Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an. Sebagai umat Islam kita harus
menggunaknnya sebagai acuan
dalam menjalani hidup.Hadits merupakan sesuatu yang disandarkan kepada nabi, untuk itu kita harus
meneladaninya seperti halnya Al-Qur’an.
Secara struktur hadits terdiri atas tiga komponen utama yakni sanad,matan dan rawi.
A.Sanad Hadits
Sanad menurut bahasa adalah al-mu’tamad artinya “sandaran” atau sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan dan pedoman. Dikatakan demikian, karena hadits bersandar kepadanya.
(mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada matan hadits)
(mata rantai para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama)
B.Matan Hadits
Matan menurut lughat, ialah: tengah jalan, punggung bumi atau bumi yang keras dan tinggi.
Sebagai contoh:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta
untuk dirinya sendiri”.
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam memahami hadits ialah:
1.Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan.
2.Matan Hadits itu sendiri dalam hubunganya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada
yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur’an (apakah ada yang
bertolak belakang).
C.Rawi Hadits
Kata Al-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberitahukan hadits. Sebenarnya antara sanad
dan rawi merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.
Sanad-sanad hadits pada setiap generasi atau thabaqah juga terdiri dari para rawi. Mereka adalah
orang-orang yang menerima dan memindahkan hadits dari
seorang guru kepada murid-muridnya atau kepada teman-temannya. Kemudian bagi perawi yang
terakhir yang menghimpun hadits ke dalam satu kitab tadwin disebut dengan perawi atau
disebut juga dengan mukharrij demikian juga mereka disebut dengan mudawwin, karena ia
menerangkan para perawi dalam sanad dan derajat hadits tersebut dalam bukunya.
Ada dua hal yang harus diteliti pada diri periwayat hadits untuk dapat diketahui apakah riwayat yang
dikemukakannya dapat diterima sebagai sebuah hadits yang dapat dijadikan hujjah atau ditolak, yaitu:
1.Adil, keadilan memiliki empat kriteria atau empat unsur yakni beragama Islam, mukalaf, melaksanakan
ketentuan agama dan menjaga muru’ah.
2.Dhabith, yaitu kuat hafalannya atau mempunyai catatan pribadi yang dapat dipertnggungjawabkan.