Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GEOGRAFI TRANSPORT DAN PEMUKIMAN

“Menganalisis Kualitas Permukiman”

OLEH :

KELOMPOK 2

1. Ayu Noviana Simatupang ( 3183331010 )


2. Astuti Labora Purba ( 3183331001 )
3. Marsaulina Hasibuan ( 3182131018 )
4. Rebeka Doloksaribu ( 3181131020 )

Kelas : A Pendidikan Geografi 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Geografi Transport dan
Permukiman Makalah . Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, makalah
ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa baik isi maupun teknik penyajian tulisan
masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk meningkatkan
mutu penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga tugas makalah ini bermanfaat untuk kalangan
umum maupun pendidikan.

Medan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................. 2
C. TUJUAN ...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KUALITAS PERMUKIMAN......................................................6-7


B. PERMASALAHAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH YANG
MENGHAMBAT BAGI PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN..........7-8
C. HUBUNGAN PERMUKIMAN PENDUDUK DENGAN KEPADATAN
PENDUDUK...........................................................................................................8-9
D. KRITERIA PERMUKIMAN YANG LAYAK HUNI.........................................9-11
E. PERMUKIMAN MENURUT ARTI ETIKA LINGKUNGAN...............................12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................................13
B. SARAN....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Masalah permukiman di Indonesia, terutama untuk wilayah perkotaan pada umumnya


disebabkan karena adannya jumlah penduduk yang relatif meningkat dari tahun ketahun,
sebagaimana negara-negara yang sedang berkembang, masalah permukiman merupakan salah
satu faktor penghambat bagi suatu daerah dalam usaha peningkatan mutu kualitas lingkungan
fisik permukiman dimana pertumbuhan penduduk yang tinggi, baik yang disebabkan oleh
pertumbuhan secara alami maupun oleh urbanisasi yang tidak terkendali akan menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan fisik permukiman yang ada. Pada dua dasa warsa ini terahir,
menurut data statistik, pertumbuhaan penduduk daerah perkotaan lebih dari 5 % pertahun,
dengan jumlah penduduk tahun 2005 daerah perkotaan mencapai 55 juta jiwa, hal ini
disebabkan oleh faktor urbanisasi (BPS, 2005).

Tingginya kepadatan penduduk di kota ini disebabkan karena kota merupakan pusat kegiatan
manusia yang menawarkan berbagai kesempatan yang lebih baik dan besar dari pada di
daerah pedesaan. Tidak mengherankan jika banyak penduduk pedesaan yang melakukan
migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupanya. Sebagai akibatnya maka laju pertumbuhan
penduduk kota berlangsung sangat cepat. Hal inilah yang menimbulkan berbagai masalah
dalam pengadaan dan penataan ruang untuk permukiman, pendidikan, kesehatan,
perdagangan, rekreasi, industri, olahraga dan ekonomi (Sutanto, 1995).

Permukiman kota adalah suatu lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal
manusia dilengkapi dengan sarana prasarana sosial, ekonomi, budaya dan pelayanan
merupakan sub sistem kota secara keseluruhan. Gejala perubahan permukiman umum yang
sering dijumpai pada wilayah perkotaan disebabkan oleh dua hal: 1) Karena pertambahan
penduduk kota; dan 2) Perubahan dan pertumbuhan kegiatan masyarakat kota serta
meningkatnya kebutuhan hidupnya (Musiyam, 1994). Komposisi penduduk yang heterogen,
kemajuan teknologi dan pendidikan serta kemajuan bidang sosial ekonomi, kesemuanya itu
menyebabkan kota bertambah besar dan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan
diperlukan penanganan dan penataan yang berkesinambungan agar kegiatan kota tetap lancar
dan tidak menimbulkan kemerosotan kualitas lingkungan fisik.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud dengan Kualitas Permukiman?
2. Apa Saja Permasalahan Masyarakat Dan Pemerintah Yang Menghambat Bagi
Peningkatan Kualitas Permukiman?
3. Bagaimana Hubungan Pemukiman Penduduk dengan Kepadatan Penduduk?
4. Seperti Apakah Kiteria Permukiman Yang Layak Huni?

C. Tujuan

Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah diuraikan di atas maka adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui defenisi kualitas permukiman


2. Untuk mengkaji permasalahan masyarakat dan pemerintah yang menghambat bagi
peningkatan kualitas permukiman
3. Untuk menganalisis hubungan permukiman penduduk dengan kepadatan penduduk
4. Untuk mengetahui seprti apa permukiman yang layak huni

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kualitas Permukiman

Kualitas permukiman memiliki makna erat kaitannya dengan kondisi dari suatu permukiman
yang berbeda – beda sesuai dengan kemampuan penghuninya dalam memanfaatkan
permukiman tersebut. Kualitas permukiman mencakup mengenai kondisi bangunan rumah,

lingkungan rumah dan manusia yang ada didalamnya.

Kualitas permukiman juga erat kaitannya dengan kondisi biofisik, seperti letak, topografi,
batuan, tanah, air dan vegetasi. Berbanding lurus juga dengan penghuni yang ada didalamnya,
yang di pengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, dan pekerjaan. Kondisi
yang wajar tentu saja dapat dijelaskan bahwa kualitas permukiman yang dimiliki akan terlihat
sejajar dengan kondisi penghuninya. Namun dalam kondisi tertentu kadang juga tidak terlihat
sejajar.

Kualitas lingkungan permukiman yang baik secara umum biasanya akan mempunyai fasilitas
sosial ekonomi, pendidikan dan sarana transportasi yang memadai atau bik. Namun tidak
selamanya kondisi tersebut benar karena ada yang mempunyai kualitas permukiman yang
baik justru fasilitas sosial ekonomi, pendidikan dan sarana transportasi tidak memadai.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, yaitu faktor fisik dan non fisik kondisi lingkungan
permukiman suatu kota atau wilayah dapat dibedakan kualitasnya.

The Committee on The Hygiene of Housing of The American Public Health Association
(1954; dalam Yunus, 1987) menentukan syarat rumah sehat adalah rumah yang memenuhi
syarat sebagai berikut :

1.Kebutuhan fisiologis, suhu optimal yang ada dalam rumah, keadaan ventilasi yang baik,
dan adanya ruangan.

2.Kebutuhan psikologis, dapat memenuhi kebutuhan individu, kebebasan dan kesempatan


dalam keluarga.

3.Memberikan perlindungan terhadap penyakit yang menular dan dapat mencegah adanya
penularan, adanya air bersih, tersedianya tempat pembuangan air kotor.

5
4.Memberikan perlindungan dan pencegahan apabila terjadi kecelakaan dalam rumah baik itu
dilihat pada keadaaan konstruksi bangunan yang kuat, sehingga diharapkan dapat
menghindari dari beberapa kecelakaan, di antaranya roboh.

Syarat rumah sehat juga dipaparkan oleh American Public Health Association(1954: dalam
Ritohardoyo, 1989), dimana didalamnya mengemukakan adanya rumah sehat maka dapat
memberikan beberapa fungsi terkait dengan penghuni yang ada didalamnya, di antaranya :

1.Tempat beristirahat dari kegiatan yang telah dilakukan.

2.Tempat berkumpulnya anggota keluarga sehingga dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan.

3.Tempat yang dapat melindungi kemungkinan adanya bahaya baik dari keadaan alam dan
makhluk lainnya.

4.Dapat digunakan sebagai status.

5.Merupakan tempat untuk menyimpan segala harta/ barang yang berharga.

6.Modal

7.Kepemilikan barang dan kesempatan yang dapat menunjang anggota keluarga untuk dapat
menunjukkan adanya prestasi dan nilai

B. Permasalahan Masyarakat Dan Pemerintah Yang Menghambat Bagi


Peningkatan Kualitas Permukiman

Kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya dapat terlihat pada kondisi
permukimannya.Adaptasi tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik
antara lain kondisi bentuklahan, topografi, kemiringan lereng, tanah dan iklim. Faktor bukan
fisik antara lain interaksi sosial, kondisi ekonomi dan faktor–faktor politik dan
keamanan.Perkembangan daerah perkotaan menyebabkan terbatasnya lahan permukiman dan
terbatasnya dana untuk membangun permukiman yang murah oleh pihak pemerintah kota.

6
Beberapa permasalahan masyarakat dan pemerintah yang menghambat bagi peningkatan
kualitas permukiman disebabkan oleh beberapa hal :
1. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun rumah
sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan
menikmati permukiman yang layak.
2. Pertambahan penduduk yang meningkat baik yang berasal dari pertambahanp
penduduk secara alami maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan.
3. Perkampungan yang tidak tertata dengan baik dengan kondisi fisik, sosial, ekonomi,
dan kesehatan yang tidak memenuhi standar.
4. Terdapatnya kampung–kampung dengan prasarana lingkungan yang buruk, tidak ada
air bersih, saluran–saluran pembuangan sampah yang tidak terkendali, dan fasilitas
sosial lainnya. (Kurniasih : 2007)
Permasalahan yang ditemui ditengah masyarakat di antaranya yaitu masalah
permukiman, salah satu penyebab masalah permukiman ini adalah akibat perilaku manusia
dalam kebutuhan lahan permukiman yang semakin mendesak, serta kebutuhan faktor sosial
ekonomi masyarakat, di antaranya penambahan perluasan permukiman juga penambahan
perumahan baru, penambahan fasilitas perdagangan seperti jumlah pasar, pertokoan dan
swalayan serta fasilitas lainnya. Akibatnya faktor-faktor ini akan menimbulkan semakin tidak
diperhatikannya lingkungan permukiman dan akan menimbulkan tata letak permukiman yang
tidak teratur, permukiman bertambah padat serta kondisi parmukiman yang buruk.

C. Hubungan Pemukiman Penduduk dengan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya jumlah tempat
untuk bermukim (pemukiman). Pertumbuhan pemukiman yang sangat pesat sedangkan luas
lahan yang tersedia terbatas maka menyebabkan tumbuhnya permukiman padat penduduk di
pusat kota, selain itu kurangnya ketersediaan ruang tersebut mengakibatkan pertumbuhan
kawasan permukiman yang tidak tertata dan tidak terkendali sehingga terkesan kumuh dan
tidak layak huni (Wasis, 2010: 1).

7
Menurut Anonim (2010: 1) beberapa hal yang mempengaruhi kepadatan penduduk,
diantaranya yaitu:

1.      Kelahiran atau natalitas, kepadatan penduduk akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh
dengan cara menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000 penduduk per tahun.

2.      Kematian atau mortalitas, kepadatan penduduk akan berkurang. Angka kematian
diperoleh dengan cara menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun.

3.      Imigrasi, adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan penduduk.

4.      Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadatan
penduduk.

 
Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas penduduk itu sendiri, terlebih lagi
jika wilayah pemukiman tersebut tidak mampu memberikan daya dukung baik bagi
penghuninya. Permasalahan yang dihadapi oleh pemukiman padat penduduk adalah masalah
yang berhubungan dengan ketersediaan air bersih, udara bersih, bahan pangan, lahan,
lingkungan, sosial ekonomi, kesehatan dan ruang gerak (Anonim: 3).

D. Kriteria Pemukiman yang Layak Huni


Suatu patokan atau standar penilaian rumah yang sehat dan ekologis dapat digunakan untuk
menentukan kualitas dan kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan
khususnya pada pemukiman padat penduduk. Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar
penilaian yang dapat digunakan dalam pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah
sebagai berikut:
 Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-
paru hijau.
 Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.
 Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.
 Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.
 Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu
mengalirkan uap air.

8
 Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan
bangunan dan struktur bangunan.
 Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.
 Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.

Menurut Tim Dosen Mata Kuliah TPB (2010: 109) pemukiman manusia yang layak, pada
dasarnya memiliki 4 (empat) unsur penting berikut yaitu:

a. Wisma
Wisma adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk tempat
tinggal maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Marga
Marga berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia dalam mencari
nafkah serta dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya.

c. Karya
Karya berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi kebutuhan hidup
masyarakat atau penduduk setempat, selain itu juga untuk mengembangkan bakat.

d. Suka
Suka berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina perkembangan
kebudayaan manusia dalam arti yang luas.
Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Surtiani (2010: 41), lokasi kawasan
perumahan yang layak adalah sebagai berikut:

 Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)


 Tersedia air bersih
 Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya
 Mempunyai aksesibilitas yang baik
 Mudah dan aman mencapai tempat kerja
 Tidak berada di bawah permukaan air
 Mempunyai kemiringan rata-rata

9
Departemen PU dalam “Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak
Bersusun” menyatakan, dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu
kriteria atau persyaratan yang terpenuhi untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi
permukiman. Kriteria tersebut antara lain:

1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun,
dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya yang bebas dari banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %,
sehingga dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki
daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
6. Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu maupun mengganggu kegiatan lainnya.
7. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
8. Mempunyai fasilitas drainase yang baik, yang dapat mengalirkan air hujan dengan
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air yang berpotensi banjir.
9. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
10. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tangki septik dan lapangan rembesan, ataupun tangki septik komunal.
11. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah yang memadai secara
teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
12. Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
13. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

10
E. Pemukiman menurut Arti Etika Lingkungan
Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya memiliki pilihan yang dapat
dikembangkan oleh dirinya baik secara individu maupun kelompok. Pilihan ini perlu
dikembangkan dalam lingkungan tempat tinggal (pemukiman). Manusia di pemukimannya
perlu menata perilaku berdasarkan kearifan dan etika budaya untuk memperoleh suatu
pemukiman yang layak dan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (Tim Dosen Mata Kuliah
TPB, 2011: 109).
Kedudukan manusia di pemukiman menurut arti etika lingkungan adalah bagian dari
lingkungan itu sendiri. Manusia mampu mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan
binaannya pada saat yang sama secara budaya dan kemajuan IPTEK. Manusia dapat
dikatakan sebagai pembentuk lingkungan. Kewajiban manusia dalam peranannya membentuk
lingkungan adalah sepenuhnya untuk menyadari keterkaitan dan ketergantungannya terhadap
unsur-unsur lingkungan sebagai suatu ekosistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Misi yang harus dibawa oleh manusia adalah memelihara keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara perilaku dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Segala tindakan dan
perbuatan yang ingin dilakukan oleh manusia harus selalu dipikirkan secara arif dan
bijaksana. Perilaku arif dan bijaksana ini juga berlaku pada saat manusia mengembangkan
pemukimannya, karena pemukiman manusia adalah perwujudan dari ekosistem binaan
manusia (Tim Dosen Mata Kuliah TPB, 2011: 110).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas lingkungan permukiman yang baik secara umum biasanya akan mempunyai fasilitas
sosial ekonomi, pendidikan dan sarana transportasi yang memadai atau bik. Namun tidak
selamanya kondisi tersebut benar karena ada yang mempunyai kualitas permukiman yang
baik justru fasilitas sosial ekonomi, pendidikan dan sarana transportasi tidak memadai.
Tingginya kepadatan penduduk di kota ini disebabkan karena kota merupakan pusat kegiatan
manusia yang menawarkan berbagai kesempatan yang lebih baik dan besar dari pada di
daerah pedesaan. Tidak mengherankan jika banyak penduduk pedesaan yang melakukan
migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupanya. Sebagai akibatnya maka laju pertumbuhan
penduduk kota berlangsung sangat cepat. Hal inilah yang menimbulkan berbagai masalah
dalam pengadaan dan penataan ruang untuk permukiman, pendidikan, kesehatan,
perdagangan, rekreasi, industri, olahraga dan ekonomi (Sutanto, 1995).

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya

12
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/15290/2/BAB_I.pdf (di akses pada tanggal 28 November 2020 pukul


05.31 WIB)

https://media.neliti.com/media/publications/76729-ID-kualitas-permukiman-di-kecamatan-
pasarkl.pdf (di akses pada tangga 28 November 2020 pukul 05.32 WIB)

file:///C:/Users/WIN10~1/AppData/Local/Temp/15922-54052-1-PB-1.pdf (di akses pada


tanggal 28 November 2020 pukul 05.34 WIB )

http://karyacombirayang.blogspot.com/2015/11/makalah-permukiman-penduduk.html ( Di
akses pada tanggal 28 November 2020 pukul 05.35 WIB )

https://www.academia.edu/31458895/MAKALAH_MENGENAI_KESEHATAN_LINGKU
NGAN_DI_PEMUKIMAN ( di akses pada tanggal 28 Nvember 2020 pukul 05.36 WIB )

13

Anda mungkin juga menyukai