Anda di halaman 1dari 1

NAMA : INDAH PUJIASTUTY

NIM : 18311445

Pada surat Al-Hijr ayat 29 yang artinya “Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.” Yang berarti Allah S.W.T telah meniupkan roh kepada manusia,
maka manusia harus mersujud hanya kepada Allah S.W.T. Selanjutnya dalam surah Al-Qiyamah
ayat 36 menjelaskan bahwa manusia tidak dibiarkan hidup begitu saja di bumi ini, melainkan
manusia memiliki tanggungjawab yang harus dipenuhi, yaitu beribadah pada Allah S.W.T.

Selain konsep "individu manusia" ini, ada juga dalam Islam "manusia kolektif" yang
jelas dikenali. Ia harus memenuhi kebutuhan rezeki orang miskin, bahkan dituntut untuk
menyerahkan hidupnya demi kelangsungan hidup umat Islam. Dalam visi Islam, semuanya harus
diberi tempat yang tepat. Manusia yang merupakan makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian di
bumu ini. Karena itu islam menganjurkan umat islam untuk memelihara kesatuan (unity),
memelihara keseimbangan (Equilibrium), dan Kebebasan yang dibatasi (Free Will).
Dalam surah Al fushilat ayat 53 menjelaskan bahwa Allah S.W.T lah yang telah
menciptakan dunia ini beserta isinya, maka manusia harus menyembahnya. Sehingga kita
disatukan dengan agama allah menjadi satu kesatuan (unity). Pada surah Al-Mulk ayat 3-4
menjelaskan tentang betapa seimbangnya Allah S.W.T menciptakan langit dan bumi, kita
sebagai manusia haruslah dapat menmelihara keseimbangan (equilibrium) alam di bumi ini.
Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinal terhadap filsafat sosial adalah konsep manusia
"bebas". Hanya Tuhan yang benar-benar gratis, tetapi, dalam batas-batas skema Penciptaan-Nya,
manusia juga relatif bebas.
Karakter khas etika Islam sebagian besar bersandar pada konsepsinya tentang manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan, dirinya sendiri, Semesta dan masyarakat. Melalui
multidimensionalitas esensial kepribadian yang terintegrasi; Islam menunjuk pada orang yang
bertanggung jawab yang bebas untuk mewujudkan karakter teomorfisnya. Dia harus dibimbing
oleh tujuan yang sadar, menggunakan sepenuhnya kebijaksanaannya secara seimbang.
Dengan demikian, manusia, dalam perspektif Islam, harus berwawasan ke depan dan
dinamis, kualitas yang berasal dari kesadarannya yang mendalam tentang sifat yang menentukan
dari tindakannya dan rasa tanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai