan
1.551 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 42.714 Orang
)ml thnan&Napl Narkoba 1.598 orang
Potensi Kawasan Rawan 3 Bandara Udara
1 Pelabuhan !.aut
2 Tenninai Penumpang
11 )alur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 11 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 25 Lembaga
)umiah Kawasan Rawan 40 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kota )ambi
2. Kerlncl
3. Kabupaten Muaro )ambi
4. Kabupaten Bungo
5. Kabupaten Tebo
6. Dst (terlampir)

7. Provinsl Sumatera Selatan


Peta Wilayah 13 Kabupaten
4 Kota
231 Kecamatan
3.257 DesafKelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 101.157 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 4.138 orang

DI INDONESIA 57
�-
Potensi Kawasan Rawan 4 Bandara Udara
Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
12 jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 20 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 30 lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 11 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kecamatan Gandus
2. Kecamatan llir Timur
3. Kecamatan Bukit Kecil
4. Kecamatan Seberang Ulu
5. Kecamatan Ilir Timur 2
6. Dst (terlampir)

8. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep Babel)


Peta Wilayah 6 Kabupaten
1 Kota
47 Kecamatan
381 DesafKelurahan
Estimasi Jumlah Pecandu 16.863 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 742 orang
Potensi Kawasan Rawan 2 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
)alur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 7 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 36 Lembaga
)umlah Kawasan Rawan 20 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kelurahan Gedung
Nasional. Kecamatan
Taman Sari Kota
Pangkalpinang
2. Kampung Seberang,
Kelurahan Gedung
Nasional. Kecamatan
Taman Sari Kota
Pangkalpinang
3. Kampung Opas lndah,
Kelurahan Gedung
Nasional, Kecamatan
Taman Sari Kota
Pangkalpinang
4. Gang Sahabat. Kelurahan
Gedung Nasional.

58 BUKU PETA KAWASAN


'\/'------
Kecamatan Taman Sari
Kota Pangkalpinang
5. Dst (terlampir)

9. Provinsl Bengkulu
Peta Wilayah 9 Kabupaten
1 Kota
127 Kecamatan
1.524 Desa/Kelurahan
Estimasi )mlah Pecandu 22.224 Orang
)ml thnn&Napi Narkoba 518 Orang
Potensi Kawasan Rawan 3 8andara Udara
1 Pelabuhan Laut
1 Terminal Penumpang
22 )alur sungal
)umlah Lapas dan Rutan 7 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 27 Lembaga
)umlah Kawasan Rawan 6 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kec. Ratu Samban
2. Singgaran Pati
3. Selebar
4. Ratu Agung
5. Teluk Segara
6. Dst (terlampir)

lO.Provinsi Lampung
Peta Wilayah 13 Kabupaten
2 Kota
227 Kecamatan
2.631 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 72.862 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 839 orang
Potenst Kawasan Rawan 2 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
2 Terminal Penumpang
10 Jalur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 16 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 47 lembaga
)umlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kelurahan Panjang Utara
2. Kelurahan Sukaraja
3. Kelurahan Kaliawl
4. Kelurahan Gedung
Meneng Baru

DI INDONESIA 59
�-
5. Kelurahan Sldodadt
6. Dst (terlamplr)

11. Provlnsl Hanten


Peta Wllayah 4 Kabupaten
4 Kota
155 Kecamatan
1.551 Desa/Kelurahan
Estlmasi jumlah Pecandu 152.687 Orang
Jmi thnan&Napi Narkoba 4013 orang
Potensi Kawasan Rawan 3 Bandara Udara
1 Pelabuhan Laut
4 Terminal Penumpang
1 Jalur sungai
Jumiah Lapas dan Rutan 16 Lapas dan Rutan
Jumiah Layanan Rehab 28 lembaga
Jumiah Kawasan Rawan 58 Kawasan
L.okasi Rawan Narkoba 1. Kota Tangerang
2. Kecamatan Cipondoh
3. Kabupaten Tangerang
4. Kecamatan
Cikupa/Balaraja
5. Kota Serang
6. Dst (terlampir)

12.Provinsl DKI Jakarta


Peta Wiiayah 1 Kabupaten
5 Kota
44 Kecamatan
267 Desa/Kelurahan
Estimasi Jumlah Pecandu 385.043 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 9175 orang
Potensi Kawasan Rawan 2 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
13 Terminal Penumpang
13 Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 9 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 53 Lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 113 Kawasan
L.okasi Rawan Narkoba 1. Kelurahan Mangga Dua
Selatan
2. Kelurahan Karang Anyar
3. Kelurahan Pasar Baru
4. Kelurahan Tanah Tlnggl

60
""
...._
_ __ ____

5. Kelurahan Kota 8ambu


Selatan
6. Ost (terlampir)

13. Provinsl Jawa Barat


Peta Wilayah 18 Kabupaten
9 Kota
626 Kecamatan
5.962 Desa/Kelurahan
Estimasi jumlah Pecandu 817.755 Orang
jml thnan&Napl Narkoba 8.223 orang
Potensl Kawasan Rawan 4 Bandara Udara
3 Pelabuhan Laut
12 Terminal Penumpang
27 jalur sungai
jumlah Lapas dan Rutan 32 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 91 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 19 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kota 8andung (Kec. Andir)
2. Kota 8ogor (Kec. Sukasari)
3. Kabupaten Cirebon
(Kecamatan Mundu)
4. Kota Sukabumi (Pelabuhan
Ratu)
5. Kabupaten Subang (Kec.
Patokbeusi)
6. Ost (terlampir)

14.Provinsl Jawa Tengah


Peta Wilayah 29 Kabupaten
6 Kota
573 Kecamatan
8.578 Oesa/Kelurahan
Estimasi jumlah Pecandu 467.639 Orang
jml thnan&Napl Narkoba 2.819 orang
Potensi Kawasan Rawan . 6 8andara Udara
3 Pelabuhan Laut
23 Terminal Penumpang
41 Jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 44 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 83 Lembaga
jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kelurahan Tawang Mas
2. Kelurahan Krobokan

OI INDONESIA 61
� .....___
_____

3. Kelurahan Kali Banteng


Kulon
4. Kelurahan Bandar Harjo
5. Kota Surakarta
6. Dst (terlampir)

lS.Provinsl Dl Yogyakarta
Peta Wilayah 4 Kabupaten
1 Kota
78 Kecamatan
438 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 58.797 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 309 orang
Potensi Kawasan Rawan 1 Bandara Udara
Pelabuhan I.aut
3 Terminal Penumpang
17 )alur sungai
Jumlah I.apas dan Rutan 9 I.apas dan Rutan
jumlah I.ayanan Rehab 23 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kec. Depok
2. Kec. Umbulharjo
3. Kec. Gondokusuman
4. Kecamatan Mergangsan
5. Kec. Bangun Tapan
6. Dst (terlampir)

16. Provlnsl )awa Timor


PetaWilayah 29 Kabupaten
9 Kota
664 Kecamatan
8.499 Desa/Kelurahan
Estimasi jumlah Pecandu 562.229 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 4.339 orang
Potensi Kawasan Rawan 10 Bandara Udara
8 Pelabuhan I.aut
15 Terminal Penumpang
37 jalur sungai
jumlah I.apas dan Rutan 39 I.apas dan Rutan
jumlah I.ayanan Rehab 65 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 78 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Rutan Medaeng
2. jl. Kunti Surabaya
3. Rabesan Bangkalan

62
""
.....____ _____

4. Sokobanah Sampang
5. Lapas Porong
6. Dst (terlampir)

17.Provlnsl 8all
Peta WUayah 8 . Kabupaten
1 Kota
57 Kecamatan
716 Desa/Kelurahan
Estimasi jurnlah Pecandu 60.241 Orang
jml thnan&Napi Narkoba 753 orang
Potensi Kawasan Rawan 2 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
2 Terminal Penumpang
15 jalur sungai
jumlah Lapas dan Rutan 11 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 24 Lemhaga
jumlah Kawasan Rawan 3 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Ds.Sangsi� Sawan, 8uleleng
2. Ds.Kutuh, Kuta Selatan, Badung
3. Kedonganan,Badung
4. Dst (terlampir)

18. Provlnsl Nusa Tenggara Barat


Peta Wilayah 8 Kabupaten
2 Kota
116 Kecamatan
1.141 Desa/Kelurahan
Estimasi jumlah Pecandu 54.167 Orang
jml thnan&Napi Narkoba 139 orang
Potensi Kawasan Rawan 4 Bandara Udara
1 Pelabuhan Laut
1 Terminal Penumpang
19 jalur sungai
jumlah Lapas dan Rutan 9_ Lapas dan Rutan
jurnlah Layanan Rehab 20 Lembaga
jumlah Kawasan Rawan 38 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Mataram
2. Praya
3. Lombar
4. Kayangan
5. Sumbawa Barat
6. Dst (terlampir)

63
[N'
___

......___
19. Provinsl Nusa Tenggara Timor
Peta Wilayah 21 Kabupaten
1 Kota
306 Kecamatan
3.270 Desa/Kelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 49.329 Orang
jml thnan&Napi Narkoba 12 orang
Potensi Kawasan Rawan 14 Bandara Udara
19 Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 19 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 25 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
l.okasi Rawan Narkoba 1. Motaa'in
2. Pelabuhan Winni
3. Kota Kupang
4. Labuhan Bajo,
Kabupaten Manggarai
Barat
5. Waingapu, Kabupaten
Sumbawa Timur
6. Dst (terlampir)

20. Provinsl Kalimantan Barat


Peta Wilayah 12 Kabupaten
2 Kota
174 Kecamatan
2.005 DesafKelurahan
Estimasi jumlah Pecandu 64.042 Orang
jml thnan&Napi Narkoba 1.209 orang
Potensi Kawasan Rawan 5 Bandara Udara
1 · Pelabuhan Laut
4 Terminal Penumpang
20 jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 13 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 31 l.embaga
jumlah Kawasan Rawan 10 Kawasan
l.okasi Rawan Narkoba 1. Kampung Beting. Kec.
Pontianak Timur
2. Desa Rasau jaya, Kab.
Kubu Raya
3. Dst (terlamplr)

64
'\}\
......__
_____

21.Provlnsl Kalimantan Tengah


Peta Wilayah 13 Kabupaten
1 Kota
136 Kecamatan
1.569 Desa/Kelurahan
Estlmasl jumlah Pecandu 34.050 Orang
jml thnan&Napl Narkoba 880 Orang
Potensl Kawasan Rawan 7 8andara Udara
1 Pelabuhan Laut
1 Tennlnal Penumpang
8 jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 12 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 20 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 8 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. )1. Kalimantan Palangkaraya
2. Komplek Puntun Palangkaraya
3. )1. Dr. Murjanl Palangkaraya
4. Kelurahan Kereng 8angkiral
Palangkaraya
5. )1. Rajawali Palangkaraya
6. Dst (terlampir)

22.Provlnsl Kalimantan Selatan


Peta Wilayah 11 Kabupaten
2 Kota
152 Kecamatan
2.009 DesafKelurahan
Estlmasl jumlah Pecandu 54.679 Orang
jml thnan&Napl Narkoba 3.759 orang
Potensl Kawasan Rawan 6 Bandara Udara
3 Pelabuhan Laut
2 Tennlnal Penumpang
26 jalur sungal
jumlah Lapas dan Rutan 14 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 32 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 36 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Gang jemaah, Kelurahan
Pekauman
2. Gang Sejlran/Gg Habib, Kec.
Banjannasln Tengah
3. Kampung Arab
4. Ds Sungal Malang (Amuntal )
5. Pulau Laut Utara
6. Dst (terlampir)

DI INDONESIA 65
�-
23.Provlnsl Kalimantan Tlmur
Peta Wilayah 7 Kabupaten
3 Kota
103 Kecamatan
1.026 DesafKelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 62.653 Orang
)ml thnan&Napi Narl<eba 4.307 orang
Potensi Kawasan Rawan 18 Bandara Udara
4 Pelabuhan !.aut
2 Terminal Penumpang
11 )aiur sungai
)umlah Layanan Rehab 34 Lembaga
)umlah Kawasan Rawan 10 Kawasan
)umlah Lapas dan Rutan 13 Lapas dan Rutan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kampung Sungai Dama, )1.
Otista, Samarlnda
2. )I Pesut Gg. I, II, Ill Sarnalinda
3. )1. Lambung Mangkurat Gang
Masjid, Kel. Sungai Pinang
4. Kampung Baru, Balikpapan
Barat Pelabuhan ITCI
5. Kampung Selili, Samalinda llir
6. Dst [terlampir)

24. Provlnsl Sulawesi Utara


Peta Wilayah 11 Kabupaten
4 Kota
167 Kecamat:an
1.830 DesafKelurahan
Estimasi )umlah Pecandu 42.330 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 38 orang
Potensi Kawasan Rawan 4 Bandara Udara
1 Pelabuhan !.aut
3 Terminal Penumpang
9 )alur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 14 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 14 Lembaga
)umlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kecamatan Tuminting
2. Kecamatan Womasa
3. Kecamatan Singklla
4. Kecamatan Wenang
5. Dst [terlampir)

66
\j\
...._
_ __ ____

ZS.Provlnsl Gorontalo
Peta Wilayah 5 Kabupaten
1 Kota
77 Kecamatan
735 Desa/Kelurahan
Esttmasl Jumlah Pecandu 13.292 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba Orang
Potensl Kawasan Rawan 2 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
3 Terminal Penumpang
Jalur sungai
jumlah Lapas dan Rutan 5 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 15 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kota Gorontalo
2. Kabupaten Pohuwato
3. Kabupaten Bone Balango
4. Kecamatan Kota Selatan
5. Kelurahan Biawu
6. Dst [terlampir)

26. Provlnsl Sulawesi Tengah


Peta Wllayah 12 Kabupaten
1 Kota
172 Kecamatan
1.985 DesajKelurahan
Estlmasl jumlah Pecandu 39.024 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 138 orang
Potensi Kawasan Rawan 6 Bandara Udara
1 Pelabuhan Laut
3 Terminal Penumpang
11 Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 13 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 20 Lembaga
jumlah Kawasan Rawan 8 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kecamatan Tatanga
(Kelurahan Tavanjuka)
2. Kecamatan Palu Selatan
(Kelurahan Anoa)
3. Kelurahan Palu Utara
(Kelurahan Kayumalue
NgapajKayumalue Pajeko)
4. Dst (terlampir)

DI INDONESIA 67
jN'- 27.Provinsl Sulawesi Barat
Peta Wilayah 6 Kabupaten
1 Kota
69 Kecamata.n
649 Desa/Kelurahan
Estimasi Jumlah Pecandu 16912 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 1.392 orang
Potensi Kawasan Rawan 1 Bandara Udara
1 Pelabuhan Laut
2 Tenninal Penumpang
jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 7 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 13 Lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 6 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Mamuju
2. Polman
3. Majene
4. Mamasa
5. Mamuju Utara
6. Dst (terlamplr)

28. Provtnsl Sulawesi Tenggara


Peta Wilayah 15 Kabupaten
2 Kota
213 Kecamatan
2.268 Desa/Kelurahan
Estimasl Jumlah Pecandu 25.814 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 442 orang
Potensi Kawasan Rawan 6 Bandara Udara
2 Pelabuhan Laut
1 Terminal Penumpang
8 Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 8 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 32 lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasl Rawan Narkoba 1. Kecamatan Wolio
2. Kampung Salo
3. Ambon Camp
4. Ladongi Kabupaten
Kolaka Timur
5. Lorong Mekar Kota
Kendari
6. Dst (terlampir)

68
'V'------
29. Provlnsl Sulawesi Selatan
Peta Wilayah 21 Kabupaten
3 Kota
306 Kecamatan
3.030 Desa/Kelurahan
Estlmasi )umlah Pecandu 136.336 Orang
)ml thnan&Napi Narkoba 3.546 orang
Potensi Kawasan Rawan 5 Bandar a Udara
8 Pelabuhan Laut
6 Tenninal Penumpang
14 Jalur sungai
)umlah Lapas dan Rutan 24 Lapas dan Rutan
)umlah Layanan Rehab 43 lembaga
)umlah Kawasan Rawan 10 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kampung Sapiria
2. Kelurahan Pampang
3. )alan Kerung·kerung
4. )alan Oangko
5. )alan Kandea
6. Ost (terlampir)

30.Provlnsl Maluku
PetaWilayah 9 Kabupaten
2 Kota
118 Kecamatan
1.190 Desa/Kelurahan
Estlmasi Jumiah Pecandu 27.516 Orang
Jml thnan&Napi Narlmba 129 orang
Potenst Kawasan Rawan 21 Bandara Udara
13 Pelabuhan Laut
Tenninal Penumpang
10 Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 15 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 21 iembaga
Jumlah Kawasan Rawan 7 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Desa Tuiehu, Salahutu, Malteng
2. Desa Galata, Kecamatan Sirimau,
Kota Ambon
3. kompleks Pasar Binaiya Kola
Masohi.
4. Kelurahan Letwaru Kecamatan
Kota Masohi.
6. Ost (terlampir)

OI INOONESIA 69
�-
31. Provinsi Maluku Utara
Peta Wilayah 8 Kabupaten
2 Kota
115 Kecamatan
1.196 DesafKelurahan
Estlmasi Jumlah Pecandu 14.411 Orang
Jmi thnan&Napi Narkoba 69 orang
Potensi Kawasan Rawan 2 8andara Udara
10 Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 9 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 26 lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kelurahan Dufa-dufa
2. Kelurahan 5oa
3. Kelurahan Salahudin
4. Keluraha!' Kampung
Makassar Timur
5. Kelurahan Bastlong
Karance
6. Dst (terlampir)

32. Provinsi Papua Barat


Peta Wilayah 12 Kabupaten
1 Kota
175 Kecamatan
1.590 Desa/Kelurahan
Estimasi Jumiah Pecandu 9.628 Orang
Jml thnan&Napi Narkoba 3 orang
Potensi Kawasan Rawan 10 Bandara Udara
7 Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
Jalur sungai
Jumlah Lapas dan Rutan 8 Lapas dan Rutan
Jumlah Layanan Rehab 13 lembaga
Jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kabupaten Manokwari
2. Kabupaten Sorong
3. KotaSorong
4. Kabupaten Raja Ampat
5. Dst (terlampir)

70
""
....___
_____

33. Provtnsl Papua


Peta Wllayah 28 Kabupaten
1 Kota
470 Kecamatan
4.375 Desa/Kelurahan
Estlmasi jumlah Pecandu 28.424 Orang
jml thnan&Napi Narkoba 21 orang
Potensi Kawasan Rawan 51 Bandara Udara
7 Pelabuhan Laut
Terminal Penumpang
12 jalur sungai
jumlah Lapas dan Rutan 11 Lapas dan Rutan
jumlah Layanan Rehab 15 lembaga
jumlah Kawasan Rawan 5 Kawasan
Lokasi Rawan Narkoba 1. Kampung Vietnam,
Argapura;
2. Hamadi;
3. Dok lX
4. Dok VIII
5. Abepura
6. Dst (terlampir)
�-

72
V'------
BAB V
PEMBERDAYAAN ALTERNATIF KAWASAN
RAWAN NARKOBA

Program pemerintah yang dijadikan altematif solusi


dart maraknya kawasan rawan Narkoba di Indonesia adalah
meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam
P4GN melalui pembinaan altematifyang menyasar program
y
peningkatan keberda aan bagi individu dan kelompok
masyarakat untuk merubah karakter, pembinaan kelem­
bagaan untuk menanamkan hidup sehat dan aman,
pembinaan lingkungan yang bersih Narkoba dan pembi­
naan usaha guna peningkatan pendapatan.

A. Pemblnaan Potensl Masyarakat

Pembinaan potensi masyarakat diarahkan pada


pengembangan kapasitas individu di kawasan rawan
Narkoba, melalui pendekatan partisipatif dimana
pembinaan dan pelatihan melibatkan secara intensif
individu dan kelompoknya dalam program dan kegiatan
yang didesain secara berkelanjutan.

Pertama, dilakukan pendekatan dan advokasi


terhadap tokoh masyarakat (tomas), tokoh agama
(toga), tokoh adat (todat), tokoh pemuda (toda), tokoh
wanita (towa) dan orang-orang berpengaruh lainnya
guna diskusi dan advokasi tentang pembangunan
berwawasan anti Narkoba dan pentingnya hidup sehat
tanpa mengedarkan Narkoba.

Melalui pendekatan secara intensif didiskusikan


tentang rencana aksi melakukan program dan kegiatan
secara sistemik bagi individu dan kelompok di wilayah
tersebut, dimana masing-masing kelompok disasar
dengan kegiatan yang berbeda-beda yang intinya
menanamkan pemahaman betapa pentingnya hidup

DI INDONESIA 73
� .....__
_____

sehat dan tidak mengedarkan Narkoba. Melalui


pendekatan ini dipetakan potensi rawan manusia
(demografi), wilayah (grografi), pola penyalahgunaan
dan peredaran Narkoba, modus-modus dan sindikasi
dan juga potensi produktif (topografi, iklim, pola tanam,
ketrampilan, modal sosial, fasil, fasum dan akses pasar).

Kedua, setelah program-program yang bersifat


sosialisasi dan pencairan situasi dirasakan telah
memberikan ruang dan kepercayaan di hati masyarakat,
maka tindakan berikutnya ditingkatkan dengan
pemberian pelatihan, pembekalan dan pembelajaran
tentang ketrampilan hidup melalui pengem-bangan
minat dan bakat, baik di bidang seni, olah raga,
ketrampilan dari mulai ketrampilan sederhana hingga
ketrampilan mahir dalam dunia kerja.

Ragam pelatihan dan bantuan yang diberikan


berdasarkan hasil musyawarah bersama warga dan
tokoh yang dilibatkan dalam program pembinaan.
Rencana program disusun berdasarkan : sasarannya
(anak-anak, remaja, dewasa ibu-ibu dan orang tua),
ragam ketrampilan (pertanian atau non pertanian),
jangka programnya (pendek, menengah dan sedang),
penganggaran (mandiri atau sponsorship), orientasi-nya
(produksi, pengolahan atau pemasaran), tekhnolo-ginya
(sederhana, tepat guna atau komplek) dan dukungan
sosialnya (kegiatan kesenian, olah raga, Iomba, festival
atau pameran) dan lainnya.

Untuk tahap kedua yang bertujuan mengubah


karakter, mindset, budaya dan keahlian individu dan
kelompok memerlukan sumber daya yang tidak mudah
dan tidak murah. Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama
dan sinergi, menggerakkan potensi kelompok
masyarakat dan dukungan kemitraan dari berbagai
pihak baik pemerintah, swasta dan kelompok
kemasyarakatan lainnya.

. '
..
' ' '

74 BUKU PETA KAWASAN RAW


_!
'\!'------
Ketiga, dilakukan monitoring atau pemantauan
program dan kegiatan secara berkelanjutan guna
mendapatkan masukan dan perbaikan program baik
yang sedang berjalan maupun yang akan direncanakan.
Proses monitoring dilakukan oleb petugas yang secara
rutin mencatat setiap kegiatan dilakukan.

Keempat:. dalam setiap basil evaluasi dilakukan


pengukuran baik capaian keluaran kegiatan maupun
keluaran program yang instrument pengukurannya
bersifat dinamis dan terbuka untuk dapat mengikuti
perkembangan program yang benar-benar dirasakan
manfaatnya oleb masyarakat baik selama proses
berjalan maupun akhir dari program setabun.

Ke/ima, basil nyata dari pembinaan individu dan


kelompok ini minimal barus memberikan laporan
sejaubmana masyarakat terbuka untuk menyampaikan
siapa yang menjadi pecandu, pengedar dan Bandar di
wilayah tersebut. Wujud dari kepedulian masyarakat ini,
ada pecandu yang terlaporkan untuk difasilitasi
rebabilitasi, ada laporan masyarakat yang dapat
ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan penyidikan dan
ada aktifitas positif warga yang berbeda dari sebelum
kawasan tersebut diintervensi program P4GN.

Wujud Nyata, pembinaan masyarakat dalam


jangka pendek adalah meningkatnya peranserta
masyarakat dalam perencanaan proram, pelaksanaan
program, kemitraan dan sinergi program, monitoring
program dan evaluasi bersama pelaksana program.
Selanjutnya dalam jangka menengah, masyarakat sadar
untuk merebabilitasi korban narkoba. untuk melapor­
kan aksi dan pelaku kejabatan narkoba dan menjaga
keamanan mandiri demi lingkungan bersib narkoba
Kemudian dalam jangka panjang, terjadi perubahan
dalam kebidupan sosial, ekonomi, keamanan dan
ketertiban. Masyarakat mampu menciptakan sentra
produksi dan sektor peningkatan pendapatan.

75

'ftA.IKC)BA DI INDONESIA 75
�-
B. Pembinaan Kelembagaan dan Sinergi
Pembinaan kelembagaan dan sinergi adalah basil nyata
dart pembinaan individu dan kelompok masyarakat
Membina kelembagaan berarti menanamkan komitmen
baru untuk dilembagakan di tengah-tengah masyarakat
bahwa nilai-nilai hidup sehat dan tidak mengedarkan
Narkoba mutlak diperlukan masyarakat apabila kawa­
san tersebut ingin bersih dart penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.

Pertnma, basil diskusi dan keputusan dalam rapat


bersama tomas, toga, todat, toda, dan towa merupakan
dokumen integritas yang dapat dipegang dan menjadi
acuan bersama individu dan kelompok mengatur secara
mandiri wilayahnya dart hal-hal yang paling sederhana.
Kemudian basil-basil tersebut diimplemen-tasikan satu
demi satu melalui rencana aksis siapa melakukan apa.

Kedua, melalui pelaksanaan rapat-rapat koordi­


nasi baik formal maupun informal dibentuk jejartng
kerja dan kemitraan antara masyarakat dan pelaku
ekonomi di sekitar kawasan tersebut Melalui
pendekatan partisipatif dan saling menguntungkan
mitra kerja dan komponen masyarakat dilibatkan dalam
program baik bersifat formal maupun informal.
Pelibatan tersebut dapat diawali dengan menjadi
narasumber dan praktisi dalam pembinaan ketrampi­
Ian dalam kegiatan bersama di kawasan binaan.

Ketiga, melembagakan bidup sehat dan tidak


mengedarkan Narkoba memerlukan dukungan baik dart
dinas pemertntah, komponen masyarakat dan
orsosmas, pelaku dunia usaha melalui kerjasama yang
saling menguntungkan. Seperti : memfasilitasi akses
tersedianya balai latihan kerja, akses pasar basil-basil
ketrampilan, bimbingan kewirausabaan hingga
pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum bagi
masyarakat

76 BUKU PETA KAWASAN RAW


'V'------
Keempat, pelembagaan nilai-nilai hidup sehat dan
tidak mengedarkan Narkoba juga harus menjadi
konsumsi public dan internalisasi nilai-nilai dalam
proses pembentukan karakter baik di lingkungan
pendidikan, di lingkungan pergaulan dan keagamaan
melalui kurikulum, himbauan dalam khotbah, pesan­
pesan yang didesain di area public, materi-materi
damlam ajang kampanye dan pemilihan pejabat public
baik dari tingkat RT, RT, Kelurahan dan Kecamatan.
Kelima, hasil nyata dan berkelanjutan dari
pembinaan kelembagaan dan sinergi adalah tertuangnya
semua keputusan masyarakat tentang aturan hidup
sehat dan bersih dari peredaran Narkoba itu dalam
hukum, prosedur, tatalaksana dan norma-norma
masyarakat, sehingga kelanggengan nilai-nilai hidup
sehat dan tidak mengedarkan Narkoba dapat terjaga,
meskipun kepemimpinan di wilayah tersebut berganti­
ganti.
Wujud Nyata, pembinaan kelembagaan dalam
jangka pendek adalah terciptanya norma dan tatakelola
wilayah yang bersih narkoba sehingga muncul aksi
tanggap darurat, apapun bentuknya. Selanjutnya dalam
jangka menengah, masyarakat mampu menjalin
kerjasama dan sinergi dalam keamanan dan ketertiban
dengan aparat berwajib. Kemudian dalam jangka
panjang, masyarakatmampu menjalin sinergi dan
kemitraan dengan dinas pemerintah terkait dan dunia
usaha dalam memasarkan hasil-hasil tanaman, olahan
dan sumber pendapatan lainnya.

C. Pemblnaan Ungkungan Berslh Narkoba


Kombinasi dari hasil pembinaan manusia (individu dan
kelompok) dan hasil pembinaan kelembagaan dan
sinergi adalah terbinanya lingkungan yang bersih dart
penyalahgunaan dan peredaan gelap Narkoba. Pada
tahapan program ini, kekuatan mempengaruhi dari

DI INDONESIA 77
�-
pelaksan aprogram perlahan dapat dikurangi untuk
memberikan tumbuh kembang masyarakat
mengimplementasi hasil pembelajarannya.

Pertama, lingkungan bersih dari penyalahgunaan


dan peredaran gelap Narkoba itu perlu dimulai dengan
mengurangi faktor-aktor yang menjadi sebab rnasya­
rakat menyalahgunakan Narkoba. Artinya rnengubah
kondisi keterpurukan tersebut melalui kekuatan
rnemaksa berhentinya transaksi Narkoba di wilayah
tersebut, melalui razia dan sweeping wilayah secara
serentak dan menyeluruh.

Kedua, setelah melalui upaya pemaksaan


berhentinya pasar Narkoba, rnaka langkah berikutnya
memberikan layanan rehabilitasi, mulai dari penjang­
kauan, konseling. pendekatan sukarela terhadap
keluarga korban Narkoba dengan persuasive dalarn
memberikan argumentasi dan menjamin kearnanan dan
kenyamanan keluarga korban Narkoba untuk direhab
dan bukan dipenjarakan.

Ketiga, melalui persuasive dalam setiap program


penyuluhan, sosialisasi, advokasi dan konseling.
mengajak rnasyarakat untuk berani melaporkan setiap
aksi dan kejadian transaksi Narkoba di wilayahnya
dengan memberikan jaminan dan rasa percaya bahwa
kerahasiaan inforrnasi dan identitas pelapor dapat
terjaga. Selanjutnya meyakinkan masyarakat dalam
melaporkan untuk menggunakan saluran-saluran
kornunikasi yang dapat dipilih dan disukai rnasyarakat

Keempat, melalui program portalisasi, setiqap


sudut kawasan tersebut diupayakan rnernbuat jam
malam dan jaminan keamanan warga melalui
pemasangan portal dan aturan bahwa dalam 1x24 jam
setiap Tarnu dan warga asing harus rnelaporkan diri.
Dengan rnekanisrne ini, pola tidur dan istirahat warga

78 BUKU PETA KAWASAN


'V'-
dapat ditata lebih teratur, disiplin dan menghargai
waktu dan kesehatan demi hidup yang lebih produktif.
Kelima, diperlukan pengukuhan dan pengakuan
dari pelaksana program bahwa setelah melalui
serangkaian program dan kegiatan pemberdayaan
altematif kawasan rawan Narkoba tersebut dapat
dinyatakan sebagai kawasan yang bersih dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, yang
pengukuhannya dilakukan saat kampanye hari anti
Narkoba intemasional setiap tanggal 26 )uni oleh
Walikota atau Bupati dari wilayah tersebut. Jika
diperlukan, dilakukan Iomba kampung bersih Narkoba
dengan penghargaan piala bergilir dan uang pembinaan.
Wujud Nyata, pembinaan lingkungan dalamjangka
pendek adalah terkasesnya pecandu ke layanan rehabi­
litasi dan geliat program P4GN nampak terselenggara
semarak di lingkungan tersebut. Selanjutnya dalam
jangka menengah, masyarakat secara mandiri sadar
akan hak dan kewajibannya menjaga keluarga dan
lingkungan agar tetap bersih dari narkoba dan sindikasi­
nya. Kemudian dalam jangka panjang, masyarakat
merasakan lingkungan yang aman, sehat dan nyaman.

D. Pemblnaan Usaha dan Pendapatan


Salah satu kunci keberhasilan dan keberlanjutan
program pemberdayaan altematif bagi kawasan rawan
Narkoba adalah meningkatnya kesejahteraan melalui
pembinaan usaha dan produktifitas wilayah. Dengan
pembinaan usaha, kegiatan . positif masyarakat dapat
ditingkatkan dan melalui produktifitas wilayah, citra
masyarakat dapat diubah melalui pemanfaatan peluang
baru pengembangan komoditi ungggulan.
Pertama, usaha perdana, adalah usaha baru untuk
mengembangkan komoditi unggulan pertanian,
perkebunan dan kehutanan sebagai produk baru serta

OI INDONESIA 79
� ....
_ .___ ____

mengembangkan kerajinan sebagai usaha non pertanian


yang memiliki nilai budaya dan ekonomi. Pengem­
bangan usaha ini dapat dilakukan secara massal dimana
pemerintah dan swasta bekerjasama mewujudkan
badan usaha yang menjadikan petani, masyarakat kota
menjadi pekerja. Hal ini dapat mengubah sasaran untuk
menjad.i tenaga upahan.

Kedua, usaha pengolahan, menindaklanjuti usaha


perdana, usaha pengolah membuat produk unggulan
memiliki daya ungkit dan daya saing dalam pemasaran
sehingga dengan sedikit sentuhan tekhnologi bahan­
bahan mentah bisa menjadi bahan separo jadi. Pada
usaha ini, pengolahan ditujukan untuk menyasar
produk-produk unggulan yang selama ini kurang
bervariasi dalam pengolahannya. Selain itu, usaha
pengolahan membuat potensi SDA yang sudah ada dapat
dimaksimalkan nilai jualnya dengan mengolah terlebih
dahulu dan tidak langsung menjual basil panennya.

Ketiga, Usaha Pengemasan, usaha pengemasan


menindaklanjuti usaha pengolahan melalui sentuhan
industry dan pemasaran dimana produk dikemas
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian konsumen
untuk membelinya. Usaha pengemasan ini merupakan
kunci keberhasilan suatu produk untuk dapat dikenal
khalayak masyarakat sebagai konsumen yang
menjadikan unggul disbanding produk lainnya. Melalui
usaha pengemasan ini, masyarakat memiliki branding
(citra) positif yang akan mengubah kawasan rawan
menjadi kawasan usaha produktif.

Keempat, Usaha Pemasaran, usaha ini menggu­


nakan ketrampilan dan keahlian memasarkan balk
melalui cara sederhana, manual maupun menggunakan
terobosan tekhnologi melalui media sosial dan dunia
maya. Usaha ini mengundang konsumen untuk melihat
company profile pelaku usaha yang berpeluang untuk

80 BUKU PETA KAWASAN RAW


'\!'-
mendapatkan tambaban modal, pmJaman modal,
kerjasama kemitraan dan kepeduall pemillk CSR

Kelima, Usaba Agrowlsata dan lndustri Kreatif,


yaltu kewlrausabaan dalam pemasaran melalui
pendekatan wlsata d perdesaan sebagai edukasi bagi
pembelajran kewlrausabaan generasl muda bangsa,
sekaligus mengembangkan industri kreatif yang
mengeksplorasi selurub daya pesona kearifan lokasl
menjadl komodltl yang layak jual dan berorientasl pada
peningkatan keuntungan dan mengembangkan jejaring
kerja

Keenam, Usaha menambah permodalan. Usaba


menambab permodalan dalam penlngkatan kuantltas
dan kualltas produk diperlukan untuk meningkatkan
ekspansl usaba lebib beragam. Dari satu produk menjadi
dua produk. dari banya komoditl pertanian menjadi
komodltl non pertanlan, dari orientasi impor menjadi
ekspor.

Ketujuh, Usaba membangun jejaring dan


Kemltraan. Satu langkah pentlng dalam usaba
peningkatan pendapatan pemberdayaan alternatlf
adalab memabngun kerjasama dan sinergi. Kerjasama
menjadikan peluang usaba dapat lebib maju, mandiri
dan berkelanjutan. Sementara kemitraan menjadikan
usaba lebib berkualitas dan berkuantltas yang akan
semakin berkembang.

Wujud Nyata, pembinaan usaba dalam jangka


pendek adalab terdapatnya usaba menlndaklanjutl basil­
basil pelatlban dan pembinaan BNN dan tldak terlibat
usaba mengedarkan narkoba. Selanjutnya dalam jangka
menengah, masyarakat menekuni usabanya sebagai
tambaban pendapatan dengan dukungan pemerintab
dan dunla usaba. Kemudian dalam jangka panjang,
masyarakat mampu membangun jejaring kerja dengan
dunla usaba lalnnya
�-
E. Grand Design AlternatifDevelopment (2016-2025)
Sebagai wujud bentuk keseriusan pemerintah dalam
menanggulangi masalah narkotika dari akamya yaitu
Ganja dan Kesejahteraan Sosial, maka disusun sebuah
rencana besar pemberdayaan altematif (grand design
altematif development atau GDAD) tahun 2016-2025
sebagai wujud tanggap darurat narkoba nasional dan
imple-mentasi pembangunan berawasan anti narkoba.

Latar belakang disusunnya grand design ini adalah


semakin tak terkendalinya kultivasi Ganja di Aceh,
dimana tahun 2016 adalah puncak dari ditemukan dan
disitanya ladang Ganja terluas dalam sejarah bangsa
Indonesia berperang melawan Narkotika yaitu 482 Ha.
Selain ini, dari basil survey BNN dan Ul sejak tahun
2004, terbukti Ganja menjadi Narkoba paling dikenal
dan pertama dicoba. Bahkan pada Survey BNN & Ul
(2016) pecandu Ganja di Indonesia sebesar 44,8%.
Oampak produksi Ganja dan penyalahgunaannya
secara multidimensional merugikan bangsa, baik secara
fisik. psikis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan bangsa. Kegagalan mencegah dan mencegat
ganja dari Aceh untuk tidak menyebar ke seluruh
Indonesia menyebabkan produksi dan penyalahgunaan
Ganja marak di mana-mana. Oleh karena itu tujuan
GOAD adalah mengentaskan masalah produksi Ganja di
provinsi Aceh terutama di 3 Kabupaten, yaitu : Aceh
Besar, Gayo LUes dan Bireuen.

Melalui GOAD, BNN, K/L. Pemda, dunia Usaha dan


Komponen bangsa diajak melakukan siner-gitas dalam
pengembangan sosial budaya (membangun karakter
manusia), menegakkan keamanan dan keterti-ban,
Menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup,
meningkatkan ketahanan pangan dan menggagas
terbangunnya agrowisata di provinsi Aceh, khususnya di
3 kabupaten sebagai pilot project tersebut

82 BUKU PETA
"1'------
Penyusunan GOAD ini sebagai tindak lanjut kebija­
kan global, regional dan nasional. Secara global,
kebijakan UNO DC dan keputusan Sidang CND menekan­
kan bahwa masalah tanaman Narkotika menjadi
kebijakan masing-masing negara untuk mengantisipasi­
nya. Kemudian kebijakan regional menekankan bahwa
program AD harus menyasar masalah dari hulu
(alternative development) hingga hilir (community deve­
lopment). Secara nasional, kebijakan GOAD ini sejalan
dengan nawacita yang membangun Indonesia dar
pinggiran, sesuai RPJMN (2015-2019) menciptakan
Indonesia bersih narkoba dengan menghambat laju
angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dan juga
sesuai dengan misi pemerintah Aceh yang membangun
masyarakat sejahtera, mandiri dan berkelanjutan.
Grand Design ini dirancang dalam 10 tahun dan 3
tahapan atau periode, yaitu : periode pertama Trust
Building (2016-2018), Periode kedua lmplementasi
program (2019-2024) dan Periode ketiga Membangun
Agrowisata (2025). Pada tiap-tiap tahun dalam periode
tersebut disusun rencana aksi dari masing-masing K/L,
BNN, Pemda, Dunia usaha dan orsosmas. Dalam rencana
program, kegiatan dan anggaran diserahkan pada APBN
dan akan diusulkan APBNP kepada Presiden RI yang
didahului dengan terbitnya lnpres.
Harapan bangsa dengan grand design AD tersebut.
produksi ganja menurun, jaringan peredaran gelap ganja
terungkap dan terputus, masyarakat terbangun
karaktemya melalui pola hidup sehat. anti kultivasi
Ganja, terampil dan maju dan mandiri serta memiliki
usaha dari hulu (penanaman) hingga hilir (pemasaran),
beragam ketrampilan (pertanian dan non pertanian)
yang membanggakan wilayahnya karena adaanya
komoditas unggulan, seperti di Doi Tung Thailand.

:,' t:"'
!
;�!��:1!!J'��:rv(

NARKOBA DI INDONESIA 83
i... -�-�;'
/ ·,.
�----

84 BUKU PETA
1\j\
....___
_____

BAB VI
PENUTUP

Akhirnya, Penyusunan buku Peta Kawasan Rawan


Narkoba di Indonesia tahun 2016 ini merupakan upaya
menyediakan acuan terkini yang dapat digunakan oleh
Deputi Dayamas, Direktur PSM, Direktur Dayatif, Kabid dan
Kasi Cerdas BNNP dan BNNK Dengan adanya buku ini
diharapkan tugas-tugas bidang Pemberdayaan Masya-rakat
dapat berjalan sesuai rencana.
Acuan yang menjadi penyusunan buku ini adalah
Perka BNN Nomor 16 tahun 2013 tentang Organisasi Tata
Kerja BNN dan Perka BNN Nomor 3 tahun 2014 BNNP
tentang Organisasi Tata Kerja BNNP dan BNNK, yang
mewajibkan bahwa Deputi Dayamas sebagai regulator dart
pelaksanaan bidang dayamas dart pusat hingga daerah.
Intisari dart buku ini adalah terwujudnya proses dan
hasil kerja yang secara bertahap, terukur, efektif dan efisien
di lokasi-lokasi kawasan rawan Narkoba sesuai yang
dipetakan dalam buku ini Melalui monitoring dan evaluasi
hasil kerja dapat diukur capaian kinerja kerja dan kinerja
penyerapan anggarannya
Tujuan akhir dengan mempelajari buku ini akan
memandu lebih mudah implementasi program dan kegiatan
dalam DIPA dan Non DIPA pada kawasan Rawan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap yang benar-benar
membutuhkan sentuhan program dan kegiatan pemerintah.

DI INDONESIA 85
�......___ _____

86 BUKU PETA
'\}\
......__
_____

DAFrAR PUSTAKA

Alfitri. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Andini, Khrisna (ed). 2014. Pengembangan masyarakat
Community Development. Surakarta : UNS Press
BNN. 2017. Grand Design Alternative Development (2016·
2025). jakarta : Deputi Pemberdayaan Masyarakat
BNN
BNN. 2017. Survey Nasional Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba dilingkungan Pelajar dan Mahasiswa Tahun
Anggaran 2016. jakarta : Pusat Penelitian Data dan
Informasl BNN
BNN. 2017. Press Release Akhir Tahun 2016. jakarta : Humas
BNN
BNN. 2016. Survey Nasional Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba dilingkungan Rumah Tangga Tahun
Anggaran 2015. jakarta : Pusat Penelitian Data dan
Informasi BNN
BNN. 2015. Survey Nasional Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2014. jakarta :
Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN
BPS. 2016. Perkembangan Beberapa lndikator Utama-Sosia/­
Ekonomi-/ndonesia-Agustus-2016. jakarta : BPS
BPS. 2016. Statistik Indonesia. jakarta : BPS
Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN. 2013. Cetak Biru
Pemberdayaan Masyarakat. jakarta : RorenBNN
BPS. 2017. Survey Nasional Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba Tahun Anggaran 2014. jakarta : Pusat
Penelitian Data dan Informasi BNN
BPS. 2017. Survey Nasional Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba Tahun Anggaran 2014. jakarta : Pusat
Penelitian Data dan Informasi BNN

DI I NDONESIA 87
�....___ _____

Direktorat Pemberdayaan Alternatif, Deputi Dayamas BNN.


2015. Pemetaan Kawasan Rawan Narkoba. jakarta :
RorenBNN
Hasyim dan remiswal. 2009. Community Development
berbasis ekosistem. jakarta : Diadit Media
Hikmat. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Bandung :Humaniora Utama Press
2008. Community Development : Altematif
Ife dan Tosiriero.
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mardikanto, Totok. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam
PersspektifKebijakan Publik Bandung : Alfabeta
Nawawi, Ismail. 2019. Pembangunan dan Problema
Masyarakat Surabaya : Putra Media Nusantara
Nasdian, Fredian Tonny. 2014. Pengembangan Masyarakat
jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Nugroho D., Riant 2007. Manajemen Pemberdayaan. jakarta
: Elex Media Computindo
Soeharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung : Aditama Theresia,
Aprilia (ed). 2014.Pembangunan berbasis masyarakat
Bandung : Alfabeta
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Mungkinkah
Muncul Antio Teissnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Soleh, Chabib. 2014. Dialektika Pembangunan dengan
Pemberdayaan. Bandung : Fokusmedia
Theresia, Aprilia (ed). 2014.Pembangunan berbasis
masyarakat Bandung : Alfabeta

88
'\!'
....
_ .___ ____

LAMPJRAN Ol
KAWASAN RAWAN NARKOBA DI INDONESIA PER PROVINSI
TAHUN2016

NO PROVINSI Tl11K-Tl11K RAWAN NARKOBA


1. ACEH 1. Sukamakmur, Aceh Besar,
2. Seullmum, Aceh Besar,
3. lndrapuri, Aceh Besar,
4. Kuta Malaka, Aceh Besar,
5. Kreung Sabe, Aceh Jaya,
6. Tangse, Pidie,
7. Laweung, Pidie,
8. Bandar Dua, Bireun,
9. rik� Galb, Blreun,
10. Peudada, Bireun,
11. Jeumpa, Bireun,
12. Peusangan, Bireun,
13. Sawang, Lhokseumawe,
14. Nlsam, Lhokseumawe,
15. Kluet Selatan Aceh Selatan
16. Kluet Utara Aceh Selatan
17. Manggeng, Aceh Barat Daya,
18. Beutong, Nangan Raya,
19. lsag, Unge, Aceh Tengah,
20. Pinding, Gawo Luwes,
21. Rikit Galb, Gawo Luwes,
22. Badar, Aceh Tenggara,
2. 5UMATERA 1. JI.Makmur, Percut Sei Tuan, Medan
UTARA 2. KP Ketlng. Medan Baru, Medan
3. SekMr Asrama Kodam & Diski, Sunggal, Medan
4. Kp Baru Gg.Kasih, Medan Kota, Medan
5. Jl Garu, Patumbak, Medan
6. JI.Pramuka Kp Tengah, Klsaran Barat Klsaran
7. Jl Panglima Polem , Kisaran Barat Klsaran
8. Sidodadl, Klsaran Barat Klsaran
9. Dadimulyo, Klsaran Barat kisaran
10. JI.Bakti Teladan, Klsaran Barat Klsaran
1 1. Danau Tondano, Binjal Timur Binjal
12. Jl imam Bonjol, Binjal Timur Binjal
13. Jl Jamin Glnting. Rambung Timur Blnjal Setatan
Binjal
14. Umau Sindai, Binjai Barat Binjai
r/\!'-
15. JI.MT Haryono Kei.Damai, Binjai Utara Binjai
16. Os.Batu Kal'ilfl& Kabanjahe, Karo
17. Tanjung Pingsir, Pematang Siantar
18. Kp Banjar, PematangSiantar
19. JI.Gunung Sinabung, Pematang Siantar
20. Timbang Galung, Pematang Siantar
21. Jl Tanah Jawa/Puri, Pematang Siantar
22. Panyabungan Timur Mandailing Natal
23. Tambanpn, Mandailing Natal
24. Muara Sipongi, Mandailing Natal
25. Pantai Barat Mandailing Natal
26. Panyabungan Kota, Mandailing Natal
27. Kotanopan, Mandailing Natal
28. Pintupadang, Batang Angkota, Tapanuli Selatan
29. Sayurmatinggi, Sayurmatlngggi, Tapsel
30. Panobasan Lombang, Angkota Barat Tapsel
31. Wek.l dan II Batang Toru, Batang Teru, Tapsel
32. Bagasgodang, 5ipirok, Tapanuli Selatan
33. Tanjung Balai Kota Ill, Tanjung Balai
34. Sejahtera, Tanjung Balai,Tanjung Balai
35. Pulau Simardan, Tanjung Balai, Tanjung Balai
36. Perjuangan, Tanjung Balai, Tanjung Balai
37. Sijambi, Tanjung Balai,Tanjung Balai
38. Lubuk Pakam, Deli Serdang
39. Pantai Labu, Deli Serdang
40. Tanjung Morawa Pekan, Tanjung Morawa, Deli
Serdang
41. Ds.Mekar sari, Deli Tua, Deli Serdang
42. Percut Sei Tuan, Deli Serdang
43. Ds Jentera, Wampu, langkat
44. Os.Perdamaian, Stabat, Langkat
45. Ds.Air Hitam, Gebang, Langkat
46. Teluk Meku, Babalan, Langkat
47. Ds.Paya Pruyuk, Tanjung Pura, Langkat
48. Pasar, Gunung Sitoli, Gunung Sitoli
49. Ds.Mudik, Gunung Sitoli, Gunung Sitoli
50. Pasar Teluk Oalam, Gunung Sitoli, Gunung Sitoli
51. Ds.Amandraya, Nias Selatan Gunung Sitoli
52. Os.Bawomataluwa, Nias Selatan Gunung Sitoli
3. SUMATERA 1. Kota Padang
BARAT 2. Bukittinggi
3. Pasaman Sarat

90 BUKU PETA KAWASAN


"/'-
4. Payakumbuh
5. Allam
4. RIAU 1. Kampung Dalam Pekanbaru
2. JI.Pangeran Hldayat Pekanbaru
3. JI.Nelayan Rumbal
4. Umbungan, RumbaI Peslslr Rumbal
s. Kampung Dalam Dumal
6. Pulau Rupat Bengkalls
7. Bandar Sekljang Palalawan
8. Pangkalan Kerind Palalawan
9. Petalangan Palalawan
10. Pangkalan Kuras Palalawan
11. Ukul Palalawan
12. Kampar Palalawan
13. Merantl Palalawan
14. Ds Lubuk Jambl Kuantan Singing!
15. Ds.Petal, Singlngl, Kuantan Singing!
16. Ds Saka Kuantan Singlngl
17. Kota Lubuk Jambi, Kuantan Mudlk, Kuantan
Singing!
18. Ds Beringln, Kuantan Tengah, Kuantan Singlngi
19. Ds Talontam, Benal, Kuantan Singing!
s. KEPUlAUAN 1. Simpang Dam/Kampung Ateh Batam
RIAU 2. Tanjung Uma Batam
3. Tanjung Sengkuang Batam
4. Melawi/Sameong Batam
5. Belakang Padang Batam
6. Nagoya Batam
7. Nongsa Batam
8. Sel Beduk Batam
9. Meral Kota Karimun
10. Sungal Lakam Tlmur Karimun
11. Sungal Lakam Barat Karimun
12. Teluk Uma Karimun
13. Pasir Panjang Karimun
14. Tanjung Ungat, Tanjung Ungat, Tanjung Plnang
15. Kp Baru, Tanjung Ungat, Tanjung Plnang
16. JI.Brigjen Katamso,Tanjung Ungat, Tanjung Pinang
17. Jl Pramuka, Tanjung Ayun Sakti, Tanjung Plnang
18. Pantal lmplan, KpSari, TanlungPlnang
6. JAMBI 1. Telanal Pura, Jambl
2. Jambl Selatan Jambi

DI INDONESIA 91
�-
3. Jambi TimurJambi
4. Jelutung. Jambl
5. Kola Baru, Jamb!
6. Pasar Jambi, Jambl
7. Pelayangan, Jambl
8. SUngai Penuh, Jamb!
9. SUlak, Jambi
10. Kayu Aro, Jambi
11. Oanau Kerlnd, Jambi
12. JambI Luar Kota, Muaro Jamb!
13. Kumpeh, Muaro Jambi
14. Sekeman, Muaro Jambl
15. SUngai Bahar, MuaroJambl
16. Sungai Gelam, Muaro Jambi
17. Bathln II Babeko, Bungo
18. Bathin II Pelavan& Bungo
19. Bathin Ill Ulu, Bungo
20. Jujuhan, Bungo
21. Pasar Muara Bungo, Bungo
22. Pelepat, Bungo
23. Rantau Pandan, Bungo
24. Tanah Sepenggal, Bungo
25. Tanah Tumbuh, Bungo
26. Rimbo Bujang. Tebo
27. Rimbo llir, Tebo
28. Rimbo Ulu, Tebo
29. Rimbo SUmay, Tebo
30. Tebo llir, Tebo
31. Tebo Tengah, Tebo
32. Tebo Ulu, Tebo
33. VII Koto, Tebo
34. Bathln VIII, Sarolangun
35. Umun, Sarolangun
36. Mandlangln, Sarolangun
37. Pauh, Sarolangun
38. Pelawan, Sarolangun
39. Sarolangun, Sarolangun
40. Slngkut, Sarolangun
7. SUMATERA 1. Gandus, Palembang
SELATAN 2. lllrTlmur Palembang
3. Buklt Kecll, Palembang
4. SeberangUlu 1,2, Palembana

92 BUKU PETA KAWASAN


'\/'------
5. Kalldonl, Palemba111
6. Kemuninc. Palembans
7. Keftapati, Palembans
8. Pla]u, Palembans
9. Sako, Palembang
10. Sematans Baran& Palembans
11. ilir Sarat 1, Palembans
8. KEPULAUAN 1. Gd.Nasional, Tamansarl, Panglcal Plnans
SANGKA 2. Kp Seberan& Tamansari, Pangl<al Plnans
BEUTUNG 3. Kp Opas lndah, Tamansarl, Pangtcal Pinans
4. G8.5ahabat. Tamansarl, Panglcal Pinans
5. Kampu111 Dalam (Masjid Jaml), Tamansarl, Panglcal
Plnans
6. Lontong Pancur, Tamansari, Panglcal Pina111
7. Pasir Putih, Tamansarl, Panglcal Pinans
8. Semabunc. Tamansari, Pangl<al Plnans
9. Ds Nelayan, 5ungailiat. Sanglca
10. Ds.Rebo. SUngalliat. Sanglca
11. Salinyu, Sanglca
12. Ds.Penapn, Mendo Sarat Sanglca
13. Ds. Alr Ruay, Pennali, Sanglca
14. Parit Belituns
15. Ds.Dukons Belituntl
16. Ds.Air Raya Belituntl
17. Karnpong Damai Belitu111
18. Kota Belituns
19. Ds.Air Saga Belitung
20. Ds. Alr Merbau Belitung
9. BENGKULU 1. Ratu Samban, Bengl<ulu
2. Singaran Pati, Bengl<ulu
3. Selebar, Bengl<ulu
4. Ratu Asuns. Bengl<ulu
5. Teluk Segara, Bengl<ulu
6.
Gadf111Cempab ,8engt<ulu
10. LAMPUNG 7. Panjang Utara Lampung
8. SUkaraja,lampu"'
9. Kaliawi, l.ampu"'
10. Gedung Menens Baru,lampu..
11. Sldodadi,Lampung
11. BANTEN 1. Kp Waru Pasar Kemls, Pasar KemisRa]ekMaulc.

2. Kp Pasir Awl Ds.5uka Aslh, Sukadirl,�

DI INDONESIA 93
�-
3. Kec. Sukadiri, Sukadiri, tangeranc
4. Jl Raya RaJea Mel<ar Bakti , Sukadiri, tancerang
5. Kp llalagasari Kec Cikupa, KronjoKemiriKresek &,
tangeranc
6. Kp Lontar Kec Cikupa, Balaraja, tangerang
7. Kawasan Oleg Kec Balaraja, Balaraja,tangerang
8. Havan Teaal Ds Tobat Kec.Balaraja, Balaraja,
tangerang
9. Kp Kawidaran Kec.Balaraja, Balaraja, tangerang
10. Kp Jengkol Kec Balaraja, Balaraja, tangerang
11. Kp Sukamulya Cikupa, CisokaJayantUambe,
tangerang
12. Kp Jeunjing Kec Cisoka, TigaraksaCikupa, tangerang
13. Ds Sempur Sumur Bandung Togaraksa, Panongan,
tangeranc
14. Kp Talaga Sestari Kec Cikupa, tangerang
15. Ds Pesanggrahan Kec Solear Cisoka, tangerang
16. Kp Gembong Ds Sindang Asih Jayantl, tangerang
17. Ds Paslr Jaya Kec Cikupa, tangerang
18. Kp Mekar Bakti Kec Cikupa, tangerang
19. Kp Tanah Merah Kec Sepatan, Teluk NagaKosambi,
tangerang
20. Kp Teaal Anyar Kec.Teluk Naga, SepatanPakuhajl,
tangerang
21. Kp Kalijaga, tangerang
22. Ds Meiayu Kec.Teluk Naga, tangerang
23. Kp Sukabakti Ds.Sukabakti Kec Curug.
CuruglegokKip Dua, tangerang
24. Perum Binong Permai CUrug, tangerang
25. Kp Lengkong Kel.Rancagong Legok, tangerang
26. Kp Babakan Kel iengkong Kec Serpong.
SerpongPondok Aren, tangerang Selatan
27. Kp Ciiedug Perigi Baru Kec Pd Aren,
OsaukPagedangan, tangerang Selatan
28. Kp Pondok Kacang kec Pd.Aren, tangerang Selatan
29. Kp Oater kei.Rawa Mekar Jy. Serpong. tangerang
Selatan
30. Kp Kadu Slrung Kec Pagedangan, tangerang
Selatan
31. Pondok Benda, OputatPamulang. tangerang
Selatan
32. Benda Baru, tangerangSelatan

94 BUKU PETA KAWASAN RAW


l
�-�f.·:���:?>:_.--:..:.,..1'1. -#�i"�y·��-· ��
'"
� �
'\/'-
33. Reni Jaya, tangerang Selatan
34. Pondok cabe, t>ngerang Selatan
35. Kampung Sawah, tangerang Selatan
36. Jombang , t>ngerang Selatan
37. Sewan, Neglasari, t>ngerang Kot>
38. Karang Sari, tangerang Kota
39. Sita Nala, tangerang Kola
40. Sangking, Jati UwungPriuk, t>ngerang Kola
41. Taman Cibodas, t>ngerang Kota
42. Perum Karawad, KarawadCibodas, tangerang Kota
43. Cibodas Kecil, t>ngerang Kota
44. SUkasari, tangerang Kota
45. Cikokol, t>ngerang Kot>
46. Taman Royal, t>ngerang Kota
47. Juru mudi lama I baru, BandanBatuceper,
t>ngerang Kot>
48. Duta Garden, tangerang Kota
49. Poris Gaga, tangerang Kola
50. Kebon Besar, tangerang Kota
51. Karang Anyar, tangerang Kot>
52. Karang Tengah, Karang TengahCiledug, t>ngerang
Kot>
53. Larangan, Larangan, tangerang Kota
54. Cipadu, tangerang Kola
55. Poris Plawad, CipondohPinang, tangerang Kota
56. Komplek Garuda, tangerang Kot>
57. Pinang, tangerang Kot>
58. Cipete, tangerang Kota
12. Dl<l JAKARTA 1. Kp Asem Kel.Semanan Kec Kalideres, Kalideres-
Cengkareng, Jakart> Barat
2. Komp.Penmata Kedaung Kaliangke, Jakart> Barat
3. Kp Boncos, Kota Bambu Selatan Jakart> Barat
4. Jembatan Besi, Tambora, Tambora, Jakarta Barat
5. JI.Gerindo Kel Duri Selatan Jakart> Barat
6. Kp Duri Dalam Kei.Duri Selat>n Jakarta Barat
7. Badila Kel. Tangki, Tamansari, Jakart> Barat
8. Krukut, Jakart> Barat
9. Perparkiran lokasari, Jakarta Barat
10. Jl. Mangga Besar VI, Jakart> Barat
11. Area sekitar carrefour Kembangan Sehn,
Kembangan, Jakart> Barat
12. Jl Raya Patra Kel Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakart>

DI INDONESIA 95
�-
Barat
13. Baladewa, Johar, Jakarta Pusat
14. Tanah Tongi, Jakarta Pusat
15. Kp Rawa, Jakana Pusat
16. Setiakawan, Gambtr, Jakarta Pusat
17. Petojo, Jakarta Pusat
18. Kinkit, Jakarta Pusat
19. Kp Bali - PS Tanah Abang. Tanah Abang. Jakana
Pusat
20. Petamburan, Jakarta Pusat
21. Kartinl, Sawah Sesar, Jakarta Pusat
22. Karanc Anyar, Jakana Pusat
23. Kebon Kosong. Kemayoran, Jakarta Pusat
24. Apanemen/Rusun, Jakana Pusat
25. Cempaka Baru, Jakana Pusat
26. Gunung Sahari Selatan Jakarta Pusat
27. Ulan Panjang. Jakana Pusat
28. Percetakan Negara, Cempaka Putih, Jakana Pusat
29. Rawasari, Jakarta Pusat
30. Kramat, Senen, Jakarta Pusat
31. Kwitang. Jakana Pusat
32. Menteng Tengulun, Menteng. Jakana Pusat
33. Tambak, Jakarta Pusat
34. Kali Pasir, Jakarta Pusat
35. Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara
36. Solo Bone, Jakarta Utara
37. Kebon Pisang, Jakarta Ut3ra
38. Stasiun Kereta Api, Jakarta Utara
39. Volker Warakas, Jakarta Utara
40. Teluk Gong. Penjaringan, Jakarta Utara
41. Kalijodo, Jakana Utara
42. Kapuk Muara, Jakarta Utara
43. Muara Batu, Jakarta Utara
44. Tanah Pasar, Jakarta Utara
45. Pasar Nalo, Pademancan, Jakana Utara
46. Pasar Kepiting, Jakarta Utara
47. 8udi Mulia, Jakarta Utara
48. Mangga Dua Sequer, Jakana Utara
49. Kampung Bandan, Jakarta Utara
50. Gang Macan, Olincing. Jakarta Utara
51. Kalibaru Barat Jakarta Utara
52. Kelapa Dua, Jakarta Utara

96
1\j\ _

....___
____

53. .II. A/B. Koja, Jalca113 Ut3ra


54. Jt. Melati, Jalcal13 Utara
55. t.asoa Terusan, Jalca113 Ut3ra
56. Cpeucan& Jalcal13 Utara
57. Tanah Mer.lh, Jakal13 Utara
58. Kp Belin& Jakal13 Utara
59. Komplek KPI.P, Jaka113 Utara
60. JI.Teratai, Jakal13 Utara
61. Jt.Matahari, Jakal13 Ut3ra
62. Gang Voetnam, Jakal13 Utara
63. Bertand, Matraman, Jaka113 limur
64. Pisangan Baru, Jakal13 limur
65. Jt.Nanas Ulan Kayu Selatan Jaka113 limur
66. Bidara ana. Jatinepra, Jaka113 limur
67. Otista. Jakarta Timur
68. Karnpur11 PWI, Jakal13 limur
69. Taman Voaduk Prum� Jakal13 limur
70. Ps Kramat Jati, Kramat Jati, Jalca113 limur
71. Karnpur11 Tengah, Jakal13 limur
n. lJici ca-., Jakal13 limur
73. Seldtar MaR Cjantun& Pasar Rebo/Cracas. Jakal13
Timur
74. Gor Kalisari JI.Raya Gonssef1& Jalcal13 limur
75. Pertipan Kiwi,Jakal13 rmur
76. Kayu rqs;, Cokung. Jaka113 limur
n. Rawa Kuning. Jaka113limur
78. Sirnl)an8 Tl8il �ngan, Jaka113 limur
79. Pulo � Pennal, Jakal13 limur
80. Jt.Wijaya Kusuma II, Duren Sawit, Jaka113 limur
81. Kebon Si� I Kp Pertanian, Jakal13 limur
82. Tanah 80 Klender, Jakarta Timur
83. Pondok Kelapa, Jaka113 rmur
84. Kel Makassar, Makassar, Jaka113 limur
85. Pinanc Ranti, Jalcal13 limur
86. Kel Kebon Pala, Jakal13 romur
87. Pondok Rargon, Cipayung. Jalcal13 Tlmur
88. l.uban8 Buaya, Jakal13 Tlmur
89. .II Bina Mafp, Jaka113 Timur
90. .II Raya Malaka • Jakal13 limur
91. Rw02 Kel Muncul, Jakal13 rmur
92. Ps.Keboyoran Lama, ...,_.h . an-Keboyoran Lm.
Jakal13 Selatan

DI INDONESIA 97
�-
93. Cidodol, Jakarta Selatan
94. Penln88aran-Bendl, Jakarta Selatan
95. Ulujami, Jakarta Selatan
96. Rei Kereta Api Bintaro (ps Bintaro), Jakarta Selatan
97. Jl Adam Malik - Oledug Raya , Jakarta Selatan
98. Terogong. Cilandak-Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan
99. l.ebak Buruk, Jakarta Selatan
100. 1Carang Tengah, Jakarta Selatan
101. Petogogan, Jakarta Selatan
102. Radio Dalam, Jakarta Selatan
103. 1Cawasan Simprug. Jakarta Selatan
104. Bangka, Mampang Prapatan dan , Jakarta Selatan
105. Bundt, Pancoran, Jakarta Selatan
106.Tegal Parang. Jakarta Selatan
107.Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan
101. Pasar Manggis, Jakarta Selatan
109.Terminal 1,2,3 dan Area cargo, Bandara 5oetta
110. Pelabuhan Muara Baru, Pei.Tg Priok/Kp3, Jaksel
111. Tan)ung Prick, Jakarta Selatan
112. Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Selatan
113. Muara Angke, Jakarta Selatan
13. JAWA BARAT 1. Andir, Bandung.
2. Sukasari, Boger,
3. Mundu, Cirebon,
4. Pelabuhan Ratu, SUkabumi,
.
s. Patokbeusi, Subang.
6. Kei.Pangkalan Jati, Umo, Depok,
7. Kei.Kemiri Muka, Beji, Depok,
8. Kei.Kukusan, Beji, Depok,
9. Kei.Pasar Putih, Sawangan, Depok,
10. Kei.Sawangan, Sawangan, Depok,
11. Kei.Ha�a Mukti, Cimanggls, Depok,
12. Jl. Akses Ui Tugu, CimanggisDepok,
13. Kei.Bojong Baru, Bojonggede, Depok,
14. Kei.Bojong Gede, Bojonggede, Depok,
15. Kel. Pancnran Mas, Pancoran Mas, Oepok,
16. Kei.Pondok Terong. Pancoran Mas, Depok,
17. JI.Raya Cogar Alam, Pancoran Mas, Depok,
18. Kei.Bakti Jaya, SUkmajaya, Depok,
19. Kei.SUkmajaya, SUkmajaya, Depok

98 BUKU PETA KAWASAN


'\!'-
14. JAWA TENGAH 1. Tawang Mas, Semara�
2. Krobokan, Semara�
3. Kalibanteng Kulon, Semara�
4. Bandar Harjo, Semara�
5. Surakarta, Surakarta,
15. DI YOGYA· 1. 0epo1<, Yosvakarta,
KARTA 2. Umbulharjo, Yosvakarta,
3. Gondokusuman, Yosvakarta,
4. MerJanssan. Yosvakarta,
5. Banguntapan, Yosvakarta,
16. JAWA TlMUR 1. Rutan Madaen&Surabaya,
2. Jl Kunti,Surabaya,
3. Bandara Juanda,Surabaya,
4. Semampir,Surabaya,
5. Slmokeno,Surabaya,
6. Jombanpn,Surabaya,
7. Sawahan,Surabaya,
8. Krembanpn,Surabaya,
9. Lapas Porong,Sidoarjo,
10. Waru,Sidoarjo,
11. Gedanpn,Sidoarjo,
12. candi,Sidoarjo,
13. Tansgulangin,Sidoarjo,
14. Sukodono,Sidoarjo,
15. Krian,Sidoarjo,
16. Kota Sumenep,Sumenep,
17. Arjasa,Sumenep,
18. Kalianget,Sumenep,
19. Manding,Sumenep,
20. Dungkok,Sumenep,
21. Masalembu,Sumenep,
22. Rabesan,Bangkalan,
23. Socah,Bangkalan,
24. Jedlh,Bangkalan,
25. Parseh,Bangkalan,
26. 5akabanah,5ampa�
27. Os.Sentro,Gresik.
28. Os.Sidowungu,Gresik.
29. Orlyorejo,Gresik.
30. JI.Pahlawan Kel.lumpur,Gresik,
31. JI.Pahlawan Tlccobendo,Gresik,
32. Kepan]en,Mala�

DI INDONESIA 99
�-
33. Dampit,Malan&
34. Somber Manjlng Wetan,Malan&
35. Gondanglegi,Malan&
36. Singosari,Malan&
37. Tanjung Rejo, Sukun,Malan&
38. Kotalama, Kedungkandang(Muharto),Malan&
39. Gadan& SUkun,Malan&
40. Paleon, Blimbin&Malan&
41. Tiocomas, Lowokwaru,Malan&
42. Pandanrejo-Kuliner Kalilanang,Batu,
43. Kawasan Wisata Songgorlti-Songgokerto,Batu,
44. Kawasan Wisata Paralayang.Batu,
45. Kawasan Makam Cina, Ngaglik,Batu,
46. Kawasan Hutan,Batu,
47. kedundung, Magersari,Mojokerto,
46. Mentikan, Prajurit Kulon,Mojokerto,
49. Balongsarl, Magersari,Mojokerto,
so. Gunung Gedangan, Magersari,Mojokerto,
51. Kranggan,Mojokerto,
52. Semampir,Kediri,
53. Gor Joyoboyo,Kedirl,
54. Bangsai,Kediri,
55. Bantaran Sungai Brantas,Kediri,
56. Kei.Pesantren,Kediri,
57. Pare,Kediri,
58. Ngadiluwih,Kediri,
59. Gurah,Kediri,
60. Kepun&Kediri,
61. Badas,Kedirl,
62. Os.Banaran Kulon,Nganjuk,
63. Kedondon&Nganjuk,
64. Banaran Gg.Podak Kertosono,Nganjuk,
65. Ds.Pelem Kertosono,Nganjuk,
66. Guyangan,Nganjuk,
67. Kedungwaru,Tulungagun&
66. Boyolangu,Tulungagun&
69. Ngunut,Tulungagun&
70. Tulungagun&Tulungagun&
71. Somber Gempol,Tulungagun&
72. Klakah,Lumajan&
73. Kotalama, Kedungkandang(Muharto),Lumajan&
74. Ds.Karanggandu, Watullmo,Trenggalek,

100
!\/'
....___
_____

75. Ds.Tasikmadu, Watu�mo.Trengalek,


76. Ds.Prigi WatuNmo,r,..._lek,
n. Ds.Malasan Durenan,T,..._Iek,
78. Ds.Sumbergedons.Tr
.,._lek,
17. BAU 1. Ds.Sangsit. Sawan, Bulelens
2. Ds.Kutuh, Kuta Selatan, Badung
3. Kedonsanan,Baduns
18. NTBARAT 1. Ungk Karang Bagu, cakranegara, Mataram
2. Ampenan, Mataram
3. Mataram, Mataram
4. Jembatan Kembar, Lembart.ombok Barat
5. Senggigi, Lombok Barat
6. Bt Layar & Pusuk, Batulayar, Lombok Barat
7. Kuripan, Lombok Barat
8. Bengkel, Labuapi, Lombok Barat
9. Ds DasantapenGerung, Lombok Barat
10. Narmada, Lombok Barat
11. Sekotons. Lombok Barat
12. Masbagik, Lombok nmur
13. Pancor, Kelayu, Selor, Lombok nmur
14. Gili lndah 3, Pemenang, Lombok Utara
15. Tanjung, Lombok Utara
16. Ds.Senary, Bayan, l..ombok Utara
17. Ds Lajut, Praya Tengah, Lombok Utara
18. Ds Beleka, Bilelando, Mujur, Praya nmur, l..ombok
Utara
19. Praya Barat, Lombok Utara
20. Bondir, Praya Barat Daya, Lombok Utara
21. Prapen, Renteng. Praya, Lombok Utara
22. Bonjeruk, Jonggat, Lombok Utara
23. Bagu, Pringgarata, Lombok Utara
24. Aik Berik, Batukliang Utara, Lombok Utara
25. Aik Darek, Batukliang Lombok Utara
26. Dalam,Sampir, Manala,Telaga Bertong, Taliwang,
Sumbawa Barat
27. Ds Juranalas, Kalimango, Baru, Alas, SUmbawa
28. Ds Sepakat, Jompong. Marpe, Plampang.
Sumbawa
29. Ds Empang Bawah, Atas, Lamenta, Empang.
Sumbawa
30. Buer, Sumbawa
31. Lopok, Sumbawa

DI INDONESIA 101
� .....____
_____

32. Os Potu, Karijawa, Dompu, Oompu


33. Os Tente, Woha, Dompu
34. OS Naru, Sape, Dompu
35. Cengu, Belo, Dompu
36. Bolo, Dompu
37. Ds.Paruga, Nae, Tanjung, Pane, Rasanae Barat,
Bima
38. Raba Ngodu, Raba, Bima
19. NTTlMUR 1. Mota'ain
2. Pei.Winni
3. Kupang
4. Labuan Bajo
5. Waingapu
20. KAUMANTAN 1. Kp Oalam Bugis/Beting.Pontianak Timur
BARAT 2. Ds Rasau Jaya,Kubu Raya
3. Entikong, Sanggau
4. Sekayan, Sanggau
5. Kapuas, Sanggau
6. Paridu, Sanggau
7. Jl. Mt Haryono, Sintang, Sanggau
8. JI.Bintara Kapuas Kiri Hilir,Sanggau
9. Komp Merano,Sanggau
10. JI.Sintang Pontianak Km7,Sanggau
21. KAUMANTAN 1. Jl Kalimantan, Palangkaraya
TENGAH 2. Komp Puntun, Palangkaraya
3. Jl Dr Mu�ani, Palangkaraya
4. Kereng Bangkirai,Palangkaraya
5. JI.Rajawali,Palangkaraya
6. Kumai, Kota Waringin Barat
7. Kp Baru,Kota Waringin Barat
8. Ds Pasir Panjang,Kota Waringin Barat
22. KAUMANTAN 1. GgJemaah Kel Pekauman, Banjarmasin
SELATAN 2. Gg.Sejiran/Gg.Habib, Banjarmasin Tengah,
Banjarmasin
3. Kp.Arab, Banjarmasin
4. Antasan Kel. Ps Lama, Banjarmasin
5. Kelayan Selatan, Banjarmasin
6. Alalak Tengah/Selatan, Banjarmasin
7. SUngai lulut, Banjarmasin
8. Tefuk Tiram, Banjarmasin
9. Sungai Tlung, Banjarbaru, Banjarbaru
10. Lok Tabat Utara, Banjarbaru

1 02 BUKU PETA KAWASAN


'\/'-
11. Sur11ii llesar, Banjartlanl
12. Landasan U., Tmur, Banjartlanl
U. Landasan U.. � Banjartlanl
14. Alalal<, Batola
15. Anjir Pasar/Muala, Batola
16. Tabunpnen, Batola
17. Tamban, Batola
18. Mob<Sari, Batola
-....
19. -..-..
20. a.tu Mandl, Ba..._
21. Larnpllon& -....
22. Halon& --
23. Ds.S<qai Matanc. Amuntai, Amuntal
24. Pulau Laut Utara,Amuntal
25. Ds.MandJancln.Amuntal
26. Karamat.Amuntai
27. Bataba1 Barat& Timur,Amuntal
28. Pajukunpn,Amuntai
29. Banua Jingah,Arnuntal
30. ICayu Rabah,Amuntal
31. Gulla, Las, Amuntal
32. �-Haruyan,Amuntal
33. lluns Pasar Lama.Amuntal
34. Sur1lil Buluh,Amuntal
35. Kandanpn, Amuntal
36. Daho Selatan, Amuntal
23. KALIMANTAN 1. ICp 5ur1IOi Dama Jl.Oiisto,5amarincloh
llMUR 2. JI.Pesut Gs. 1,11, & Ni,5amarindah
3. Lambu.. Ma....rat Gs. Masjid,5amarindah
4. Kp.Baru, Pelabuhan ltd, Balilcpapon
5. Selili,5amarinda llir
6. Setumit Pantai,Tarabn
7. Lin8kas Ujuns.Tarabn
8. Gununs Daen&Tarabn
9. Setumlt Pantai,Tarakan
10. Juata Laut.Tarabn
24. SULAWESI 1. Tumlntin& Manado
UTARA 2. Wonasa, Manado
3. Sunsldl. Manado
4. w..,.... Manado
5. Malalayarc. Manado

103
�-
2S. GORONTALO 1. Gorontalo, Gorontalo
2. Pohuwatu
3. Bone Bolango
4. Dumbo Raya, Bone Bolango
s. Biawu, Blawao,Umba,Tapa,Leato, Bone Bolango
26. SULAWESI 1. Tavanjuka, Tatanga, Bone Bolango
TENGAH 2. Anoa, Palu Selatan, Bone Bolango
3. Kayumalue Ngapa/Pajeko, Palu Utara, Bone
Bolango
4. Ngapa, Kayu Malue Ngapa, Palu
s. Tatura, Tatura, Palu
6. Tatanga,Palu
7. Pantoloan,Palu
8. Balya,Palu
27. SULAWESI 1. Mamuju Kota
BARAT 2. Polman
3. Majene
4. Mamasa
s. Mamuju utara
6. Mamuju Tengah
28. SULAWESI 1. Wollo, Baubau
TENGGARA 2. Kp.Salo,Kendari
3. Raha, Laende, Butung-Butung, Katobu, Muna
4. Ladongi, Kolaka
s. lorong Mekar, Kota Kendari
29. SULAWESI 1. Saplriya, Makassar
SELATAN 2. Pampang, Makassar
3. Kerung·Kerung, Makassar
4. Dangko, Makassar
s. Kandea, Makassar
6. Sibulue, Bone
7. Laccokkong, Tanete Rlattang, Bone
8. Pompanua,Timurung.Amall, Ajangale, Bone
9. Lappariaja, Bone
10. Ubureng,Bone
30. MALUKU 20. Dufa-Dufa, Temate
UTARA 21. Soa, Ternate
22. Salahudin, Temate
23. Kp Makassar llmur, Temate
24. BastlongKarance, Temate
31. MALUKU 1. Desa Tulehu, Salahutu,Maluku Tengah
2. Desa Galata, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon

104 BUKU PETA KAWASAN RAWAN


'\1'-
3. kompleks Pasar Binaiya Kota Masohi.
4. Kelurahan Letwaru Kecamatan Kota Masohi.
32. PAPUA 1. Manokwari
2. Sorong
3. Kota Sorong
4. Raja Ampat
5. Teluk Bintuni
33. PAPUA BARAT 1. Kampung Vtetnam Argapura, Jayapura
2. Hamadi, Jayapura
3. Dok 1x. Jayapura
4. Dok Viii, Jayapura
5. Abeoura, Javaoura

105
� .....___
____

I..AII'IRAN 01
DATA RUTAN & L»AS & TAHANAN & WBP KASUS NARKOTI<A JAN 2017

NO PROVINSI RTN&LPS BAIIlAR PECAHOU JUML.AH


1. Aceh 44 1 1 50 810 1,960
2. Sunatera lJ1ara 64 8596 4372 12,968
3. Sunatera Barat 55 784 608 1,392
4. Riau 30 3019 622 3,641
5. KeWauan Riau 22 1464 574 2,038
6. Jambi 25 1 146 452 1,598
7. Sumatera Selatan 30 3005 1133 4,138
8. Bai1Qka Beli1ui1Q 36 632 110 742
9. Bengkulu 27 427 91 518
10. l.ampung 47 364 475 839
11. Banten 28 1693 2320 4,013
12. Dki Jakarta 53 6444 2731 9,175
13. Jawa Barat 91 6836 1387 8,223
14. JawaTengah 83 1940 879 2,819
15. 0.1. Yogyakarta 23 169 140 309
16. Jawa Timur 65 1162 3177 4,339
17. Bali 24 497 256 753
18. NT8 20 94 45 139
19. NTI 25 2 10 12
20. Kalimantan Barat 31 477 732 1 ,209
21. Kalimantan TenQah 32 541 339 3,759
22. Kalimantan Selatan 20 2692 1067 880
23. Kalimantan Timur 34 3178 1129 4,307
24. Sulawesi Utara 2 10 28 38
25. Gorontalo 14
26. Sulawesi Barat 13 784 608 1,392
27. Sulawesi TenQah 20 15 123 1 38
28. Sulawesi Tenggara 32 305 137 442
29. Sulawesi Selatan 43 1780 1766 3,546
30. Maluku 21 37 92 129
31. Maluku Utara 26 65 4 69
32. Papua 15 11 10 21
33. Paoua Barat 13 0 3 3

106 BUKU PETA KAWASAN


Laporkan Setiap Aksi Kejahatan Narkoba
dan Negara Menjamin Rasa Amon & Peli ndungon

BAOAN NARKOTIKA NASIONAL

REPUBLIK IN DONESIA

Jl. MT. Haryono No.11 C.awang,


Jakarta Tlmur, 13360 - Indonesia
Tetp. (021) 80887419Fax. (021) 80887412
Call Center
(021) 80880011
SMS Center
081 221 675 675
web. www.bnn.go.id
lnfo@bnn.go.td

Anda mungkin juga menyukai