Anda di halaman 1dari 10

Laporan praktikum ke-12 Hari/Tanggal : Kamis / 25 April 2019

Biokimia Nutrisi TempatPraktikum : Laboratorium Biokimia


Mikrobiologi Nutrisi.
Nama Asisten : Cita Laksana A N/D24150032

PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE ASAL


KECAMBAH KACANG HIJAU

Rifki Ramadan
D24180060
Kelompok 4/G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Enzim merupakan makromolekul yang bekerja sebagai katalis yaitu agen


kimiawi yang mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi oleh reaksi. Jika tidak
ada regulasi oleh enzim, lalu lintas kimiawi melalui jalur-jalur metabolisme akan
macet total karena banyak reaksi kimia akan berlangsung terlalu lama. Banyak
faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi cara kerja enzim misalnya
pH. Terdapat banyak enzim yang sensitif terhadap perubahan pH dan setiap enzim
memiliki pH optimum untuk aktivitasnya. Perubahan pH dapat menyebabkan
berhentinya aktivitas enzim akibat proses denaturasi pada struktur tiga dimensi
enzim. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH
lingkungan yang agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau
penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat (Cahyani
2013).
Enzim amilase merupakan enzim yang memecah pati, mengubahnya
menjadi gula. Enzim amilase ditemukan dalam air liur manusia, di mana ia
memulai proses kimia dalam pencernaan dengan hidrolisis pati. Enzim amilase
juga ditemukan dalam pankreas. Enzim amilase berfungsi dalam proses
pencernaan makanan khususnya ketika berada di dalam mulut. Enzim amilase
berfungsi untuk memecah molekul karbohidat menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga memudahkan untuk proses pencernaan berikutnya. Enzim
amilase dapat bekerja maksimal pada suhu, pH, serta konsentrasi yang optimum
(Jamilah et al 2011).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu mengetahui aktivitas enzim


amilase pada kecambah kacang hijau.

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim Amilase

Salah satu enzim yang bereperan penting dalam tubuh adalah enzim
amilase. Enzim amilase berfungsi dalam proses pencernaan makanan khususnya
ketika berada di dalam mulut. Enzim amilase berfungsi untuk memecah molekul
karbohidat menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga memudahkan untuk
proses pencernaan berikutnya. Enzim amilase dapat bekerja maksimal pada suhu,
pH, serta konsentrasi yang optimum. Mengetahui suhu, pH, serta konsentrasi
optimum menjadi hal penting dalam mempelajari enzim karena terkait dengan
kemampuannya dalam mempercepat reaksi dalam tubuh. Cepat lambatnya reaksi
dalam tubuh berpengaruh besar dalam penyerapan zat gizi. Selain itu reaksi
enzimatik juga berdampak terhadap kesehatan. Abnormalitas sintesis enzim dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, mempertahankan optimalitas
kerja enzim sangat penting bagi tubuh (Aiyer 2009).

Pati

Pati adalah polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5)n.


Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida yaitu
ikatan antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. Pati
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari ribuan glukosa dengan ikatan α
1,4 glukosida. Jenis kedua yaitu amilopektin yang mengandung percabangan
rantai akibat adanya ikatan α 1,6 glukosida di beberapa bagiannya. Pati berperan
sebagai sumber makanan penghasil energi utama dari golongan karbohidrat.
Selain itu pati berperan sebagai bahan aditif pada proses pengolahan makanan,
misalnya sebagai penstabil dalam proses pembuatan pudding. Saat pembuatan
sirup dan pemanis buatan seperti sakarin, pati juga digunakan sebagai bahan
utama. Dalam bidang non makanan, pati digunakan untuk bahan baku dalam
proses pembuatan kertas, pakaian dari katun, industri cat, maupun untuk produksi
hydrogen (Bahri et al 2012).

Glukosa

Glukosa adalah gula monosakarida yang dapat langsung diserap oleh


tubuh dan dikonversi menjadi energi. Kadar glukosa dalam bahan pangan sumber
karbohidrat meliputi: monosakarida yang sudah tersedia atau berasal dari
pemecahan polisakarida (pati/amilum) dalam bahan tersebut. Proses pemecahan
polisakarida menjadi monosakarida dapat terjadi selama proses pengolahan
pangan atau melalui hidrolisis selama polisakarida yang dikatalisis oleh asam dan
enzim dalam saluran cerna (Wang dan Copeland 2015).

DNS (dinitrosalicylic acid)

DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula


reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-
nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi
gelombang elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi
yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak pula molekul 3-amino-5-
nitrosalicylic acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi.
Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid
gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai
oksidator akan tereduksi membentuk 3-amino dan 5nitrosalicylic acid. Reaksi ini
berjalan dalam suasana basa. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan
DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga
menimbulkan warna jingga kemerahan (Sazci et al 2012).
MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Praktikum ini membahas tentang pengukuran aktivitas enzim selulase asal
rumen yang dilakukan dengan menggunakan beberapa alat . Alat-alat yang
dibutuhkan seperti gelas erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, dan spektrofotometer.

Bahan
Praktikum ini membahas tentang pengukuran aktivitas enzim selulase asal
rumen yang dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan. Bahan- bahan yang
dibutuhkan adalah kecambah kacang hijau, karbon tetraklorida, lisozim, buffer
pospat, CMC, dan larutan DNS.

Metode

Pengukuran aktivitas enzim amilase asal kecambah kacang hijau


Disiapkan kecambah kacang hijau, lalu kecambah kacang hijau ditumbuk
sampai halus dengan menggunakan mortar dan pastel. Selanjutnya, ditimbang
berat kecambah kacang hijau yang telah dihaluskan di neraca analitik dengan
berat 15 gram, lalu ditambahkan dengan larutan buffer asetat 0,2 M pH 5
sebanyak 30 ml. Setelah itu, diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan inkubasi selama 5 menit. Tabung reaksi yang baru disiapkan kemudian
dimasukkan ekstrak pati sebanyak 2 ml dan di inkubasi selama 2 menit pada suh
38 oC. Larutan enzim yang telah dibuat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi pati sebanyak 2 ml, lalu di inkubasi selama 10 menit pada suhu 38 oC,
selanjutnya di ukur serapannyapada spektrofotometer dengan panjang gelombang
540 nm dan dihitung aktivitas enzimnya.

Pengukuran deret standar enzim


Disiapkan 6 tabung reaksi dan diberi label, tabung 1 berlabel panjang
gelombang 50 ppm, tabung 2 berlabel panjang gelombang 100 ppm, tabung 3
berlabel panjang gelombang 200 ppm, tabung 4 berlabel panjang gelombang 300
ppm, tabung 5 berlabel panjang gelombang 400 ppm, dan tabung 6 berlabel
panjang gelombang 500 ppm. Setelah itu, glukosa dimasukkan sebanyak 0,5 ml
dan ditambahkan aquades sebanyak 0,5 ml ke dalam masing-masing tabung.
Disiapkan 6 tabung reaksi yang baru dan diberi label yang sama seperti yang
sebelumnya. Larutan DNS sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung tersebut, lalu ditambahkan masing-masing aquades dan 1 ml sampel pada
masing-masing tabung. Setelah itu, didihkan selama 15 menit pada penangas air,
lalu didinginkan pada es batu atau lemari es selama 20 menit. Setelah itu diukur
absorbansi masing-masing tabung pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm dan dicatat hasilnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum percobaan pengukuran aktivitas enzim amilase


asal kecambah kacang hijau yang telah dilakukan di Laboratorium Biokimia
Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Peternakan Departemen Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Perlakuan yang digunakan yaitu dengan deret standar dengan konsentrasi
sebesar 50 sampai 500 didapatkan data tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil absorbansi deret standar


No Konsentrasi Abosrbansi
1 50 0, 0456 A
2 100 0,7816 A
3 200 0,2656 A
4 300 0,5625 A
5 400 0,6656 A
6 500 1,2023 A

Berdasarkan praktikum percobaan pengukuran aktivitas enzim amilase asal


kecambah kacang hijau yang telah dilakukan di Laboratorium Biokimia
Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Peternakan Departemen Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Perlakuan yang digunakan yaitu dengan perhitungan uji aktivasi enzim
amilase didapatkan data tabel sebagai berikut :

Y (Absorbansi)

1.4

1.2

1
f(x) = 0 x + 0.15
R² = 0.54
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 100 200 300 400 500 600

Tabel 2 Hasil uji aktivasi enzim amilase


Nama sampel Aktivasi (IU/ml)
Kecambah kacang hijau 1,58
Pembahasan

Enzim beraktivitas dengan menurunkan energi aktifasi sehingga laju


reaksi meningkat. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat
tertentu. Oleh karena itu, enzim merupakan elemen penting dalam tubuh yang
sangat banyak membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam proses sintesis
dan reparasi DNA, pembentukan energi, dan sintesis protein. Ada enzim yang
dapat mengkatalisator suatu kelompok substrat, ada pula yang hanya satu
kelompok substrat saja, dan ada pula ynag bersifat stereospesifik. Karena enzim
mengkataliser reaksi-reaksi di dalam system biologis, maka enzim juga disebut
sebagai biokatalisator umumnya enzim bekerja mengkatalis reaksi satu arah,
meskipun ada yang mengkatalis reaksi dua arah, bekerja spesifik karena sisi
aktif enzim sesuai dengan permukaan subtrat tertentu, umumnya enzim tidak
dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut
kofaktor, bekerja didalam sel (endoenzim) dan diluar sel (eksoenzim) (Hoover
2011).
Enzim amilae bekerja atau beraktivas pada kisaran suhu, pH atau
konsentrasi tertentu. Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim,
namun enzim tidak dapat bekerja. Hal ini dengan kenaikan suhu lingkungan,
enzim amilase mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu
tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang
karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya
pada suhu optimum. Berdasarkan teori tersebut, maka dilakukanlah percobaan
ini untuk mengaplikasikan, membuktikan dan menguji kebenaran dari teori
tersebut agar dapat lebih mudah untuk dipahami dan dipelajari (Etter 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase adalah seperti
suhu, keasaman (pH), konsentrasi enzim dan substrat, penyinaran, inhibitor,
serta aktivator. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan terkadang enzim
amylase mampu mempercepat reaksi atau bahkan menghambat reaksi yang
berlangsung. Adanya enzim amilase juga sangat spesifik baik tempat sintesis
maupun reaksi yang dapat dikatalisisnya. Secara umum enzim digolongkan
menjadi enam kelompok sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisnya yaitu
oksidoreduktase, transferase,hidrolase ,liase, isomerase dan ligase. Enzim juga
mempunyai sifat yang dapat bekerja bolak-balik (reversible). Enzim dapat
mengubah substrat menjadi hasil akhir. Sebaliknya, enzim amilase juga dapat
mengembalikan hasil akhir menjadi substrat jika lingkungannya berubah
(Poedjiadi 2013).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai absorbansi
tertinggi larutan standar glukosa yang diperoleh sebesar 1,22023 A pada
konsentrasi 500 ppm. Menurut Achmad dan Galuh (2010) mengatakan, semakin
tinggi konsentrasi glukosanya maka semakin tinggi nilai absorbansinya dan
warna yang dihasilkan semakin pekat dan begitupun sebaliknya. Data yang
diperoleh dari tabel dan grafik dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 50-500 ppm
terjadi penambahan nilai absorbansi yang tidak stabil dan pada konsentrasi 300
ppm terjadi penurunan nilai absorbansi yaitu 0,5626 A. Kesalahan dalam
pengukuran dan memasukkan cairan standar nya dapat terjadi yang
menyababkan ketidaksesuain dengan perbandingan literatur. Setelah di ukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum yaitu 540 ppm
diperoleh hasil perhitungan uji aktivasi enzim amylase sebesar 1,58 IU/ml, hasil
menunjukkan bahwa aktivitas enzim amilase asal kecambah kacang hijau belum
optimal dikarenakan adanya penurunan nilai absorbansi pada konsetrasi 300
ppm.

SIMPULAN

Praktikan telah mampu mengetahui aktivitas enzim amilase asal kecambah


kacang hijau. Aktivitas enzim amilse dengan larutan standar didapat nilai
absorbansi tertinggi yaitu saat konsentrasi 500ppm. Semakin tinggi konsentrasi
maka semakin besar nilai absorbansi. Aktivitas enzim amilase pada percobaan ini
belum mencapai suhu yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad C, Galuh K. 2010. Modifikasi tepung sagu menjadi maltodesktrin


menggunakan enzim α-amylase [thesis]. Semarang(ID): Universitas
Diponegoro.
Aiyer V. 2009. Review: amylases and their applications. African J. of Biotech.
4(13):25-29.
Bahri S, Mizan M, Hasan M. 2012. Karakterisasi enzim amilase dari kecambah
biji jagung ketan (Zea mays ceratina L.). J. Nat.Scie. 1(1): 132-143.
Cahyani A.2013. Pengaruh volume enzim terhadap kadar alkohol dan nilai kalor
dari bioetanol berbahan baku umbi gadung (Dioscorea hipsida Dennst). J.
Ilmu Hayati Indonesia. 3 (1): 61-66.
Etter J. 2009. Effect of dietary crude protein level and degradability on ruminal
fermentation and nitrogen utilization in lactating dairy cows. J. Anim Sci.
9(2): 90-95.
Hoover R. 2011. Composition, molecular structure and physicochemical
properties of tuber and root starches : A Review. J. Carbohydr. Polym.
45(9) : 253-267.
Jamilah I, Meryandini A, Rusmana I, Suwanto A, Mubarik NR. 2011.
Activity of proteolytic and amylolytic enzymes from Bacillus spp.
isolated from shrimp ponds. J. Microbiol Indo. 3(2):67-71.
Poedjiadi A. 2013. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): Universitas Indonesia
Press.
Sazci A, Radforda A, Erenler K. 2012. Detection of cellulolytic fungi by using
congo red as an indicator: a Comparative Study with The
Dinitrosalicyclic Acid Reagent Method. J. of Applied Bacteriology
61(5): 559-562.
Wang S. Copeland L. (2015). Effect of acid hydrolysis on starch structure and
functionality: A Review. J. Critic. Rev. in Food. Sci. and Nut. 55(8):
81–97.
LAMPIRAN
Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai