Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S


DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN HHD
DI RUANG CEMPAKA RS TK III SLAMET RIYADI SURAKARTA

OLEH :
NAMA : LATIZA SYAFA MAURA
NIM : 19121099

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pola napas tidak efektif ditemukan pada pasien sirosis hepatis. Survei

awal yang dilakukan di Ruang Seroja RSUD dr. Soegiri Lamongan tercatat

sebagian besar pasien yang menderita sirosis hepatis mengalami ketidakefektifan

pola napas. Sirosis hepatis dipengaruhi oleh bebarapa faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan, seperti faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor

perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan (Emilia W, 2013).

Pengamatan saat praktik hasil studi di RSUD Dr.Soegiri Lamongan

menyebutkan bahwa 50 orang mengalami ketidakefektifan pola nafas pada

penderita penyakit Serosis Hepatis. Penyebab utama sirosis hepatis adalah

hepatitis B (HBV) atau hepatitis C (HCV) di Asia Tenggara. Angka kejadian

sirosis hepatis di Indonesia akibat hepatitis B berkisar antara 21,2-46,9% dan

hepatitis C berkisar 38,7-73,9%. Pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati yaitu

meliputi aminotransferase, bilirubin dan albumin. Nilai aspartat aminotransferase

(AST) atau serum glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin

aminotransferase (ALT) atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat

menunjukan peningkatan. AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan

ALT, namun bila nilai transaminase normal tetap tidak menyingkirkan kecurigaan

adanya sirosis.(Maharani, Efendi, & Tampubolon, 2015).


Penderita sirosis hepatis banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya

sudah terinfeksi sirosis hepatis. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab

kematian terbesar ketika pada pasien yang berusia 45 - 46 tahun (setelah penyakit

kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh

penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit

ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang

perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar

kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan

seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal

sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular

carsinoma. Penyebab yang paling sering terlihat adalah hepatitis virus; seperti,

hepatitis B, C, dan lain-lain. Juga alcoholic liver/fatty liver, kolestasis, obat,

malnutrisi, dan faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada liver (Zebua,

Hasta Mulyani, & Endah, 2012).

Berdasarkan dari data organisasi kesehatan dunia atau World Health

Organization (WHO) 2010, penyakit sirosis hepatis menempati urutan kelima

tertinggi penyakit kronis yang ada di dunia dan lebih dari 600.000 ribu kasus baru

didiagnosis secara global setiap tahun. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 bahwa jumlah orang yang didiagnosis Hepatis di

fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan

peningkatan dua kali lipat apabila dibandingkan dengan data tahun 2007 dan

2013. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan-laporan

dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien
sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam

dalam kurun waktu 1 tahun 2004 (Kostodia, 2019).

Penatalaksanaan untuk mengatasi sesak pada penyakit sirosis hepatis

adalah dengan tindakan faramakologi. Tindakan farmakologi berupa kolaborasi

tenaga medis dalam pemberian O2 nasal. Pemberian O2 nasal membantu individu

untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah,

frekuensi jantung dan aliran darah. Tindakan farmakologis sebagai teknik atau

usaha yang sengaja diarahkan pada individu untuk perubahan dalam kesadaran

sehingga tercapailah keadaan rileks sehingga pemberian O2 nasal mampu untuk

mengurangi sesak. Pengobatan untuk sirosis hepatis pada umumnya tidak dapat

disembuhkan namun pengobatan dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan hati

lebih lanjut, mengobati komplikasi sirosis, mencegah kanker hati atau deteksi

sedini mungkin dan transplantasi hati. Dampak dari penyakit sirosis hepatis yang

tidak diobati dapat terjadi komplikasi seperti kongesif splenomegali, perdarahan

varises, kegagalan hepatoseluler (koma hepatic), hepatoma/ hepatocelluler

carcinoma (Wardhani, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis sangat tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn. S

dengan Sirosis Hepatis di Ruang Seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan”.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan yang mengalami Sirosis Hepatis

dengan Pola Napas Tidak Efektif Di Ruang Seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan?.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan adalah melaksanakan asuhan keperawatan pasien yang

mengalami sirosis hepatis dengan pola napas tidak efektif di Ruang

Seroja RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

1.3.2. Tujuan khusus

Setelah melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

diharapkan mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang

mengalami sirosis hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif

di ruang seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien yang

mengalami sirosis hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif

di ruang seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

3. Menyusun perencanaan pada pasien yang mengalami

sirosis hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif di ruang

seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang

mengalami sirosis hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif

di ruang seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

5. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami sirosis

hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif di ruang seroja

RSUD Dr.Soegiri Lamongan.


6. Mendokumentasikan setiap tindakan pada pasien yang

mengalami sirosis hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif di

ruang seroja RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan ini dapan memberikan wawasan

sekaligus sebagai reverensi bagi perkembangan ilmu keperawatan

medical bedah yang dapat di aplikasikan di kalangan institusi terutama

dalam pemberian asuhan keperawatan medical bedah dengan sirosis

hepatis dengan Pola Napas Tidak Efektif di ruang seroja RSUD

Dr.Soegiri Lamongan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat langsung yang didapatkan oleh penulis, rumah sakit,

profesi keperawatan.

1) Bagi rumah sakit

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan menerapkan

metode keperawatan pada klien Sirosis Hepatis dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan dengan metode asuhan keperawatan.

2) Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk diaplikasikan kepada semua tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan Sirosos Hepatis.


3) Bagi Institusi

Sebagai bahan tambahan refrensi untuk penelitian dalam hal

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode asuhan keperawatan.

4) Bagi klien dan Keluarga

Di harapkan klien dan keluarga lebih mengenal dan mencegah sirosis hepatic.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S
DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN HHD
DI RUANG CEMPAKA RS TK III SLAMET RIYADI

OLEH :
NAMA : LATIZA SYAFA MAURA
NIM : 19121099

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
I. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 53 tahun/ 26-02-1968
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kramat, Laweyan, Surakarta
No Register : 076468
Dx. Medis : HHD
Tanggal masuk RS : 27 Febuari 2021 Pukul : 15.30
Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2021
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. DM
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kramat, Laweyan, Surakarta
Hubungan : Anak
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama:
Pasien mengatakan tangan kiri terasa lemas dan susah digerakkan
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien datang pada tanggal 27 februari 2021 masuk ruang IGD dengan keluhan
lemas, tangan kiri tidak bisa bergerak pasien diantar keluarganya, pemeriksaan
TTV: TD:138/80mmHg N:76x/ menit R:20x/ menit S:37oC
Setelah mendapat pemeriksaan di IGD pasien dipindahkan ke bangsal cempaka.
Pada saat pengkajian pasien mengatakan tangan kiri terasa lemas dan susah
digerakkan, dengan hasil pemeriksaan TTV: TD: 112/81mmHg, N:79x/ menit,
R:18x/ menit, S: 37oC
c. Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien mengatakan dahulu pernah mempunyai riwayat jantung
d. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
jantung
e. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
Pasien mengatakan tidak ada faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit
pasien
3. Pengkajian Pola Fungsional
a.Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan.
1) Pasien mengatakan sehat itu penting karena dengan sehat
dapat beraktivitas
2) Pasien mengatakan menjaga kesehatan dengan menjaga
kebersihan lingkungan, menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
1) Asupan Makanan :
Sebelum sakit
a) Kebiasaan makan: 3x sehari
b) Jenis dan banyaknya: 1 porsi berisi nasi, sayur,
dan lauk
c) Makanan kesukaan dan pantangan: sayur, tidak
ada pantangan
d) Kemampuan mengunyah, menelan dan makan
sendiri: mampu mengunyah dan menelan dengan baik
e) Gigi : bersih, gusi tidak ada pembengkakan,
lidah : bersih, membrane mukosa: lembab
f) Nafsu makan : tidak ada penurunan nafsu makan
g) Alergi / intoleransi makanan : tidak ada alergi
h) BB : 48
i) Turgor kulit : kembali kurang dari 2 detik
Selama sakit
a) Kebiasaan makan: 3x sehari
b) Jenis dan banyaknya: 1 porsi rumah sakit
c) Makanan kesukaan dan pantangan: sayur, makanan yang mengandung banyak
garam
d) Kemampuan mengunyah, menelan dan makan sendiri: mampu mengunyah dan
menelan dengan baik
j) Gigi : tidak lengkap, gusi tidak ada
pembengkakan, lidah : kotor, membrane mukosa: kering
k) Nafsu makan : tidak ada penurunan nafsu makan
l) Alergi / intoleransi makanan : tidak ada alergi
m) BB : 48
n) Turgor kulit : kembali kurang dari 2 detik

2) Asupan Cairan :
Sebelum sakit
a) Banyaknya cairan yang dikonsumsi / hari : 1500
cc/hari
Selama sakit
a) Banyaknya cairan yang dikonsumsi / hari : 1000 cc/hari
b) Mual / muntah : pasien tidak mengalami mual dan
muntah
c) Infus RL 500cc/ 20tpm
c.Pola eliminasi :
Sebelum sakit
1) BAB :
a) Kaji pola defikasi: setiap pagi, 200cc/ hari
b) Karakteristik: lembek tidak konstipasi dan diare
c) Frequensi / hari: 1x/ hari Warna: kuning, Bau
khas : fases
d) Faktor yang mempengaruhi BAB: terpenuhinya
serat dalam tubuh
2) BAK :
a) Kaji pola miksi : setiap bangun tidur, setiap
mandi, sebelum tidur, jumlah: 1500 cc/ hari, frequensi: 3-4x/ hari, tidak
ada dorngan dan retensi
b) Warna : kuning
c) Bau khas dan zat penyerta lainnya: tidak ada
d) Kaji faktor yang mempengaruhi pola eliminasi :
tercukupinya cairan pada tubuh
Selama sakit
1) BAB :
a) Kaji pola defikasi: 200cc/ hari
b) Karakteristik: lembek tidak konstipasi dan diare
c) Frequensi / hari: 1x/ hari Warna: kuning, Bau khas : fases
2) BAK :
a) Jumlah: 1500 cc/ hari, frequensi: 3-4x/ hari, tidak ada dorngan dan retensi
b) Warna : kuning
c) Bau khas dan zat penyerta lainnya: tidak ada
3) Balance Cairan / Keseimbangan Cairan
Analisis keseimbangan cairan
Intake Output
 Minuman 1500 cc  Urine 1500 cc
 Makanan 200 cc  Feses 600 cc
 Infus 3x500cc= 1500 cc  InsensibleWater Loss60x15=900 cc
Total Intake 3200cc Total output
3000cc
Keseimbangan Cairan = Total Intake – Output
= 3200 cc – 3000 cc
=200 cc

d. Pola aktifitas dan latihan


1) Mobilisasi :
a) Pasien mengatakan aktivitas selalu dibantu
keluarga, Tremor: tidak mengalami
Kekuatan:

5 4
5 5

Keterangan : pasien mampu menggerakkan tangan kiri, pasien mampu


menggeser tapi tidak mampu mengangkat
b) Faktor yang mempengaruhi gerakan dan latihan:
proses saat sakit
2) Posisi :
a) Posisi : berbaring, alat bantu yang digunakan :
kursi roda, faktor yang mempengaruhi posisi :proses penyakit
3) Ambulasi :
Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga
e.Pola kognitif – persepsi sensori
1) Persepsi kognitif : pasien mampu menyebutkan angka 1-10,
pasien ingat tanggal lahir pasien (26 februari 1968)
2) Stimulasi : pasien mengatakan penglihatan, pendengaran
masih normal, pasien bisa membedakan rasa manis, pahit, pedas, asam, asin
3) Fungsi kognitif: Kaji orientasi : pasien mampu
membedakan waktu pagi, siang, sore, malam, pasien mampu membedakan
keluarganya dengan pengunjung lain
4) Observasi tingkat nyeri ( PQRST )
P : kekakuan otot karena kurang gerak
Q : tertusuk-tusuk menjalar
R : tangan kiri
S : 5 dari 1-10
T : terus-menerus
f. Pola Persepsi diri dan Konsep diri
1) Gambaran diri : pasien mengatakan senang dengan anggta
tubuhnya meskipun terlihat sedikit kurus
2) Identitas diri : pasien mengatakan bersyukur diciptakan
sebagai perempuan
3) Peran diri : pasien mengatakan sebagai ibu
rumah tangga
4) Ideal diri : pasien mengatakan igin segera
sembuh dan dapat bertemu keluarganya dan dapat beraktivitas kembali
5) Harga diri. : pasien mengatakan senang jika
diperhatikan oleh keluarganya
g. Pola istirahat dan tidur :
1) Sebelum sakit
Kaji kebiasaan istirahat dan tidur
Pola tidur: nyenyak waktu / jam : 20.00-04.00WIB, lamanya : 8 jam,
penggunaan obat tidur : tidak menggunakan
2) Selama tidur
Pola tidur: kadang terbangun 2-3 kali, waktu/jam : 21.00-04.00WIB, lamanya
7 jam, faktor yang mempengaruhi: proses penyakit
h. Pola psikososial / hubungan dan peran :
1) Pasien mengatakan didalam keluarganya dia berperan
sebagai ibu rumah tangga
2) Hubungan pasien dan keluarga baik, pasien dan tim
kesehatan kooperatif

Genogram:

p
Keterangan :

: laki- laki : garis keturunan

: perempuan : tinggal satu rumah

P
: pasien

i. Pola fungsi sexual - sexualitas :


1) Riwayat perkawinan :
Pasien mengatakan menikah, umur waktu menikah 25 tahun, lama
perkawinan 28 tahun, perkawinan pertama
2) Riwayat kehamilan :
Pasien mengatakan hamil sebanyak 2 kali dengan persalinan normal
3) Pola sexual :
Pasien mengatakan tidak ada gangguan sexual
j. Pola mekanism koping dan toleransi terhadap stress :
1) Kaji faktor yang menimbulkan stress
Pasien mengatakan cemas saat tangan kiri tidak bisa digerakkan
2) Respon untuk mengatasi stress dengan koping efektif.
Pasien mengatakan nyaman dengan posisi berbaring
k. Pola keyakinan dan nilai :
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat melakukan sholat 5 waktu
Saat sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan sholat dan berkeyakinan
dirinya segera sembuh
4. Pemeriksaan fisik
a.Keadaan umum : sedang
b.Kesadaran : Compos mentis (CM)
Glasgow Coma Scale ( GCS ) : E ( Eye ) : 4, M (Motorik) : 6, V (Verbal) : 5
Jumlah : 15
c.TTV : TD : 112/81mmHg, R : 18x/menit, N : 79 x/menit, S : 370 C.
d.BB: sebelum sakit : 48Kg, selama sakit: 48 Kg,
Presentasi penurunan BB saat ini terhadap berat badan ideal : 0 %
e. Kulit : Kulit berwarna sawo matang, kulit tampak kotor,turgor elastis
f. Kepala : rambut : Rambut hitam, rambut tampak kotor, rambut acak-acakkan dan
tidak terdapat luka
g. Mata : Mata kanan dan kiri simetris, sclera tidak ikterik dan konjungtiva
tidak anemis, Pupil isokor, tidak memakai kaca mata, fungsi penglihatan baik,
mata tampak sayu
h. Telinga : Bentuk simetris, lubang telinga tidak terjadi penumpukan serumen,
ketajaman pendengaran normal
i. Hidung : Mukosa hidung lembab, tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan pada
sinus, terpasang nasal kanul
j. Mulut dan Tenggorokan : Bibir mukosa bibir kering
Rongga mulut : gigi(terdapat karang gigi, gigi tidak lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi)
Lidah: lidah kotor, fungsi pengecapan masih baik (dapat membedakan rasa pahit,
manis, asam, pedas, asin
k. Leher : Leher tampak simetris, tidak terdapat pembengkakan kelenjar
tyroid, tidak terdapat nyeri tekan
l. Dada (anterior/posterior) :
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada kiri dan
kanan tidak terdapat retraksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikular
m. Payudara
Inspeksi : kanan dan kiri simetris
n.Jantung :
Inspeksi : dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara lupdup
o.Abdoment
Inspeksi : kulit abdomen sama dengan kulit sekitarnya, umbilicus tidak
menonjol, tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar peristaltik 10x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak teraba nyeri
p.Genetalia : tidak mengkaji
q.Ekstremitas :

 Kekuatan otot :
Kiri atas Kanan atas

5 4
5 5
5. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
LABORATIUM :
Tanggal – jam hasil : 27/02/2021 12:24
NAMA PEMRIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
-ureum 15 Mg/dL 10-50
-kreatinin 0.7 Mg/dL 0.5-0.9
-asam urat 3.7 Mg/dL 2.4-5.7
Elektrolit
-natrium (Na) 151 Mmol/L 135-148
-kalium (K) 4.5 Mmol/L 3.5-5.5
-klorida (CI) 84 Mmol/L 96-106

b. Terapi yang diberikan :


Nama obat Jenis Fungsi
NaCl 14tpm Parental Untuk mengganti cairan
dalam tubuh pasien
Alprazolam 1x0,5mg Oral Untuk mengasilkan efek
menangkan dengan
meningkatkan aktivitas zat
kimia
Ranitidien 2x1 Parental Untuk menangani gejala
atau penyakit yang
berkaitan dengan asam
lambung
B Complex 3x1 Oral Untuk proses,
metabolisme,
menggunakan energy dari
makanan
Sucralfat 3xC1 Oral Untuk mengatasi tukak
lambung, ulkus duodenum
atau gastritis kronis

Diagnosa Keperawatan
1) Data Fokus
a) Subyektif:
Pasien mengatakan tangan kiri terasa lemas dan susah digerakkan
b) Obyektif
Glasgow Coma Scale ( GCS ) : E ( Eye ) : 4, M (Motorik) : 6, V (Verbal) : 5
Jumlah : 15
TTV :
TD : 112/81mmHg
N : 79x/ menit
R : 18x/ menit
S : 37oC
Aktivitas pasien dibantu keluarga
Spo2 : 96%
O2 : 5lpm
Data DO :
TTV :
TD : 112/81mmHg
N : 79x/ menit
R : 18x/ menit
S : 37oC
Keluhan utama : sedang

2) Analisa Data
Analisa Data
N Problem Etiologi
Tgl / Jam Data
o ( Masalah ) ( penyebab )
1 01-03-2021 Ds: pasien Ketidakefektifan Keletihan dan
Jam 15.30 mengatakan sesak pola nafas inadekuat oksigen
nafas untuk beraktivitas
Do:TTV:
TD: 112/81mmHg
N: 79x/menit
R: 18x/menit
S: 37oC
Spo2: 96%
O2: 5lpm
2 01-03-2021 Mobilitas fisik Kelemahan pada
Jam 15.30 Ds: pasien otot
mengatakan lemas
tangan kiri
Do:TTV:
TD:112/81mmHg
N: 79x/menit
R: 18x/menit
S: 37oC
Aktivitas dibantu
keluarga

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal Tanggal Tanda
No. Dx DIAGNOSA
Ditemukan Teratasi Tangan
1 Ketidakefektifan pola nafas b.d 01-03-2021 03-03-2021 LATIZ
keletihan A
Ds: pasien mengatakan sesak
nafas
Do:TTV:
TD: 112/81mmHg
N: 79x/menit
R: 18x/menit
S: 37oC
Spo2: 96%
O2: 5lpm

2 Mobilitas fisik b.d penurunan 01-03-2021 03-03-2021


kekuatan otot LATIZ
Ds: pasien mengatakan lemas A
tangan kiri
Do:TTV: TD:112/81mmHg
N: 79x/menit
R: 18x/menit
S: 37oC
Aktivitas dibantu keluarga
III. RENCANA TINDAKAN
PERENCANAAN
N DIAGNOSA
TINDAKAN +
O KEPERAWATAN TUJUAN / KH
RASIONALISASI
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d Setelah dilakukan 1. Bantu ventilasi
keletihan tindakan Rasional :
keperawatan selama memberi
3x24jam diharapkan oksigen pada
ketidakefektifan pasien
pola nafas dapat 2. Monitor aliran
teratasi oksigen
Rasional :
Perhatikan lpm
oksigen
3. Pertahankan
posisi pasien
Rasional :
memberikan
posisi nyaman
4. Observasi
adanya tanda-
tanda
hipoventilasi
Rasional:
Selalu awasi
pasien
5. Kolaborasi
dengan dokter
Rasional:
Memberi terapi
lanjutan

1. Monitoring
2. Mobilitas fisik b.d penurunan respon pasien
kekuatan otot Setelah dilakukan Rasional:
Ds: pasien mengatakan lemas tindakan Untuk
tangan kiri keperawatan 3x24 mengetahui
Do:TTV: TD:112/81mmHg jam diharapkan keadaan pasien
N: 79x/menit kelemahan otot 2. Kaji
R: 18x/menit dapat teratasi kemampuan
S: 37℃ dengan kriteria pasien
Aktivitas dibantu keluarga hasil: Rasional:
- meningkatkan Untuk
dalam aktivitas fisik mengetahui
- pasien mengerti kemampuan
tujuan dari pasien
peningkatan 3. Ajarkan latihan
mobilisasi ROM
Rasional:
Untuk
menggerakkan
sel otot
4. Beri posisi
yang nyaman
Rasional:
Memberikan
kenyamanan
5. Kolaborasi
dengan dokter
Rasional:
Untuk
mengikuti
arahan dokter
IV. PELAKSANAAN
N
TANGGA TANDA
O TINDAKAN RESPON
L TANGA
D KEPERAWATAN TINDAKAN
WAKTU N
X
1 01-03-2021 Memonitoring respon pasien S:Pasien LATIZA
Jam 15.30 mengatakan
lemas tangan kiri
O:Aktivitas
dibantu
keluarganya

Jam 15.50 Mengkaji kemampuan pasien S:Pasien LATIZA


mengatakan
belom mampu
mengangkat
tangannya sendiri
O:Aktivitas
dibantu keluarga

Jam 16.10 Mengajarkan ROM S:Pasien LATIZA


mengatakan bisa
mengikuti
gerakan yang
diarahkan
O:Pasien tampak
mengikuti
gerakan

Jam 16.30 Memberikan posisi yang S:Pasien LATIZA


nyaman mengatakan
nyaman dengan
posisi berbaring
O:Pasien tampak
nyaman dengan
posisi tirah baring

Jam 16.50 S:Pasien LATIZA


Mengkolaborasikan dengan mengatakan
dokter mengerti
penjelasan yang
diberikan dokter
O:Pasien tampak
paham

2. 02-03-2021 S: LATIZA
Jam 15.30 Membantu ventilasi pasien
mengatakan
sesak nafas
O:
Pasien tampak
menggunakan
alat bantu nafas

S: LATIZA
Memonitori aliran oksigen Pasien
mengatakan
sesak nafas
O:
Pasien tampak
menggunakan
alat bantu nafas
5lpm
LATIZA
Mempertahankan posisi pasien S : Pasien
mengatakan lebih
nyaman posisi
berbaring
O:
Pasien tampak
nyaman dengan
posisi semi
fowler LATIZA
Mengobservasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi S:
Pasien
mengatakan
sesak nafas dan
cemas
O:
Pasien tampak LATIZA
Mengkolaborasikan dengan cemas
dokter
S:
Pasien
mengatakan
mengerti
penjelasan yang
diberikan dokter
O:
Pasien tampak
paham

V. EVALUASI
N TANGGA
TANDA
O L Evaluasi
TANGAN
DX WAKTU
1 01-03-2021 S : Pasien mengatakan lemas tangan kiri LATIZA
Jam 15.30 O : Aktivitas dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Jam 15.50 S : Pasien mengatakan belom mampu mengangkat LATIZA


tangannya sendiri
O : Aktivitas dibantu keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Jam 16.10 S : Pasien mengatakan bisa mengikuti gerakan yang LATIZA


diarahkan
O : Pasien tampak mengikuti gerakan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Jam 16.30 S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi LATIZA
berbaring
O : Pasien tampak nyaman dengan posisi tirah
baring
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Jam 16.50 LATIZA
S : Pasien mengatakan mengerti penjelasan yang
diberikan dokter
O : Pasien tampak paham
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 02-03-2021 LATIZA
Jam 15.30 S : Pasien mengatakan sesak nafas
O : Pasien tampak menggunakan alat bantu nafas
A:Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
Jam 15.50 LATIZA
S : Pasien mengatakan sesak nafas
O : Pasien tampak menggunakan alat bantu nafas
5lpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Jam 16.10 LATIZA
S : Pasien mengatakan lebih
nyaman posisi berbaring
O : Pasien tampak nyaman dengan posisi semi
fowler
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Jam 16.30 LATIZA
S : Pasien mengatakan sesak nafas dan cemas
O : Pasien tampak cemas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan LATIZA
Jam 16.50
S : Pasien mengatakan mengerti penjelasan yang
diberikan dokter
O : Pasien tampak paham
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai