Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN

HOMEOSTASIS

Oleh :

ELISABETH BELA

2018.01.04.007

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH MAUMERE

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya
karunia-Nya sehingga dapar menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi mata kuliah Fisologi
Hewan dengan judul Homeostasis. Saya menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya menyadari makalah ini sepenuhnya masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Ahkirnya, saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan mafaat bagi para pembacanya.

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi fisiologi telah dilakukan sejak zaman sebelum masehi terutama tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pengobatan. Pada masa itu studi tersebut banyak dilakukan di Yunani, Cina dan Timur Tengah.
Studi yang dilakukan berkutat pada fisiologi manusia. Awal ketertarikan manusia terhadap fisiologi
hewan mungkin erat kaitannya dengan usaha manusia untuk mengembangkan ternak dan budidaya
ikan. Orang-orang Asia terutama di Cina dan juga Indonesia sejak zaman kuno telah mempelajari
bagimana ikan bertelur. Kebutuhan pakan ikan telah dipelajari sejak pertama kali orang mengenal
pancing.

Fisiologi eksperimental dipelopori François Magendie (1783-1855). Magendie meletakkan landasan


dalam bidang farmakologi eksperimental dan ia menerbitkan hampir semua cabang fisiologi. Landasan
metode penelitian Magendie adalah viviseksi (pengoperasian pada hewan hidup), eksperimen yang
“sadis” ini memicu gerakan anti-viviseksionis. Berbeda dengan Magendie, Claude Bernard menjelaskan
fenomena fisiologi dengan cara baru, ia menunjukkan bahwa banyak fungsi vital ternyata lebih baik
dipandang dari segi kimia ketimbang dari segi viviseksi. Penemuannya yang sangat penting meliputi
fungsi glukogenik hati, peran cairan pankreas dalam pencernaan, fungsi saraf vasometer, dan sifat kerja
karbon monoksida dan racun lainnya. Hewan karnivora maupun herbivora, pada masa itu diyakini
menggunakan materi yang asalnya diseintesis oleh tumbuhan untuk mendukung pembakaran yang
terjadi baik dalam darah maupun dalam paru-paru.

Claude Bernard merevolusi pengetahuan metabolisme hewan, ia membuktikan bahwa darah


hewan mengandung gula walaupun bila tidak dipasok dari makanan. Ia membuktikan bahwa gula yang
diabsorbsi dari makanan dipecah ketika melewati hati, paru-paru dan jaringan lainnya. Eksperimen yang
dilakukan oleh Claude Bernard selanjutnya mengantarkannya pada penemuan glikogen maupun sintesis
dan pemecahan glikogen. Semua jaringan hewan nampaknya memiliki enzim yang bekerja pada glukosa.

Di Amerika Serikat konsep konstansi lingkungan (milieu) internal menarik perhatian Lawrence J.
Henderson (1878-1942). Kemudian Walter Bradford Cannon (1871-1945) dengan tulisan-tulisannya
membantu menyebar luaskan gagasan mengenai mekanisme pengaturan fisiologis. Cannon
memperkenalkan istilah4homeostasis yaitu suatu kondisi yang mempertahankan konstansi lingkungan
internal. Istilah ini tidak dimaksudkan sebagai suatu keadaan lingkungan internal tubuh yang tetap dan
tidak berubah, melainkan suatu kondisi yang relatif konstan, terkoordinasi dengan baik dan stabil.
Cannon mengajukan empat postulat penting dalam homeostasis, yaitu:

a) Peran sistem syaraf dalam mempertahankan kesetimbangan antara lingkungan dalam tubuh
dengan lingkungan luar.
b) Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
c) Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
d) Suatu sinyal kimia dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jaringan yang berbeda.
Homeostasis menjadi prinsip yang mengarahkan riset dibidang fisiologi. Fisiologi sendiri berasal dari 2
kata yaitu fisio artinya fungsi dan logos berarti ilmu, yaitu ilmu yang mempelajari fungsi struktur anatomi
serta proses-proses biologi yang memungkinkan kehidupan itu ada dan berfungsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Homeostasis?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Homeostasis?
3. Bagaimana mekanisme Homeostasis ?
4. Bagaimana sistem umpan balik ?
5. Bagaimana mekanisme Homeostasis nonfisiologis ?
6. Bagaimana mekanisme aklimatisasi ?
7. Bagaimana komponen sistem umpan balik ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Homeostasis


2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Homeostasis
3. Untuk mengetahui mekanisme Homeostasis
4. Untuk mengetahui sistem umpan balik
5. Untuk mengetahui mekanisme Homeostasis non fisiologis
6. Untuk mengetahui mekanisme aklimatisasi
7. Untuk mengetahui komponen sistem umpan balik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis yang berati
mempertahankan keadaan. Homeostasis merupakan keadaan relatif konstan di dalam lingkungan
internal tubuh. Semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan
internal, dalam kondisi tertentu agar tecipta kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme yang
bersangkutan. Hemeostasis adalah mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis di
dalam tubuh hewan yang konstan. Dalam homeostasis keadaan konstan terdapat dua jenis, yaitu yang
pertama adalah sistem tertutup yakni sebuah keseimbangan statis yang dimana keadaan dalam tubuh
tidak berubah. Sedangkan yang kedua adalah sistem terbuka, yaitu kesetimbangan dinamis dimana
keadaan dalam tubuh yang konstan, sedangkan sistem terus berubah.

Homeostasis dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi fisiologis
merupakan usaha organisme untuk memelihara lingkungan internalnya dalam batas-batas toleransi
tertentu sehingga proses-proses biologis dapat berfungsi dengan optimal. Kemampuan adaptif ini
adalah bentuk dinamik dari6equilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal seara konstan
berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan ini dan untuk mempertahankan homeostasis. Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme
fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh, sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin. Berikut merupakan bagan dari homeostasis :6

6
D
alam
menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan
nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi
dapat diredam. Untuk itusel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi
antar sel ini merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian
yang paling sederhana terjadi secara local (intrinsik), yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antara sel
yang berdekatan. Pengendalian ekstrinsik (ekstrinsik) lebih kompleks dan dimungkinkan melalui refleks
yang melibatkan sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik).

B. Faktor yang Mempengaruhi Homeostasis

Kemampuan homeostasis suatu organisme dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah :

a. Variasi diurnal
Suhu tubuh akan bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada
malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam. Pada
hasil pengamatan, hal ini dibuktikan dengan tingginya temperatur tubuh sebelum tidur malam
(sekitar pukul823.30 wib) yaitu 36,6˚C. Temperatur tubuh pada kegiatan yang lain rata rata berada
dibawah temperatur tersebut

b. Kerja jasmani / aktivitas fisik


Setelah melakukan latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang
dilakukan oleh otot rangka. Setelah melakukan latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40 ºC.
Pada hasil pengamatan, terlihat bahwa suhu tubuh setelah melakukan olahraga tergolong tinggi
dibandingkan setelah melakukan kegiatan lain, yaitu sebesar 36,5˚C.
c. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh
wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun
meningkat 0,3 – 0,5 ºC.
d. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga
akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga
panas tertahan di dalam tubuh. Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa suhu tubuh setelah
aktivitas di malam hari lebih tinggi daripada aktivitas yang dilakukan malam hari.

C. Mekanisme Homoestasis

Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena 2 hal, yaitu adanya perubahan aktifitas
sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus- menerus. Untuk
menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai
bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen, nutrient dan garam. Sementara itu,
aktivitas sel juga menghasilkan bermacam – macam hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat
sisa, yang di alirkan ke lingkungan internal yaitu cairan ekstraseluler (CES). Apabila aktifitas sel berubah
pengambilan zat dari lingkungan internal dan pengeluarran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan
internal juga berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan
internal. Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab manapun ( penyebab pertama
atau kedua ) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.9

Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui sistem sistem umpan
balik. Ada 2 macam sistem umpan balik, yaitu umpan balik positif dan negatif. Sistem umpan balik yang
berfungsi dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem umpan balik
negatif.

D. Sistem Umpan Balik

Sistem umpan balik dapat didefinisikan sebagai perubahan suatu variable yang dilawan oleh tanggapan
yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut dalam keadaan semula. Didalam proses umpan
balik, informasi indrawi tentang variabel suhu atau pH misalnya, digunakan untuk mengendalikan proses
dalam sel dan jaringan serta organ yang berpengaruh terhadap level variabel tersebut. Mekanisme
homeostasis yang utama adalah diatur oleh hipotalamus. Sistem umpan balik ada dua macam, yaitu
sistem umpan balik positif dan sistem umpan balik negatif. Tetapi sistem umpan balik yang befungsi
dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah adalah sistem balik negatif.
Mengapa yang digunakan dalam proses pengendalian kondisi homeostasis, hanya menggunakan umpan
balik negatif, karena sistem umpan balik negatif didefinisikan sebagai perubahan suatu variable yang
dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut ke keadaan semula. Juga
perlu diketahui umpan balik negatif dalam pengendalian homeostasis sesungguhnya merupkan
keseimbangan antara input dan output. Terdapat dua macam pengaturan umpan balik dalam
homeostasis, yaitu:

1. Umpan balik negatif (negatif feedback)

Sebagai gambaran tentang umpan balik negatif adalah dengan mengamati bekerjanya thermostat
yang dipasang dalam akuarium untuk menjaga agar suhu air dalam akuarium tersebut berada pada suhu
yang diinginkan. Bilamana suhu air medium lebih rendah dari suhu yang diinginkan, sensor memberikan
informasi agar pemanas memanaskan medium. Jadi pengaturan suhu tubuh membutuhkan
“thermostat” yang informasinya harus diberikan pada sistem pengendali suhu. Jika informasi yang
sampai pada sistem pengendali suhu adalah bahwa suhu tubuh lebih rendah dari yang semestinya, maka
sistem pengendali akan meningkatkan suhu tubuh sampai kondisi semestinya dan pemanasan berhenti
sampai terjadinya penurunan suhu lebih rendah dari yang semestinya.10

Pada mamalia yang senantiasa mempertahankan suhu tubuh konstan, meningkatnya suhu tubuh
menghasilkan respon yang mengembalikan suhu tubuh sebagaimana kondisi yang semestinya. Jadi,
umpan balik negatif mengarahkan pada stabilitas sistem fisiologis. Hal ini merupakan kebalikan dari
sistem umpan balik positif dimana perubahan awal suatu variable menghasilkan perubahan lebih lanjut.
Sebagai contoh, peristiwa yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahankan suhu
tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5 o C akan mendorong timbulnya
tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu awal, yaitu suhu seharusnya. Pada mamalia,
suhu seharusnya adalah 37 o C dengan demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh di atas akan
selalu membawa sistem fisiologis kepada suhu tubuh 37 o C.

2. Umpan Balik Positif (Positive


Feedback)

Peristiwa yang terjadi pada


sistem umpan balik positif
berlawan dengan peristiwa
yang terjadi pada sistem
umpan balik negatif. Pada
sistem umpan balik positif, perubahan aawal suatu variable akan menghasilkan perubahan yang semakin
besar, misalnya proses pembekuan darah. proses pembekuan darah sebenarnya bekerja melalui
mekanisme sistem umpan balik positif, yang bertujuan untuk menghentikan pendarahan. Namun, hasil
dari proses tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk memepertahankan volume darah yang
bersirkulasi agar tetap konstan.

Mekanisme umpan balik posistif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi homeostasis, tetapi terlibat
dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (proses pembekuan darah dan fungsi sel saraf).
Mekanisme umpan balik positif dalam11mengendalikan fungsi fisiologis pada hewan dapat
berbahaya.Misalnya, suhu tubuh mamalia meningkat, jika gangguan awal ini kemudian mengalami
umpan balik positif maka hasilnya adalah peningkatan suhu tubuh lebih lanjut yang tentunya berbahaya
bagi hewan tersebut. Contoh lain umpan balik positif adalah pada fungsi saraf. Jika terdapat rangsang
pada sel syaraf akan menyebabkan perubahan permeabilitas selaput yang memungkinkan adanya aliran
ion sodium (Na + ) masuk kedalam neuron. Aliran masuk ion Na + pada fase awal terjadinya potensial
aksi menghasilkan respon depolarisasi yang menyebabkan aliran masuk ion Na + lebih lanjut.

11
Ik
a n

laut yang hiposmotik menghadapi masalah kehilangan air tubuh, dan sekaligus menghadapi masalah
masuknya zat-zat terlarut ke dalam tubuhnya karena gradien konsentrasi. Permukaan tubuh, terutama
permukaan insangnya agak permeabel terhadap air. Air banyak hilang melalui insang, urin, dan feses.
Untuk mengganti air yang hilang, ikan air laut minum air laut.12Konsentrasi garam air tawar tergantung
pada asal air tersebut, tetapi kadar tersebut selalu sangat rendah. Jadi lingkungan luar sangat
hipoosmotik terhadap cairan tubuh internal daril hewan air tawar, dan hewan ini harus menghadapi
kecenderungan air untuk berdifusi kedalam tubuh, terutama ke bagian yang berlapis tipis, seperti
insang. Garam cenderung berdifusi keluar dan cairan tubuh internal kehilangan garam melalui ekskresi.

E. Mekanisme Homeostasis Nonfisiologis

Mekanisme homeostasis nonfisiologis atau disebut juga dengan homeostasis ekuilibrium merupakan
suatu sistem kontrol tanpa melibatkan mekanisme fisiologis. Hal ini dapat dilihat pada hewan -hewan
akuatis baik vertebrata maupun invertebrata yang hidup di dalam badan air yang sangat luas sehingga
perubahan temperatur lingkungan menjadi sangat kecil. Temperatur tubuh hewan-hewan tersebut akan
selaras dengan temperatur lingkungannya sehingga jika perubahan temperatur air sangat kecil, maka
kemungkinan besar temperatur tubuh hewan tetap konstan (tidak akan berubah). Sehingga hewan tidak
perlu melibatkan mekanisme kontrol fisiologis tubuhnya untuk mengatur suhu tubuh agar tetap konstan
tetapi cukup dengan hanya tinggal di badan perairan yang suhunya relatif stabil. Dengan kata lain,
apabila temperatur air mengalami perubahan, maka hewan tersebut hanya perlu berpindah ke badan
perairan yang suhunya relatif konstan. Secara esensinya, hewan akan berkonformasi dengan suhu
lingkungan eksternal. Akan tetapi apakah homeostasis ini adalah homeostasis sebenarnya atau bukan
masih menjadi masalah yang kontroversial.
F. Mekanisme Aklimatisasi

Homeostasis merupakan upaya integratif dari hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya
agar tetap konstan atau berada dalam level perubahan yang masih dapat ditoleransi. Cakupan dari
semuanya itu berupa kemampuan hewan untuk merubah kisaran dari perubahan-perubahan variabel
fisiologis yang terus dipertahankan. Kemampuan hewan untuk merubah kisaran inilah disebut dengan
aklimatisasi. Dengan kata lain aklimatisasi adalah hasil penyesuaian fisiologis atau adaptasi fisiologis
hewan pada lingkungan baru.

Mekanisme aklimatisasi ini berlangsung sebagai efek kumulatif dari perubahan lingkungan eksternal
dan kemampuan sistem tubuh untuk meregulasi kondisi internalnya dengan berbagai mekanisme
homeostasis. Dengan kata lain, regulasi tersebut adalah produk dari sistem kontrol dasar hewan yang
bekerja sama dengan efek-efek lingkungan terhadap variabel tertentu. Contohnya, fisiologi hewan yang
hidup di dataran rendah atau sekitar pantai berbeda dengan hewan yang sama spesiesnya tetapi tinggal
di tempat yang lebih tinggi seperti di pegunungan (karena kadar oksigen akan berbeda pada ketinggian
tempat yang berbeda). Ketersediaan oksigen akan menurun dengan bertambahnya ketinggian tempat.
Hal ini menyebabkan orang yang tinggal di daratan tinggi akan memperlihatkan beragam adaptasi
fisiologis dan anatomis dibandingkan dengan orang yang tinggal di dataran 13rendah dan daerah pantai.
Perbedaan tersebut misalnya dari aspek sensitifitas reseptor tubuh dalam mendeteksi level oksigen
dalam darah, perbedaan struktur pembuluh darah yang membawa darah miskin oksigen kembali ke
paru-paru, dan perbedaan dari aspek jumlah serta fungsi eritrositnya.

G. Komponen Sistem Umpan Balik (Feedback)

Komponen-komponen sistem umpan balik terdiri atas stimulus, reseptor, pusat integrasi, efektor
dan respon. Akan tetapi terdapat tiga komponen utama yaitu reseptor, pusat integrasi dan efektor.
Reseptor bertanggung jawab dalam mendeteksi perubahan di lingkungan hewan, baik lingkungan
internal maupun eksternal dimana hewan tersebut berada. Pada hewan, terdapat banyak sekali
reseptor yang masing-masingnya akan memonitor bagian spesifik dari lingkungan. Fungsi reseptor
adalah mengkonversi perubahan yang terdeteksi di lingkungan menjadi suatu potensial aksi yang
dikirimkan melalui bagian aferen sistem saraf menuju ke pusat integrasi. Contoh reseptor adalah kulit,
lidah, hidung, mata dan telinga (alat indera). Pusat integrasi biasanya berupa otak atau medula
oblongata. Peranan pusat integrasi adalah untuk mempertimbangkan informasi yang diterimanya
sehubungan dengan variabel spesifik dan bagaimana variabel tersebut seharusnya. Contohnya, daerah
hipotalamus di otak adalah pusat integrasi untuk mengontrol suhu tubuh pada mamalia. Berdasarkan
informasi yang diterimanya dari termoreseptor, hipotalamus akan memutuskan respon apa yang harus
dimulai untuk mengembalikan suhu tubuh ke kondisi normal. Respon tersebut kemudian dibawa melalui
aksi efektor yang distimulasi melalui jalur neuron eferen (neuron motorik). Pusat integrasi yang dapat
berupa jaringan atau organ, harus memiliki suatu nilai awal (set point) dari suatu variabel yang
dikontrolnya. Set point tersebut dikenal dengan titik seting dan merupakan nilai yang harus dijaga oleh
sistem tubuh hewan agar tetap konstan. Dalam hal temperatur tubuh, bagi mamalia set 13pointnya
adalah 37oC. Namun, suhu tubuh sebenarnya dapat mengalami perubahan dalam batas toleransi ± 1oC.
Untuk hewan lainnya, nilai tersebut akan bervariasi. Beberapa spesies burung akan menjaga suhu
tubuhnya sekitar 42oC, sedangkan mamalia lainnya tidak dapat menjaga temperatur tubuh tetap
konstan. Efektor adalah istilah umum untuk struktur yang membawa respon biologis. Respon-respon
tersebut dapat berupa aktivasi muskular, neural atau endokrin.

Gambar 1.3.
Komponen dasar dari sistem
umpan balik

Setiap variabel fisiologis


memiliki kisaran tersendiri
dan sangat bervariasi.
Plasma darah memiliki pH antara 7,35-7,45 dan konsentrasi ion K+ antara 3-5,5 mmol/l. Kisaran
sebenarnya yang masih dapat ditolerir oleh sistem fisiologis sangat bervariasi antar variabel yang
berbeda. Bebeapa variabel cenderung lebih dikontrol daripada variabel lainnya. pH darah dan cairan
tubuh lainnya adalah salah satu variabel yang dikontrol sangat ketat. Hal ini terkait dengan peranan pH
dalam mempengaruhi keberlangsungan sistem tubuh terutama kerja enzim. Perubahan pada pH akan
menyebabkan perubahan sangat signifikan dari status ionisasi ikatan pada enzim yang terlibat dalam
interaksi ion yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada struktur enzim. Jika14hal tersebut
terjadi, maka akan menjadi sangat destruktif bagi hewan. Sementara oksigen adalah variabel fisiologis
yang kurang dikontrol secara ketat dalam darah mamalia dimana level oksigen dapat turun 30-40%
sebelum efek-efeknya muncul terhadap pernafasan.
Sistem kontrol homeostasis yang beragam akan bekerja sama secara kooperatif. Sebagai contoh,
pada hewan yang hidup di gurun, pada siang hari mengalami stres suhu yang sangat ekstrim yang akan
berakibat terjadinya peningkatan suhu tubuh secara drastis. Satu-satunya jalan untuk melawan
perubahan tersebut adalah dengan meningkatkan evaporasi sehingga akan menurunkan suhu tubuh.
Akan tetapi hal tersebut akan menimbulkan masalah baru karena akan terjadi kehilangan air secara
berlebihan.

15

Gambar 1.4.
Mekanisme umpan balik negatif dalam regulasi tubuh. Set point merupakan variabel regulasi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Homeostasis merupakan keadaan relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh. Semua proses
yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu
agar tecipta kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan. Hemeostasis adalah
mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis di dalam tubuh hewan yang konstan.
Dalam homeostasis keadaan konstan terdapat dua jenis, yaitu yang pertama adalah sistem tertutup
yakni sebuah keseimbangan statis yang dimana keadaan dalam tubuh tidak berubah. Sedangkan yang
kedua adalah sistem terbuka, yaitu kesetimbangan dinamis dimana keadaan dalam tubuh yang konstan,
sedangkan sistem terus berubah.

Homeostasis dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi fisiologis
merupakan usaha organisme untuk memelihara lingkungan internalnya dalam batas-batas toleransi
tertentu sehingga proses-proses biologis dapat berfungsi dengan optimal. Kemampuan adaptif ini
adalah bentuk dinamik dariequilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal seara konstan
berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan ini dan untuk mempertahankan homeostasis. Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme
fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh, sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin.

DAFTAR PUSTAKA
http//: www.lontar.ui.ac.id

Siagian, Minarma. 2004. Homeostasis : Keseimbangan Ynag Halus dan Dinamis. Universitas Indonesia

Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2009. Fisiologi Hewan 1. Universitas Jenderal Soedirman.

Marieb, Elaine. 1994. Essentials of Human Anatomy and Fisiology 5 th ed. San Francisco : The
Benjamin/Cummings Publishing company, Inc.17

Anda mungkin juga menyukai