Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam penerapan ISO 9001:2015 dinilai mampu menjadi salah satu faktor
peningkatan produktivitas, serta peningkatan efisiensi proses, biaya, kepuasan konsumen
meningkat dan mampu menjadi jaminan kepercayaan terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. ISO 9001:2015 merupakan standar yang selalu dimutakhirkan untuk menjaga
supaya tetap layak digunakan oleh industri dan menyesuaikan kondisi perkembangan
industri. Disamping itu, industri perlu menerapkan ISO 9001:2015 karena hal ini menjadi
kewajiban perusahaan untuk menyesuaikan standar sebelum standar yang lama dinyatakan
obsolete (kadaluarsa). Termasuk pada industri baja tulangan beton di Surabaya dengan
sistem produksi re-rolling menggunakan bahan baku dari sisa pemotongan baja plat yang
disebut sebagai slap baja canai panas. Dimana baja canai panas atau yang disebut sebagai Bj-
P merupakan SNI wajib untuk dijadikan baja turunannya dari produk tersebut.
Perusahaan tersebut sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2015 dan sertifikat SPPT SNI
07-0065- 2002, tetapi dari tren dari data penjualan produk baja tulangan beton dengan
diameter Ø 6mm, 8mm, 10mm dan 12mm cenderung stabil tidak mengalami peningkatan.

Dari kegiatan observasi terdapat permasalahan pada kurang fokusnya perusahaan


pada ketersediaan SDM dapat mempengaruhi terhadap implementasi ISO 9001:2015 yang
mempengaruhi pada target dan menjadi penghambat implementasi sistem manajemen mutu.
Perusahaan sudah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 dari Lembaga Sertifikat Sistem Mutu
di Surabaya sejak 2016 namun pada tahun 2019, perusahaan sedang proses melakukan
upgrade ke ISO 9001:2015. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di
perusahaan ini merupakan suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki sistem manajemennya
yang belum terstruktur. Hal ini dilakukan agar manajemen perusahaan lebih rapi sehingga
pencapaian tujuannya lebih mudah namun pada prakteknya perusahaan belum mampu
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dengan baik dan konsisten. Langkah
pertama yang dilakukan perusahaan adalah memberikan kesadaran dan pengertian karyawan
terhadap pentingnya menjaga kualitas produk yang sesuai SNI untuk mencapai target
kepuasan pelanggan. Kesadaran setiap individu yang terlibat dalam memahami pentingnya
sistem manajemen membuat prosedur dan pertanggungjawaban kerja setiap bagian dalam
struktur organisasi perusahaan semakin jelas. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka
perlu dilakukan penelitian mengenai implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan 7
prinsip ISO 9001:2015 untuk mendukung pemasaran.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menganalisa Implementasi Faktor-Faktor Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2015 terhadap semua bagian Perusahaan

b. Melakukan Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam


Menunjang Pemasaran Perusahaan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Mutu

Pengertian mutu ditinjau dari definisi konvensional pada umumnya, yakni


menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi, keandalan,
mudah dalam penggunaan, dan sebagainya. Pengertian mutu ditinjau dari definisi strategis
menyarankan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan (ISO 9001:2015). Selanjutnya The Japan Industrial Standard (1960)
menyebutkan mutu merupakan keseluruhan dari sebuah sifat atau kinerja yang benar dan
menjadi sasaran optimasi dalam menentukan apakah sebuah produk atau jasa dapat mencapai
tujuan penggunaannya.

Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur yang terdokumentasi serta


praktik-praktik standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk. Sistem manajemen mutu memberikan gambaran organisasi dalam
menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan atau pasar. Dalam kaitan ini terdapat beberapa karakteristik umum manajemen
mutu (Gazpers, 2001):

a. Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja

b. Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan terhadap kesalahan-


kesalahan yang akan timbul

c. Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen seperti tujuan (objectives),


pelanggan (customer), hasil-hasil (output), proses (processes), masukan (input),
pemasok (suppliers), pengukuran umpan balik serta umpan maju (measurements
for feedback and feedforward)

Dalam sistem manajemen mutu sering adanya istilah quality control dan quality
assurance dimana quality control adalah kegiatan teknik dan kegiatan memantau,
mengevaluasi, dan menindaklanjuti agar persyaratan yang telah ditetapkan dapat tercapai,
sedangkan istilah quality assurance berarti semua tindakan terencana dan sistematis yang
diterapkan, yakni untuk meyakinkan pelanggan bahwa proses hasil kerja kontraktor akan
memenuhi persyaratan. ISO 9001:2015 merupakan hasil revisi ISO 9001:2008 yang terdapat
penambahan klausul yang ditunjukkan pada Tabel 2.1, lalu beberapa prinsip berkurang pada
ISO 9001:2015 dibandingkan dengan ISO 9001:2008 pada Tabel 2.2, dan juga beberapa
istilah baru yang muncul pada ISO 9001:2015 pada Tabel 2.3.

Tabel 2.1 Penambahan Klausul pada ISO 9001:2015


ISO 9001 : 2008 ISO 9001 : 2015
Scope Scope
Normative references Normative references
Terms and definitions Terms and definitions
Quality Management System Context of the organization
Management Responsibility Leadership
Resource Management Planning
Product Realization Support
Measurement, Analysis, and
Operation
Improvement
Performance evaluation
Improvement

Tabel 2.2 Pengurangan Prinsip ISO 9001:2015 dibanding ISO 9001:2008


ISO 9001 : 2008 ISO 9001 : 2015
Customer Focus Customer Focus
Leadership Leadership
Engagement and Competence
Involvement of people
of people
Process approach Process approach
System approach to
Improvement
management
Continual improvement Informed Decision making
Factually approach to decision
Relationship Management
making
Mutually beneficial supplier
relationship
Tabel 2.3 Penambahan Istilah ISO 9001:2015
ISO 9001 : 2008 ISO 9001 : 2015
Supplier External Provider
Externally Provided Products
Purchased Product
and Services
Environment for the operation
Work Environment
of the process

2.2 Pengertian ISO 9001

ISO 9001 : 2015 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu.
ISO 9001 : 2015 menetapkan persyaratanpersyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa
organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan dari
pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.

Penerapan sistem manajemen mutu merupakan keputusan strategis bagi suatu


organisasi yang dapat membantu untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan dan
memberikan dasar yang kuat untuk inisiatif pembangunan berkelanjutan (Final Draft ISO
9001:2015). Potensi manfaat untuk organisasi menerapkan sistem manajemen mutu
berdasarkan standar ini adalah :

a. Kemampuan untuk secara konsisten menyediakan produk dan layanan yang


memenuhi kebutuhan pelanggan dan persyaratan hukum dan peraturan yang
berlaku

b. Memfasilitasi peluang untuk meningkatkan kepuasan pelanggan

c. Menangani risiko dan peluang yang terkait dengan konteks dan tujuannya

d. Kemampuan untuk menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan sistem


manajemen mutu yang diterapkan. Standar ini dapat digunakan oleh pihak
internal dan eksternal

Ini bukan maksud dari standar ini menyiratkan perlunya :

a. Keseragaman dalam struktur sistem manajemen mutu yang berbeda

b. Keselarasan dokumentasi dengan struktur klausul standar ini

c. Penggunaan terminologi spesifik standar ini dalam organisasi


Persyaratan sistem manajemen mutu yang ditentukan dalam standar ini melengkapi

persyaratan untuk produk dan layanan.

2.3 Manfaat Penerapan ISO 9001:2015

Manfaat potensial suatu organisasi yang mengimplementasikan sistem manajemen


kualitas berdasarkan standar internasional adalah

a. Kemampuan untuk menyediakan produk dan jasa secara konsistensi yang


memenuhi kebutuhan pelanggan dan persyaratan hukum serta peraturan yang
berlaku

b. Memfasilitasi peluang untuk meningkatkan kepuasan pelanggan

c. Kemampuan untuk menunjukkan kesesuain terhadap persyaratan system


manajemen mutu yang ditentukan

Standar internasional ini mempergunakan pendekatan proses yang menggabungkan


siklus Plan-Do-Check_Act (PDCA) dan pemikiran berbasis risiko. Secara garis besar
indicator-indikator yang harus diterapkan perusahaan berdasarkan siklus PDCA (plan-
docheck-act) dalam ISO 9001:2015. Siklus PDCA dapat diaplikasikan terhadap semua
proses-proses dan terhadap sistem manajemen mutu secara keseluruhan pada Gambar 2.1
berikut ini.

Gambar 2.1 Struktur Standar Internasional dalam Siklus PDCA


Siklus PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut (ISO 9001:2015) :

a. Planning (rencana)

Planning merupakan enetapkan sasaran dari sistem dan proses-prosesnya, dan


sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka untuk memberikan hasil yang sesuai
dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi, serta identifikasi dan
menangani risiko dan peluang

b. Do (lakukan)

Setelah merencankan makan lakukan dan terapkan apa yang direncanakan

c. Check (Periksa)

Kegiatan memantau dan (jika sesuai) mengukur proses-proses dan menghasilkan


produk dan jasa terhadap kebijakan, sasaran dan persyaratan dan akitivitas yang
direncanakan, dan melaporkan hasilnya;

d. Action (Tindak lanjut)

Tahap siklus terakhirnya mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses,


yang diperlukan.

Dalam memanfaatkan ISO 9001:2015 pada suatu Perusahaan dapat dilkukan dengan
melakukan observasi yang selanjutnya dilakukan penilaian. Penilaian/scoring yang diberikan
pada setiap pertanyaan dari 7 prinsip ISO 9001:2015 yang ada pada Tabel 2.2 ditinjau
dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut (Sugiyono, 2009) :
a. Skor 1 (buruk sekali/BRS, kategori Buruk Sekali : kurang dari 20% )
Hal ini menunjukkan bahwa :
• Sistem Manajemen Mutu tidak ada
• Kumentasi tidak ada
• Penerapan tidak ada
b. Skor 2 (Buruk/BR, kategori buruk : 21% sampai dengan kurang dari 40%)
Hal ini menunjukkan bahwa :
• Sistem Manajemen Mutu ada
• Dokumentasi tidak ada
• Penerapan tidak terlaksana di lapangan
c. Skor 3 (Sedang/S, kategori sedang : 41% sampai dengan kurang dari 60%)
Hal ini menunjukkan bahwa :
• Sistem Manajemen Mutu ada
• Dokumentasi ada tetapi tidak terorganisir dengan baik
• Penerapan tidak dilakukan secara penuh di perusahaan
d. Skor 4 (Baik/B, kategori baik : 61% sampai dengan kurang dari 80%)
Hal ini menunjukkan bahwa :
• Sistem Manajemen Mutu ada
• Dokumentasi ada dan terorganisir dengan baik
• Penerapan tidak dilakukan secara penuh di perusahaan
e. Skor 5 (Baik Sekali/BS, kategori Baik Sekali : 81% sampai dengan 100%)
Sistem Manajemen Mutu dan dokumentasi sudah sesuai dengan ISO 9001:2015
dan penerapannya sudah sepenuhnya dilaksanakan di perusahaan
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Pabrik Baja Tulangan Beton Surabaya

Dalam penelitian ini akan dianalisis entitas-entitas dari penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015 dalam pengaruhnya terhadap kegiatan pemasaran di Pabrik ini yaitu
sebagai berikut ini :

a. Fokus Penelitian

Menganalisis penerapan tujuh prinsip ISO 9001:2015 sesuai dengan klausul


tersebut antara lain : Customer Focus (Fokus Pelanggan), Leadership
(Kepemimpinan), Engagement and Competence of people (Keterlibatan Orang),
Process Approach (Pendekatan Proses), Improvement (Peningkatan), Informed
Decision Making (Pengambilan Keputusan Berdasarkan Bukti), dan Relationship
Management (Manajemen Hubungan)

b. Menganalisis pengaruh implementasi ISO 9001:2015 terhadap kegiatan


pemasaran, meliputi :

• Strategi pemasaran
• Kebijakan harga
• Proses pembayaran dari konsumen
• Ketepatan pengiriman

Hingga saat ini total karyawan yang bekerja di pabrik ini adalah 58 orang yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1 setiap masing-masing divisi di kepalai oleh seorang manajer.

Gambar 3.1 Jumlah Karyawan


Masing-masing karyawan memiliki pengalaman bekerja berbeda-beda sebagaimana
ditunjukan pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Masa Kerja Karyawan

Beberapa hambatan yang dialami perusahan dalam menerapkan Sistem Manajemen


Mutu ISO 9001:2015, walaupun sudah memiliki sertifikat ISO 9001:2008 sejak tahun 2016,
yaitu perusahaan belum bisa sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip yang tertuang di
dalamnya. Perusahaan menyadari bahwa hambatan ini dapat diatasi apabila semua pihak yang
terkait dalam kegiatan proses bisnis pada panduan mutu terlibat secara langsung.

Hambatan-hambatan ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sumber daya
Sumber daya merupakan kesyaratan ISO 9001:2015 dimana organisasi harus
menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan,
memelihara dan meningkatkan system manajemen mutu berkelanjutan. Sumber
daya sendiri terdiri dari orang, infrastruktur dan lingkungan. Namun kenyataan
yang terjadi adalah sumber daya yang kurang optimal dimana 1 orang
mengerjakan lebih dari 2 pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan syarat
yang telah dibuat.
Penyediaan sumber daya infrastruktur sudah mencukupi untuk keperluan
produksi, tetapi faktor keselamatan diabaikan pada operator tungku pembakaran
(vurnace dengan suhu peleburan sekitar ±16000C). Operator tersebut tidak
menggunakan perlengkapan APD keselamatan (sarung tangan, baju keselamatan,
kacamata dan baju keselamatan). Operator tersebut berinterasi langsung dengan
dapur masak pelebruran baja / glass vurnace.
b. Struktur organisasi sudah jelas namun terlalu banyak pekerjaan dalam satu divisi
sehingga fokus karyawan mudah terbagi.
Dalam struktur organisasi pada Gambar 2.1 di atas bagan organisasi perusahaan
terdiri atas Marketing, Pembelian, Admin & Personalia, Produksi, dan QC.
Jobdesk yang di buat berdasarkan struktur organisasi sudah jelas dibagi
untuk masing-masing divisi namun untuk jabatan kepala pabrik yang dikuasakan
oleh wakil direktur merangkap sabagai personalia dan pembelian. Artinya
direktur juga ikut melakukan berbagai macam pekerjaan yang dikerjakan dimulai
dari pembelian (memilih suplier untuk bahan baku utama slap
Bj-P, melakukan Purchase Order, merekap pengajuan pembelian, memilih
suplier terpilih dan melakukan evaluasi suplier setiap 1 tahun sekali).
Untuk pekerjaan yang terkait HRD, beliau bertugas pada rekrutmen karyawan
baru, mengadakan pelatihan, evaluasi pelatihan, merakap jam masuk karyawan
dan keterlambatan terkait gaji yang diterima karyawan).
c. Tidak ada sosialisasi mengenai ISO 9001:2015 dari pihak
eksternal
d. Kurangnya pengetahuan karyawan terhadap sistem yang baru ISO 9001:2015,
dan jumlah klausul ISO 9001:2015 menjadi 10 klausul dari 8 klausul ISO
9001:2008.
e. Karyawan tidak menjalankan prosedur yang di berikan secara konsisten dan
kurangnya komitmen dalam menjalankan SOP

Seringkali hambatan yang dialami perusahaan ini adalah permasalahan kecil dan
sering terjadi yang dianggap tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan maupun
operasional. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan kurang memiliki kepedulian terhadap
keberlangsungan perusahaan. Faktor-faktor ini tentu menjadi permasalahan yang
menghambat penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Dalam upaya penerapan
sistem yang baru, dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap pihak di dalam perusahaan dan
tindakan tegas dari top management (direktur) perusahaan sendiri. Direktur perusahaan tidak
hanya mencari keuntungan atau profit dari hasil penjualan produk, aspek-aspek atau
persyaratan dari ISO 9001:2015 perlu diperhatikan untuk meningkatkan penjualan produk.
Hambatan-hambatan ini dapat merugikan perusahaan di kemudian hari jika terus diabaikan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan suatu perencanaan, pengendalian, dan
peningkatan mutu yang berkelanjutan sehingga hambatan yang ada dapat diatasi.
3.2 Analisis Penerapan System Manajemen Mutu

Untuk menganilis penerapan ISO 9001:2015 ada tujuh prinsip yang harus diterapkan,
antara lain : fokus pelanggan, kepemimpinan, pelibatan orang, pendekatan proses,
peningkatan, pengambilan keputusan berdasarkan bukti dan manajemen hubungan.

3.2.1 Customer Focus

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 10 pertanyaan yang diajukan pada butir fokus pelanggan menghasilkan nilai
tertinggi yaitu 50, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (10 x 5 = 50).

Tabel 3.2 Rekapitulasi Butir Customer Focus


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 7 13 12 8 - 28 39 24 8 99 198%
QC 1 2 - - 3 4 - 7 14%
Marketing 2 4 3 - - 6 8 3 17 34%
Pemberlian 2 2 - - 6 4 - 10 20%
Adm 2 - - 6 - - 6 12%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir customer fokus adalah
198% + 14%+34%+20%+12%
= = 56% (Sedang)
5

Secara keseluruhan butir 5 masuk kategori sedang, meskipun terdapat beberapa


komponen yang perlu di tingkatkan lagi, antara lain :
a. Komunikasi dari pimpinan ke tenaga operator pada level management 2 sampai
level bawah masih kurang
b. Komunikasi ke pelanggan atau konsumen lebih ditingkatkan untuk memantau dan
meninjau persyaratan teknis sesuai regulasi.

Perusahaan sangat mengutamakan penjualan produknya ke distributor yang telah


bekerja sama selama ini dan tidak melayani per orangan. Hal ini dilakukan dengan
memperhatikan cash flow keuangan dan layanan ke konsumen dengan kriteria dengan
mempertimbangkan fokus pelanggan (ukuran dimensinya Ø6mm, Ø8mm, Ø10mm dan
Ø12mm, atau pun type / jenis BTB polos atau ulir) yang diajukan ke perusahaan dapat selalu
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggannya.
Perusahaan berusaha untuk selalu memantau dan meninjau persyaratan teknis dan non
teknis dari distributor sebagai konsumen dengan kusioner yang di bagikan setiap tahun dan
mendapatkan feedback (informasi masukan). Dari informasi feedback tersebut pelanggan
memberikan masukan komplain terhadap mutu produk, lamanya pengiriman dan pembayaran
yang fleksibel (±1-2 bulan).

3.2.2 Leadership

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 8 pertanyaan yang diajukan pada butir kepemimpinan menghasilkan nilai tertinggi
yaitu 40, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (8 x 5 = 40).

Tabel 3.3 Rekapitulasi Butir Leadership


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 3 2 - - 9 4 - 13 33%
QC 2 1 - - 6 - 1 7 18%
Marketing 3 4 1 - 12 12 2 - 26 65%
Pemberlian 3 2 - - 9 4 - 13 33%
Adm 2 2 2 - - 6 4 2 12 30%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Leadership adalah
33% + 18%+65%+33%+30%
= = 35,5% (Buruk)
5

Dalam menerapkan ISO 9001:2015 secara keseluruhan, pimpinan perusahaan belum


memiliki komitmen yang kuat dalam mensosialisasikan kebijakan sistem yang baru ini.
Perusahaan telah mengadakan pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan karyawan
mengenai pentingnya kesadaran terhadap system manajemen mutu dan mengenai mutu
produk. Namun, tidak ada pantauan langsung dari top management dan peraturan ketat yang
mengharuskan setiap divisi perusahaan memahami pentingnya kebijakan ini, sehingga
pemahaman karyawannya mengenai hal tersebut sangat kurang termasuk monitoring isu
internal, isu eksternal, kebutuhan dan harapan. Sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015,
organisasi harus memastikan orang bekerja sesuai dengan jobdesk yang memiliki
kompentensi berdasarkan pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai.
3.2.3 Engagement and Competence of people

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 10 pertanyaan yang diajukan pada butir keterlibatan orang menghasilkan nilai
tertinggi yaitu 50, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (10 x 5 = 50).

Tabel 3.4 Rekapitulasi Butir Engagement and Competence of people


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 2 10 3 - 8 30 6 - 44 88%
QC 3 - - 9 - - 9 18%
Marketing 2 3 - 8 9 - - 17 34%
Pemberlian 2 1 - - 6 2 - 8 16%
Adm 3 5 - 12 15 - - 27 54%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Engagement and Competence of
people adalah
88% + 18%+34%+16%+54%
= = 42% (Sedang)
5

Dalam hal ini, karyawan belum sepenuhnya memahami pentingnya sistem manajemen
mutu dalam operasional perusahaan, fokus selama ini hanya target penjualan produk baja
tulangan beton tanpa melihat aspek ketersediaan sumber daya (manusia dan infrastruktur).
Sumber daya manusia yang terbatas pada setiap divisi dan merangkap-rangkap jabatan dan
pekerjaan dianggap sebagai strategi efisiensi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
yang besar, sistem manajemen mutu dianggap tidak terlalu mendesak. Padahal apabila prinsip
ini diterapkan dengan baik pada setiap unit perusahaan, kegiatan perbaikan dan kerja sama
antar unitnya akan semakin baik dan dapat menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman.

3.2.4 Process Approach

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 8 pertanyaan yang diajukan pada butir pendekatan proses menghasilkan nilai
tertinggi yaitu 40, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (8 x 5 = 40).
Tabel 3.5 Rekapitulasi Butir Process Approach
Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 2 8 1 - 8 24 2 - 34 85%
QC 1 3 1 - 4 9 2 - 15 38%
Marketing 2 2 1 - 8 6 2 - 16 40%
Pemberlian 1 1 1 - 4 3 2 - 9 23%
Adm 3 3 2 - 12 9 4 - 25 63%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Process Approach adalah
85% + 38%+40%+23%+63%
= = 49,5% (Sedang)
5

Perusahaan belum dapat memerapkan prinsip ini sepenuhnya meskipun telah


ditetapkan job description dari masing-masing divisi perusahaan, kegiatan bisnis yang
dijalankan perusahaan belum berjalan secara terstruktur. Hal ini dikarenakan beban pekerjaan
yang tidak seimbang dan sumber daya manusia yang kurang. Walaupun belum bisa berjalan
dalam suatu proses yang saling terkait, setiap unit berusaha semaksimal mungkin agar tetap
menghasilkan output yang memuaskan dan memenuhi target pada sasaran mutu (KPI) yang
telah ditentukan pada masing-masing divisi.

3.2.5 Improvement

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 10 pertanyaan yang diajukan pada butir peningkatan orang menghasilkan nilai
tertinggi yaitu 50, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (10 x 5 = 50).

Tabel 3.6 Rekapitulasi Butir Improvement


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 4 8 2 - 16 24 4 - 44 88%
QC 3 1 - - 9 2 - 11 22%
Marketing 1 1 - - 3 2 - 5 10%
Pemberlian 1 1 - - 3 2 - 5 10%
Adm 8 3 2 - 32 9 4 - 45 90%
Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Improvement adalah
88%+ 22%+10%+10%+90%
= = 44% (Sedang)
5

Sesuai dengan prinsip ISO 9001:2015 perusahaan yang sukses tentu memiliki fokus
untuk perbaikan berkelanjutan dalam implemenasinya. Perbaikan kinerja perusahaan ini
diupayakan dengan peningkatan profesionalisme pengurus dan staf dengan bantuan konsultan
eksternal manajemen. Perbaikan berkelanjutan berdasarkan masukan dari analisa
data, keluaran pada rapat tinjauan manajemen (peluang peningkatan, keperluan perubahan
apapun terhadap sistem manajemen mutu dan kebutuhan sumber daya) dan hasil dari audit
internal. Upaya perbaikan ini juga dilakukan dalam perluasan wilayah pemasaran dengan
bekerja sama dengan mitra toko retail diluar kota dan antar pulau disamping itu
mempromosikan produk BTB hasil canai panas ulang yang tidak kalah mutunya
dibandingkan produk BTB hasil canai panas.

3.2.6 Informed Decision Making

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 10 pertanyaan yang diajukan pada butir pengambilan keputusan berdasarkan bukti
orang menghasilkan nilai tertinggi yaitu 50, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (10 x
5 = 50).

Tabel 3.7 Rekapitulasi Butir Infromed Decision Making


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 5 8 - 20 24 - - 44 88%
QC 3 3 - 12 9 - - 21 42%
Marketing 3 4 - 12 12 - - 24 48%
Pemberlian 3 3 - 12 9 - - 21 42%
Adm 10 3 - 40 9 - - 49 98%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Informed Decision Making adalah
88%+ 42%+48%+42%+98%
= = 63,6% (Baik)
5
Saat ini Perusahaan menerapkan prinsip ini dalam proses pengambilan keputusannya,
contoh pada rapat tinjauan manajemen pembahasan pada sasaran mutu masing-masing
divisi. Dari hasil rapat tinjauan manajemen, keluaran rapat tersebut belum sesuai dengan
persyaratan ISO 9001:2015 mengenai tinjauan manajemen, keluaran tinjauan manajemen
harus meliputi keputusan dan tindakan terkait dengan peluang peningkatan dan penyediaan
sumber daya. Pada peluang peningkatan dan penyediaan sumber daya kurang diperhatikan
oleh top manajemen meskipun pada kegiatan tersebut, top management memiliki hak penuh
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan operasional perusahaan.
Meski begitu, manajer pada masing-masing divisi juga memiliki hak untuk mengutarakan
pendapatnya pada target dan capain sasaran mutu yang telah ditentukan pada tahun
sebelumnya, kemudian akan ditinjau kembali sebagai bahan masukan dalam pengambilan
keputusan untuk tahun berikutnya.

3.2.7 Relationship Management

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, berikut hasil rekapitulasi masing-masing


divisi dari 10 pertanyaan yang diajukan pada butir hubungan manajemen orang menghasilkan
nilai tertinggi yaitu 50, dimana jumlah pertanyaan x skor tertinggi (10 x 5 = 50).

Tabel 3.8 Rekapitulasi Butir Relationship Management


Butir Pertanyaan Nilai
Divisi Total Skor
BS B S BR BRS BS (5) B (4) S (3) BR (2) BRS (1)

Produksi 1 5 10 - 4 15 20 - 39 78%
QC 1 3 2 - 4 9 4 - 17 34%
Marketing 2 4 2 - 8 12 4 - 24 48%
Pemberlian 5 2 1 - 20 6 2 - 28 56%
Adm 4 5 - 16 15 - - 31 62%

Maka skor rata-rata untuk kelima bagian pada butir Relationship Management adalah
78%+ 34%+48%+56%+62%
= = 55,6% (Sedang)
5

Sesuai dengan tujuan awal perusahaan, bahwa ISO 9001:2015 yang digunakan untuk
memudahkan pencapaian tujuannya, dengan menjaga mutu produk dan meningkatkan
kepuasan pelanggan. Peningkatan ini didukung dengan konsistensi perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara menjaga kepercayaan dari mitra bisnisnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan peningkatan komunikasi eksternal terhadap
konsumen, menambah daftar supplier dan memperhatikan regulasi yang terkait. Komunikasi
eksternal yang selama ini menjadi kendala perusahaan adalah perjanjian bisnis supplier
dengan perusahaan. Dimana terdapat 2 suplier utama yang selama ini memasok untuk
kebutuhan bahan baku scrapt, sehingga kuantitas hasil produksi BTB sangat terbatas
tergantung pada 2 supplier tersebut. Sementara untuk komunikasi internal belum berjalan
secara optional sesuai dengan ketentuan pada panduan mutu dan prosedur operasional yang
telah ditentukan.

3.3 Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam Menunjang
Pemasaran

Berdasarkan analisis diatas, harapan direktur perusahaan menginginkan agar lebih


terstruktur dan menghasilkan mutu produk yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Tetapi sangat disayangkan dalam prakteknya perusahaan belum sepenuhnya menjalankan
sistem ini secara menyeluruh, sehingga belum ada perubahan yang signifikan pada target
penjualan pada bagian pemasaran. Sebelum menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 perusahaan telah berupaya memaksimalkan kinerja pemasarannya pada produk
baja tulangan beton diameter 10mm untuk mengikuti tender dari pemerintah atau BUMN
tetapi dari kapasitas produk yang dihasilkan pada diameter khusus sulit bagi perusahaan
untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang lelang terbuka.

Sistem pemasaran yang digunakan diperusahaan belum cukup berhasil diterapkan


karena sejauh ini perusahaan mampu memenuhi konsumen lama. Dari informasi yang didapat
dari konsumen yang lama perusahaan selalu mendapatkan penilian feedback nilai positif baik
dari segi kualiti, ketepatan, kuantitas, harga dan pengiriman. Tetapi secara penilaian
penerapan prinsip-prinsip ISO 9001:2015 tersebut, Perusahaan belum mampu sepenuhnya
menerapkan persyaratan dalam ISO 9001:2015. Oleh karena itu, masing-masing faktor dan
subfaktor diusulkan rekomendasi pengoptimalan agar tercapai keberhasilan implementasi
ISO 9001:2015 dalam menunjang pemasaran seperti Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Rekomendasi Perbaikan ISO 9001:2015
No Subfaktor Rekomendasi Pengoptimalan
Evaluasi Kompetensi SDM saat ini
Penempatan SDM sesuai Kompetensi
Ketersediaan SDM dan
1 Peningkatan Kompetensi sesuai Kebutuhan dengan
Kompetensinya
adanya pelatihan
Evaluasi hasil peningkatan Kompetensi secara berkala

2 Analisis Resiko dan Peluang Monitoring dan evaluasi risiko dan peluang secara berkala

Pengendalian informasi terdokumentasi dengan sistem


Jelasnya intruksi kerja, prosedur, informasi yang terpadu di masingmasing unit
3
dan tanggung jawab
Peninjauan informasi terdokumentasi secara berkala

4 Peningkatan Kepedulian Sosialisasi SMM ISO 9001:2015 kepada seluruh personel

Pemantauan sasaran mutu


Jaminan Kesesuaian Produk
5 Pemantauan dan pengukuran proses
dengan Standar Mutu
Pemantauan dan pengukuran produk

Kesadaran dan Partisipasi Training penerapan ISO 9001:2015 pada Manajemen


6
langsung Manajemen Sosialisasi ISO 9001:2015 kepada manajemen
Pemantauan dan analisa isu internal dan eksternal secara
7 Analisis Isu Eksternal dan Internal
berkala
8 Kebijakan Mutu Sosialisasi Kebijakan Mutu
9 Pencapaian Sasaran Mutu Pemantauan secara berkala
Peningkatan Kompetensi
10 Peningkatan Produktivitas
Peningkatan Kepedulian
Pemantauan pelaksanaan rencana mutu
11 Rencana Mutu Peninjauan rencana mutu terhadap perubahan
persyaratan dari pihak berkepentingan
12 Komunikasi antar Manajemen Adanya meeting briefing sessions secara berkala
13 Kompetitor Pemantauan terhadap market share secara berkala
Penetapan metode untuk monitoring kepuasan pihak
Monitoring Kepuasan Pihak yang berkepentingan secara berkala
14
berkepentingan Evaluasi dan tindak lanjut dari hasil monitoring kepuasan
pihak berkepentingan
Komunikasi antar Manajemen
15 Adanya meeting briefing sessions secara berkala
dengan karyawan
Seleksi penyedia eksternal dan menambahkan penyedia
16 Penyedia Eksternal baru
Evaluasi kinerja penyedia eksternal
BAB IV

PENUTUP

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di PT Baja Tulangan Beton Surabaya ini
belum maksimal, meskipun perusahaan sudah mendapatkan Sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 dan SNI produk. Meskipun begitu perusahaan tingkat berhasil menerapkan 1
prinsip dengan kategori baik dan 5 dengan kategori sedang yang terdapat dalam ISO
9001:2015 antara lain sebagai berikut :

a. Customer Focus (56%)

b. Leadership (35,5%)

c. Engagement and Competence of people (42%)

d. Process Approach (49,5%)

e. Improvement (44%)

f. Informed Decision Making (63,6%)

g. Relationship Management (55,6%).

Dibutuhkan komitmen pemimpin organisasi harus kuat dalam peningkatan


penerapannya sistem manajen mutu melalui pengawasan dan kontrol serta sosialisasi pada
semua SDM perusahaan. Adapun faktor-faktor hambatan dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu berbasis ISO 9001:2015 antara lain:

a. Rendahnya pemahaman SDM atas terhadap ISO 9001:2015

b. Jumlah personil yang terbatas mempengaruhi

c. Karyawan tidak komitmen dalam menjalankan system manajemen mutu terkait


prosedur dan form
OPERATIONS MANAGEMENT
(Quality Management Penerapan ISO 9001:2015
Studi Kasus Pabrik Baja Tulangan Beton dengan Proses
Re-Rolling atau Hasil Canai Panas Ulang )

GROUP MEMBERS :

DEFRI HARTATI 1920522009


ALVI SYUKRI FAISAL 1920522010
RANTI MAWARDI 1920522046
NABILAH FRIMELI 1920522050
NURUL AFIFAH USMAN 1920522054

Dr. Vera Pujani, MM.Tech


LECTURER:
Prof. Dr. Ir. Alizar Hasan, MSc

MAGISTER MANAGEMENT
ANDALAS UNIVERSITY
DAFTAR PUSTAKA

F. F. Ramadhany. 2017. Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001 : 2015 Dalam
Menunjang Pemasaran ( Studi pada PT Tritama Bina Karya Malang ) vol. 53, no. 1, pp. 31–
38, 2015.

Halim, F.R dan Felecia. 2015. Perancangan ISO 9001:2015 Pada PT. Visi Mulia Indonesia.

Sihombing, A.J.B, dkk. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Iso
9001:2015 Pada Industri Manufaktur. Semarang : Teknik Indutri Universitas Diponegoro.

Suryana, Deny, dkk. 2019. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam Mendukung
Pemasaran (Studi Pabrik Baja Tulangan Beton dengan Proses Re-Rolling atau Hasil
Canai Panas Ulang). Surabaya : Balai Riset dan Standarisasi.

Wartuny, W.R, dkk. 2018. Model Penerapan Sistem Manajemen Mutu Berbasis Iso
9001:2015 Pada Kontraktor Di Propinsi Papua Barat. Manado : Teknik Sipil Pascasarjana
Universitas Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai