Anda di halaman 1dari 6

PAPER

TUGAS KBF II
ROLEPLAY GANGGUAN POLA TIDUR PADA REMAJA: TERAPI RELIGIUS AL-
QUR’AN (ISLAM)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KBF II

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Miftahul Hidayah (22020115120046)
2. Triningsih Nawang S. (22020115120016)
3. Istiqhat Sah Nur F. (22020115130083)
4. Yusak Gawe (22020115100113)
Kelas A15.2

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

1
GANGGUAN POLA TIDUR

Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan kesadaran yang
bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya
fluktuasi yang dinamik pada parameter susunan syaraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan
metabolic.
Fase tidur terbagi menjadi dua macam yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid
eye movement (NREM). Berdasarkan studi pola gelombang otak NREM terbagi menjadi
beberapa tingkat dimulai dari keadaan mengantuk sampai tidur nyenyak. Tingkat awal (tingkat I
dan II) adalah mudah terbangun dan bahkan tidak menyadari bila sedang tertidur. Tingkat
lanjutan (tingkat III dan IV) ialah sangat sulit dibangunkan, dan apabila dibangunkan akan
disorientasi dan bingung.

Salah satu penyembuhan untuk penyakit insomnia adalah dengan teknik relaksasi. Teknik
relaksasi sudah dikenal lama dan banyak digunakan dalam berbagai terapi baik terapi
permasalahan fisik maupun psikologis. Ada beberapa jenis relaksasi yang sudah dikenal antara
lain relaksasi progresif, relaksasi diferensial dan relaksasi via letting go. Pada penelitian ini akan
dikembangkan relaksasi religius dimana relaksasi ini merupakan pengembangan dari respon
relaksasi yang dikembangkan oleh Herbert Benson. relaksasi religius ini merupakan gabungan
antara model relaksasi dengan keyakinan yang dianut. Respon relaksasi yang melibatkan
keyakinan yang dianut menurut Benson (2000) akan mempercepat terjadinya keadaan relaks,
dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipat
gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi. Sehingga diharapkan dengan semakin
cepat mencapai kondisi relaks maka seseorang akan lebih cepat untuk memasuki kondisi tidur\
yang berarti akan dapat mengatasi gangguan insomnia yang dialami.

2
KASUS

Seorang remaja berumur 18 tahun bernama Isti dirawat di ruang 3C. Pasien beragama Islam dan
masih sekolah. Pasien sudah dirawat selama 3 hari. Pasien Isti mengeluh kurang nyaman dengan
lingkungan di rumah sakit dan pasien kesulitan tidur pada malam hari, Dia tiba-tiba terbangun
pada malam hari dan sulit tidur kembali ketika sudah terbangun sehingga menyebabkan Isti
terjaga semalaman suntuk. Perawat mendapatkan hasil pengkajian bahwa TD 90/70 mmHg,
terdapat lingkaran hitam dibawah mata pasien dan ketika pagi hari pasien nampak pucat dan
tidak bergairah. Perawat juga sering melihat pasien mengantuk ketika pagi hari. Setelah
dilakukan pemeriksaan medis ternyata pasien menderita insomnia.

ROLEPLAY

Gangguan pola tidur pada remaja: Terapi religius (Al-Qur-an = untuk beragama Islam)

Istiqhatsah Nur : Pasien

Tri Ningsih Nawang Sasi : Perawat

Miftahul Hidayah : Keluarga Pasien

Yusak Gawe : Dokter

Siang itu, pasien bernama Istiqhatsah yang dirawat di ruang 3C kembali mengeluh tidak
dapat beristirahat karena dirinya mengalami insomnia yang cukup berat. Insomnia yang dialami
oleh pasien terhitung parah karena selama 3 hari dirawat, pasien pasti mengalami insomnia.

Pagi hari perawat Nawang mengkaji pasien.

Perawat : Selamat pagi nyonya, apakah benar ini dengan Ny. Isti?

Pasien : Iya ners, saya Isti.

Perawat : Bagaimana kondisinya saat ini ya mba?

Pasien : Ya beginilah ners, dari kemarin saya tidak bisa tidur karena insomnia.

Keluarga : Iya ners, saya saja yang menemani Isti sampai lelah karena dia sama sekali tidak
bisa beristirahat. Kira-kira bagaimana baiknya ya ners?

3
Perawat : Oow, jadi mba mengalami insomnia yang cukup parah dan mengganggu
kenyamanan ya mba. Sebentar ya mba saya cek dulu tekanan darahnya.

(Perawat mengukur tekanan darah pasien)

Keluarga : Bagaimana kondisi adik saya ners?

Perawat : Tekanan darahnya 90/70 mmHg, itu disebabkan kondisi adik mba yang
mengalami insomnia. Nanti sekitar pukul 09.00 dr. Yusak akan memeriksa mba
Isti, dan mba bisa konsultasi lebih lanjut dengan beliau. Sekarang saya balik
dulu ke ruang perawat ya mba.

Keluarga : Oh baik ners, terima kasih.

Perawat kembali ke ruang perawat dan melakukan pendokumentasian.

Pukul 09.00, dr. Yusak masuk ruangan bersama dengan perawat dan memeriksa Ny. Isti.

Dokter : Permisi, dengan mba Isti yah. Saya dr. Yusak akan memeriksa anda.

Pasien : Iya dok.

Dokter : Oh ya ners, sebelumnya berapa ya tekanan darahnya? Ini kok rendah sekali ya
mba?

Perawat : Tadi pagi 90/70 dok, soalnya mba Isti ini mengalami insomnia karena kondisi
yang terlalu bising dok.

Dokter : Oh begitu ya mba. Jadi begini saja, lebih baik mba kami pindahkan ruangannya
agar dapat beristirahat dengan nyaman. Namun, untuk biayanya silahkan tanyakan
kepada bagian administrasi. Bagaimana mba?

Keluarga : Mahal ya dok, kalau untuk saat ini mungkn di ruang ini saja. Soalnya kita tidak
punya cukup biaya kalau misalkan biayanya bertambah.

Perawat : Baik kalau begitu mba, kalau memang tidak mau pindah. Nanti bisa saya coba
kepada mba Isti dengan terapi Al-Quran, semoga bisa membantu pasien untuk
beristirahat. Bagaimana mba?

Keluarga : Baik mba kalau begitu.

Dokter : Baik kalau seperti itu, saya permisi dulu mba.

Perawat dan dokter kembali ke ruangannya masing-masing.

Pukul 22.00, perawat menjenguk kembali Ny Isti untuk memastikan apakah ia bisa
beristirahat atau tidak. Dan ternyata Ny Isti masih tetap mengalami insomnia. Akhirnya perawat

4
melakukan terapi Al-Quran untuk menenangkan dan membuat pasien beristirahat sesuai dengan
persetujuan keluarga.

Perawat : Bagaimana mba, masih tetap belum bisa tidur?

Pasien : Iya ners, masih tetap seperti sebelumnya.

Perawat : Bagaimana jika mba diberikan terapi Al-Quran, supaya membuat mba lebih
tenang?

Keluarga : Ya sudah ners, lakukan saja yang terbaik untuk adik saya.

Perawat : Baik mba, sebentar saya siapkan peralatannya dulu ya mba.

Perawat mempersiapkan alat untuk memutarkan ayat Al-Quran melalui media.

Perawat : Baik mba, bisa minta tolong nanti didengarkan kepada adik mba , sembari
membuat adik mba rileks.

30 menit kemudian. Perawat kembali ke ruang rawat.

Perawat : Bagaimana mba, apakah adiknya sudah bisa tidur?

Keluarga : Alhamdulillah ners, Isti sudah tertidur. Terima kasih banyak ners.

Perawat : Syukurlah mba, kalau begitu untuk yang berikutnya ini juga bisa dilakukan
secara rutin ke adik mba.

Keluarga : Baik ners.

Perawat : Saya permisi ya mba. Kalau pasien maupun mba membutuhkan saya, saya ada di
ruang ners station.

Keluarga : Iya ners. Sekali lagi terima kasih.

Akhirnya Ny Isti dapat berIstirahat dengan nyaman setelah dilakukannya terapi Al-Quran
tersebut. Dan pihak keluarga juga dapat dengan tenang mendampinginya.

Kesimpulan

Dalam kasus ini dijelaskan bahwa penanganan pada kasus insomnia dapat dilakukan dengan non
farmakologi, jadi tidak harus melulu menggunakan obat. Salah satu dari intervensi
nonfarmakologi adalah menggunakan terapi religius ini, dimana merupakan terapi gabungan
antara model relaksasi dengan keyakinan yang dianut.

5
Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29430/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal


20 April 2016 pukul 19.00

jurnal kes vol 1 no 2 g141-147. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER
146 2008. Diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai