Anda di halaman 1dari 19

ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI KONVERSI MASSA

POLUTAN DENGAN TEKNOLOGI SCREENING

DISUSUN OLEH:

MOH. ARIF ROHMATULLAH (6014201005)

LUSI ULISFAH (6014201013)

MOH. SYAIFUDDIN (6014201016)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2020
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
1.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN...................................................................... 1
1.2.1. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 1
1.2.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.2.3. Bahasan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT ...................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.3.2 Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 PROSES SCREENING ............................................................................................. 3
2.2 TIPE SCREENING .................................................................................................. 3
2.3 PROSES DAN PROSEDUR DESAIN ......................................................................... 6
2.4 CONTOH DAN PENERAPAN UNIT.........................................................................9
BAB III ................................................................................................................................ 15
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 15
KESIMPULAN ................................................................................................................. 15
SARAN ........................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengolahan air secara lengkap dapat terbagi menjadi beberapa tahapan
pengolahan, yaitu pendahuluan (pre-treatment atau primary), tahap kedua
(secondary), dan tahap lanjutan (advanced treatment). Pembagian tahapan
pengolahan tersebut terbagi berdasarkan dimensi polutan.
Pengolahan tahap pendahuluan bertujuan untuk menghilangkan polutan
berdimensi besar, seperti sampah sanitary textile, plastik, kertas, kayu, logam,
alumunium, dan lain-lain (Hyaric dkk., 2009).
Jenis pengolahan pada tahap pendahuluan pada umumnya didominasi oleh
pengolahan secara fisik seperti screening (penyaringan kasar), pencacahan
(comminution), penyisihan grit, dan prasedimentasi. Tahapan pengolahan air
limbah pada tahap pendahuluan, salah satunya metode screening memiliki
karakteristik dan jenis yang berbeda-beda.
Screening merupakan unit operasi terdepan dalam suatu instalasi pengolahan
air dengan bukaan (opening) yang ukurannya beragam, terdiri dari batang-batang
besi yang disusun paralel. Screening ditempatkan pada saluran air yang terbuka
yang menghubungkan sumber air menuju bak pengumpul.

1.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN


Pada makalah ini, pembahasan teknologi pengolahan air berfokus pada
teknologi screening yang sudah diterapkan pada instalasi pengolahan air secara
umum.
1.2.1. Identifikasi Masalah
Penerapan teknologi screening tidak akan maksimal dalam implementasi atau
penerapannya di lapangan apabila tidak memahami standar teknologi yang sudah
diterapkan dan dikembangkan. Kajian terbaru dari teknologi ini perlu terus

1
dibahas, seperti pengolahan, proses, prosedur, aplikasi, dan permasalahan yang
dihadapi selama penerapannya di lapangan.
1.2.2. Rumusan Masalah
Kajian teknologi screening berdasarkan teori dan penerapannya di lapangan,
dalam hal ini kajian dari tulisan ilmiah atau jurnal dilakukan untuk mengetahui
perkembangan atau kendala serta temuan yang diperoleh selama implementasi di
lapangan.
1.2.3. Bahasan Masalah
Pembahasan teknologi screening dijelaskan secara baik kemudian
dibandingkan dengan implementasinya

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


1.3.1 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk membahas beberapa hal, yaitu:
parameter fisik, teori pengolahan fisik yaitu screening, proses, prosedur disain,
dan aplikasinya.
1.3.2 Manfaat
Mengevaluasi dan menjelaskan parameter-parameter penting dalam teknologi
pengolahan air dengan metode screen (saringan) dan penerapannya di lapangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROSES SCREENING


Dalam proses pengolahan air limbah, screening dilakukan pada tahap paling
awal, yaitu pre-eliminary treatment. Saringan (screen) adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menahan padatan yang ditemukan di influent air limbah menuju
IPAL atau pada sistem pengumpulan air limbah kombinasi menuju overflow,
khususnya dari stormwater (Metcalf dan Eddy, 2003).
Fungsi utama dari screening adalah untuk menyaring benda-benda padat dan
kasar (floating material) yang ikut terbawa dalam air buangan agar benda-benda
tersebut tidak mengganggu aliran dalam saluran dan membahayakan atau
merusak alat-alat, misalnya pompa, valve dan lainnya, serta mengganggu proses
pengolahan air selanjutnya yaitu pada primary sedimentation (Bhargava, 2016),
dan mencegah timbulnya kerusakan atau penyumbatan (clogging) pada saluran
dan pompa.
Hasil penelitian dari Saju, et al (2020) menunjukkan bahwa dengan adanya bar
screen pada awal pengolahan air dapat mengurangi kandungan COD, BOD, dan
TDS. Pengurangan kandungan tersebut akan lebih maksimum jika dilakukan
pembersihan bar screen setiap 12 jam.

2.2 TIPE SCREEN


Screen dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe berdasarkan perbedaan bukaan
atau jarak antar bar atau batang screen, yaitu saringan kasar (coarse screen) dan
saringan halus (fine screen). Screen terdiri dari batang baja yang di las pada kedua
ujungnya terhadap dua batang baja horizontal. Elemen saringan dapat terdiri atas
bar yang susunannya paralel, batang atau kawat, kisi, perforated plate, dan
bukaan dapat berbentuk apa saja namun secara umum berbentuk bulat atau
persegi panjang. Metode pencucian saringan kasar dapat dibedakan menjadi dua
yaitu manual (hand cleaned) dan mekanik (Metcalf and Eddy, 2003).

3
2.2.1 SARINGAN KASAR (COARSE SCREEN)
Saringan Kasar (coarse screen) digunakan untuk menjaga alat-alat dan
biasanya digunakan dalam unit pengolahan pertama. Tipe yang umum digunakan
antara lain: bar rack atau bar screen, coarse woven – wire screen dan
comminutor. Saringan kasar mempunyai bukaan antara 6-150 mm.
Coarse Screen / Saringan Kasar berguna untuk melindungi pompa, valve,
perpipaan dan peralatan lainnya dari kerusakan atau tersumbat oleh sampah.
Berdasarkan cara pembersihannya, coarse screen dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Hand-cleaned coarse screens
Di instalasi pengolahan air / limbah ukuran kecil hingga menengah,
saringan jenis ini biasanya ditempatkan sebelum pompa (di depan pompa) dan
biasanya digunakan sebagai cadangan, bila saringan mekanis sedang bermasalah.
2) Mechanically cleaned bar screens
Screen jenis ini dibagi menjadi 4, yaitu : chain driven, reciprocating rake,
catenary, dan continuous belt.

2.2.2 SARINGAN HALUS (FINE SCREEN)


Saringan halus mempunyai bukaan (opening screen) 2,3 – 6 mm. Biasanya
untuk saringan halus pembersihannya dilakukan secara mekanis. Beberapa tipe
screen yang sangat halus (micro screen) juga telah banyak dikembangkan untuk
dipakai pada pengolahan sekunder.
Saringan halus (fine screen) terdiri dari fixed screen dan moveable screen.
fixed screen dipasang secara permanen dengan posisi vertical, miring atau
horizontal. Moveable screen harus dibersihkan secara berkala. Kedua tipe ini
dapat menghilangkan padatan tersuspensi, lemak dan kadang dapat
meningkatkan oksigen terlarut (DO) air limbah.
Saringan halus terkadang digunakan setelah saringan kasar dimana
penyisihan padatan yang tinggi dibutuhkan untuk melindungi peralatan proses,

4
mengeliminasi materi yang dapat menghambat keuntungan penggunaan kembali
dari biosolids (Metcalf dan Eddy, 2003).
Saringan halus dapat diaplikasikan pada berbagai lokasi, di antaranya: saat
pengolahan pendahuluan (setelah bar screen), pengolahan awal (sebagai
pengganti water clarifier awal) dan pengolahan buangan campuran.

➢ Saringan halus untuk pengolahan pendahuluan dan pengolahan primer


• Static wedge wire screen
Bukaan saringan 0.2 – 1.2 mm, debit air 400 – 1200 L/m2.mnt, headloss
1.2 – 2 m. Metode pembersihan : 1 – 2 x/hari dibersihkan dengan air panas
bertekanan, uap air atau zat penghilang grease.
• Rotary drum
Debit air yang dapat diolah : 0.03 – 0.8 m3/dtk (aliran roda bergerak ke
dalam) atau < 0.13 m3/dtk (aliran roda bergerak ke luar). Diamater
saringan 0.9 – 2 m dan panjang 1.2 – 4 m.
• Step screen
Bukaan saringan 3 – 6 mm.

➢ Saringan halus untuk pengolahan buangan campuran


Terdapat 2 tipe utama pada screen ini yaitu horizontal reciprocating
screen dan tangential flow screen.

Gambar 2.1. Diagram pembagian jenis-jenis screen

5
Menurut Bhargava (2016), jenis – jenis screen pada unit instalasi pengolahan
limbah maupun pengolahan air minum dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Screen


Screen category Size of openings Application Types of screens
(millimeters)
Coarse screens ≥6 Remove large solids, rags, - Manually cleaned bar
and debris. screens/ trash racks
- Mechanically cleaned bar
screens/ trash racks
- Chain or cable driven
with front or back cleaning
- Reciprocating rake
Screens
- Catenary screens
- Continuous
self-cleaning screens
Fine screens 1.5-6 Reduce suspended solids - Rotary-drum screens
to primary treatment - Rotary-drum screens
levels with outward or inward
flow
- Rotary-vertical-disk
Screens
- Inclined revolving disc
Screens
- Traveling water screens
- Endless band screen
- Vibrating screens
Very fine screens 0.2-1.5 Reduce suspended solids
to primary treatment
levels
Micro screens 0.001-0.3 Upgrade secondary
effluent to tertiary
standards
Sumber : Bhargava, (2016)

2.3 PROSES DAN PROSEDUR DESAIN


Bar screen biasanya digunakan untuk fasilitas pengolahan air
limbah/pengolahan air minum dengan skala sedang atau skala besar. Bentuk bar
screen dirancang sedemikian rupa agar memudahkan untuk pembersihan serta

6
pengambilan material yang tersaring. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merencanakan bar screen antara lain yakni:
• Kecepatan atau kapasitas rencana.
• Jarak antar bar.
• Ukuran bar (batang).
• Sudut Inklinasi.
• Head loss yang diperbolehkan.
Menurut cara pembersihannya ada yang secara manual (biasanya untuk
coarse screen) dan ada yang secara mekanis (untuk fine screen).

Tabel 2.2 Kriteria Desain Bar Screen


PEMBERSIHAN PEMBERSIHAN
KRITERIA
MANUAL MEKANIS
ukuran batang (bar):
lebar (w), mm 5 – 15 5 – 15
kedalaman (D),mm 25 - 38 25 – 38
Jarak antar batang (b),mm 25 - 50 15 – 75
0
Slope batang dari vertical, (derajat) 30 – 45 0 – 30
Kecepatan melalui rack (v), m/detik 0.3 - 0.6 0.6 - 1.0
Headloss maksimum (hl),mm 150 150-600
Sumber: Metcalf & Eddy (2003)

Tabel 2.3 Faktor Bentuk Bar


TIPE BAR β
Sharp-edged rectangular 2.45
Rectangular with semicircular upstream face 1.83
Rectangular with semicircular upstream & downstream faces 1.67
Circular 1.79
Tear shape 0.76
Sumber : Qasim (1985)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan Bar Screen

a. Jumlah Bar
B = (n x w) + ((n + 1) x b)
Dimana :
B = Lebar saluran
b = Jarak antar batang

7
w = Diameter batang
n = banyak batang

b. Jumlah bukaan antar bar


s=n+1
Dimana :
s = Jumlah bukaan antar batang
n = Jumlah batang

c. Lebar bukaan antar bar total


Lt = b x (n + 1)

d. Panjang kisi yang terendam air :


h
Ls =
sin 
Dimana:
h = Ketinggian Muka Air

e. Kecepatan aliran melalui kisi


Q
V=
Lt x Ls
f. Head loss
HL = ß ( w/b)4/3 (V2/2g). sin θ

Persamaan di atas hanya berlaku untuk saringan (screen) yang bersih.


Untuk head loss melalui saringan bersih atau setengah kotor (partly
clogged) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑽𝟐−𝒗𝟐 𝟏
HL = (𝑪)
𝟐𝒈

Selain rumus di atas head loss melalui bar screen dapat dihitung
berdasarkan rumus orifice dan juga untuk menghitung headloss melalui
saringan halus sebagai berikut :

𝟏 𝑸
HL = 𝟐 𝒈 (𝑪𝑨)2

Dimana :
HL = head loss melalui bar screen (m)

8
V = kecepatan aliran sebelum melewati bar screen (m/detik)
v = kecepatan aliran pada saat melalui bar screen (m/detik)
W = lebar cross section maksimum dari bar screen yang menghadap
arah aliran (m)
b = Bukaan screen (clear spacing) minimum dari bar (m)
hv = Velocity head dari aliran yang menuju bar (m)
θ = sudut bar (batang) dengan horisontal (derajat)
Q = Debit aliran melalui screen (m3/detik)
A = Luas efektif bukaan screen yang tercelup (m2)
Cd = Koefisien discharge, besarnya 0,6 untuk screen bersih.
C = koefisien empirical discharge untuk menghitung turbulensi dan
losses, biasanya 0.7 untuk screen yang bersih dan 0.6 untuk screen
yang tersumbat.

2.4 CONTOH DAN PENERAPAN UNIT


Penggunaan unit screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Proses penyaringan ini
membantu untuk mencegah penyumbatan dan kerusakan pipa dan instalasi
pengolahan air limbah (Gupta et al., 2012). Penyaringan air limbah dengan
barscreen adalah salah satu metode pengolahan tertua dengan menghilangkan
polutan kotor dari aliran Limbah untuk melindungi peralatan/instalasi dari
kerusakan, menghindari gangguan pada operasi dan mencegah bahan apung yang
mengganggu operasi unit pengendapan utama. Perangkat skrining dapat terdiri
dari palang paralel, batang atau kabel, kisi, jaring kawat, atau pelat berlubang,
untuk menyaring material besar yang akan memasuki instalasi pengolahan.
Bentuk barscreen berbagai macam, tetapi umumnya melingkar atau persegi
panjang (Bhargava, 2016). Unit screening banyak diaplikasikan pada unit IPAL yang
mengolah air limbah yang banyak terdapat heavy slug of debris (Ali et al, 2018).
Aplikasi barscreen dalam pengolahan air/ air limbah harus dilakukan pemilihan
yang tepat berdasarkan ukuran karena sumber air yang akan diolah berbeda-
beda. Ukuran barscreen yang tidak tepat dapat meloloskan partikel yang dapat
mengganggu instalasi pengolahan air. Ukuran barscreen dipilih berdasarkan
komposisi sampah yang ada pada air/ air limbah yang akan diolah. Sampel sampah

9
yang tertahan di unit barscreen pada uji pendahuluan diambil dan dikumpulkan
secara terpisah kemudian dikarakterisasi sehingga didapatkan ukuran barscreen
yang sesuai dengan tujuan pengolahan (Hyaric et al., 2009). Beberapa jenis
penerapan barscreen di berbagai negara dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.4 Aplikasi barscreen dalam Pengolahan Air/ Air Limbah


No. Jenis Screen Aplikasi Jenis partikel Negara Sumber
tertahan

1. Mechanical barscreen IPAL Solid debris Korea Ali et al., 2018

2. Manual Screen Municipal Sanitary textile, fine Perancis Hyaric et al.,


(Coarse, middle, and wastewater fraction (<20 mm), 2009
fine screen) tumbuhan, kertas
dan karton, plastik
dan pecahan
lainnya.

3. Mechanical barscreen Municipal Tongkat, tampon, Pakistan Malik et al.,


wastewater kaleng, buah, 2009
tumbuhan, dll.

4 Mechanical barscreen Municipal Coarse Solid Hongkong Ruan et al,


wastewater 2019

5. Fine screen Manual Wastewater Aerated grit and Amerika CDM Smith,
and mechanical) treatment grease Serikat 2012

6. Manual Screen Water Coarse solid Indonesia Kusumadewi


treatment et al., 2019

Spellman (2010), menyatakan bahwa kemampuan unit screening


untuk menyisihkan partikel diskrit paling dipengaruhi oleh debit air yang melalui
unit tersebut. Kinerja screen juga bergantung pada jarak antara screen dan
frekuensi sistem raking (Pinheiro et al, 2008). (Ruan, 2019) dalam penelitianya
juga menyatakan bahwa unit screening juga mampu menghilangkan suspended
solid hingga 50%. Ali et al, (2018) melakukan analisa unit screening pada salah
satu unit IPAL di Korea, jenis yang digunakan adalah mechanical barscreen dengan
rake system sehingga dapat membersihkan barscreen dengan otomatis atau tidak
perlu dengan tenaga manusia. Desain screen ditingkatkan dengan memasang sub
screen yang berputar di bawah screen untuk mencegah limbah padat melewati

10
unit barscreen. Gambar unit barscreen dengan rake system dapat dilihat pada
Gambar berikut:

Gambar 2.2 Barscreen (Ali et al., 2018)


Jenis bar screen ini terdiri dari screen utama dan rake
system(penggaruk/pembersih screen) yang berjalan secara otomatis. Padatan
kasar yang lewat dari sekat jeruji melalui air limbah terperangkap oleh bar dari
sekat dari screen utama. Screen utama harus dibersihkan secara teratur untuk
mencegah penyumbatan pada barscreen, yang dapat menyebabkan air menjadi
overflow. Oleh karena itu, layar utama biasanya dibersihkan dengan sistem
penggaruk, yang dipasang dengan sistem roda gigi berpenggerak rantai (Spellman,
2010; Lee et al., 2014).
Penggunaan unit screening juga diterapkan pada IPAL yang digunakan untuk
mengolah limbah mikroplastik, Ruan, et al (2019) melakukan investigasi terhadap
IPAL yang berada didaerah Hongkong, China, flowchart unit yang dipakai dapat
dilihat pada gambar
Pada penelitian Ruan et al, (2019) unit screening yang digunakan pada
salah satu IPAL di Hongkong, China adalah mechanical barscreen. sebelum
dilakukan secondary treatment, air limbah melewati proses screening, degritting
dan primary sedimentation. Dalam proses ini, air limbah dialirkan melalui
mechanical barscreen dan aerated grit untuk menghilangkan padatan dan pasir.

11
Gambar 2.3 Flowchart IPAL di Hongkong, China
(Sumber : Ruan et al., 2019)

Berikut merupakan contoh perhitungan barscreen.


• Saluran inlet berbentuk persegi panjang dengan asumsi b = 2y
• n saluran = 0,013
• Kemiringan (S) = 0,001
• Lebar pintu air = 0,5 m
• Tinggi pintu air = 1 m
• Panjang saluran = 4 m
• Jarak antar bar (s) = 75 mm = 0,075 m
• Tebal bar screen = 5 mm
• Diameter (D) = 50 cm

Perhitungan dari saluran inlet tersebut adalah sebagai berikut:


Q rencana = 0,1 m3/detik
Jumlah saluran = 4 buah
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 0,1 3
𝑄 𝑏𝑎𝑘 = = = 0,025 𝑚 ⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 4
Apabila diasumsikan b = 2y, maka
𝐴 = 2𝑦 . 𝑦 = 2𝑦 2
𝑃 = 2𝑦 + 𝑦 + 𝑦 = 4𝑦

12
𝐴 2𝑦 𝑦
𝑅= = 2=
𝑃 4𝑦 2
Sehingga dapat diketahui nilai y dan b dari rumus:
1 2 1
𝑄= 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑆 2 𝑥 𝐴
𝑛
2
1 𝑦 3 1
0,025 = 𝑥 ( ) 𝑥 0,0012 𝑥 2𝑦 2
0,013 2
𝑦 = 0,533 𝑚 ≈ 0,6 𝑚; 𝑏 = 1,2; 𝑅 = 0,3 𝑚

0,6 m
1,2 m
V aliran-nya adalah sebesar:
1 2 1 1 2 1
𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑆 2 = 𝑥 0,33 𝑥 0,0012 = 0,42 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑛 0,013
Agar tidak terjadi pengendapan pada saluran, maka perlu dilakukan

kontrol kecepatan aliran. Syarat agar tidak terjadi pengendapan di saluran outlet

yaitu:

𝑉𝑠𝑐𝑜𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 < 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛

𝑑𝑝 = 1,3 𝑥 10−6

8 𝑥 𝑔 𝑥 (𝑆𝑠 − 1) 𝑥 𝑑𝑝 8 𝑥 9,81 𝑥 (2,65 − 1) 𝑥 1,3 𝑥 10−6


𝑉𝑠𝑐𝑜𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 = √ = √
𝑓 0,03
= 0,075 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa V scouring

(0,075 m/detik) < V aliran (0,42 m/detik) sehingga tidak terjadi pengendapan.

Pada saluran inlet yang berbentuk saluran terbuka juga terjadi head loss

dengan perhitungan sebagai berikut:

13
𝑉𝑚𝑎𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 = 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 = 0,42 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
1
1 2 𝐻𝑓 2
𝑣 = 𝑥 𝑅3 𝑥 ( )
𝑛 𝑙
1
1 2 𝐻𝑓 2
0,42 = 𝑥 0,33 𝑥 ( )
0,013 4
𝐻𝑓 = 0,04425 𝑚
a) Menentukan Qpeak
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 0,1 3
𝑄 𝑝𝑒𝑎𝑘 = = = 0,025 𝑚 ⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 4

b) Menentukan jumlah bar. Ukuran yang dipakai 1.6 m, jarak bar 20 mm, lebar
bar 15 mm,:
𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 − 𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑖𝑛𝑔 1600 𝑚𝑚 − 20 𝑚𝑚
𝑁𝑏𝑎𝑟𝑠 = =
𝐵𝑎𝑟 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ + 𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒 15 𝑚𝑚 + 20 𝑚𝑚
= 45 𝑏𝑎𝑟𝑠
Jumlah bar adalah 45 + 1 = 46
c) Qpeak yang diinginkan adalah 0,5 m/s
𝑄 0,025 𝑚3 /𝑠
𝑉𝑡ℎ𝑟𝑢 = 𝐴 = = 0,57 𝑚/𝑠 [SESUAI]
𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 0,66 m2
2 1 2 1
1 1
d) 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑆 2 = 𝑥 0,33 𝑥 0,0012 = 1,1 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑛 0,013

e) Headloss :
𝑘 [ (𝑣𝑡ℎ𝑟𝑢)2 −(𝑣𝐴𝑝𝑝𝑟𝑜𝑎𝑐ℎ)2 ] 1,67 [ (0,57)2 −(0,42)2 ]
𝐻𝑙 = = =
2𝑔 2 (9,81)

0,002 𝑚 𝑜𝑟 2 𝑚𝑚jabsljasbfskldn vskdjcbalsjbaslkbs

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. Saringan (screen) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menahan padatan
yang ditemukan di influent air limbah menuju IPAL atau pada sistem
pengumpulan air limbah kombinasi menuju overflow, fungsi unit dari unit ini
adalah untuk menyaring benda-benda padat dan kasar (floating material) yang
ikut terbawa dalam air buangan agar benda-benda tersebut tidak
menggganggu aliran dalam saluran dan membahayakan atau merusak unit-
unit selanjutnya
2. Screen dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe berdasarkan perbedaan bukaan
atau jarak antar bar atau batang screen, yaitu saringan kasar (coarse screen)
dan saringan halus (fine screen).
3. Kriteria yang harus diperhatikan dalam merencanakan bar screen antara lain
yakni kecepatan atau kapasitas rencana, jarak antar bar, ukuran bar (batang),
sudut inklinasi, head loss yang diperbolehkan.
4. Penggunaan unit screening sudah diterapkan di berbagai negara seperti di
China dan Korea.

SARAN
1.sDibutuhkan modifikasi untuk pada unit barscreen agar penghilangan
kandungan polutan menjadi lebih optimal.
2. Perencanaan dan perhitungan desain pada unit screening harus dilakukan
secara teliti dan presisi agar saat unit IPAL dijalankan mampu menghilangkan
padatan kasar secara optimal agar tidak menganggu unit lain setelah unit
screening

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H., Kim, K. W., Bang, S. G., Chae, H. B., Shin, S. W., & Park, C. W. (2019).
Numerical modeling of fluid–structure interaction between sewage water
flow and bar screen to improve the screening process. Water and
Environment Journal, 33(4), 560-573.

Bhargava, A. (2016). Physico-chemical waste water treatment technologies: an


overview. Int J Sci Res Educ, 4(5), 5308-5319.

CDM Smith. (2012). Piqua WWTP Facility Plan Update - final report.

Frechen, F.-B., Schier, W. & Wett, M. (2006) Pre-treatment of municipal MBR


applications in Germany—current status and treatment efficiency. Water
Pract. Technol. 1(3), 8

Gupta, V.K., Ali, I., Saleh, T.A., Nayak, A. and Agarwal, S. (2012) Chemical
treatment technologies for waste-water recycling—an overview. In
Spellman, F. R. (ed.). RSC Advances, pp. 6380–6388. Boca Raton.

Kusumadewi, R. A., Sani, I. K., & Winarni, W. (2019). The Use of Multi-criteria
Analysis in Selecting Water Treatment Units in Sadu Water Treatment Plant,
Bandung District, West Java Province, Indonesia. Journal of Community
Based Environmental Engineering and Management, 3(2), 65-78.

Le Hyaric, R., Canler, J. P., Barillon, B., Naquin, P., & Gourdon, R. (2009).
Characterization of screenings from three municipal wastewater treatment
plants in the Region Rhône-Alpes. Water Science and Technology, 60(2),
525-531.

Lee, Y.H., Lee, W.H., Kim, K.W., Ali, H., Cheema, T.A., Kwak, M.K. et al. (2014)
Numerical investigation of stress–strain and deformation characteristics
imposed upon automatic screener rakes. Materials Research Innovations,
18(S5), S5-17-S5-20.

Malik, H., Rashid, N., Khan, Z. M., & Maqbool, F. (2017). Low-cost municipal
wastewater treatment options for use in Pakistan–a review. Science Vision,
15(1), 71-78.

Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater engineering treatment and reuse. McGraw Hill
Education

Pinheiro, D. M., Ratusznei, S. M., Rodrigues, J. A. D., Zaiat, M. and Foresti, E.


(2008) Fluidized ASBR treating synthetic wastewater: effect of recirculation
velocity. Chemical Engineering and Processing: Process Intensification,
47(2), 184–191.

16
Ruan, Y., Zhang, K., Wu, C., Wu, R., & Lam, P. K. (2019). A preliminary screening of
HBCD enantiomers transported by microplastics in wastewater treatment
plants. Science of The Total Environment, 674, 171-178.

Saju JA, Rubel SNR, Rahman MM, Nayan SB, Bagchi R. 2020. Effectiveness of
Manual Bar Screen in Separating Solid Waste from Municipal Sewers of
Khulna City. Australian Journal of Engineering and Innovative Technology.

Spellman, F. R. (2010) Spellman’s Standard Handbook for Wastewater Operators.


Boca Raton: CRC Press. Wilcox, D.C. (1994) Simulation of transition with a
twoequation turbulence model. AIAA Journal, 32(2), 247–255.

17

Anda mungkin juga menyukai