Anda di halaman 1dari 1

Ahad, 23 Juni 2019

Pernah punya pengalaman ngirim barang lewat paket?

Apa yang kita lakukan ketika menitipkan barang untuk diantar?

Kita akan datang ke bagian customer service, lalu kita berikan barang itu. Seusai itu petugas akan
mencatat alamat tujuan dan mencatata siapa penerima, pengirim dan apa isi paket tersebut.

Semua orang pasti akan berpesan kepada anaknya; pandai-pandailah membawa diri. Setiap kita
sejatinya sedang membawa diri kita, pertanyaannya siapakah diri kita? Diri kita adalah titipan Allah.
Allah menitipkan diri ini untuk kita bawa ke surga. Itu adalah amanah Allah. Jika kita dapat
membawa diri ke surga, maka kita adalah orang yang amanah. Sebelum masuk surga, dir kita akan
dilihat terlebih dahulu. Bayangkan kalau seandainya ada orang yang menitipkan ijazah ke kita, lalu
ternyata saat sampai kepada kita, ijazah itu dalam keadaan lusuh dan terlipat. Lalu kita akan protes
kepada sekolah, lalu sekolah akan protes kepada agen pengiriman tersebut.

Allah pun kelak akan melihat diri kita, lebih tepatnya adalah isi dari diri kita, apakah ia telah sesuai
dengan apa yang dulu telah Allah titipkan. Kalaulah posisi kita ini sebagai petugas pembawa diri,
maka yang kita kenali adalah isi diri kita agar bisa kita perlakukan sesuai isinya.

Orang akan memperlakukan diri dengan baik ketika ia tahu apa isi dirinya.

Diri dalam hal ini adalah ruhani. Mengenali diri = mengenali ruhani.

Kalau begitu, ada beberapa pilihan. Bisa jadi ada orang yang fisiknya sama namun isinya berbeda.

Bicara tentang tubuh ruhani itu ada 4; akal, jiwa, hati dan nafsu. Namun diantara keempatnya, ada
satu yang mendominasi. Ada yang dominan akal, ada yang dominan jiwa, ada yang dominan hati,
ada yang dominan nafsu, namun ada jenis manusia langka yang keempatnya seimbang.

Cara untuk mengetahui kekuatan jiwa adalah melalui rasa.

Manusia yang akalnya kuat adalah manusia yang pemikir. Dia memikirkan masa depan, lalu
menyusun rencana, dsb.

Manusia yang kuat nafsunya adalah manusia yang menilai hidup sebagai sesuatu yang harus
menyenangkan.

Manusia yang seimbang keempatnya, maka kesannya adalah serba tanggung. Bilang rindu sama
akhirat, tapi kok ya lihat makanan enak rasanya ingin makan. Orang yang seperti ini bisa berubah,
tergantung pada lingkungannya, atau bisa pula lewat pendidikan.

Pesantren ingin agar kita lebih mengenal diri kita.

Hidup adalah iman dan amal shalih

Anda mungkin juga menyukai