Anda di halaman 1dari 55

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Profil Rumah sakit


1. Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, yang mempunyai tugas melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


1152 / Menkes / SK / XII / 1993 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran, maka Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Kelas C .Pada tanggal 29 Maret 2010 RSUD Ungaran telah lulus
akreditasi penuh tingkat lanjut Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
Nomor : 25 Tahun 2008 tanggal 22 September 2008 tentang Pelayanan Kesehatan di
Rumah SakitUmum. Sedang untuk Susunan Organisasi dan Tatakerja Rumah Sakit
Umum Daerah Ungaran ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun
2008 tanggal 23 Juli 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Inspektorat Lembaga Teknis Daerah dan Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu Kabupaten Semarang. Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
berada di wilayah Kabupaten Semarang yang terletak di kota Ungaran ( Ibukota
Kabupaten Semarang ) luas tanah serta bangunan RSUD Ungaran adalah 9.555 m² /
8.204 m², Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran mempunyai kapasitas 187   tempat
tidur (tt), dari data tahun 2016 diketahui bahwa Bed Occupancy Rate (BOR) rata -
rata 72.5 % ; Length of Stay ( LOS ) rata - rata 4.5 hari ; Turn Over Internal ( TOI )
0,5 hari dan Bed Turn Over ( BTO ) 67.3 kali. BOR 72.5 % tersebut tersebar di
ruangan - ruangan yang terdiri dari Paviliun Anggrek, Ruang Cempaka, Ruang
Melati, Ruang Flamboyan, Ruang Dahlia dan Ruang Mawar dan Ruang Baugenvil.
Disamping itu juga terdapat fasilitas Ruang One Day Care dan ICU. Instalasi yang
ada meliputi : Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi
Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit dan Instalasi Pemulasaran Jenazah Pada awal mulanya Bangunan
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Gedung milik Rumah Tangga seorang
Belanda dengan luas bangunan 200 m², kemudian dari tahun ketahun diadakan
perubahan/renovasi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat akan sarana Kesehatan.

Adapun sejarah dari Pengembangan Rumah sakit Umum Daerah Ungaran adalah
sebagai berikut: Sejarah Perkembangan status dan pimpinan

A. pada tahun 1979 berdasarkan surat keputusan men./SK/III/1979 tentang penetapan


kelas rumah sakit daerah sebagai rumah sakit umum kelas D

b. pada tahun 1993 berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan Ri nomer


1152/menkes/IIV/1993 tentang peningkatan rumahsakit umum daerah ungaran maka
rsud ungaran di tetapkan sebagai rumah sakit kelas C

c. pada tahun 2011 rsud ungaran mengalami perubhan struktur organisasi dan tata
kerja berdasarkan peraturan daerah kabupaten semarang nomer 3 tahun 2011 tanggal
2 januari 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja rsud ungaran

d. pada tahun 2012 rsud menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah (PPK-BLUD) yaitu berdaarkaan keputusan bupati semarang nomer
4450/0518/2009 tanggal 13 oktober 2009 tentang penetapan pola pengelolaan
keuangaan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) dengan status penuh

e. pada tahun 2016 rsud ungaran telah di tetapkan berdasarkan penilaain yang
dilakukan oleh komisi akreditasi rumahsakit (KARS) berdasarkan Sk (KARS-
SERT/385/IX/2016 dinyatakan telah memenuhi standar akreditasi dengan lulus
tingkat paripurna
Tipe rumah sakit

RSUD Ungaran adalah rumah sakit tipe C yang merupakan salah satu Rumah Sakit
milik pemerintah Kabupaten Semarang terletak di kecamatan Ungaran Barat, Kab. Semarang
yang merupakan salah satu dari 19 (Sembilan belas) kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang, atau tepatnya di Jl. Diponegoro No. 125 Ungaran berdasarkan letak geografis
diatas maupun faktor lainnya, RSUD Ungaran berada dalam posisi strategis sehingga
kepercayaan terhadap RSUD Ungaran dari masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat.
Pada tanggal 30 September 2016 RSUD Ungaran memperoleh prestasi lulus akreditasi
paripurna dengan nomor sertifikat : KARS-SERT/385/IX/2016.

Lokasi rumah sakit

RSUD Ungaran terletak di kecamatan Ungaran Barat, Kab. Semarang yang


merupakan salah satu dari 19 (Sembilan belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang,
atau tepatnya di Jl. Diponegoro Na. 125 Ungaran berdasarkan letak geografis diatas maupun
faktor lainnya, RSUD Ungaran berada dalam posisi strategis sehingga kepercayaan terhadap
RSUD Ungaran dari masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat.

Pelayanan yang diberikan rumah sakit

1. Jenis Pelayanan di RSUD Ungaran

1) Instalasi Rawat Jalan

Poliklinik : Bedah , Penyakit Dalam Kebidanan dan Kandungan. anak, Saraf , THT,
Mata, Kulit Kelamin, Rehabilitas Medik Fisioterapi, Gigi, Pelayanan Informasi Obat, Gizi,
VCT Cahaya! Umum, Bedah Ortopedi, Jiwa, Psikologi.

2) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium, Radiologi Farmasi Rehabilitas Medik Fisioterapi. EKG, USG, Bank


Darah dan Hemodialisa

3) Instalasi Rawat Inap

Ruang Cempaka, Ruang Dahlia, Ruang Gardenia, Ruang Alamanda, Ruang Amarilis
(anak), Ruang Flamboyan, Ruang Catleya

4) Instalasi Gawat Darurat (IGD).


b. Pelayanan 24 jam di RSUD Ungaran

1) IGD + Trauma Center

2) Instalasi Farmasi/Apotek

3) Instalasi Radiologi

4) Instalasi Laboratorium

5) Instalasi bedah sentral

c. Medical checkup/kir kesehatan

RSUD Ungaran melayani pemeriksaan kesehatan/medical checkup untuk berbagai keperluan


seperti:

1) Kir kesehatan untuk persyaratan haji

2) Kir kesehatan untuk persyaratan CPNS/PNS

3) Kir kesehatan untuk persyaratan masuk perguruan tinggi

4) Kir kesehatan untuk persyaratan diklatpim

5) Kir kesehatan untuk persyaratancalon legislative

6) Kir keschatan untuk TKI/TKW

7) Kir kesehatan umum


5. Struktur organisasi rumah saki
6. Alur pelayanan
1. Pengertian Teori Manajemen
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang di susun secara
sistematis. Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara
fenomena-fenomena yang ada.
Manajemen menurut stoner adalah proses perencanaa, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa teori manajemen merupakan
suatu prinsip yang disusun melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Perkembangan Teori Manajemen
Ada beberapa teori dalam manajemen diantaranya :
a) Teori manajemen kuno
Manajemen ini telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno. Konsep- konsep
manajemen juga sering di bicarakan oleh filosof Yunani atau Arab (Islam) pada
abad pertengahan.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di zaman kuno,
tetapi kejadian semacam itu relatif sporadif, dan tidak ada upaya untuk
mempelajari manajemen. Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian
“terlupakan“. Ada alasan lain, ilmu ekonomi berkembang terlebih dahulu.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen
yang lebih serius. Pada waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-
perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa. Perusahaan besar seperti
IBM, General Motors, mulai muncul pada awal abad 20-an. Pekerja mencapai
ribuan orang. Produksi dilakukan secara masal. Input masuk dalam jumlah besar,
proses produksi harus dilakukan dengan cepat (efisien). Pengelolaan perusahaan
besar tentunya semakin kompleks. Studi manajemen yang lebih serius semakin
diperlukan.
b) Teori manajemen klasik
Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad keduapuluh.
Kajian awal manajemen, yang dikenal sebagai pendekatan klasik, berfokus pada
rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi
seefisien mungkin.
c) Teori manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor (1856-1915) merupakan bapak manajemen ilmiah.
Ia  menerbitkan buku yang berjudul Principles of Scientific Management (Prinsip
– prinsip Manajemen Ilmiah). Buku ini menjabarkan teori manajemen ilmiah :
penggunaan metode-metode ilmiah guna mendefinisikan “satu cara terbaik”
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
d) Teori organisasi klasik
Teori organisasi klasik menjabarkan pada hal – hal yang dikerjakan seorang
manajer dan hal – hal apa yang disebut sebagai praktik manajemen yang baik.
Pada tahun 1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku berjudul “General
and Industrial Management”. Menurut Fayol, praktek manajemen dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis.
Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain dan calon
manajer.
3. Perkembangan teori manajemen di masa mendatang
Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di
masa mendatang :
a) Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
b) Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
c) Aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan di antara mereka cenderung kabur.
d) Masing-masing aliran berintegrasi.
e) Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.

A. Teori Keperawatan
1. Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (2011) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan
menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (2010), ada tiga cara
pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

2. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan


Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
dicapai, diantaranya:
a)  Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik untuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai
permasalahan dapat teratasi.
b) Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
c) Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
d) Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang.
3. Karakteristik Teori Keperawatan dan Faktor yang Mempengaruhi Teori
Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar
teori dan konsep keperawatan, yaitu:
a)   Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia,
konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
b)   Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan
cara berpikir yang logis.
c)   Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan  yang
kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
d)   Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penelitian.
e)   Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan
4. Faktor yang mempengaruhi teori keperawatan
a) Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga membuat standar pada
pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang
efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan
perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
b) Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori
keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita
mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan
identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan
sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu budaya perawat
dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah
ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung
akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim
kesehatan.
c) Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan
kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah
memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi
pada pelayanan keperawatan.
d) Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu
keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang
dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu
ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui
sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan  atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
5. Pandangan Beberapa Ahli tentang Teori dan Model Konsep Keperawatan
a) Teori Nightingale (2011)
Teori Nicghtingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model
konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan
lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan
data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut
dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesi lain.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersiahn, ketenangan, dan
nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 2010; Torres, 2011).
Torres (2009) mencatat bahan  nightangle memberikan konsep dan penawaran
yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.
b) Teori Peplau
Teori  Hildegrad Peplau (2009) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif ( Peplau, 2011); yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien
(Torres,2011;Marriner-Tomey,2010).Berdasarkan teori ini klein adalah individu
dengan kebutuhan prasaan,dan keperawatan dalam proses interpersonal dan
terapeutik.Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara
perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber,konselor,dan
wali.
Teori  Peplau merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi
perawat dan klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien (Beeber, Anderson dan Sills,2010). Hubungan interpersonal perawat-klien
digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut ini
:Orientasi,identifikasi,penjelasan,dan resolusi( Chinn dan Jacobs, 2010)
c) Teori Henderson
Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson, 2012)
mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (2011)
mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas
yang memiliki kon-tribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya... dimana
individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan
dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson,
memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson,
2011):
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3.   Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepaskan pakaian
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingin tahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal
d) Teori Abdellah
Teori keperawatan yang di kembangkan oleh Faye Abdellah et al.(2011)
meliputi pemberihan asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi
kebutuhan fisik,emosi,intelektual,sosial,dan spiritual baik klien maupun keluarga.
Dalam teori Abdellah mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik,yang
sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan abdellah:
1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik
2. Mempertahankan aktifitas,istirahat dan tidur yang optimal
3. Mencegah terjadinya kecelakaan,cederah, atau trauma lain dan mencegah
meluasnya infeksi
4. Menpertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencagah dan
memberbaiki defermitas
5. Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7. Mempertahankan eliminasi
8. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9. Mengenali respons – respons fisiologos tubuh terhadap kondisi penyakit-
patologis,fisiologis dan kompensasi
10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11. Mempertahankan fungsi sensorik
12. Mengidentifikasi dan menerima ekspresi,prasaan dan reaksi potif dan
negative
13. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara emosi
dan penyakit organic
14. Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal
15. Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif
16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17. Menghasikan dan /atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik
18. Memfasillitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki
kebutuhan fisik,emosi dan perkembangan yang berbeda
19. Menerima tujuan oktimal yang dapat dicapai sehubungan dengan
keterbatasan fisik dan emosional
20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam
mengatasi masalah yang muncul akibat dari penyakit
21. Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhui dalam munculnya suatu penyakit
e) Teori Orlando
Bagi Ida Orlando (2011), klien adalah individu dengan suatu
kebutuhan,dimana bila kebutuhan tersebut di penuhi maka stres akan
berkurang,meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan
optimal (Chinn dan Jacobs,2011). Teori Jean Orlando mengandung konsep
kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu :
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat
setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui penyebab
yang mempengaruhi derajat kesehatan , lalu bertindak secara spontan atau
berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan.
f) Teori Levina
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan
nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu
rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki
individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari keperawatan
adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah sebagai berikut :
KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau
perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung jawabPerawat bertanggung jawab
dalam mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh)
sebagai adaptasi klien atau usaha untuk  Rasa, Stress, Inflamasi beradaptasi
terhadap lingkungan. 4 Sensorio respon antara lain : Fungsi perawat
memasukkan intervensi takut untuk meningkatkan adaptasi terhadap penyakit
dan evaluasi intervensi sebagai support (dorongan) atau terapeutik koping.
Intervensi membantu mempertahankan status kesehatan dan mencegah penyakit
lebih lanjut.
Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.4
prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk seseorang ke
status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap energy
Keseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kesehatan :  kelelahan
Perlindungan terhadap integritas strukturaMempertahankan atau struktur tubuh
(penyembuhan) pemulihan Perlindungan terhadap integritas personal.
Mempertahankan atau pemulihan rasa identitas dan harga diri Perlindunga
(mengenali kualitas diri) terhadap integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai
suatu makhluk sosial khususnya dengan orang lain. Teori Levine berfokus pada
satu orang klien, teori ini mempunyai implikasi utama dalam pengaturan
perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik
g) Teori Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (2010) berfokus pada bagaimana
klien beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres aktual atau
torensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya adalah
menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa
penyembuhannya ( Johnson,2012). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar
yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:
1. Perilaku mencari keamanan
2. Perilaku mencari perawatan
3. Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi
prestasi
4. Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5. Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan kultural
6. Perilaku seksual dan identitas peran
7. Perilaku melindungi diri sendiri
h) Teori Rogers
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia.
Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik . tidak ada
dua hal didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara yang sama
dibawah keadaan yang sama . jalan hidup seseorang berbeda dengan yang lain.
Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya. Manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikan tersendiri misalnya dalam hal sifat dan emosi.
Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai ilmu dan m,endukung
adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan menggembangkan
pengetahuan dari ilmu-ilmu dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu
keperawatan itu sendiri:Ilmu keperawatan bertujuan untuk mengembangkan
penelitian ilmia dan analisis logis dan kemampuan menerapkanya dalam praktik
keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan
terbaru keperawatan . . . keperawatan merupakan ilmu tentang humanispik.
i) Teori Orem
Dorothea Orem (2012) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas
pelayanan yang diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika
mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu
memberikan perawatan kepada mereka. Keperawatan merupakan salah satu daya
atau usaha manusia untuk membantu manusia lain dengan melakukan atau
memberikan pelayanan yang professional dan tindakan untuk membawa manusia
pada situasi yang saling menyayangi antara manusia dengan bentuk pelayanan
yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan Perawatan Diri Orang dewasa dapat
merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit
membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, sosial, pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk meningkatkan
proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau penyimpangan
cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan mandiri dilakukan
dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan
kemampuan pasien. Oleh karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan
keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali
asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi
(system pengganti keseluruhan). Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam
tindakan keperawatan (system pengganti sebagian) Pasien merawat diri sendiri
dengan bimbingan perawat (system dukungan/pendidikan).
j) Teori King
Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (2011) berfokus pad
interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial.
Ketiganya membektuk hubungan personal antara perawat dan klien. Hubungan
perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan,
dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dan klien
dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh sistem
asuhan kesehatan yang berlaku (king, 2010). Tujuan perawat adalah
memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien dalam menciptakan dan
mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan.
k) Teori Neuman
Betty Neuman (2010), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan
memperhatikan seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon individu
terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.Perawatan
berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien untuk
mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling baik.Perawatan
menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor lingkungan
dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman, asuhan
keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat
adanya stressor. penyakit yang terdiri dari pencegahanPeran ini disebut
pencegahan  primer, sekunder dan tertier. Primer = meliputi tindakan
keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya  tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk
gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau
menghilangkan  karena adanya stressor. Tersier = meliputi pengobatan rutin dan
teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.
l) Teori Roy
Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa dan
tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang
sehat.Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah
terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang esensial
untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan. Roy menggambarkan
metode adaptasi dalam keperawatan. Individu adalah makhluk biospikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
m) Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk
hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial,
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa
manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya
dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera
merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk
mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
B. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2010). Kelly dan Heidental (2008) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).
Swanburg (2009) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan
yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat
manajer menjalankan profesi mereka.Manajemen keperawatan memahamidan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
Suyanto (2011) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan
manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien (Gillies, 2010).
Kesimpulanya, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pemberian bimbingan sehingga proses keperawatan yang diberikan dapat efektif dan
efisien. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli & Bahtiar, 2011).Akhirnya, fungsi manajemen ini
merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi manajemen menurut Terry(2010), adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajemen yang
meliputi penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara
keseluruhan, memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan
sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan,
memperkirakan efektifitas tindakan serta menyiapkan karyawan dalam
melaksanakan (Gillies, 2011).
Dari pengertian perencanaan tersebut diatas dapat dirumuskan pengertian
tentang perencanaan dalam lingkup manajemen keperawatan yaitu proses
pengambilan keputusan manajer tentang upaya pencapaian tujuan keperawatan
melalui analisa situasi, perkiraan sumber daya alternatif, tindakan dan pelaksana
tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan memusatkan perhatian pada masa
yang akan datang. Manajemen keperawatan harus mempersiapkan ruang
keperawatan dan perawat dalam menghadapi tantangan yang akan datang, baik
yang dapat diramalkan maupun yang tidak terduga. Perencanaan
menspesifikasikan pada apa yang akan dilakukan dimasa akan datang, serta
bagaimana hal itu dilakukan dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan
(Parmin, 2010).
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suarli dan Bahtiar
(2011), menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan
datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi
dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan
pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2010).
b. Fungsi Organisasi
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan (Muninjaya, 2010). Huber (2009) menyatakan bahwa pengorganisasian
adalah memobilisasi sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk
mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan
yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan
dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata
hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
& Bahtiar, 2009).
Dalam pelaksanaan fungsi manajemen pengorganisasian, kepala ruangan
bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit
kerjanya. Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan
tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,
departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2010).
a. Fungsi Ketenagaan
Fungsi ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu
untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga
memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat
yang professional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang
akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara
proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan
dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitasi pasien. Kebijakan
prosedur ketenagaan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus
diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan
organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode
ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).
b. Fungsi Pengarahan
Fungsi Pengarahan adalah fase kerja dalam manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen
yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif
dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2009). Pengarahan yang efektif akan
meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan
dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2010). Motivasi sering disertakan
dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2009). Agar pengarahan dapat dilaksanakan dengan
mudah, perlu syarat-syarat antara lain; a) adanya keinginan bekerja sama (sense
ofcooperation), b) adanya rasa persaingan (rivalry), c) semangat tim (team spirit),
d) semangat korps, perasaan menghargaikesatuan, korps, atau organisasi (esprit de
corps) (Wijono, 2009).
c. Pengawasan
Pengawasan menurut Mockler (2011, dalam Handoko, 2010) adalah usaha
yang sistematis untuk menetapkan standar pelaksanaan sesuai dengan tujuan-
tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yangtelah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan. Robins & Coulter (2010) menyatakan bahwa fungsi
ini adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau
dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, kinerja tersebut
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain
diperiksa kembali. Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan
standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi
ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010).
1. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk
memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2010) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan social
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau
tingkat sosial, disiplin.
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasia
2. Kerangka Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan
a. Kerangka konsep manajemen keperawatan
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif
yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu manusia, perawat, kesehatan
ddan lingkungan.
b. Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki oleh
seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/ berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien dalam
rentang sehat-sakit.
Pengertian filosofi tersebut, maka dalam manajemen keperawatan juga
menekankan pada unsur-unsur paradigma keperawatan dalam melakukan
pengelolaan terhadap pasien, ketenagaan, peralatan, administrasi dan lain-lain
yang berhubungan dengan pengelolaan organisasi di pelayanan, pendidikan atau
instansi pemerintah.
Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan meyakini bahwa:
1) Mengajarkan hari ini lebih baik dari hari esok
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan
3) Meningkatkan mutu kinerja keperawatan, berati juga peningkatan pelayanan
keperawatan
4) Pendidikan berkelajutan sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan
keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan merupakan tanggung jawab
bidang keperawatan
5) Keperawatan adalah proses keperawatan individual yang membantu dan
menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehingga mencapai
keadaan fungsi yang optimal
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang
bermutu
8) Perawat adalah advokat pasien yang berpartisipasi melalui fungsi komunikasi
dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien serta keluarga harus
dilibatkan melalui perencanaan sampai evaluasi
9) Perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal, dan perencanaan
pulang adalah proses ttransisi dari rumah sakit ke komunitas merupakan
bagian integral dari perencanaan perawatan pasien
c. Visi dan Misi Keperawatan
Visi yang dimaksudkan adalah perawat/ manajer keperawatan harus
mempunyai suatu pandangan dan pegetahuan yang luas tentang menejemen dan
proses perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, social ekonomi, politik yang akan berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.
Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi keperawatan
dalam melaksanakan visi yang telah ditetapakan, yaitu menjaga dan mengawasi
suatu proses profesionalisasi keperawatan agar terus berjalan dan
berkesinambungan. Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien
dan staf keperawatan/ non keperawatan. Mengajarkan, mengarahkan dan
membantu kegiatan profesional keperawatan. Turut serta dan bekerjasama dengan
semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
d. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan yang konkrit dan spesifik tentang
pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapkan prioritas kegiatan
sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi, misi, dan didasari filosofi
yang diyakini dalam rumah sakit.
3. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seharusnya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Manajer
keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup dari tugas dan peran seorang menejerial
keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen Puncak.
2) Manajemen Menengah.
3) Manajemen Bawah.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut
agar penatalaksanaannya berhasil.
Faktor – faktor tersebut adalah:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Rencana Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
C. Model Praktik Keperawatan Profesional
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna
Sitorus & Yuli, 2010).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek
struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi
hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan profesional, yaitu sebagai
berikut :
1. Ketenagaan keperawatan
2. Metode pemberian asuhan keperawatan
3. Proses keperawatan
4. Dokumentasi keperawatan
Hoffart danWoods dalam Rohmiyati (2010) mendefinisikan Model Praktik
Keperawatan Profesional sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
terhadap lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Sebagai suatu
model berarti sebuah perawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan
profesional di rumah sakit. Model ini berfokus pada hubungan caring antara klien atau
keluarga dan perawat (Sitorus, 2009).
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai Rumah Sakit (Hoffart dan
Woods dalam Qadir, 2010) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5 komponen yaitu
nilai-nilai profesional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengalihan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
1. Tingkatan MPKP
Menurut Sitorus (2008), kategori MPKP dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkat pendidikan Perawat Primer menjadi :
a. MPKP Pemula
Pada tingkat ini kategori pendidikannya PP masih DIII dan diharapkan nantinya
PP mempunyai kemampuan sebagai S.Kep/Ners melalui kesempatan peningkatan
pendidikan. Praktik Keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat pemula dengan metode asuhan pemberian
asuhan keperawatan modifikasi keperawatan primer. Ketenagaan pada tingkat ini
jumlah harus sesuai dengan kebutuhan, S.Kep/Ners (1:25-30 klien), D3
Keperawatan sebagai perawat primer pemula, SPK / D3 Keperawatan sebagai PA.
Dokumentasi keperawatan mengacu standar rencana perawatan masalah aktual.
b. MPKP Tingkat I
MPKP Tingkat I, PP adalah S.Kep/Ners, agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi diperlukan kemampuan seorang Ners
spesialis yang akan berperan sebagai clinical care manager (CCM). Praktik
keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dengan metode asuhan pemberian asuhan keperawatan
modifikasi keperawatan primer. Dokumentasi keperawatan mengacu standar
rencana keperawatan masalah keperawatan dan masalah resiko.
c. MPKP Tingkat II
Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan
modifikasi keperawatan primer / asuhan keperawatan profesional tingkat II.
Metode pemberian asuhan keperawatan adalah manajemen kasus dan
keperawatan. Jumlah ketenagaan sesuai kebutuhan, Ners spesialis, PP (1:1). Ners
spesialis sebagai CCM, S.Kep/Ners sebagai PP, D3 keperawatan sebagai PA.
Dokumentasi menggunakan clinical pathway dan standar rencana keperawatan.
d. MPKP Tingkat III
Praktik keperawatan diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan
primer / asuhan keperawatan profesional tingkat III. Metode pemberian asuhan
keperawatan adalah manajemen kasus jumlah sesuai tenaga kebutuhan, dokter
keperawatan klinik sebagai konsultan, Ners spesialis : PP (1:1) ners spesialis
sebagai CCM, D3 keperawatan sebagai PA. Dokumentasi keperawatan
menggunakan clinical pathway/standar rencana keperawatan. Perawat dengan
kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi dokter keperawatan,
sehingga diharapkan perawat lebih banyak melakukan penelitian keperawatan
yang dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan
ilmu keperawatan.
2. Sistem MPKP
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (2010) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5 komponen :
a. Nilai profesional
Pengembangan MPKP didasarkan pada nilai profesional. Nilai profesional
merupakan inti dari MPKP, yang meliputi nilai intelektual, komitmen moral,
otonomi, kendali dan terganggu gugat. Nilai intelektual didapatkan melalui
pendidikan formal dan informal (Nuryandari, 2009). Keperawatan merupakan
profesi yang didasarkan pada caring. Caring mengandung arti perhatian,
tanggungjawab, dan ikhlas (Kozier & E.Rb, 2008). PP dan PA membangun
kontrak dengan klien / keluarga yang merupakan awal dari penghargaan atas jasa
dan martabat manusia.
b. Pendekatan manajemen
Pendekatan manajemen digunakan untuk mengelola sumber daya yang ada
meliputi ketenagaan, alat, fasilitas serta menetapkan Standar Asuhan Keperawatan
(SAK). Pada MPKP ini pendekatan manajemen tampak pada peran perawat
primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk pasien sebagai manajer asuhan
klinik.
c. Sistem pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan
metode penugasan bagi tenaga perawat yang digunakan dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien.
d. Hubungan profesional
Pengembangan MPKP memungkinkan terjadinya hubungan profesional di antar
perawat dan praktisi kesehatan lainnya.
3. Sistematika Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu:
Pra Interaksi:
a. Mencari Informasi tentang nama, umur, alamat dan riwayat medis sebelumnya
b. Mempelajari catatan status kesehatan klien
c. Menjelaskan pada PA (Perawat Asosiet) tentang klien baru yang akan menjadi
tanggungjawab tim.
d. Menginformasikan dokter atau tim kesehatan lainnya yang bertanggungjawab
terhadap kesehatan klien
e. Menyiapkan diri untuk interaksi
f. Orientasi pasien baru
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan klien keluarga
dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan klien / keluarganya dalam
memberikan Asuhan Keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling
percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat terbina (trust). Hal-hal yang
perlu diperhatikan:
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama) dan
kondisi klien sudah tenang.
2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan
orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi
kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang
bertanggungjawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan.
3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan di kamar klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya
klien di informasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang
ditempelkan dikamar klien.
4) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan
keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien.
5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus
menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan
mengidentifikasi kebutuhan klien.
6) Pada saat penggantian dinas (di kamar klien), ingatkan klien nama perawat
yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada
daftar nama tim.
Operan/ Timbang Terima
Timbang Terima
Timbang terima (operan) pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilaksanakan atau belum dilaksanakan dan perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh tim keperawatan
kepada tim keperawatan pada shift selanjutnya dengan dipimpin oleh kepala ruang, baik
secara tertulis atau lisan.
Timbang terima merupakan suatu proses timbal balik dalam pergantian shift jaga
yang disampaikan secara komprehensif, meliputi; isi timbang terima (pra; masalah
pasien, tindakan yang sudah dan rencana yang belum dilakukan; perhatian khusus.
Pelaksanaan; mekanisme timbang terima dengan standar baku. Pasca; klarifikasi dan
tindak lanjut tindakan).
1) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap
masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang
penting lainnya selama masa perawatan (tanggung jawab).
2) Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat
secara khusus untuk diserah terimakan pada petugas berikutnya.
3) Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima :
(a) Identitas pasien dan diagnosa medis.
(b) Masalah keperawatan yang masih muncul
(c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum).
(d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
(e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemerikasaan laboratorik atau pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk
konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan.
(f)Prosedur rutin yang biasa dilakukan tidak perlu disampaikan.
4) Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau
berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
5) Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
6) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
(Nur Salam, 2012)

Konfrensi
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operasi dinas sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konfrensi bertujuan untuk:
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu. Rencana
tindakan didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh PP
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
e. PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan
keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti:
keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisingan pengunjung lain,
ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan, ketetapan pemberian infus, ketepatan
pemantauan asupan haluaran cairan (Intake/ Output) ketepatan pemberian oral atau
injeksi, ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal-hal
yang dibahas dalam konfrens anatara lain keadaan umum klien, keluhan utama, TTV
dan kesadaran klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik terbaru, masalah
keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis dan rencana medis.

Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
1. Tujuan ronde keperawatan:
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
2. Peran
a. Perawat primer dan perawat assosiate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang biasa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain, menjelaskan
keadaan dan data demografi klien, menjelaskan masalah keperawatan utama,
menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan
tindakan selanjutnya serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran konsuler/ expert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi, memberikan
reinforcement, menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional, mengarahkan dan koreksi, dan mengintegrasikan teori dan
konsep yang telah dipelajari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu:
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
c. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (2013), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi
antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (2013),
Swansburg (2013), Szilagyi (2013), dan Tappen (2013) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
 Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-
kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan
tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru
anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan
klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi
dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (2009) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane
(2010) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan
hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat
non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu
kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal
teramati pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara,
yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 2009 dalam Potter dan Perry, 2009).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap
klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi
wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai
orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang
baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara
dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg
(2009) dan Wilson & Kneisl (2009) menyatakan bahwa walaupun sentuhan
banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
4. Metode pemberi asuhan keperawatan
Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu model keperawatan
tim, model keperawatan fungsional, keperawatan tim primer metode khusus.
a. Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, tekhnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
tekhnik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
2) Kerjasama dengan anggota tim
3) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengetahui visite dokter
g) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
h) Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
i) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim dan
ketua tim membawahi 2-1 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
3) Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan dan
sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi upaya
pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan yang telah
disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

b. Model keperawatan fungsional


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama padda saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
c. Model keperawatan primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Kelebihannya:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
4) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan innformasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
Kelemahan:
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direcion, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer:
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah di buat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di
berikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang di capai
6) Menerima dan menyessuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat
9) Membuat jadwal perjnjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
Ketenagaan metode primer :
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
2) Beban pasien 4-6 orang untuk satu perawat
3) Penugasan di tentukan kepala bangsal
4) Perawat primer di bantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten

d. Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan biasa di tugaskan untuk satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya di laksanakan untuk perawat privat untuk keperawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.
Kelebihannya :
1) Perawat lebih memahami satu per satu
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenga yang cukup banyak dan mempumyai kemampuan dasar yang
sama.
e. Modifikasi : TIM Primer
Pada model MPKP tim di gunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2010) penetapan model MPKP ini di dasarkan pada
beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni,
karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
atau setara
2) Keperawatan Tim tidak di gunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai TIM
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping irtu karena saat ini jenis pendidikan yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (di kutip dari Ratna S. Sudarsono, 2011).
Untuk ruang model MPKP ini di perlukan 26 perawat, dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini di perlukan 4 (empat)
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi S1 keperawatan/ DIV
keperawatan, di samping seorang kepala ruang rawat juga S1/DIV Kep.
Perawat Asosciet (PA) 21 orang, kualifiaksi pendidikan perawat asosiet terdiri
dari lulusan D3 Keperwatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Unsur Input
1. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
a. Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas (2008),
klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu perawat
minimal, perawat parsial, perawat total. Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum sendiri, ambulasi
dengan pengawasan, serta pengobatan minimal. Perawatan parsial (3-4 jam/24
jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebersihan diri,
makan dan minum, membutuhkan observasi setiap 4 jam, serta pasien dengan
folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien dengan perawatan total (5-6
jam/24 jam) dimana pasien mengalami disorientasi, perawatan luka komplek,
membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga keperawatan, yaitu
lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III Keperawatan, dan sarjana
keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan sarjana keperawatan/ners merupakan
bagian dari pendidikan tinggi keperawatan yang menghasilkan perawat professional, akan
tetapi progam D III keperawatan baru di sebut dengan perawat professional pemula.
Sebagai perawat professional pemula dengan Amd. Kep, perawat lulusan D III sudah
memiliki sikap profesional yang cukup untuk menguasai pengetrahuan ilmu keperawatan
dan ilmu penunjang lainnya. Sedangkan progam Ners menghasilkan lulusan perawat
Generlis, dengan gelar akademik S.kep dengan profesi ners (Ns) mempunyai landasan
kukuh dan landasan profesi yang mantap,sesuai dengan sifatnya sebagai profesi
(akademik-profesional)
2. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari rekening
atau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan
penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan
pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal
rawat inap, gaji dan jasa medis dan ruangan lainnya.
3. Methode
a. Standar operasional prosedur (SPO)
Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan,
merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakana keperawatan (termasuk tindakan medik
yang dapat dilakukan oleh perawat ) sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan
akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan sebagaimana tercantum dalam
standar operational procedur (SPO)
SPO merupakan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien.Tujuan umum standar
operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku. Prinsip – prinsip SPO :
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
b. Dapat berubah sesuaidengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi padab setiap
upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan
pelayanan
d. Harus didokumentasikan
Proses pembuatan SPO melalui beberapa tahap antara lain :
1) Merumuskan tujuan protap
2) Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
3) Menterjemahkan policy/ kebijakan/ ketentuan-ketentuan/ peraturan-peraturan
kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat standar kinerja,
dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
4) Membuat aliran proses yang digambarkan dalam bentuk bagan-bagan proses
atau urutan jalannya suatu produk / tatacara yang mencatat segala peristiwa
seperti memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan dan
membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan
pihak lain
5) Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan
b. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Masyarakat memerlukan pelayanan keperawatan yang bermutu dan dilandasi
dengan jiawa manusiawi. Pelayanan keperawatan mendominasi pelayanan rumah
sakit sehingga menjadi komponen akreditasi rumah sakit. Oleh Karena itu
diperlukan suatu keseragaman dalam memberikan pelayanan dengan dengan
memberlakukan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). SAK adalah level kinerja
atau performance yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kinerja actual dapat
dibandingkan. SAK diperlukan untuk meningkatkan , menuntun, dan
mengarahkan praktek keperawatan professional . Tujuan penting SAK lainnya
yaitu proteksi terhadap public, pengaturan praktik perawat, pemberian ijin institusi
pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administrative, penafsiran harapan
public, professional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktik perawat serta
acuan legal untuk praktik yang layak.
4. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran dalam
memberikan asuahan keperawatan pada pasien. Secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-
alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas unit pelayanan.
5. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.

Unsur Proses
1. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk memperbaiki
atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan hasil akhir
dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan yang baik sangat
bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencaan meliputi:
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg (2008)
perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok (strategis)
dan operasional.
2. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian secara
statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara
dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kinerja yang
teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam menjalankan
tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
a. Tujuan yang jelas ( clear objective )
b. Skala hierarki (the scalar principle)
c. Kesatuan komando / perintah (unity of command)
d. Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
e. Pertanggungjawaban ( responsibility)
f. Pembagian kerja (devision of work)
g. Rentang kendali ( span of control)
h. Fungsionalisasi (funcionalization)
i. Pemisahan Tugas (task separation)
j. Fleksible / kelenturan (flexibility)
k. Keseimbangan (balance)
l. Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu system (sreuktur,
proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menmdukung pemberian
asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen subsistem yaitu:
a. Nilai-nilai professional atau inti MPKP
b. Pendekatan management
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan profesional
e. System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam asuhan keperawatan
metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
3. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk
mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di gunakan sebagai
padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang di
gunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah di
rencanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas
yang mampu kelola, jika perlu di lakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleg staf, seorang manajer harus melakukan upaya upaya
sebagai berikut:
a. menciptakan iklim motivasi
b. mengelola waktu secara efisien
c. mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. melaksanakan system pendelegasian dan supervise
f. negosiasi.
Serah terima tugas jaga (operan)
1. Di dahului dengan doa bersama
2. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab di
lakukan di station dengan suara perlahan / tidak rebut.
3. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa keperawatan tindakan keperawatan yang
telah di lakukan beserta waktu pelaksanannya.
4. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum di
lakukan
5. Menyebutkan perkembangan pasien selama shift
6. Menginformassikan pendididkan kesehatan yang telah di lakukan (bila ada)
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
7. Menyebutkan terapi dan tindakan media beserta waktunya yang di lakukan selama
shift
8. Menyebutkan tindakan medis yang belum di lakukan selama shift
9. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada
akhir tugas
10. Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan menginspeksi
keadaan pasien, menanyakan keluhan keluhan pasien ( dalam rangka kualifikasi).
Pelaksanaan meeting morning
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan morning report
2. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah di siapkan
sebelumnya
3. KaRu melakukan klarifikasi apa yang di sampaikan kepada staf
4. Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan
5. Bersama sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat di tempuh
6. KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf.
Pelaksanaan Pre Conference
1) Pre Conference di lakukan setiap hari, segera setelah di lakukan operan jaga
2) Menyiapkan ruangan/tempat dan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
3) Menjelaskan di lakukan Pre Conference
4) Berdo’a dan memandu pelaksanaan Pre Conference
5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawab
6) Membagi tugas PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien dan tindakan
8) Memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan assuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawab
10) Memberikan reinforcement positif pada PA
11) Dihadiri oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing
12) Menyimpulkan hasi Pre Conference

Pelaksanaan Post Conference

1. Menyiapkan Tempat
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya
3. Berdo’a dan menjelaskan tujuan dilakukannya Post Conference
4. Menerima penjelasan PA tetang hasil tindakan/ asuhan keperawatan yang telah
dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada
pasien
6. Membagi tugas PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien atau tindakan
8. Memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang di diskusikan
9. Mengklarifikasi kegiatan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggungjawabnya
10. Memberikan reinforcement positif pada PA
11. Dihadiri oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing
12. Menyimpulkan hasil Pre Conference
PelaksanaanPost Conference
1). Menyiapkan ruangan / tempat
2). Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi tanggungjawabnya
3). Berdo’a dan menjelaskan tujuan dilakukannya Post Conference
4). Menerima penjelasan PA tentang hasil tindakan / hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan PA
5). Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada
pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
6). Memberikan reinforcement pada PA
7). Menyimpulkan hasil Post Conference
8). Mengklarifikasi pada pasien sebelum melakukan operan jaga shift jaga berikutnya
(melakukan ronde keperawatan)

4. Controlling / Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan /
pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan sasaran
yang sudah ditentukan sebelumnya. Melalui supervise:
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua Tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar laporan ketua
Tim tentang pelaksanaan tugas
c. Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
d. Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
1) Standar operasional prosedur
2) Standar / pedoman diagnosis dan terapi
3) Indicator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :
a. Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada permasalahan
pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat
maupun dana.
b. Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung guna
memastikan sasaran tercapai
c. Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan dating
Unsur Output
1. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR,
AVLOS, TOI dan BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90%
sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang dijadikan tracer (yang
perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
c. TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat di isi ke
saat terisi berikutnya. Indicator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3
hari.
d. BTO (Bed Turn Over = angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10 x/3 bulan)
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan
semua asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat
dan keperawatan. Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan adalah sebagai
berikut :
2. Sebagai media komunikasi
3. Sebagai sarana pendidikan
4. Sebagai perhitungan biaya
5. Sebagai evaluasi perencanaan perawatan pasien
6. Sebagai jaminan mutu pelayanan
7. Sebagai dokumen yang sah
8. Sebagai data penelitian
Aspek-aspek penting dalam dokumentasi keperawatan :
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
c. Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan :
a. Pengkajian, meliputi : pengumpulan data dan pengorganisasian data.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
b. Diagnosa keperawatan : menggambarkan masalah pasien baik actual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data
c. Rencana keperawatan : menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan masalah
d. Implementasi / tindakan : pemberian tindakan / asuhan keperawatan
e. Evaluasi : memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi
keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien
f. Catatan asuhan keperawatan : pencatatan merupakan data tertulis tentang
kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan
3. Kepuasaan pasien
Kualitas suatu pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasaan pengguna pelayanan
tersebut. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah
sakit, maka semakin tinggi pula kualitas pelayanan rumah sakit tersebut. Instumen
yang digunakan adalah instrument tingkat kepuasan pasien yang berjumlah 22
pernyataan dan terdiri dari 5 komponen kepuasan.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang baik mengacu pada standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan.
D. Analisa SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk akronim
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaiman kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1. Strengh (S) yaitu analisa
kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau
perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan dalam analisis ini adalah setiap
perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan kekuatan dan kelemahan di
bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan itu unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen
pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisa
kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi
atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis perusahaan ataupun
organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau
organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisa
peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau
perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara
ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisa
ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu
perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan
kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut akan menjadi penghalang
bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai