Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN COVID DI RUANG KENANGA


RSUD TUGU REJO SEMARANG

Disusun Oleh:

Ganang Listiyono
202002040019

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

COVID -19

A. COVID – 19
1. Pengertian
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh Serve acute respiratory syndrome virus 2 (SARS-
CoV-2). Atau yang sering disebut virus corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi
tinggi dan merupakan pathogen zoonotic yang dapat menetap pada manusia dan
binatang dalam presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala
ringan sampai berat, bahkan sampai kematian. Penyakit ini harus diwaspadai karena
penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat mortalitas yang tidak dapat diabaikan,
dan belum adanya terapi definitif. Masih banyak knowledge gap dalam bidang ini
sehingga diperlukan studi-studi lebih lanjut.
Corona virus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta .
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. (Susilo.2019)

2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E, (alphacoronavirus), HCoV-OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus),
SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (KEMENKES
2020).
3. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) adalah
a. Kontak erat dengan pasien penderita covid -19
b. Tinggal satu rumah dengan pasien covid - 19
c. Riwayat perjalanan ke area terjangkit.
d. Berada dalam satu lingkungan (zona merah) namun tidak kontak dekat (dalam
radius 2 meter)
e. Wanita hamil
f. Usia > 50 tahun
g. Neutrofilia
h. Penyakit penyerta :
1) Pasien imunokompromais, seperti HIV
2) Hipertensi
3) Diabetes Mellitus
4) Penyakit keganasan seperti kanker paru
5) Penyakit kardiovaskuler seperti gagal jantung
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Disfungsi koagulasi dan organ
8) lnjutkan

4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa
sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan
pembauan atau ruam kulit. Dan yang terbaru yaitu happy hypoxia/silent hypoxia,
dimana pasien mengalami hypoxia (kekurangan oksigen) tanpa mengalami gejala
apapun. Bahkan ia bisa merasakan sehat-sehat saja.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%
kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang
termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan
mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1
minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal
jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan
jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan
(KEMENKES 2020).

5. Patofisiologi
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia
dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari,
dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan
tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus
pada sekret yang tinggi.
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang
yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet
berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan
juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di
sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat
terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi
(misalnya, stetoskop atau termometer).
Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam
sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset
gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan
penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena
memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak
bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih
ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. (KEMENKES, 2020).
6. Pathways

Covid - 19

Etiologi : Coronavirus

Mutasi virus tinggi, merusak paru, terjadi radang pada paru

Kerusakan pd bronkus dan alveolus Pertama kali danial


infeksi terkonfirmasi
covid
Batuk, indra penciuman, Muncul
demam
pengecapan tdk berfungsi pikiran
Pasien kurang mengetahui negatif
hipertermi SPO2 menurun. Juga PO2, tentang covid, penyebaran
PCO2 menurun dan pengobatannya

Ansietas
Happy Kesiapan
Kadang lemas
hypoxia meningkatkan
sesak
manajemen
kesehatan

Aktivitas mobilisasi Gangguan


menurun pertukaran gas

Asupan serat
kurang

Resiko konstipasi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin pemeriksaan cairan
darah yang berhubungan dengan sel sel darah dan biokimiawi yang
berhubungan sengan sel sel darah, fungsi ginjal yaitu prosedur pemeriksaan
untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja dan untuk mendeteksi
gangguan ginjal tersebut (tes urine, ureum keratinin darah), elektrolit yaitu
untuk mengetahui tingkat kalium dalam darah, analisis gas darah yaitu untuk
memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah mengalirkan o2
dan co2 dari dan keseluruh tubuh, hemostasis yaitu untuk mendiagnosa
diatesis hemorohgik(kelainan perdarahan), laktat yaitu untuk mengetahui
kadar asam laktat didalam darah, dan prokalsitonin yaitu untuk mengetahui
infeksi bakteri dengan atau tanpa sepsis. Pemeriksaan lab dapat dikerjakan
sesuai dengan indikasi.
b. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan
Computed Tomography Scan (CTscan) toraks. Pada foto toraks dapat
ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis
c. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2
1) Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misal racun, kuman atau
virus yang dapat masuk kedalam tubuh, pemeriksaan antigen dilakukan
dengan cara mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan
melalui proses swab.
Setelah antigen terdeteksi, sistem imun akan memproduksi antibodi untuk
memusnahkannya. Keberadaan antibodi untuk membasmi virus corona
bisa dideteksi melalui raapid test antibodi. Tes ini dilakukan paling awal,
hasil test tersebut adalah reaktif(positif) dan non reaktif(negatif).
2) Pemeriksaan Virologi
3) Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran napas atas (swab
nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah (sputum,
bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal).

8. Penatalaksanaan
a. Terapi Etiologi/Definitif
Berikut adalah obat-obat yang diduga dapat bermanfaat untuk COVID-19:
1) Lopinavir/Ritonavir (LPV/r)
2) Remdesvir (RDV)
3) Klorokuin (CQ/CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)
4) Favipiravir (FAVI)
5) Umifenovir (Arbidol)
6) Oseltamivir
7) Interferon-α (IFN-α)
8) Tocilizumab (inhibitor reseptor IL-6)
9) Meplazumab/antibodi anti-CD147
10) Nitazoxanide
b. Manajemen Simtomatik dan Suportif
1) Oksigen
Pasien kritis Kebutuhan kadar O2 tinggi = terapi oksigen awal dengan
masker reservoir 15 L/menit, ketika stabil kurangi O2 dengan target
saturasi 94-98 %
2) Antibiotik
Obat antibiotik yang biasa digunakan pasien covid adalah Azithromycin
adalah obat untuk mengobati infeksi bakteri diberbagai organ dan salah
satunya bagian tubuh pernafasan
3) Kortikosteroid
4) Vitamin C
Vitamin bermanfaat untuk meningkatkan kekebelan tubuh. Dengan
mengkonsumsi vitamin C mampu meningkatkan kinerja sel darag putih,
mengurangi kerusakan jaringan dan sel, serta mampu mengurangi
perkembangbiakan virus.
5) Ibuprofen dan Tiazolidindion
6) Profilaksis Tromboemboli Vena
7) Plasma Konvalesen
8) Imunoterapi
9) Anti keagulan
c. Manajemen Pasien COVID-19 yang Kritis
HFNC singkatan dari High flow Nassal Canula alat yang bisa digunakan untuk
pasien Covid 19 untuk tahap awal jika pasien masih bisa dalam kondisi nafas
sendiri. Alat ini mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus
diinkubasi menggunakan ventilator invasif.
Ventilator adalah sebuah mesin alat bantu pernafasan yang menyediakan
ventilasi mekanis dengan menggerakkan udara yang bernafas ke dalam dan
keluar paru paru, untuk memberikan napas kepada pasien yang secara fisik
tidak dapat bernafas. Alat ini digunakan pada pasien yang memiliki kasus
berat, seperti gangguan paru paru berat (covid 19, asma berat, pneumonia,
PPOK, edema paru)
1) Terapi cairan konservatif;
2) Resusitasi cairan dengan kristaloid;
3) Norepinefrin sebagai lini pertama agen vasoaktif pada COVID-19 dengan
syok;
4) Antibiotik spektrum luas sedini mungkin pada dugaan koinfeksi bakteri
sampai ditemukan bakteri spesifik;
5) Pilihan utama obat demam adalah acetaminofen;
6) Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan plasma konvalesen
COVID-19 telah dilaporkan, tetapi belum direkomendasikan rutin;
7) Mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk mencegah ulkus dekubitus;
8) Berikan nutrisi enteral dalam 24-48 jam pertama.
d. Ventilasi Mekanik pada COVID-19
1) Pertahankan volume tidal rendah (4-8 mL/kg beratbadan prediksi);
2) Target plateau pressure (Pplat) < 30 cm H2 O; • PEEP lebih tinggi pada
pasien ARDS berat, waspada barotrauma;
3) Ventilasi posisi pronasi selama 12-16 jam (dikerjakan tenaga ahli);
4) Agen paralitik dapat diberikan pada ARDS sedang/ berat untuk proteksi
ventilasi paru. Hindari infus kontinu agen paralitik. Bolus intermiten lebih
dipilih;
5) Untuk hipoksemia refrakter, dipertimbangkan venovenous extracorporeal
membrane oxygenation (VV ECMO).

9. Pencegahan
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan meliputi
pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi
dasar.
a. Vaksin 3
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin guna
membuat imunitas dan mencegah transmisi.
b. Deteksi dini dan Isolasi 2
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah berkontak
dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas
kesehatan.
c. Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi 1
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah melakukan
proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau
sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk
atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki
keluhan yang sesuai kategori suspek.
d. Alat Pelindung Diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri (APD)
merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama
penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker
wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun nonsteril lengan
panjang.

10. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, terdapat komplikasi lain
seperti gangguan ginjal akut, jejas kardiak, disfungsi hati, dan pneumotoraks.
Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular
diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan pasien : demam, batuk, sesak
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terpapar/ contak dengan pasien covid -19 secara langsung, memiliki
penyakit penyerta
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini dapat menjelaskan riwayat penyakit yang diderita keluarga dan
pasien juga ikut mengalaminya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut merata,
kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekantidak ada.
2) Wajah, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
3) Mata, Konjungtiva anemis/tidak, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada,nyeri
tekan tidak ada.
4) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada, fungsi hidung dapat mencium aroma
dengan baik
5) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
6) Mulut dan Gigi, Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan cukup,lidah
bersih, pembesaran tonsil tidak ada. Fungsi lidah di mulut dapat membedakan
rasa makanan yang dikonsumsi
7) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada
8) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing, ronkhi dan retraksi otot
dada, perkusi dada yaitu mengetuk jari pada sejumlah area di permukaan dada
maupun punggung atas.
9) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8
x/menit,pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada, asites
tidak ada.
10) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir tetapi
lemah.
2. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Ansietas b.d ancaman kematian/ krisis situasional
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi
c. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
d. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
e. Ganggua pola nafas b.d hiperventilasi

3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas b.d ancaman kematian/ krisis situasional
Intervensi keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui kondisi umum klien
2) Monitor tanda-tanda ansietas
Rasional : mengetahui tingkat cemas klien
3) Berikan terapi relaksasi benson
Rasional : menurunkan tingkat ansietas
4) Berikan terapi relaksasi murrotal
Rasional : menurunkan tingkat ansietas
5) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan tingkat ansietas
6) Berikan terapi musik
Rasional : menurunkan tingkat ansietas
7) Berikan informasi tentang Ansietas/penyakit
Rasional : memberikan informasi terkait informasi atau penyakit
8) Berikan obat antiansietas jika di perlukan
Rasional : menurunkan ansietas
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi
Intervensi keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui kondisi umum klien
1) Monitor jalan pernapasan
Rasional : mengetahui jalan napas klien
2) Posisikan semi fowler
Rasional : memberikan posisi yang nyaman
3) Ajarakan inhalasi
Rasional : membantu dalam mengatasi sesak
4) Ajarkan etika batuk
Rasional : untuk mengurangi penyebaran virus
5) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
Rasional : membantu dalam mengurangi kekentelan dahak
c. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
Intervensi keperawatan
1) Kaji ketidaktahuan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien
Rasional : mengetahui kurangnya informasi yang didapatkan
2) Edukasi penyebaran virus covid
Rasional : agar tidak terinfeksi virus kembali
3) Edukasi PHBS
Rasional : membantu meningkatkan manajemen kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES RI.2020. Revisi Ke-5 Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian


Coronavirusvirus Disease (COVID-19). Jakarta
REV-05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020_1.pdf
Murwani, Arita. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan Kedua. Yogyakarta :
Penerbit fitra maya
Nurarif, A.H dan Hardhi K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Mediaction : Yogyakarta.
Riyadi, Sujono. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin Pada Pankreas. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Susilo, Adityo. 2019. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai