Kelas : PPKn A
Kelompok 1 : Nur Aqidahtul Izzah 1905056003
Dwi Novita Sari 1905056004
Tri Kumala Defhvi 1905056016
Ida Resti Husaini 1905056024
Ariyanti 1905056028
Umi Kalsum 1905056038
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dilakukan
oleh seorang pejabat demi mendapatkan keuntungan pribadi. Ada banyak sekali bentuk dan
contoh tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, mulai dari pegawai rendah hingga
pejabat negara. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
memberikan landasan bagi penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Alinea keempat Pembukaan UUD NKRI 1945 secara eksplisit telah menyatakan
secara jelas bahwa salah satu cita-cita bangsa Indonesia ialah memajukan kesejahteraan umum.
Namun dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara kita masih saja di hadapkan dengan
permasalahan penyimpangan pancasila, seperti kasus korupsi.
Mempelajari Pancasila sebagai cara hidup indonesia lewat filsafat ilmu sangat penting bila
dikaitkan dengan masalah nasional saat ini. Filsafat ilmu yang dimilikinya tiga aspek (ontologi,
epistemologi dan aksiologi) dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah nasional,
khususnya dalam hal korupsi. Solusinya memberikan pemahaman tentang Pancasila nilai-nilai.
Pancasila sebegai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus didasarkan
pada nila-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kenyataan, dan yang terakhir keadilan.
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara menjadi
tersangka pengadaan bantuan sosial (bansos) Covid-19. Ini terkuak dari konferensi pers yang
dilakukan KPK, Minggu (6/12/2020) dini hari.
Juliari pun dikabarkan sudah menyerahkan diri ke KPK. Bersamanya ada empat
tersangka lain, yakni dua pejabat pembuat komitmen di Kementerian Sosial (Kemensos)
Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono dan pihak swasta Ardian I M dan Harry Sidabuke.
Ketua KPK Firli Bahuri menjelaskan, kasus diawali adanya pengadaan barang berupa bansos
penanganan Covid-19. Ada paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020 dengan
nilai kurang lebih Rp 5,9 triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan sebanyak dua
periode.
Pada tahapan ini, Mensos Juliari menunjuk Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono
sebagai pejabat pembuat komitmen dengan cara penunjukan langsung rekanan. KPK
menduga ada kesepakatan sejumlah fee dari penunjukan rekanan pengadaan bansos tersebut.
"Saudara JPB selaku Menteri Sosial menunjuk MJS dan AW sebagai PPK dalam
pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukan langsung para rekanan dan diduga
disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan para
rekanan kepada Kementerian Sosial melalui MJS," ujar Firli dalam konferensi pers di
gedung KPK, Jl Kuningan Persada, Jakarta, Minggu (6/12/2020) dini hari mengutip detik.
Firli mengatakan, untuk fee tiap paket Bansos disepakati oleh Matheus Joko Santoso
dan Adi Wahyono sebesar Rp 10 ribu per paket sembako dari nilai Rp 300 ribu per paket
bantuan sosial. Keduanya melakukan kontrak pekerjaan dengan suplier yang salah satunya
PT RPI yang diduga milik Matheus.
"Selanjutnya, MJS dan AW pada bulan Mei sampai dengan November 2020 dibuatkan
kontrak pekerjaan dengan beberapa suplier sebagai rekanan yang di antaranya AIM, HS dan
juga PT RPI yang diduga milik MJS," kata Firli. KPK menyebut, Mensos Juliari Batubara
mengetahui langsung penunjukan perusahaan milik anak buahnya. ada paket bansos Covid-
19 periode pertama, diduga diterima fee miliaran rupiah dan turut diterima Mensos Juliari.
"Pada pelaksanaan paket Bansos sembako periode pertama diduga diterima fee kurang
lebih sebesar Rp 12 Miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada JPB
melalui AW dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar," ujar Firli. Firli menerangkan, pemberian
uang tersebut selanjutnya dikelola oleh Eko dan Shelvy selaku orang kepercayaan Mensos
Juliari Batubara untuk digunakan membayar berbagai kebutuhan pribadi Mensos. Ada uang
sekitar Rp 8,8 miliar yang diduga dipakai untuk keperluan Mensos Juliari Batubara.
"Untuk periode kedua pelaksanaan paket Bansos sembako, terkumpul uang fee dari
bulan Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020 sejumlah Rp 8,8 miliar yang juga diduga
akan dipergunakan untuk keperluan saudara JPB," ucap Firli. Mensos Juliari disangkakan
melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke
1 KUHP.
Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau
Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 huruf (i) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Adapun
Ardian dan Harry disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf
b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 4 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
B. TEORI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai ideology kolektif (cita-cita bersama)
seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatankan sebagai filsafat karena merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilaukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan dalma suatu system yang tepat. Notonagoro berpendapat bahwa filsafat pancasila
ini memberikan pengetahan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Jika
pancasila mau dipertanggung jawab kan secara sahih, logis, koheren, dan sistematis, di
dalamnya harus memuat kaidah-kaidah filosofis. Pancasila harus memuat juga dimensi
metafisis (ontologis), epitemologis, dan aksiologi.
Jika ditilik dari soal tempat, filsafat pancasila merupakan bagian dari Filsafat Timur
(karena Indonesia kerap digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan bagian Timur).
Sebenarnya, ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam Pancasila, misalnya soal
pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentikan dengan paham
mengenai ‘ratu adil’ dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-paham Barat, seperti :
Kemanusiaan, demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat,
Pertama, secara onotologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonarogo, hakikat
dasar ontologies Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek
hukum pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai
sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai
makhluk individu sekaligus juga sebagai makhul social, serta kedudukannya sebagai
makhlik tuhan. Konsekuensinya, pancasila dijadikan dasar Negara diliputi oleh nilai-nilai
Pancasila yang merupakan kodrat manusia monodualis tersebut.
Kedua, kajian epistemology, Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagi upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya
karena epsitemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan degan dasar
onotologisnya. Oleh karena itu, dasar epitemologi Pancasila sangat berkaitan dengan konsep
dasarnya hakikat tentang manusia. Sebagai suatu paham epistemology, Pancasila
medasarkan pandanganya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religious dalam
upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia, oleh
karena itu, Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam
membangun perkembangan sains dan teknologi pada saat ini.
Ketiga, kajian aksiologi, Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas nilai praksis
atau manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-sila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki sutu kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas filsafat nilai Pancasila.
Secara aksiologi, bangasa Indonesia pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung
nilai, bangsa Indonesia itulah yang mengakui, menghargai, menerima Pancasila sebagai
sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penerimaan, dan penghargaan Pancasila sebagai sesuatu
yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia.
Pancasila sebegai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus
didasarkan pada nila-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kenyataan, dan yang terakhir
keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan ini betolak dari pandangan bahwa Negara
merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, dimana
merupakan masyarakat hukum.
Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Perikemanusiaan diambil
dalam arti yang seluas-luasnya, sedang sebagai dasar Negara Perikemanusiaan terutama
berarti internasionalisme. Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung):
Keadilan Sosial diambil dalam arti yang seluas-luasnya, harus dilakukan dalam semua kerja
sama manusia, sedang sebagi dasar Negara mempunyai arti yang khusus, yaitu Keadilan
Sosial seperti yang harus dijelmakan oleh Negara.
Demikian juga demokrasi dalam filsafat hidup (Weltanschauung) berarti tiap-tiap
kesatuan-karya harus melaksanakan Demokrasi, sedangkan sebagai dasar Negara Demokrasi
mempunyai arti yang tertentu pula, yaitu cara menegara. Juga Kebangsaan, dalam rumusan
filsafat dan dalam undang-undang Negara artinya tidak tepat sama. Dalam filsafat hidup
kebangsaan dinyatakan bahwa manusia itu dilahirkan dan dicap oleh tanha airnya
(bangsanya), dan bahwa dalam membentuk kesatuankarya. Dalam undang-undang Negara,
bangsaan mempunyai arti yang khusus, yaitu kesatuan yang sudah ada, yang kita sebut
bangsa, itu harus menjadi landasan menegara. Demikian juga halnya dengan sila Ketuhanan”
(Driyarkara 2006:859-860).
Gotong royong menggarambarkan secara filsuf manusia dan bangsa Indonesia. Gotong
royong mengandaikan pengakuan akan yang lain (manusia dan Tuhan), kebersamaan, kerja
sama demi keadilan, dan musyawarah. Driyarkara kemudianmenguraikan manusia dan
bangsa Indonesia yang bergotong royong ini menjadi lengkap secara ontologies,
epistemologis, dan aksiologis. “Sebagai dalil filsafat, Pancasila dapat dijelaskan sebagi
berikut:
1) Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada bersama-dengan-cintakasih,
yang disebut perikemanusiaan.
2) Perikemanusiaan itu harus kujalani bersama-sama menciptakan, dan mengguankan
barang dunia demi keadilan sosial.
3) Perikemanusiaan harus kulaksanakan juga dalam masyarakat. Aku manusia niscaya
memasyarakat …, dan berdemokrasi.
4) Perikemanusiaan harus juga kulaksanakan dalam hubunganku dengan kesatuan ….
Kesatuan yang besar itu, tempat aku pertama harus melaksanakan perikemanusaan,
disebut dengan Kebangsaan.
5) Aku mengakui bahwa adaku itu bersama, serba terhubung, serba tersokong, serba
terganung. Jadi adaku tidak sempurna, tidak atas kekuatan sendiri. Jadi adaku
bukanlah sumber dari adaku … melainkan kepada Yang Mutlak, sang Maha-ada ….
Itulah Tuhan Yang Maha Esa” (Driyarkara 2006:856-857).