Perhitungan Stabilitas dengan-Metode-Benyamin Spence
Perhitungan Stabilitas dengan-Metode-Benyamin Spence
4
sebagai fungsi dari displacement kapal; (lihat Gambar 5). Langkah kerja
pembuatan panto carena adalah:
1) Penggambaran body plan kapal secara utuh,
2) Pengukuran ordinat penampang garis air kapal oleng,
3) Perhitungan luas dan titik pusat penampang garis air kapal
oleng,
4) Perhitungan volume, displacement, dan lengan momen gaya
tekan kapal oleng, dan penggambarn panto carena.
Tabel 1. Perhitungan luas dan titik pusat penampang garis air kapal oleng
Keterangan:
l = jarak antar section; lazimnya adalah LBP/20
la = jarak section tambahan di bagian ujung buritan yang nilainya tidak sama
dengan l.
lf = jarak section tambahan di bagian ujung buritan yang nilainya tidak sama
dengan l.
FS = faktor Simpson
7
Nilai luas penampang garis air (AWL) dan jarak titik pusatnya
terhadap sumbu kk (k) dicatat pada tabel perhitungan volume dan lengan
momen gaya tekan; (lihat Tabel 2). Jarak titik pusat penampang garis air
kapal oleng f terhadap sumbu kk (kf) diillustrasikan pada Gambar 5.
D = Vc (1)
D = dicplacement (ton)
V = volume (m3)
= berat jenis air laut (ton/m3)
= 1,025
c = faktor kulit kapal
= 1,00675 – 1,0075 untuk kapal baja (Van Lammeren, 1970,
Buoyancy and Stability of Ship, halaman 23)
Untuk keperluan penggambarn panto carena (cross curve),
volume, displacement, dan lengan momen gaya tekan untuk setiap kondisi
keolengan dihitung pada beberapa variasi sarat kapal dengan cara seperti
pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Perhitungan volume, displacement, dan lengan momen gaya
tekan
9
Tabel 3. Data panto carena
10
Sebagai fungsi dari displacement dan sudut oleng kapal, lengan
momen gaya tekan (NK sin) digambarkan dalam bentuk kurva seperti
pada Gambar 5, satu kurva untuk setiap satu posisi keolengan kapal.
11
dan titik berat kapal kosong bersifat tetap, resultan titik beratnya bisa
berubah sesuai dengan perubahan jumlah dan posisi muatannya.
Persamaan yang digunakan untuk perhitungan titik berat adalah:
CG = w.cg / w (3)
2.2.2.1. Berat kapal kosong (LWT). Berat kapal kosong terdiri dari tiga bagian
besar, yaitu: berat lambung dan bangunan atas, berat permesinan, dan
berat perlengkapan. Langkah kerja untuk perhitungan berat dan titik berat
kapal kosong adalah:
12
Tabel 4. Berat dan titik berat kapal kosong
13
2.2.2.2. Berat muatan (DWT). Muatan kapal, antara lain adalah: muatan komersil
(payload), bahan bakar, minyak lumas, air tawar, awak kapal, perbekalan
dan barang bawaan awak kapal. Karena jumlahnya tidak tetap, berat dan
14
titik berat dihitung untuk sekurangnya empat variasi pemuatan, yaitu: 25%
DWT, 50% DWT, 75% DWT, dan 100% DWT.
15
Tabel 5. Kapasitas ruang muat
16
Untuk memudahkan penentuan posisi titik berat muatan sesuai
variasi jumlahnya, kurva tinggi muatan dan titik beratnya sebagai fungsi
dari volumenya atau volume ruang muatnya dibuat seperti contoh pada
Gambar 6.
17
Tabel 6. Berat dan titik berat muatan
2.2.2.3. Variasi total berat dan ttik berat kapal. Total berat kapal jumlah berat
kosong (LWT) dengan muatannya (DWT). Sesuai dengan variasi jumlah
muatannya, total berat (W) dan resultan titik berat kapal terhadap
lunasnya (KG) dihitung dengan cara seperti contoh pada Tabel 7 berikut
ini.
18
Tabel 7. Berat dan titik berat kapal
19
2.2.3. Lengan Stabilitas
Keterangan:
2)
nilainya diperoleh dari panto carena; lihat Gambar 5.
3)
nilainya diperoleh dari perhitungan berat dan titik berat; lihat Tabel 7.
20
a) Garis miring yang menyinggung kurva lengan stabilitas statis
21
RM = momen stabilitas (ton.m)
D = displacement (ton)
NK sin = lengan momen gaya tekan
Besarnya momen stabilitas harus dibandingkan dengan momen
pengganggu (heeling moment). Salah satu momen pengganggu adalah
momen angin. Besarnya momen angin dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini; (Van Lammeren, 1970, Buoyancy and Stability of
Ship, halaman 85).
MW = cos2 ½ vw2 A a (7)
MW = momen angin (ton.m)
= sudut oleng (0)
= faktor kondisi ; 1,2 …
1,3
= massa jenis udara ; 0,132 kg dt2/m4
vw = kecepatan angin (m/dt2)
A = luas proyeksi bidang tangkap angin pada kapal (m2)
a = jarak vertikal titik pusat bidang tangkap angin terhadap
titik pusat bidang lateral kapal (m)
22
Momen stabilitas dan momen angin dengan format seperti contoh
pada Tabel 9, masing-masing dihitung dengan menerapkan persamaan (6)
dan (7).
23
Gambar 9. Momen stabilitas dan momen pengganggu
24
bawah kurva lengan stabilitas di antara sudut oleng 30 o dan
40o tidak boleh kurang dari 0,03 meter radian.
2) Lengan stabilitas harus sekurangnya 0,2 meter pada sudut
oleng sama dengan atau lebih besar dari 30 o.
3) Lengan stabilitas maksimum harus terjadi pada sudut oleng
tidak kurang dari 25o.
4) Tinggi metasentra awal tidak boleh kurang dari 0,15 meter.
Data yang digunakan untuk evaluasi stabilitas adalah kurva
lengan stabilitas; lihat Gambar 7. Luas di bawah kurva lengan stabilitas
dihitung dengan menerapkan “Simpson’s First Rules”; (lihat Van
Lammeren, 1970, Buoyancy and Stability of Ship, halaman 29).
Evaluasinya diusun dengan format seperti pada Tabel 10 berikut ini.
25