Makalah Kelompok 3 - Part 2 - Kebutuhan Akan Bilangan Baru
Makalah Kelompok 3 - Part 2 - Kebutuhan Akan Bilangan Baru
Oleh Kelompok 3:
Venty Emma Chahyanti (P2A920011)
Relji Brahim (P2A920022)
Dosen Pengampu:
1. Dr. Nizlel Huda, M.Kes.
2. Dr. Syaiful, M.Pd.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta petunjuk
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan
Akan Bilangan Baru” dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Pembelajaran Matematika yang telah membantu memberi masukan dan
ilmu yang diberikan di dalam maupun di luar kelas. Semoga makalah yang
disusun ini dapat dijadikan sumber referensi mengenai kebutuhan akan bilangan baru.
Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dalam penulisan ataupun segi isi. Penulis mengharapkan saran yang
bersifat membangun demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Seperti dalam sistem bilangan asli, kami menginginkan model kerja, Jadi
menggabungkan kualitas fisik harus diwakili oleh operasi yang sesuai dalam
model. Jika kita menyebut operasi ini 'menambahkan, kita harus jelas bahwa kita
tidak' menyiratkan bahwa itu persis operasi yang sama seperti menambahkan
bilangan asli; dan jika kita memanggil elemen dalam model baru bilangan
pecahan', kita harus sama jelasnya bahwa ini mungkin atau mungkin tidak
memiliki sifat yang sama dengan bilangan asli.
Kami menggunakan kata-kata yang sama seperti untuk bilangan asli karena
kami berharap untuk menggeneralisasi ide yang sesuai. Secara khusus, kami
menyukai sebuah notasi untuk bilangan pecahan yhich (1) didasarkan pada hal
yang sama numeral seperti yang digunakan untuk bilangan asli; (ii)
memungkinkan kita untuk menggunakan metode yang sama untuk menambahkan
seperti yang telah kita pelajari untuk bilangan asli; baik saat berdiri, atau
mengembangkannya dengan mempelajari beberapa prosedur tambahan, seperti
yang kami lakukan saat mengembangkan skema perkalian pendek menjadi
perkalian panjang.
Pecahan Model yang akan kita kembangkan akan sama, kecuali sifat unit,
untuk semua kualitas fisik yang kita gunakan. Jadi ketika kita mengacu pada
'pemotongan', kita menggunakannya dalam pengertian umum dengan cara
apa pun untuk memecah menjadi beberapa bagian. Berdasarkan paparan di
atas penulis mengambil judul yaitu “ Kebutuhan Akan Bilangan Baru”.
A. Pengertian Pecahan
Ditingkat sekolah dasar kelas satu dan dua siswa mempelajari konsep bilangan
yang dapat digunakan untuk merepresentasikan benda-benda yang berbentuk utuh.
Sehingga, yang dipelajari adalah konsep bilangan cacah atau bilangan bulat positif.
Konsep pecahan muncul ketika ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada benda-
benda yang dapat disajikan tidak dalam bentuk utuh. Misalnya, ketika ada sebuah
kue tart yang akan dimakan oleh sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang dan
setiap orang mendapat bagian kue tart yang sama banyak. Maka, masing-masing
anggota keluarga akan mendapat bagian kue tart secara tidak utuh yaitu masing-
masing orang medapat seperempat bagian dari kue tart (Rachmiati, 2011).
Pecahan adalah salah satu konsep yang mendasar dalam matematika. Menurut
Rachmiati (2011) pecahan diartikan sebagai banyaknya bagian berukuran sama dari
beberapa bagian yang menyusun sesuatu yang utuh atau perbandingan bagian yang
sama terhadap keseluruhan. Menurut Karim (Mayang, 2014) pecahan adalah (1)
perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda
tersebut. Maksudnya suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka
perbandingan setiap bagian dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang
suatu pecahan. (2) perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu keseluruhan
himpunan terhadap keseluruhan himpunan semula. Maksudnya suatu himpunan
dibagi atas himpunan yang sama maka perbandingan setiap bagian yang sama
terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu
pecahan. Menurut Sugiarto (Mayang, 2014) pecahan saat ini diperkenalkan sebagai
hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian
benda. Jika benda dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang sama. Lebih lanjut,
menurut Suyati (Mayang, 2014) menyatakan bahwa pecahan terjadi karena
suatu benda dibagi menjadi bagian sama besar yang bagian-bagian itu
mempunyai nilai pecah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pecahan merupakan bagian dari sesuatu yang utuh.
4
5
Gambar di bawah ini menunjukkan obyek yang dipotong ke dalam lima bagian
Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pembagian ke dalam delapan bagian, dan
kemudian menggabungkan tiga dari bagian itu.
Kita menyebut bagian pecahan di atas tiga dari delapan bagian atau secara singkat
6
Satu bagian pecahan adalah bagian yang diperoleh dengan dua kegiatan
yaitu pembagian dan penggabungan. Pengabstraksian yang biasanya terjadi dari
kedua operasi tersebut diperoleh tiga dari delapan bagian sebagai hasil operasi
ganda matematika (pembagian dan penggabungan) yang disebut suatu pecahan.
Notasi matematika untuk hasil operasi ganda tersebut adalah (di baca
sebagai tiga dari delapan). Karena angka di bawah garis menyatakan nama dari
bagian-bagian yang diwakili, apakah itu lima bagian, delapan bagian, tiga
bagian
dan lain-lain inilah yang disebut penyebut (denominator) dalam pecahan.
Sedangkan angka di atas garis menyatakan berapa banyak bagian yang
digabungkan disebut dengan pembilang (numerator).
Notasi biasa kita baca dari atas ke bawah dan sering ditulis sebagai
untuk menyesuaikan dengan pencetakan atau pengetikan, hal ini memberi kesan
bahwa penggabungan yang dilakukan pertama, sedangkan pada materi
sebelumnya pertama-tama kita membaginya dalam 8 bagian dan kemudian
menggabungkan 3 dari 8 bagian. Oleh karena itu terlihat bahwa hal ini bersifat
komutatif, yaitu penggabungan lalu pembagian. Hasil yang diperoleh sama
apapun yang dikerjakan terlebih dahulu. Jadi notasi boleh diambil sebagai
Bagi ke dalam delapan bagian: hasilnya seperdelapan bagian dari tiga obyek:
kedua. Hal ini menjadi alasan untuk membaca sebagai tiga dari delapan. daripada
tiga perdelapan yang mengakibatkan hanya yang pertama dari alternatif urutan itu.
B. Pecahan Equivalen
Pecahan senilai disebut juga pecahan ekuivalen, pecahan seharga atau
pecahan yang sama. Pecahan ini termasuk pecahan sederhana yang mudah.
Dengan menggunakan bentuk operasi ganda yang disebut pecahan, dapat
diperoleh himpunan-himpunan pecahan yang ekuivalen, dan suatu relasi
ekuivalen antara pecahan-pecahan itu.
8
nilai yang sama. Dalam hal ini pecahan-pecahan tersebut adalah ekuivalen, dan
Dengan cara yang sama dapat diperoleh himpunan lain tentang pecahan
yang
ekuivalen. Sebagai contoh:
Kelas ekuvalennya: { }
yang diberikan, dengan cara mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut
dengan bilangan asli yang sama. Yang pertama selalu dapat dilakukan; yang
terakhir dikenal sebagai aturan pencoretan. Sebagai contoh:
Diperoleh pula =
Jadi pecahan-pecahan ini temasuk kedalam kelas ekuivalen yang dapat ditulis
{ }
C. Bilangan Pecahan
Sifat tertentu dari suatu himpunan pecahan yang ekuivalen disebut
”bilangan pecahan”. Menurut Soewito (Maulida, 2010) bilangan pecahan
adalah bilangan yang lambanganya terdiri dari pasangan berurutan bilangan
bulat dan a dan b dengan b yang merupakan penyelesaian persamaan bx =
a, ditulis .
Masing-masing menyatakan kelas ekuivalen yang sama. Oleh sebab itu tanda
ditengah menunjukkan bahwa keduanya mempunyai arti/maksud yang sama.
Contoh
Jika penyebutnya tidak sama, hal ini dibantu dengan kemampuan merubah ke
dalam himpunan-himpunan ekuivalen. Karena semua pecahan dalam suatu
himpunan ekuivalen itu merupakan bilangan yang sama, kita dapat memilih salah
satu pecahan yang dianggap paling baik untuk suatu tujuan lain, dalam kasus ini
untuk perhitungan. Misalnya kita akan menjumlahkan:
11
Tentunya ini tidak ada perbedaan dengan pecahan yang kita gunakan sebagai
pengganti, dengan syarat bahwa hal ini berlaku bagi bilangan asli dan mempunyai
penyebut-penyebut yang sama. Selanjutnya dicoba perhitungan dengan suatu
cara
yang berbeda. Pertama kita akan mengubah:
Sekarang ditemukan =
Yaitu 2 x 3 sama = =
pengertian, dan kemudian meneliti apakah hal itu secara matematis dapat
diterima. Kedua pendekatan ini mempunyai kebaikan. Yang terakhir kurang
abstrak yaitu salah satu yang akan kita gunakan disini.
Seperti biasa dimulai dengan obyek standar:
bersilang. Obyek asal sekarang dibagi kedalam lima belas bagian ( 3 ), dan
daerah arsiran bersilang menggabungkan 8 ( 2 4 ) dari itu.
pecahan-pecahan itu; dalam arti bahwa hal ini memberikan model pengerjaan
yang baik untuk bagian dari obyek bagian. Hal ini juga memenuhi keperluan
untuk (i) dan (ii) di halaman 186 (buku asli) sebelumnya dengan sangat baik.
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yakni sebagai berikut.
3.2 Saran
Sebaiknya para mahasiswa lebih memperdalam lagi pengetahuannya
tentang kebutuhan tentang bilangan baru ini, karena pengetahuan tersebut
pasti sangat bermanfaat. Saya berharap makalah dari kelompok kami ini dapat
menjadi sumber refrensi dan media pembelajaran yang bermanfaat bagi
pembacanya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Skemp, R.R. 1971. Psikologi Pembelajaran Matematika. Hillsdale, New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
17