Anda di halaman 1dari 54

Isnan Nasrul Hadi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN IR. H. DJUANDA


PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
 Mampu mengelola lingkungan dan memahami urgensi keselamatan

 Memahami pengantar K3 dan pengelolaan lingkungan hidup


 Memahami pentingnya keselamatan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
PERATURAN K3
• Kebijakan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan: KP.501/IV/6/KA-2009 tanggal 27 April 2009
• Komitmen Keselamatan PT Kereta Api Indonesia (Persero): KP.501/I/4/KA-2011 tanggal 12 Januari 2011
• Syarat-syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan: 7/LL.507/KA-2012 tanggal 19
Maret 2012
• Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K): 13/KP.501/KA-2012 tanggal 28 Mei 2012
• Alat Pelindung Diri (APD): KEP.U//LL.507/VI/1/KA-2012 tanggal 6 Juni 2012
• Standarisasi Rambu Keselamatan/ Rambu Peringatan: KEP.U/LL.501/XI/1/KA-2012 tanggal 12 November
2012
• Kebijakan Keselamatan: KEP.U/LL.507/III/2/KA-2014 tanggal 10 Maret 2014
• Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: KEP.U/KS.102/VIII/1/KA-
2016 tanggal 23 Agustus 2016
• Penggunaan Rompi Keselamatan Di Lingkungan Kerja PT Kereta Api Indonesia (PERSERO):
KEP.U/KS.102/XI/1/KA-2016 tanggal 4 November 2016
• Operator Dan Petugas Pesawat Angkat Dan Angkut: KEP.U/KS.101/XII/1/KA-2016 tanggal 14 Desember
2016
• Penyelenggaraan Pesawat Angkat Dan Angkut: KEP.U/KS.103/XII/1/KA-2016 tanggal 14 Desember 2016
• Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Di BY Yasa sarana, BY Yasa Prasarana, Dipo Sarana,
Dipo Prasarana Dan Stasiun: KEP.U/KS.101/XII/2/KA-2016 tanggal 19 Desember 2016
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Menurut Undang – Undang No.1 Tahun 1970, Tujuan Program K3 adalah:
1. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan,
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain (tamu, kontraktor, supplier, dll) yang
berada di tempat kerja,
3. Menjamin bahwa setiap sumber produksi dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Manusia

Peralatan Produksi

Lingkungan Kerja

Pekerja
Produktivitas Profit
Selamat &
Meningkat Meningkat
Sehat

Hubungan K3 Dan Usaha


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang
melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di
lingkungan kerja perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada
lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Suma’mur,1976).

Pengendalian Hygiene perusahaan ditempat kerja meliputi :


• Faktor Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Binatang, dan Tanaman),
• Faktor Kimia (partikel/ debu, gas, kabut, aerosol, uap yang berasal dari bahan-bahan
kimia, Bahan Beracun dan berbahaya),
• Faktor Fisika (Iklim kerja, kebisingan, getaran dan penerangan),
• Faktor Fisiologis/ Ergonomi (Cara kerja yang tidak aman, anatomi tubuh yang tdk
sesuai dgn job design),
• Faktor Psikososial (Hub pekerja dengan rekan kerja, Stress, dsb).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang
dalam keputusan ini (Permenaker No.13 Tahun 2011) terdiri dari iklim kerja,
kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet

Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang
dalam keputusan ini (Permenaker No.13 Tahun 2011) meliputi bentuk padatan
(partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan
kimia.

Nilai Ambang Batas selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahya di
tempat kerja sebagai kadar/ intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenaker No.13 Tahun
2011).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Faktor yang mempengaruhi Kondisi Kerja Aman dan Sehat:
1. Faktor Iklim Kerja
2. Faktor Kebisingan
3. Faktor Getaran
4. Faktor Penerangan
5. Faktor Ergonomi
6. Faktor Tata Graha (5R)
• 5R = Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pengertian Iklim kerja adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran
panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya.

*) Alat Untuk Mengukur ISBB *) Menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pengertian Kebisingan adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

*) Menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pengertian Getaran adalah
gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangannya.

Pengaruh Getaran:
1. Gangguan kenyamanan
2. Kelelahan
3. Penglihatan kabur, sakit kepala,
gemetar, kesemutan, gangguan tidur
4. Kerusakan organ dalam
5. Sakit persendian dan otot lengan *) Menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011
6. Penurunan fungsi indra perasa pada
jari-jari, hilangnya ketangkasan
7. Noda putih pada telapak tangan
(white finger sindrom-mati rasa
permanen)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pengertian Penerangan ditempat kerja adalah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Catatan:
Ft Candles/ Footcandles: Sebuah unit pencahayaan pada permukaan yang
satu kaki dari sumber titik seragam cahaya dari satu lilin.
1 lux = 1.464128843338 x 10-7 watt/centimeter²
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Th. 1964

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Intensitas
Contoh Penerapan Keterangan
Penerangan (Lux)
Penerangan darurat. 5 lux 5 lux (0,5 ft. candles)
Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan 20 lux 20 lux (2 ft. candle)
perusahaan.
Gudang-gudang untuk. menyimpan barang-barang besar dan kasar. 50 lux 50 lux (5 ft. candles)
Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai 100 lux 100 lux (10 ft. candles)
(semifinished), Alat pengangkut orang dan barang, Kakus, tempat
mandi dan tempat kencing.
Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar, Melapis perabot. 200 lux 200 lux (20 ft.candles)
Pekerjaan mesin yang teliti, Pekerjaan kantor yang berganti-ganti 300 lux 300 lux (30 ft. candles)
menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat.

Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus, Akuntan, pemegang buku, 500 sampai 1000 lux 500 sampai 1000 lux
pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan (50 sampai 100 ft.
teliti. candles)
Pemasangan yang extra halus (arloji dll.), Penyusunan huruf dan 1000 lux 1000 lux (100 ft
pemeriksaan copy dalam pencetakan. candles);

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani,
Ergon = Kerja
Nomos = Hukum
Bila digabung artinya menjadi “Hukum dalam bekerja”.
Ergonomi suatu ilmu, seni & teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara &
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia,sehingga
manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya.
Studi ilmiah mengenai pekerjaan manusia. Ergonomi memperhatikan kemampuan fisik dan
mental serta keterbatasan dari seorang pekerja ketika dia berinteraksi dengan alat-alat,
perlengkapan, metode kerja, pekerjaan itu sendiri, dan lingkungan kerja.

Sumber Bahaya Ergonomi di Tempat Kerja: Keuntung Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja:
1. Disain tempat kerja yang tidak memadai. 1. Mengurangi cidera, sakit, dan biaya kompensasi
2. Peralatan kerja yang tidak “ergonomic friendly”. pekerja.
3. Layout lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman. 2. Meningkatkan effisiensi di tempat kerja.
4. Mengangkat yang berlebihan. 3. Mengurangi ketidak hadiran dan turnover.
5. Cara kerja yang tidak aman. 4. Untuk mengurangi gangguan musculoskeletal
6. Anatomi tubuh yang tidak sesuai dengan job design. yang berhubungan dengan pekerjaan dengan cara
menyesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan
bukan memaksa kebalikannya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pengertian
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) adalah cara / metode untuk mengatur / mengelola /
mengorganisir tatagraha di tempat kerja menjadi lebih baik secara berkelanjutan.

Tujuan
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja.

Manfaat
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tatagraha di tempat kerja yang lebih
efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tatagraha di tempat kerja selalu bersih dan luas.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tatagraha di tempat kerja yang
bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-pemborosan di tempat kerja

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


1. Ringkas
a. Memilah barang yang diperlukan & yang tidak
diperlukan.
b. Memilah barang yang sudah rusak dan barang
yang masih dapat digunakan.
c. Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
d. Memilah barang yang sering digunakan atau
jarang penggunaannya.
2. Rapi
a. Menata / mengurutkan peralatan / barang
berdasarkan alur proses kerja.
b. Menata / mengurutkan peralatan / barang
berdasarkan keseringan penggunaannya,
keseragaman, fungsi dan batas waktu.
c. Pengaturan tanda visual supaya peralatan /
barang mudah ditemukan.
Penerapan Budaya 5R Di Tempat Kerja
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
3. Resik
a. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran,
debu dan sampah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di
tempat kerja.
c. Meminimalisir sumber-sumber sampah dan
kotoran.
d. Memperbarui / memperbaiki tempat kerja yang
sudah usang / rusak (peremajaan).

4. Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu
ke waktu.

5. Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di
atas.
Penerapan Budaya 5R Di Tempat Kerja
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Api
adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk
dari 3 (tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah
terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya.

Kebakaran
adalah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat
merugikan dan pada umumnya sulit untuk dikendalikan.
Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori
kondisi/situasi darurat di lingkungan Perusahaan baik dari
luar maupun dalam lokasi tempat kerja.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Beberapa jenis alat proteksi kebakaran:
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
 Detektor Asap (Smoke Detector) dan Alarm Kebakaran
 Sistem Hujan Otomatis (Sprinkler)
 Hydrant

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Instruksi Direksi No.7/Ll.507/Ka-2012 tentang Syarat – syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)
1. APAR adalah suatu alat pemadam kebakaran yang dapat dijinjing/ dibawa, dioperasikan
oleh satu orang, berdiri sendiri, mempunyai berat antara 0,5 kg -16 kg dan digunakan pada
api awal
2. APAR harus ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada saat
mulai terjadinya kebakaran
3. Penggolongan jenis kebakaran:
a. Bahan padat kecuali logam
b. Bahan cair atau gas
c. Instalasi listrik bertegangan
d. Logam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


4. Penggolongan jenis APAR:
a. Cairan
b. Busa/ Foam
c. Tepung kering/ Dry Chemical/ Powder
d. Gas/ CO2
Catatan: Jenis APAR yang digunakan di PT KAI (PERSERO) adalah jenis tepung kering/ Powder dan
gas/ CO2

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Hal yang perlu diketahui dalam penggunaan APAR :
1. Perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap searah dengan arah angin) supaya
media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak mengenai tubuh
petugas pemadam.
2. Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan klasifikasi sumber
kebakaran.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
5. Pemasangan APAR
a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan 35 CM

TANDA PEMASANGAN APAR PADA


TIANG KOLOM
ALAT PEMADAM API 3 CM

MERAH 20 CM

MERAH

CATATAN :
1. Segitiga sama sisi dengan warna
dasar merah
125 CM 2. Ukuran sisi 35 Cm 7,5 CM
3.Tinggi huruf 3 Cm berwarna putih
4. Tinggi tanda panah 7,5 Cm warna putih

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


b. Jarak pemasangan antar APAR maksimal 15 meter
c. APAR dipasang menggantung di dinding, dengan bagian paling atas berada pada
ketinggian 1,2 m (kecuali jenis CO2 dan Tepung Kering dapat lebih rendah, min 15
cm dari lantai)
d. Alat Pemadam Api Ringan dapat ditempatkan dalam lemari atau peti tetapi tidak
boleh dikunci dan bagian depan harus diberi safety glass tebal maks 2 mm,
dengan ukuran kaca sesuai ukuran APAR
e. Penyimpanan harus diantara suhu -44°C dan 49°C
f. Jika disimpan di alam terbuka harus dilindungi tutup pengaman

6. Pemeriksaan APAR
a. APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun
 6 bulanan
 12 bulanan
b. Jika cacat harus diperbaiki atau diganti

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


7. Ukuran APAR
Fire Rating  Kemampuan APAR dalam mengatasi volume, ukuran atau berat material
yang terbakar API GOLONGAN A
TUMPUKAN
BALOK KAYU PANEL KAYU
RATING KERTAS
CM CM KG
1-A 50 X 50 X50 245 X 245 2,75
2-A 63 X 63 X 63 305 X 305 5,5
3-A 75 X 75 X 75 365 X 365 8,2
4-A 85 X 75 X 75 425 X 425 11
6-A 100 X 100 X 100 520 X 520 16,3
10-A 125 X 125 X 125 520 X 520 16,3

API GOLONGAN B
UKURAN BAKI BAHAN BAKAR
RATING
CM PERSEGI LITER
1-B 75 15
2-B 150 30
5-B 380 70
10-B 750 140
20-B 1500 300
30-B 2250 430
40-B 3000 570

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


8. Potensi Kebakaran dan APAR yang harus dipasang
KEBAKARAN DAN JENIS ALAT PEMADAM API RINGAN
APAR YANG HARUS DIPERGUNAKAN
GOLONGAN KEBAKARAN BAHAN YANG TERBAKAR TEPUNG KERING
AIR BUSA KARBONDIOKSIDA
P + PK PG PM
KEBAKARAN PADA PERMUKAAN DAPAT DIPAKAI
TIDAK DAPAT
1 BAHAN SEPERTI : KAYU, KERTAS, BAIK DAPAT DIPAKAI DAPAT DIPAKAI DIKOMBINASI BAIK SEKALI
DIPAKAI
TEKSTIL DLL DENGAN AIR
KEBAKARAN SAMPAI BAGIAN DALAM
TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT
2 DARI BAHAN SEPERTI : KAYU, MAJUN, BAIK DAPAT DIPAKAI BAIK SEKALI
DIPAKAI DIPAKAI DIPAKAI
ARANG BATU DLL
BAHAN PADAT KEBAKARAN DARI BARANG YANG
A BAIK/ TAPI
KECUALI LOGAM JARANG TERDAPAT DAN BERHARGA TIDAK DAPAT
3 MUNGKIN MERUSAK DAPAT DIPAKAI DAPAT DIPAKAI BAIK SEKALI
YANG BERADA DI MUSIUM, ARSIP, DIPAKAI
MERUSAK
KOLEKSI DLL
KEBAKARAN DARI BAHAN YANG PADA
PEMANASANNYA GAMPAI MENGURAI TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT
4 DAPAT DIPAKAI BAIK SEKALI
SEPERTI KARET BUSA, PLASTIK BUSA DIPAKAI DIPAKAI DIPAKAI DIPAKAI
DLL
KEBAKARAN BENSIN, SOLAR, HSD,
BENSOL, CAT, TIR, LAK, ASPAL, GEMUK, TIDAK DAPAT
1 BERBAHAYA DAPAT DIPAKAI BAIK BAIK SEKALI BAIK
MINYAK DLL (YANG TIDAK DAPAT DIPAKAI
BERCAMPUR DENGAN AIR)
KEBAKARAN ALKOHOL DAN
TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT
2 SEBAGAINYA YANG DAPAT MELARUT BAIK BAIK SEKALI BAIK
DIPAKAI DIPAKAI DIPAKAI
B BAHAN CAIR DAN GAS DALAM AIR
TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT TIDAK DAPAT
3 GAS YANG MENGALIR DAPAT DIPAKAI BAIK SEKALI BAIK
DIPAKAI DIPAKAI DIPAKAI
BAHAN-BAHAN YANG DENGAN AIR
MEMBENTUK GAS YANG DAPAT TIDAK DAPAT
4 BERBAHAYA BERBAHAYA DAPAT DIPAKAI BAIK SEKALI BAIK
TERBAKAR, SEPERTI KARBID, POSFIT DIPAKAI
DLL
DAPAT DIPAKAI,
PANEL PENGHUBUNG, PETI TETAPI TIDAK BAIK, TETAPI TIDAK
INSTALASI LISTRIK TIDAK DAPAT
C 1 PENGHUBUNGM SENTRAL TELEPON, BERBAHAYA BERBAHAYA BAIK SEKALI UNTUK UNTUK INSTALASI2
BERTEGANGAN DIPAKAI
TRANSFORMATOR DLL INSTALASI2 BERHUBUNGAN
BERHUBUNGAN
MAGNESIUM, NATRIUM, KALSIUM, TIDAK DAPAT
D LOGAM 1 BERBAHAYA BERBAHAYA BERBAHAYA BAIK BAIK SEKALI
ALUMINIUM DIPAKAI

Keterangan :
P Dasar Natriumbikarbonat
PK dasar Garam Alkali
PG Tepung Pemadam
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
PM Untuk Kebakaran Logam
Detektor Asap (Smoke Detector) dan Alarm Kebakaran Otomatis (Fire Detector) biasanya
dipasang pada ruangan yang tertutup, alat tersebut termasuk alat Detektor Kebakaran.
Detektor kebakaran adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar
kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya
kebakaran, maka upaya untuk mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat
meminimalisasi kerugian sejak awal. (Wikipedia)

Smoke Detector

Smoke/Fire Detector Alarm Kebakaran Manual


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Hydrant adalah Alat yang mengalirkan air ke selang pemadam kebakaran. Letaknya berada
di trotoar. (wikipedia)

Perlengkapan Hidran Pilar Hidran Nozzle

Hidran / Hydrant digunakan untuk mengatasi kebakaran besar dengan sistem


serupa keran air dengan tekanan air yang tinggi.

Penggunaan hidran sebagai pemadaman kebakaran harus memastikan bahwa


aliran listrik dimatikan supaya tidak membahayakan petugas pemadam.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Sistem Hujan Otomatis (Sprinkler) biasa dipasang dalam ruangan dan akan bekerja jika terdeteksi api
yang berlebih di ruangan tersebut dengan menyemprotkan air secara otomatis.

Cara Kerja:
Sistem kebakaran sprinkler dipasang di semua jenis bangunan, komersial dan perumahan. Mereka biasanya terletak
di tingkat langit-langit dan terhubung ke sumber air yang dapat diandalkan, paling sering air kota. Sebuah sistem
sprinkler khas beroperasi ketika panas di lokasi kebakaran menyebabkan komponen kaca di kepala sprinkler gagal,
sehingga melepaskan air dari kepala sprinkler. Ini berarti bahwa hanya kepala sprinkler di lokasi kebakaran
beroperasi - tidak semua penyiram di lantai atau di sebuah bangunan. Sistem sprinkler membantu mengurangi
kobaran api, sehingga meningkatkan keselamatan hidup dan membatasi kerusakan struktural. (wikipedia)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Jenis Limbah:
Limbah B3
a. Limbah Cair
b. Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut B3
c. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
Limbah Cair maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
Limbah Cair adalah limbah dalam bentuk cair merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
yang dihasilkan oleh kegiatan usaha yang dibuang lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
ke lingkungan hidup dan diduga dapat manusia dan makhluk hidup lain.
menurunkan kualitas lingkungan hidup. Contoh: Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
Air bekas pencucian disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung B3.
Limbah Padat Contoh: baterai, lampu, oli bekas, dll
Limbah Padat adalah limbah dalam bentuk padat
yang dihasilkan oleh kegiatan usaha yang dibuang
ke lingkungan hidup dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan hidup. Contoh:
Sampah rumah tangga
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Limbah Cair
Limbah Cair di PT KAI dapat berupa:
• Limbah cair pencucian kereta / gerbong dan
lokomotif
• Limbah toilet di stasiun atau di kereta, dll

Limbah Padat
Limbah B3
Limbah padat di PT KAI dapat berupa:
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di PT KAI dapat
• Limbah sampah (kayu, plastik, fiber)
berupa:
• Limbah logam (potongan besi, aluminium,
• Limbah oli / pelumas sisa operasional kereta dan
stainless, dll)
lokomotif
• Limbah lampu, peralatan AC, dll

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Limbah yang harus di proses:
a. Limbah Cair
b. Limbah padat
c. Limbah B3 (Padat dan Cair)

Limbah Cair
Badan Air
Limbah IPAL
Penerima
a. Pengajuan permohonan Ijin Pembuangan Air
Limbah ke instansi terkait
b. Pemasangan flowmeter pada inlet dan outlet
IPAL
c. Melakukan pengukuran kualitas air limbah oleh
laboratorium lingkungan bersertifikasi pada titik
penaatan (outlet IPAL) setiap bulan dan inlet
IPAL setiap 6 bulan sekali
d. Melaporkan kadar kualitas air limbah, debit
harian dan kapasitas pemeliharaan setiap 3
bulan ke Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(PPLH)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Limbah Padat
Sampah
Organik
Sampah Pemilahan Pembuangan TPS
Sampah
Anorganik
Limbah Padat
Tempat
Gudang
Logam Penyimpanan
Persediaan
di penghasil

Limbah padat dibagi menjadi 2 yaitu sampah dan logam. Untuk sampah harus dipisahkan berdasarkan sampah
organic dan sampah anorganik sebelum dibuang ke TPS. Sedangkan untuk logam dilakukan penyimpanan terlebih
dahulu di tempat penghasil sebelum diserahkan ke gudang persediaan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Limbah Padat
Skema Pengelolaan
Pengurangan

Meliputi: Pengurangan Penanganan


1. Pembatasan timbulan sampah, Contoh:
• Untuk pembelian produk-produk, tidak perlu meminta Penanganan
bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu
dibungkus lagi dengan kertas, kemudian masuk ke dalam Meliputi:
kantong plastik. 1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
• Memilih produk yang kemasannya cenderung sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah
menimbulkan sampah paling kecil / sedikit. 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
2. Pendauran ulang sampah, Contoh: sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan
• Memisahkan sampah yang bisa di daur ulang seperti botol sampah sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
plastic, kertas, dll 3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
3. Pemanfaatan kembali sampah, Contoh: dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau
• Menghindari pemakaian produk sekali pakai, misal dengan dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju tempat
pemakaian baterai yang dapat diisi kembali (recharge), pemrosesan akhir
penggunaan pena / ballpoint yang dapat diisi lagi (refill). 4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,
• Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali. dan jumlah sampah
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Contoh Tanda Dan Warna Pemilahan Sampah

Permen PU No. 3 /2013 Tentang Penyelenggaraan


Prasarana dan Saran Persampahan dalam penanganan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Limbah B3 3. Desain dan Lokasi penyimpanan sesuai dengan SK dan
peraturan yang berlaku
Skema Pengelolaan
4. Pengemasan Limbah B3 disertai dengan label dan symbol
limbah B3
5. Lama Waktu Penyimpanan:
Pengurangan Penyimpanan Pengumpulan Pengangkutan Pengolahan
1. 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 sebesar 50 kg
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang perhari atau lebih
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun 2. 180 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 kurang dari 50
kg perhari untuk limbah B3 kategori 1 (limbah B3 yang berdampak
akut dan langsung terhadap manusia dan dapat dipastikan akan
1. Pengurangan berdampak negatif terhadap lingkungan)
3. 365 hari sejak limbah sejak limbah dihasilkan, untuk limbah B3 yg
Yang dimaksud dengan pengurangan limbah B3: dihasilkan kurang dari 50 kg perhari untuk limbah B3 kategori 2 (
a. Substitusi Bahan limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda, dan
b. Modifikasi Proses berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup
c. Penggunaan teknologi ramah lingkungan serta memiliki toksisitas sub-kronik atau krokis) dari sumber spesifik
dan sumber spesifik umum
4. 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 katagori 2 dari
2. Penyimpanan sumber khusus
6. Menyusun dan menyampaikan laporan penyimpanan limbah B3
1. Dilarang melakukan pencampuran limbah B3
7. Apabila melebihi waktu makan penghasil harus memanfaatkan,
2. Untuk melakukan penyimpanan wajib memiliki izin mengolah dan/atau menimbun, jika penghasil tidak bisa maka
pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3 diserahkan ke pihak lain yang memiliki izin tersebut.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Limbah B3 2. Penyimpanan
Desain dan Lokasi Penyimpanan Ket: A,B,C = Karakteristik limbah
1,2,3,…7 = Blok Penyimpanan
Lokasi: …..a….. = Gang antara Blok
1. Lokasi penyimpanan harus bebas banjir dan tidak rawan = Tembok tahan api
bencana alam, = arah kemiringan lantai
2. Apabila lokasi tidak bebas banjir dan rawan bencana = bak penampung
maka lokasi harus dapat direkayasa dengan teknologi --------- = tanggul
|IIIII| = pintu gudang
untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
3. Lokasi penyimpanan harus berada didalam penguasaan
penghasil limbah B3
Desain:
1. Desain dan konstruksi yang mampu melindungi limbah
B3 dari hujan dan sinar matahari
2. Memiliki penerangan dan ventilasi
3. Memiliki saluran drainase dan bak penampung
4. Memiliki peralatan penanggulanga keadaan darurat
seperti alat pemadam api dan alat penanggulangan
keadaan darurat lain yang sesuai.
Pengolahan Limbah
Sistem Gravitasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Limbah B3 2. Penyimpanan
Pengemasan Tutup
Karet (packing)
Pengemasan: Cincin Pengunci
1. Terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah B3 sesuai
Label
dengan karakteristik
2. Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam Simbol
kemasan
3. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah tumpahan
4. Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak
rusak
Occupational Health Safety and Environment
Simbol dan Label
Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan:
1. Nama limbah B3 Pemilihan simbol limbah B3 sesuai
2. Identitas penghasil limbah B3 dengan karakteristik limbah B3:
3. Tanggal dihasilkan limbah B3 1. Mudah meledak
4. Tanggal pengemasan limbah B3 2. Mudah menyala
3. Reaktif
4. Infeksius
5. Korosif
6. Beracun
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Limbah B3 4. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 wajib memiliki:
3. Pengumpulan
a. Rekomendasi pengangkutan limbah B3  Kementerian LH
1. Dilarang melakukan pencampuran limbah B3
b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan
2. Pengumpulan dilakukan dengan segregasi limbah Limbah B3  Kementerian Perhubungan
B3 dan penyimpanan Limbah B3
3. Apabila yang menghasilkan limbah B3 tidak
mampu melakukan sendiri maka pengumpulan 5. Pengolahan
limbah B3 diserahkan kepada pengumpul Limbah 1. Setiap yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
B3 pengolahan
4. Untuk melakukan penyimpanan wajib memiliki izin 2. Apabila yang menghasilkan limbah B3 tidak mampu
pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan melakukan sendiri maka pengolahan limbah B3
pengumpulan limbah B3 diserahkan kepada pengolah limbah B3
3. Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
a. Termal
b. Stabilisasi dan solidifikasi
c. Cara lain sesuai perkembangan teknologi
4. Untuk melakukan penyimpanan wajib memiliki izin
pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan
limbah B3.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
SELAMAT (SAFE) :
 Suatu keadaan yang terhindar dari kecelakaan. (= Zero Accident)
KESELAMATAN (SAFETY) :
 Adalah Upaya (= Effort) yang dilakukan oleh diri sendiri maupun pada lingkungan
kerja agar tetap berada dalam keadaan yang terhindar dari kecelakaan.

Komitmen Manajemen PT KAI


“Keselamatan menjadi komitmen penuh PT KAI dalam
menjalankan pelayanannya. Karena itu, internal PT KAI
selalu bergiat melakukan pemeriksaan, perawatan,
hingga melahirkan inovasi yang dapat meningkatkan
jaminan keselamatan bagi penumpang jasa kereta api.”

– Edi Sukmoro, Kompas 28 September 2016

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pada dasarnya, prinsip keselamatan kerja mengedepankan pada konsep keterlaksanaan kegiatan, yaitu:

Mudah diterapkan
• Artinya, wahana keselamatan kerja seharusnya dengan mudah diterapkan oleh setiap orang. Jika terjadi kondisi nan mengancam
keselamatan atau ketika terjadi kecelakaan saat bekerja, maka setiap orang mempunyai kemampuan buat menerapkan atau
mempergunakan wahana keselamatan kerja tersebut.
Sederhana tetapi efektif
• Pada prinsipnya, keselamatan kerja nan kita tanamkan sebagai pencerahan pribadi ialah keselamatan nan sederhana tetapi efektif.
Dengan prinsip ini, maka diharapkan setiap orang bisa mengikuti program keselamatan kerja secara maksimal.
Mudah dijangkau
• Untuk setiap wahana nan kita pergunakan dalam gerakan keselamatan kerja, prinsipnya ialah mudah dijangkau oleh semua orang.
Setiap orang nan ingin menerapkan program keselamatan kerja bisa dengan mudah menjangkau
Dikenal banyak orang
• Prinsip lain dari alat keselamatan kerja ialah dikenal banyak orang. Setiap orang berada di lingkungan kerja harus mengenal p rinsip
keselamatan kerja ini
Bahan keselamatan kerja mudah didapatkan
• Untuk menerapkan keselamatan kerja di lingkungan kerja sebagai bagian integral gaya hayati sehat, maka bahan nan digunakan
haruslah bahan nan mudah didapatkan di masyarakat. Hal ini selain buat memudahkan pengadaannya, juga buat menekan
pembiayaannya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Unsafe Not OK -
Condition

Unsafe
Action
PLH SAFETY ACTION :
Dokumentasi
Evaluasi OK Safe
Tindak Lanjut atas Condition
Rekomendasi
Identifikasi Potensi Bahaya
Safety Risk Management
+ Safe
Action
Audit Keselamatan
Komitmen Keselamatan INVESTIGASI : dll
Regulasi, Peraturan , SOP Oleh Tim Daerah Dan
atau Tim SHE Untuk
Pembinaan dan Pengawasan Menentukan Penyebab
dan Rekomendasi
Kondisi SDM Pencegahan
Kondisi Teknis

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PENGEMBANGAN KESELAMATAN PERUSAHAAN DAPAT DIUKUR
BERDASARKAN TINGKAT PENCAPAIAN KESELAMATAN
Kondisi saat ini 5
3 4
2 Patuh Proaktif Tangguh
TINGKAT Rentan Reaktif (Resilient)
1 (Compliant) (Proactive)
KESELAMATAN (Vulnerable) (Reactive)

Kecelakaan Mencegah terjadi Mencegah insiden Meningkatkan kualitas Keselamatan merupakan


dianggap biasa kecelakaan yg sama sebelum terjadi sistem keselamatan cara bisnis perusahaan

Budaya tidak peduli, Budaya mencari Budaya taat aturan Budaya merasa memiliki Keselamatan sebagai gaya
BUDAYA abai, dan tidak jujur kesalahan oknum Ada pencegahan bersama, Keterlibatan hidup, melibatkan
KESELAMATAN Banyak pelanggaran Kecelakaan dalam seluruh unit dalam setiap orang dalam
disiplin Rencana Kerja. keselamatan mencegah kecelakaan

Hampir tidak ada Pelatihan yang minim Pelatihan harus memenuhi Adanya Pelatihan yang Pemahaman yang utuh dan
SUMBER DAYA pelatihan keselamatan. dan tidak konsisten standar keselamatan. terintegrasi dan kesadaran terus terupdate
MANUSIA Adanya kasadaran mengikuti yang tinggi
aturan.
JARINGAN Komunikasi antar unit Ada komunikasi, jika Terjalin komunikasi yang Komunikasi berjalan lancar Informasi disampaikan real-
INFORMASI & yang buruk dibutuhkan, hanya baik dan konsisten. tak ada informasi yang time dan mendukung
KOMUNIKASI formalitas. disembunyikan pengambilan keputusan.

SISTEM Kondisi tidak layak Kepatuhan peraturan Memiliki standar Melampaui regulasi, Terinternalisasi dalam setiap
dibiarkan dinas masih minim manajemen setara ISO Risk assessment proaktif individu dan proses
MANAJEMEN
yang dipatuhi manajemen
Investigasi kecelakaan investigasi fokus pada Ada pengawasan dan audit Investigasi komprehensif, Menghilangkan masalah
KONTROL, masih fokus hal teknis apa yang terjadi, tidak yang terencana Audit yang terintegrasi, sebelum muncul,
PENGAWASAN dilakukan secara Evaluasi keselamatan di Pengembangan sistem
DAN INVESTIGASI menyeluruh tingkat operasional melalui evaluasi dan audit
eksternal

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Budaya Keselamatan adalah budaya yang mempertimbangkan keselamatan
dalam setiap kebijakan, keputusan dan tindakan
BUDAYA TERINFORMASIKAN BUDAYA FLEKSIBEL (ADAPTIF)
Semua pihak yang terlibat di dalam operasional kereta api telah memahami Budaya dimana organisasi dapat
mengenai faktor manusia, faktor teknis, organisasi/manajemen, dan lingkungan menyesuaikan diri dalam menghadapi
yang menentukan/ menjamin keselamatan dari keseluruhan sistem secara utuh kapasitas operasional yang makin
tinggi dengan meningkatnya risiko
keselamatan – organisasi dapat
BUDAYA MELAPOR
berubah dari bentuk hirarki vertikal
Sebuah iklim organisasi di mana semua orang telah BUDAYA birokratif ke organisasi yang
siap dan sadar untuk melaporkan semua kondisi
bahaya dan penyimpangan
KESELAMATAN horizontal, fungsional dan efektif

JUST CULTURE (BUDAYA ADIL/SEIMBANG) BUDAYA BELAJAR


Atmosfir kepercayaan dimana orang-orang didorong (bahkan Organisasi harus memiliki kompetensi dan
diberikan penghargaan) untuk memberikan informasi yang kemauan belajar untuk dapat mengambil
berkaitan dengan keselamatan, tapi dalam situasi dimana mereka kesimpulan dan keputusan yang tepat dari
juga memahami dengan jelas dimana batasan antara perilaku informasi keselamatan dan bersedia melakukan
yang bisa diterima dan tidak bisa diterima perubahan yang lebih baik

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pendapatan Perusahaan (dalam juta Rupiah)
Tahun 2011-2015
13.938.901
8.600.972 10.478.074
6.094.095 6.966.237

2011 2012 2013 2014 2015


Volume Total Angkutan Barang (juta ton) Tahun Volume Total Angkutan Penumpang (Juta) 2013-
2013-2015 2015
30.685 327.13
29.717 280.35
24.714 221.73

2013 2014 2015 2013 2014 2015

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pengembangan Bisnis:
Angkutan terintegrasi antarmoda – kereta bandara:
Angkutan barang dan distribusi
 Kualanamu Medan, Juli 2014
logistik (PT Kalog): Penugasan untuk
 Soekarno-Hatta, semester pertama 2017
 digitalisasi angkutan barang Trans Sulawesi
 Minangkabau, 2017
dibuat sampai 2018
 Kulonprogo, 2019

8 inovasi layanan PT KAI Peningkatan Sarana Prasarana

Online Check-in Sistem Toilet ala Hotel Peluncuran kereta api


ticketing mandiri Boarding Berbintang Lokomotif baru
rangkaian panjang

 Peremajaan 882 gerbong kereta yang sudah


berumur di atas 30 tahun secara bertahap hingga
tahun 2019
 Kereta kelas bisnis akan dihilangkan
 Perawatan secara berkala
Stiker informasi di Pengumuman Video informatif  Khusus perawatan prasarana: perawatan serempak
Lifestyle station dinding kereta ala pesawat & menghibur secara tematik di setiap Daop dan Divre
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
JUMLAH PL DAN PLH TAHUN 2010 S.D 2016
120
Kinerja Keselamatan
100
masih fluktuatif dan
80 belum konsisten
60

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Anjlok 70 53 54 55 58 82 61
Tabrakan 4 1 3 0 3 8 2
Melanggar Sinyal 0 0 4 5 8 10 8
Tabrakan Teoritis 0 0 0 0 1 1 0
Lain-Lain 2 0 0 1 0 0 0
Total PL/PLH 76 54 61 61 70 101 71
Toleransi 90 68 40 30 30 30 30

POSISI 09 NOVEMBER 2016

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Via SMS :
08211 555 7272

Aplikasi SRI (Safety Railway Information) :


merupakan sistem informasi yang mengelola data safety di PT KAI (Persero)
melalui media pelaporan potensi bahaya dari seluruh daerah untuk
selanjutnya dilakukan pemantauan dan pencegahan, serta media sosialisasi
mengenai Informasi Keselamatan dari Direktorat Keselamatan dan
Keamanan kepada seluruh pegawai.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


MODUL-MODUL APLIKASI SRI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


MODUL-MODUL APLIKASI SRI
NO MODUL KETERANGAN
1 Pelaporan Potensi Bahaya Pelaporan potensi bahaya yang dapat dilakukan oleh seluruh pegawai
PT KAI untuk kemudian dilakukan verifikasi dan klarifikasi tindak lanjut
untuk menyelesaikan laporan tersebut.
2 Prakiraan Cuaca Informasi prakiraan cuaca per hari berdasarkan data dari BMKG.
3 Informasi Keselamatan
a. Buku Review PL/PLH Informasi mengenai kejadian Peristiwa Luar Biasa dan Luar Biasa
Hebat.
b. Kegiatan Safety Informasi kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Keselamatan dan
Keamanan.
c. Laporan Investigasi PL/PLH Laporan investigasi atas Peristiwa Luar Biasa dan Luar Biasa Hebat.
d. Safety Induction File safety induction untuk semua pegawai.
4 Safety Dashboard Report*
*Pengembangan pada phase 2
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Menu Laporan Investigasi PL/PLH
Mengapa perlu adanya review?
Agar tidak terulang kembali peristiwa kejadian baik ditempat yang sama maupun
penyebab yang sama.

Agar investigasi kecelakaan didapatkan data yang sempurna maka dilakukan


langkah-langkah berikut:
1. Datang ke tempat kejadian untuk melakukan investigasi agar didapatkan
data yang aktual dan tepat;
2. Laporan tersebut dilaporkan ke Kantor Pusat;
3. Memasukan data PL/PLH ke aplikasi SRI;
4. Me-review penyebab terjadinya PL/PLH;
5. Mencari solusi;
6. Implementasi masukan-masukan/solusi agar tidak terulangnya kejadian.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Klik pada link EXIT ACTIVITY disebelah kanan
atas untuk mengakhiri Aktivitas.

PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)


ELEARNING.KERETA-API.CO.ID
JL. LASWI NO.23 BANDUNG - INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai