Anda di halaman 1dari 20

KEBUTUHAN AKAN BILANGAN BARU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pembelajaran Matematika

Oleh Kelompok 3:
Venty Emma Chahyanti (P2A920011)
Relji Brahim (P2A920022)

Dosen Pengampu:
1. Dr. Nizlel Huda, M.Kes.
2. Dr. Syaiful, M.Pd.

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta petunjuk
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan
Akan Bilangan Baru” dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Pembelajaran Matematika yang telah membantu memberi masukan dan
ilmu yang diberikan di dalam maupun di luar kelas. Semoga makalah yang
disusun ini dapat dijadikan sumber referensi mengenai kebutuhan akan bilangan baru.
Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dalam penulisan ataupun segi isi. Penulis mengharapkan saran yang
bersifat membangun demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.

Jambi, Maret 2021


Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4


2.1 Pengertian Pecahan .......................................................................................4
2.2 Pengertian Pecahan Equivalen ......................................................................7
2.3 Pengertian Pecahan Bilangan ........................................................................9

BAB III KESIMPULAN .........................................................................................16


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah selalu muncul, dengan besaran ukur, yang tidak ada dalam
penghitungan: masalah salah sasaran. Diberikan setiap himpunan (terbatas) dari
objek terpisah, kita selalu dapat menemukan jumlah himpunan ini dengan tepat;
yang berarti bahwa kita selalu bisa mencocokkannya secara tepat dengan
serangkaian penghitungan: kata-kata. Tetapi ketika mengukur berat, panjang,
volume, suhu '... dari seekor bayi, dengan cara mencocokkannya dengan kualitas
yang sama pada benda fisik lain, kita tidak akan pernah bisa yakin untuk
menemukan benda standar yang memberikan pasangan sempurna. Dalam
contoh bobot, dengan unit sebesar kilogram, peluang bahwa objek tertentu
akan seimbang persis dengan sejumlah objek kilogram adalah kecil. Jadi mode
matematika kita tidak dapat selalu mewakili objek fisik secara akurat.
Cara sederhana untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan unit yang
lebih kecil. Jika hal ini tidak nyaman, maka kita harus memotong objek standar
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dan berharap menemukan
kombinasi keduanya yang akan matcih objek yang diberikan. Jika kita
mengukur berat, pertandingan ini akan seimbang, Jika kita mengukur panjang,
pertandingan akan dilakukan dengan meletakkan berdampingan. Jika kita
mengukur waktu, kita akan memulai event standar (mis., Pergerakan
stopwatch) bersamaan dengan event yang durasinya ingin kita ukur.
Mengingat objek dan objek standar dicocokkan dengan cara yang berbeda untuk
mengukur kualitas yang berbeda, tetapi masalah matematisnya sama dalam
semua-untuk membangun model untuk
unit-unit yang dipotong-potong dan gabungan ini, yang disebut unit pecahan.

1
2

Seperti dalam sistem bilangan asli, kami menginginkan model kerja, Jadi
menggabungkan kualitas fisik harus diwakili oleh operasi yang sesuai dalam
model. Jika kita menyebut operasi ini 'menambahkan, kita harus jelas bahwa kita
tidak' menyiratkan bahwa itu persis operasi yang sama seperti menambahkan
bilangan asli; dan jika kita memanggil elemen dalam model baru bilangan
pecahan', kita harus sama jelasnya bahwa ini mungkin atau mungkin tidak
memiliki sifat yang sama dengan bilangan asli.
Kami menggunakan kata-kata yang sama seperti untuk bilangan asli karena
kami berharap untuk menggeneralisasi ide yang sesuai. Secara khusus, kami
menyukai sebuah notasi untuk bilangan pecahan yhich (1) didasarkan pada hal
yang sama numeral seperti yang digunakan untuk bilangan asli; (ii)
memungkinkan kita untuk menggunakan metode yang sama untuk menambahkan
seperti yang telah kita pelajari untuk bilangan asli; baik saat berdiri, atau
mengembangkannya dengan mempelajari beberapa prosedur tambahan, seperti
yang kami lakukan saat mengembangkan skema perkalian pendek menjadi
perkalian panjang.
Pecahan Model yang akan kita kembangkan akan sama, kecuali sifat unit,
untuk semua kualitas fisik yang kita gunakan. Jadi ketika kita mengacu pada
'pemotongan', kita menggunakannya dalam pengertian umum dengan cara
apa pun untuk memecah menjadi beberapa bagian. Berdasarkan paparan di
atas penulis mengambil judul yaitu “ Kebutuhan Akan Bilangan Baru”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Apa pengertian pecahan?
2. Apa Pengertian pecahan equivalen?
3. Apa yang dimaksud dengan bilangan pecahan?
3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pecahan.
2. Untuk mengetahui pengertian pecahan equivalen.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bilangan pecahan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pecahan
Ditingkat sekolah dasar kelas satu dan dua siswa mempelajari konsep bilangan
yang dapat digunakan untuk merepresentasikan benda-benda yang berbentuk utuh.
Sehingga, yang dipelajari adalah konsep bilangan cacah atau bilangan bulat positif.
Konsep pecahan muncul ketika ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada benda-
benda yang dapat disajikan tidak dalam bentuk utuh. Misalnya, ketika ada sebuah
kue tart yang akan dimakan oleh sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang dan
setiap orang mendapat bagian kue tart yang sama banyak. Maka, masing-masing
anggota keluarga akan mendapat bagian kue tart secara tidak utuh yaitu masing-
masing orang medapat seperempat bagian dari kue tart (Rachmiati, 2011).

Pecahan adalah salah satu konsep yang mendasar dalam matematika. Menurut
Rachmiati (2011) pecahan diartikan sebagai banyaknya bagian berukuran sama dari
beberapa bagian yang menyusun sesuatu yang utuh atau perbandingan bagian yang
sama terhadap keseluruhan. Menurut Karim (Mayang, 2014) pecahan adalah (1)
perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda
tersebut. Maksudnya suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka
perbandingan setiap bagian dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang
suatu pecahan. (2) perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu keseluruhan
himpunan terhadap keseluruhan himpunan semula. Maksudnya suatu himpunan
dibagi atas himpunan yang sama maka perbandingan setiap bagian yang sama
terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu
pecahan. Menurut Sugiarto (Mayang, 2014) pecahan saat ini diperkenalkan sebagai
hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian
benda. Jika benda dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang sama. Lebih lanjut,
menurut Suyati (Mayang, 2014) menyatakan bahwa pecahan terjadi karena
suatu benda dibagi menjadi bagian sama besar yang bagian-bagian itu
mempunyai nilai pecah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pecahan merupakan bagian dari sesuatu yang utuh.

4
5

Umumnya digunakan istilah pemotongan atau pemisahan sebagai cara


memecah suatu obyek ke dalam bagian-bagian.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu obyek standard

Gambar di bawah ini menunjukkan obyek yang dipotong ke dalam lima bagian

Cara pemotongan di atas tidak menggunakan pengukuran, karena kita tidak


mengetahui berapa besar potongan-potongannya, dan kita tidak dapat menghitungnya
apabila besar potongannya tidak sama.
Jika kita memotong obyek-obyek standard ke dalam potongan yang sama, berapa
besar potongan-potongan itu selanjutnya akan tergantung pada berapa banyaknya
potongan yang ada. Jenis pemotongan pada obyek standard ini disebut pembagian;
potongan-potongan yang sama akan disebut bagian-bagian, dan ukuran dari
bagian- bagian itu dinyatakan dengan berapa banyak bagian obyek standard yang telah
dibagi. Berikut ini akan ditunjukkan obyek standard yang dibagi ke dalam bagian yang
sama:
Obyek standar yang dibagi ke dalam lima bagian

Obyek standar yang dibagi ke dalam delapan bagian

Obyek standar yang dibagi ke dalam tiga bagian

Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pembagian ke dalam delapan bagian, dan
kemudian menggabungkan tiga dari bagian itu.

Kita menyebut bagian pecahan di atas tiga dari delapan bagian atau secara singkat
6

disebut tiga per delapan.

Satu bagian pecahan adalah bagian yang diperoleh dengan dua kegiatan
yaitu pembagian dan penggabungan. Pengabstraksian yang biasanya terjadi dari
kedua operasi tersebut diperoleh tiga dari delapan bagian sebagai hasil operasi
ganda matematika (pembagian dan penggabungan) yang disebut suatu pecahan.

Notasi matematika untuk hasil operasi ganda tersebut adalah (di baca

sebagai tiga dari delapan). Karena angka di bawah garis menyatakan nama dari
bagian-bagian yang diwakili, apakah itu lima bagian, delapan bagian, tiga
bagian
dan lain-lain inilah yang disebut penyebut (denominator) dalam pecahan.
Sedangkan angka di atas garis menyatakan berapa banyak bagian yang
digabungkan disebut dengan pembilang (numerator).

Notasi biasa kita baca dari atas ke bawah dan sering ditulis sebagai

untuk menyesuaikan dengan pencetakan atau pengetikan, hal ini memberi kesan
bahwa penggabungan yang dilakukan pertama, sedangkan pada materi
sebelumnya pertama-tama kita membaginya dalam 8 bagian dan kemudian
menggabungkan 3 dari 8 bagian. Oleh karena itu terlihat bahwa hal ini bersifat
komutatif, yaitu penggabungan lalu pembagian. Hasil yang diperoleh sama

apapun yang dikerjakan terlebih dahulu. Jadi notasi boleh diambil sebagai

pengenalan secara keseluruhan dari dua kemungkinan urutan operasi ganda


matematika.
Obyek standar:

Membagi ke dalam delapan bagian:

Menggabung tiga dari bagian-bagian perdelapan itu: hasilnya tiga perdelapan


bagian dari obyek:

Cara lain, mulai dengan obyek standar:


7

Gabungkan tiga obyek standar:

Bagi ke dalam delapan bagian: hasilnya seperdelapan bagian dari tiga obyek:

Kecuali i untuk susunannya (yang tidak mempengaruhi kuantitas), bagian

yang diarsir adalah sama seperti sebelumnya. Jadi pecahan mewakili (: 8 x 3)

seperti dalam diagram pertama terdahulu, dan ( x 3 : 8 ) seperti dalam diagram

kedua. Hal ini menjadi alasan untuk membaca sebagai tiga dari delapan. daripada

tiga perdelapan yang mengakibatkan hanya yang pertama dari alternatif urutan itu.
B. Pecahan Equivalen
Pecahan senilai disebut juga pecahan ekuivalen, pecahan seharga atau
pecahan yang sama. Pecahan ini termasuk pecahan sederhana yang mudah.
Dengan menggunakan bentuk operasi ganda yang disebut pecahan, dapat
diperoleh himpunan-himpunan pecahan yang ekuivalen, dan suatu relasi
ekuivalen antara pecahan-pecahan itu.
8

Meskipun pecahan-pecahan itu sendiri berbeda, pecahan-pecahan itu sama dalam


kualitas fisik apapun yang diamati. Jika diterapkan kegiatan yang berkaitan
dengan pembagian dan penggabungan terhadap suatu obyek standar menghasilkan

bagian-bagian objek yang sesuai, pecahan-pecahan menampilkan

nilai yang sama. Dalam hal ini pecahan-pecahan tersebut adalah ekuivalen, dan

dapat dikumpulkan bersama kedalam kelas ekuivalen { }

Dengan cara yang sama dapat diperoleh himpunan lain tentang pecahan
yang
ekuivalen. Sebagai contoh:

Himpunan pecahan yang ekuivalen { }

Contoh lain tanpa diagram: { }


Tidak hanya pola dari setiap kelas yang ekuivalen ini yang jelas tetapi metode
umum untuk membentuk pecahan ekuivalen mulai muncul.

Mulai dengan pecahan

Menggandakan bilangan atas dan bawah


9

Melipatgandakan bilangan atas dan bawah dan seterusnya

Kelas ekuvalennya: { }

Secara umum, jika a, b, dan k adalah bilangan asli maka pecahan =

Karena = , dapat ditentukan pecahan lain yang ekuivalen dengan pecahan

yang diberikan, dengan cara mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut
dengan bilangan asli yang sama. Yang pertama selalu dapat dilakukan; yang
terakhir dikenal sebagai aturan pencoretan. Sebagai contoh:

Diperoleh pula =

Jadi pecahan-pecahan ini temasuk kedalam kelas ekuivalen yang dapat ditulis

{ }

C. Bilangan Pecahan
Sifat tertentu dari suatu himpunan pecahan yang ekuivalen disebut
”bilangan pecahan”. Menurut Soewito (Maulida, 2010) bilangan pecahan
adalah bilangan yang lambanganya terdiri dari pasangan berurutan bilangan
bulat dan a dan b dengan b yang merupakan penyelesaian persamaan bx =
a, ditulis .

Sedangkan menurut Nugroho (Maulida, 2010), bilangan pecahan terdiri


atas dua bagian yaitu pembilangan dan penyebut, pembilang adalah bilangan
yang berada di bagian atas suatu pecahan, yang menunjukkan berapa besar
bagian yang digunakan. Penyebut adalah bilangan yang berada di bagian
bawah suatu pecahan. Dengan suatu satuan yang terkait, setiap pecahan dalam
suatu kelas ekuivalen mewakili ukuran yang sama; dan tanpa satuan, pecahan-
pecahan tersebut mewakili bilangan yang sama. Ini berarti bahwa kita dapat
menggunakan salah satu pecahan dari himpunan tersebut sebagai nama untuk
banyaknya anggota himpunan tersebut; dan meskipun hal ini dapat
10

mengacaukan jika kita tidak mengetahui apa yang sedang berlangsung,


jika kita mengerti, ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam
perhitungan. Jadi kita mengatakan tentang pecahan, dengan operasi ganda;

Jika kita mengatakan dalam bilangan pecahan;

Masing-masing menyatakan kelas ekuivalen yang sama. Oleh sebab itu tanda
ditengah menunjukkan bahwa keduanya mempunyai arti/maksud yang sama.

a) Penjumlahan Bilangan Pecahan


Kita ingin menghubungkan operasi matematika dengan penggabungan.
Hal ini mudah dipahami jika bilangan-bilangan itu ditampilkan dengan pecahan
yang penyebutnya sama, kemudian kita gabungkan bagian obyek dari jenis yang
sama. tetapi kita harus ingat bahwa penjumlahan tidak berarti sama persis untuk
bilangan pecahan seperti pada bilangan asli. Untuk mengingatkan kita akan hal ini
kita menggunakan untuk penjumlahan jenis baru dan + untuk penjumlahan
jenis lama.

Contoh

Jika penyebutnya tidak sama, hal ini dibantu dengan kemampuan merubah ke
dalam himpunan-himpunan ekuivalen. Karena semua pecahan dalam suatu
himpunan ekuivalen itu merupakan bilangan yang sama, kita dapat memilih salah
satu pecahan yang dianggap paling baik untuk suatu tujuan lain, dalam kasus ini
untuk perhitungan. Misalnya kita akan menjumlahkan:
11

Ubah menjadi pecahan ekuivalennya:

Yang berlaku untuk bilangan-bilangan yang ekuivalen:

Sebagaimana sebelumnya. Untuk penyebut, kita pilih: 4 x 9 = 36


Sekarang kita dapat menjumlahkan =

Tentunya ini tidak ada perbedaan dengan pecahan yang kita gunakan sebagai
pengganti, dengan syarat bahwa hal ini berlaku bagi bilangan asli dan mempunyai
penyebut-penyebut yang sama. Selanjutnya dicoba perhitungan dengan suatu
cara
yang berbeda. Pertama kita akan mengubah:

Pecahan asal dengan pecahan ekuivalen =

Dengan menggunakan hukum pencoretan =

Sekarang ditemukan =

Penyebut bersama yang lebih kecil =

Yaitu 2 x 3 sama = =

Pembuktian secara umum tidaklah sukar tetapi memerlukan penggunaan aljabar.

b) Perkalian Bilangan Pecahan


Sampai saat ini kita belum mempunyai pengertian mengenai “perkalian”
dalam konteks baru tentang bilangan pecahan. Tentunya kita dapat
memutuskan untuk mengerjakan tanpa suatu pengertian, ada banyak system
matematika yang hanya mempunyai satu operasi. Tetapi kita tidak akan
mengeneralisasikan sistem bilangan asli secara lengkap, jadi kita harus
mencoba. Kita juga dapat mencari pengertian ”perkalian” yang memuaskan
dalam matematika murni dan kemudian melihat apakah ini memberikan suatu
model yang bermanfaat untuk alam real 1; atau kita dapat menggunakan
keperluan terhadap model kerja yang memuaskan untuk menghasilkan suatu
12

pengertian, dan kemudian meneliti apakah hal itu secara matematis dapat
diterima. Kedua pendekatan ini mempunyai kebaikan. Yang terakhir kurang
abstrak yaitu salah satu yang akan kita gunakan disini.
Seperti biasa dimulai dengan obyek standar:

Dalam bilangan asli, 4 x 3 bila diwujudkan dalam obyek-obyek :


fisik/berarti

Dalam bilangan asli menghitung 4 x 3 berarti ’menentukan banyaknya


anggota himpunan hasil’. Dalam bilangan pecahan menghitung dapat
diartikan menentukan berapa bagian pecahan dari obyek yang merupakan
bagian obyek hasil. Bagian obyek hasil ditunjukkan dengan daerah
arsiran
13

bersilang. Obyek asal sekarang dibagi kedalam lima belas bagian ( 3 ), dan
daerah arsiran bersilang menggabungkan 8 ( 2 4 ) dari itu.

Ini menunjukkan bahwa cara ini masuk akal untuk mengalikan

pecahan-pecahan itu; dalam arti bahwa hal ini memberikan model pengerjaan
yang baik untuk bagian dari obyek bagian. Hal ini juga memenuhi keperluan
untuk (i) dan (ii) di halaman 186 (buku asli) sebelumnya dengan sangat baik.

Kedua metode ini telah disepakati oleh para matematikawan untuk


penjumlahan dan perkalian bilangan-bilangan pecahan, kita menggunakan bahkan
tidak tahu bagaimana bentuk sampai pada metode ini disampaikan. Secara umum
dinyatakan jika a, b, c, d adalah bilangan asli maka metode untuk penjumlahan
adalah

Dan metode untuk perkalian adalah

Dimana dan mengacu pada operasi dalam bilangan pecahan,


sedangkan + dan x pada operasi penjumlahan dan perkalian pada bilangan asli.
Banyak yang belum diungkapkan mengenai bilangan pecahan. Teknik-
teknik untuk memanipulasi belum disistemasikan dan notasi desimal yang sangat
mempermudah manipulasi tersebut belum perlu. Tak satupun dari teknik-teknik
itu akan digunakan disini, karena tujuan yang diharapkan adalah lebih ke
pemahaman daripada ketrampilan perhitungan. Juga, belum diperiksa bahwa
bilangan pecahan memiliki lima sifat dari suatu sistem bilangan (dalam bab 9)
yang sangat penting. Ini seharusnya dikaitkan dengan perlakuannya yang bersifat
aljabar, hal ini ditempatkan didalam suatu lampiran dalam bab ini.
14

Pembaca yang sulit berpikir dalam istilah-istlah aljabar dapat


menggunakannya untuk lebih meyakinkan, karena sudah mempunyai ide-ide dan
hanya perlu meyakinkan bahwa sifat-sifat itu berlaku juga dalam bilangan
pecahan. Persoalan ketiga adalah apakah perluasan bilangan asli dan pecahan
dapat saling melengkapi. Hal terakhir ini akan dibahas dalam bab 12, dengan
bantuan ide-ide isomorfisma dan generalisasi matematik

Sifat-sifat Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan mempunyai lima sifat dari suatu sistem bilangan.

Misalkan, sebarang bilangan asli

Lalu dll, akan menunjukkan bilangan pecahan.

1. Komutatif terhadap penjumlahan.

2. Komutatif terhadap perkalian

3. Assosiatif terhadap penjumlahan

4. Assosiatif terhadap perkalian


15

5. Distributif perkalian terhadap penjumlahan


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yakni sebagai berikut.

1. Menurut Rachmiati (2011) pecahan diartikan sebagai banyaknya bagian


berukuran sama dari beberapa bagian yang menyusun sesuatu yang utuh
atau perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan.

2. Pecahan senilai disebut juga pecahan ekuivalen, pecahan seharga atau


pecahan yang sama. Pecahan ini termasuk pecahan sederhana yang mudah.

3. Menurut Soewito (Maulida, 2010) bilangan pecahan adalah bilangan yang


lambanganya terdiri dari pasangan berurutan bilangan bulat dan a dan b
dengan b yang merupakan penyelesaian persamaan bx = a, ditulis .

3.2 Saran
Sebaiknya para mahasiswa lebih memperdalam lagi pengetahuannya
tentang kebutuhan tentang bilangan baru ini, karena pengetahuan tersebut
pasti sangat bermanfaat. Saya berharap makalah dari kelompok kami ini dapat
menjadi sumber refrensi dan media pembelajaran yang bermanfaat bagi
pembacanya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Skemp, R.R. 1971. Psikologi Pembelajaran Matematika. Hillsdale, New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.

17

Anda mungkin juga menyukai