Peralatan Produksi
Lingkungan Kerja
Pekerja
Produktivitas Profit
Selamat &
Meningkat Meningkat
Sehat
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang
dalam keputusan ini (Permenaker No.13 Tahun 2011) meliputi bentuk padatan
(partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan
kimia.
Nilai Ambang Batas selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahya di
tempat kerja sebagai kadar/ intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenaker No.13 Tahun
2011).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Faktor yang mempengaruhi Kondisi Kerja Aman dan Sehat:
1. Faktor Iklim Kerja
2. Faktor Kebisingan
3. Faktor Getaran
4. Faktor Penerangan
5. Faktor Ergonomi
6. Faktor Tata Graha (5R)
• 5R = Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin
Pengaruh Getaran:
1. Gangguan kenyamanan
2. Kelelahan
3. Penglihatan kabur, sakit kepala,
gemetar, kesemutan, gangguan tidur
4. Kerusakan organ dalam
5. Sakit persendian dan otot lengan *) Menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011
6. Penurunan fungsi indra perasa pada
jari-jari, hilangnya ketangkasan
7. Noda putih pada telapak tangan
(white finger sindrom-mati rasa
permanen)
Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus, Akuntan, pemegang buku, 500 sampai 1000 lux 500 sampai 1000 lux
pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan (50 sampai 100 ft.
teliti. candles)
Pemasangan yang extra halus (arloji dll.), Penyusunan huruf dan 1000 lux 1000 lux (100 ft
pemeriksaan copy dalam pencetakan. candles);
Sumber Bahaya Ergonomi di Tempat Kerja: Keuntung Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja:
1. Disain tempat kerja yang tidak memadai. 1. Mengurangi cidera, sakit, dan biaya kompensasi
2. Peralatan kerja yang tidak “ergonomic friendly”. pekerja.
3. Layout lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman. 2. Meningkatkan effisiensi di tempat kerja.
4. Mengangkat yang berlebihan. 3. Mengurangi ketidak hadiran dan turnover.
5. Cara kerja yang tidak aman. 4. Untuk mengurangi gangguan musculoskeletal
6. Anatomi tubuh yang tidak sesuai dengan job design. yang berhubungan dengan pekerjaan dengan cara
menyesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan
bukan memaksa kebalikannya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pengertian
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) adalah cara / metode untuk mengatur / mengelola /
mengorganisir tatagraha di tempat kerja menjadi lebih baik secara berkelanjutan.
Tujuan
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja.
Manfaat
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tatagraha di tempat kerja yang lebih
efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tatagraha di tempat kerja selalu bersih dan luas.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tatagraha di tempat kerja yang
bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-pemborosan di tempat kerja
4. Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu
ke waktu.
5. Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di
atas.
Penerapan Budaya 5R Di Tempat Kerja
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Api
adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk
dari 3 (tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah
terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya.
Kebakaran
adalah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat
merugikan dan pada umumnya sulit untuk dikendalikan.
Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori
kondisi/situasi darurat di lingkungan Perusahaan baik dari
luar maupun dalam lokasi tempat kerja.
MERAH 20 CM
MERAH
CATATAN :
1. Segitiga sama sisi dengan warna
dasar merah
125 CM 2. Ukuran sisi 35 Cm 7,5 CM
3.Tinggi huruf 3 Cm berwarna putih
4. Tinggi tanda panah 7,5 Cm warna putih
6. Pemeriksaan APAR
a. APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun
6 bulanan
12 bulanan
b. Jika cacat harus diperbaiki atau diganti
API GOLONGAN B
UKURAN BAKI BAHAN BAKAR
RATING
CM PERSEGI LITER
1-B 75 15
2-B 150 30
5-B 380 70
10-B 750 140
20-B 1500 300
30-B 2250 430
40-B 3000 570
Keterangan :
P Dasar Natriumbikarbonat
PK dasar Garam Alkali
PG Tepung Pemadam
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
PM Untuk Kebakaran Logam
Detektor Asap (Smoke Detector) dan Alarm Kebakaran Otomatis (Fire Detector) biasanya
dipasang pada ruangan yang tertutup, alat tersebut termasuk alat Detektor Kebakaran.
Detektor kebakaran adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar
kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya
kebakaran, maka upaya untuk mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat
meminimalisasi kerugian sejak awal. (Wikipedia)
Smoke Detector
Cara Kerja:
Sistem kebakaran sprinkler dipasang di semua jenis bangunan, komersial dan perumahan. Mereka biasanya terletak
di tingkat langit-langit dan terhubung ke sumber air yang dapat diandalkan, paling sering air kota. Sebuah sistem
sprinkler khas beroperasi ketika panas di lokasi kebakaran menyebabkan komponen kaca di kepala sprinkler gagal,
sehingga melepaskan air dari kepala sprinkler. Ini berarti bahwa hanya kepala sprinkler di lokasi kebakaran
beroperasi - tidak semua penyiram di lantai atau di sebuah bangunan. Sistem sprinkler membantu mengurangi
kobaran api, sehingga meningkatkan keselamatan hidup dan membatasi kerusakan struktural. (wikipedia)
Limbah Padat
Limbah B3
Limbah padat di PT KAI dapat berupa:
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di PT KAI dapat
• Limbah sampah (kayu, plastik, fiber)
berupa:
• Limbah logam (potongan besi, aluminium,
• Limbah oli / pelumas sisa operasional kereta dan
stainless, dll)
lokomotif
• Limbah lampu, peralatan AC, dll
Limbah Cair
Badan Air
Limbah IPAL
Penerima
a. Pengajuan permohonan Ijin Pembuangan Air
Limbah ke instansi terkait
b. Pemasangan flowmeter pada inlet dan outlet
IPAL
c. Melakukan pengukuran kualitas air limbah oleh
laboratorium lingkungan bersertifikasi pada titik
penaatan (outlet IPAL) setiap bulan dan inlet
IPAL setiap 6 bulan sekali
d. Melaporkan kadar kualitas air limbah, debit
harian dan kapasitas pemeliharaan setiap 3
bulan ke Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(PPLH)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Limbah Padat
Sampah
Organik
Sampah Pemilahan Pembuangan TPS
Sampah
Anorganik
Limbah Padat
Tempat
Gudang
Logam Penyimpanan
Persediaan
di penghasil
Limbah padat dibagi menjadi 2 yaitu sampah dan logam. Untuk sampah harus dipisahkan berdasarkan sampah
organic dan sampah anorganik sebelum dibuang ke TPS. Sedangkan untuk logam dilakukan penyimpanan terlebih
dahulu di tempat penghasil sebelum diserahkan ke gudang persediaan
Mudah diterapkan
• Artinya, wahana keselamatan kerja seharusnya dengan mudah diterapkan oleh setiap orang. Jika terjadi kondisi nan mengancam
keselamatan atau ketika terjadi kecelakaan saat bekerja, maka setiap orang mempunyai kemampuan buat menerapkan atau
mempergunakan wahana keselamatan kerja tersebut.
Sederhana tetapi efektif
• Pada prinsipnya, keselamatan kerja nan kita tanamkan sebagai pencerahan pribadi ialah keselamatan nan sederhana tetapi efektif.
Dengan prinsip ini, maka diharapkan setiap orang bisa mengikuti program keselamatan kerja secara maksimal.
Mudah dijangkau
• Untuk setiap wahana nan kita pergunakan dalam gerakan keselamatan kerja, prinsipnya ialah mudah dijangkau oleh semua orang.
Setiap orang nan ingin menerapkan program keselamatan kerja bisa dengan mudah menjangkau
Dikenal banyak orang
• Prinsip lain dari alat keselamatan kerja ialah dikenal banyak orang. Setiap orang berada di lingkungan kerja harus mengenal p rinsip
keselamatan kerja ini
Bahan keselamatan kerja mudah didapatkan
• Untuk menerapkan keselamatan kerja di lingkungan kerja sebagai bagian integral gaya hayati sehat, maka bahan nan digunakan
haruslah bahan nan mudah didapatkan di masyarakat. Hal ini selain buat memudahkan pengadaannya, juga buat menekan
pembiayaannya.
Unsafe
Action
PLH SAFETY ACTION :
Dokumentasi
Evaluasi OK Safe
Tindak Lanjut atas Condition
Rekomendasi
Identifikasi Potensi Bahaya
Safety Risk Management
+ Safe
Action
Audit Keselamatan
Komitmen Keselamatan INVESTIGASI : dll
Regulasi, Peraturan , SOP Oleh Tim Daerah Dan
atau Tim SHE Untuk
Pembinaan dan Pengawasan Menentukan Penyebab
dan Rekomendasi
Kondisi SDM Pencegahan
Kondisi Teknis
Budaya tidak peduli, Budaya mencari Budaya taat aturan Budaya merasa memiliki Keselamatan sebagai gaya
BUDAYA abai, dan tidak jujur kesalahan oknum Ada pencegahan bersama, Keterlibatan hidup, melibatkan
KESELAMATAN Banyak pelanggaran Kecelakaan dalam seluruh unit dalam setiap orang dalam
disiplin Rencana Kerja. keselamatan mencegah kecelakaan
Hampir tidak ada Pelatihan yang minim Pelatihan harus memenuhi Adanya Pelatihan yang Pemahaman yang utuh dan
SUMBER DAYA pelatihan keselamatan. dan tidak konsisten standar keselamatan. terintegrasi dan kesadaran terus terupdate
MANUSIA Adanya kasadaran mengikuti yang tinggi
aturan.
JARINGAN Komunikasi antar unit Ada komunikasi, jika Terjalin komunikasi yang Komunikasi berjalan lancar Informasi disampaikan real-
INFORMASI & yang buruk dibutuhkan, hanya baik dan konsisten. tak ada informasi yang time dan mendukung
KOMUNIKASI formalitas. disembunyikan pengambilan keputusan.
SISTEM Kondisi tidak layak Kepatuhan peraturan Memiliki standar Melampaui regulasi, Terinternalisasi dalam setiap
dibiarkan dinas masih minim manajemen setara ISO Risk assessment proaktif individu dan proses
MANAJEMEN
yang dipatuhi manajemen
Investigasi kecelakaan investigasi fokus pada Ada pengawasan dan audit Investigasi komprehensif, Menghilangkan masalah
KONTROL, masih fokus hal teknis apa yang terjadi, tidak yang terencana Audit yang terintegrasi, sebelum muncul,
PENGAWASAN dilakukan secara Evaluasi keselamatan di Pengembangan sistem
DAN INVESTIGASI menyeluruh tingkat operasional melalui evaluasi dan audit
eksternal
40
20
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Anjlok 70 53 54 55 58 82 61
Tabrakan 4 1 3 0 3 8 2
Melanggar Sinyal 0 0 4 5 8 10 8
Tabrakan Teoritis 0 0 0 0 1 1 0
Lain-Lain 2 0 0 1 0 0 0
Total PL/PLH 76 54 61 61 70 101 71
Toleransi 90 68 40 30 30 30 30