Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FITOKIMIA

Skrining Fitokimia Simplisia Lada Putih

Disusun oleh :

1. Siska Aprilia 1343050018


2. Yesicha Prasetianingtyas 1343050027

FALKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
2015
I. Tujuan
Untuk memisahkan senyawa yang terdapat dalam simplisia berdasarkan kepolarannya

II. Alat dan Bahan


Alat : - Erlenmeyer - Penjepit
- Tabung reaksi - Kaca Arloji
- Penangas air - Cawan uap
- Pipet tetes - Corong

Bahan : - Simplisia yang dihaluskan - Logam mg


- Pelarut heksan - NH4OH
- Pelarut Methanol - Asam asetat anhidrat
- Pelarut kloroform
- Pereaksi mayer, dragendrof, bouchardad
- HCL Pekat, HCL encer
- Alkohol

III. Teori

A. Pendahuluan
Skrining fitokimia merupakan suatu tahap awal untuk mengidentifikasi kandungan
suatu senyawa dalam simplisia atau tanaman yang akan diuji. Fitokimia atau kimia tumbuhan
mempelajari aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara ilmiah serta fungsi
biologinya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai
zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis
tumbuh- tumbuhan yang digunakan obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional
sehingga diperlukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan
mengetahui senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang
merupakan hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat
diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu saponin, steroid, tanin,
flavonoid dan alkaloid. Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat,
dimulai dai mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung didalamnya serta bentuk
morfologi dari tumbuhan tersebut yang memberikan ciri khas.

Tanaman lada ditemukan pertama kali di daerah Western Ghast, India. Tanama ini
mulai dibudidayakan dan menjadi barang berharga ketika diintrosukdi keEropa dan dikenal
bangsa Yunani dan Romawi kuno. Lada putih dibuat dari merica tua yang dikeringkan dan
dikupas kulitnya. Lada putih yang berwarna putih agak keabu-abuan ini paling banyak
digunakan sebagai bumbu dapur, cita rasa pedas dan aroma khas bisa diperoleh dengan
menambahkan lada jenis ini. Lada putih ini dapat dijual dalam bentuk utuh dan dihaluskan.

B.   Klasifikasi ilmiah

Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliophyta
Ordo                : Piperales
Famili              : Piperaceae
Genus             : Piper
Spesies           : P. nigrum

Nama sinonim dan nama daerah


Nama lain : Piper albi L
Indonesia : Lada, merica, mrico
Inggris : White Pepper
Philipina : Paminta
Cina : hu jiao
Pulau Bangka/ Melayu : Sahang

C.   Morfologi tanaman


Tumbuh tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar pelekat, dengan
batang dengan berkas pengangkutan penampang melintang tampak tersebar dan tersusun
dalam beberapa lingkaran.
Daun daun tunggal yang tersebar dengan atau tanpa daun penumpu.
Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut dengan bunga lada. Masing masing kecil
tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal. Biasanya muncul pada saat musim hujan.
Buahnya buah batu atau buah buni, berbentuk bulat berbiji keras dan berkulit lunak.
D.   Ekologi dan Penyebaran
 Faktor tanah
- Ketinggian tempat pada 300-1100 m dpl
- pH tanah pada kondisi tanah 5,5-7,0
- Tekstur tananh dengan jenis latosol dan podsolik merah kuning dengan tekstur yang
subur, gembur dan remah
- Kesuburan tanah yang subur dan kaya akan bahan organic
- Solum untuk menunjang pertumbuhan lada dengan kandungan humus tanah sedalam
1-2,5 m
 Faktor Iklim
- Curah hujan 2000-3000 mm/tahun
- Kelembapan 50%-100% dengan udara optimal 60%-80% RH
- Suhu berkisar 200C-340C
- Intensitas cahaya yang cukup berkisar 10-12 jam per hari
- Angin hendaklah terlindung dari tiupan angin kencang

Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200LU dan
200LS. Lada banyak tumbuh di wilayah Malaysia, Indonesia, Afrika, Asia dan Amerika.
E.   Kandungan Kimia
Lada putih mengandung bahan aktif seperti piperin sebanyak 1,7- 7,4%, minyak atsiri,
pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat
pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan
piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Lada juga mengandung alkaloid,
asam fenolat, flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat, komposisi aromatic,kandungan
yang memberikan warna, bau dan aroma dalam lada hitam adalah hexonal,nerol,citral, cineol,
terpinol, pinen dan piperonol.

F. Khasiat dan kegunaan


Penggunaan, lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan bumbu masak. Piperin
mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga bersifat antiflogistik. Piperin
juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, insektisida. Sebagai antiiflamasi, parfum,
Antinociceptive.
IV. Bagan Skrining
Simplisia kering
dan halus

Ekstraksi dengan heksan


Sari Heksan
ampas dikeringkan
(diuapkan)
Ekstraksi dengan kloroform

Sari kloroform
(diuapkan) ampas dikeringkan
Ekstraksi dengan metanol

Sari methanol ampas

Sari Methanol Hidrolisa


(Identifikasi)
HCL 2N + Etil asetat

Sari air yang


etil asetat
bersifat asam
V. Cara Kerja
1. Simplisia kering dan halus ditimbang sebanyak ± 20gr.
2. Masukkan ke dalam erlenmayer.
3. Tambahkan hexan secukupnya ad simplisia terendam seluruhnya,lalu ditutup dengan
corong.
4. Panaskan dengan air (Water Bath) sampai ¾ bagian.
5. Angkat, kemudian aduk dan saring dengan menggunakan kertas saring sampai
terpisah antara ampas dan sari hexan.
6. Kemudian keringkan ampas tersebut.
7. Sari hexan tersebut kemudian diperiksa sesuai prosedur.
A. Sari Hexan

No Cara Identifikasi Teori Hasil


Pengamatan
1 Pemeriksaan Minyak Atsiri Terdapat bau aromatis +
Sari hexan diuapkan ad kering dalam cawan uap +
alkohol lalu diuapkan (sebagian untuk
pemeriksaan lemak).
2 Pemeriksaan Lemak & Asam Lemak Terdapat tetes-tetes +
Larutan alkohol sisa pemeriksaan minyak atsiri minyak
diuapkan, lalu dilakukan penyabunan dengan
penambahan KcH 0,5% dan direfluksi.
3 Pemeriksaan Sterol & Triterpenoid Sterol : cincin hijau +
Sari hexan diuapkan ad kering ditambah asam biru
asetat anhidrat & kloroform + asam sulfat pekat Triterpen :cincin hijau / +
melalui dinding tabung reaksi. merah
Ekstrak dalam plat tetes + asam sulfat pekat + Terpen : ungu,merah, +
asam asetil anhidrat coklat
Steroid : hijau,biru
4 Pemeriksaan Alkaloid Base
Sari hexan + Hcl 2N,jika bening langsung diuji,
jika tidak + ammonium hidroksida (untuk
membusaan garam alkaloid) + kloroform + Hcl
2N, ambil lapisan air,bagi menjadi 4 tabung.
Tabung 1. Sebagai pembanding
1. + Mayer Endapan putih +
2. + Dragendrof Endapan jingga
3. + Bouchardad Endapan coklat +
5 Pemeriksaan Kumarin Terdapat flouresensi +
Ekstrak diuapkan ad kering + air panas,dinginkan, kehijuan,kebiruan (+)
bagi menjadi 2 tabung kumarin
Tabung 1. Sebagai pembanding
2. Ditambah amonia 10% liah di UV

B. Sari Etil Asetat

Cara Kerja

1. Simplisia kering dan halus ditimbang sebanyak ± 20gr.


2. Masukkan ke dalam erlenmayer.
3. Tambahkan etil asetat secukupnya ad simplisia terendam seluruhnya,lalu ditutup
dengan corong.
4. Panaskan dengan air (Water Bath) sampai ¾ bagian.
5. Angkat, kemudian aduk dan saring dengan menggunakan kertas saring sampai
terpisah antara ampas dan sari etil asetat.
6. Kemudian keringkan ampas tersebut.
7. Sari etil asetat tersebut kemudian diperiksa sesuai prosedur.

N Cara Identifikasi Teori Hasil


o pengamatan
1 Pemeriksaan Tanin Jika terjadi perubahan -
Sari etil asetat + 3 tetes FeCl3 warna menjadi biru
kehijauan / hijau tua
Positif Tanin
2 Pemeriksaan Gula Pereduksi Terjadi endapan -
Sari etil asetat + 2 tetes fehling A & B merah bata (+ gula
Panaskan di water bath pereduksi)
3 Pemeriksaan Alkaloid
Sari etil asetat + Hcl 2N,jika bening langsung diuji,
jika tidak + ammonium hidroksida (untuk membusaan
garam alkaloid) + kloroform + Hcl 2N, ambil lapisan
air,bagi menjadi 3 tabung kemudian masing-masing
direaksikan dengan :
Tabung
1. + Mayer Endapan putih +
2. + Dragendrof Endapan coklat/jingga +
3. + Bouchardad Endapan coklat +
4 Pemeriksaan Antrasenoid (Emodol) Warna merah +
Sari etil asetat dipekatkan, dinginkan + NH4OH 10%, menunjukkan adanya
kocok emodol
5 Pemeriksaan Flavonoid Akan terbentuk warna
Ekstrak + Hclp + logam Mg, dinginkan + amil alkohol merah dan bila
ditambah amil alkohol
-Warna merah naik ke
atas (+) flavonoid
-Warna merah tetap +
dibawah (+) tanin &
flavonoid
6 Pemeriksaan Kumarin Terdapat flouresensi +
Ekstrak diuapkan ad kering + air panas,dinginkan, kehijuan,kebiruan (+)
bagi menjadi 2 tabung kumarin
Tabung 1. Sebagai pembanding
2. Ditambah amonia 10% liah di UV
7 Pemeriksaan Sterol & Triterpenoid Sterol : cincin hijau
Sari etil asetat diuapkan ad kering ditambah asam biru
asetat anhidrat & kloroform + asam sulfat pekat Triterpen :cincin hijau +
melalui dinding tabung reaksi. / merah
Ekstrak dalam plat tetes + asam sulfat pekat + asam Terpen : ungu,merah, +
asetil anhidrat coklat
Steroid : hijau,biru

C. Sari Metanol

Cara Kerja

1. Simplisia kering dan halus ditimbang sebanyak ± 20gr.


2. Masukkan ke dalam erlenmayer.
3. Tambahkan metanol secukupnya ad simplisia terendam seluruhnya,lalu ditutup
dengan corong.
4. Panaskan dengan air (Water Bath) sampai ¾ bagian.
5. Angkat, kemudian aduk dan saring dengan menggunakan kertas saring sampai
terpisah antara ampas dan sari metanol.
6. Kemudian keringkan ampas tersebut.
7. Sari metanol tersebut kemudian diperiksa sesuai prosedur.

N Cara Identifikasi Teori Hasil


o pengamatan
1 Pemeriksaan Tanin Jika terjadi perubahan -
Sari metanol + 3 tetes FeCl3 warna menjadi biru
kehijauan / hijau tua
Positif Tanin
2 Pemeriksaan Gula Pereduksi Terjadi endapan -
Sari etil asetat + 2 tetes fehling A & B merah bata (+ gula
Panaskan di water bath pereduksi)
3 Pemeriksaan Alkaloid
Sari metanol + Hcl 2N,jika bening langsung diuji, jika
tidak + ammonium hidroksida (untuk membusaan
garam alkaloid) + kloroform + Hcl 2N, ambil lapisan
air,bagi menjadi 3 tabung kemudian masing-masing
direaksikan dengan :
Tabung
1. + Mayer Endapan putih +
2. + Dragendrof Endapan coklat/jingga +
3. + Bouchardad Endapan coklat +
4 Pemeriksaan Antrasenoid (Emodol) Warna merah -
Sari metanol dipekatkan, dinginkan + NH4OH 10%, menunjukkan adanya
kocok emodol
5 Pemeriksaan Flavonoid Akan terbentuk warna
Ekstrak + Hclp + logam Mg, dinginkan + amil alkohol merah dan bila
ditambah amil alkohol
-Warna merah naik ke
atas (+) flavonoid
-Warna merah tetap +
dibawah (+) tanin &
flavonoid
6 Pemeriksaan Kumarin Terdapat flouresensi +
Ekstrak diuapkan ad kering + air panas,dinginkan, kehijuan,kebiruan (+)
bagi menjadi 2 tabung kumarin
Tabung 1. Sebagai pembanding
2. Ditambah amonia 10% liah di UV
7 Pemeriksaan Sterol & Triterpenoid Sterol : cincin hijau
Sari metanol diuapkan ad kering ditambah asam asetat biru
anhidrat & kloroform + asam sulfat pekat melalui Triterpen :cincin hijau +
dinding tabung reaksi. / merah
Ekstrak dalam plat tetes + asam sulfat pekat + asam Terpen : ungu,merah, +
asetil anhidrat coklat
Steroid : hijau,biru

D. Hidrolisa
Cara Kerja
1. Simplisia kering dan halus ditimbang sebanyak ± 20gr.
2. Masukkan ke dalam erlenmayer.
3. Tambahkan metanol secukupnya ad simplisia terendam seluruhnya,lalu ditutup
dengan corong.
4. Panaskan dengan air (Water Bath) sampai ¾ bagian.
5. Angkat, kemudian aduk dan saring dengan menggunakan kertas saring sampai
terpisah antara ampas dan sari metanol.
6. Kemudian keringkan ampas tersebut.
7. Sari metanol + HCL 2N sama banyak, direfluks selama 1 jam
8. Disari dengan etil asetat, dikocok lalu diambil lapisan atas
9. Lalu pada hasil hidrolisis dilakukan pemeriksaan seperti yang dilakukan pada sari
metanol

N Cara Identifikasi Teori Hasil


o pengamatan
1 Pemeriksaan Tanin Jika terjadi perubahan -
Sari metanol + 3 tetes FeCl3 warna menjadi biru
kehijauan / hijau tua
Positif Tanin
2 Pemeriksaan Gula Pereduksi Terjadi endapan -
Sari etil asetat + 2 tetes fehling A & B merah bata (+ gula
Panaskan di water bath pereduksi)
3 Pemeriksaan Alkaloid
Sari metanol + Hcl 2N,jika bening langsung diuji, jika
tidak + ammonium hidroksida (untuk membusaan
garam alkaloid) + kloroform + Hcl 2N, ambil lapisan
air,bagi menjadi 3 tabung kemudian masing-masing
direaksikan dengan :
Tabung
1. + Mayer Endapan putih +
2. + Dragendrof Endapan coklat/jingga +
3. + Bouchardad Endapan coklat +
4 Pemeriksaan Antrasenoid (Emodol) Warna merah -
Sari metanol dipekatkan, dinginkan + NH4OH 10%, menunjukkan adanya
kocok emodol
5 Pemeriksaan Flavonoid Akan terbentuk warna
Ekstrak + Hclp + logam Mg, dinginkan + amil alkohol merah dan bila
ditambah amil alkohol
-Warna merah naik ke -
atas (+) flavonoid
-Warna merah tetap -
dibawah (+) tanin &
flavonoid
6 Pemeriksaan Kumarin Terdapat flouresensi -
Ekstrak diuapkan ad kering + air panas,dinginkan, kehijuan,kebiruan (+)
bagi menjadi 2 tabung kumarin
Tabung 1. Sebagai pembanding
2. Ditambah amonia 10% liah di UV
7 Pemeriksaan Sterol & Triterpenoid Sterol : cincin hijau -
Sari metanol diuapkan ad kering ditambah asam asetat biru
anhidrat & kloroform + asam sulfat pekat melalui Triterpen :cincin hijau -
dinding tabung reaksi. / merah
Ekstrak dalam plat tetes + asam sulfat pekat + asam Terpen : ungu,merah, +
asetil anhidrat coklat
Steroid : hijau,biru -

Kromatografi Lapis Tipis

1. Tujuan :
a. Pemisahan senyawa dari suatu kelompok senyawa
b. Identifikasi zat yang terkandung dalam senyawa
c. Mencari eluen yang cocok untukkromatografi kolom
d. Identifikasi senyawa
2. Teori
Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen di antara dua fasa yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan perpindahan tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan kemampuan masing-masing komponen untuk diserap (adsorpsi) atau perbedaan
distribusi di antara dua fasa yang tidak bercampur (partisi).
Fase diam (stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses pemisahan dengan kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi
perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa analit. Fase diam dapat
berupa bahan atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya
dilapisi pada padatan pendukung. Fase gerak (mobile phase) merupakan pembawa analit
dapat bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak ini tidak hanya
dalam bentuk cairan tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai
carrier gas senyawa mudah menguap (volatile)
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai berikut;
(a) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan; (b)
kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan padatan halus
(adsorpsi=penyerapan); (c) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk bereaksi secara
kimia (penukar ion). Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di
dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan terjadi
berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat
digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif), penetapan kadar (analisis
kuantitatif), dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif)
Kromatografi kolom adalah merupakan pilihan yang baik jika ingin memisahkan
campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak. Alasannya adalah lebih murah dan
tidak memakan waktu yang lama. Hasil dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi
ini bisa berupa fraksi-fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan
senyawa yang telah murni. Kadang kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi,
target pemisahan campuran telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika
campuran yang akan dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran
tersebut akan tertinggal pada fase diam
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi
kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya,
yakni diguankannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium
atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan
berlaku sebagai fasa diam.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silica gel, tetapi
kadangkala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselguhr juga dapat digunakan. Untuk fase
diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, dispersi koloid plastik,
silica terhidarsi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi digunakan suatu
aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang dapat
berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan
ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel.
Pada identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungan itu diisolasi dan
dimurnikan, pertama-tama yang harus kita tentukan dahulu golonannya, kemudian barulah
ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, keserbasamaan senyawa
tersebut harus diperiksa dengan cermat, artinya senyawa harus membentuk bercak tunggal
dalam beberapa system KLT dan/atau KKt. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan
dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Identifikasi
lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau cirri lain, yang
kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka.
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi kertas
karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak. Kerapkali, noda tidak
berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultra violet dapat ditampakkan dengan cara
mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan
komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk
warna-warna tertentu.
3. Alat & Bahan
 Alat
Lempeng klt
Pipet kapiler
Gelas ukur
Corong
Kertas Saring
Chamber
Lampu UV
 Bahan
 Ekstrak hexan,etil asetat,metanol & ekstrak hidrrolisis
 Eluen :
Hexan : Etil asetat (7:3 atau 5:5)
Butanol : CH3COOH : Air (4:5:1)
CHCl3 :Metanol (5:5)
4. Cara kerja
a. Ekstrakyang digunakan untuk KLT dipekatkan terlebih dahulu dengan cara diuapkan di
water bath.
b. Plat KLT disiapkandengan ukuran 5x1 cm.
c. Tandai dengan pensil,batas bawah dan batas atas pada plat.
d. Totolkan ekstrak dengan menggunakan pipa kapiler yang telah dikecilkan lubangnya
dengan cara dibakar.Keringkan sebentar diudara terbuka.
e. Isi chamber denngan eluen kemudian jernihkan eluen dengan cara menambahkan kertas
saring kedalam chamber. Bila sudah jernih,maka seluruh bagian kertas saring akan
terbasahi dengan eluen.
f. Masukkan plat yang telah ditotolkan ekstrak ke dalam chamber yang berisi eluen tersebut
eluasi sampai tanda batas atas pada plat KLT.
g. Amati noda yang terbentuk secara visual dibawah sinar UV dan disemprotkan dengan
pereaksi/penampang noda yang sesuai.
h. Hitung Rf yang didapat.
5. Hasil

Heksan : Etilasetat CHCl3 : Metanol Butanol : As.Asetat


: Air

H E M Hi H E M Hi M
M

6. Perhitungan Rf
Hexan : Etil asetat
1,1
H = Rf1 = =0,31 HRf = 0,31 x 100% = 31%
3,5
2,4
Rf2 = =0,68 HRf = 0,68 x 100% = 68%
3,5

1,6
E = Rf1 = =0,45 HRf = 0,45 x 100% = 45%
3,5
2,7
Rf2 = =0,77 HRf = 0,77x 100% = 77%
3,5

0,5
M = Rf1 = =0,41 HRf = 0,41 x 100% = 41%
3,5
1,0
Rf2 = =0,28 HRf = 0,48 x 100% = 28%
3,5
1,8
Rf3 = =0,51 HRf = 0,51 x 100% = 51%
3,5
2,5
Rf4 = =0,71 HRf = 0,71 x 100% = 71%
3,5
2,9
Rf5 = =0,83 HRf = 0,83 x 100% = 83%
3,5
2,1
Hi = Rf1 = =0,6 HRf = 0,6 x 100% = 60%
3,5
2,5
Rf2 = =0,71 HRf = 0,71 x 100% = 71%
3,5
2,8
Rf3 = =0,8 HRf = 0,8 x 100% = 80%
3,5
3,0
Rf4 = =0,85 HRf = 0,85 x 100% = 85%
3,5

7. CHCl3 :Metanol
1,8
H = Rf = =0,51 HRf = 0,51 x 100% = 51%
3,5
2,5
E = Rf = =0,71 HRf = 0,71 x 100% = 71%
3,5
1,3
M = Rf = =0,37 HRf = 0,37 x 100% = 37%
3,5
1,4
Hi = Rf1 = =0,4 HRf = 0,4 x 100% = 40%
3,5

8. Flavonoid
1,6
M = Rf1 = =0,46 HRf = 0,46 x 100% = 46%
3,5
2,6
Rf2 = =0,74 HRf = 0,74 x 100% = 74%
3,5

2,9
E = Rf = =0,82 HRf = 0,82 x 100% = 82%
3,5

VI. Pembahasan
Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif
kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Setiap golongan senyawa metabolit
skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki ciri dan karakter tersendiri. Dengan
mempelajari sifat kimia dari masing-masing golongan metabolit sekunder tersebut maka
muncullah suatu metode atau cara untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam
tumbuhan tersebut. Dimana sampel yang akan diujikan pada skrining fitokimia ini yaitu Lada
putih (Piper albi L )
Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk setiap golongan
yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang digunakan pada proses isolasi
semestinya menggunakan pelarut yang berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini
didasarkan pada sifat kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining.
Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Boleh
golongan senyawa tertentu tidak akan Nampak pada skrining yang kita lakukan, atau bahkan
kita tidak mendapatkan senyawa yang kita inginkan.
Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengisolasi senyawa yang ada
dalam tumbuhan itu yaitu pelarut heksan, etil asetat,metanol. Proses ekstraksi dari semua
sampel tumbuhan dilakukan secara seragam, baik ekstrak yang akan digunakan untuk uji
minyak atsiri, flavanoid, saponin, tannin, lemak, kumarin,gula pereduksi, emodol,tritrpenoid,
dan steroid. Yaitu dengan menggunakan pelarut nya dan dipanaskan selama mendidih.
Kemudian disaring sehingga bias kita pisahkan antara ekstrak dan residunya. Perbedaan
proses ekstraksi dilakukan hanya pada ekstrak yang akan digunakan untuk uji alkaloid.
Dalam hal ini, pelarutnya yang digunakan yaitu methanol.
Berdasarkan prosedur yang ada, waktu pemanasan juga berfariasi untuk beberapa
ekstrak yang akan digunakan pada setiap ujinya. Secara teoritis lama waktu pemanasan akan
berpengaruh pada kadar atau kandungan senyawa tertentu yang terdapat pada ekstrak yang
kita lakukan. Boleh jadi senyawa yang kita inginkan mengalami perubahan dan modifikasi
akibat pemansan yang terlalu lama, atau boleh jadi senyawa yang kita inginkan belum
terekstrak karena proses pemanasan yang kurang lama.
Dalam skirining sampel Lada Putih (Piper albi L ) ini ditemukan bahwa sampel
tersebut mengandung minyak atsiri, tanin , sedikit lemak,kumarin,alkaloid, terpen dan
steroid. Dimana hasil dari skrining tersebut positif dalam pemeriksaan yang kami lakukan.
Tetapi dalam pengujian emodol dan gula pereduksi menghasilkan negative jadi dalam
simplisia lada putih tidak mengandung emodol dan gula pereduksi. Dan tidak mengandung
tannin pada pemeiksaan tannin dalam sari etil asetat, sari methanol, dan sari hidrolisa. Dalam
sari methanol rata-rata negative lada putih mengandung tannin, gula pereduksi, flavonoid,
emodol, kumarin, steroid dan alkaloid karena pada sari hidolisa termasuk senyawa yang
menyerap polar karena banyak sari air yang tekandung dalam sari hidrolisa tesebut.
Alasan penggunaan pereaksi spesifik yaitu untuk mengetahui kandungan kimia yang
terdapat pada suatu sampel dengan berdasarkan adanya endapan dan perubahan warna yang
ditimbulkan. Adapun factor kesalahan yang dapat timbul pada saat praktikum yaitu : Ketidak
sterilan pada saat meneteskan pereaksi pada sampel, Sampel yang digunakan terlalu sedikit
atau terlalu banyak, pada saat memanaskan sampel kurang lama atau kelamaan, saat
mereaksikan sampel dengan reaksi penguji tidak tepat dan tidak sesuai dalam pengerjaannya.
Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan penotolan fraksi-fraksi pada plat
KLT dengan ukuran sekecil mungkin agar noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam. Fraksi
yang telah ditotolkan tersebut dimasukkan ke dalam botol Chember yang berisi eluen Heksan
: Etilasetat, CHCl3 : Metanol, dan Butanol : Asam Asetat : Air. Eluen yang digunakan
sebagai pelarut untuk mendeteksi noda karena ketika senyawa organik dijerap oleh kloroform
pada plat, untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti dimana semakin kuat senyawa
dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Senyawa organik dan
metanol mempunyai kepolaran yang hampir sama karena semakin dekat kepolaran antara
sampel dan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fasa gerak. Plat KLT yang telah
dirambatkan dan dikeringkan nodanya, lalu dilhat di sinar Uv dimana terdapat diketahui
totolan yang terdapat pada plat.
Pada Praktikum ini bertujuan mengidentifikasi bahan kimia dalam serbuk lada putih.
Hasil elusi menunjukkan bahwa ada 13 bercak pada eluen Heksan : Etilasetat yang dimiliki
oleh ekstrak lada hitam, dengan Rf sekitar 0,14-0,85 ; pada eluen CHCl3 :Metanol ada 4
bercak dengan Rf sekitar 0,37-0,71 dan pada eluen Butanol : Asam Asetat : Air terdapat 3
bercak dengan Rf sekitar 0,48-0,82 . Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka
menyatakan, nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah
berkisar antara 0,2 - 0,8.
VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dalam sari hexan, sari etil asetat, sari methanol,
dan sari hidrolisa dapat disimpulkan bahwa simplisia Lada putih mengandung minyak atsiri,
tanin , sedikit lemak, kumarin, alkaloid, terpen dan steroid.
Dan dari praktikum kromatografi lapis tipis :
 Sari hexan dalam simplisia lada putih dengan eluen Hexan : Etil asetat (7:3) ada 2 noda
dan dengan eluen CHCl3 :Metanol (5:5) ada 1 noda.
 Sari etil asetat dalam simplisia lada putih dengan eluen Hexan : Etil asetat (7:3) ada 2
noda dengan eluen CHCl3 :Metanol (5:5) ada 1 noda dan dengan eluen Butanol : Asam
asetat : Aquadest (4:1:5) ada 1 noda.
 Sari Metanol dalam simplisia lada putih dengan eluen Hexan : Etil asetat (7:3) ada 5 noda
dengan eluen CHCl3 :Metanol (5:5) ada 1 noda dan dengan eluen Butanol : asam asetat :
air (4:5:1) ada 2 noda.
 Sari hidrolisa dalam simplisia lada putih dengan eluen Hexan : Etil asetat (7:3) ada 4 noda
dan dengan eluen CHCl3 :Metanol (5:5) ada 5 noda.

VIII. Daftar Pustaka


 Kamadatu, Lingga. 2010. Skrining fitokimia dan penetapan kadar flavanoid total dari
ekstrak etanol 70% lada hitam. Jurusan kimia. Manokwari.
 Ditjen POM. 1978. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Depkes RI : Jakarta
 Simbala, Herry. E.I. 2009. “Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka”. Pacific Jaurna
 Harborne, J. B. 1987.“Metode Fitokimia Menganalisis Tumbuhan”. Terjemahan
K.Padmawinata & I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung
 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung .

Anda mungkin juga menyukai