Anda di halaman 1dari 42

TUGAS RMK TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

Disusun Oleh :
Yusman (206020300011010)
Eliza Virginia (206020300011005)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
DEEGAN CH 6

TEORI AKUNTANSI TEORI AKUNTANSI NORMATIF- NORMATIFKASUS


PROYEK KERANGKA KONSEPTUAL

Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi

Menurut FASB mendefinisikan kerangka konseptual sebagai sebuah sistem yang


koheren dari tujuan dan fundamental yang saling terkait yang diharapkan akan mengarah
pada yang diharapkan akan mengarah pada standar yang konsisten (Pernyataan konsep
akuntansi keuangan Nomor 1: Tujuan Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan Bisnis, 1978).
Kerangka kerja konseptual berusaha untuk menyediakan teori akuntansi. Kerangka
konseptual memberikan preskripsi sehingga mereka dianggap sebagai teori normatif
akuntansi. Kerangka konseptual menetapkan sifat, fungsi, dan batasan akuntansi dan
pelaporan keuangan.

Dasar pemikiran kerangka kerja konseptual Dasar pemikiran kerangka kerja


konseptual untuk men untuk mengembangkan praktek pelaporan gembangkan praktek
pelaporan keuangan secara logis dan konsisten, kita perlu mengatasi masalah-masalah
seperti : apa yang kami maksud dengan pelaporan keuangan dan apa yang seharusn
seharusnya menjadi ruang lingkupnya, ya menjadi ruang lingkupnya, karakteristik organisasi
yang menunjukkan bahwa entitas harus menghasilkan laporan keuangan, apa tujuan
pelaporan keuangan, apa karakteristik kualita eristik kualitatif informasi keuangan yang tif
informasi keuangan yang seharusnya dimiliki, apa saja unsur pelaporan keuangan, aturan
pengukuran apa yang harus digunakan. Para pendukung berpendapat bahwa tanpa
kesepakatan tentang masalah fundamental, standar akuntansi akan dikembangkan secara ad
hoc dengan konsistensi terbatas antara standar akuntansi dengan tidak adanya kerangka
konseptual. Kerangka kerja harus dikembangkan dalam urutan tertentu dengan beberapa
masalah harus diselesaikan sebelum pindah ke “building blocks” berikutnya.

Tinjauan Singkat Tentang Sejarah Perkembangan KerangkaKerja Konseptual

Kerangka konseptual dikembangkan di sejumlah yurisdiksi termasuk AS, Inggris,


Kanada, Australia, Selandia Baru, Komite Standar Akuntansi Internasional. Dalam beberapa
tahun terakhir banyak negara telah mengadopsi kerangka IASB mengingat bahwa mereka
telah memutuskan untuk mengadopsi standar akuntansi yang dirilis oleh IASB. Tidak ada
pembuat standar yang mengembangkan kerangka konseptual secara kengkap, masalah
pengukuran biasanya tidak tertangani.

Moonitz (1961) dan Sprouse dan Moonitz (1962) menetapkan bahwa praktik akuntansi harus
didasarkan pada current akuntansi harus didasarkan pada current value. Grad value. Grady
(1965) mengembangkan teori akuntansi y (1965) mengembangkan teori akuntansi
berdasarkan deskripsi praktik yang ada sehingga menyebabkan rilisnya Accounting
PrinciplesBoard (APB) No. 4, namun profesi akuntansi dibawah kritik karena kurangnya
kerangka yang k karena kurangnya kerangka yang nyata.

a. Trueblood Report

AICPA membentuk komite trueblood pada tahun 1971 AICPA membentuk komite
trueblood pada tahun 1971 yang menghasilkan trueblood ng menghasilkan trueblood report
yaitu laporan yang menguraikan 12 tujuan akuntansi dan tujuh karakteristik kualitatif yang
harus dimiliki oleh informasi keuangan. Objektif 1 berfokus pada kebutuhan informasi
pengguna pengguna laporan keuangan. O angan. Objektif 2, bjektif 2, perlu melay perlu
melayani penggu ani pengguna dengan na dengan kemampuan kemampuan terbatas terbatas
untuk meminta informasi keuangan.

b. Proyek Kerangka Kerja Konseptual FASB

Pada tahun 1974 APB digantikan oleh FASB yang kemudian memulai proyek
kerangka konseptualnya. Enam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) dirilis
dari tahun 1978 hingga 1985. SFACs awal cukup normatif, tetapi SFAC No. 5 tif, tetapi
SFAC No. 5 yang berkaitan yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran sebagian
besar deskriptif praktek saat ini me riptif praktek saat ini menerima banyak nerima banyak
kritik. Sejak 2005 FASB dan IASB telah bekerja sama menuju perkembangan kerangka kerja
konseptual yang direvisi, yang akan digunakan oleh kedua belah pihak yang disebut sebagai
proyek konvergensi.

c. Perkembang Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di an Kerangka Kerja Konseptual


di Inggris Inggris

Di Inggris langkah awal menuju panduan yang berkaitan dengan tujuan dan
identifikasi pengguna yang disediakan oleh The Corporate Report (1976). The Corporate
Report berkaitan dengan pengalamatan hak masyarakat dalam hal akses mereka ke informasi
keuangan (lebih luas daripada anggapan pengguna yang diadopsi dalam kerangka kerja
lainnya). Akhirnya isi secara umum tidak diterima oleh profesi akuntansi. Pada tahun 1991
Accounting Standards Board (ASB) mengadopsi kerangka konseptual IASC. Kerangka IASC
pada umumnya umumnya konsisten konsisten dengan kerangka kerangka kerja AS dan
Australia Australia yang kemudia kemudia dikenal dikenal sebagai kerangka IASB.

d. Perkembang Perkembangan Kerangka Kerja an Kerangka Kerja Konseptual di Konseptual


di Australia Australia

Tingkat perkembangannya lambat. Hanya empat Statement of Accounting (SAC)


yang dirilis. SAC 1 (definisi entitas pelaporan), SAC 2 (tujuan secara umum pelaporan
keuangan), SAC 3 (karakteristik kualitatif informasi keuangan), SAC 4 (definisi dan
pengakuan unsur-unsur pengakuan unsur-unsur laporan laporan keuangan), SAC keuangan),
SAC ke 5 yang terkait yang terkait dengan pengukuran tidak pernah pernah dirilis. dirilis.
Pada tahun 2005, Australia Australia mengadopsi mengadopsi kerangka kerangka IASB
sebagai sebagai hasil dari keputusan Dewan Pelaporan Keuangan bahwa Australia akan
mengadopsi IAS/IFRS pada tahun 2005. SAC 3 dan SAC 4 ditinggalkan. SAC 1 dan SAC 2
dipertahankan hingga saat kerangka IASB yang direvisi dikembangkan.

Membangun Block Kerangka Kerja Konseptual

a. Definisi Entitas Pelaporan

Kerangka konseptual memberikan definisi atas entitas yang diperlukan untuk menghasilkan
GPFR yang dikenal sebagai entitas pelaporan. General Purpose Financial Report (GPFR)
didefinisikan sebagai laporan: Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi secara
umum bagi pengguna yang tidak mampu menguasai penyusunan laporan yang disesuaikan
sehingga memuaskan, khususnya semua kebutuhan informasi mereka (SAC 1 paragraf 6)
GPFR adalah laporan yang sesuai dengan standar akuntansi dan prinsip akuntansi yang
berlaku umum lainnya (GAAP). Sedangkan laporan tujuan khusus disediakan untuk
memenuhi permintaan informasi dari pengguna tertentu, atau sekelompok pengguna. Tidak
semua entitas digolongkan sebagai entitas pelaporan. SAC 1 menyatakan bahwa GPFR harus
dipersiapkan ketika ada pengguna Kebutuhan informasinya memiliki elemen yang sama, dan
para pengguna tersebut tidak dapat memerintahkan persiapan informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi individual mereka' (para. 8).

Faktor-faktor yang menunjukkan entitas pelapor (SAC 1)

1. Pemisahan manajemen dari mereka yang memiliki kepentingan ekonomi dalam entitas
2. Kepentingan ekonomi / politik / pengaruh entitas kepada pihak lain

3. Karakteristik keuangan entitas

b. Tujuan General Purpose Financial Reporting (GPFR)

Tujuan secara tradisional adalah untuk memungkinkan pihak luar dalam menilai pengelolaan
pengelolaan manajemen. manajemen. Tujuan terbaru terbaru dari pelaporan pelaporan
keuangan keuangan adalah untuk membantu membantu melaporkan kepada pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan dari General Purpose Financial Reporting dalam
SAC 2 dianggap untuk memberikan informasi kepada pengguna yang berguna untuk
membuat pengguna yang berguna untuk membuat dan mengevalua dan mengevaluasi
keputusan tentang alokasi sumberdaya yang langka. Tujuan lain dari pelaporan keuangan
adalah untuk memungkinkan entitas

pelaporan pelaporan untuk menunjukkan menunjukkan akuntabilitas akuntabilitas antara


entitas entitas dan pihak-pihak pihak-pihak yang dianggap dianggap bertanggung jawab atas
bertanggung jawab atas entitas terse entitas tersebut. Akuntabilitas but. Akuntabilitas
didefinisikan sebagai didefinisikan sebagai kewajiban untuk kewajiban untuk memberikan
suatu akun atau perhitungan tindakan-tindakan yang menjadi tanggung jawab seseorang.

c. Pengguna Laporan Keuangan

SAC 2 mengidentifikasi tiga kel SAC 2 mengidentifikasi tiga kelompok pengguna utama
ompok pengguna utama untuk GPFR: untuk GPFR:

1. Penyedia sumber daya Meliputi karyawan, pemberi pinjaman, kreditur, pemasok, investor
dan kontributor.

2. Penerima barang dan jasa Meliputi pelanggan dan penerima manfaat.

3. Pihak yang melakukan fungsi peninjauan dan pengawasan Meliputi parlemen, pemerintah,
badan pengatur, analis, serikat pekerja, kelompok pengusaha, media dan kelompok minat kh
pengusaha, media dan kelompok minat khusus.

d. Karakteris Karakteristik Kualitiatif Laporan Kualitiatif Laporan Keuangan Keuangan


Untuk memastikan informasi keuangan berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, kita
perlu mempertimbangkan atribut atau kualitas yang seharusnya dimiliki informasi keuangan.
Karakteristik kualitatif primer telah diidentifikasi dalam kerangka IASB diantaranya mampu
dipahami, relevansi, realibilitas, dan komparabilitas. Kerangka IASB tampaknya memberikan
keunggulan yang lebih besar terhadap relevansi dan reliabilitas.

Kemampuan Memahami (Understandability)

Dalam kerangka IASB, informasi dianggap dapat dimengerti jika mungkin dipahami
oleh pengguna dengan beberapa pengetahuan bisnis dan akuntansi. Namun, ini tidak berarti
bahwa tansi. Namun, ini tidak berarti bahwa informasi kompleks yang relevan dengan
pembuatan keputusan ekonomi harus dihilangkan dari laporan keuangan karena tidak
mungkin dipahami oleh beberapa pengguna.

Relevansi

Informasi dianggap relevan jika mempengaruhi keputusan ekonomi bagi pengguna


dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, sekarang atau masa depan
untuk mengkonfirmasikan, atau mengoreksi, evaluasi masa lalu mereka. Agar relevan,
informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Ada dua
aspek utama untuk relevansi - agar informasi menjadi relevan, harus memiliki nilai arus
memiliki nilai prediktif dan nilai umpan prediktif dan nilai umpan balik.

Materialitas

Kerangka IASB paragraf 30 menanyatakan bahwa sebuah item dikatakan material jika
kelalaian atau salah s kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputu aji dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi bagi pengg san ekonomi bagi pengguna yang diambil una
yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas memberikan cut-off daripada menjadi
karakteristik kualitatif utama yang harus dimiliki informasi j kualitatif utama yang harus
dimiliki informasi jika ingin berguna. ingin berguna.

Realibilitas

Informasi dianggap dapat diandalkan jika disajikan secara tepat sert secara tepat serta
bebas dari kesalahan dan a bebas dari kesalahan dan bias. Realibilitas Realibilitas adalah
fungsi adalah fungsi dari ketepata dari ketepatan penyajian n penyajian (representational
faithfulness), daya uji (verifiability) dan netralitas (neutrality). Secara tradisional, akuntan
mengadopsi doktrin konservatisme atau kehati-hatian. Bias terhadap mengecilkan nilai aset
dan melebih-lebihkan kewajiban. Doktrin ini tidak konsisten dengan pengertian reliabilitas
atau kebebasan dari bias.
Komparabilitas

Untuk memfasilitasi perbandingan laporan keuangan entitas yang berbeda, metode


pengukuran yang berbeda, metode pengukuran dan pengungkapan harus konsisten-tetapi
harus diubah jika tidak lagi relevan dengan keadaan tidak lagi relevan dengan keadaan
entitas.

Keseragaman dan Konsistensi onsistensi

Keseragaman dan konsistensi menyiratkan keuntungan dalam membatasi jumlah


metode akuntansi yang dapat digunakan oleh entitas pelaporan. Telah menyatakan bahwa
perusahaan yang mengadopsi metode akuntansi tertentu karena mereka paling mence reka
paling mencerminkan kinerja yang rminkan kinerja yang mendasarinya, dengan membatasi
metode yang tersedia akan membebankan bia akan membebankan biaya pada entitas ya pada
entitas pelaporan.

e. Dapatkah GPFR Memberikan Laporan Kinerja Yang Tidak Memihak Memihak

Praktik akuntansi sangat bergantung pada penilaian profesional. Sebelum standar


akuntansi dirilis, pembuat standar berusaha untuk menentukan konsekuensi ekonomi
mengikuti standar. Jika mempertimbangkan konsekuensi ekonomi maka standar tidak dapat
dianggap obyektif atau netral. J dianggap obyektif atau netral. Jika kita menerima g ika kita
menerima gagasan bahwa penyusun akan didor agasan bahwa penyusun akan didorong oleh
oleh kepentingan diri sendiri (dari Teori Akuntansi Positif), pengertian objektivitas atau
netralitas tidak realistis. Sifat politik dari proses pengaturan standar juga mempengaruhi
entralitas dan objektivitas.

f. Definisi Elemen Pelaporan Keuangan

Definisi Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan mengalir ke
entitas' (Kerangka IASB, para. 49 (a)). Tiga karakteristik utama yaitu 1) harus menjadi
manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan, 2) entitas pelapor harus mengendalikan
manfaat ekonomi masa depan, 3) transaksi atau perisriwa masa lalu yang menyebabkan
kontrol ekonomi masa depan entitas pelaporan harus terjadi. Definisi mengacu pada manfaat
dan bukan sumbernya, tanpa adanya manfaat ekonomi di masa depan, objek atau hak tidak
akan memenuhi syarat sebagai aset. Karakteristik kontrol berkaitan dengan kapasitas untuk
memperoleh manfaat dari ase tas untuk memperoleh manfaat dari aset dan untuk menolak
atau mengatur akses orang lain terhadap manfaatnya.

Aset dan semua unsur akuntansi lainnya harus diakui kapan, besar kemungkinan
bahwa manfaat manfaat ekonomi ekonomi masa depan yang terkait terkait dengan item akan
mengalir mengalir ke atau dari entitas, dan item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan reliabilitas (Kerangka

IASB, para. 83).

Definisi Kewajiban

Kewajiban didefinisikan sebagai :

'... kewajiban entitas saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya dih
penyelesaiannya diharapkan meng arapkan mengakibatkan akibatkan arus keluar arus keluar
dari sumber dari sumber daya entitas daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi'
(IASB Framework, para. 49 (b))

Kewajiban sekarang tidak hanya mengacu pada kewajiban yang dapat dilaksanakan
secara hukum tetapi juga yang dikenakan oleh gagasan tentang keset ng kesetaraan dan
keadilan, atau dengan araan dan keadilan, atau dengan kebiasaan atau praktik bisnis l
kebiasaan atau praktik bisnis lainnya. Kewajiban ha ainnya. Kewajiban harus diakui kapan,
ada kemungkin rus diakui kapan, ada kemungkinan bahwa an bahwa pengorbanan manfaat
pengorbanan manfaat ekonomi ekonomi akan diperlukan, diperlukan, dan jumlah kewajiban
kewajiban dapat diukur dengan andal.

Definisi Ekuitas

Ekuitas didefinisikan sebagai hak sisa atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajibannya' (Kerangka IASB, paragraf 49 (c)). Sebagai hak sisa, peringkat setelah
kewajiban dalam hal klaim terhadap aset. Definisi ekuitas adalah fungsi langsung dari
definisi aset dan kewajiban.

Definisi Penghasilan

IASB mendefinisikan penghasilan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama


periode akuntansi periode akuntansi dalam bentuk dalam bentuk arus masuk arus masuk
atau peningkatan as atau peningkatan aset atau et atau penurunan kewajiban penurunan
kewajiban

yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi dari peserta

ekuitas' (SAC 4, para. 70 (a) ).

Penghasilan dapat diakui dari hubungan perdagangan normal, serta dari transfer nontimbal
balik seperti hibah, sumbangan, wasiat atau di mana kewajiban diampuni. Seperti halnya

unsur akuntansi lainnya, pendapatan diakui kapan, ada kemungkinan bahwa aliran masuk
atau

peningkatan lainnya peningkatan lainnya atau penghematan dalam penghematan dalam arus
keluar dari keluar dari manfaat manfaat ekonomi masa ekonomi masa depan

telah terjadi, dan arus masuk atau peningkatan lainnya atau penghematan dalam arus keluar

manfaat ekonomi masa depan dapat diukur dengan andal.

Definisi Beban

Kerangka IASB mendefinisikan beban sebagai:

Penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang m terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan engakibatkan penurunan ekuitas, ekuitas, selain
yang berkaitan dengan distribusi kepada penanam modal (IASB Framework, para. 70 (b) )

Suatu beban harus diakui kapan, besar kemungkinan bahwa konsumsi atau hilangnya manfaat
ekonomi di masa depan yang mengakibatkan penurunan aset dan / atau aset dan / atau
peningkatan kewajiban peningkatan kewajiban telah terjadi, dan konsumsi atau hilangnya
manfaat ekonomi dapat diukur dengan andal.

g. Prinsip Pengukuran

Sampai saat ini sangat sedikit preskripsi dalam kaitannya dengan pengukuran yang
disediakan oleh kerangka konseptual. Pernyataan FASB memberika deskripsi sebagai
pendekatan untuk mengukur elemen pendekatan untuk mengukur elemen tanpa memberika p
tanpa memberika preskripsi. reskripsi.

Manfaat Yang Terkait Dengan Kerangka Kerja Konseptual

1. Standar akuntansi harus lebih konsisten dan logis

2. Pengatur standar harus lebih bertanggung jawab atas keputusan mereka

3. Komunikasi antara pengatur standar dan konstituen mereka harus ditingkatkan

4. Pengembangan standar akuntansi harus lebih ekonomis

5. Jika kerangka kerja konseptual mencakup masalah tertentu, mungkin ada kebutuhan yang
berkurang untuk standar akuntansi tambahan

6. Menekankan peran 'kegunaan keputusan' dari laporan keuangan daripada membatasi


perhatian pada masalah yang terkait dengan stewardship.

Kerugian kerangka kerja konseptual:

1. Organisasi yang lebih kecil mungkin merasa terbebani dengan persepsi dengan persyaratan
pelaporan persyaratan pelaporan

2. Biasanya ekonomi dalam fokus sehingga mengabaikan transaksi yang tidak melibatkan

transaksi pasar atau pertukaran hak milik, lebih lanjut memperkuat pentingnya kinerja
ekonomi relatif terhadap kinerja sosial

3. Mewakili kodifikasi praktik yang ada

KERANGKA KONSEPTUAL SEBAGAI SARANA KERANGKA KONSEPTUAL


SEBAGAI SARANA UNTUK MELEGITIMA UNTUK MELEGITIMASI BADAN SI
BADAN

Pengaturan Standar

Beberapa (misalnya Hines dan Solomon) telah menyarankan bahwa kerangka


konseptual telah digunakan sebagai alat untuk membantu memastikan keberadaan profesi
akuntansi yang sedang berlangsung. Meningkatkan kemampuan profesi untuk mengatur diri
sendiri, sehingga meniadakan intervensi pemerintah.
MICHAEL GAFFIKIN CH 5

STANDARISASI PRAKTEK AKUNTANSI

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1920-
an, sesuai dengan semangat zaman, optimisme yang luar biasa, yang mengarah pada
maraknya pembelian saham (saham) di perusahaan-perusahaan. Saham dibeli seperti banyak
komoditas lain daripada sebagai hasil dari perencanaan investasi yang cermat. Akibatnya,
dalam jatuhnya pasar saham yang memicu 'Depresi Ekonomi Hebat' pada tahun 1930-an,
banyak orang kehilangan sejumlah besar uang dan akibatnya menderita kesulitan ekonomi
yang ekstrim, sampai-sampai menyebabkan mereka bunuh diri. Bagian dari alasan runtuhnya
perusahaan besar-besaran adalah bahwa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan ini lebih
diarahkan pada keinginan manajemen yang memuaskan daripada mencoba menggambarkan
realitas ekonomi yang mendasari yang dirasakan.

Prinsip untuk Praktisi

Salah satu konsekuensi dari jatuhnya pasar saham adalah seruan kuat untuk disiplin
akuntansi untuk menghasilkan informasi keuangan di mana pihak yang berkepentingan dapat
mengandalkan informasi yang mengandung beberapa korespondensi dengan realitas ekonomi
dan keseragaman praktik oleh praktisi.

New York Stock Exchange (NYSE) meminta profesi akuntansi untuk


mengembangkan daftar standar akuntansi yang diterima. Kedua adalah pembentukan Komisi
Sekuritas dan Bursa (SEC) oleh pemerintah pada tahun 1934. Adalah penting bagi NYSE
untuk memulihkan kepercayaan publik dalam berinvestasi di perusahaan dan, sebagai
tanggapan atas seruannya, Institut Akuntan Amerika (sekarang AICPA) menghasilkan daftar
lima prinsip.

1. Laba yang belum direalisasi tidak boleh dikreditkan ke laba bersih. Keuntungan
direalisasikan saat penjualan selesai.
2. Tambahan modal disetor tidak boleh dibebankan dengan item yang lebih tepat
dibebankan ke laba bersih.
3. Saldo laba anak perusahaan tidak boleh ditambahkan ke konsolidasi penghasilan
4. Dalam keadaan yang jarang terjadi, saham treasuri dapat dianggap sebagai aset
perusahaan, tetapi dividen atas saham tersebut tidak boleh dianggap sebagai
pendapatan.
5. Wesel tagih pejabat, afiliasi dan karyawan harus diungkapkan secara terpisah.
Pencatatan prinsip-prinsip ini menandai awal dari upaya profesi untuk
mengatur praktik akuntansi. Itu adalah awal dari gerakan profesi untuk membentuk
rezim pengaturan sendiri. Regulasi mandiri yang serius dipandang perlu untuk
mencegah campur tangan negara untuk menegakkan regulasi terhadap praktisi
akuntansi. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menjaga integritas profesi
akuntansi karena kemampuan mengatur diri sendiri secara efektif dipandang sebagai
salah satu ciri khas suatu profesi. Oleh karena itu, profesi akuntansi terus menjadi
perusahaan swasta yang sangat sesuai dengan ideologi kapitalisme. Tetapi negara
melakukan campur tangan dalam menciptakan SEC, dan salah satu fungsinya adalah
mengawasi informasi akuntansi yang dipublikasikan dari perusahaan-perusahaan
publik.

Perkembangan pada tahun 1930-an sangat mempengaruhi proses regulasi akuntansi


di AS, dan pertanyaan seputar masalah yang terlibat berlanjut selama bertahun-tahun. Empat
puluh tahun kemudian, periode perubahan besar lainnya dalam sikap dan praktik regulasi
akuntansi dimulai.

Akuntansi baru

Ada banyak perubahan dalam persepsi akuntansi pada dekade 1970-an. Terdapat
ketidakpuasan yang signifikan dengan pengoperasian Dewan Prinsip Akuntansi (APB) yang
telah dibentuk pada tahun 1959 untuk menggantikan Komite Prosedur Akuntansi, dan
dianggap gagal untuk mengembangkan landasan teoritis untuk akuntansi. Badan profesional
(AICPA) membentuk dua komite di awal tahun 1970-an. Salah satunya adalah Kelompok
Studi Tujuan Laporan Keuangan (Komite Trueblood) dan Kelompok Studi Pembentukan
Prinsip Akuntansi (Komite wheat).

Komite Trueblood mengeluarkan laporannya menjelang akhir tahun 1973 yang


mencantumkan 12 tujuan pelaporan keuangan. Tema sentral dari objektivitas ini
menunjukkan pergeseran besar (dinyatakan) dalam persepsi penggunaan akuntansi (laporan
keuangan).
Di sisi lain, kesimpulan dari Komite Gandum memang menandakan perubahan besar.
Hal ini sehubungan dengan cara bagaimana pengaturan mandiri akuntansi harus
dipertahankan. Perkembangan paling radikal adalah pembentukan badan independen dari
AICPA, yang bertanggung jawab untuk mengatur praktik akuntansi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (FASB). Sebenarnya Komite Gandum membentuk tiga badan. Ada,
pertama, Yayasan Akuntansi Keuangan (FAF), yang memiliki 16 wali, dan kemudian FASB
dan Dewan Penasihat Standar Akuntansi Keuangan. Masih ada hingga saat ini, FAF
mendanai dua badan lainnya, menunjuk anggotanya dan mengawasi operasi FASB. FASBlah
yang bertanggung jawab atas penerbitan standar akuntansi.

FASB menerbitkan beberapa jenis publikasi, termasuk Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (yang membentuk GAAP), dan Interpretasi, yang menjelaskan, mengklarifikasi
dan menguraikan GAAP. Itu juga telah melakukan proyek besar untuk membangun landasan
teoritis untuk akuntansi yang dikenal sebagai kerangka Konseptual. Ini adalah proyek yang
sedang berlangsung dan FASB, dari waktu ke waktu, mengeluarkan Pernyataan Konsep
Akuntansi Keuangan (SFAC) sebagai elemen dari kerangka konseptual secara keseluruhan.
Ada proses yang seharusnya untuk menerbitkan standar akuntansi, yang tidak selalu
difokuskan oleh FASB, dan ini telah menjadi kritik utama yang dilontarkan di Dewan.
Penerbitan SFAC merupakan proses yang menyakitkan dan berlarut-larut bagi FASB dan
proyek tersebut tampaknya terhenti.

Peraturan akuntansi di luar Amerika Serikat

Di Inggris Raya ada hambatan sosial dalam penerimaannya. Itu penting bagi mereka
yang ingin mengejar karir di bidang akuntansi untuk memulai sebagai juru tulis yang
diartikulasikan. Ini adalah bentuk magang dan biasanya juru tulis akan membayar untuk
posisi itu daripada dibayar. Jadi, hanya mereka yang mampu membayar menjadi akuntan.

Baik di Kanada maupun Australia, terdapat lebih dari satu badan profesional yang
mewakili akuntan, dan setiap langkah untuk mengembangkan prinsip akuntansi memerlukan
kerjasama di antara mereka.

sekitar pertengahan abad ke-20. Akuntansi dianggap sangat berbeda di sebagian besar
negara Eropa Kontinental. Pengakuan akuntan sebagai profesional independen ternyata
datang jauh lebih lambat. Di Prancis, peraturan akuntansi pertama terkandung dalam Code
Savary of Namun, akuntansi dipandang sebagai praktik teknis apakah itu melibatkan
penyusunan laporan keuangan (akuntansi keuangan), audit atau akuntansi manajemen, dan
dianggap sebagai bagian dari tata kelola bisnis secara keseluruhan. Akuntansi di Prancis,
bersama dengan banyak aspek kehidupan lainnya, dipengaruhi oleh Perang Dunia Kedua dan
undang-undang tambahan telah dirancang. Setelah perang, pada tahun 1947, sebuah rencana
akuntansi dibuat yang akan diterapkan pada setiap sektor ekonomi. Rencana tersebut, yang
dikenal sebagai Plan Comptable General, termasuk bagan akun yang harus dipatuhi oleh
semua akuntansi dalam bisnis. Dengan perkembangan tertentu di paruh kedua abad ke-20,
rencana tersebut secara bertahap kehilangan relevansinya. Ini termasuk pertumbuhan
berbagai bentuk transaksi bisnis dan teknologi informasi, dan pembentukan Uni Eropa yang
disebutkan terakhir semakin mengarahkan jalannya regulasi akuntansi. Praktik akuntansi di
Eropa dipandang sebagai bagian dari lingkungan bisnis yang lebih luas. Namun, karena
banyak upaya untuk mengatur bisnis di sana dianggap sebagai kegagalan, ada peralihan untuk
meniru apa yang dianggap berhasil di Amerika Serikat. Ironisnya; Setiap analisis
perkembangan di akan menunjukkan bahwa upaya tersebut juga 'gagal'. Namun demikian,
kesuksesan ekonomi dan. kekuatan ekonomi tampaknya menunjukkan sebaliknya. Ini
terlepas dari keberhasilan ekonomi yang spektakuler dari negara-negara lain pada paruh
kedua abad ke-20, terutama Jepang dan Jerman (sebelum reunifikasi 1990-an). Kedua
perekonomian ini memiliki pendekatan yang sangat berbeda dalam mengatur bisnis dengan
Amerika Serikat! Mungkin juga karena kekuatan politik yang sangat besar yang dimiliki
oleh, bersama dengan praktik kekuatan ekonomi yang ditunjukkannya. Hal ini terbukti dalam
profesi akuntan di Indonesia mengadopsi prinsip-prinsip yang diucapkan oleh Paul Grady
dalam ARS7.

Perkembangan pengaturan standar di Australia

. Prinsip akuntansi pertama yang direkomendasikan dikeluarkan oleh Institute of


Chartered Accountants di Australia OCAA) pada tahun 1946. Prinsip-prinsip tersebut
berdampak kecil pada praktik akuntansi dan ada tingkat ketidakpatuhan yang tinggi. Upaya
ini menggambarkan dua poin yang dibuat di atas: pengaruh Inggris, dan kehadiran lebih dari
satu badan profesional dan kurangnya kerja sama di antara mereka.

Pada tahap awal pengembangan standar akuntansi, sebagian besar masalah berasal
dari penegakannya. Ini selalu menjadi masalah jika ada pengaturan sendiri. regulasi agar
berhasil. Tempat paling logis untuk dukungan semacam itu adalah di undang-undang
perusahaan. Namun, di Australia, setiap negara bagian bertanggung jawab atas undang-
undang perusahaannya sendiri. Ini adalah penghalang yang mungkin untuk penegakan
peraturan akuntansi yang tepat karena, meskipun undang-undang negara bagian serupa,
adalah mungkin untuk menghindari yurisdiksi undang-undang satu negara bagian dengan
berpindah antar negara bagian. Bagaimanapun, sebagian besar kegiatan bisnis bersifat
nasional daripada di negara bagian tertentu. Pada kuartal terakhir abad ke-20, beberapa
langkah sukses dilakukan oleh berbagai tingkat pemerintahan untuk menyatukan hukum
perusahaan, yang berpuncak pada kode seragam nasional yang mulai berlaku pada 1 Januari
1991.

Peraturan akuntansi Australia

Pelaporan Keuangan Komite Interpretasi (IFRIC} yang, seperti yang diharapkan,


mengeluarkan Interpretasi. Interpretasi ure Australia harus konsisten dengan Interpretasi
IFRIC (dan SIC sebelumnya) Peraturan akuntansi jelas cukup rumit: peraturan tunduk pada
untuk interpretasi resmil Mungkin proses regulasi memiliki cacat sehingga menghasilkan
regulasi yang harus memiliki interpretasi resmi. Terlepas dari itu, jelas menunjukkan bahwa
ada kebutuhan akan landasan teoritis yang lebih besar untuk akuntansi yang akan meniadakan
perlunya penjelasan tambahan. sebenarnya, itu salah satu dakwaan asli AARF.

Kerangka konseptual

FASB mendefinisikan kerangka kerja konseptual sebagai: akuntansi dan pelaporan


(FASB 1978, SFAC) dengan standar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan
batasan finansial.

Pengembangan kerangka konseptual adalah item pada agenda pertama FASB pada
tahun 1973. . Ide kerangka konseptual diadopsi di beberapa negara lain, termasuk Inggris
Raya, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Kerangka konseptual perlu diperhatikan karena dirancang sebagai dasar pengaturan


akuntansi, yaitu standar akuntansi Artinya, dari konsep-konsep itulah teori berkembang, Oleh
karena itu, meskipun disebut teori monograf, Karya-karya yang diberi label tersebut akan
menjadi bagian dari penjelasan awal 'dunia sehari-hari' untuk mendapatkan konsep-
konsepnya. Regulator yang terlibat dalam pengembangan kerangka konseptual telah secara
sadar memilih untuk mengikuti proses tertentu dalam konstruksi teori.
Salah satu argumen terkuat yang mendukung proyek kerangka konseptual adalah
bahwa mereka memaksa akuntan untuk mempertimbangkan apa yang mereka lakukan dan
bagaimana mereka melakukannya. Misalnya, mungkin saja akuntan mencoba untuk
menghasilkan dan mengkomunikasikan keuangan. informasi yang berguna bagi pengambil
keputusan, atau mereka yang mengandalkan informasi dalam membuat keputusan sehari-hari.
Regulator yang terlibat dalam pengembangan kerangka konseptual telah secara sadar memilih
untuk mengikuti proses tertentu dalam konstruksi teori. Hal ini menyebabkan proyek-proyek
semacam itu menarik. kritik yang cukup besar. Banyak dari ini datang dari posisi
fundamentalis. Diadopsi oleh peneliti neo-empiris yang tampaknya percaya bahwa hasilnya
harus spesifik, aturan praktik yang tidak dapat disangkal. Kritik juga datang dari komunitas-
praktisi 'non-teori' yang, menurut sejarah, cenderung menantang prosedur apa pun yang
membatasi kebebasan yang biasa mereka operasikan.

Konstruksi kerangka konseptual

Pada tahun 1995 (saat itu) AASB mengeluarkan pernyataan kebijakan yang
menyertakan diagram yang menunjukkan apa yang disebut sebagai blok bangunan kerangka
konseptual. Ini terdiri dari tujuh tingkat yang akan mengarah pada pengembangan standar
akuntansi dan tingkat lebih lanjut menangani kepatuhan pemantauan dengan standar
akuntansi.

Pendekatan tersebut menggambarkan proses top down yang dimulai (dari atas)
dengan definisi pelaporan keuangan (bertujuan umum) diikuti (di bawah) dengan definisi
entitas pelapor dan kemudian tujuannya (dalam pelaporan keuangan).

Entitas pelapor

Secara tradisional, pelaporan keuangan umumnya berada dalam konteks laporan


tahunan perusahaan publik. Namun, SAC menyadari bahwa ada banyak contoh di mana
pengambil keputusan perlu mengandalkan laporan keuangan. Oleh karena itu ia telah
mendefinisikan entitas pelapor sebagai semua entitas (termasuk entitas ekonomi) yang mana
wajar untuk mengharapkan keberadaan pengguna yang bergantung pada laporan keuangan
umum untuk informasi yang akan berguna bagi mereka untuk membuat dan mengevaluasi
keputusan tentang alokasi sumber daya langka (SAC 1, paragraf 40).

Pengguna laporan keuangan bertujuan


SAC 2 menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah 'untuk memberikan
informasi kepada pengguna yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan
tentang alokasi sumber daya yang langka' (SAC 2, paragraf 26). Di Australia, pertanyaannya
dijawab dalam SAC 2 (paragraf 16-20), yang mengklaim ada tiga kategori kelompok
pengguna dan kemudian mendaftar empat: penyedia sumber daya, penerima barang dan jasa,
pihak yang melakukan fungsi peninjauan atau pengawasan, dan manajemen dan badan
pemerintahan. Menentukan siapa pengguna laporan keuangan telah menjadi subyek banyak
studi penelitian selama 80 tahun terakhir. Apakah benar-benar perlu mengetahui siapa
penggunanya '? Banyak yang berpendapat bahwa pengguna harus diidentifikasi untuk
mengembangkan standar yang akan mengarah pada kepuasan kebutuhan mereka.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan

SAC 3 dirancang untuk menentukan karakteristik kualitatif dari laporan keuangan.


Sentimen serupa terkandung dalam Kerangka. Karakteristik ini adalah atribut yang ·
membuat informasi berguna bagi pengguna, dan ada empat di antaranya: dapat dipahami,
relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan.

Kerangka konseptual sebagai teori akuntansi

Regulasi adalah pengganti teori. Dalam dunia yang ideal teori akan ada untuk
menjelaskan dan memimpin praktek. Namun, umumnya beberapa arahan untuk praktisi
diperlukan jika tidak ada teori yang dapat diterima. Ini telah menjadi kisah akuntansi.
Terlepas dari upaya para ahli teori dan peneliti, tidak ada teori akuntansi yang dapat diterima.
Oleh karena itu, untuk mengatasi perilaku akuntan yang tidak tepat dan bahkan menyimpang
dalam praktiknya, perlu dibuat pernyataan praktik terbaik yang dianggap sebagai standar
akuntansi yang harus dipatuhi oleh akuntan. Regulator akuntansi seperti FASB, AARF; ISAB
dan lainnya telah mengakui bahwa standar yang mereka keluarkan harus didasarkan pada
pertimbangan teoritis yang baik.

Regulator telah membuat (dan terus membuat) asumsi epistemologis dan metodologis
karena praduga ontologis realis mereka. Hal ini terlihat dalam karakteristik kualitatif yang
diklaim dari informasi keuanganmisalnya, representasi yang setia, netralitas dan, pada tingkat
yang lebih rendah, relevansi dan reliabilitas serta pandangan yang benar dan adil.
Epistemologi adalah positivis dan metodologi diduga deduktif hipotetis . Dalam membangun
teori perlu dimulai dengan asumsi dasar seperti konteks, kebutuhan teori dan implikasi
perilaku dari teori tersebut. Asumsi ini selalu tunduk pada interpretasi sehingga selalu sulit
untuk mendapatkan persetujuan dari mereka yang terpengaruh oleh teori tersebut.

Dalam membangun teori perlu dimulai dengan asumsi dasar seperti konteks,
kebutuhan teori dan implikasi perilaku dari teori tersebut. Asumsi ini selalu tunduk pada
interpretasi sehingga selalu sulit untuk mendapatkan persetujuan dari mereka yang
terpengaruh oleh teori tersebut. Dengan lebih banyak negara yang mengadopsi IFRS dan,
akibatnya, Kerangka Kerja sebagai pernyataan jinandal persiapan, akan ada keseragaman
internasional yang lebih besar. Di Australia, tidak ada lagi swa-regulasi profesional. Di
dalamnya, keruntuhan korporasi yang spektakuler dan penipuan telah mengakibatkan
terciptanya peraturan pemerintah yang hebat-misalnya, pembentukan PCAOB (Dewan
Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik) dan undang-undang Sarbanes-Oxley.

Kerangka Konseptual DSAK, IASB, dan IFRS

Pendahuluan

Kerangka konseptual merupakan dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan


untuk pengguna eksternal. Tujuannya antara lain:

1. Membantu Dewan Strandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
dalam:

a. Mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) baru.

b. Mempromosikan harmonisasi pengaturan, standar akuntansi, dan prosedur terkait


penyusunan laporan keuangan.

c. Pengembangan standar lokal.

2. Membantu penyusun laporan keuangan dalam menerapkan SAK.

3. Membantu auditor dalam memberikan opini.

4. Membantu pengguna laporan keuangan dalam menginterpretasikan informasi laporan


keuangan.

5. Menyediakan informasi kepada pihak yang tertarik dengan aktivitas DSAK IAI tentang
pendekatannya dalam penyusunan SAK.
Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum

Pelaporan keuangan bertujuan umum menjadi dasar dari kerangka konseptual. Tujuan
pelaporan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan entitas untuk
investor, pemberi pinjaman, dan kreditur dalam membuat keputusan. Keputusan tersebut
berdasarkan imbal hasil yang diharapkan investasi. Ekspektasi imbal hasil bergantung pada
penilaian jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masuk neto masa depan ke entitas.

Laporan keuangan bertujuan umum tidak menyediakan informasi yang dibutuhkan


investor dan tidak didesain untuk menunjukkan nilai entitas pelapor. Laporan keuangan
didasarkan pada estimasi, pertimbangan, dan model.

Laporan keuangan juga menyediakan informasi mengenai dampak dari transaksi atau
peristiwa lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi mengenai sifat dan
jumlah sumber daya ekonomik entitas dan klaim dapat membantu pengguna untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan entitas dengan menilai likuiditas dan
solvabilitas. Jenis sumber daya ekonomik yang berbeda mempengaruhi penilaian pengguna
atas prospek arus kas masa depan entitas secara berbeda.

Perubahan sumber daya ekonomik dan klaim entitas dihasilkan dari:

1. Kinerja keuangan entitas. Informasi kinerja keuangan dapat membantu pengguna untuk
memahami imbal hasil yang telah dihasilkan entitas yang merupakan indikasi tingkat
pertanggungjawaban manajemen dalam efisiensi dan efektivitas pemnggunaan sumber daya
ekonomik, berguna dalam penilaian kamampuan masa lalu dan masa depan entitas dalam
menghasilkan arus kas masuk neto, mengindikasikan sejauh mana sebuah peristiwa
mempengaruhi kemampuan entitas menghasilkan kas masuk neto, dan membantu pengguna
menilai kemampuan entitas menghasilkan kas masuk neto masa depan.

2. Transaksi lainnya. Informasi tambahan seperti penerbitan saham kepemilikan tambahan


diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada pengguna tentang perubahan sumber daya
ekonomik dan kalim entitas dan implikasinya terhadap kinerja keuangan.

Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan yang Berguna

Laporan keuangan menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomik entitas,


klaim terhadap entitas, dan dampak dari transaksi yang mengubah suber daya dan klaim
tersebut. Agar informasi keuangan berguna maka informasi harus memiliki karakteristik
kualitatif fundamental, antara lain:

1. Relevan, informasi keuangan mampu membuat perbedaan dalam keputusan yang


diambil oleh pengguna. Informasi mampu membuat perbedaan keputusan jika memiliki nilai
prediktif, nilai konfirmatori, atau keduanya. Informasi bernilai prediktif jika informasi
tersebut digunakan sebagai input oleh pengguna untuk memprediksi hasil masa depan.
Informasi bernilai konfirmatori jika menyediakan umpan balik tentang evaluasi sebelumnya.
Informasi adalah material jika penghilangan informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan.

2. Representasi tepat, informasi keuangan harus merepresentasikan secara tepat kejadian


yang akan direpresentasikan. Tiga karakter representasi tepat yaitu:

a. Lengkap. Penjabaran lengkap mencakup seluruh informasi yang diperlukan pengguna


untuk memahami kejadian yang digambarkan.

b. Netral. Pemilihan dan penyajian laporan keuangan tanpa bias, tidak diarahkan,
dibobotkan, ditekankan, atau dimanipulasi untuk meningkatkan kemungkinan laporan
keuangan diterima baik oleh pengguna.

c. Bebas dari kesalahan. Tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam mendeskripsikan
kejadian serta proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi telah dipilih dan
diterapkan tanpa ada kesalahan dalam prosesnya.

Proses efektif dan efisien dalam penerapan karakteristik kualitatif fundamental antara lain:

1. Identifikasi peristiwa ekonomik yang memiliki potensi untuk berguna bagi pengguna
informasi keuangan entitas.

2. Identifikasi jenis informasi tentang peristiwa yang paling relevan.

3. Menentukan apakah informasi tersebut tersedia dana dapat direpresentasikan secara


tepat.

Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut:

1. Terbanding. Informasi mengenai entitas lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
informasi serupa dengan entitas lain. Keterbandingan memungkinkan pengguna
mengidentifikasi dan memahami persamaan dalam dalam dan perbedaan antara pos-pos.
2. Terverifikasi. Membantu meyakinkan pengguna bahwa informasi merepresentasikan
kejadian ekonomik secara tepat. Verifikasi langsung melalui observasi secara langsung
sedangkan verifikasi tidak langsung berarti pemeriksaan input dengan menggunakan
metodologi yang sama.

3. Tepat waktu. Tersedianya informasi bagi pengguna laporan keuangan pada waktu yang
tepat. Semakin lawas informasi akan semakin tidak berguna.

4. Terpaham. Pengklasifikasian, pengkarakteristikan, dan penyajian informasi secara jelas


dan ringkas dapat membuat informasi mudah dipahami.

Penerapan karakteristik kualitatif peningkat merupakan proses yang berulang yang tidak
mengikuti aturan tertentu.

Pelaporan informasi keuangan menimbulkan biaya dan sangat penting biaya tersebut
dapat dijustifikasi melalui manfaat dari pelaporan informasi tersebut.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (1994): Pengaturan yang
Tersisa

Asumsi dasar mengenai kelangsungan usaha yaitu entitas diasumsikan tidak


berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi skala usahanya secara material.

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi yang diklasifikasikan


menjadi beberapa kelompok menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar dalam
laporan keuangan yaitu:

1. Laporan posisi keuangan, unsur yang berkaitan langsung antara lain:

a. Aset yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas. Manfaat ekonomik masa depan aset
adalah potensi yang berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas
operasional entitas. Aset digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Entitas
memperoleh aset melalui pembelian atau produksi sendiri.

b. Liabilitas yaitu kewajiban kini entitas. Kewajiban biasanya timbul ketika aset telah
diserahkan atau entitas telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli
aset tersebut. Penyelesaian kewajiban dapat melalui pembayaran kas, penyerahan aset lain,
pemberian jasa, penggantian kewajiban dengan kewajiban lain, konversi kewajiban menjadi
ekuitas.

c. Ekuitas yaitu hak residual atas asset setelah dikurangi liabilitas. Jumlah ekuitas pada
laporan keuangan bergantung pada pengukuran aset dan liabilitas.

2. Laporan laba rugi, unsur yang berkaitan antara lain:

a. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi meliputi pendapatan dan keuntungan.


Pendapatan berasal dari aktivitas penjualan, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan
biasanya dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi beban.

b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi yang mengakibatkan penurunan ekuitas.


Beban mencakup kerugian maupun beban biasa akibat aktivitas entitas. Kerugian biasanya
dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan.

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pos yang memenuhi definisi unsur harus diakui:

1. Ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos akan mengalir dari atau
ke entitas.

2. Pos tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.

Pengakuan aset jika besar kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas
dan aset tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur. Aset tidak diakui kalau pengeluaran
telah terjadi dan menfaat ekonominya tidak mengalir ke entitas.

Pengakuan liabilitas kalau besar kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang
dikeluarkan dapat diukur.

Pengakuan penghasilan jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan liabilitas.

Pengakuan beban jika penurunan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan penurunan
aset atau peningkatan liabilitas. Beban diakui atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Beban segera diakui jika
pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi. Beban juga diakui saat timbul liabilitas
tanpa adanya pengakuan aset.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran yaitu proses penetapan jumlah moneter ketika unsur-unsur laporan keuangan
akan diakui dan dicatat dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran antara lain:

1. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar pada saat perolehan.
Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima.

2. Biaya kini. Aset dicatat dalam jumlah kas yang harus dibayar bila aset yang sama
diperoleh sekarang. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak didiskontokan yang
mungkin diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini.

3. Nilai realisasi/penyelesaian. Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal. Liabilitas dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian.

4. Nilai kini. Aset dicatat sebesar arus kas masuk neto masa depan yang didiskontokan ke
nilai sekarang. Liabilitas dicatat sebesar arus kas keluar neto masa depan yang didiskontokan
ke nilai sekarang.

Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal

Menurut konsep modal keuangan, modal bersinonim dengan aset neto atau akuitas entitas.
Pemilihan konsep modal didasarkan pada kebutuhan pangguna laporan keuangannya. Konsep
yang dipilih menunjukkan sasaran yang akan dicapai dalam penetapan laba. Konsep modal
menciptakan dua konsep pemeliharaan modal yaitu:

1. Pemeliharaan modal keuangan. Laba hanya diperoleh jika jumlah uang aset neto di
akhir periode lebih besar dari pada jumlah uang aset neto di awal periode.

2. Pemeliharaan modal fisik. Laba hanya diperoleh jika kapasitas produktif fisik entitas di
akhir periode lebih besar dari pada kapasitas produktif fisik entitas di awal periode.

Konsep pemeliharaan modal merupakan prasyarat untuk membedakan antara imbal hasil atas
modal entitas dan pengembalian modal. Perbedaan pokok antara dua konsep pemeliharaan
modal ini adalah perlakuan terhadap dampak perubahan harga aset dan liabilitas entitas.
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.

A Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting


( Kerangka Konseptual untuk Akutansi dan Pelaporan Keuangan)

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : “ a


coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that presecribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.

Definisi FASB, menyatakan bahwa kerangka konseptual akutansi adalah : suatu sistem yang
koheren; sub-sub sistemnya adalah (1) tujuan (objectives) dan (2) Konsep fundamental yang
saling terkait. Yang dimaksud tujuan adalah konsep-konsep yang mendasari akutansi
keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan trasaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan
yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Institut Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan mengadopsi kerangka
konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai
dasar penyusunan dan informasi keuangan di Indonesia. Sedangkan Negara-negara Amerika
dan Australia sudah memiliki kerangka konseptual sendiri.

Kerangka konseptual yang akan dibahas dalam teori akutansi akan mengacu pada kerangka
konseptual yang dikembangkan di USA.

1. The role of A Conceptual Framework (Peran Kerangka Konseptual)

Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk menyediakan
struktur teori akuntansi.

Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui,
1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akutansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang
memiliki beberapa tingkatan yaitu :

Pada tingkat tertinggi yang teoritis : Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan
tujuan pelaporan keuangan.

Pada tingkatan selanjutnya : Kerangka konseptual mengidentifikasi dan mendefinisikan


karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi, keandalan, komparatif, dan
dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan,
dan keuntungan).
Pada tingkat operasional yang lebih rendah : Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip-
prinsip dan aturan-aturan (Rules) tentang pengukuran dan pengakuan elemen laporan
keuangan dan tipe informasi yang perlu disajikan.

2. Objectives of Conceptual Framework (Tujuan Kerangka Konseptual)

Tujuan kerangka konseptual adalah : Untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes financial statements).

IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah
untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. informasi tersebut akan
dipilih salah satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan ini terlihat ingin dicapai akan pelaporan yaitu:

1. Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi

2. Berguna dalam menilai prospek arus kas

3. Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan di
dalamnya.

Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS, FASB, pada
periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup topik-topik berikut:

1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit

2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna

3. Unsur-unsur laporan keuangan

4. Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur

5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.

Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang :

Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin memahahi
kegiatan ekonomik dan bisnis perusahaan.

Membantu kreditor dan investor yang ada atau yang potensial, serta pemakai lain dalam
menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas di masa yang akan dating.
Mengenai sumber – sumber ekonomik, tuntutan terhadap sumber ekonomik, dan perubahan
di dalamnya.

Oleh karena itu tujuan laporan keuangan dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

Tujuan secara luas

Adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai
lainnya untuk membuat keputusan

Tujuan secara sempit

Adalah menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan kreditor, investor untuk
menaksirkan penerimaan kas dari investasi, pinjaman kepada perusahaan.

Tujuan yang terakhir

Adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk penentuan prospek aliran kas bagi
usaha perusahaan

Tujuan yang dinyatakan dalam APB Statement No. 4 menjadi dasar untuk bentuk dan isi
laporan keuangan konvensional.

Laporan Kelompok Studi tentang Tujuan Laporan Keuangan

Wheat Committee

Bertugas untuk memperbaiki proses penyusunan standar, dan komite ini melaporkan hasil-
hasilnya kepada FASB.

Trueblood Committee

Bertugas untuk mengembangkan tujuan laporan keuangan dengan menentukan siapa user-
nya, informasi apa yang mereka butuhkan, seberapa banyak info yang dibutuhkan dapat
dipenuhi oleh akuntansi dan apa kerangka kerja yang diperlukan dalam menyediakan
kebutuhan akuntansi. Komite ini berhasil merumuskan 12 tujuan laporan keuangan.

3. Developing A Conceptual Framework (Pengembangan Kerangka Konseptual)

Sifat Kerangka Konseptual


Kebutuhan akan pengembangan kerangka konseptual di dasarkan pada beberapa alasan
berikut yaitu:

Bermanfaat; Penentuan standar akutansi harus dikembangkan/ dibangun dan berkaitan


dengan bangunan konsep dan tujuan yang telah ditetapkan.

Masalah – masalah praktik baru dan berisiko tinggi terhadap perkembangan akutansi harus
secara cepat di pecahkan, dengan melihat kerangka dasar teori yang ada.

Kerangka konseptual meningkatkan pemahaman pemakai statement keuangan dan


kepercayaan terhadap laporan keuangan.

Kerangka konseptual mendukung komprabilitas statement keuangan perusahaan –


perusahaan.

Pengembangan Kerangka Konseptual

Pengembangan Kerangka konseptual menggambarkan ruang lingkup keseluruhan dari


kerangka konseptual dan mencantumkan dokumen-dokumen yang berhubungan dan
diterbitkan sampai dengan tahun 1982 oleh FASB.

Pada tingkat pertama, tujuan menunjukan sasaran dan maksud dari akutansi. Statement of
Financial Accounting Concepts No. 1 (Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk perusahaan bisnis.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 4 (Objectives of Financial Reporting by
Nonbusiness Organizations) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk organisasi-
organisasi nonbisnis.

Pada Tingkat kedua, hal-hal yang fundamental meliputi karakteristik kualitatif dari informasi
akutansi (Statement of Financial Accounting Concepts No. 2) dan difinisi dari elemen-elemen
dalam laporan keuangan (Statement of Financial Accounting No. 3) . Secara ringkas, lima
Statement of Financial Accounting Concepts yang dikeluarkan dan berhubungan dengan
pelaporan keuangan untuk perusahaan bisnis adalah :

SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang menyajikan


sasaran dan maksud dari akutansi.
SFAC No. 2, “Qualitative Characteristics of Accounting Information”. Yang melihat
karakteristik-karakteristik yang membuat informasi akutansi berguna.

SFAC No. 3, “Elemen of Financial Statements of Business Enterprises”, yang memberikan


definisi mengenai elemen-elemen dalam laporan keuangan, seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban.

SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial Statements of Business


Enterprises”, yang menetapkan pengakuan dan kriteria pengukuran fundamental serta
pedoman mengenai bagaimana informasi sebaikanya secara formal dicantumkan dalam
laporan keuangan.

SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No. 3 dan
memperluas ruang lingkupnya untuk ikut mencakup organisasi-organisasi nirlaba.

SPAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, memberikan sebuah kerangka untuk menggunakan arus kas dan menyajikan
nilai-nilai sebagai basis pengukuran.

Pada tingkat ketiga, pedoman operasional yang dipergunakan oleh akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akutansi meliputi kriteria pengakuan, laporan keuangan
versus pelaporan keuangan dan pengukuran (Statement of Financial Accounting Standards
No. 33).

Pada tingkat keempat, mekanisme penyajian yang digunakan oleh akutansi untuk
menyampaikan informasi akutansi meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan arus dana dan
likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.

1. The objective of Financial Statement (Tujuan Laporan Keuangan)

Tujuan laporan keuangan oleh perusahaan bisnis

FASB memulai usahanya dalam mengembangkan sebuah konstitusi bagia akutansi dan
pelaporan keuangan pada bulan November tahun 1978, ketiga FASB menerbitkan pedoman
luas yang bersifat perintah yang menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan dalam Statment
of Financial Accounting Concepts No. 1, Objectives of Financial Reporting by Business.
Pernyataan ini tidak hanya dibatasi pada isi dari laporan keuangan saja :

Pelaporan keuangan tidak hanya membuat laporan keuangan namun juga cara-cara lain dalam
mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem akutansi yaitu : informasi mengenai
sumber daya, kewajiban, penghasilan perusahaan, dan lain-lain.

Tujuan Laporan keuangan :

Memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor maupun yang
sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-
keputusan lain yang serupa secara rasional.

Memberikan informasi untuk membatu para calon investor dan kreditor serta para pangguna
lain yang sudah ada dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan kas
prospektif untuk deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh
temponya surat berharga atau pinjaman.

Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim untuk sumber
daya tersebut (kewajiban dari perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas dan
ekuitas pemilik lainnya), serta dampak dari transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang
megubah sumber daya dan klaim atas sumber daya tersebut.

Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode tersebut.

Memberikan informasi mengenai bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan


kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman tersebut, mengenai transaksi-
transaksi modalnya, termasuk dividen kas dan distribusi sumber daya ekonomi lainnya
kepada pemilik.

Memberikan informasi mengenai bagaimana manajemen dari sebuah perusahaan


menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik (pemegang saham) untuk
penggunaan sumber daya perusahaan yang dipercayakan kepadanya.

Memberikan informasi yang berguna bagi para manajer dan direktur dalam mengambil
keputusan yang sesuai dengan keinginan dari pemilik.

Tujuan pelaporan keuangan oleh organisasi-organisasi nonbisnis :

Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat dibandingkan dengan laba pada perusahaan
bisnis.
Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari kompetisi dalam pasar.

Tiga karakteristik utama yang membedakan organisasi-organisasi nonbisnis adalah :

Sejumlah besar sumber daya diterima dari penyedia sumber daya, yang tidak mengharapkan
untuk menerima pembayaran kembali ataupun keuntungan ekonomi yang proposional
terhadap sumber daya yang telah mereka berikan.

Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk tujuan-tujuan selain penyediaan barang atau jasa
yang mendapatkan laba atau ekuivalen laba.

Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang dapat dijual, dialihkan, atau ditebus, atau yang
akan menjadi hak atas bagian dari distribusi nilai sisa dari sumber daya pada saat organisasi
dilikuidasi.

Terdapat empat kelompok yang khususnya berkepentingan dengan informasi yang disajikan
oleh pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis :

Penyedia sumber daya : pemimjam, pemasok, karyawan, pembayar pajak, anggota dan
kontributor.

Elemen penyusun yang menggunakan dan memperoleh keuntungan dari jasa-jasa yang
diberikan oleh organisasi.

Badan-badan penyelenggara dan pengawas yang bertanggung jawab untuk membuat


kebijakan dan mengawasi serta menilai para manajer dari organisasi nonbisnis.

Manajer organisasi-organisasi nonbisnis.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna diatas, FASB mengeluarkan


draf eksposur yang memeberikan tujuan-tujuan berikut ini :

– Informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber


daya.

– Informasi yang bermanfaat dalam menilai jasa dan kemampuan untuk memberikan jasa

– Informasi yang bermanfaat dalam menilai kepengurusan dan kinerja manajemen

– Informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, sumber daya bersih, dan
pembebanan-pembenannya.
– Kinerje organisasional : pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya
meberikan informasi mengenai kinerja organisasi dalam periode tertnetu

– Likuiditas : Pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya memberikan


informasi mengenai bagaimana organisasi nonbisnis memperoleh dan menggunakan dana
kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman tersebut, serta mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.

– Penjelasan dan interprestasi manajer : pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis


hendaknya mencakup penjelasan dan interprestasi untuk membantu penyedia sumber daya
dan pengguna-pengguna lain memahami infromasi keuangan yang mereka terima.

2. Qualitative Characteristic of Accounting Information (Karakteristik Kualitatif


Informasi Akutansi)

Karakteristik kualitatif dari informasi akutansi

Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas

Relevansi : Informasi akutansi mampu untuk mempengaruhi keputusasn ekonomi pemakai


dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan.

Predective value : membantu memuat prediksi tentang hasil akhir dari masa lalu, kini dan
masa depan

Feed-back value : menjustifikasi atau mengoreksi harapan masa lalu.

Timeliness : harus tersedia sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk


mempengaruhi keputusan.

Reliabilitas : Jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan menyesatkan, kesalahan


material dan dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Keandalan suatu informasi
tergantung pada tingkat ketepatan penyajiannya atas suatu peristiwa.

Verifiability : hasil yang serupa akan dihasilkan jika digunakan metode pengukuran yang
sama oleh pengukur-pengukur independen.

Representational : Faithfulness : angka-angka dan penjelasan mewakili apa yang betul-betul


ada dan terjadi
Neutrality : informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan kelompok tertentu, informasi
tidak bias sehingga tidak mengarahkan penerima informasi kepada hasil yang diinginkan atau
mempengaruhi mode prilaku tertentu.

Kualitas Sekunder

Komparabilitas : Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode


untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu
pengukuran penyajian dampak keuangan transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama
dan periode yang berbeda .

Konsistensi : Mengaplikasikan perlakuan akutansi yang sama untuk kejadian yang serupa
setiap periode. Perusahaan dapat mengganti satu metode ke metode lainnya asalkan dapat
menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya.

HARMONISATION OR DISCORD? THE CRITICAL ROLE OF THE IASB

CONCEPTUAL FRAMEWORK REVIEW

Geoffrey Whittington (2008)

Perkenalan

IASB dibuat pada tahun 2001 sebagai penerus IASC. Badan baru adalah dewan
profesional penuh waktu dengan staf pendukung yang kuat. Inidirancang untuk menjadi
penentu standar dunia yang independen, yang mencerminkan tuntutan baru yang dibuat oleh
dukungan IOSCO terhadap Standar Akuntansi Internasional dan keputusan Komisi Eropa
untuk mewajibkan penggunaan standar tersebut dalam akun grup perusahaan yang terdaftar
di dalam UE (kedua keputusan dibuat pada tahun 2000). IASB mewarisi warisan yang luar
biasa dari badan pendahulunya, tidak hanya dalam hal standar yang telah diumumkan tetapi
juga dalam hal dukungan dan niat baik internasional. Karena IASC pada dasarnya adalah
badan sukarela, yang dibentuk oleh profesi akuntansi dan pemangku kepentingannya
daripada legislator atau regulator pemerintah.

Sejak didirikan, IASB telah mencapai beberapa keberhasilan penting. Penerapan


standar yang diharapkan di European Union telah berlangsungtanpa masalah yang signifikan
( ICAEW, 2007 ), Australia telah mengadopsi standar untuk semua perusahaan, sebagai
persyaratan hukum, dan banyak negara lain telah beralih ke penerapan standar IASB (IFRS)
termasuk banyak yang merencanakan konvergensi lengkap standar domestik dengan IFRS
untuk perusahaan yang terdaftar. Ini termasuk ekonomi yang signifikan seperti Brasil,
Kanada, Cina, dan India. Lebih dari 100 negara sekarang mengakui standar internasional
untuk beberapa tujuan ( IASB Insight, Q4, 2007 ). Pencapaian yang paling menonjol adalah
keputusan baru-baru ini oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) untuk
menerima akun IFRS untuk pendaftar asing di pasar modal AS tanpa rekonsiliasi dengan US
GAAP. Selain itu, SEC sedang berkonsultasi dengan konstituennya tentang kemungkinan
mengizinkan entitas domestik AS yang terdaftar untuk menggunakan IFRS daripada US
GAAP.

Perselisihan tentang konten IFRS

Makalah ini membahas satu aspek khusus namun mendasar dari perselisihan
internasional atas IFRS, yaitu kandungan dari standar dan dasar konseptual untuk perselisihan
tersebut. Penderitaan transisi dan keinginan untuk mengontrol proses penetapan standar
adalah reaksi alami manusia yang layak dipelajari dalam hak mereka sendiri. Namun
keduanya diperkuat oleh faktor ketiga yang menjadi sentral dari tulisan ini, yaitu budaya dari
konstituensi individu. Dengan budaya, yang kami maksud adalah kerangka kelembagaan
akuntansi, termasuk lingkungan pasar di mana ia beroperasi, dan praktik dan keyakinan
spesifik tentang peran akuntansi yang telah tumbuh dalam kerangka itu.

Sejauh budaya akuntansi, seperti yang didefinisikan di atas, menciptakan pandangan


yang berbeda mengenai konten yang sesuai dari laporan keuangan, itu merupakan sumber
ketidaksepakatan yang mendasar dan mungkin sulit tentang IFRS yang perlu dipahami dan
diselesaikan jika IFRS akan diinterpretasikan dan diterapkan di cara yang konsisten di
berbagai daerah pemilihan. Hal ini terutama terjadi jika standar mengambil apa yang disebut
berbasis prinsip formulir yang saat ini didukung secara luas (misalnya oleh SEC (2003) ).
Sebuah sistem berbasis prinsip memiliki standar yang lebih umum, sedangkan sistem berbasis
aturan berisi aturan spesifik rinci yang memberikan sedikit ruang untuk penilaian individu
dalam implementasi. Cara penilaian dilakukan jelas bergantung pada budaya. Satu cara di
mana IASB dapat mencoba untuk mengatasi kemungkinan sumber variasi lintas konstituensi
ini adalah melalui kerangka konseptual. yang, pada dasarnya, adalah pernyataan IASB
tentang budaya akuntansi sendiri, termasuk tujuan pelaporan keuangan dan sifat yang
diinginkan dari informasi yang akan dimasukkan dalam laporan keuangan. Dengan demikian,
mendaftarkan konstituen ke kerangka konseptual merupakan langkah penting menuju
harmonisasi sejati, selain peran kerangka kerja yang lebih tradisional dalam memberikan
konsistensi di seluruh standar dan memberikan panduan dalam keadaan yang tidak tercakup
oleh standar yang ada (disediakan oleh IAS8 ). Hal ini menimbulkan paradoks bahwa
meskipun kerangka konseptual dimaksudkan sebagai sarana harmonisasi, proses
pengembangannya dapat menjadi sumber perselisihan. Dengan memeriksa asumsi
fundamental, pengembangan kerangka konseptual akan memperjelas beberapa perbedaan
budaya yang ada. Dalam konteks ini, kami mempertimbangkan kemajuan proyek revisi
kerangka konseptual IASB.

Proyek revisi kerangka konseptual IASB / FASB

Proyek kerangka kerja konseptual bersama IASB dan FASB dimulai pada tahun 2002
sebagai hasil langsung dari Perjanjian Norwalk, di mana kedua dewan setuju untuk bekerja
sama di masa depan. kerangka kerja konseptual umum merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk standar umum. Tujuan dari proyek kerangka kerja konseptual adalah untuk
menghilangkan perbedaan yang ada antara kedua kerangka kerja tersebut, untuk mengisi
celah di dalamnya, dan untuk membuat perbaikan jika diperlukan. Secara khusus, kedua
kerangka kerja memiliki orientasi kegunaan keputusan yang kuat dan keduanya gagal untuk
menentukan metode pengukuran yang disukai. Di sisi lain, mengisi celah seperti pengukuran,
yang dibiarkan tidak terselesaikan karena sifatnya yang kontroversial, kemungkinan besar
akan sulit. Selain itu, proses IASB yang ekstensif akan memberikan kesempatan untuk
dikomentari oleh orang-orang (seperti banyak negara UE) yang belum 'membeli' kerangka
kerja ketika pertama kali dirancang.

Masalah penatalayanan

Tidak ada masalah yang bisa lebih penting untuk harmonisasi pelaporan keuangan
internasional selain memulai dari tujuan yang diterima secara umum. Tujuan yang
didefinisikan dalam bab 1 adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi keputusan
untuk penyedia keuangan saat ini dan yang akan datang. Sasaran tersebut diasumsikan dapat
dipenuhi dengan memberikan informasi yang akan membantu dalam prediksi arus kas masa
depan kepada entitas, dan kumpulan informasi yang sama diasumsikan dapat digunakan
untuk kelompok pengguna informasi keuangan yang lebih luas. Jenis informasi ini mengarah
pada fokus harga di pasar keuangan: informasi yang disediakan adalah informasi yang akan
digunakan investor dalam keputusan beli / jual. Semua ini termasuk dalam Kerangka IASB
saat ini ( IASC, 1989 ). Apa yang baru adalah kebutuhan penatalayanan diasumsikan
terpenuhi dalam keputusan.

Gagasan tentang penatalayanan yang dikedepankan dalam pandangan alternatif adalah


salah satunya akuntabilitas oleh dewan manajemen suatu\entitas kepada pemiliknya. Ini
adalah sebuah agen hubungan. Persyaratan informasinya tumpang tindih dengan kebutuhan
kegunaan keputusan; Pengurus yang disukai dalam perumpamaan alkitabiah tentang talenta
adalah orang yang menciptakan kekayaan terbesar untuk tuannya, atau, dalam istilah modern,
memaksimalkan nilai sekarang dari arus kas masa depan. Namun, ada juga perbedaan
penekanan dan sudut pandang. Penatalayanan atau hubungan keagenan mengakui bahwa
agen memiliki insentif untuk menggambarkan kinerja secara keliru. Ini adalah pembenaran
untuk kebijaksanaan dalam pelaporan keuangan. Penatalayanan tidak selalu berlaku hanya
untuk pemegang saham saat ini: orang lain juga mungkin memiliki hak atas jenis informasi
ini, meskipun pemegang saham biasanya memiliki peran sentral dalam struktur perusahaan.
Misalnya, di sejumlah yurisdiksi Eropa, seperti Belanda, karyawan diberi peran formal dalam
tata kelola perusahaan dan diwakili dalam dewan pengawas. Dengan demikian,
penatalayanan juga memerlukan penyediaan informasi yang relevan untuk kelompok yang
lebih luas, dan ini tidak selalu dapat dijelaskan dengan baik sebagai informasi yang relevan
dengan prediksi arus kas masa depan.

Asal-usul budaya penatalayanan

Penatalayanan tidak diragukan lagi memiliki asal-usul budaya, dalam pengertian yang
dijelaskan sebelumnya. Penghapusannya sebagai tujuan independen dalam kerangka yang
diusulkan tidak menimbulkan kesulitan bagi FASB karena ini bukan komponen penting dari
kerangka FASB saat ini. Dukungan untuk penatalayanan datang paling kuat dari Eropa.
Alasannya mungkin karena AS memiliki pasar modal yang paling dalam dan paling likuid,
termasuk pasar yang dikendalikan oleh perusahaan, sehingga pendisiplinan manajemen
terjadi terutama melalui pasar modal.
Inggris sering dianggap di bagian Eropa lainnya sebagai bagian dari sistem 'Anglo-
Saxon' dan tentunya memiliki tradisi pasar modal yang lebih kuat dan orientasi pemegang
saham yang lebih besar dalam konsep penatalayanannya daripada bagian Eropa lainnya.
Namun demikian, Inggris Raya berbeda dari AS dalam hal-hal penting. Salah satu wujudnya
adalah Kode Tata Kelola Perusahaan yang berupaya mengatur dan meningkatkan perilaku
dan akuntabilitas direksi, memperkuat dialog antara direksi dan pemegang saham. Kode
adalah tanggung jawab Dewan Pelaporan Keuangan, yang juga merupakan badan induk dari
Dewan Standar Akuntansi Inggris, yang memimpin dalam penyusunan kritik PAAinE atas
penarikan yang diusulkan dari konsep penatalayanan sebagai tujuan terpisah dalam kerangka
IASB.

Analisis menarik oleh Bush (2005) telah mengeksplorasi berbagai sistem hukum yang
mengatur pelaporan keuangan di Inggris dan Amerika Serikat. Dia menyarankan bahwa
orientasi Inggris untuk penatalayanan kepada pemegang saham saat ini berasal dari fakta
bahwa akuntansi keuangan diatur oleh hukum perusahaan. Misalnya, persyaratan untuk
mengarsipkan akun pada catatan publik muncul, di Inggris, dari penggabungan berdasarkan
Companies Acts, sehingga persyaratan untuk mengarsipkan tidak terbatas pada perusahaan
yang terdaftar. Orientasi AS terhadap penyediaan informasi keuangan yang berguna bagi
keputusan untuk pasar modal, di sisi lain, mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa otoritas
pelaporan keuangan berada pada Securities and Exchange Commission, di bawah Securities
Acts.

Mengapa itu penting

Tampaknya, secara dangkal, masalah penatalayanan hanyalah masalah semantik.


Faktanya, pandangan penatalayanan memengaruhi keputusan selanjutnya dalam kerangka
kerja dan dalam standar itu sendiri. Berkenaan dengan kerangka kerja, bab 2 dari makalah
diskusi berjudul karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang berguna untuk
keputusan, dan konsep kegunaan keputusan, daripada penatagunaan mendominasi isinya. 6
Khususnya, diusulkan untuk menggantikan konsep reliabilitas sebelumnya dengan konsep
kesetiaan representasional. Yang terakhir berkaitan dengan menangkap substansi dari
fenomena ekonomi, sedangkan yang pertama menunjukkan perhatian dengan data yang
sesuai untuk peran pemantauan kepala sekolah.
Melihat lebih jauh ke depan, IASB kemungkinan akan menghadapi tugas yang sulit
dalam menyelesaikan masalah pengukuran. Paparan terbaru oleh IASB (November 2006)
dari SFAS157 tentang pengukuran nilai wajar telah menimbulkan kontroversi dan
memperparah kekhawatiran yang ada di antara beberapa konstituen bahwa nilai wajar akan
muncul sebagai ukuran yang disukai IASB. Perdebatan tentang nilai wajar sering kali
berkisar pada trade-off antara relevansi dan keandalan, dan beberapa peserta menganggap
biaya historis dapat dibenarkan sebagai catatan transaksi masa lalu yang dapat diandalkan,
konsisten dengan penatagunaan. 8 Substitusi 'kesetiaan representasional' untuk keandalan
dalam bab 2 dari Kerangka yang diusulkan karena itu telah dikritik oleh mereka yang
memegang pandangan ini.

Kesimpulan

Pencapaian IASB baru-baru ini cukup besar, tetapi penerimaan atau pengakuan
formal IFRS perlu didukung oleh pertemuan pikiran yang tulus tentang prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya. Agar hal ini terjadi, harus ada kesepakatan tentang kerangka
konseptual yang mendasari standar tersebut. Proyek saat ini untuk merevisi kerangka
konseptual merupakan bagian penting dari proses ini, tetapi ini mengungkap beberapa
perbedaan budaya mendasar yang perlu diselesaikan, terutama dalam kaitannya dengan peran
tujuan penatalayanan. Perbedaan ini tertanam dalam lingkungan pasar dan sistem tata kelola
perusahaan yang berbeda di mana IFRS diterapkan.

UNDERSTANDING THE CHANGES IN ACCOUNTING THOUGHT

Rebecca Toppe Shortridge, Pamela A. Smith (2009)

Akuntansi keuangan tampaknya berubah, sedemikian rupa sehingga kita berada di


tengah-tengah salah satu revolusi terbesar sejak Pacioli menemukan akuntansi entri ganda
( King, 2006 ). Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan kerangka kerja yang akan
berkontribusi pada dialog seputar perkembangan tersebut. Penekanan yang meningkat pada
pelaporan nilai wajar, evaluasi ulang kerangka konseptual, desain ulang laporan keuangan
dasar, dan dorongan akuntansi berbasis prinsip memberikan bukti kemajuan. Kita gunakan
Kuhn's (1970) deskripsi perubahan sebagai mekanisme untuk memahami dampak lingkungan
ekonomi pada akuntansi dan pergeseran yang dihasilkan yang muncul dalam akuntansi. Teori
Kuhnian telah digunakan untuk menggambarkan perubahan pemikiran akuntansi pada 1960-
an dan 1970-an ( Wells, 1976 ) dan untuk menggambarkan dasar-dasar ilmiah dari penelitian
akuntansi ( Badua, Previts, & Vasarhelyi, 2007 ). Dialog dari diskusi kita dapat membantu
dalam memahami perubahan ini dan dapat mengarah pada perbaikan dan penerimaan yang
lebih luas dari revolusi yang sedang terjadi.

Kami mengacu pada perubahan fundamental akuntansi sebagai pergeseran paradigma.


Paradigma lama yang selanjutnya disebut paradigma industri telah ada pada masa ekonomi
industri dan didasarkan pada kerangka konseptual asli FASB. Ini menekankan pengukuran
biaya historis, berbasis aturan, dan difokuskan pada transaksi dan alokasi ( Gambar 1 ).
Paradigma ini mencerminkan aturan yang memungkinkan estimasi dan penilaian tetapi
berkembang pada kepastian dan ketepatan yang dikumpulkan dari pengukuran biaya historis.
Penerapan praktik akuntansi era industri dalam ekonomi baru mengakibatkan beberapa
anomali dalam pelaporan keuangan yang mendorong perubahan signifikan dalam pemikiran
akuntansi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, paradigma pelaporan keuangan baru muncul.

Dasar-dasar paradigma baru, yang selanjutnya disebut paradigma informasi, ada


dalam ekonomi informasi dan didasarkan pada kerangka konseptual yang diusulkan. Lebih
lanjut, paradigma baru ini didasarkan pada prinsip, menekankan nilai wajar, dan berfokus
pada peristiwa ekonomi (lihat Gambar 1 ). Penting untuk dicatat bahwa meskipun perubahan
dari biaya historis ke pengukuran nilai wajar saat ini memiliki visibilitas yang tinggi,
perubahan ini sendiri bukanlah apa yang kami konseptualisasikan sebagai pergeseran
paradigma. Semua faktor yang disajikan dalam diagram merupakan bagian dari pergeseran
paradigma

Kuhn mendefinisikan paradigma sebagai tubuh pengetahuan yang mencakup teori,


aplikasi, dan instrumentasi, yang menghasilkan "tradisi koheren tertentu" ( Kuhn, 1970 ,
hal.10). Paradigma didasarkan pada model pemikiran umum yang digunakan untuk
menetapkan aturan praktik.

Secara khusus, Kuhn membahas tiga cara di mana gerakan revolusioner terjadi: (1)
pencarian untuk menjelaskan anomali, (2) munculnya penemuan baru, atau (3) sebagai
respons terhadap krisis. Karena kejadian-kejadian ini, ketidakkonsistenan muncul ketika
paradigma yang ada tidak lagi memenuhi keadaan saat ini. Dengan demikian, sebuah revolusi
mulai mencari teori-teori baru, yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat
diselesaikan oleh teori-teori lama. Kuhn menggambarkan revolusi sebagai proses yang
melepaskan satu set keyakinan untuk set keyakinan berbeda yang diperjuangkan oleh rezim
baru ( Kuhn, 1970 , hal. 93). Perlawanan terhadap paradigma baru tidak dapat dihindari
karena paradigma lama tertanam dalam diri para profesional saat ini melalui pendidikan
formal dan pengalaman kerja.

Gambar 2 menyajikan hierarki kualitas akuntansi yang dikembangkan oleh FASB


dalam Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan 2 ( FASB, 1980 ). Dalam hierarki ini,
relevansi dan keandalan adalah karakteristik kualitatif utama dari informasi akuntansi yang
berguna untuk keputusan. Tentu saja informasi akuntansi tidak '' akurat '', tetapi cukup
terwakili mengingat fakta, estimasi, dan penilaian pada saat itu. Konotasi yang tertanam
dalam informasi biaya historis juga memicu '' kesenjangan ekspektasi '' antara informasi apa
yang dilaporkan dan apa yang diharapkan pengguna dari informasi tersebut ( Riset
PendidikanAustralia, 2007).

Dalam hierarki ini, informasi yang berguna untuk keputusan adalah informasi yang
relevan, diwakili dengan tepat, dapat dibandingkan, dan dapat dimengerti. Ciri-ciri tersebut
diterapkan secara berurutan saat menentukan informasi apa yang dilaporkan, karena
penerapan ciri tersebut mengikuti urutan yang logis.

Karakteristik pertama dan terpenting adalah relevansi ( FASB, 2006a , QC43).


Relevansi membantu '' mengidentifikasi fenomena ekonomi mana '' yang perlu dilaporkan
( FASB, 2006a , QC43). Informasi yang relevan memiliki nilai prediksi dan konfirmasi serta
tepat waktu. Setelah informasi yang relevan diidentifikasi, karakteristik kualitatif kedua
mengharuskannya untuk disajikan dengan tepat. Artinya, informasi menggambarkan
fenomena ekonomi secara tepat ( FASB, 2006a , QC16). Informasi yang direpresentasikan
dengan tepat adalah dapat diverifikasi, netral, dan lengkap. Dalam kerangka konseptual 1980,
representasi yang setia adalah komponen reliabilitas; dalam kerangka konseptual yang
diusulkan itu berdiri sendiri dan menggantikan keandalan istilah.

Transformasi kerangka konseptual hanyalah salah satu bukti adanya pergeseran


paradigma. Seperti yang digambarkan dalam Gambar 1 , ada perubahan lain yang paralel
dengan perubahan dalam kerangka konseptual. Misalnya, ada pergeseran ke pengukuran nilai
wajar, peningkatan penekanan pada prinsip versus aturan, dan peningkatan fokus pada
peristiwa ekonomi versus transaksi. Ekonomi informasi memungkinkan semua perubahan ini
karena ada lebih banyak teknologi informasi, metodologi penilaian yang lebih canggih,
globalisasi. Terdapat bukti yang meyakinkan bahwa informasi akuntansi yang diberikan
kepada pengambil keputusan dalam ekonomi informasi tidak memenuhi kebutuhan mereka.
Pada tahun 1991, Elliott menyerukan ukuran tingkat perubahan dan meningkatkan
pengungkapan off-balance sheet untuk memenuhi kebutuhan pengguna ( Elliott, 1991 ). Pada
tahun 1992, ia kembali menyerukan akuntansi internal dan eksternal untuk berubah dalam
terang ekonomi pasca-industri, untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen dan
pengguna pihak ketiga ( Elliott, 1992 ). Laporan Association for Investment Management and
Research (AIMR), yang lebih banyak, dan aksesibilitas data yang lebih besar.

Terdapat bukti yang meyakinkan bahwa informasi akuntansi yang diberikan kepada
pengambil keputusan dalam ekonomi informasi tidak memenuhi kebutuhan mereka. Pada
tahun 1991, Elliott menyerukan ukuran tingkat perubahan dan meningkatkan pengungkapan
off-balance sheet untuk memenuhi kebutuhan pengguna ( Elliott, 1991 ). Pada tahun 1992, ia
kembali menyerukan akuntansi internal dan eksternal untuk berubah dalam terang ekonomi
pasca-industri, untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen dan pengguna pihak
ketiga ( Elliott, 1992 ). Laporan Association for Investment Management and Research
(AIMR).

Salah satu masalah yang sangat penting adalah bagaimana perubahan nilai wajar akan
diakui pada laporan laba rugi. Dalam paradigma industri, beberapa perubahan nilai wajar
diakui di neraca (pada penghasilan komprehensif lain) dan lainnya diakui pada laporan laba
rugi. Menemukan solusi untuk masalah yang terkait dengan pengakuan pendapatan sangat
penting untuk berhasil .pindah ke paradigma informasi.

Aku tahu dunia menyukai satu angka garis bawah dan semua itu, tetapi bisnis yang
rumit sulit diterjemahkan ke dalam satu angka ”( Reilly, 2007 ). Ubah masalah yang harus
diselesaikan

Ciri kedua dari revolusi adalah perubahan masalah yang harus diselesaikan. Masalah di
bawah paradigma industri sering kali berkisar pada pengukuran dan pengakuan biaya dan
pendapatan. Satu hal penting Persoalan dalam paradigma informasi adalah bagaimana
menentukan nilai wajar. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, FASB mengeluarkan
Konsep 7, Menggunakan Informasi Arus Kas dan Nilai Sekarang dalam Pengukuran
Akuntansi ( FASB, 2000b ) dan Pernyataan 157, Pengukuran Nilai Wajar ( FASB, 2006c ).
Pernyataan 157 tidak mensyaratkan penggunaan nilai wajar dalam laporan keuangan;
sebaliknya, ini memberikan definisi nilai wajar dan hierarki tiga tingkat untuk mengukur nilai
wajar. Selanjutnya, ia mencoba untuk memberikan definisi nilai wajar yang konsisten dengan
menggunakan harga keluar. Jika tidak tersedia harga keluar berbasis pasar (Tingkat 1),
standar tersebut mengharuskan perusahaan untuk menggunakan model estimasi guna
menentukan nilai. Panduan dalam standar bermaksud untuk mengurangi beberapa
kekhawatiran tentang komparabilitas. Masalah utama lainnya yang harus ditangani dalam
paradigma informasi adalah bagaimana mengenali pendapatan dalam laporan laba rugi.
Secara khusus, dalam ekonomi industri, pendapatan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi
ketika pendapatan tersebut dapat direalisasikan dan diperoleh. Definisi ini menghadirkan
beberapa anomali dalam paradigma industri yang mengakibatkan masalah tersebut ditangani
lebih dari 180 kali dalam GAAP saat ini ( Fitch Ratings, 2006 ). Salah satu masalah yang
sangat penting adalah bagaimana perubahan nilai wajar akan diakui pada laporan laba rugi.
Dalam paradigma industri, beberapa perubahan nilai wajar diakui di neraca (pada penghasilan
komprehensif lain) dan lainnya diakui pada laporan laba rugi. Menemukan solusi untuk
masalah yang terkait dengan pengakuan pendapatan sangat penting untuk berhasil pindah ke
paradigma informasi. Singkatnya, jenis estimasi dan pertimbangan yang digunakan dalam
menentukan nilai wajar jauh berbeda dari yang digunakan dalam alokasi biaya. David Larsen,
Managing Director di Duff and Phelps, mengatakan bahwa meskipun sulit untuk
memperkirakan nilai wajar, menggunakan pendekatan yang konsisten untuk membuat
estimasi menunjukkan peningkatan substansial dari biaya historis ( MacFadyen, 2007 ).
Untuk membuat taksiran dan penilaian yang terkait dengan penilaian, profesional akuntansi
perlu memperlengkapi kembali keahlian mereka.

Karakteristik terakhir yang dihasilkan dari pergeseran revolusioner ke paradigma baru


adalah bahwa dunia kerja para praktisi berubah. Semua perubahan yang dijelaskan dalam
makalah ini akan berdampak dramatis pada profesi akuntansi. Di masa lalu, karena atribut
pengukuran biaya historis, akuntan mungkin secara tepat disebut "pengalokasi". Dalam
lingkungan saat ini, mereka mungkin lebih dikenal sebagai '' estimator ''.

Kesimpulan

Pembahasan yang disajikan dalam makalah ini dimaksudkan untuk merangsang


pemikiran dan dialog tentang Mengapa perubahan dalam akuntansi terjadi daripada
perdebatan tentang apa perubahan sedang terjadi. Kami menerapkan teori Kuhn sebagai
kerangka kerja untuk menjelaskan pergeseran revolusioner dalam paradigma akuntansi. Kuhn
(1970) menunjukkan bahwa revolusioner perubahan menghasilkan rekonstruksi dasar-dasar
paling dasar dari tubuh pengetahuan yang ada. Akuntansi berada di tengah-tengah jenis
transformasi ini karena menciptakan dasar-dasar baru yang mengubah pertanyaan yang harus
dijawab dan kehidupan kerja para praktisi.

Sebagai ilmu sosial, perubahan akuntansi memiliki dimensi tambahan dari perilaku
manusia yang berinteraksi dengan paradigma akuntansi. Banyak debat dalam praktiknya
mengintegrasikan dimensi perilaku, dan memang seharusnya begitu. Meskipun akuntansi
harus menanggapi perubahan dalam lingkungan ekonomi, akuntansi tidak dapat mengontrol
perilaku individu dalam praktiknya, tidak lebih dari itu dapat mengontrol lingkungan
ekonomi. Keduanya tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, paradigma menyesuaikan sebaik
mungkin dalam konteks lingkungan yang selalu berubah.

Anda mungkin juga menyukai