Anda di halaman 1dari 14

Nama : Dea Ayu Tamara

Nim : 06101381823047
Prodi : Pendidikan Kimia

Pertemuan 2
“ Katabolisme Asam Lemak dan Energi Katabolisme”

Metabolisme Lemak
- Degradasi Lipid  Oksidasi asam lemak
 Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak

Lemak dihidrolisis dilumen usus kecil menjadi gliserol asam lemak ,mono-asilgliserol dan
diasil-gliserol
direkombinasiTGA di RE dan kompleks golgi sel mukosa usus.
Lemak(termasuk kolestrol) bergabung dengan apoprotein membentuk chylomicrons.Pada
lemak chylomicron dicerna dipembuluh menghasilkan chylomicron remnants,e.g
VLDL.Asam lemak ditemukan dalam kompleks dengan albumin.
Lemak yang disintesis dihatibergabung menjadi sekumpulan apoprotein membentuk
VLDL yang dihidrolisis selama perjalanannya menuju jaringan tepi dari permukaan dalam
pembuluh.
Hidrolisis oleh lipoprotein lipase menghasilkan IDL yang diserap oleh hati untuk diubah
menjadi LDL
LDL merupakan bentuk utama kolestrol yang ditransport kejaringan .HDL berperan
membawa kolestrol dari jaringan kembali kehati
- Hidrolisis Triasilgliserol (TAG)
Lipase merupakan katalisator dalam hidrolisi enzimatis TAG dan hasilnya berupa asam
lemak dan gliserol

Gliserol yg dihasilkan dari hidrolisis TAG diubah menjadi DHAP oleh gliserol kinase dan
gliserol fosfat dehidrogenase

Selanjutnya DHAP masuk dalam jalur Glikolisis

Oksidasi Asam Lemak


Katabolisme asam lemak berlangsung dalam 3 tahap :
1. Aktivasi asam lemak di sitosol  menghasilkan derivat koenzim A
2. Transport ke dalam mitokondria, karnitin akan membantu proses transport.
3. Oksidasi beta, pemotongan asam lemak menjadi fragmen berkarbon dua ( asetil CoA)
didalam matriks mitokondria.
Aktivasi Asam Lemak
Prosesnya meliputi dua tahap yang dikatalisis oleh asil KoA sintetase
• Enzim ini spesifik untuk setiap jenis asam lemak
• Hanya pada bagian ini digunakan ATP
Pembentukan acyl-carnitine
Untuk masuk ke dalam matrik mitokondria, asam lemak yg sudah diaktivasi
memerlukan karier karnitin
Reaksi dikatalisis oleh enzim karnitin asiltransferase (CAT)
• CAT I di membran luar mitokondria
• CAT II di membran dalam mitokondria.
Proses dan Transport Lipid Pada Vertebrata

Triasilgliserol atau trigliserida adalah senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan
makanan dan sebagai sumber energi yang penting, khususnya bagi hewan. Sebagian besar
triasilgliserol disimpan dalam sel-sel jaringan adiposa, adipocytes. Triasilgliserol secara konstan
didegradasi dan diresintesis.

Pemrosesan dan distribusi lipid dijelaskan dalam 8 tahap, yaitu:

1) Triasilgliserol yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam air. Untuk
mengangkutnya menuju usus halus dan agar dapat diakses oleh enzim yang dapat larut
diair seperti lipase, triasilgliserol tersebut disolvasi oleh garam empedu seperti kolat dan
glikolat membentuk misel.
2) Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi triasilgliserol menjadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus.
3) Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis kembali menjadi
triasilgliserol
4) Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan kolesterol dari diet makanan
dan protein khusus membentuk agregat yang disebut kilomikron.
5) Kilomikron bergerak melalui sistem limfa dan aliran darah ke jaringan-jaringan.
6) Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase menjadi
asam lemak dan gliserol.
7) Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target.
8) Di dalam sel otot (myocyte) asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam sel
adipose (adipocyte) asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol.

Selama olah raga, otot membutuhkan dengan cepat sejumlah energi simpanan. Asam lemak yang
disimpan dalam adipocyte dapat dilepaskan dan ditransport ke myocyte oleh serum albumin untuk
didegradasi menghasilkan energi.

Ada 3 sumber asam lemak untuk metabolisme energi pada hewan, yaitu:

- Suplai triasilgliserol dari makanan


- Sintesis triasilgliserol dalam hati jika sumber energi internal melimpah
- Simpanan triasilgliserol dalam adipocytes.

Metabolisme lipid pada jaringan adiposa:

Untuk proses lipogenesis (sintesis lipid) pada jaringan adiposa, triasilgliserol disuplai dari hati
dan usus dalam bentuk lipoprotein, VLDL dan kilomikron. Asam lemak dari lipoprotein
dilepaskan oleh lipoprotein lipase yang berlokasi pada permukaan sel-sel endotelial pembuluh
kapiler darah. Asam lemak kemudian diubah mejadi triasilgliserol.

Proses lipolisis (degradasi lipid) pada jaringan adiposa dikatalisis oleh Hormone-sensitive lipase,
yang dikontrol oleh hormon, dengan mobilisasi sebagai berikut:
1) Jika glukosa dalam darah rendah, akan memicu pelepasan epinefrin atau glukagon. Kedua
hormon meninggalkan aliran darah dan mengikat molekul reseptor yang ditemui di dalam
membran adipocyte atau sel lemak.
2) Hal ini menyebabkan adenilat siklase melalui protein G mengubah ATP menjadi cAMP.
3) cAMP kemudian mengaktifkan protein kinase. Protein kinase aktif mengaktifkan
triasilgliserol lipase (Hormone-sensitive lipase) melalui forforilasi.
4) Protein kinase aktif juga mengkatalisis fosforilasi molekul perilipin pada permukaan
butiran lemak (lipid droplet) sehingga triasilgliserol lipase dapat mengakses permukaan
butiran lemak.
5) Selanjutnya triasilgliserol diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh
triasilgliserol lipase.
6) Molekul asam lemak yang dihasilkan dilepaskan dari adipocyte dan diikat oleh
proteinserum albumin dalam darah untuk diangkut melalui pembuluh darah menuju
myocyte (selotot) jika dibutuhkan. Jumlah asam lemak yang dilepaskan oleh jaringan
adiposa ini tergantung pada aktivitas triasilgliserol lipase. Hanya asam lemak rantai pendek
yang dapat larut dalam air, sedangkan asam lemak rantai panjang tidak. Oleh karena itu
untuk pengangkutannya asam lemak rantai panjang diikatkan pada serum albumin.
7) Asam lemak tersebut dilepaskan dari albumin dan masuk ke myocyte melalui
transportkhusus.
8) Di myocyte asam lemak mengalami ß-oksidasi yang menghasilkan CO2 dan energi ATP.
 -oksidasi asam lemak
Terdiri dari 4 proses utama:
Dehidrogenasi
Hidratasi
Dehidrogenasi
Thiolisis
Degradasi Asam Lemak: ß-Oksidasi
Degradasi asam lemak terjadi di mitokondria dalam beberapa tahap:
1. Tahap 1
Aktivasi asam lemak di sitoplasma. Asam lemak difosforilasi dengan menggunakan satu
molekul ATP dan diaktifkan dengan asetil Co-A menghasilkan asam lemak-CoA, AMP,
dan pirofosfat inorganic.

Pengaktifan asam lemak dengan acetyl-CoA menjadi asam lemak-CoA


2. Tahap 2
Pengangkutan asam lemak-CoA dari sitoplasma ke mitokondria dengan bantuan molekul
pembawa carnitine, yang terdapat dalam membran mitokondria.

Masuknya asam lemak ke mitokondria melalui transport acyl-carnitine/carnitine.


3. Tahap 3
Reaksi ß-oksidasi, berlangsung dalam 4 tahap, yaitu (a) dehidrogenasi I, (b) hidratasi, (c)
dehidrogenasi II, dan (d) tiolasi (tahap pemotongan)

Urutan tahapan reaksi dalam ß-oksidasi asam lemak.


a. Dehidrogenasi I, yaitu dehidrogenasi Asam lemak-CoA yang sudah berada di dalam
mitokondrion oleh enzim acyl-CoA dehidrogenase, menghasilkan senyawa enoyl-
CoA. Pada reaksi ini, FAD (flavin adenin dinukleotida) yang bertindak sebagai
koenzim direduksi menjadi FADH2. Dengan mekanisme fosforilasi bersifat oksidasi
melalui rantai pemafasan, suatu molekul FADH2 dapat menghasilkan dua molekul
ATP.
b. Hidratasi, yaitu ikatan rangkap pada enoyl-CoA dihidratasi menjadi 3-hidroxyacyl-
CoA oleh enzim enoyl-CoA hidratase.
c. Dehidrogenase II, yaitu dehidrogenasi 3-hidroxyacyl-CoA oleh enzim ß-hidroxy-acyl-
CoA dehidrogenase dengan NAD+ sebagai koenzimnya menjadi ß-ketoacyl-CoA.
NADH yang terbentuk dari NAD+ dapat dioksidasi kembali melalui mekanisme
fosforilasi oksidatif yang dirangkaikan dengan rantai pernafasan menghasilkan tiga
molekul ATP.
d. Pemecahan molekul dengan enzim ß-ketoacyl-CoA thiolase. Pada reaksi ini satu
molekul ketoacyl-CoA menghasilkan satu molekul asetyl-CoA dan sisa rantai asam
lemak dalam bentuk CoA-nya, yang mempunyai rantai dua atom karbon lebih pendek
dari semula.
Proses degradasi asam lemak selanjutnya adalah pengulangan mekanisme ß-oksidasi secara
berurutan sampai panjang rantai asam lemak tersebut habis dipecah menjadi molekul acetyl-
CoA. Dengan demikian satu molekul asam miristat (C14) menghasilkan 7 molekul acetyl-
CoA (C2) dengan melalui 6 kali ß-oksidasi.

Tiap Tiap satu sklus ß-oksidasi dihasilkan energi sebesar:

1 FADH2 = 2 ATP (pada dehidrogenasi 1)


1 NADH = 3 ATP (pada dehidrogenasi 2) dan 1
Acetyl-CoA. Satu Acetyl-CoA dioksidasi

melalui siklus TCA menghasilkan energi = 12 ATP Jadi


jumlah ATP yang dihasilkan dalam satu siklus ß

oksidasi = (3 + 3 + 12) ATP = 17 ATP


Tahap oksidasi asam palmitat (C15H33COOH) dan berapa energi yang dihasilkan?

Tahap 1
Asam palmitat (mengandung 16 atom C) dioksidasi ß dalam 7 siklus menjadi 8 residu
acetyl dalam bentuk acetyl-CoA.
C16 asam lemak →8 Acetyl- CoA
7 siklus β−oksidasi
Tahap 2
Tiap acetyl-CoA dioksidasi menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus TCA.
Tahap 3
Elektron yang dihasilkan dari tahap 1 & 2 masuk ke rantai respirasi mitokondria
dengan menghasilkan energi untuk sintesis ATP dengan forforilasi oksidatif.
Jadi dengan 7 siklus ß-oksidasi dihasilkan energi sebesar:

7 FADH2 =7x 2 ATP = 14 ATP


7 NADH =7x 3 ATP = 21 ATP
8 Acetyl-CoA = 8 x 12 ATP = 96 ATP
Jumlah ATP = 14+21+96= 131 ATP

Reaksi katabolismenya:
C15H33COOH + 23 O2 16 CO2 + 16 H2O
131 ADP + 131 Pi 131 ATP + 131 H2O
C15H33COOH + 23 O2 + 131 ADP + 131 Pi → 16 CO2 + 147 H2O + 119 ATP

Karena pada proses aktivasi dibutuhkan 1 ATP dengan reaksi:


ATP + 2 H2O → AMP + 2 Pi, maka reaksi katabolismenya menjadi:

C15H33COOH + 23 O2 + 131 ADP + 129 Pi → 16 CO2 + 145 H2O + 130 ATP + AMP

Jalur Minor Degradasi Asam Lemak


Jalur utama degradasi asam lemak adalah ß-oksidasi, yaitu untuk asam lemak jenuh beratom C
genap. Akan tetapi ada juga jalur-jalur khusus yang lain yaitu untuk degradasi asam lemak tak
jenuh, degradasi asam lemak dengan atom C ganjil, serta - dan ω-oksidasi.

ß-Oksidasi asam lemak tak jenuh

Oksidasi asam lemak tak jenuh (asam oleat).


Oksidasi ini membutuhkan tambahan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mereposisi ikatan
rangkap dari cis ke isomer trans sebagai intermediet normal pada ß-oksidasi.
Asam lemak tak jenuh di alam (misal asam oleat) mempunyai ikatan rangkap pada konfigurasi
cis. Karena pada ß-oksidasi enzimnya spesifik untuk enoyl-CoA dengan konfigurasi trans,
maka diperlukan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mengubah konfigurasi cis menjadi trans.
Adapun mekanisme oksidasi asam lemak tak jenuh berlangsung sama seperti ß-oksidasi untuk
asam lemak jenuh. Karena terdapat satu ikatan tak jenuh, maka dalam proses degradasinya,
asam lemak tak jenuh mengalami satu mekanisme reaksi tambahan yaitu reaksi isomerisasi
bentuk cis ke trans yang dikatalisis oleh enzim enoyl-CoA isomerase sebagaimana ditunjukkan
pada gambar disamping.
Sebagai contoh: jalur ß-oksidasi asam linoleat, C17H31COOH (C18:2 cis,cis-∆9: ∆12).
Pada asam lemak tak jenuh, ada siklus ß-oksidasi yang tidak melalui reaksi dehidrogenasi I
yang menghasilkan FADH2, yaitu pada pmotongan 2 C yang mengandung ikatan rangkap.
Dengan demikian jumlah ATP yang dihasilkan pada ß-oksidasi asam lemak tak jenuh lebih

sedikit bila dibandingkan dengan jumlah ATP yang dihasilkan oleh ß-oksidasi asam lemak
jenuh dengan jumlah atom C yang sama.
Asam lemak tak jenuh di alam (misal asam oleat) mempunyai ikatan rangkap pada konfigurasi
cis. Karena pada ß-oksidasi enzimnya spesifik untuk enoyl-CoA dengan konfigurasi trans,
maka diperlukan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mengubah konfigurasi cis menjadi trans.
Adapun mekanisme oksidasi asam lemak tak jenuh berlangsung sama seperti ß-oksidasi untuk
asam lemak jenuh. Karena terdapat satu ikatan tak jenuh, maka dalam proses degradasinya,
asam lemak tak jenuh mengalami satu mekanisme reaksi tambahan yaitu reaksi isomerisasi
bentuk cis ke trans yang dikatalisis oleh enzimenoyl-CoA isomerase sebagaimana ditunjukkan
pada gambar disamping.
Urutan reaksi dalam oksidasi asam lemak tak jenuh (Contoh: asam linoleat dalam bentuk
linoleoyl-CoA)

Oksidasi Asam Lemak dengan atom C ganjil

Oksidasi asam lemak dengan atom C ganjil (contoh: asam propionat dalam bentuk Propionyl- CoA)
Pada asam lemak dengan jumlah atom C ganjil, setelah pengambilan acetyl-CoA (2C)
sisanya adalah residu propionyl-CoA (3C). Propionyl-CoA ini masuk ke siklus Krebs lewat
Succinyl-CoA. Dalam hal ini propionyl-CoA dikarboksilasi menjadi D-metylmalonyl-CoA,
kemudian diubah menjadi Succinyl-CoA melalui intermediet L- metylmalonyl-CoA. Jumlah
energi yang dihasilkan dalam 1 siklus krebs jika masuk lewat Succinyl-CoA hanya sebesar
6 ATP. Karena masuk siklus krebs lewat Succinyl-CoA maka degradasi asam lemak dengan
atom C ganjil lebih cepat dibandingkan dengan degradasi asam lemak dengan atom C genap.
Hal ini penting untuk memberikan konsumyi pada orang atau makhluk hidup yang
membutuhkan energi dengan cepat, misal orang Eskimo.
Bagi penderita anemia pernisiosa sebagai akibat kekurangan vitamin B, kerja enzim
methylmalonyl-CoA mutase terganggu, sehingga L-Methylmalonyl-CoA tidak bisa diubah

menjadi Succinyl-CoA. Dalam urin penderita ini ditemukan L-methylmalonyl-CoA maupun


propionyl-CoA dalam jumlah yang besar.

- dan ω-oksidasi
–oksidasi adalah degradasi senyawa asam karboksilat dengan melepaskan 1 atom karbon
pada ujung karboksilnya. Asam lemak yang bagian ujungnya mempunyai cabang metil tidak
bisa langsung didegradasi melalui mekanisme ß-oksidasi, melainkan harus dioksidasi
terlebih dahulu melalui mekanisme –oksidasi. Dalam mekanisme –oksidasi, gugus
karboksilat dilepaskan sebagai CO2 dan atom karbon- dioksidasi oleh hidrogen peroksida
menjadi gugus aldehida. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim peroksidase asam lemak, tidak
membutuhkan CoA-SH dan tidak menghasilkan ATP. Gugus aldehid yang terbentuk
selanjutnya dioksidasi dengan menggunakan NAD+ menjadi asam karboksilat. Dengan
demikian asam lemak yang dihasilkan dalam satu kali reaksi –oksidasi telah berkurang
dengan 1 atom C. Selain itu gugus aldehid tersebut dapat dioksidasi menjadi gugus alkohol,
membentuk senyawa alkohol asam lemak. Senyawa ini banyak terdapat dalam lilin
tumbuhan.
Pada kasus syndrom Refsum, pasien yang mempunyai gangguan dalam reaksi -oksidasi,
tidak mampu mangoksidasi asam fitanat yang berasal dari makanan tumbuhan. Asam fitanat
mengandung gugus metil (-CH3) pada karbon-ß yang dapat menghambat reaksi ß-oksidasi..

Berikut adalah contoh reaksi -oksidasi yang terjadi dalam biji kecambah beberapa
tumbuhan.
Reaksi -oksidasi asam lemak yang terjadi dalam biji kecambah beberapa tumbuhan
ω-oksidasi adalah oksidasi atom C pada ujung asam lemak. Reaksi ini dimulai dengan
hidroksilasi gugus –CH3 yang dikatalisis oleh monooksigenase membentuk –CH2OH dan
dilanjutkan dengan oksidasi membentuk gugus karboksilat -COOH. Hasilnya adalah asam
lemak dikarboksilat yang dapat mengalami ß-oksidasi dari kedua ujungnya sampai diperoleh
asam dikarboksilat C8 (asam suberat) atau C6 (asam adipat) yang dapat diekskresi
dalamurin. Kedua asam ini dijumpai pada urin penderita ketotik dikarboksilat asiduria. ω-
oksidasi dilakukan oleh enzim-enzim hidroksilasi yang memerlukan sitokrom P-450 dalam
mikrosom.

ß-oksidasi di Peroksisom
Bentuk modifikasi ß-oksidasi terjadi di peroksisom hati, yang dikhususkan untuk degradasi
asam lemak berantai panjang (n > 20). Dua perbedaan pokok ß-oksidasi di mitokondria dan
di peroxisome adalah:
Pada tahap reduksi 1, flavoprotein acyl-CoA oxidase di peroxisome memasukkan elektron
secara langsung ke O2 menghasilkan H2O2, yang segera diubah menjadi H2O dan O2 oleh
katalase. Energi yang dihasilkan tidak disimpan sebagai ATP tetapi dibuang dalam bentuk
panas. Dalam mitokondria elektron yang dihasilkan pada tahap reduksi 1 dimasukkan ke O 2
menghasilkan H2O melalui rantai respirasi yang digabungkan dengan pembentukan ATP.
Dalam sistem perosisomal, ß-oksidasi lebih aktif dilakukan terhadap asam lemak berntai
panjang, seperti asam hexakosanoat (26:0), dan asam lemak bercabang, seperti asam fitanat
dan asam pristanat. Pada mamalia konsentrasi lemak yang tinggi dalam diet akan menaikkan
sintesis enzim ß-oksidasi peroxisomal hati. Karena peroxisome hati tidak mempunyai enzim-
enzim untuk siklus TCA dan tidak dapat mengkatalisa oksidasi acetyl-CoA menjadi CO2,
maka asam lemak berantai panjang atau bercabang terseut dikatabolisme menjadi produk
asam lemak yang lebih pendek, selanjutnya dieksport ke mitokondria untuk dioksidasi secara
sempurna.Dalam kasus sindrom Zellweger, asam lemak rantai panjang tidak dapat
didegradasi karena peroksisomal rusak
Perbandingan ß-oksidasi di mitokondria dan di peroxisome dan glyoxysome
- Biosintesis Lipid
 Biosintesis asam lemak
 Biosintesis triasilgliserol
 Biosintesis fosfolipid
 Biosintesis kolesterol dan steroid

Referensi :
Arbianto, Purwo. 1994. Biokimia: Konsep-Konsep Dasar. Bandung: ITB
Lehninger, A.L. 1982. Biochemistry, Worth Pub. Inc

Anda mungkin juga menyukai