Anda di halaman 1dari 26

Tingkat Stress Orang Tua pada Anak yang akan Menjalani Operasi

PROPOSAL TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis -1
Program Studi Ilmu Bedah

Oleh
dr. Muhammad Fahmi Salafuddin
NIM :S561902005

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

2020
Lembar Persetujuan Proposal Penelitian

Tingkat Stress Orang Tua pada Anak yang akan Menjalani Operasi

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Program Pendidikan Dokter Spesialis -1

Program Studi Ilmu Bedah

Oleh
Muhammad Fahmi Salafuddin
NIM :S561902005

Menyetujui:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. dr. Kristanto Yuli Yarsa, Sp.B K(Onk) Drdr.Henky Agung Nugroho,Sp.B
K(Onk))

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Bedah FK UNS

Dr. dr. Kristanto Yuli Yarsa, Sp.B K(Onk)


PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI THESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

Tesis saya yang berjudul: “TINGKAT STRESS ORANG TUA PADA ANAK
YANG AKAN MENJALANI OPERASI”ini adalah karya penelitian saya
sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang undangan (Permendiknas Nomer 17 tahun 2010)

Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan Program Studi Ilmu Bedah
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret sebagai institusinya. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2020

Mahasiswa

M.FAHMI SALAFUDDIN

NIM : S561902005
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

A. Latar Belakang...........................................................................................5

B. Rumusan Masalah......................................................................................6

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

A. Stress............................................................................................................8

1. Definisi....................................................................................................8

2. Tahapan Stress.......................................................................................8

3. Etiologi....................................................................................................9

4. Pengukuran..........................................................................................13

B. Tindakan pembedahan............................................................................25

C. Hubungan Tingkat Stress Orang Tua terhadap Anak yang Menjalani


Tindakan Pembedahan....................................................................................36

D. Kerangka Teori........................................................................................37

E. Hipotesis....................................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38

A. Desain Penelitian......................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................38

C. Populasi Penelitian...................................................................................38

D. Teknik Pengambilan Sampling...............................................................38

E. Pengumpulan Data...................................................................................38

F. Sampling....................................................................................................39
G. Kriteria Restriksi......................................................................................39

H. Variabel Penelitian...................................................................................40

J. Alur Penelitian..........................................................................................44

K. Teknik Analisis Data................................................................................45

L. Etika Penelitian........................................................................................45

M. Jadwal Penelitian.....................................................................................46

Daftar Pustaka......................................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka
bagian tubuh untuk perbaikan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk mencegah
kecacatan dan komplikasi, dimana tindakan ini menjadi terapi pilihan pada berbagai
kondisi yang sulit dan tidak mungkin disembuhkan melalui obat-obatan sederhana.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011).
Tindakan pembedahan dapat terjadi pada semua tingkatan usia, termasuk
anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dan anak
usia remaja awal (12-18 tahun) sering di temukan berbagai masalah kesehatan,
misalkan penyakit, kecacatan dan kecelakaan yang membutuhkan intervensi atau
bedah (Wong, 2008).
Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan
bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh
dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh
dunia (Hasri, 2012). Jumlah pasien dengan tindakan pembedahan mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Setiap tahun diperkirakan
sebesar 234 juta operasi dilakukan di seluruh dunia (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Diperkirakan 6 juta anak menjalani operasi dan anestesi setiap tahun di
Amerika Serikat. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta
jiwa (WHO dalam Sartika, 2013).
Klasifikasi operasi terbagi menjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi
mayor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat selektif, bertujuan
untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan memperbaiki
deformitas, contohnya pencabutan gigi, pengangkatan kutil, kuretase, operasi
katarak, dan arthoskopi. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat selektif, urgen
dan emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa,
mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan
meningkatkan kesehatan, contohnya kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi,
histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma (Brunner & Sudarth
2001).
Menurut Smeltzer & Bare (2002, p.426), tindakan pembedahan baik elektif
maupun kedaruratan merupakan suatu ancaman potensial dan actual pada pasien
maupun orang tua anak, yang bisa membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun
psikologis. Chaplin (2006), berpendapat bahwa stress merupakan perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Tingkatan stress bisa muncul
berbeda tergantung pada berbagai kejadian atau peristiwa. Stress adalah hasil dari
proses psikologi dan proses fisiologi dalam tubuh manusia (Perry & Potter, 2005).
Kebanyakan orang tua mengalami stress dan ketakutan saat pre operasi (Babazade,
Dogangun, Bozkurt, Gungor, & Kayaalp, 2015). Selain itu, MacLaren dan Kain (2008)
juga menyebutkan bahwa orang tua merasa stress saat anak-anak mereka akan
menjalani operasi, seakan-akan mereka sendiri yang akan menjalani operasi
tersebut. Studi sebelumnya menunjukkan tingginya tingkat stress orang tua dengan
anak yang akan dioperasi dilaporkan berkisar antara 20% sampai 43,9 % (Osouji,
Coker, William & Ajai, 2012).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti tingkat stress yang dialami
orang tua pada anak yang menjalani operasi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan informasi tentang tingkat stress orang tua pada anak
yang akan menjalani operasi.
2. Manfaat Klinis
Diharapkan bisa mernbantu sebagai acuan untuk menentukan manajemen
pengendalian tingkat stress orang tua pada anak yang akan menjalani operasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stress
1. Definisi
Stress merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak
nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom.
Stress juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007).
Sedangkan menurut Hawari (2006) stress adalah gangguan alam
sadar (effective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability / RTA), masih baik, kepribadian masih tetap
utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality),
perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal.
2. Tahapan Stress
Stress diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu ringan, sedang, berat dan panik
(Stuart dan Laraia, 2005). Semakin tinggi tingkat stress individu maka akan
mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Stress berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Stress merupakan masalah
psikiatri yang paling sering terjadi, tahapan tingkat stress akan dijelaskan
sebagai berikut (Stuart, 2007) :
a. Stress ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; stress menyebabkan individu menjadi waspada, menajamkan indera
dan meningkatkan lapang persepsinya.
b. Stress sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal dan
mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.
c. Stress berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik (sangat berat) dari stress berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi, karena
mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
3. Etiologi
Menurut Doengoes (2002), stress disebabkan faktor patofisiologis maupun
faktor situasional. Penyebab stress tidak spesifik bahkan tidak diketahui oleh
individu. Perasaan stress diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan stress.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktorfaktor yang
mempengaruhi stress menurut Stuart (2007), antara lain:
a. Teori psikoanalisis: Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa
stress merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi stress untuk
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa stress timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Stress juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah rentan mengalami stress yang berat.
c. Teori perilaku menyatakan bahwa stress merupakan produk frustasi.
Frustasi merupakan segala sesuatu yang menggangu kemampuan individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. dan dikarakteristikkan sebagai
suatu dorongan yang dipelajari untuk menghindari kepedihan. Teori
pembelajaran meyakini individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan stress pada
kehidupan selanjutnya. Teori konflik memandang stress sebagai
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Stress terjadi
karena adanya hubungan timbal balik antara konflik dan stress konflik
menimbulkan stress, dan stress menimbulkan perasaan tak berdaya, yang
pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan
d. Teori kajian keluarga: Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan
stress terjadi didalam keluarga. Gangguan stress juga tumpang tindih
antara gangguan stress dan depresi
e. Teori biologis: Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gamma aminobutyricacid (GABA). GABA
berperan penting dalam mekanisme biologi yang berhubungan dengan
stress.

Kesehatan umum individu dan riwayat stress di keluarga memiliki efek


nyata sebagai predisposisi stress. Stress disertai dengan gangguan fisik
yang menurunkan kemampuan individu mengatasi stresor. Stress
diperantarai oleh sistem kompleks yang melibatkan system limbik, pada
organ amigdala dan hipokampus, talamus, korteks frontal secara
anatomis dan norepinefrin (lokus seruleus), serotonin (nukleus rafe
dorsal) dan GABA (reseptor GABAA berpasangan dengan reseptor
benzodiazepin) pada system neurokimia. Hingga saat ini belum
diketahui secara jelas bagaimana kerja dari masing-masing bagian
tersebut dalam menimbulkan stress (Tomb, 2004).

Setiap perubahan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan


stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan
stress (Ibrahim, 2012). Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan
stress antara lain faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi.
Faktor predisposisi stress pada pasien pre operasi yang paling
berpengaruh merupakan faktor psikologis, terutama ketidakpastian
tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani (Gant dan Cunningham,
2010).

4. Pengukuran

Pengukuran tentang stress yang dialami orang tua menggunakan


Parenting stress index-short form (PSI-SF dari Abidin (1975). Ukuran ini
adalah versi singkat dari parenting stress index (Abidin, 1995), PSI-SF
memiliki 36 item dari aslinya 120 item PSI (parenting stress index) yang juga
memiliki item identic dengan versi aslinya. Versi ini dikembangkan dalam
menanggapi permasalahan klinis dan kebutuhan peneliti untuk ukuran yang
lebih pendek dari stress orang tua dan didasarkan pada analisis factor yang
dilakukan oleh Castaldi (1990) terkait skala PSI, yang menunjukkan adanya 3
faktor yang konsisten dengan analisis ini. PSI-SF menghasilkan nilai validitas
yang bagus pada subskala:

a) The parent distress


Subskalla yang terdiri dari 12 item dan mengukur pengalaman stress yang
dialami orang tua dalam kehidupannya dan dalam pengasuhan anaknya
b) The difficult child
Subskala yang terdiri dari 12 item dan menggambarkan karakteristik anak yang
dapat meningkatkan parenting stress.
c) The parent child dysfunctional interaction

Subskala yang terdiri dari 12 item dan menunjukkan interaksi orang tua
dan anak serta tingkat harapan orang tua terhadap anak

B. Tindakan Pembedahan/Operasi
Operasi atau pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan,
dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan
dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan
waktu yang lebih lama pemantauan yang lebih intensif (Brunner & Suddarth, 2002).
Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasif yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas
tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan
fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya (Sjamsuhidajat dan Jong,
2004).
Jenis prosedur pembedahan diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat
keseriusan, kegawatan, dan tujuan pembedahan. Sebuah prosedur mungkin
memiliki lebih dari satu klasifikasi. Misalnya, pembedahan untuk mengangkat
jaringan parut yang bentuknya tak beraturan termasuk pembedahan dengan
tingkat keseriusan yang rendah, elektif secara kegawatan, dan bertujuan untuk
rekonstruksi. Klasifikasi seringkali tumpang tindih. Prosedur yang gawat juga
dianggap mempunyai tingkat keseriusan mayor. (Perry & Potter, 2005)

C. Hubungan Tingkat Stress Orang Tua terhadap Anak yang Menjalani Tindakan
Pembedahan

Gangguan stress merupakan gangguan psikiatri yang sering ditemukan.


National Comorbidity Study (NSC) mengungkapkan 1 dari 4 orang memenuhi
kriteria untuk sedikitnya satu gangguan stress (Lubis & Afif, 2014). Terdapat
16 juta orang atau 6% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental
emosional, termasuk stress (Riskesdas, 2013). Jika stress di luar kendali dan
tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi, sehingga mengganggu
kehidupan pribadi maupun sosial (ASEAN Federation for Psychiatry &
Mental Health, 2015). Pencetus terjadinya stress antara lain adalah penyakit
kronis, trauma fisik, dan pembedahan. Pembedahan tersebut dapat dialami
oleh siapa saja termasuk anak-anak (Lubis & Afif, 2014).
Kebanyakan orang tua mengalami stress dan ketakutan saat pre operasi
(Babazade, Dogangun, Bozkurt, Gungor, & Kayaalp, 2015). Selain itu,
MacLaren dan Kain (2008) juga menyebutkan bahwa orang tua merasa stress
saat anak-anak mereka akan menjalani operasi, seakan-akan mereka sendiri
yang akan menjalani operasi tersebut. Studi sebelumnya menunjukkan
tingginya tingkat stress orang tua dengan anak yang akan dioperasi dilaporkan
berkisar antara 20% sampai 43,9 % (Osouji, Coker, William & Ajai, 2012).

Stress merupakan respon normal yang terjadi dalam situasi stress. Namun,
yang menjadi masalah adalah stress tersebut memberikan dampak terhadap
suasana hati dan komunikasi orang tua, bahkan juga akan berdampak pada
anak pre operasi (Shirley, Thompson, Kenward & Johnston, 2010). Orang tua
yang secara psikologi mengalami stress, akan sulit untuk melakukan
komunikasi dan menerima informasi umum (Lubis & Afif, 2014).

Sebuah literatur menunjukkan dampak stress orang tua dengan anak yang
akan dioperasi, yaitu ketika orang tua memperlihatkan tingginya distres seperti
stress, stress ini cenderung lebih mudah ditransfer pada anak secara tidak
langsung sehingga menyebabkan anak menjadi stress dan sekitar 54% dari
anak-anak ini mengembangkan perilaku maladaptive baru sebelum dan
sesudah operasi (Osuoji et al, 2012).

Stress orang tua pada anak pre operasi dipengaruhi oleh faktor internal
(usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, kepribadian dan
pengalaman) dan faktor eksternal (dukungan anggota keluarga, dukungan
perawat, dan budaya) (Digiulio, 2014). Penelitian Lubis dan Afif (2014)
menunjukkan terdapat beberapa faktor internal yang berhubungan dengan
tingkat stress orang tua anak yang akan menjalani operasi, yaitu usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Babazade et al (2015)
mengatakan hal yang berbeda, yaitu status pekerjaan tidak ada hubungannya
dengan stress orang tua.
Menurut Shirley et al (2010), ada beberapa faktor eksternal dan faktor
internal lain yang mempengaruhi stress pre operasi, yaitu dukungan perawat,
dukungan keluarga, pengalaman masa lalu, kepribadian orang tua, dan budaya.
Hasil penelitian lain menunjukan bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap tingkat stress adalah tingkat pengetahuan seseorang, karena
pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan pemahaman seseorang (Akdag et
al, 2014). Hasil dari beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat
faktor-faktor berbeda yang dihubungkan dengan stress orang tua anak yang
akan menjalani operasi.
D. Kerangka Teori

Diagram 1. Kerangka Teori

E. Hipotesis
Terdapat pengaruh tindakan operasi pada anak terhadap tingkat stress orang
tua
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelatif. Pendekatan ini digunakan
untuk menentukan apakah terdapat pengaruh Tindakan operasi pada anak terhadap
tingkat stress orang tua.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Surakarta. Waktu penelitian ini selama 1
tahun, terhitung mulai bulan Juli 2020 – Juli 2021.

C. Populasi Penelitian
1. Populasi sasaran
Seluruh orang tua dari anak usia …. Tahun yang akan menjalani Tindakan
operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
2. Populasi terjangkau
Seluruh orang tua dari anak usia …. Tahun yang telah menjalani tindakan
operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

D. Teknik Pengambilan Sampling


Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling yaitu
populasi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian diambil sebagai sample hingga
memenuhi jumlah minimal dari perhitungan sampel.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan wawancara dari orang tua pasien anak yang
menjalani Tindakan operasi yang sudah dilakukan inform consent dan mengisi
kuesioner PSI-SF

F. Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua dari pasien anak yang menjalani
Tindakan operasi. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus.
Rumus di atas menunjukkan jumlah total subjek penelitian pada penelitian ini
minimal sejumlah 18 subjek
G. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
1) Orang tua dari pasien anak yang menjalani Tindakan operasi
2) Pasien yang bersedia menjadi objek penelitian dan menandatangani
informed consent.
2. Kriteria Eksklusi
1) Orang tua dari pasien anak yang menolak untuk dilakukan Tindakan
operasi pada anak
2) Orang tua pasien anak yang tidak bersedia untuk menjadi objek penelitian

H. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Tindakan operasi
2. Variabel Terikat
Tingkat stress orang tua pasien
3. Variabel Perancu
Usia
Edukasi (pendidikan)
Pekerjaan
Lama waktu operasi
Lama hospitalisasi

I. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Bebas
2.1 Tindakan Pembedahan
a. Definisi
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis tindakan
pembedahan yang dilakukan pada pasien
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui wawancara dan
kuisioner yang sudah diisi oleh orang tua pasien serta data
rekam medis pasien.
c. Satuan data : kategorik
d. Skala data : kategorik

2. Variabel Terikat
2.1 Tingkat stress orang tua pasien
a. Definisi

Pengukuran tentang stress yang dialami orang tua


menggunakan Parenting stress index-short form (PSI-SF dari
Abidin (1975). Ukuran ini adalah versi singkat dari parenting
stress index (Abidin, 1995), PSI-SF memiliki 36 item dari
aslinya 120 item PSI (parenting stress index). Penelitian oleh
Castaldi (1990) terkait skala PSI, menunjukkan adanya 3 faktor
yang konsisten dengan analisis ini. PSI-SF menghasilkan nilai
validitas yang bagus.

b. Alat ukur : PSI-SF skor

c. Satuan data : Kategorik

d. Skala data : Kategorik

3. Variabel Perancu
3.1. Usia

a. Definisi : Usia orang tua pasien saat wawancara/mengisi


kuisioner
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner
c. Satuan data : Nominal
d. Skala data : Nominal
3.2. Pendidikan
a. Definisi :tingkat pendidikan terakhir orang tua pasien saat
wawancara/mengisi kuisioner
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner
c. Satuan data : ordinal
d. Skala data : kategorik

3.3. Pekerjaan
a. Definsi : Pekerjaan/profesi sehari-hari yang dijalani orang
tua pasien
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner
c. Satuan data : nominal
d. Skala data : nominal

3.4. Lama waktu operasi


a. Definisi : lama waktu dilakukan Tindakan pembedahan
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner dan data rekam medis
c. Satuan data : numerik
d. Skala data : numerik

3.5. Lama hospitalisasi


a. Definisi : lama waktu setelah pasien dilakukan Tindakan operasi
hingga diperbolehkan rawat jalan
b. Alat ukur : Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan berkas
kuisioner dan rekam medis
c. Satuan data : numerik
d. Skala data : numerik

J. Alur Penelitian

Orang tua anak yang menjalani Tindakan pembedahan

Inform consent

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi
Variabel Perancu :
Usia
Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua Kuesioner

Tingkat stress

Uji Chi-Square
Diagram 2. Alur Penelitian

Orang tua dari pasien anak akan dijelaskan inform consent mengenai penelitian
yang akan dilakukan. Kemudian orang tua pasien yang bersedia dan memenuhi
kriteria inklusi akan melakukan pengisian kuesioner tingkat stress menggunakan
kuisioner PSI-SF yang sudah divalidasi.
Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut diolah melalui beberapa
tahapan yaitu editing, coding, transfering dan tabulating.

K. Teknik Analisis Data


Jawaban hasil wawancara dengan orang tua pasien didapatkan pada lembar
kuisioner PSI-SF yang sudah divalidasi dan diisi oleh orang tua pasien. Analisa data
pada penelitian ini bersifat bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi. Analisa statistik adalah uji “Chi Square” (x)2 , dengan
menggunakan tabel silang yang dikenal dengan tabel baris kali kolom (B x K) dengan
derajat kebebasan (df) yang sesuai dan tingkat kemaknaan 5% (α 0.05). Analisis
statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS 25.0. Keputusan statistik diambil
berdasarkan p value. Bila p value ≥ 0,05 maka H0 diterima dan bila p value < 0,05
maka H0 ditolak.

L. Etika Penelitian
Peneliti diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami hak dasar
manusia, karena subjek yang digunakannya adalah manusia, jadi peneliti perlu
untuk mengetahui pentingnya hak kebebasan dalam menentukan dirinya sebagai
manusia, hal ini perlu dijunjung tinggi dalam melaksanakan penelitian. Etika
Penelitian antara lain :
a. Persetujuan penelitian (Informed Consent)
Diberikan sebelum melakukan penelitian, berupa lembar persetujuan untuk
menjadi subjek penelitian dengan hal ini diharapkan subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian selama pengumpulan data.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian pada saat pengumpulan data,
sehingga peneliti hanya menuliskan kode pada lembar tersebut.
c. Kerahasiaan (Confidentially)
Memberikan jaminan kerahasiaan informasi atas informasi yang telah
dikumpulkan dengan tidak menyebarluaskan jawaban subjek penelitian
d. Persetujuan etik (Ethical Clearance)
Adanya persetujuan etik ini akan memberikan kepastian perlindungan bagi
subjek penelitian dan bagi peneliti akan menghindarkan dari tuntutan pelanggaran
hak asasi manusia (HAM). Etika penellitian meminta persetujuan etik ke komite
medic penelitian di dekanat Fakultas Kedokteran UNS

M. Jadwal Penelitian
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Juli 2020
Agustus 2020
September 2020
Oktober 2020
November 2020
Desember 2020
Januari 2021
Februari 2021
Maret 2021
April 2021
Mei 2021
Juni 2021
Keterangan:
Presentasi proposal
Ethical clearance
Pengambilan data
Daftar Pustaka

Akdag, M., Baysal Z.Y., Atli, A., Samanci, B., & Topcu, I. (2014). A multy –
centric prospective study : anxiety and associated factors among parents of
children undergoing mild surgery in ENT. Journal of Nursing and
Experimental Inverstigation, 5(2), 206-210.
Babazade, R., Dogangun, B., Bozkurt, P.S., Gungor, G., & Kayaalp, L. (2015).
Association between anxiety level of child with parental and patient factors
during preoperative anesthesi visit. The open Psychiatry and Nursing
Jorurnal, 9, 11-16.
Ball, W.J. & Bindler, C. R. (2003). Pediatric nursing caring for children. Pearson :
New Jersey.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Főrnäs, C., Järvenoja, T., Karjalainen, H. Preoperative counseling of child parents
from the age of 6 to 9: a counseling folder for surgical child patients.
Bachelor’s Thesis 2 November 2009.
Franck, L. S., & Caroline S. (2005). Informing parents about anaesthesia for
children’s surgery : a critical literature review. Patient Education and
Counseling, 59, 117-125.
Hannan. (2013). Hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kecemasan pada anak pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD
Ambarawa. Stikes Ngudi Waluyo.
IARS (2015). Pediatric: preoperative anvxiety. Retrieved from
http://www.openanesthesia.org/ped iatric-preoperative-anxiety/ diakses
tanggal 05 April 2016
Kain, Zeev N., Alison C.A., & ShuMing W. (2002). Psychologial preparation of
the parent and pediatric surgical patient. Anesthesiology Clinics of North
America, 20(1), 2943.

Karabulut, N., & Funda C. (2011). The impact on the level of anxiety and pain of
the training before operation given to adult patients. Surgical Science, 2,
303-311.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Standar pelayanan keperawatan gawat darurat
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., et al. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan; diterjemahkan oleh Karyuni. Jakarta: EGC.
Kreitner & Kinicki. 2005. Perilaku organisasi, buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). Medical surgical nursing.
assessment and mangement of clinical problems (9th edition). St. Louis :
Mosby.
MacLaren, J., & Zeev N.K. (2008). A comparison of preoperative anxiety in
female patients with mothers of children undergoing surgery. International
Anesthesi Research Society, 106(3), 810- 813.
Majid, A., Yudha, M. & Istianah, U. (2011). Keperawatan perioperatif.
Yogyakarta: Goysen Publishing. McDowell, Ian. Measuring health:a guide
to rating scales and questionnaires. New York: Oxford University Press.
North J.B., Blackford, F.J., Wall, D., Allen, J., Faint, S., Ware, R.S., & Conde,
T.R. (2013). Analysis of the causes and effect of delay before diagnosis
using surgical mortality data. British Journal of Surgery.100, 419-425.
Osouji, R.I., Coker, A.O., William, O., & Ajai. (2012).Assessment of parental
distress and psychiatric morbidity before elective surgery in Lagos Teaching
Hospital. East and Central African Journal of Surgery,17(1), 2228.

Rasti R., Jahanpour, F., & Motamed, N. (2014).The effect of parental presence on
anxiety during anesthesia induction in children 2 to 11years of age
undergoing surgery. Journal of Jahrom University of Medical Sciences,
12(1), 10-17.
Sajatovic, M. & Ramirez, L. (2012). Rating Scales in Mental health. United States
of America: The John Hopkins University Press
Lampiran Kuesioner
PARENTING STRESS INDEX-SHORT FORM

Petunjuk pengisian :
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan terkait pengalaman-pengalaman Ibu
dalam mengasuh anak. Kami berharap Ibu dapat memberikan tanggapan terhadap
pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda silang (X) pada pilihan yang
paling menggambarkan kondisi diri Ibu. Pada bagian nomor 1-36, terdapat lima
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu :

SS : apabila Ibu Sangat Sesuai dengan isi pernyataan tersebut


S : apabila Ibu Sesuai dengan isi pernyataan tersebut
A : apabila Ibu Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti
TS : apabila Ibu Tidak Sesuai dengan isi pernyataan tersebut
STS : apabila Ibu Sangat Tidak Sesuai dengan isi pernyataan tersebut

Seluruh jawaban Ibu akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk


kepentingan penelitian.
No Pernyataan SS S A TS STS

1. Saya tidak bisa menangani permasalahan dengan baik


2. Saya memenuhi kebutuhan anak saya tetapi tidak sesuai
dengan yang saya harapkan
3. Saya terbebani oleh tanggun jawab saya sebagai orang tua
4. Saya tidak bisa mencoba hal baru dan berbeda semenjak
saya punya anak
5. Saya hampir tidak bisa melakukan hal yang saya sukai
semenjak saya memiliki anak
6. Saya tidak puas dengan kegiatan belanja yang saya
lakukan
7. Beberapa hal mengganggu pikiran saya mengenai hal ini
8. Memiliki anak menyebabkan lebih banyak masalah antara
saya dan pasangan
9. Saya merasa kesepian tanpa teman
10. Ketika saya pergi ke pesta, saya berharap tidak
menikmatinya sendiri
11. Saya tidak tertarik terhadap urusan orang lain seperti dulu
12. Saya tidak menikmati kegiatan yang saya lakukan seperti
dulu
13. Saya merasa anak saya jarang melakukan sesuatu yang
membuat saya merasa puas sebagai orangtua
14. Saya merasa anak saya tidak suka dan tidak ingin dekat
dengan saya
15. Saya merasa jarang tersenyum Ketika saya bermain
dengan anak saya
16. Usaha saya tidak dihargai dengan baik oleh anak
17. Saya berharap memiliki perasaan dekat dan hangat
dengan anak saya, tetapi saya tidak dapat melakukannya
18. Anak saya jarang melakukan sesuatu sesuai dengan yang
saya harapkan
19. Saya merasa meminta meminta anak untuk melakukan
sesuatu atau meminta anak untuk berhenti ketika dia
sedang melakukan sesuatu lebih sulit dari yang saya duga
sebelumnya
20 Beberapa kegiatan yang dilakukan anak saya membuat
saya terganggu
21. Anak saya akan menangis dengan kuat jika hal yang
diinginkannya tidak dipenuhi
22. Saya merasa tidak puas dalam hal menjadi orang tua
23. Saya merasa ada beberapa hal yang dilakukan anak saya
yang benar-benar membuat saya sangat terganggu
24. Saya merasa anak saya lebih banyak menimbulkan
masalah dari yang saya bayangkan sebelumnya
25. Saya merasa anak saya jarang sekali tertawa Ketika
sedang bermain
26. Saya merasa anak saya tidak seperti kebanyakan anak
lainnya yang belajar sesuatu dengan cepat
27 Saya merasa bahwa anak saya tidak seperti kebanyakan
anak lainnya yang banyak tersenyum
28 Saya merasa anak saya tidak bisa melakukan sesuatu
sebanyak yang saya harapkan
29 Saya merasa bahwa anak saya membutuhkan waktu yang
lebih lama dan mengalami kesulitan dalam membiasakan
diri dengan sesuatu yang baru
30 Saya merasa bahwa anak saya lebih sering menangis
dibandingkan kebanyakan anak lainnya
31 Saya merasa anak saya sering rewel ketika bangun tidur
32 Saya merasa bahwa anak saya mudah kecewa dan sangat
tergantung pada suasana hatinya
33 Saya merasa anak saya bereaksi sangat kuat Ketika
sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya
34 Saya merasa bahwa anak saya mudah sekali kecewa
bahkan terhadap hal-hal yang sepele
35. Saya merasa bahwa jadwal makan atau jadwal tidur anak
saya lebih sulit diterapkan dari yang saya bayangkan
sebelumnya
36. Saya merasa bahwa anak saya lebih banyak menuntut
daripada kebanyakan anak seusianya

Anda mungkin juga menyukai