Kelompok 1 - RMK 2
Kelompok 1 - RMK 2
Disusun Oleh :
Yusman (206020300011010)
Eliza Virginia (206020300011005)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DEEGAN CH 6
Moonitz (1961) dan Sprouse dan Moonitz (1962) menetapkan bahwa praktik akuntansi harus
didasarkan pada current akuntansi harus didasarkan pada current value. Grad value. Grady
(1965) mengembangkan teori akuntansi y (1965) mengembangkan teori akuntansi
berdasarkan deskripsi praktik yang ada sehingga menyebabkan rilisnya Accounting
PrinciplesBoard (APB) No. 4, namun profesi akuntansi dibawah kritik karena kurangnya
kerangka yang k karena kurangnya kerangka yang nyata.
a. Trueblood Report
AICPA membentuk komite trueblood pada tahun 1971 AICPA membentuk komite
trueblood pada tahun 1971 yang menghasilkan trueblood ng menghasilkan trueblood report
yaitu laporan yang menguraikan 12 tujuan akuntansi dan tujuh karakteristik kualitatif yang
harus dimiliki oleh informasi keuangan. Objektif 1 berfokus pada kebutuhan informasi
pengguna pengguna laporan keuangan. O angan. Objektif 2, bjektif 2, perlu melay perlu
melayani penggu ani pengguna dengan na dengan kemampuan kemampuan terbatas terbatas
untuk meminta informasi keuangan.
Pada tahun 1974 APB digantikan oleh FASB yang kemudian memulai proyek
kerangka konseptualnya. Enam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) dirilis
dari tahun 1978 hingga 1985. SFACs awal cukup normatif, tetapi SFAC No. 5 tif, tetapi
SFAC No. 5 yang berkaitan yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran sebagian
besar deskriptif praktek saat ini me riptif praktek saat ini menerima banyak nerima banyak
kritik. Sejak 2005 FASB dan IASB telah bekerja sama menuju perkembangan kerangka kerja
konseptual yang direvisi, yang akan digunakan oleh kedua belah pihak yang disebut sebagai
proyek konvergensi.
Di Inggris langkah awal menuju panduan yang berkaitan dengan tujuan dan
identifikasi pengguna yang disediakan oleh The Corporate Report (1976). The Corporate
Report berkaitan dengan pengalamatan hak masyarakat dalam hal akses mereka ke informasi
keuangan (lebih luas daripada anggapan pengguna yang diadopsi dalam kerangka kerja
lainnya). Akhirnya isi secara umum tidak diterima oleh profesi akuntansi. Pada tahun 1991
Accounting Standards Board (ASB) mengadopsi kerangka konseptual IASC. Kerangka IASC
pada umumnya umumnya konsisten konsisten dengan kerangka kerangka kerja AS dan
Australia Australia yang kemudia kemudia dikenal dikenal sebagai kerangka IASB.
Kerangka konseptual memberikan definisi atas entitas yang diperlukan untuk menghasilkan
GPFR yang dikenal sebagai entitas pelaporan. General Purpose Financial Report (GPFR)
didefinisikan sebagai laporan: Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi secara
umum bagi pengguna yang tidak mampu menguasai penyusunan laporan yang disesuaikan
sehingga memuaskan, khususnya semua kebutuhan informasi mereka (SAC 1 paragraf 6)
GPFR adalah laporan yang sesuai dengan standar akuntansi dan prinsip akuntansi yang
berlaku umum lainnya (GAAP). Sedangkan laporan tujuan khusus disediakan untuk
memenuhi permintaan informasi dari pengguna tertentu, atau sekelompok pengguna. Tidak
semua entitas digolongkan sebagai entitas pelaporan. SAC 1 menyatakan bahwa GPFR harus
dipersiapkan ketika ada pengguna Kebutuhan informasinya memiliki elemen yang sama, dan
para pengguna tersebut tidak dapat memerintahkan persiapan informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi individual mereka' (para. 8).
1. Pemisahan manajemen dari mereka yang memiliki kepentingan ekonomi dalam entitas
2. Kepentingan ekonomi / politik / pengaruh entitas kepada pihak lain
Tujuan secara tradisional adalah untuk memungkinkan pihak luar dalam menilai pengelolaan
pengelolaan manajemen. manajemen. Tujuan terbaru terbaru dari pelaporan pelaporan
keuangan keuangan adalah untuk membantu membantu melaporkan kepada pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan dari General Purpose Financial Reporting dalam
SAC 2 dianggap untuk memberikan informasi kepada pengguna yang berguna untuk
membuat pengguna yang berguna untuk membuat dan mengevalua dan mengevaluasi
keputusan tentang alokasi sumberdaya yang langka. Tujuan lain dari pelaporan keuangan
adalah untuk memungkinkan entitas
SAC 2 mengidentifikasi tiga kel SAC 2 mengidentifikasi tiga kelompok pengguna utama
ompok pengguna utama untuk GPFR: untuk GPFR:
1. Penyedia sumber daya Meliputi karyawan, pemberi pinjaman, kreditur, pemasok, investor
dan kontributor.
3. Pihak yang melakukan fungsi peninjauan dan pengawasan Meliputi parlemen, pemerintah,
badan pengatur, analis, serikat pekerja, kelompok pengusaha, media dan kelompok minat kh
pengusaha, media dan kelompok minat khusus.
Dalam kerangka IASB, informasi dianggap dapat dimengerti jika mungkin dipahami
oleh pengguna dengan beberapa pengetahuan bisnis dan akuntansi. Namun, ini tidak berarti
bahwa tansi. Namun, ini tidak berarti bahwa informasi kompleks yang relevan dengan
pembuatan keputusan ekonomi harus dihilangkan dari laporan keuangan karena tidak
mungkin dipahami oleh beberapa pengguna.
Relevansi
Materialitas
Kerangka IASB paragraf 30 menanyatakan bahwa sebuah item dikatakan material jika
kelalaian atau salah s kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputu aji dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi bagi pengg san ekonomi bagi pengguna yang diambil una
yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas memberikan cut-off daripada menjadi
karakteristik kualitatif utama yang harus dimiliki informasi j kualitatif utama yang harus
dimiliki informasi jika ingin berguna. ingin berguna.
Realibilitas
Informasi dianggap dapat diandalkan jika disajikan secara tepat sert secara tepat serta
bebas dari kesalahan dan a bebas dari kesalahan dan bias. Realibilitas Realibilitas adalah
fungsi adalah fungsi dari ketepata dari ketepatan penyajian n penyajian (representational
faithfulness), daya uji (verifiability) dan netralitas (neutrality). Secara tradisional, akuntan
mengadopsi doktrin konservatisme atau kehati-hatian. Bias terhadap mengecilkan nilai aset
dan melebih-lebihkan kewajiban. Doktrin ini tidak konsisten dengan pengertian reliabilitas
atau kebebasan dari bias.
Komparabilitas
Definisi Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan mengalir ke
entitas' (Kerangka IASB, para. 49 (a)). Tiga karakteristik utama yaitu 1) harus menjadi
manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan, 2) entitas pelapor harus mengendalikan
manfaat ekonomi masa depan, 3) transaksi atau perisriwa masa lalu yang menyebabkan
kontrol ekonomi masa depan entitas pelaporan harus terjadi. Definisi mengacu pada manfaat
dan bukan sumbernya, tanpa adanya manfaat ekonomi di masa depan, objek atau hak tidak
akan memenuhi syarat sebagai aset. Karakteristik kontrol berkaitan dengan kapasitas untuk
memperoleh manfaat dari ase tas untuk memperoleh manfaat dari aset dan untuk menolak
atau mengatur akses orang lain terhadap manfaatnya.
Aset dan semua unsur akuntansi lainnya harus diakui kapan, besar kemungkinan
bahwa manfaat manfaat ekonomi ekonomi masa depan yang terkait terkait dengan item akan
mengalir mengalir ke atau dari entitas, dan item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan reliabilitas (Kerangka
Definisi Kewajiban
'... kewajiban entitas saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya dih
penyelesaiannya diharapkan meng arapkan mengakibatkan akibatkan arus keluar arus keluar
dari sumber dari sumber daya entitas daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi'
(IASB Framework, para. 49 (b))
Kewajiban sekarang tidak hanya mengacu pada kewajiban yang dapat dilaksanakan
secara hukum tetapi juga yang dikenakan oleh gagasan tentang keset ng kesetaraan dan
keadilan, atau dengan araan dan keadilan, atau dengan kebiasaan atau praktik bisnis l
kebiasaan atau praktik bisnis lainnya. Kewajiban ha ainnya. Kewajiban harus diakui kapan,
ada kemungkin rus diakui kapan, ada kemungkinan bahwa an bahwa pengorbanan manfaat
pengorbanan manfaat ekonomi ekonomi akan diperlukan, diperlukan, dan jumlah kewajiban
kewajiban dapat diukur dengan andal.
Definisi Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai hak sisa atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajibannya' (Kerangka IASB, paragraf 49 (c)). Sebagai hak sisa, peringkat setelah
kewajiban dalam hal klaim terhadap aset. Definisi ekuitas adalah fungsi langsung dari
definisi aset dan kewajiban.
Definisi Penghasilan
yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi dari peserta
Penghasilan dapat diakui dari hubungan perdagangan normal, serta dari transfer nontimbal
balik seperti hibah, sumbangan, wasiat atau di mana kewajiban diampuni. Seperti halnya
unsur akuntansi lainnya, pendapatan diakui kapan, ada kemungkinan bahwa aliran masuk
atau
peningkatan lainnya peningkatan lainnya atau penghematan dalam penghematan dalam arus
keluar dari keluar dari manfaat manfaat ekonomi masa ekonomi masa depan
telah terjadi, dan arus masuk atau peningkatan lainnya atau penghematan dalam arus keluar
Definisi Beban
Penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang m terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan engakibatkan penurunan ekuitas, ekuitas, selain
yang berkaitan dengan distribusi kepada penanam modal (IASB Framework, para. 70 (b) )
Suatu beban harus diakui kapan, besar kemungkinan bahwa konsumsi atau hilangnya manfaat
ekonomi di masa depan yang mengakibatkan penurunan aset dan / atau aset dan / atau
peningkatan kewajiban peningkatan kewajiban telah terjadi, dan konsumsi atau hilangnya
manfaat ekonomi dapat diukur dengan andal.
g. Prinsip Pengukuran
Sampai saat ini sangat sedikit preskripsi dalam kaitannya dengan pengukuran yang
disediakan oleh kerangka konseptual. Pernyataan FASB memberika deskripsi sebagai
pendekatan untuk mengukur elemen pendekatan untuk mengukur elemen tanpa memberika p
tanpa memberika preskripsi. reskripsi.
5. Jika kerangka kerja konseptual mencakup masalah tertentu, mungkin ada kebutuhan yang
berkurang untuk standar akuntansi tambahan
1. Organisasi yang lebih kecil mungkin merasa terbebani dengan persepsi dengan persyaratan
pelaporan persyaratan pelaporan
2. Biasanya ekonomi dalam fokus sehingga mengabaikan transaksi yang tidak melibatkan
transaksi pasar atau pertukaran hak milik, lebih lanjut memperkuat pentingnya kinerja
ekonomi relatif terhadap kinerja sosial
Pengaturan Standar
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1920-
an, sesuai dengan semangat zaman, optimisme yang luar biasa, yang mengarah pada
maraknya pembelian saham (saham) di perusahaan-perusahaan. Saham dibeli seperti banyak
komoditas lain daripada sebagai hasil dari perencanaan investasi yang cermat. Akibatnya,
dalam jatuhnya pasar saham yang memicu 'Depresi Ekonomi Hebat' pada tahun 1930-an,
banyak orang kehilangan sejumlah besar uang dan akibatnya menderita kesulitan ekonomi
yang ekstrim, sampai-sampai menyebabkan mereka bunuh diri. Bagian dari alasan runtuhnya
perusahaan besar-besaran adalah bahwa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan ini lebih
diarahkan pada keinginan manajemen yang memuaskan daripada mencoba menggambarkan
realitas ekonomi yang mendasari yang dirasakan.
Salah satu konsekuensi dari jatuhnya pasar saham adalah seruan kuat untuk disiplin
akuntansi untuk menghasilkan informasi keuangan di mana pihak yang berkepentingan dapat
mengandalkan informasi yang mengandung beberapa korespondensi dengan realitas ekonomi
dan keseragaman praktik oleh praktisi.
1. Laba yang belum direalisasi tidak boleh dikreditkan ke laba bersih. Keuntungan
direalisasikan saat penjualan selesai.
2. Tambahan modal disetor tidak boleh dibebankan dengan item yang lebih tepat
dibebankan ke laba bersih.
3. Saldo laba anak perusahaan tidak boleh ditambahkan ke konsolidasi penghasilan
4. Dalam keadaan yang jarang terjadi, saham treasuri dapat dianggap sebagai aset
perusahaan, tetapi dividen atas saham tersebut tidak boleh dianggap sebagai
pendapatan.
5. Wesel tagih pejabat, afiliasi dan karyawan harus diungkapkan secara terpisah.
Pencatatan prinsip-prinsip ini menandai awal dari upaya profesi untuk
mengatur praktik akuntansi. Itu adalah awal dari gerakan profesi untuk membentuk
rezim pengaturan sendiri. Regulasi mandiri yang serius dipandang perlu untuk
mencegah campur tangan negara untuk menegakkan regulasi terhadap praktisi
akuntansi. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menjaga integritas profesi
akuntansi karena kemampuan mengatur diri sendiri secara efektif dipandang sebagai
salah satu ciri khas suatu profesi. Oleh karena itu, profesi akuntansi terus menjadi
perusahaan swasta yang sangat sesuai dengan ideologi kapitalisme. Tetapi negara
melakukan campur tangan dalam menciptakan SEC, dan salah satu fungsinya adalah
mengawasi informasi akuntansi yang dipublikasikan dari perusahaan-perusahaan
publik.
Akuntansi baru
Ada banyak perubahan dalam persepsi akuntansi pada dekade 1970-an. Terdapat
ketidakpuasan yang signifikan dengan pengoperasian Dewan Prinsip Akuntansi (APB) yang
telah dibentuk pada tahun 1959 untuk menggantikan Komite Prosedur Akuntansi, dan
dianggap gagal untuk mengembangkan landasan teoritis untuk akuntansi. Badan profesional
(AICPA) membentuk dua komite di awal tahun 1970-an. Salah satunya adalah Kelompok
Studi Tujuan Laporan Keuangan (Komite Trueblood) dan Kelompok Studi Pembentukan
Prinsip Akuntansi (Komite wheat).
Di Inggris Raya ada hambatan sosial dalam penerimaannya. Itu penting bagi mereka
yang ingin mengejar karir di bidang akuntansi untuk memulai sebagai juru tulis yang
diartikulasikan. Ini adalah bentuk magang dan biasanya juru tulis akan membayar untuk
posisi itu daripada dibayar. Jadi, hanya mereka yang mampu membayar menjadi akuntan.
Baik di Kanada maupun Australia, terdapat lebih dari satu badan profesional yang
mewakili akuntan, dan setiap langkah untuk mengembangkan prinsip akuntansi memerlukan
kerjasama di antara mereka.
sekitar pertengahan abad ke-20. Akuntansi dianggap sangat berbeda di sebagian besar
negara Eropa Kontinental. Pengakuan akuntan sebagai profesional independen ternyata
datang jauh lebih lambat. Di Prancis, peraturan akuntansi pertama terkandung dalam Code
Savary of Namun, akuntansi dipandang sebagai praktik teknis apakah itu melibatkan
penyusunan laporan keuangan (akuntansi keuangan), audit atau akuntansi manajemen, dan
dianggap sebagai bagian dari tata kelola bisnis secara keseluruhan. Akuntansi di Prancis,
bersama dengan banyak aspek kehidupan lainnya, dipengaruhi oleh Perang Dunia Kedua dan
undang-undang tambahan telah dirancang. Setelah perang, pada tahun 1947, sebuah rencana
akuntansi dibuat yang akan diterapkan pada setiap sektor ekonomi. Rencana tersebut, yang
dikenal sebagai Plan Comptable General, termasuk bagan akun yang harus dipatuhi oleh
semua akuntansi dalam bisnis. Dengan perkembangan tertentu di paruh kedua abad ke-20,
rencana tersebut secara bertahap kehilangan relevansinya. Ini termasuk pertumbuhan
berbagai bentuk transaksi bisnis dan teknologi informasi, dan pembentukan Uni Eropa yang
disebutkan terakhir semakin mengarahkan jalannya regulasi akuntansi. Praktik akuntansi di
Eropa dipandang sebagai bagian dari lingkungan bisnis yang lebih luas. Namun, karena
banyak upaya untuk mengatur bisnis di sana dianggap sebagai kegagalan, ada peralihan untuk
meniru apa yang dianggap berhasil di Amerika Serikat. Ironisnya; Setiap analisis
perkembangan di akan menunjukkan bahwa upaya tersebut juga 'gagal'. Namun demikian,
kesuksesan ekonomi dan. kekuatan ekonomi tampaknya menunjukkan sebaliknya. Ini
terlepas dari keberhasilan ekonomi yang spektakuler dari negara-negara lain pada paruh
kedua abad ke-20, terutama Jepang dan Jerman (sebelum reunifikasi 1990-an). Kedua
perekonomian ini memiliki pendekatan yang sangat berbeda dalam mengatur bisnis dengan
Amerika Serikat! Mungkin juga karena kekuatan politik yang sangat besar yang dimiliki
oleh, bersama dengan praktik kekuatan ekonomi yang ditunjukkannya. Hal ini terbukti dalam
profesi akuntan di Indonesia mengadopsi prinsip-prinsip yang diucapkan oleh Paul Grady
dalam ARS7.
Pada tahap awal pengembangan standar akuntansi, sebagian besar masalah berasal
dari penegakannya. Ini selalu menjadi masalah jika ada pengaturan sendiri. regulasi agar
berhasil. Tempat paling logis untuk dukungan semacam itu adalah di undang-undang
perusahaan. Namun, di Australia, setiap negara bagian bertanggung jawab atas undang-
undang perusahaannya sendiri. Ini adalah penghalang yang mungkin untuk penegakan
peraturan akuntansi yang tepat karena, meskipun undang-undang negara bagian serupa,
adalah mungkin untuk menghindari yurisdiksi undang-undang satu negara bagian dengan
berpindah antar negara bagian. Bagaimanapun, sebagian besar kegiatan bisnis bersifat
nasional daripada di negara bagian tertentu. Pada kuartal terakhir abad ke-20, beberapa
langkah sukses dilakukan oleh berbagai tingkat pemerintahan untuk menyatukan hukum
perusahaan, yang berpuncak pada kode seragam nasional yang mulai berlaku pada 1 Januari
1991.
Kerangka konseptual
Pengembangan kerangka konseptual adalah item pada agenda pertama FASB pada
tahun 1973. . Ide kerangka konseptual diadopsi di beberapa negara lain, termasuk Inggris
Raya, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Pada tahun 1995 (saat itu) AASB mengeluarkan pernyataan kebijakan yang
menyertakan diagram yang menunjukkan apa yang disebut sebagai blok bangunan kerangka
konseptual. Ini terdiri dari tujuh tingkat yang akan mengarah pada pengembangan standar
akuntansi dan tingkat lebih lanjut menangani kepatuhan pemantauan dengan standar
akuntansi.
Pendekatan tersebut menggambarkan proses top down yang dimulai (dari atas)
dengan definisi pelaporan keuangan (bertujuan umum) diikuti (di bawah) dengan definisi
entitas pelapor dan kemudian tujuannya (dalam pelaporan keuangan).
Entitas pelapor
Regulasi adalah pengganti teori. Dalam dunia yang ideal teori akan ada untuk
menjelaskan dan memimpin praktek. Namun, umumnya beberapa arahan untuk praktisi
diperlukan jika tidak ada teori yang dapat diterima. Ini telah menjadi kisah akuntansi.
Terlepas dari upaya para ahli teori dan peneliti, tidak ada teori akuntansi yang dapat diterima.
Oleh karena itu, untuk mengatasi perilaku akuntan yang tidak tepat dan bahkan menyimpang
dalam praktiknya, perlu dibuat pernyataan praktik terbaik yang dianggap sebagai standar
akuntansi yang harus dipatuhi oleh akuntan. Regulator akuntansi seperti FASB, AARF; ISAB
dan lainnya telah mengakui bahwa standar yang mereka keluarkan harus didasarkan pada
pertimbangan teoritis yang baik.
Regulator telah membuat (dan terus membuat) asumsi epistemologis dan metodologis
karena praduga ontologis realis mereka. Hal ini terlihat dalam karakteristik kualitatif yang
diklaim dari informasi keuanganmisalnya, representasi yang setia, netralitas dan, pada tingkat
yang lebih rendah, relevansi dan reliabilitas serta pandangan yang benar dan adil.
Epistemologi adalah positivis dan metodologi diduga deduktif hipotetis . Dalam membangun
teori perlu dimulai dengan asumsi dasar seperti konteks, kebutuhan teori dan implikasi
perilaku dari teori tersebut. Asumsi ini selalu tunduk pada interpretasi sehingga selalu sulit
untuk mendapatkan persetujuan dari mereka yang terpengaruh oleh teori tersebut.
Dalam membangun teori perlu dimulai dengan asumsi dasar seperti konteks,
kebutuhan teori dan implikasi perilaku dari teori tersebut. Asumsi ini selalu tunduk pada
interpretasi sehingga selalu sulit untuk mendapatkan persetujuan dari mereka yang
terpengaruh oleh teori tersebut. Dengan lebih banyak negara yang mengadopsi IFRS dan,
akibatnya, Kerangka Kerja sebagai pernyataan jinandal persiapan, akan ada keseragaman
internasional yang lebih besar. Di Australia, tidak ada lagi swa-regulasi profesional. Di
dalamnya, keruntuhan korporasi yang spektakuler dan penipuan telah mengakibatkan
terciptanya peraturan pemerintah yang hebat-misalnya, pembentukan PCAOB (Dewan
Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik) dan undang-undang Sarbanes-Oxley.
Pendahuluan
1. Membantu Dewan Strandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
dalam:
5. Menyediakan informasi kepada pihak yang tertarik dengan aktivitas DSAK IAI tentang
pendekatannya dalam penyusunan SAK.
Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum
Pelaporan keuangan bertujuan umum menjadi dasar dari kerangka konseptual. Tujuan
pelaporan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan entitas untuk
investor, pemberi pinjaman, dan kreditur dalam membuat keputusan. Keputusan tersebut
berdasarkan imbal hasil yang diharapkan investasi. Ekspektasi imbal hasil bergantung pada
penilaian jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masuk neto masa depan ke entitas.
Laporan keuangan juga menyediakan informasi mengenai dampak dari transaksi atau
peristiwa lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi mengenai sifat dan
jumlah sumber daya ekonomik entitas dan klaim dapat membantu pengguna untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan entitas dengan menilai likuiditas dan
solvabilitas. Jenis sumber daya ekonomik yang berbeda mempengaruhi penilaian pengguna
atas prospek arus kas masa depan entitas secara berbeda.
1. Kinerja keuangan entitas. Informasi kinerja keuangan dapat membantu pengguna untuk
memahami imbal hasil yang telah dihasilkan entitas yang merupakan indikasi tingkat
pertanggungjawaban manajemen dalam efisiensi dan efektivitas pemnggunaan sumber daya
ekonomik, berguna dalam penilaian kamampuan masa lalu dan masa depan entitas dalam
menghasilkan arus kas masuk neto, mengindikasikan sejauh mana sebuah peristiwa
mempengaruhi kemampuan entitas menghasilkan kas masuk neto, dan membantu pengguna
menilai kemampuan entitas menghasilkan kas masuk neto masa depan.
b. Netral. Pemilihan dan penyajian laporan keuangan tanpa bias, tidak diarahkan,
dibobotkan, ditekankan, atau dimanipulasi untuk meningkatkan kemungkinan laporan
keuangan diterima baik oleh pengguna.
c. Bebas dari kesalahan. Tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam mendeskripsikan
kejadian serta proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi telah dipilih dan
diterapkan tanpa ada kesalahan dalam prosesnya.
Proses efektif dan efisien dalam penerapan karakteristik kualitatif fundamental antara lain:
1. Identifikasi peristiwa ekonomik yang memiliki potensi untuk berguna bagi pengguna
informasi keuangan entitas.
1. Terbanding. Informasi mengenai entitas lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
informasi serupa dengan entitas lain. Keterbandingan memungkinkan pengguna
mengidentifikasi dan memahami persamaan dalam dalam dan perbedaan antara pos-pos.
2. Terverifikasi. Membantu meyakinkan pengguna bahwa informasi merepresentasikan
kejadian ekonomik secara tepat. Verifikasi langsung melalui observasi secara langsung
sedangkan verifikasi tidak langsung berarti pemeriksaan input dengan menggunakan
metodologi yang sama.
3. Tepat waktu. Tersedianya informasi bagi pengguna laporan keuangan pada waktu yang
tepat. Semakin lawas informasi akan semakin tidak berguna.
Penerapan karakteristik kualitatif peningkat merupakan proses yang berulang yang tidak
mengikuti aturan tertentu.
Pelaporan informasi keuangan menimbulkan biaya dan sangat penting biaya tersebut
dapat dijustifikasi melalui manfaat dari pelaporan informasi tersebut.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (1994): Pengaturan yang
Tersisa
a. Aset yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas. Manfaat ekonomik masa depan aset
adalah potensi yang berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas
operasional entitas. Aset digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Entitas
memperoleh aset melalui pembelian atau produksi sendiri.
b. Liabilitas yaitu kewajiban kini entitas. Kewajiban biasanya timbul ketika aset telah
diserahkan atau entitas telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli
aset tersebut. Penyelesaian kewajiban dapat melalui pembayaran kas, penyerahan aset lain,
pemberian jasa, penggantian kewajiban dengan kewajiban lain, konversi kewajiban menjadi
ekuitas.
c. Ekuitas yaitu hak residual atas asset setelah dikurangi liabilitas. Jumlah ekuitas pada
laporan keuangan bergantung pada pengukuran aset dan liabilitas.
1. Ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos akan mengalir dari atau
ke entitas.
Pengakuan aset jika besar kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas
dan aset tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur. Aset tidak diakui kalau pengeluaran
telah terjadi dan menfaat ekonominya tidak mengalir ke entitas.
Pengakuan liabilitas kalau besar kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang
dikeluarkan dapat diukur.
Pengakuan penghasilan jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan liabilitas.
Pengakuan beban jika penurunan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan penurunan
aset atau peningkatan liabilitas. Beban diakui atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Beban segera diakui jika
pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi. Beban juga diakui saat timbul liabilitas
tanpa adanya pengakuan aset.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran yaitu proses penetapan jumlah moneter ketika unsur-unsur laporan keuangan
akan diakui dan dicatat dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran antara lain:
1. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar pada saat perolehan.
Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima.
2. Biaya kini. Aset dicatat dalam jumlah kas yang harus dibayar bila aset yang sama
diperoleh sekarang. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak didiskontokan yang
mungkin diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini.
3. Nilai realisasi/penyelesaian. Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal. Liabilitas dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian.
4. Nilai kini. Aset dicatat sebesar arus kas masuk neto masa depan yang didiskontokan ke
nilai sekarang. Liabilitas dicatat sebesar arus kas keluar neto masa depan yang didiskontokan
ke nilai sekarang.
Menurut konsep modal keuangan, modal bersinonim dengan aset neto atau akuitas entitas.
Pemilihan konsep modal didasarkan pada kebutuhan pangguna laporan keuangannya. Konsep
yang dipilih menunjukkan sasaran yang akan dicapai dalam penetapan laba. Konsep modal
menciptakan dua konsep pemeliharaan modal yaitu:
1. Pemeliharaan modal keuangan. Laba hanya diperoleh jika jumlah uang aset neto di
akhir periode lebih besar dari pada jumlah uang aset neto di awal periode.
2. Pemeliharaan modal fisik. Laba hanya diperoleh jika kapasitas produktif fisik entitas di
akhir periode lebih besar dari pada kapasitas produktif fisik entitas di awal periode.
Konsep pemeliharaan modal merupakan prasyarat untuk membedakan antara imbal hasil atas
modal entitas dan pengembalian modal. Perbedaan pokok antara dua konsep pemeliharaan
modal ini adalah perlakuan terhadap dampak perubahan harga aset dan liabilitas entitas.
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Definisi FASB, menyatakan bahwa kerangka konseptual akutansi adalah : suatu sistem yang
koheren; sub-sub sistemnya adalah (1) tujuan (objectives) dan (2) Konsep fundamental yang
saling terkait. Yang dimaksud tujuan adalah konsep-konsep yang mendasari akutansi
keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan trasaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan
yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Institut Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan mengadopsi kerangka
konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai
dasar penyusunan dan informasi keuangan di Indonesia. Sedangkan Negara-negara Amerika
dan Australia sudah memiliki kerangka konseptual sendiri.
Kerangka konseptual yang akan dibahas dalam teori akutansi akan mengacu pada kerangka
konseptual yang dikembangkan di USA.
Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk menyediakan
struktur teori akuntansi.
Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui,
1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akutansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang
memiliki beberapa tingkatan yaitu :
Pada tingkat tertinggi yang teoritis : Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan
tujuan pelaporan keuangan.
Tujuan kerangka konseptual adalah : Untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes financial statements).
IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah
untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. informasi tersebut akan
dipilih salah satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
3. Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan di
dalamnya.
Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS, FASB, pada
periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup topik-topik berikut:
1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit
5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.
Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin memahahi
kegiatan ekonomik dan bisnis perusahaan.
Membantu kreditor dan investor yang ada atau yang potensial, serta pemakai lain dalam
menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas di masa yang akan dating.
Mengenai sumber – sumber ekonomik, tuntutan terhadap sumber ekonomik, dan perubahan
di dalamnya.
Oleh karena itu tujuan laporan keuangan dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
Adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai
lainnya untuk membuat keputusan
Adalah menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan kreditor, investor untuk
menaksirkan penerimaan kas dari investasi, pinjaman kepada perusahaan.
Adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk penentuan prospek aliran kas bagi
usaha perusahaan
Tujuan yang dinyatakan dalam APB Statement No. 4 menjadi dasar untuk bentuk dan isi
laporan keuangan konvensional.
Wheat Committee
Bertugas untuk memperbaiki proses penyusunan standar, dan komite ini melaporkan hasil-
hasilnya kepada FASB.
Trueblood Committee
Bertugas untuk mengembangkan tujuan laporan keuangan dengan menentukan siapa user-
nya, informasi apa yang mereka butuhkan, seberapa banyak info yang dibutuhkan dapat
dipenuhi oleh akuntansi dan apa kerangka kerja yang diperlukan dalam menyediakan
kebutuhan akuntansi. Komite ini berhasil merumuskan 12 tujuan laporan keuangan.
Masalah – masalah praktik baru dan berisiko tinggi terhadap perkembangan akutansi harus
secara cepat di pecahkan, dengan melihat kerangka dasar teori yang ada.
Pada tingkat pertama, tujuan menunjukan sasaran dan maksud dari akutansi. Statement of
Financial Accounting Concepts No. 1 (Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk perusahaan bisnis.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 4 (Objectives of Financial Reporting by
Nonbusiness Organizations) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk organisasi-
organisasi nonbisnis.
Pada Tingkat kedua, hal-hal yang fundamental meliputi karakteristik kualitatif dari informasi
akutansi (Statement of Financial Accounting Concepts No. 2) dan difinisi dari elemen-elemen
dalam laporan keuangan (Statement of Financial Accounting No. 3) . Secara ringkas, lima
Statement of Financial Accounting Concepts yang dikeluarkan dan berhubungan dengan
pelaporan keuangan untuk perusahaan bisnis adalah :
SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No. 3 dan
memperluas ruang lingkupnya untuk ikut mencakup organisasi-organisasi nirlaba.
SPAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, memberikan sebuah kerangka untuk menggunakan arus kas dan menyajikan
nilai-nilai sebagai basis pengukuran.
Pada tingkat ketiga, pedoman operasional yang dipergunakan oleh akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akutansi meliputi kriteria pengakuan, laporan keuangan
versus pelaporan keuangan dan pengukuran (Statement of Financial Accounting Standards
No. 33).
Pada tingkat keempat, mekanisme penyajian yang digunakan oleh akutansi untuk
menyampaikan informasi akutansi meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan arus dana dan
likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.
FASB memulai usahanya dalam mengembangkan sebuah konstitusi bagia akutansi dan
pelaporan keuangan pada bulan November tahun 1978, ketiga FASB menerbitkan pedoman
luas yang bersifat perintah yang menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan dalam Statment
of Financial Accounting Concepts No. 1, Objectives of Financial Reporting by Business.
Pernyataan ini tidak hanya dibatasi pada isi dari laporan keuangan saja :
Pelaporan keuangan tidak hanya membuat laporan keuangan namun juga cara-cara lain dalam
mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem akutansi yaitu : informasi mengenai
sumber daya, kewajiban, penghasilan perusahaan, dan lain-lain.
Memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor maupun yang
sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-
keputusan lain yang serupa secara rasional.
Memberikan informasi untuk membatu para calon investor dan kreditor serta para pangguna
lain yang sudah ada dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan kas
prospektif untuk deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh
temponya surat berharga atau pinjaman.
Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim untuk sumber
daya tersebut (kewajiban dari perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas dan
ekuitas pemilik lainnya), serta dampak dari transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang
megubah sumber daya dan klaim atas sumber daya tersebut.
Memberikan informasi yang berguna bagi para manajer dan direktur dalam mengambil
keputusan yang sesuai dengan keinginan dari pemilik.
Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat dibandingkan dengan laba pada perusahaan
bisnis.
Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari kompetisi dalam pasar.
Sejumlah besar sumber daya diterima dari penyedia sumber daya, yang tidak mengharapkan
untuk menerima pembayaran kembali ataupun keuntungan ekonomi yang proposional
terhadap sumber daya yang telah mereka berikan.
Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk tujuan-tujuan selain penyediaan barang atau jasa
yang mendapatkan laba atau ekuivalen laba.
Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang dapat dijual, dialihkan, atau ditebus, atau yang
akan menjadi hak atas bagian dari distribusi nilai sisa dari sumber daya pada saat organisasi
dilikuidasi.
Terdapat empat kelompok yang khususnya berkepentingan dengan informasi yang disajikan
oleh pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis :
Penyedia sumber daya : pemimjam, pemasok, karyawan, pembayar pajak, anggota dan
kontributor.
Elemen penyusun yang menggunakan dan memperoleh keuntungan dari jasa-jasa yang
diberikan oleh organisasi.
– Informasi yang bermanfaat dalam menilai jasa dan kemampuan untuk memberikan jasa
– Informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, sumber daya bersih, dan
pembebanan-pembenannya.
– Kinerje organisasional : pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya
meberikan informasi mengenai kinerja organisasi dalam periode tertnetu
Predective value : membantu memuat prediksi tentang hasil akhir dari masa lalu, kini dan
masa depan
Verifiability : hasil yang serupa akan dihasilkan jika digunakan metode pengukuran yang
sama oleh pengukur-pengukur independen.
Kualitas Sekunder
Konsistensi : Mengaplikasikan perlakuan akutansi yang sama untuk kejadian yang serupa
setiap periode. Perusahaan dapat mengganti satu metode ke metode lainnya asalkan dapat
menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya.
Perkenalan
IASB dibuat pada tahun 2001 sebagai penerus IASC. Badan baru adalah dewan
profesional penuh waktu dengan staf pendukung yang kuat. Inidirancang untuk menjadi
penentu standar dunia yang independen, yang mencerminkan tuntutan baru yang dibuat oleh
dukungan IOSCO terhadap Standar Akuntansi Internasional dan keputusan Komisi Eropa
untuk mewajibkan penggunaan standar tersebut dalam akun grup perusahaan yang terdaftar
di dalam UE (kedua keputusan dibuat pada tahun 2000). IASB mewarisi warisan yang luar
biasa dari badan pendahulunya, tidak hanya dalam hal standar yang telah diumumkan tetapi
juga dalam hal dukungan dan niat baik internasional. Karena IASC pada dasarnya adalah
badan sukarela, yang dibentuk oleh profesi akuntansi dan pemangku kepentingannya
daripada legislator atau regulator pemerintah.
Makalah ini membahas satu aspek khusus namun mendasar dari perselisihan
internasional atas IFRS, yaitu kandungan dari standar dan dasar konseptual untuk perselisihan
tersebut. Penderitaan transisi dan keinginan untuk mengontrol proses penetapan standar
adalah reaksi alami manusia yang layak dipelajari dalam hak mereka sendiri. Namun
keduanya diperkuat oleh faktor ketiga yang menjadi sentral dari tulisan ini, yaitu budaya dari
konstituensi individu. Dengan budaya, yang kami maksud adalah kerangka kelembagaan
akuntansi, termasuk lingkungan pasar di mana ia beroperasi, dan praktik dan keyakinan
spesifik tentang peran akuntansi yang telah tumbuh dalam kerangka itu.
Proyek kerangka kerja konseptual bersama IASB dan FASB dimulai pada tahun 2002
sebagai hasil langsung dari Perjanjian Norwalk, di mana kedua dewan setuju untuk bekerja
sama di masa depan. kerangka kerja konseptual umum merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk standar umum. Tujuan dari proyek kerangka kerja konseptual adalah untuk
menghilangkan perbedaan yang ada antara kedua kerangka kerja tersebut, untuk mengisi
celah di dalamnya, dan untuk membuat perbaikan jika diperlukan. Secara khusus, kedua
kerangka kerja memiliki orientasi kegunaan keputusan yang kuat dan keduanya gagal untuk
menentukan metode pengukuran yang disukai. Di sisi lain, mengisi celah seperti pengukuran,
yang dibiarkan tidak terselesaikan karena sifatnya yang kontroversial, kemungkinan besar
akan sulit. Selain itu, proses IASB yang ekstensif akan memberikan kesempatan untuk
dikomentari oleh orang-orang (seperti banyak negara UE) yang belum 'membeli' kerangka
kerja ketika pertama kali dirancang.
Masalah penatalayanan
Tidak ada masalah yang bisa lebih penting untuk harmonisasi pelaporan keuangan
internasional selain memulai dari tujuan yang diterima secara umum. Tujuan yang
didefinisikan dalam bab 1 adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi keputusan
untuk penyedia keuangan saat ini dan yang akan datang. Sasaran tersebut diasumsikan dapat
dipenuhi dengan memberikan informasi yang akan membantu dalam prediksi arus kas masa
depan kepada entitas, dan kumpulan informasi yang sama diasumsikan dapat digunakan
untuk kelompok pengguna informasi keuangan yang lebih luas. Jenis informasi ini mengarah
pada fokus harga di pasar keuangan: informasi yang disediakan adalah informasi yang akan
digunakan investor dalam keputusan beli / jual. Semua ini termasuk dalam Kerangka IASB
saat ini ( IASC, 1989 ). Apa yang baru adalah kebutuhan penatalayanan diasumsikan
terpenuhi dalam keputusan.
Penatalayanan tidak diragukan lagi memiliki asal-usul budaya, dalam pengertian yang
dijelaskan sebelumnya. Penghapusannya sebagai tujuan independen dalam kerangka yang
diusulkan tidak menimbulkan kesulitan bagi FASB karena ini bukan komponen penting dari
kerangka FASB saat ini. Dukungan untuk penatalayanan datang paling kuat dari Eropa.
Alasannya mungkin karena AS memiliki pasar modal yang paling dalam dan paling likuid,
termasuk pasar yang dikendalikan oleh perusahaan, sehingga pendisiplinan manajemen
terjadi terutama melalui pasar modal.
Inggris sering dianggap di bagian Eropa lainnya sebagai bagian dari sistem 'Anglo-
Saxon' dan tentunya memiliki tradisi pasar modal yang lebih kuat dan orientasi pemegang
saham yang lebih besar dalam konsep penatalayanannya daripada bagian Eropa lainnya.
Namun demikian, Inggris Raya berbeda dari AS dalam hal-hal penting. Salah satu wujudnya
adalah Kode Tata Kelola Perusahaan yang berupaya mengatur dan meningkatkan perilaku
dan akuntabilitas direksi, memperkuat dialog antara direksi dan pemegang saham. Kode
adalah tanggung jawab Dewan Pelaporan Keuangan, yang juga merupakan badan induk dari
Dewan Standar Akuntansi Inggris, yang memimpin dalam penyusunan kritik PAAinE atas
penarikan yang diusulkan dari konsep penatalayanan sebagai tujuan terpisah dalam kerangka
IASB.
Analisis menarik oleh Bush (2005) telah mengeksplorasi berbagai sistem hukum yang
mengatur pelaporan keuangan di Inggris dan Amerika Serikat. Dia menyarankan bahwa
orientasi Inggris untuk penatalayanan kepada pemegang saham saat ini berasal dari fakta
bahwa akuntansi keuangan diatur oleh hukum perusahaan. Misalnya, persyaratan untuk
mengarsipkan akun pada catatan publik muncul, di Inggris, dari penggabungan berdasarkan
Companies Acts, sehingga persyaratan untuk mengarsipkan tidak terbatas pada perusahaan
yang terdaftar. Orientasi AS terhadap penyediaan informasi keuangan yang berguna bagi
keputusan untuk pasar modal, di sisi lain, mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa otoritas
pelaporan keuangan berada pada Securities and Exchange Commission, di bawah Securities
Acts.
Kesimpulan
Pencapaian IASB baru-baru ini cukup besar, tetapi penerimaan atau pengakuan
formal IFRS perlu didukung oleh pertemuan pikiran yang tulus tentang prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya. Agar hal ini terjadi, harus ada kesepakatan tentang kerangka
konseptual yang mendasari standar tersebut. Proyek saat ini untuk merevisi kerangka
konseptual merupakan bagian penting dari proses ini, tetapi ini mengungkap beberapa
perbedaan budaya mendasar yang perlu diselesaikan, terutama dalam kaitannya dengan peran
tujuan penatalayanan. Perbedaan ini tertanam dalam lingkungan pasar dan sistem tata kelola
perusahaan yang berbeda di mana IFRS diterapkan.
Secara khusus, Kuhn membahas tiga cara di mana gerakan revolusioner terjadi: (1)
pencarian untuk menjelaskan anomali, (2) munculnya penemuan baru, atau (3) sebagai
respons terhadap krisis. Karena kejadian-kejadian ini, ketidakkonsistenan muncul ketika
paradigma yang ada tidak lagi memenuhi keadaan saat ini. Dengan demikian, sebuah revolusi
mulai mencari teori-teori baru, yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat
diselesaikan oleh teori-teori lama. Kuhn menggambarkan revolusi sebagai proses yang
melepaskan satu set keyakinan untuk set keyakinan berbeda yang diperjuangkan oleh rezim
baru ( Kuhn, 1970 , hal. 93). Perlawanan terhadap paradigma baru tidak dapat dihindari
karena paradigma lama tertanam dalam diri para profesional saat ini melalui pendidikan
formal dan pengalaman kerja.
Dalam hierarki ini, informasi yang berguna untuk keputusan adalah informasi yang
relevan, diwakili dengan tepat, dapat dibandingkan, dan dapat dimengerti. Ciri-ciri tersebut
diterapkan secara berurutan saat menentukan informasi apa yang dilaporkan, karena
penerapan ciri tersebut mengikuti urutan yang logis.
Terdapat bukti yang meyakinkan bahwa informasi akuntansi yang diberikan kepada
pengambil keputusan dalam ekonomi informasi tidak memenuhi kebutuhan mereka. Pada
tahun 1991, Elliott menyerukan ukuran tingkat perubahan dan meningkatkan pengungkapan
off-balance sheet untuk memenuhi kebutuhan pengguna ( Elliott, 1991 ). Pada tahun 1992, ia
kembali menyerukan akuntansi internal dan eksternal untuk berubah dalam terang ekonomi
pasca-industri, untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen dan pengguna pihak
ketiga ( Elliott, 1992 ). Laporan Association for Investment Management and Research
(AIMR).
Salah satu masalah yang sangat penting adalah bagaimana perubahan nilai wajar akan
diakui pada laporan laba rugi. Dalam paradigma industri, beberapa perubahan nilai wajar
diakui di neraca (pada penghasilan komprehensif lain) dan lainnya diakui pada laporan laba
rugi. Menemukan solusi untuk masalah yang terkait dengan pengakuan pendapatan sangat
penting untuk berhasil .pindah ke paradigma informasi.
Aku tahu dunia menyukai satu angka garis bawah dan semua itu, tetapi bisnis yang
rumit sulit diterjemahkan ke dalam satu angka ”( Reilly, 2007 ). Ubah masalah yang harus
diselesaikan
Ciri kedua dari revolusi adalah perubahan masalah yang harus diselesaikan. Masalah di
bawah paradigma industri sering kali berkisar pada pengukuran dan pengakuan biaya dan
pendapatan. Satu hal penting Persoalan dalam paradigma informasi adalah bagaimana
menentukan nilai wajar. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, FASB mengeluarkan
Konsep 7, Menggunakan Informasi Arus Kas dan Nilai Sekarang dalam Pengukuran
Akuntansi ( FASB, 2000b ) dan Pernyataan 157, Pengukuran Nilai Wajar ( FASB, 2006c ).
Pernyataan 157 tidak mensyaratkan penggunaan nilai wajar dalam laporan keuangan;
sebaliknya, ini memberikan definisi nilai wajar dan hierarki tiga tingkat untuk mengukur nilai
wajar. Selanjutnya, ia mencoba untuk memberikan definisi nilai wajar yang konsisten dengan
menggunakan harga keluar. Jika tidak tersedia harga keluar berbasis pasar (Tingkat 1),
standar tersebut mengharuskan perusahaan untuk menggunakan model estimasi guna
menentukan nilai. Panduan dalam standar bermaksud untuk mengurangi beberapa
kekhawatiran tentang komparabilitas. Masalah utama lainnya yang harus ditangani dalam
paradigma informasi adalah bagaimana mengenali pendapatan dalam laporan laba rugi.
Secara khusus, dalam ekonomi industri, pendapatan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi
ketika pendapatan tersebut dapat direalisasikan dan diperoleh. Definisi ini menghadirkan
beberapa anomali dalam paradigma industri yang mengakibatkan masalah tersebut ditangani
lebih dari 180 kali dalam GAAP saat ini ( Fitch Ratings, 2006 ). Salah satu masalah yang
sangat penting adalah bagaimana perubahan nilai wajar akan diakui pada laporan laba rugi.
Dalam paradigma industri, beberapa perubahan nilai wajar diakui di neraca (pada penghasilan
komprehensif lain) dan lainnya diakui pada laporan laba rugi. Menemukan solusi untuk
masalah yang terkait dengan pengakuan pendapatan sangat penting untuk berhasil pindah ke
paradigma informasi. Singkatnya, jenis estimasi dan pertimbangan yang digunakan dalam
menentukan nilai wajar jauh berbeda dari yang digunakan dalam alokasi biaya. David Larsen,
Managing Director di Duff and Phelps, mengatakan bahwa meskipun sulit untuk
memperkirakan nilai wajar, menggunakan pendekatan yang konsisten untuk membuat
estimasi menunjukkan peningkatan substansial dari biaya historis ( MacFadyen, 2007 ).
Untuk membuat taksiran dan penilaian yang terkait dengan penilaian, profesional akuntansi
perlu memperlengkapi kembali keahlian mereka.
Kesimpulan
Sebagai ilmu sosial, perubahan akuntansi memiliki dimensi tambahan dari perilaku
manusia yang berinteraksi dengan paradigma akuntansi. Banyak debat dalam praktiknya
mengintegrasikan dimensi perilaku, dan memang seharusnya begitu. Meskipun akuntansi
harus menanggapi perubahan dalam lingkungan ekonomi, akuntansi tidak dapat mengontrol
perilaku individu dalam praktiknya, tidak lebih dari itu dapat mengontrol lingkungan
ekonomi. Keduanya tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, paradigma menyesuaikan sebaik
mungkin dalam konteks lingkungan yang selalu berubah.