Anda di halaman 1dari 7

Tugas Sistem Manajemen Mutu

“Business Process Reengineering (BPR)”

Disusun Oleh:

Diyah Ayu Permatasari 1931410001/2A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2020
A. Definisi Business Process Reengineering (BPR)
Business Process Reengineering adalah pemikiran dan perancangan ulang suatu proses
bisnis secara mendasar (fundamental) dan secara radikal untuk mendapatkan perbaikan secara
dramatis. Dengan mengukur kinerja saat ini yang menyangkut waktu, biaya, kualitas, dan
penghargaan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan untuk mencapai perbaikan-
perbaikan dalam kinerja dengan cara mendesain ulang proses-proses dimana organisasi
beroperasi untuk memaksimumkan nilai tambahnya dan meminimumkan proses tak bernilai
tambah. Pendekatan ini dapat diterapkan pada level proses individual maupun organisasi secara
keseluruhan.

B. Prinsip Business Process Reengineering (BPR)


Prinsip BPR secara ekstrim dapat dikatakan bahwa BPR menganggap dan
mengandaikan bahwa proses yang digunakan sekarang sudah tidak relevan lagi, tidak
layak lagi, sudah kadaluwarsa, jadi harus dilupakan dan ditinggalkan saja. Mulai sama
sekali dari permulaan. Sikap semacam ini memungkinkan para designer proses bisnis
untuk tidak terikat lagi pada proses yang lama, namun dapat terfokus pada proses yang
sama sekali baru. Pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu dijawab dalam model
pendekatan ini antara lain adalah :
 Bagaimana seharusnya proses dilakukan ?
 Apa yang dikehenaki para customer atau pelanggan?
 Apa yang dikehendaki dan dirasakan para karyawan ?
 Bagaimana perusahaan yang terunggul melakukannya
 Apa yang mungkin dapat dilakukan dengan penemuan teknologi baru ?

Model pendekatan semacam ini dapat digambarkan seperti pada denah berikut :

C. Alasan Dilakukannya Business Process Reengineering (BPR)


Indikator yang bersifat strategis yang perlu dikemukakan untuk mengetahui apakah
diperlukan reengineering atau tidak antara lain:
1. Kenyataan dan keyakinan bahwa kompetitor akan mendapatkan keuntungan dalam biaya,
kecepatan, fleksibilitas, mutu atau layanan,
2. Adanya visi atau strategi baru,
3. Perlunya menganalisis pilihan-pilihan strategi baru,
4. Proses inti perusahaan masih menggunakan teknologi, cara, atau pendekatan lama, dan
5. Terjadi perubahan-perubahan besar dipasar, yang meliputi antara lain:
a. kemunduran yang cukup berarti dalam pangsa pasar (market Share),
b. Berkembangnya basis baru dalam berkompetisi atau munculnya kompetitor-kompetitor
baru,
c. Timbulnya peraturan-peraturan baru yang penting,
d. Life cycle produk makin pendek umurnya, dan
e. Teknologi baru mulai berperan.
Reengineering tidak selamanya harus dilakukan, hal ini berlaku untuk perusahaan yang
sudah langsung menggunakan cara-cara, pendekatan, dan teknologi mutakhir, atau yang baru
saja melakukan perubahan besar-besaran.
D. Tujuan Utama Business Process Reengineering (BPR)
Tujuan utama pelaksanaan reengineering adalah untuk :
1. Peningkatan produktivitas
Rekayasa ulang dapat meningkatkan produktivitas dengan menciptakan proses-proses
yang inovatif.
2. Pengoptimalan nilai bagi pemegang saham
Rekayasa ulang dapat mengoptimalkan nilai bagi para pemegang saham dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang inovatif.
3. Pencapaian hasil yang luar biasa
Rekayasa ulang dapat diarahkan untuk setidak-tidaknya mencapai peningkatan luar
biasa, misalnya sebesar 50%. Menurut hasil penelitian Bennis dan Mische dalam Indrajit,
at.al (2002, hal 30), pada umumnya pelaksanaan rekayasa ulang menghasilkan hal-hal
berikut :
a. Peningkatan produktivitas sebesar antara 25 sampai 100 persen,
b. Penurunan biaya untuk persediaan sebesar antara 40 sampai 50 persen,
c. Peningkatan waktu siklus produk sebesar 50 sampai 300 persen, dan
d. Penurunan biaya tak langsung sebesar antara 25 sampai 50 persen.
4. Pengkonsolidasian berbagai fungsi
Rekayasa ulang berusaha menciptakan suatu organisasi yang lebih ramping, lebih datar,
dan lebih mudah bergerak.
5. Pengurangan kegiatan yang tidak perlu
Reengineering secara konsisten hendaknya mampu mendeteksi, menentukan, dan
melaksanakan pengurangan terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap sulit dikembangkan,
atau meningkatkan kinerja suatu kegiatan yang masih memiliki potensi untuk
dikembangkan.
E. Unsur Business Process Reengineering (BPR)
a. Visi yang berani
b. Rancangan yang sistematik
c. Maksud dan mandat yang jelas
d. Suatu metodologi yang spesifik
e. Kepemimpinan yang efektif.

F. Tahap Business Process Reengineering (BPR)


Langkah-langkah didalam melakukan reengineering dapat dijelaskan berikut ini:

1. Memposisikan diri untuk perubahan (position for Change)


a. Posisikan perusahaan dan tentukan mengapa harus berubah.
b. Berubah untuk menjadi apa atau seperti apa.
c. Kembangkan fokus perubahan dan mobilisasikan sumber daya untuk implementasi.
d. Implementasi mulai sekarang.
2. Melakukan diagnosis mengenai proses sekarang (Diagnose the Exiting precess)
a. Ketahui proses sekarang itu bagaimana dan seperti apa, dan mengapa sistem
sekarang didesain seperti itu.
b. Pengertian ini apabila dikaitkan dengan kemauan pelanggan akan membentuk
landasan bagi pemikiran baru secara mendasar mengenai proses.
3. Mendesain kembali proses (Redesign the process)
a. Bayangkan dan pikirkan cara baru untuk mengorganisasikan dan melaksanakan
proses atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan pelanggan.
b. Cari masukan dari para pejabat dan kelompok kunci sehingga terbentuk visi yang
mendorong perbaikan dalam proses.
4. Transisi menuju desain baru (Transition to the new design)
a. Kembangkan strategi dan perencanaan bisnis untuk mengubah menuju pada visi
yang sudah ditentukan.
b. Tes proses baru tersebut disamping untuk menunjukkan kinerjanya juga untuk
memperlihatkan bahwa ada konsep baru dan sekaligus menimbulkan antusiasme.
c. Kelola perubahan-perubahan yang terjadi pada semua tingkat.

langkah-langkah Reenginering

G. Penerapan Business Process Reengineering (BPR) secara nyata


1. Ford Motor Company.
 Reengineering dilakukan dengan cara memperbaiki proses
penanganan invoice sehingga proses tersebut dapat dikerjakan oleh
karyawan yang berjumlah 75% lebih kecil dari semula.
 finansial yang diperoleh lebih akurat.

2. IBM Credit Corporation.


 Proses pengeluaran kredit yang semula membutuhkan waktu 2
minggu, dengan reengineering dapata diperbaiki menjadi hanya
memakan waktu 4 jam.
 Produktivitas meningkat 100 kali lipat.

3. Taco Bell.
 Adalah Mexican-American restaurant chain, anak perusahaan
PepsiCo yang mengalami kesulitan pada tahun 1983.
 Mereka melakukan reengineering dengan cara melakukan
konfigurasi kembali restoran-restorannya.
 Peak capacitynya untuk top unit telah naik dari $ 400 per jam
menjadi $ 1.500 per jam.
 Harga dapat dikurangi sehingga sekarang harga rata-rata lebih
murah 25% persen dari harga 10 tahun yang lalu.

4. Hallmark Card Inc.


 Sekitar tahun 1989 melakukan reengineering pada hampir semua
aspek operasinya dengan tujuan utama mengurangi lead time sejak
terdeteksi suatu permintaan pasar sampai tersedianya kartu
dimaksud dalam rak-rak para pengecer.
 Mereka melakukan reengineering bukan karena menghadapi
bahaya persaingan yang akan mematikan, tetapi akibat dari suatu
pandangan jauh kedepan justru untuk menghilangkan bahaya
tersebut.
 Bagi Hallmark, engineering bukan sekedar suatu proyek tetapi
sudah merupakan suatu way of life.
5. Garuda Indonesia.
 Karena melakukan program restrukturisasi/ reengineering, Garuda
Indonesia memperoleh laba operasi Rp 486 milyar selama
Semester-I/1999.
 Selama Semester –I/1998 masih mengalami kerugian Rp 1,4 triliun
dan Semester-II/1998 mengalami kerugian Rp 1,1 triliun.
 Load factor (tingkat kepenuhan) naik dari 61,6% selama Semester-
II/1998 menjadi 68,6% pada Semester-I/1999.

Namun dapat dikatakan pula bahwa hanya sedikit (kurang lebih 20%)
reengineering ini dapat berhasil untuk perusahaan yang masih baru dan lemah.
Reengineering mempunyai kesempatan yang besar untuk berhasil apabila
dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan dan menciptakan daya saing baru
dan bukan terutama untuk menekan biaya dan menurunkan jumlah tenaga kerja.
Apabila yang terakhir ini menjadi tujuan dan faktor utama penyebab
reengineering, akan sulit mendapatkan dukungan dari para karyawan
sedangkan dukungan ini sangat penting dan sangat diperlukan

Anda mungkin juga menyukai