Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, yang mempunyai tugas melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan.
Adapun sejarah dari Pengembangan Rumah sakit Umum Daerah Ungaran adalah
sebagai berikut: Sejarah Perkembangan status dan pimpinan
c. pada tahun 2011 rsud ungaran mengalami perubhan struktur organisasi dan tata
kerja berdasarkan peraturan daerah kabupaten semarang nomer 3 tahun 2011 tanggal
2 januari 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja rsud ungaran
d. pada tahun 2012 rsud menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah (PPK-BLUD) yaitu berdaarkaan keputusan bupati semarang nomer
4450/0518/2009 tanggal 13 oktober 2009 tentang penetapan pola pengelolaan
keuangaan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) dengan status penuh
e. pada tahun 2016 rsud ungaran telah di tetapkan berdasarkan penilaain yang
dilakukan oleh komisi akreditasi rumahsakit (KARS) berdasarkan Sk (KARS-
SERT/385/IX/2016 dinyatakan telah memenuhi standar akreditasi dengan lulus
tingkat paripurna
Tipe rumah sakit
RSUD Ungaran adalah rumah sakit tipe C yang merupakan salah satu Rumah Sakit
milik pemerintah Kabupaten Semarang terletak di kecamatan Ungaran Barat, Kab. Semarang
yang merupakan salah satu dari 19 (Sembilan belas) kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang, atau tepatnya di Jl. Diponegoro No. 125 Ungaran berdasarkan letak geografis
diatas maupun faktor lainnya, RSUD Ungaran berada dalam posisi strategis sehingga
kepercayaan terhadap RSUD Ungaran dari masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat.
Pada tanggal 30 September 2016 RSUD Ungaran memperoleh prestasi lulus akreditasi
paripurna dengan nomor sertifikat : KARS-SERT/385/IX/2016.
Poliklinik : Bedah , Penyakit Dalam Kebidanan dan Kandungan. anak, Saraf , THT,
Mata, Kulit Kelamin, Rehabilitas Medik Fisioterapi, Gigi, Pelayanan Informasi Obat, Gizi,
VCT Cahaya! Umum, Bedah Ortopedi, Jiwa, Psikologi.
2) Pemeriksaan Penunjang
Ruang Cempaka, Ruang Dahlia, Ruang Gardenia, Ruang Alamanda, Ruang Amarilis
(anak), Ruang Flamboyan, Ruang Catleya
2) Instalasi Farmasi/Apotek
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Laboratorium
A. Teori Keperawatan
1. Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (2011) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan
menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (2010), ada tiga cara
pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Konfrensi
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operasi dinas sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konfrensi bertujuan untuk:
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu. Rencana
tindakan didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh PP
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
e. PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan
keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti:
keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisingan pengunjung lain,
ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan, ketetapan pemberian infus, ketepatan
pemantauan asupan haluaran cairan (Intake/ Output) ketepatan pemberian oral atau
injeksi, ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal-hal
yang dibahas dalam konfrens anatara lain keadaan umum klien, keluhan utama, TTV
dan kesadaran klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik terbaru, masalah
keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis dan rencana medis.
Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
1. Tujuan ronde keperawatan:
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
2. Peran
a. Perawat primer dan perawat assosiate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang biasa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain, menjelaskan
keadaan dan data demografi klien, menjelaskan masalah keperawatan utama,
menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan
tindakan selanjutnya serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran konsuler/ expert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi, memberikan
reinforcement, menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional, mengarahkan dan koreksi, dan mengintegrasikan teori dan
konsep yang telah dipelajari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu:
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
c. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (2013), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi
antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (2013),
Swansburg (2013), Szilagyi (2013), dan Tappen (2013) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-
kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan
tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru
anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan
klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi
dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (2009) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane
(2010) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan
hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat
non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu
kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal
teramati pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara,
yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 2009 dalam Potter dan Perry, 2009).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap
klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi
wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai
orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang
baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara
dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg
(2009) dan Wilson & Kneisl (2009) menyatakan bahwa walaupun sentuhan
banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
4. Metode pemberi asuhan keperawatan
Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu model keperawatan
tim, model keperawatan fungsional, keperawatan tim primer metode khusus.
a. Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, tekhnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
tekhnik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
2) Kerjasama dengan anggota tim
3) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengetahui visite dokter
g) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
h) Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
i) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim dan
ketua tim membawahi 2-1 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
3) Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan dan
sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi upaya
pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan yang telah
disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.
Kepala Ruang
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan biasa di tugaskan untuk satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya di laksanakan untuk perawat privat untuk keperawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.
Kelebihannya :
1) Perawat lebih memahami satu per satu
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenga yang cukup banyak dan mempumyai kemampuan dasar yang
sama.
e. Modifikasi : TIM Primer
Pada model MPKP tim di gunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2010) penetapan model MPKP ini di dasarkan pada
beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni,
karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
atau setara
2) Keperawatan Tim tidak di gunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai TIM
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping irtu karena saat ini jenis pendidikan yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (di kutip dari Ratna S. Sudarsono, 2011).
Untuk ruang model MPKP ini di perlukan 26 perawat, dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini di perlukan 4 (empat)
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi S1 keperawatan/ DIV
keperawatan, di samping seorang kepala ruang rawat juga S1/DIV Kep.
Perawat Asosciet (PA) 21 orang, kualifiaksi pendidikan perawat asosiet terdiri
dari lulusan D3 Keperwatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Unsur Input
1. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
a. Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas (2008),
klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu perawat
minimal, perawat parsial, perawat total. Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum sendiri, ambulasi
dengan pengawasan, serta pengobatan minimal. Perawatan parsial (3-4 jam/24
jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebersihan diri,
makan dan minum, membutuhkan observasi setiap 4 jam, serta pasien dengan
folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien dengan perawatan total (5-6
jam/24 jam) dimana pasien mengalami disorientasi, perawatan luka komplek,
membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga keperawatan, yaitu
lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III Keperawatan, dan sarjana
keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan sarjana keperawatan/ners merupakan
bagian dari pendidikan tinggi keperawatan yang menghasilkan perawat professional, akan
tetapi progam D III keperawatan baru di sebut dengan perawat professional pemula.
Sebagai perawat professional pemula dengan Amd. Kep, perawat lulusan D III sudah
memiliki sikap profesional yang cukup untuk menguasai pengetrahuan ilmu keperawatan
dan ilmu penunjang lainnya. Sedangkan progam Ners menghasilkan lulusan perawat
Generlis, dengan gelar akademik S.kep dengan profesi ners (Ns) mempunyai landasan
kukuh dan landasan profesi yang mantap,sesuai dengan sifatnya sebagai profesi
(akademik-profesional)
2. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari rekening
atau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan
penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan
pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal
rawat inap, gaji dan jasa medis dan ruangan lainnya.
3. Methode
a. Standar operasional prosedur (SPO)
Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan,
merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakana keperawatan (termasuk tindakan medik
yang dapat dilakukan oleh perawat ) sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan
akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan sebagaimana tercantum dalam
standar operational procedur (SPO)
SPO merupakan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien.Tujuan umum standar
operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku. Prinsip – prinsip SPO :
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
b. Dapat berubah sesuaidengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi padab setiap
upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan
pelayanan
d. Harus didokumentasikan
Proses pembuatan SPO melalui beberapa tahap antara lain :
1) Merumuskan tujuan protap
2) Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
3) Menterjemahkan policy/ kebijakan/ ketentuan-ketentuan/ peraturan-peraturan
kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat standar kinerja,
dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
4) Membuat aliran proses yang digambarkan dalam bentuk bagan-bagan proses
atau urutan jalannya suatu produk / tatacara yang mencatat segala peristiwa
seperti memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan dan
membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan
pihak lain
5) Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan
b. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Masyarakat memerlukan pelayanan keperawatan yang bermutu dan dilandasi
dengan jiawa manusiawi. Pelayanan keperawatan mendominasi pelayanan rumah
sakit sehingga menjadi komponen akreditasi rumah sakit. Oleh Karena itu
diperlukan suatu keseragaman dalam memberikan pelayanan dengan dengan
memberlakukan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). SAK adalah level kinerja
atau performance yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kinerja actual dapat
dibandingkan. SAK diperlukan untuk meningkatkan , menuntun, dan
mengarahkan praktek keperawatan professional . Tujuan penting SAK lainnya
yaitu proteksi terhadap public, pengaturan praktik perawat, pemberian ijin institusi
pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administrative, penafsiran harapan
public, professional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktik perawat serta
acuan legal untuk praktik yang layak.
4. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran dalam
memberikan asuahan keperawatan pada pasien. Secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-
alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas unit pelayanan.
5. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.
Unsur Proses
1. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk memperbaiki
atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan hasil akhir
dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan yang baik sangat
bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencaan meliputi:
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg (2008)
perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok (strategis)
dan operasional.
2. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian secara
statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara
dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kinerja yang
teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam menjalankan
tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
a. Tujuan yang jelas ( clear objective )
b. Skala hierarki (the scalar principle)
c. Kesatuan komando / perintah (unity of command)
d. Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
e. Pertanggungjawaban ( responsibility)
f. Pembagian kerja (devision of work)
g. Rentang kendali ( span of control)
h. Fungsionalisasi (funcionalization)
i. Pemisahan Tugas (task separation)
j. Fleksible / kelenturan (flexibility)
k. Keseimbangan (balance)
l. Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu system (sreuktur,
proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menmdukung pemberian
asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen subsistem yaitu:
a. Nilai-nilai professional atau inti MPKP
b. Pendekatan management
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan profesional
e. System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam asuhan keperawatan
metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
3. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk
mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di gunakan sebagai
padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang di
gunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah di
rencanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas
yang mampu kelola, jika perlu di lakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleg staf, seorang manajer harus melakukan upaya upaya
sebagai berikut:
a. menciptakan iklim motivasi
b. mengelola waktu secara efisien
c. mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. melaksanakan system pendelegasian dan supervise
f. negosiasi.
Serah terima tugas jaga (operan)
1. Di dahului dengan doa bersama
2. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab di
lakukan di station dengan suara perlahan / tidak rebut.
3. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa keperawatan tindakan keperawatan yang
telah di lakukan beserta waktu pelaksanannya.
4. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum di
lakukan
5. Menyebutkan perkembangan pasien selama shift
6. Menginformassikan pendididkan kesehatan yang telah di lakukan (bila ada)
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
7. Menyebutkan terapi dan tindakan media beserta waktunya yang di lakukan selama
shift
8. Menyebutkan tindakan medis yang belum di lakukan selama shift
9. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada
akhir tugas
10. Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan menginspeksi
keadaan pasien, menanyakan keluhan keluhan pasien ( dalam rangka kualifikasi).
Pelaksanaan meeting morning
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan morning report
2. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah di siapkan
sebelumnya
3. KaRu melakukan klarifikasi apa yang di sampaikan kepada staf
4. Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan
5. Bersama sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat di tempuh
6. KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf.
Pelaksanaan Pre Conference
1) Pre Conference di lakukan setiap hari, segera setelah di lakukan operan jaga
2) Menyiapkan ruangan/tempat dan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
3) Menjelaskan di lakukan Pre Conference
4) Berdo’a dan memandu pelaksanaan Pre Conference
5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawab
6) Membagi tugas PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien dan tindakan
8) Memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan assuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawab
10) Memberikan reinforcement positif pada PA
11) Dihadiri oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing
12) Menyimpulkan hasi Pre Conference
1. Menyiapkan Tempat
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya
3. Berdo’a dan menjelaskan tujuan dilakukannya Post Conference
4. Menerima penjelasan PA tetang hasil tindakan/ asuhan keperawatan yang telah
dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada
pasien
6. Membagi tugas PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien atau tindakan
8. Memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang di diskusikan
9. Mengklarifikasi kegiatan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggungjawabnya
10. Memberikan reinforcement positif pada PA
11. Dihadiri oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing
12. Menyimpulkan hasil Pre Conference
PelaksanaanPost Conference
1). Menyiapkan ruangan / tempat
2). Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi tanggungjawabnya
3). Berdo’a dan menjelaskan tujuan dilakukannya Post Conference
4). Menerima penjelasan PA tentang hasil tindakan / hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan PA
5). Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada
pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
6). Memberikan reinforcement pada PA
7). Menyimpulkan hasil Post Conference
8). Mengklarifikasi pada pasien sebelum melakukan operan jaga shift jaga berikutnya
(melakukan ronde keperawatan)
4. Controlling / Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan /
pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan sasaran
yang sudah ditentukan sebelumnya. Melalui supervise:
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua Tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar laporan ketua
Tim tentang pelaksanaan tugas
c. Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
d. Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
1) Standar operasional prosedur
2) Standar / pedoman diagnosis dan terapi
3) Indicator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :
a. Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada permasalahan
pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat
maupun dana.
b. Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung guna
memastikan sasaran tercapai
c. Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan dating
Unsur Output
1. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR,
AVLOS, TOI dan BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90%
sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang dijadikan tracer (yang
perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
c. TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat di isi ke
saat terisi berikutnya. Indicator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3
hari.
d. BTO (Bed Turn Over = angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10 x/3 bulan)
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan
semua asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat
dan keperawatan. Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan adalah sebagai
berikut :
2. Sebagai media komunikasi
3. Sebagai sarana pendidikan
4. Sebagai perhitungan biaya
5. Sebagai evaluasi perencanaan perawatan pasien
6. Sebagai jaminan mutu pelayanan
7. Sebagai dokumen yang sah
8. Sebagai data penelitian
Aspek-aspek penting dalam dokumentasi keperawatan :
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
c. Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan :
a. Pengkajian, meliputi : pengumpulan data dan pengorganisasian data.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
b. Diagnosa keperawatan : menggambarkan masalah pasien baik actual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data
c. Rencana keperawatan : menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan masalah
d. Implementasi / tindakan : pemberian tindakan / asuhan keperawatan
e. Evaluasi : memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi
keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien
f. Catatan asuhan keperawatan : pencatatan merupakan data tertulis tentang
kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan
3. Kepuasaan pasien
Kualitas suatu pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasaan pengguna pelayanan
tersebut. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah
sakit, maka semakin tinggi pula kualitas pelayanan rumah sakit tersebut. Instumen
yang digunakan adalah instrument tingkat kepuasan pasien yang berjumlah 22
pernyataan dan terdiri dari 5 komponen kepuasan.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang baik mengacu pada standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan.
D. Analisa SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk akronim
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaiman kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1. Strengh (S) yaitu analisa
kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau
perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan dalam analisis ini adalah setiap
perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan kekuatan dan kelemahan di
bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan itu unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen
pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisa
kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi
atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis perusahaan ataupun
organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau
organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisa
peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau
perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara
ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisa
ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu
perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan
kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut akan menjadi penghalang
bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
datang.