Oleh:
2019
I. Pendahuluan
Dengan perkembangan zaman memaksa perusahaan untuk melakukan
perbaikan proses bisnis secara cepat. Yang menyebabkan hal ini adalah kemajuan
teknologi yang begitu cepat dan persaingan global yang semakin ketat. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak perusahaan yang bermunculan di pasar dan terjun
dalam persaingan bebas yang menghasilkan persaingan yang semakin ketat
tersebut. Pada masa sekarang ini, perubahan – perubahan secara cepat dan
mendasar sering kali diperlukan sekedar hanya untuk tetap dalam break even.
Sebagai akibatnya adalah bahwa perusahaan – perusahaan mencari cara yang lebih
tepat dan cepat untuk melakukan perbaikan proses bisnis. Perusahaan –
perusahaan mencari terobosan – terobosan baru yang mendasar, tidak hanya
sekedar perubahan – perubahan kecil – kecilan, tetapi perubahan besar dan yang
perlu dilakukan sekarang juga.
Salah satu pendekatan baru untuk mengatasi masalah diatas adalah
Business Process Reengineering (BPR) yang ada pada tahun 1993 Michael
Hammer dan James Champy memperkenalkan konsem tersebut. Business Process
Reengineering adalah perancangan ulang mendasar dan perancangan ulang radikal
sistem bisnis untuk mencapai peningkatan dramatis dalam ukuran kinerja
kontemporer yang kritis, seperti biaya, kualitas, layanan, dan kecepatan.
Makalah ini akan membahas mengenai Business Process
Reengineering dan hal – hal lain yang berkaitan dengan Business Process
Reengineering (BPR).
III. Tujuan
Mahasiswa dapat memehami dan menjelaskan mengenai :
1. Arti dan tujuan rekayasa ulang
2. Karakteristik rekayasa ulang(BPR)
3. Prinsip dan tahapan rekayasa ulang proses bisnis
4. Bila melakukan BPR, kesalahan, dan keberhasilan BPR
5. Budaya kualitas dan rekayasa budaya
IV. Pembahasan
A. Arti dan Tujuan Rekayasa Ulang Proses Bisnis
Definisi rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berpikir kembali
(rethinking) dan proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar
(fundamental) untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan atas
performansi perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service, dan
speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.
Definisi rekayasa ulang menurut Manganelli dan Klein (1994:7) :
“Reengineering is the rapid and radical redesign of strategic, value-added
business processes-and the systems, policies and organizational structures
that support them-to optimize the work flows and productivity in an
organization.”
Dalam definisi rekayasa ulang ini memuat 4 kata kunci, yaitu:
1. Process, serangkaian aktivitas yang mengubah masukan menjadi keluaran.
Terdapat 3 aktivitas dalam proses, yaitu sebagai berikut.
a. Value-adding activities → aktivitas untuk menghasilkan nilai tambah.
b. Hand-off activities → aktivitas yang memindahkan aliran kerja dengan
melewati hambatan-hambatan fungsional, departemental atau
organisasional.
c. Control activities → aktivitas yang tercipta untuk mengendalikan
hand-offs activities.
2. Strategic and value added, target utama rekayasa ulang proses bisnis
adalah strategi dan nilai tambah, tetapi untuk memaksimumkan tingkat
pengembalian investasi dalam rekayasa ulang, perusahaan mulai
memfokuskan pada proses yang terpenting dalam perusahaan, yaitu tidak
hanya strategi dan nilai tambah, tetapi keseluruhan sistem, kebijakan dan
struktur organisasi yang mendukung proses, yaitu seperti dibawah ini.
a. Sistem; mendukung aktivitas proses dari pemrosesan data dan sistem
informasi manajemen pada sistem sosial dan budaya.
b. Kebijakan; mendukung aktivitas proses secara normal. Mendukung
peraturan dan regulasi yang menentukan perilaku karyawan mengenai
bagaimana pekerjaan dilakukan.
c. Struktur organisasi; mendukung antivitas proses, yaitu kelompok kerja,
departemen, area fungsional, divisi, unit, dan wadah lain dimana
mereka dibagi-bagi sesuai dengan kemampuan mereka dalam bekerja.
3. Optimization of work flow and productivity in organization, yaitu
meningkatkan profitabilitas, pangsa pasar, pendapatan, tingkat
pengembalian investasi, dan aset. Rekayasa ulang dapat diukur dari
pengurangan biaya per unit.
4. Rapid, radical, dan redesign
a. Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara cepat.
b. Program rekayasa ulang harus radikal, yaitu hasilnya luar biasa,
dengan mengganti yang lama dengan yang baru sama sekali.
c. Rekayasa ulang memberi mandat proses redesign yang berfokus pada
identifikasi dan meningkatkan aktivitas nilai tambah dalam proses dan
usaha untuk menghapus kegiatan yang tidak perlu.
Dari definisi BPR di atas terdapat 4 faktor kunci dalam melakukan rekayasa
ulang, yaitu fundamental, radikal, dramatis, dan proses.
1. Fundamental
Jawaban atas pertanyaan fundamental akan menghasilkan sesuatu tindakan
perubahan yang fundamental.
2. Radikal
Mendesain kembali suatu proses secara radikal tidak berarti tambal sulam
dan memperbaiki yang sudah ada, tetapi membuang yang lama dan mulai
merancang kembali yang sama sekali baru. Reengineering bukan
improvements atau enchancement atau modification, tetapi reinvention.
3. Dramatis
Reengineering tidak melakukan perbaikan sedikit demi sedikit yang
bersifat marginal atau inkreamental, tetapi perbaikan kinerja dengan
melompat jauh ke depan.
4. Proses
Kebanyakan orang kurang berorientasi proses, tetapi berorientasi pada
tugas, kewajiban, orang, struktur, dan organisasi. Yang dimaksud dengan
proses bisnis adalah business process is a collection of activities that takes
or more kinds of input and create an output that is of value to the customer.
Yang perlu diubah dalam BPR adalah proses karena proses dianggap
menghalangi perusahaan untuk maju pesat atau berubah secara mendasar.
Secara garis besar, ada 3 tipe proses yang terdapat dalam suatu perusahaan,
yaitu manage process, operate process, dan support process.
a. Manage process adalah proses manajemen dalam mengelola
perusahaan. Proses ini terjadi di semua tingkatan manajemen.
Termasuk dalam tipe ini adalah proses pengambilan keputusan, proses
perencanaan strategis dan proses pemilihan bentuk organisasi. Proses
perencanaan strategi meliputi proses penentuan visi, misi, penentuan
ukuran kinerja, dan sejenisnya.
b. Operate process merupakan tipe proses utama dalam menghasilkan
barang atau jasa, termasuk order flow process dan cash flow process,
baik dari pemasok maupun pelanggan.
c. Support process adalah proses yang membantu proses utama, yaitu
proses pembelian, proses pengendalian persediaan, proses
penyimpanan, proses pegangkutan, proses rekrutmen, dan proses
pendanaan.
Pada organisasi jasa terdapat tiga dimensi yang harus diperbaiki, yaitu dimensi
tenaga kerja, proses kerja, dan teknologi (human dimension, work process
dimension, dan technological dimension).
Tahapan dasar dalam rekayasa ulang proses bisnis terdiri atas 3R, yaitu
sebagai berikut:
1) Rethink
Memikirkan kembali tujuan yang akan dicapai saat sekarang dengan
asumsi yang diperlukan untuk menentukan apakah tujuan tersebut masih
bisa digunakan pada komitmen yang baru untuk memenuhi kepuasan
pelanggan diwaktu yang akan datang.
2) Redesign
Mencakup analisis tentang cara organisasi dalam memproduksi barang
dan jasa, bagaimana struktur kerjanya, siapa yang menyelesaikan suatu
tugas tertentu, dan apa hasil yang dicapai dari masing-masing prosedur
tersebut.
3) Retool
Mencakup evaluasi tentang keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari
teknologi mutakhir yang digunakan, khususnya pada electronic word
dan data processing system untuk menentukan kemungkinan merubah
teknoloh=gi tersebut agar kualitas meningkat.
1) Dokumentasi Proses
Langkah pertama adalah mendokumentasikan proses yang ada,
berkaitan dengan ruang lingkup beserta batas-batas dan aktivitas kerja
selama ini. Alat yang digunakan dalam mendokumentasikan proses
bisnis adalah diagram alur yang menjelaskan langkah-langkah kerja
sekarang, yaitu arus kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
langkah kerja dalam proses itu. Langkah ini merupakan tahap awal
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Johnson & Johnson.
2) Identfikasi Kebutuhan Pelanggan
Langkah kedua yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan melalui
pendefinisian suara mereka dan menyesuaikan dengan spesifikasi
performasi proses. Suara pelanggan merupakan kebutuhan dan harapan
dari pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksrernal.
3) Analisis Proses
Analisis proses digunakan untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian
dalam proses dengan kebutuhan pelanggan. Hal-hal yang tidak sesuai
diidentifikasikan dan diurutkan berdasarkan urutan kepentingan,
dampak terhadap performansi secara keseluruhan dan bagaimana
ketidaksesuaian itu dapat dihilangkan dengan cara termudah. Tiga
pendekatan diterapkan dalam langkah analisis proses ini, yaitu sebagai
berikut:
a. Kuantifikasi kesenjangan
Tebarkan performansi actual sebagaimana didefinisikan
melalui ukura-ukuran efektifterhadapperformansi yang
diharapkan sesuai dengan spesifikasi-spesifikasiproses
Hitung perbedaan yang terjadi antara performansi aktual dan
performansi yang diharapkan, selisih yang ada merupakan
kesenjangan yang harus diselesaikan.
b. Identifikasi ketidaksesuaian
Tinjau ulang diagram alir dan spesifikasi proses. Fokuskan
perhatian padaarea-area dimana kebutuhan pelanggan tidak
dapat dipenuhi, juga perhatikan area-area dimana output
cacat dihasilkan, pemborosanmaterial, langkah-langkah roses
yang tidak efektif. Identifikasi hambatan-hambatan yang ada,
termasuk sistem umpan-balik yang tidak efektif
Daftar semua ketidaksesuaian berdasarkan derajat
kepentingan, dampak pada performansi proses secara
keseluruhan dan kemudahan untuk menghilangkan
ketidaksuaian tersebut.
c. Implementasi pengukuran untuk memantau ketidaksesuaian
berprioritas tinggi.
Menggunakan daftar urutan ketidaksesuaianyang
diidentifikasi, pilih bulir-bulir penting dan berdampak pada
performansi proses secara keseluruhan.
Identifikasi dimana ketidaksesuaian yang penting dan
berdampak besar pada performansi proses itu terjadi dalam
diagram alur.
Disain lembar periksa untuk mengumpulkan data
performansi proses
Mengumpulkan data sepanjang waktu
Tebarkan data tersebut, interprestasi dan monitor terus
ketidaksesuaian itu sepanjang waktu
4) Pengambangan Tindakan Korektif
Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab
ketidaksesuaian yang terjai dalam proses. Ada tiga hal yang harus
dikembangkan dalam langkah keempat ini, yaitu seperti berikut:
Melakukan analisis sebab akibat
Membangkitkan atau mengembangkan solusi
Mengembangkan peta “seharusnya”
Keterangan :