PROPOSAL TESIS
Oleh
dr. Muhammad Fahmi Salafuddin
NIM :S561902005
2020
Lembar Persetujuan Proposal Penelitian
Tingkat Stress Orang Tua pada Anak yang akan Menjalani Operasi
Oleh
Muhammad Fahmi Salafuddin
NIM :S561902005
Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. dr. Kristanto Yuli Yarsa, Sp.B K(Onk) Drdr.Henky Agung Nugroho,Sp.B
K(Onk))
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Bedah FK UNS
Tesis saya yang berjudul: “TINGKAT STRESS ORANG TUA PADA ANAK
YANG AKAN MENJALANI OPERASI”ini adalah karya penelitian saya
sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang undangan (Permendiknas Nomer 17 tahun 2010)
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan Program Studi Ilmu Bedah
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret sebagai institusinya. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Mahasiswa
M.FAHMI SALAFUDDIN
NIM : S561902005
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................5
B. Rumusan Masalah......................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
A. Stress............................................................................................................8
1. Definisi....................................................................................................8
2. Tahapan Stress.......................................................................................8
3. Etiologi....................................................................................................9
4. Pengukuran..........................................................................................13
B. Tindakan pembedahan............................................................................25
D. Kerangka Teori........................................................................................37
E. Hipotesis....................................................................................................37
A. Desain Penelitian......................................................................................38
C. Populasi Penelitian...................................................................................38
E. Pengumpulan Data...................................................................................38
F. Sampling....................................................................................................39
G. Kriteria Restriksi......................................................................................39
H. Variabel Penelitian...................................................................................40
J. Alur Penelitian..........................................................................................44
L. Etika Penelitian........................................................................................45
M. Jadwal Penelitian.....................................................................................46
Daftar Pustaka......................................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka
bagian tubuh untuk perbaikan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk mencegah
kecacatan dan komplikasi, dimana tindakan ini menjadi terapi pilihan pada berbagai
kondisi yang sulit dan tidak mungkin disembuhkan melalui obat-obatan sederhana.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011).
Tindakan pembedahan dapat terjadi pada semua tingkatan usia, termasuk
anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dan anak
usia remaja awal (12-18 tahun) sering di temukan berbagai masalah kesehatan,
misalkan penyakit, kecacatan dan kecelakaan yang membutuhkan intervensi atau
bedah (Wong, 2008).
Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan
bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh
dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh
dunia (Hasri, 2012). Jumlah pasien dengan tindakan pembedahan mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Setiap tahun diperkirakan
sebesar 234 juta operasi dilakukan di seluruh dunia (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Diperkirakan 6 juta anak menjalani operasi dan anestesi setiap tahun di
Amerika Serikat. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta
jiwa (WHO dalam Sartika, 2013).
Klasifikasi operasi terbagi menjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi
mayor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat selektif, bertujuan
untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan memperbaiki
deformitas, contohnya pencabutan gigi, pengangkatan kutil, kuretase, operasi
katarak, dan arthoskopi. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat selektif, urgen
dan emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa,
mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan
meningkatkan kesehatan, contohnya kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi,
histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma (Brunner & Sudarth
2001).
Menurut Smeltzer & Bare (2002, p.426), tindakan pembedahan baik elektif
maupun kedaruratan merupakan suatu ancaman potensial dan actual pada pasien
maupun orang tua anak, yang bisa membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun
psikologis. Chaplin (2006), berpendapat bahwa stress merupakan perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Tingkatan stress bisa muncul
berbeda tergantung pada berbagai kejadian atau peristiwa. Stress adalah hasil dari
proses psikologi dan proses fisiologi dalam tubuh manusia (Perry & Potter, 2005).
Kebanyakan orang tua mengalami stress dan ketakutan saat pre operasi (Babazade,
Dogangun, Bozkurt, Gungor, & Kayaalp, 2015). Selain itu, MacLaren dan Kain (2008)
juga menyebutkan bahwa orang tua merasa stress saat anak-anak mereka akan
menjalani operasi, seakan-akan mereka sendiri yang akan menjalani operasi
tersebut. Studi sebelumnya menunjukkan tingginya tingkat stress orang tua dengan
anak yang akan dioperasi dilaporkan berkisar antara 20% sampai 43,9 % (Osouji,
Coker, William & Ajai, 2012).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti tingkat stress yang dialami
orang tua pada anak yang menjalani operasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan informasi tentang tingkat stress orang tua pada anak
yang akan menjalani operasi.
2. Manfaat Klinis
Diharapkan bisa mernbantu sebagai acuan untuk menentukan manajemen
pengendalian tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stress
1. Definisi
Stress merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak
nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom.
Stress juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007).
Sedangkan menurut Hawari (2006) stress adalah gangguan alam
sadar (effective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability / RTA), masih baik, kepribadian masih tetap
utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality),
perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal.
2. Tahapan Stress
Stress diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu ringan, sedang, berat dan panik
(Stuart dan Laraia, 2005). Semakin tinggi tingkat stress individu maka akan
mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Stress berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Stress merupakan masalah
psikiatri yang paling sering terjadi, tahapan tingkat stress akan dijelaskan
sebagai berikut (Stuart, 2007) :
a. Stress ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; stress menyebabkan individu menjadi waspada, menajamkan indera
dan meningkatkan lapang persepsinya.
b. Stress sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal dan
mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.
c. Stress berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik (sangat berat) dari stress berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi, karena
mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
3. Etiologi
Menurut Doengoes (2002), stress disebabkan faktor patofisiologis maupun
faktor situasional. Penyebab stress tidak spesifik bahkan tidak diketahui oleh
individu. Perasaan stress diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan stress.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktorfaktor yang
mempengaruhi stress menurut Stuart (2007), antara lain:
a. Teori psikoanalisis: Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa
stress merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi stress untuk
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa stress timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Stress juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah rentan mengalami stress yang berat.
c. Teori perilaku menyatakan bahwa stress merupakan produk frustasi.
Frustasi merupakan segala sesuatu yang menggangu kemampuan individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. dan dikarakteristikkan sebagai
suatu dorongan yang dipelajari untuk menghindari kepedihan. Teori
pembelajaran meyakini individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan stress pada
kehidupan selanjutnya. Teori konflik memandang stress sebagai
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Stress terjadi
karena adanya hubungan timbal balik antara konflik dan stress konflik
menimbulkan stress, dan stress menimbulkan perasaan tak berdaya, yang
pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan
d. Teori kajian keluarga: Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan
stress terjadi didalam keluarga. Gangguan stress juga tumpang tindih
antara gangguan stress dan depresi
e. Teori biologis: Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gamma aminobutyricacid (GABA). GABA
berperan penting dalam mekanisme biologi yang berhubungan dengan
stress.
4. Pengukuran
Subskala yang terdiri dari 12 item dan menunjukkan interaksi orang tua
dan anak serta tingkat harapan orang tua terhadap anak
B. Tindakan Pembedahan/Operasi
Operasi atau pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan,
dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan
dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan
waktu yang lebih lama pemantauan yang lebih intensif (Brunner & Suddarth, 2002).
Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasif yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas
tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan
fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya (Sjamsuhidajat dan Jong,
2004).
Jenis prosedur pembedahan diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat
keseriusan, kegawatan, dan tujuan pembedahan. Sebuah prosedur mungkin
memiliki lebih dari satu klasifikasi. Misalnya, pembedahan untuk mengangkat
jaringan parut yang bentuknya tak beraturan termasuk pembedahan dengan
tingkat keseriusan yang rendah, elektif secara kegawatan, dan bertujuan untuk
rekonstruksi. Klasifikasi seringkali tumpang tindih. Prosedur yang gawat juga
dianggap mempunyai tingkat keseriusan mayor. (Perry & Potter, 2005)
C. Hubungan Tingkat Stress Orang Tua terhadap Anak yang Menjalani Tindakan
Pembedahan
Stress merupakan respon normal yang terjadi dalam situasi stress. Namun,
yang menjadi masalah adalah stress tersebut memberikan dampak terhadap
suasana hati dan komunikasi orang tua, bahkan juga akan berdampak pada
anak pre operasi (Shirley, Thompson, Kenward & Johnston, 2010). Orang tua
yang secara psikologi mengalami stress, akan sulit untuk melakukan
komunikasi dan menerima informasi umum (Lubis & Afif, 2014).
Sebuah literatur menunjukkan dampak stress orang tua dengan anak yang
akan dioperasi, yaitu ketika orang tua memperlihatkan tingginya distres seperti
stress, stress ini cenderung lebih mudah ditransfer pada anak secara tidak
langsung sehingga menyebabkan anak menjadi stress dan sekitar 54% dari
anak-anak ini mengembangkan perilaku maladaptive baru sebelum dan
sesudah operasi (Osuoji et al, 2012).
Stress orang tua pada anak pre operasi dipengaruhi oleh faktor internal
(usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, kepribadian dan
pengalaman) dan faktor eksternal (dukungan anggota keluarga, dukungan
perawat, dan budaya) (Digiulio, 2014). Penelitian Lubis dan Afif (2014)
menunjukkan terdapat beberapa faktor internal yang berhubungan dengan
tingkat stress orang tua anak yang akan menjalani operasi, yaitu usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Babazade et al (2015)
mengatakan hal yang berbeda, yaitu status pekerjaan tidak ada hubungannya
dengan stress orang tua.
Menurut Shirley et al (2010), ada beberapa faktor eksternal dan faktor
internal lain yang mempengaruhi stress pre operasi, yaitu dukungan perawat,
dukungan keluarga, pengalaman masa lalu, kepribadian orang tua, dan budaya.
Hasil penelitian lain menunjukan bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap tingkat stress adalah tingkat pengetahuan seseorang, karena
pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan pemahaman seseorang (Akdag et
al, 2014). Hasil dari beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat
faktor-faktor berbeda yang dihubungkan dengan stress orang tua anak yang
akan menjalani operasi.
D. Kerangka Teori
E. Hipotesis
Terdapat pengaruh tindakan operasi pada anak terhadap tingkat stress orang
tua
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelatif. Pendekatan ini digunakan
untuk menentukan apakah terdapat pengaruh Tindakan operasi pada anak terhadap
tingkat stress orang tua.
C. Populasi Penelitian
1. Populasi sasaran
Seluruh orang tua dari anak usia …. Tahun yang akan menjalani Tindakan
operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
2. Populasi terjangkau
Seluruh orang tua dari anak usia …. Tahun yang telah menjalani tindakan
operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
F. Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua dari pasien anak yang menjalani
Tindakan operasi. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus.
Rumus di atas menunjukkan jumlah total subjek penelitian pada penelitian ini
minimal sejumlah 18 subjek
G. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
1) Orang tua dari pasien anak yang menjalani Tindakan operasi
2) Pasien yang bersedia menjadi objek penelitian dan menandatangani
informed consent.
2. Kriteria Eksklusi
1) Orang tua dari pasien anak yang menolak untuk dilakukan Tindakan
operasi pada anak
2) Orang tua pasien anak yang tidak bersedia untuk menjadi objek penelitian
H. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Tindakan operasi
2. Variabel Terikat
Tingkat stress orang tua pasien
3. Variabel Perancu
Usia
Edukasi (pendidikan)
Pekerjaan
Lama waktu operasi
Lama hospitalisasi
2. Variabel Terikat
2.1 Tingkat stress orang tua pasien
a. Definisi
3. Variabel Perancu
3.1. Usia
3.3. Pekerjaan
a. Definsi : Pekerjaan/profesi sehari-hari yang dijalani orang
tua pasien
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner
c. Satuan data : nominal
d. Skala data : nominal
J. Alur Penelitian
Inform consent
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Variabel Perancu :
Usia
Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua Kuesioner
Tingkat stress
Uji Chi-Square
Diagram 2. Alur Penelitian
Orang tua dari pasien anak akan dijelaskan inform consent mengenai penelitian
yang akan dilakukan. Kemudian orang tua pasien yang bersedia dan memenuhi
kriteria inklusi akan melakukan pengisian kuesioner tingkat stress menggunakan
kuisioner PSI-SF yang sudah divalidasi.
Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut diolah melalui beberapa
tahapan yaitu editing, coding, transfering dan tabulating.
L. Etika Penelitian
Peneliti diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami hak dasar
manusia, karena subjek yang digunakannya adalah manusia, jadi peneliti perlu
untuk mengetahui pentingnya hak kebebasan dalam menentukan dirinya sebagai
manusia, hal ini perlu dijunjung tinggi dalam melaksanakan penelitian. Etika
Penelitian antara lain :
a. Persetujuan penelitian (Informed Consent)
Diberikan sebelum melakukan penelitian, berupa lembar persetujuan untuk
menjadi subjek penelitian dengan hal ini diharapkan subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian selama pengumpulan data.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian pada saat pengumpulan data,
sehingga peneliti hanya menuliskan kode pada lembar tersebut.
c. Kerahasiaan (Confidentially)
Memberikan jaminan kerahasiaan informasi atas informasi yang telah
dikumpulkan dengan tidak menyebarluaskan jawaban subjek penelitian
d. Persetujuan etik (Ethical Clearance)
Adanya persetujuan etik ini akan memberikan kepastian perlindungan bagi
subjek penelitian dan bagi peneliti akan menghindarkan dari tuntutan pelanggaran
hak asasi manusia (HAM). Etika penellitian meminta persetujuan etik ke komite
medic penelitian di dekanat Fakultas Kedokteran UNS
M. Jadwal Penelitian
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Juli 2020
Agustus 2020
September 2020
Oktober 2020
November 2020
Desember 2020
Januari 2021
Februari 2021
Maret 2021
April 2021
Mei 2021
Juni 2021
Keterangan:
Presentasi proposal
Ethical clearance
Pengambilan data
Daftar Pustaka
Akdag, M., Baysal Z.Y., Atli, A., Samanci, B., & Topcu, I. (2014). A multy –
centric prospective study : anxiety and associated factors among parents of
children undergoing mild surgery in ENT. Journal of Nursing and
Experimental Inverstigation, 5(2), 206-210.
Babazade, R., Dogangun, B., Bozkurt, P.S., Gungor, G., & Kayaalp, L. (2015).
Association between anxiety level of child with parental and patient factors
during preoperative anesthesi visit. The open Psychiatry and Nursing
Jorurnal, 9, 11-16.
Ball, W.J. & Bindler, C. R. (2003). Pediatric nursing caring for children. Pearson :
New Jersey.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Főrnäs, C., Järvenoja, T., Karjalainen, H. Preoperative counseling of child parents
from the age of 6 to 9: a counseling folder for surgical child patients.
Bachelor’s Thesis 2 November 2009.
Franck, L. S., & Caroline S. (2005). Informing parents about anaesthesia for
children’s surgery : a critical literature review. Patient Education and
Counseling, 59, 117-125.
Hannan. (2013). Hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kecemasan pada anak pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD
Ambarawa. Stikes Ngudi Waluyo.
IARS (2015). Pediatric: preoperative anvxiety. Retrieved from
http://www.openanesthesia.org/ped iatric-preoperative-anxiety/ diakses
tanggal 05 April 2016
Kain, Zeev N., Alison C.A., & ShuMing W. (2002). Psychologial preparation of
the parent and pediatric surgical patient. Anesthesiology Clinics of North
America, 20(1), 2943.
Karabulut, N., & Funda C. (2011). The impact on the level of anxiety and pain of
the training before operation given to adult patients. Surgical Science, 2,
303-311.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Standar pelayanan keperawatan gawat darurat
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., et al. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan; diterjemahkan oleh Karyuni. Jakarta: EGC.
Kreitner & Kinicki. 2005. Perilaku organisasi, buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). Medical surgical nursing.
assessment and mangement of clinical problems (9th edition). St. Louis :
Mosby.
MacLaren, J., & Zeev N.K. (2008). A comparison of preoperative anxiety in
female patients with mothers of children undergoing surgery. International
Anesthesi Research Society, 106(3), 810- 813.
Majid, A., Yudha, M. & Istianah, U. (2011). Keperawatan perioperatif.
Yogyakarta: Goysen Publishing. McDowell, Ian. Measuring health:a guide
to rating scales and questionnaires. New York: Oxford University Press.
North J.B., Blackford, F.J., Wall, D., Allen, J., Faint, S., Ware, R.S., & Conde,
T.R. (2013). Analysis of the causes and effect of delay before diagnosis
using surgical mortality data. British Journal of Surgery.100, 419-425.
Osouji, R.I., Coker, A.O., William, O., & Ajai. (2012).Assessment of parental
distress and psychiatric morbidity before elective surgery in Lagos Teaching
Hospital. East and Central African Journal of Surgery,17(1), 2228.
Rasti R., Jahanpour, F., & Motamed, N. (2014).The effect of parental presence on
anxiety during anesthesia induction in children 2 to 11years of age
undergoing surgery. Journal of Jahrom University of Medical Sciences,
12(1), 10-17.
Sajatovic, M. & Ramirez, L. (2012). Rating Scales in Mental health. United States
of America: The John Hopkins University Press
Lampiran Kuesioner
PARENTING STRESS INDEX-SHORT FORM
Petunjuk pengisian :
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan terkait pengalaman-pengalaman Ibu
dalam mengasuh anak. Kami berharap Ibu dapat memberikan tanggapan terhadap
pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda silang (X) pada pilihan yang
paling menggambarkan kondisi diri Ibu. Pada bagian nomor 1-36, terdapat lima
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu :