Evaluasi Program Pendidikan by Miftahul

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 170

JUDUL BUKU

PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

Oleh : Copyright © 2014 by Miftahul Fikri


Penulis : Miftahul Fikri, Neni Hastuti, S.Pd.I, M.Pd &
Sri Wahyuningsih, M.Pd,
Desain Sampul : Neni Hastuti & Sri Wahyuningsih
Editor : Miftahul Fikri

Cetakan pertama, Oktober 2019


Cetakan kedua, Desember 2019

Diterbitkan oleh www.nulisbuku.com

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbayak buku ini


sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan cara apapun juga, baik
secara mekanis maupun elektronis, termasuk potokopi, rekaman, dan
lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

Website

https://independent.academia.edu/miftahulfikri45

Email

miftahul.fikri1994@gmail.com
nenihastutispdi@yahoo.com
wahyuningsihsri71@gmail.com
Kata Pengantar

Buku yang berjudul Pelaksanaan Evaluasi


Program Pendidikan ini dipersiapkan sebagai bahan
kajian bagi para akademisi, praktisi, dan pimpinan
lembaga pendidikan.
Evaluasi merupakan proses sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
menginterpretasikan, dan menyajikan informasi untuk
dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan ataupun menyusun program pada
masa yang akan datang.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan i


Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang suatu
program.
Informasi tersebut dapat berupa proses
pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai,
efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang
difokuskan untuk program, yaitu untuk mengambil
keputusan dilanjutkan atau dihentikannya suatu
program.
Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan
penyusunan program berikutnya ataupun penyusunan
kebijakan yang berkaitan dengan program. Dalam
melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model
evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan
suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar
evaluasi. Umumnya model evaluasi ini dibuat
berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau
instansi yang ingin mengetahui program yang telah
dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan ii


Evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
merealisasikan atau mengimplementasikan kebijakan
tertentu, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang untuk pengambilan
keputusan.
Evaluator harus orang-orang yang memiliki
kompetensi, diantaranya mampu melaksanakan, cermat,
objektif, sabar dan tekun, hati-hati, dan bertanggung
jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal
(evaluator dan pelaksana program) dan kalangan
eksternal (orang di luar pelaksana program, tetapi orang
yang berkaitan dengan kebijakan dan implementasi
program).
Oleh sebab itu, betapa berharganya kehadiran
buku ini karena menjadi literatur yang semakin
memudahkan mahasiswa untuk memperdalam ilmu
pengetahuan berkaitan dengan pendidikan dan keguruan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan iii


Buku ini disusun untuk memberikan
pemahaman dan manfaat tidak hanya pada para
pendidik atau akademis, melainkan juga dapat
menambah wawasan bagi khalayak umum yang
berminat. Semoga bermanfaat!.

Jakarta, Oktober 2019

Miftahul Fikri, dkk


- Neni Hastuti, S.Pd.I M.Pd
- Sri Wahyuningsih, M.Pd

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan iv


Daftar Isi

HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar ------------- i

Daftar Isi ------------- v

BAB 1
PENDAHULUAN ------------- 1

BAB 2
MEMAHAMI EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN ------------- 7

A. Pengertian Program & Evaluasi Program ------------- 7


B. Ciri-Ciri, Komponen, Tujuan & Manfaat Evaluasi
Program ------------- 9

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan v


BAB 3
PERENCANAAN EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN -------------16

A. Konsep Perencanaan Evaluasi Program ------------- 17

B. Analisis Kebutuhan Evaluasi Program ------------- 28

BAB 4
EVALUATOR PROGRAM PENDIDIKAN ------------- 30
A. Evaluator Program ------------- 30
B. Jenis-Jenis Evaluator ------------- 31
C. Pertimbangan dalam Penentuan
Evaluator ------------- 40
D. Peranan Evaluator ------------- 46
E. Syarat-Syarat Evaluator ------------- 48

F. Kompetensi Evaluator Program ------------- 53

BAB 5
MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN ------------- 56

A. Ruang Lingkup Model Evaluasi


Program ------------- 56

B. Model-Model Evaluasi Program ------------- 58

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan vi


BAB 6
PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN ------------- 93

A. Pelaksanaan Evaluasi Program ------------- 93

B. Konsep Pelaksanaan Evaluasi


Program ------------- 97

BAB 7
FORMAT PROPOSAL EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN ------------- 114

A. Proposal Evaluasi Program -------------114

B. Rancangan Proposal Evaluari


Program -------------116

BAB 8
FORMAT LAPORAN EVALUASI PROGRAM
PENDIDIKAN -------------134

A. Laporan Evaluasi Program -------------134

B. Menyusun Laporan Evaluasi


Program -------------137

C. Tata Tulis Laporan Evaluasi -------------139

D. Format Penulisan Laporan -------------141

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan vii


BAB 9
KESIMPULAN & REKOMENDASI -------------150

A. Penyusunan Kesimpulan dan


Rekomendasi -------------151

B. Konsep Penyusunan Rekomendasi -------------153

Daftar Pustaka -------------156

Tentang Penulis -------------159

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan viii


BAB
1 PENDAHULUAN

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang


termuat dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 3 yakni
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 1


Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan di atas
bukanlah sesuatu yang mudah, namun diperlukan upaya
yang optimal dalam penyelenggaraan pendidikan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Kualitas
dan kuantitas pendidikan yang dilakukan pada saat ini
akan menentukan ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) di masa datang.
Di era persaingan dunia yang semakin tajam,
bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mencapai
keunggulan menuju tingkat produktivitas nasional yang
tinggi. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut
setiap masyarakat harus menguasai berbagai bidang Ilmu
Pengetahuan, Teknologi (Iptek) dan keterampilan serta
keahlian professional yang dibutuhkan untuk memacu
peningkatan nilai tambah berbagai sektor industri dan
pemerataan ekonomi secara berkelanjutan.
Penekanan yang amat kuat terhadap
pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945 yakni pendidikan
berorientasi pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai
komitmen yang sangat besar untuk mengejar

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 2


ketertinggalan dari bangsa lain di dunia. Pendidikan
diyakini untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Berbagai program yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui
pemberian bantuan dana, sarana dan prasarana,
peningkatan kualitas proses pendidikan, peningkatan
kualitas pendidik, dan tenaga kependidikan, maupun
peningkatan kualitas peserta didik.
Untuk mengetahui keberhasilan program
pendidikan yang dilaksanakan, diperlukan suatu evaluasi,
yang disebut dengan evaluasi program. Karena khusus
mengevaluasi program pendidikan, maka sering disebut
dengan evaluasi program pendidikan. Pelaksanaan
program pendidikan dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang. Sudut pandang tersebut diantaranya dari
pemerintah selaku pembuat kebijakan, dari masyarakat
sebagai pengguna, dari pendidik, misalnya ditinjau dari
sisi efektivitas program, kebermanfaatan program, hasil
dan dampak program, dan lain-lain.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 3


Namun, dari berbagai sudut pandang tersebut,
satu hal yang menjadi kata kunci yakni harapan akan
perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik.
Agar memenuhi harapan tersebut, kegiatan
pemantauan dan evaluasi program perlu dilakukan secara
objektif, reliabel, dan menghasilkan laporan yang
bermanfaat dalam rangka perbaikan dan membuat
keputusan yang lebih baik. Harus diakui kritik sering
muncul tebtang sistem pendidikan yang sering berubah
dan tidak seimbang, kurikulum yang tidak tepat dengan
mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak terfokus
pada hal-hal yang seharusnya diberikan dan sebagainya.
Akan tetapi masalah yang paling serius pada sistem
pendidikan kita adalah kurangnya evaluasi. Sehingga
sering terjadi perubahan dalam sistem pendidikan yang
mungkin disebabakan oleh kurangnya informasi dan
kurangnya suatu sistem standar untuk memperoleh
informasi tersebut.1

1
Dedi Lazwardi, Implementasi Evaluasi Program Pendidikan di
Tingkat Sekolah Dasar & Menengah, (Jurnal: Kependidikan
Islam Volume VII No. 2, Desember 2017), hal, 143.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 4


Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan hasil
belajar, namun konsep evaluasi mempunyai makna yang
sangat luas. Menurut Stufflebeam dalam Sudjana dikutip
Dedi Lazwardi, rumusan evaluasi pendidikan sebagai
berikut yaitu, educational evaluation is the process of
delineating, obtaining and providing usefull information
forjudging decisionalternatives. Menurut rumusan ini
evaluasi pendidikan merupakan proses mendeskripsikan,
mengumpulkan dan menyajikan informasi yang berguna
untuk menentapkan alternatif keputusan.
Menurut Mugiadi dalam Sudjana dikutip Dedi
Lazwardi, menjelaskan bahwa evaluasi program adalah
upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu
program, kegiatan atau proyek. Informasi tersebut
berguna untuk mengambil keputusan, antara lain untuk
memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan
program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan atau
menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program
atau kegiatan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 5


Sedangkan menurut Maclcolm dan Provus dalam
Tayibnapis dikutip Dedi Lazwardi mendefinisikan evaluasi
sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar
untuk mengetahui apakan ada selisih.2
Berdasarkan beberapa pembahasan tentang teori
evaluasi maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
suatu kegiatan mengumpulkan informasi yang berguna
untuk mengambil keputusan dan sebagai tolak ukur
sejauhmana tujuan dapat dicapai.

2 Ibid., hal. 144

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 6


BAB MEMAHAMI
EVALUASI PROGRAM
2 PEDIDIKAN

A. Pengertian Program & Evaluasi Program


Program adalah suatu rencana yang melibatkan
berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 7


yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan
keputusan. Kaitan antara penelitian dengan evaluasi
program, dalam kegiatan penelitian peneliti ingin
mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian
dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program,
pelaksana atau evaluator ingin mengetahui seberapa
tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil
pelaksanaan program, setelah data terkumpul
dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.
Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh
rumusan masalah, sedangkan dalam evaluasi program,
pelaksana/evaluator ingin mengatahui tingkat
ketercapaian program, dan apabila tujuan belum
tercapai pelaksana/evaluator ingin mengetahui letak
kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk
menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan
diambil.3

3 Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi


Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Diakses,
http://anan-nur.blogspot.com/2012/01/evaluasi-program-
pendidikan-prof-dr.html. (akses 17 November 2019).

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 8


B. Ciri-Ciri, Komponen, Tujuan & Manfaat Evaluasi
Program
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu
pada kaidah yang berlaku, dilakukan secara sistematis,
teridentifikasi penentu keberhasilan dan ketidak
berhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan
hasil evaluasi dapat digunakan sebagai tindak lanjut
atau pengambilan keputusan.
Program merupakan satu kesatuan dari beberapa
bagian atau komponen yang saling berkait untuk
mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem
tersebut. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri
atas beberapa subkomponen dan masing-masing
subkomponen terdapat beberapa indikator. Dalam
kegiatan evaluasi program, indikator merupakan
petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau
ketidakberhasilan suatu kegiatan.
Perlu diketahui bahwa ketidakberhasilan suatu
kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen atau
subkomponen yang lain.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 9


Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui
pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau
untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
Manfaat evaluasi program, evaluasi sama artinya
dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi
dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
melakukan tindak lanjut dari program yang telah
dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat
berupa penghentian program, merevisi program,
melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.
Evaluator program, evaluator program harus
orang-orang yang memiliki kompetensi yang mumpuni,
diantaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif,
sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggungjawab.
Evaluator dapat berasal dari kalangan internal
(evaluator dan pelaksana program) dan kalangan
eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang
yang terkait dengan kebijakan dan implementasi
program).

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 10


Hakikat antara tujuan program dengan tujuan
evaluasi program. Program adalah suatu rencana yang
melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun
waktu tertentu untuk diimplementasikan di lapangan.
Sedangkan evaluasi program bertujuan untuk
mengumpulkan informasi berkenaan dengan
implementasi program yang dipergunakan untuk
melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan
keputusan.

C. Evaluasi Program
Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksud untuk mengetahui seberapa tinggi tingkatan
keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. Apabila
kita membatasi pengertian “program” sebagai kegitan
yang direncanakan, maka program program tersebut
tidak lagi disebut demikian jika kegiatannya sudah
selesai dilaksanakan.4

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program Pendidikan,


(Jakarta: Bumi Aksara, Edisi ke-2, 2016), hal. 324

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 11


Namun, jika kita amati dari kehidupan kita sehari-
sehari ada pula kegiatan yang dilaksanakan tanpa
rencana. Mungkin kegiatan tersebut sudah terlalu biasa,
misalnya makan sehingga tidak pernah ada orang yang
sebelum memulai makan merencanakannya, bagaimana
makan akan dilakukan. Mungkin juga kegiatan tersebut
terlalu sederhana sehingga tidak perlu rencana. 5
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa, suatu
kegiatan perlu direncanakan apabila kegiatan yang
bersangkutan memang dipandang penting sehingga
apabila tidak direncanakan boleh jadi akan menjumpai
kesulitan atau hambatan.
Penyelenggraan pendidikan bukan sederhana,
penyelenggaraan pendidikan meliputi banyak orang dan
menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu, kegiatan
pendidikan harus dievaluasi agar dapat dikaji apa
kekurangan dan kekurangan tersebut akan dapat
dipertimbngkan untuk pelaksanaan pendidikan pada
waktu lain. sebetulnya yang menjadi titik awal dari
kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan

5 Ibid., hal. 325

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 12


penyusunan program untuk melihat apakah tujuan
program sudah tercapai atau tidak. Jika tercapai,
bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersbut. Jika
tidak tercapai, bagaimanakah dari rencana kegiatan
yang telah dibuat dan bagian manakah yang tidak
tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut
tidak tercapai.
Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan
untuk melihat pencapaian target program. Untuk
menentukan seberapa jauh target program sudah
tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang
sudah dirumuskan dalam tahapan perencanaan kegiatan.
Sebagai contoh, misalnya seorang guru
mentargetkan sekurang-kurangnya ada tujuh orang siswa
yang dapat memperoleh nilai 10, dan setelah hasil
ulangan diperiksa ternya ada tiga orang yang
memperoleh nilai 10. Dengan demikian maka tingkat
keberhasilan guru tersebut hanya 3/7 x 100% yaitu lebih
kuarang 47%.6

6 Ibid., hal. 326

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 13


Apa perlunya mengadakan evaluasi program?
Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan
pengambil kebijaksanaan untuk menentukan
kebijaksanaan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi
program, langkah evaluasi bukan hanya dilakukan
serampangan saja tetapi sistematik, rinci, dan
menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat.
Dengan metode-metode tertentu maka akan diperoleh
data yang andal dan dapat dipercaya. Penentuan
kebijaksanaan akan tepat apabila data yang digunakan
sebagi dasar pertimbangan tersebut benar, akurat, dan
lengkap.7
Ada empat macam kebijaksanaan lanjutan yang
mungkin diambil setelah evaluasi program dilakukan
yaitu:
1. Kegitan tersebut dilanjutkan karena dari data yang
terkumpul diketahui bahwa program ini sangat
bermanfaat dan dapat dilaksanakan dengan lancar
tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian
tujuannya tinggi.

7 Ibid., hal. 326

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 14


2. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan
penyempurnaan karena dari data yang terkumpul
diketahui bahwa hasil program sangat bermanfaat
tetapi pelaksanaannya kurang lancar atau kualitas
pencapaian tujuan kurang tinggi yang perlu
mendapatkan perhatian untuk kebijkasanaan
berikutnya adalah cara atau proses kegiatan
pencapaian tujuan.
3. Kegiatan tersebut dimodifikasi karena data yang
terkumpul dapat diketahui bahwa kemanfaatan
hasil program kurang tinggi sehingga perlu disusun
lagi perencanaan lebih baik. Dalam hal ini mungkin
tujuannya yang perlu diubah.
4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan (dengan
kata lain dihentikan!) karena dari data yang
terkumpul diketahui bahwa hasil program kurang
bermanfaat, ditambah lagi didalam pelaksanaan
sangat banyak hambatannya.8

8 Ibid., hal. 327

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 15


BAB PERENCANAAN
EVALUASI PROGRAM
3 PEDIDIKAN

Evaluasi merupakan dimensi penting dari


pendidikan. Evaluasi program pendidikan dapat
dikatakan sebagai proses monitoring dan penyesuaian
yang dikehendaki oleh para evaluator dalam menentukan
atau meningkatkan kualitas pendidikan. Evaluasi
menunjukkan seberapa baik program pendidikan berjalan
dan menyediakan cara untuk memperbaikinya. Mengacu
pada konsep manajemen, proses evaluasi pendidikan
dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu,
perencanaan/planning, implementasi/implementing, dan
evaluasi/evaluating.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 16


Dengan demikian, dalam proses ini dimulai dengan
merencanakan evaluasi, mengimplementasikan evaluasi,
dan mengevaluasi evaluasi. Kita perlu merencanakan dan
melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara
mengidentifikasi kebutuhan, memilih strategi yang tepat
dari berbagai alternatif, memonitor perubahan yang
muncul, mengukur dampak dari perubahan
tersebut. Dengan perencanaan yang baik, implementasi
evaluasi diharapkan akan berjalan lancar sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.9

A. Konsep Perencanaan Evaluasi Program


1. Pengertian Perencanaan Evaluasi Program
Kegiatan evaluasi program yang efektif harus
melalui perencanaan program evaluasi pendidikan yang
baik. Dengan kata lain, evaluasi yang baik harus
direncanakan sebaik-baiknya. Adanya suatu perencanaan
evaluasi program pendidikan akan memberikan kerangka
kerja yang dapat dijadikan acuan oleh para evaluator

9 A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan, Konsep,


Prinsip, dan Aplikasinya di Sekolah/Madrasah, (Bandung: Pustaka
Setia, Cet-1, April 2017), hal. 53

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 17


dan semua pihak yang terlibat (termasuk pendidikan)
untuk mengambil keputusan tentang kegiatan-kegiatan
yang seharusnya dilaksanakan demi tercapainya tujuan
evaluasi program pendidikan yang diinginkan. Pada pihak
lain, setiap program evaluasi pendidikan harus dirancang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga
pendidikan dan kegiatan yang menurut mereka paling
efektif demi tercapainya tujuan-tujuan tersebut.10
Menurut Venugopal dikutip A. Rusdiana,
mendefinisikan perencanaan program sebagai prosedur
kerja sama masyarakat dalam upaya merumuskan
masalah/keadaan yang belum memuaskan, dan upaya
pemecahan yang dapat dilakukan demi tercapainya
tujuan dan penerima manfaat yang ingin dicapai.
Selanjutnya menurut Mueller mengartikan perencanaan
program sebagai upaya sadar yang dirancang atau
dirumuskan untuk tercapainya tujuan/kebutuhan,
keinginan, dan minat.

10 Ibid., hal. 54

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 18


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
merencanakan suatu evaluasi yaitu:
a) Menentukan tujuan evaluasi,
b) Merumuskan masalah,
c) Menentukan jenis data,
d) Menentukan sampel evaluasi,
e) Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan
evaluasi,
f) Menentukan alat evaluasi,
g) Merencanakan personal evaluasi,
h) Merencanakan anggaran, dan
i) Merencanakan jadwal kegiatan.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi


diperlukannya perencanaan program dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a) Memberikan acuan dalam mempertimbangkan
secara saksama tentang apa yang harus dilakukan
dan cara melaksanakannya. Oleh sebab itu, dengan
adanya acuan yang sudah terpilih akan
memudahkan semua pihak untuk mengambil
keputusan yang sebaik-baiknya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 19


b) Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan
oleh masyarakat/umum. Dengan adanya acuan
tertulis, diharapkan dapat mencegah terjadinya
salah pengertian (dibandingkan dengan pernyataan
tertulis) dan dapat dikaji ulang/dievaluasi setiap
saat, sejak sebelum, selama, dan setelah program
tersebut dilaksanakan.
c) Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap
adanya usul/saran penyempurnaan yang baru.
Sepanjang perjalanan pelaksanaan program, muncul
perlunya revisi penyempurnaan perencanaan
program. Oleh karena itu, dengan adanya
pernyataan tertulis, dapat dikaji seberapa jauh
usulan revisi tersebut dapat diterima/ditolak agar
tujuan yang diinginkan tetap dapat tercapai, baik
dalam arti jumlah, mutu, maupun waktu yang
telah ditetapkan.
d) Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dan harus
dicapai, yang perkembangannya dapat diukur dan
dievaluasi. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
telah dapat dicapai, diperlukan pedoman jelas yang
dapat diukur dan dapat dievaluasi setiap saat.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 20


e) Memberikan pengertian yang jelas terhadap
pemilihan tentang kepentingannya dari masalah-
masalah insidental (yang dinilai akan menuntut
perlunya revisi program) dan pemantapan dari
perubahan-perubahan sementara (jika diperlukan
revisi terhadap program).
f) Mencegah kesalahartian tentang tujuan akhir, dan
mengem bangkan kebutuhan yang dirasakan
ataupun yang tidak dirasakan.
g) Memberikan kelangsungan dalam diri personel
selama proses perubahan berlangsung. Artinya,
setiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan
dan evaluasi program selalu merasakan perlunya
kontinuitas program sampai tercapainya tujuan
yang diharapkan.
h) Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu
dalam menggerakkan semua pihak yang terlibat dan
menggunakan sumber daya yang tersedia serta
dapat digunakan untuk tercapainya tujuan yang
dikehendaki.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 21


i) Menghindarkan pemborosan sumber daya/tenaga,
biaya, dan waktu, dan merangsang efisiensi pada
umumnya.
j) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan
didalam masyarakat dan yang dilaksanakan sendiri
oleh masyarakat setempat.11

2. Ukuran Perencanaan Program yang Baik


Untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan
program yang dirumuskan itu telah baik, berikut ini
disampaikan beberapa acuan tentang pengukurannya.
a. Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program yang baik harus
mengungkapkan hasil analisis fakta dan keadaan yang
lengkap, yang menyangkut keadaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, kelembagaan, tersedianya
sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan,
keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik.

11 Ibid., hal. 55-56

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 22


Untuk keperluan tersebut, pengumpulan data
dapat dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak
seperti lembaga/aparat pemerintah, tokoh-tokoh
masyarakat, organisasi profesi, dan lain-lain) dengan
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

b. Pemilihan masalah berlandaskan kebutuhan


Hasil analisis fakta dan keadaan umumnya
menghasilkan berbagai masalah (baik masalah yang
telah dirasakan maupun belum dirasakan masyarakat
setempat). Sehubungan dengan hal ini, perumusan
masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata
atau real-problems yang telah dirasakan masyarakat
atau felt-problems.
Artinya, perumusan masalah hendaknya
dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai
penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan-nyata/real
needs masyarakat, yang telah dapat dirasakan/felt
needs oleh mereka.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 23


c. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang
menjanjikan kepuasan
Tujuan yang ingin dicapai harus menjanjikan
perbaikan kesejahteraan atau kepuasan masyarakat
penerima manfaatnya. Jika tidak, program semacam ini
tidak mungkin dapat menggerakkan motivasi masyarakat
untuk berpartisipasi didalamnya. Dengan demikian,
masyarakat harus mengetahui manfaat setelah tujuan
program tersebut tercapai.

d. Menjaga keseimbangan
Setiap perencanaan program harus mampu
mencakup kepentingan sebagian besar masyarakat. Oleh
karena itu, setiap pengambilan keputusan harus
ditekankan pada kebutuhan yang harus diutamakan,
yang mencakup kebutuhan orang banyak. Efisiensi harus
diarahkan demi pemerataan kegiatan dan waktu
pelaksanaan harus dihindari kegiatan yang terlalu besar
menumpuk pada penyuluh atau ada masyarakat
penerima manfaatnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 24


e. Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program harus merumuskan prosedur
dan tujuan serta sasaran kegiatan yang jelas, yang
mencakup masyarakat penerima manfaatnya, tujuan,
waktu, dan tempatnya, metode yang akan digunakan,
tugas dan tanggungjawab tiap-tiap pihak yang terkait
(termasuk tenaga sukarela), pembagian tugas atau
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap kelompok
personel, dan ukuran-ukuran yang digunakan untuk
evaluasi kegiatannya.12

f. Proses yang berkelanjutan


Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan
tindak lanjut (kegiatan yang harus dilakukan) pada
tahapan berikutnya harus dinyatakan dalam suatu
rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Termasuk
didalam hal ini adalah perubahan yang perlu dilakukan,
selaras dengan perubahan kebutuhan dan masalah yang
akan dihadapi.

12 Ibid., hal. 57

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 25


g. Proses belajar dan mengajar
Semua pihak yang terlibat dalam perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi program perlu mendapat
kesempatan belajar dan mengajar. Artinya, warga
pendidikan harus diberi kesempatan untuk belajar
mengumpulkan fakta dan keadaan serta merumuskan
sendiri masalah dan cara pemecahan masalahnya.
Sebaliknya, evaluator dan aparat pemerintah yang lain
harus mampu memanfaatkan kesempatan tersebut
sebagai upaya belajar dari pengalaman setempat.

h. Proses koordinasi
Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai
tujuan harus melibatkan dan mendengarkan kepentingan
semua pihak yang terkait. Oleh sebab itu, penting
adanya koordinasi untuk menggerakkan semua pihak
agar berpartisipasi di dalamnya. Pada pihak lain,
koordinasi juga sangat diperlukan dalam proses
pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya koordinasi yang

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 26


baik, tujuan kegiatan tidak akan dapat tercapai seperti
yang diharapkan.13

i. Memberikan kesempatan evaluasi proses dan hasil


Evaluasi sebenarnya merupakan proses yang
berkelanjutan dan melekat/built-in dalam perencanaan
program. Oleh sebab itu perencanaan program harus
memuat dan memberi kesempatar untuk dapat
dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi terhadap proses
maupun hasilnya.
Dari beberapa pokok ukuran tersebut, secara
ringkas dapat dikemukakan beberapa karakteristik
perencanaan program yang baik meliputi, (1) mengacu
pada kebutuhan masyarakat, (2) bersifat komprehensif,
(3) luwes, merupakan proses pendidikan, (5) beranjak
dari sudut pandang masyarakat, (6) memerlukan
kepemimpinan lokal yang andal, (7) menggunakan
teknik-teknik dan penelitian untuk
memperoleh informasi, (8) mengharapkan partisipasi
masyarakat, agar mereka dapat membantu diri mereka

13 Ibid., hal. 58

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 27


sendiri, dan (9) menerapkan evaluasi secara
berkelanjutan.

B. Analisis Kebutuhan Evaluasi Program


Suharsimi Arikunto dikutip A. Rusdiana,
menyatakan bahwa analisis kebutuhan merupakan
sarana atau alat yang konstruktif dan positif untuk
melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang
didasarkan atas logika yang bersifat rasional sehingga
perubahan ini menunjukkan upaya formal yang
sistematis menentukan dan mendekatkan jarak
kesenjangan antara "seperti apa yang ada" dan
"bagaimana seharusnya" dengan sasarannya adalah
siswa, kelas, dan sekolah.
Menurut Suharsimi Arikunto dikutip A. Rudiana,
ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan
analisis kebutuhan, yaitu secara objektif dan subjektif.
Kedua cara tersebut dimulai dari:
1) Identifikasi lingkup tujuan penting dalam program,
menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 28


2) Menyusun kriteria atau standar untuk tiap-tiap
indikator dan membandingkan kondisi yang
14
diperoleh dengan kriteria.

Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan


secara subjektif adalah mengumpulkan semua evaluator
untuk menentukan skala prioritas kebutuhan. Selain dua
cara tersebut, evaluator dapat juga menggunakan
gabungan dari keduanya, yaitu sebagian menggunakan
cara objektif, sebagian yang lain menggunakan cara
subjektif.
Di samping itu, seorang evaluator dapat juga
menambahkan bahan lain yang diambil dari pihak luar
dirinya. Pihak luar adalah kawan-kawan dekat atau
anggota keluarga lain dari responden yang diperkirakan
pihak tersebut diperlukan dan data yang diberikan dapat
dipercaya.

14 Ibid., hal. 59

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 29


BAB EVALUATOR PROGRAM
4 PENDIDIKAN

A. Evaluator Program
Feuerstein dikutip Rusdi Ananda & Tien Rafida
memaparkan evaluator program adalah seseorang yang
melakukan evaluasi atau yang memungkinkan terjadinya
evaluasi. Hal senada dijelaskan oleh Purwanto dan
Suparman, bahwa evaluator program orang yang
dipercaya oleh pemilik program dan orang-orang yang
berkepentingan dengan program/stakeholder untuk
melaksanakan evaluasi.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapatlah
dimaknai bahwa evaluator program adalah pihak dalam
hal ini individu (biasanya berupa tim) yang melakukan
evaluasi terhadap suatu program yang tersebut

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 30


bertanggungjawab secara penuh terhadap hasil penilaian
terhadap program yang dievaluasi.
Namun perlu diingat bahwa evaluator program
tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan tentang
program, tetapi sekedar memberikan rekomendasi
kepada pengambil keputusan, selanjutnya pihak
pengambil keputusan itulah yang menentukan tindak
lanjut.

B. Jenis-Jenis Evaluator
Apabila ditelisik berdasarkan asal atau dari mana
evaluator program, maka dapat diklasifikasi atas 2 (dua)
jenis yaitu:15
1. Evaluator Internal
Menurut Feuerstien dikutip Rusdi Ananda & Tien
Rafida, evaluator internal adalah orang dalam program
atau orang yang sangat mengetahui hal ihwal program
yang dievaluasi.

15 Rusdi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program


Pendidikan, (Copyright © 2017: Perdana Publishing, 2017), hal. 23

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 31


Selanjutnya dijelaskan oleh Feuerstein bahwa
evaluator internal sudah mengetahui fungsi-fungsi,
tujuan-tujuan, problem-problem, kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan program. Menurut Arikunto
dan Jabar, evaluator internal adalah petugas evaluasi
program yang sekaligus merupakan salah satu dari
petugas atau anggota pelaksana program yang akan
dievaluasi.
Merujuk kepada penjelasan di atas dapatlah
dimaknai bahwa evaluator internal adalah individu yang
menjadi evaluator suatu program yang sekaligus
merupakan salah seorang dari anggota dalam program
tersebut. Indvidu yang berasal dari satuan program yang
dievaluasi menjadi evaluasi internal memiliki kelebihan
dan kelemahan tersendiri.
Feuerstein Rusdi Ananda & Tien Rafida,
memaparkan kelebihan dan kekurangan evaluator
internal sebagai berikut:
a) Terlalu banyak mengetahui program.
b) Sangat sulit untuk bersikap objektif.
c) Merupakan bagian dari struktur kekuasaan dan
kewenangan yang ada

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 32


d) Mungkin didorong oleh harapan-harapan pribadi
yang akan diperoleh.
e) Mungkin tidak terlatih secara khusus dalam metode
evaluasi. Tidak banyak (mungkin hanya sedikit lebih
banyak) pengalaman mengikuti training dibanding
orang lain yang terlibat dalam program.
f) Akrab dengan dan mengerti program tersebut dan
dapat menafsirkan prilaku-prilaku dan sikap-sikap
pribadi.
g) Sudah dikenal orang yang terlibat dalam program
sehingga tidak menimbulkan gangguan atau
hambatan. Rekomendasi-rekomendasi akhir
mungkin kurang menimbulkan kekhawatiran.

Menurut Arikunto dan Jabar kelebihan evaluator


internal adalah:
a) Evaluator internal memahami seluk-beluk secara
baik program yang akan di evaluasi sehingga
kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya
sasaran tidak perlu ada, dengan kata lain evaluaasi
tepat pada sasaran.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 33


b) Oleh karena evaluator adalah orang dalam,
pengambil keputusan tidak perlu banyak
mengeluarkan dana/honor untuk membayar
evaluator program.

Kelemahan dari penggunaan evaluator internal


dalam mengevaluasi suatu program sebagai berikut:
a) Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga
berusaha menyampaikan aspek positif dari program
yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan
tersebut dapat diimplementasikan dengan baik
pula, dengan kata lain evaluator internal dapat
dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
b) Oleh karena sudah memahami seluk-beluk program,
jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan
evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa
sehingga kurang cermat.16

16 Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi


Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 23

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 34


2. Evaluator Eksternal
Evaluator eksternal adalah seseorang yang mampu
mengamati sebuah program secara jelas karena dia tidak
terlibat secara pribadi dan dengan demikian dia tidak
akan memiliki sesuatu yang bersifat subjektif untuk
diperoleh atau dibuang dari evaluasi.17
Menurut Arikunto dan Jabar evaluator eksternal
adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan
dan implementasi program, mereka berada diluar dan
diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi
keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan
yang sudah diputuskan.18
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat
dipahami bahwa evaluator eksternal atau evaluator luar
adalah individu yang tidak terkait dengan kebijakan dan
implementasi program. Individu tersebut berada di luar
dan diminta oleh pengambil keputusan untuk
mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan
kebijakan yang sudah diputuskan.

17 Rusdi Ananda & Tien Rafida, Op. Cit., hal. 25


18 Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Op. Cit., hal. 24

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 35


Penggunaan individu-individu yang menjadi
evaluator ekternal dalam melakukan evaluasi suatu
program memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Feuerstein dikutip Rusdi Ananda & Tien Rafida
memaparkan kelebihan dan kekurangan evaluator
eksternal sebagai berikut:
a) Dapat melihat program dengan penglihatan segar.
b) Tidak terlihat secara personal, sehingga lebih
mudah bersikap objektif.
c) Tidak termasuk dalam struktur kekuasaan yang ada.
d) Tidak memperoleh apa-apa dari program, tetapi
mungkin memperoleh penghargaan dari evaluasi.
e) Terlatih dalam metode evaluasi. Mungkin sudah
berpengalaman dalam melakukan evaluasi yang
lain. Dianggap sebagai seorang ahli dalam program.
f) Mungkin tidak mengerti program dan orang yang
terlibat di dalamnya.
g) Dapat menimbulkan kegelisahan karena staf
program dan partisipan tidak mengetahui secara
pasti motivasi seorang evaluator.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 36


Selanjutnya Arikunto dan Jabar memaparkan
kelebihan dan kelemahan evaluator eksternal sebagai
berikut:
a) Oleh dikarenakan tidak berkepentingan atas
keberhasilan program maka evaluator eksternal
dapat bertindak secara objektif selama
melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan.
Apapun hasil evaluasi, tidak akan ada respon
emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan
untuk memperlihatkan bahwa program tersebut
berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai
dengan keadaan dan kenyataan.
b) Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan
mempertahankan kredibilitas kemampuannya,
dengan begitu evaluator eksternal akan bekerja
secara serius dan hati-hati.19

19
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Op. Cit., hal. 24

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 37


Kelemahan penggunaan evaluator eksternal dalam
melakukan evaluasi suatu program adalah:
a) Evaluator eksternal adalah orang baru yang
sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang
program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha
mengenal dan mempelajari seluk-beluk program
tersebut setelah mendapat permintaan untuk
mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat
penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-
hal yang kurang jelas. Hal itu wajar karena
evaluator eksternal tidak ikut dalam proses
kegiatannya. Dampak dari ketidakjelasan
pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan
yang diambil kurang tepat.
b) Pemborosan, pengambil keputusan/kebijakan
(dalam hal ini bertindak sebagai sponsor) harus
mengeluarkan dana/honor yang cukup banyak untuk
membayar evaluator eksternal tersebut.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 38


Berdasarkan pemaparan di atas dapatlah dimaknai
bahwa evaluator program dapat berasal dari kalangan
internal (evaluator dan pelaksana program) dan
kalangan eksternal (orang diluar pelaksana program
tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan
implementasi program.
Selanjutnya mencermati kelebihan dan kelemahan
evaluator internal maupun evaluator eksternal di atas,
maka timbulkan pertanyaan bagaimanakah yang lebih
baik dalam melaksanakan evaluasi suatu program?
Apakah menggunakan evaluator internal atau evaluator
eksternal? Menurut hemat penulis, sebaiknya dalam
melakukan evaluasi terhadap suatu program maka lebih
tepat dan baik mengkombinasikan penggunaan evaluator
internal dan evaluator eksternal.
Dengan demikian evaluator internal sebagai pihak
yang telah mengenal secara mendapat tentang program
yang dievaluasi dapat menjelaskan kepada pihak
evaluator eksternal sehingga diperkirakan tidak akan
terjadi manipulasi hasil. Hal ini menguntungkan bagi
pengambil keputusan atau pelaksana program yang
dievaluasi.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 39


C. Pertimbangan dalam Penentuan Evaluator
Terdapat berbagai pertimbangan yang harus
diperhatikan oleh pemilik program dalam menentukan
evaluator program apakah evaluator internal, evaluator
eksternal ataupun kombinasi dari evaluator internal dan
evaluator eksternal.20
Pertimbangan yang harus diperhatikan tersebut
dijelaskan oleh Purwanto dan Suparman dikutip Rusdi
Ananda & Tien Rafida sebagai berikut:
1. Pertimbangan antara evaluator orang dalam dan
orang luar
Sebaiknya evaluator berasal dari orang dalam atau
orang luar. Apakah kelebihan dan kekurangan masing-
masing? Orang dalam adalah orang yang berasal dari
bagian atau institusi penyelenggara program dan
biasanya telah ikut dalam proses pengembangan dan
pelaksanaan program. Sedangkan yang dimaksud orang
luar adalah mereka yang berperan sebagai evaluator
berasal dari luar bagian atau institusi penyelenggara
program.

20 Rusdi Ananda & Tien Rafida, Op. Cit., hal. 27

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 40


Apabila evaluator ditentukan berasal dari orang
dalam, kelebihannya adalah evaluator tersebut sudah
mengetahui organisasi dengan baik dan mengetahui
reputasi, status, kredibilitas organisasi tempatnya
bekerja. Orang dalam juga memiliki hubungan yang baik
dengan staf, memahami saluran komunikasi dalam
organisasi, telah memahami program dan telah memiliki
minat terhadap keberhasilan program.
Apabila evaluator orang dalam maka
kelemahannya adalah terjadinya bias karena konflik
kepentingan, mungkin evaluator tidak memiliki
keterampilan evaluasi atau pekerjaan evaluasi yang
dilaksanakan terganggu oleh tugas lain dan akibatnya
tidak dapat menempati waktu.
Sebaliknya apabila evaluator ditentukan berasal
dari orang luar maka kelebihannya adalah tidak
mempunyai pendapat tentang organisasi tersebut
sebelumnya (netral) dan bisa bertindak sebagai
pengamat independen, objektif sebagai pengamat, dan
lebih kompeten dalam teknik evaluasi. Sedangkan
apabila evaluator dari orang luar maka kelemahannya
adalah kurang akrab dengan kebiasaan organisasi, tidak

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 41


mengenal tatacara yang ada diorganisasi yang
dievaluasi, bahkan mungkin ada yang berlawanan
dengan kebiasaannya, memerlukan waktu untuk
memahami program dan pemilihan biasanya hanya
berdasarkan pada rekomendasi.

2. Pertimbangan antara evaluator tim dan individual


Manakah yang lebih baik, evaluator terdiri dari
beberapa orang yang bekerja dalam tim atau masing-
masing bertanggungjawab secara individual? Bagaimana
sebaiknya evaluator bekerja dalam tim atau secara
individual? Apa masalahnya jika evaluator adalah suatu
tim atau jika individual? Apakah evaluator adalah
individu atau perorangan maka kelebihannya adalah
adanya kejelasan tentang siapa yang harus
bertanggungjawab. Sedangkan kelemahannya evaluator
individual adalah keberhasilan atau kegagalan evaluasi
tergantung pada satu orang.
Sebenarnya hampir mustahil pekerjaan evaluasi
program hanya diselesaikan oleh satu orang tanpa
bantuan orang lain. Apabila evaluator ditentukan tim
maka kelebihannya adalah adanya pembagian

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 42


tanggungjawab yang jelas dan evaluator terdiri atas
gabungan orang dengan berbagai keahlian sehingga
saling melengkapi. Sementara itu kelemahannya adalah
perlu waktu untuk pembentukan tim, peralatan dan
pertimbangan politis dan dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit.

3. Pertimbangan antara evaluator bekerja penuh


dan bekerja paruh waktu
Sebaiknya evaluator ditugaskan secara penuh
ataukah bekerja secara paruh waktu? Bagaimana dengan
masalah hubungan atau kontrak kerja evaluator?
Manakah yang lebih baik, evaluator yang bekerja
penuh/full time ataukah bekerja paruh waktu/part
time? Masing-masing pilihan ada kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan apabila evaluator bekerja
penuh adalah pekerjaan teroganisir dan terkait dengan
logis, dan ketepatan dan arus informasi tidak tergantung
pada evaluator. Kelemahan dari evaluator apabila
bekerja penuh adalah mahal, mengurangi partisipasi
dalam kegiatan evaluasi dan evaluator tampak seperti
orang luar.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 43


Apabila evaluator bekerja paruh waktu,
kelebihannya adalah dapat melibatkan berbagai keahlian
dalam waktu tidak terlalu lama dan dimungkinkannya
penggunaan tenaga ahli dari luar. Sementara itu
kelemahannya adalah kunjungan yang singkat tidak
memungkinkan untuk mempelajari permasalahan secara
menyeluruh dan perlu biaya dan peralatan yang cukup
banyak untuk penjadwalan.

4. Pertimbangan antara evaluator amatir dan


profesional
Apakah evaluator tenaga amatir atau profesional?
Apakah kelebihan dan kelemahannya masing-masing?
Terakhir, masalah pilihan antara tenaga amatir dan
profesional dan bagaimana resikonya? Perlu ditekankan
disini bahwa yang dimaksud dengan profesional adalah
mereka yang menjadikan pekerjaan evaluasi atau
penelitian sebagai pekerjaan pokok sehari-hari dan telah
menekuni pekerjaan evaluasi dalam waktu yang cukup
lama. Orang-orang diluar kriteria tersebut dianggap
sebagai amatir.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 44


Apabila kita memilih tenaga amatir sebagai
evaluator maka kelebihannya adalah meskipun amatir
evaluator biasanya dapat memahami isi dan objek
evaluasi dengan baik dan dapat memilih berbagai
keterampilan evaluasi berdasarkan pengalaman.
Kelemahannya, evaluator amatir karena kurangnya
pengetahuan tentang objek akibatnya menurunkan
objektivitas evaluasi, kemampuan evaluasinya terbatas
dan memiliki keterbatasan dalam pilihan rancangan
evaluasi.
Sebaliknya apabila menggunakan tenaga
profesional maka kelebihannya adalah evaluator dapat
menjalankan evaluasi berdasarkan pengalaman dan
keterampilan teknis dan evaluator memiliki berbagai
pilihan cara evaluasi berdasarkan pengalaman.
Sedangkan kelemahannya adalah tenaga profesional
(biasanya orang luar) tidak dapat diterima oleh orang
dalam, keterampilan evaluator dalam mengevaluasi
tidak dihargai, kecenderungan menggunakan metode
tertentu, dan menghalangi pemilihan metode atau
rancangan lain.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 45


D. Peranan Evaluator
Evaluator program memiliki berbagai peran yaitu
sebagai hakim, terdakwa, juri, pengacara, saksi ahli,
detektif, pekerja sosial atau reporter keadilan. Tentu
saja pengambilan peran harus disesuaikan dengan
waktu, tempat dan jenis tindakannya dalam suatu
kegiatan evaluasi yang utuh.21
Evaluator sebagai hakim, peran ini relatif pasif,
evaluator tidak aktif mengembangkan rancangan evalusi
dan tidak mengumpulkan data. Evaluator lebih banyak
melihat pada informasi yang disajikan orang lain
kepadanya, sehingga yang dilakukannya adalah
menganalisis dan memikirkan ulang evaluasi yang telah
dilaksanakan berdasarkan itu dibuat suatu kesimpulan.
Evaluator yang mengasumsikan diri sebagai hakim
harus menghindari kesan gegabah atau congkak, ia harus
tetap hati-hati, dan tidak membuat orang lain
tersinggung dan kurang terhormat. Terkadang evaluator
berperan bagaikan detektif pada saat ia melakukan
kegiatan pengumpulan data, misalnya dengan cara

21 Ibid., hal. 30

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 46


mengadakan pengamatan partisipatif. Bahkan evaluator
harus bertindak adil dan objektif bagaikan peran seorang
hakim atau juri dalam pengadilan, terutama ketika
evaluator harus mengemukakan dan melaporkan
penilaiannya.
Evaluator program menurut Tayibnapis dikutip
Rusdi Ananda & Tien Rafida memiliki peranan strategis
sebagai berikut:
1) Sebagai penolong dan penasehat terhadap
perencana dan pengembang program. Pada waktu
program baru mulai dikerjakan, mungkin evaluator
akan dipanggil untuk menerangkan dan memonitor
kegiatan program. Memeriksa kemajuan dan
pencapaian program, perubahan sikap, melihat
masalah-masalah yang potensial, dan melihat
bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Dalam
hal ini evaluator progam berperan sebagai evaluator
formatif.
2) Mungkin evaluator bertanggungjawab dan bertugas
membuat pernyataan singkat tentang pengaruh
umum dan pencapaian program. Dalam hal ini
evaluator harus menyiapkan laporan tertulis yang

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 47


harus diserahkan kepada pemimpin atau direktur
program. Laporan berisi tentang penjelasan
program, pencapaian tujuan umum program,
pencatatan hasil-hasil yang diharapkan, dan
pembuatan perbandingan dengan program-program
alternatif. Dalam hal ini evaluator berperan sebagai
evaluator sumatif.

E. Syarat-Syarat Evaluator
Untuk dapat menjadi evaluator program haruslah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ketat.22
Menurut Schnee dikutip Arikunto dalam Rusdi
Ananda & Tien Rafida, menyebutkan karakteristik
evaluator program sebagai berikut:
1) Evaluator hendaknya merupakan otonom. Evaluator
hendaknya orang luar yang sama sekali tidak ada
ikatan dengan pengambil kebijakan maupun
pengelola dan pelaksana program. Di samping itu
juga harus lepas dari tekanan politik.

22 Ibid., hal. 31

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 48


2) Ada hubungan baik dengan responden dalam arti
dapat memahami sedalam-dalamnya watak,
kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan
sumber data evaluasi.
3) Tanggap akan masalah politik dan sosial karena
tujuan evaluasi adalah pengembangan program.
4) Evaluator berkualitas tinggi, dalam arti jauh dari
keahlian biasa. Evaluator adalah orang yang
mempunyai konsep diri/self concept yang tinggi,
tidak mudah terombang-ambing.
5) Menguasai teknik untuk memilih desain dan
metodologi penelitian yang tepat untuk program
yang dievaluasi.
6) Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi
dan menahan diri dari bias, maka evaluator
memberi peluang kepada orang luar untuk melihat
apa yang sedang dan telah dilakukan.
7) Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta
bersikap jujur, menyampaikan atau menerangkan
kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang
dilakukan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 49


8) Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan
positif dan negatif. Evaluator harus berpandangan
luas dan bersikap tenang apabila menemukan data
yang tidak mendukung program dan berpendapat
bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan
penemuan positif.
9) Bersedia menyebarkan hasil evaluasi. Untuk
program yang penting dan menentukan, hasil
evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil
keputusan dalam sikap tertutup atau pertemuan
khusus. Namun untuk program yang biasa dan
dipandang bahwa masyarakat dapat menarik
manfaat dari penilaiannya, sebaiknya hasil evaluasi
disebarluaskan, khususnya bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
10) Hasil penilaian yang tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai informasi terbuka, sebaiknya
tidak disebarluaskan (merupakan sesuatu yang
konfidensial).
11) Tidak mudah membuat kontrak. Evaluator yang
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 50


menyanggupi menerima tugas karena secara etis
dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang
dapat dibenarkan.

Persyaratan untuk menjadi seorang evaluator yang


kompeten dan dapat diandalkan menurut Tayibnapis
dikutip Rusdi Ananda & Tien Rafida, mempunyai
kombinasi berbagai ciri antara lain:
1) Mengetahui dan mengerti teknik pengkuran dan
metode penelitian,
2) Mengerti tentang kondisi sosial dan hakikat objek
evaluasi,
3) Mempunyai kemampuan hubungan manusia/human
relation,
4) Jujur, dan
5) Bertanggungjawab.

Selanjutnya persyaratan untuk menjadi evaluator


dijelaskan oleh Arikunto dan Jabar sebagai berikut:
1) Mampu melaksanakan, persyaratan pertama ini
harus dipenuhi oleh evaluator adalah individu yang

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 51


memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi
yang didukung oleh teori dan keterampilan praktek.
2) Cermat, dalam hal ini individu yang menjadi
evaluator dapat melihat celah-celah dan detail dari
program serta bagian program yang akan dievaluasi.
3) Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan
pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai
dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil
kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan
yang harus diikuti.
4) Sabar dan tekun, agar didalam melaksanakan tugas
dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam
bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen,
mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak
gegabah dan tergesa-gesa.
5) Hati-hati dan bertanggungjawab yaitu melakukan
pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan,
namun apabila masih ada kekeliruan yang

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 52


diperbuat, berani menanggung resiko atas segala
kesalahannya.23

F. Kompetensi Evaluator Program


Evaluator program sebagai orang yang melakukan
evaluasi terhadap suatu program, maka sudah barang
tentu haruslah memiliki kompetensi untuk melakukan
evaluasi.24
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
evaluator program menurut Purwanto dan Suparman
dikutip Rusdi Ananda & Tien Rafida sebagai berikut:
1. Kompetensi Manajemen
Kompetensi manajemen merupakan keterampilan
dalam mengelola dan mengendalikan seluruh kegiatan
evaluasi sehingga dapat berlangsung sebaik-baiknya,
secara efektif dan efisien. Keterampilan manajemen itu
terdiri atas sub-sub kompetensi yaitu melakukan
supervisi, menjelaskan wawasan politik, menerapkan
etika profesi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan

23 Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Op. Cit., hal. 22-
23
24 Rusdi Ananda & Tien Rafida, Op. Cit., hal. 34

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 53


interpersonal, analisis sistem, membuat perjanjian atau
kontrak, membuat pembiayaan, dan menentukan
tujuan.
Selain itu, masih ada keterampilan tambahan yang
perlu juga dikuasai seperti keterampilan mengorganisir,
memimpin, menggarahkan dan membimbing staf,
terutama untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan
tim.

2. Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis yaitu ketrampilan melakukan
kegiatan evaluasi langkah demi langkah, dari
perencanaan sampai selesai tuntas. Keterampilan ini
meliputi sub-sub kompetensi yaitu, memilih atau
mengembangkan instrumen, mengadministrasikan tes,
melakukan analisis statistik, menerapkan metode
survey, menerapkan teknik pengamatan, menerapkan
psikometri, menerapkan rancangan eksperimen,
melakukan kendali mutu data, menggunakan aplikasi
komputer, menerapkan metodologi studi kasus,
melakukan analisis biaya, membuat intrepretasi,

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 54


membuat rekomendasi dan menulis laporan serta
mempresentasikan laporan.

3. Kompetensi Konseptual
Kompetensi konseptual adalah keterampilan
tingkat tinggi yang berkaitan dengan kemampuan
menganalisis, dan pemecahan masalah. Keterampilan
konseptual yang harus dikuasai evaluator meliputi sub-
sub kompetensi yaitu menentukan pilihan/alternatif,
menyusun rencana awal, mengkategorikan dan
menganalisis masalah, melihat dan menunjukkan
hubungan dan membuat kesimpulan.

4. Kompetensi Bidang Ilmu


Kompetensi bidang ilmu merupakan keahlian dan
kemampuan dalam bidang disiplin ilmu yang terkait
dengan evaluasi. Keahlian itu meliputi berpengalaman
kerja di bidang yang dievaluasi, berpengetahuan tentang
sumber literatur, memahami pentingnya konsepsi dalam
bidang yang relevan dan mengenal pakar-pakar di
bidangnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 55


BAB MODEL - MODEL EVALUASI
5 PROGRAM PENDIDIKAN

A. Ruang Lingkup Model Evaluasi Program


Terdapat model-model evaluasi program yang
dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai untuk
mengevaluasi sebuah program. Model evaluasi
merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh
para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama
dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya.
Menurut Arikunto & Jabar dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, meskipun terdapat perbedaan pendapat
tentang model-model evaluasi, namun maksudnya sama
yaitu kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan
objek yang dievaluasi sebagai bahan bagi pengambilan

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 56


keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu
program.
Beberapa model yang banyak dipakai untuk
mengevaluasi program pendidikan antara lain, model
evaluasi CIPP, model evaluasi ini banyak dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model
CIPP (Context, Input, Process and Product). Model ini
pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam pada 1965
sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the
Elementary and Secondary Education ACT).
Menurut Madaus, Scriven, Stufflebeam dikutip
Darodjat dan Wahyudhiana, tujuan penting evaluasi
model ini adalah untuk memperbaiki, dikatakan the CIPP
approach is based on the view that the most important
purpose of evaluation is not to prove but to improve.
Evaluasi model Stufflebeam terdiri dari empat dimensi
yaitu; context, input, process, and product, sehingga
model evaluasinya diberi nama CIPP.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 57


Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan
CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yaitu
25
komponen dan proses sebuah program kegiatan.

B. Model-Model Evaluasi Program


1. Evaluasi Konteks
Banyak rumusan evaluasi konteks yang dinyatakan
oleh para ahli evaluasi, diantaranya adalah menurut Sax
dikutip Darodjat dan Wahyudhiana, Sax menjelaskan
bahwa evaluasi konteks adalah context evaluation is the
delineation and specification of project’s environment,
its unmet needs, the population and sample of
individuals to be served, and the project objectives.
Context evaluation provides a rationale for justifying
aparticular type of program intervention.
Maksud dari kutipan di atas yaitu evaluasi konteks
adalah kegiatan pengumpulan informasi untuk
menentukan tujuan, mendefinisikan lingkungan yang
relevan.

25 Darodjat & M. Wahyudhiana, Model Evaluasi Program


Pendidikan, (Jurnal Islamadina, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Volume XIV, Nomor 1, Maret 2015), hal. 4-5

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 58


Sejalan dengan Sax, Stufflebeam & Shinkfield,
lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi konteks adalah
to assess the object’s overall status, to identify its
deficiencies, to identify the strengths at hand that
could be used to remedy the deficiencies, to diagnose
problems whose solution would improve the object’s
well-being, and, in general, to characterize the
program‟s environment. A context evaluation also is
aimed at examining whether existing goals and
priorities are attuned to the needs of whoever is
supposed to be served.
Maksud dari kutipan di atas dapat dipahami
bahwa, evaluasi konteks berusaha mengevaluasi status
objek secara keseluruhan, mengidentifikasi kekurangan,
kekuatan, mendiagnosa problem, dan memberikan
solusinya, menguji apakah tujuan dan prioritas
disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dilaksanakan.

a. Evaluasi masukan
Menurut Stufflebeam & Shinkfield dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, orientasi utama evaluasi
masukan/input adalah menentukan cara bagaimana

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 59


tujuan program dicapai. Evaluasi masukan dapat
membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi
masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan
peralatan pendukung, dana/anggaran, dan berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan.

b. Evaluasi proses
Menurut Stufflebeam & Shinkfield dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, esensi dari evaluasi proses adalah
mengecek pelaksanaan suatu rencana/program.
Tujuannya adalah untuk memberikan feedback bagi
manajer dan staf tentang seberapa aktivitas program
yang berjalan sesuai dengan jadwal, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia secara efisien,
memberikan bimbingan untuk memodifikasi rencana
agar sesuai dengan yang dibutuhkan, mengevaluasi
secara berkala seberapa besar yang terlibat dalam
aktifitas program dapat menerima dan melaksanakan
peran atau tugasnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 60


Senada dengan Stufflebeam & Shinkfield, Worthen
& Sanders, menjelaskan bahwa evaluasi proses
menekankan pada tiga tujuan yaitu, (1) do detect or
predict in procedural design or its implementation
during implementation stage, (2) to provide information
for programmed decisions, and (3) to maintain a record
of the procedure as it occurs.
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan
implementasi selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program, dan sebagai
rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi
proses meliputi koleksi data penilaian yang telah
ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan
program.

c. Evaluasi proses
Menurut Stufflebeam & Shinkfield dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, esensi dari evaluasi proses adalah
mengecek pelaksanaan suatu rencana/program.
Tujuannya adalah untuk memberikan feedback bagi
manajer dan staf tentang seberapa aktivitas program

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 61


yang berjalan sesuai dengan jadwal, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia secara efisien,
memberikan bimbingan untuk memodifikasi rencana
agar sesuai dengan yang dibutuhkan, mengevaluasi
secara berkala seberapa besar yang terlibat dalam
aktifitas program dapat menerima dan melaksanakan
peran atau tugasnya.
Senada dengan Stufflebeam & Shinkfield, Worthen
& Sanders dikutip Darodjat dan Wahyudhiana,
menjelaskan bahwa evaluasi proses menekankan pada
tiga tujuan yaitu, (1) do detect or predict in procedural
design or its implementation during implementation
stage, (2) to provide information for programmed
decisions, and (3) to maintain a record of the procedure
as it occurs.
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan
implementasi selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program, dan sebagai
rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi
proses meliputi koleksi data penilaian yang telah

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 62


ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan
program.26

d. Evaluasi hasil
Stufflebeam & Shinkfield dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, menjelaskan bahwa tujuan dari product
evaluation adalah untuk mengukur, menafsirkan, dan
menetapkan pencapaian hasil dari suatu program,
memastikan seberapa besar program telah memenuhi
kebutuhan suatu kelompok program yang dilayani.
Sedangkan menurut Sax, fungsi evaluasi hasil adalah to
make decision regarding continuation, termination, or
modification of program.
Jadi, fungsi evaluasi hasil adalah membantu untuk
membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,
akhir dan modifikasi program, apa hasil yang telah
dicapai, serta apa yang dilakukan setelah program itu
berjalan.

26 Ibid., hal, 6-7

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 63


Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
diketahui bahwa evaluasi produk merupakan penilaian
yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang
dihasilkan akan sangat menentukan apakah program
diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan.
Model CIPP saat ini disempurnakan dengan satu
komponen O, singkatan dari outcome, sehingga menjadi
model CIPPO. Bila model CIPP berhenti pada mengukur
output, sedangkan CIPPO sampai pada implementasi dari
output. Dibandingkan dengan model-model evaluasi
yang lain. Model CIPP memiliki beberapa kelebihan
antara lain lebih komprehensif, karena objek evaluasi
tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup
konteks, masukan/input, proses, maupun hasil.
Selain memiliki kelebihan, model CIPP juga
memiliki keterbatasan antara lain, penerapan model ini
dalam bidang program pembelajaran di kelas perlu
disesuaikan atau modifikasi agar dapat terlaksana
dengan baik.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 64


Sebab untuk mengukur konteks, masukan maupun
hasil dalam arti yang luas banyak melibatkan pihak,
membutuhkan dana yang banyak dan waktu yang lama.27

2. Evaluasi Model Provus


Kata discrepancy berarti kesenjangan, model ini
menurut Madaus, Sriven & Stufflebeam dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, berangkat dari asumsi bahwa untuk
mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat
membandingkan antara apa yang seharusnya diharapkan
terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi
(performance). Dengan membandingkan kedua hal
tersebut, maka dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan (model provus/discrepancy), yaitu standar
yang ditetapkan dengan kinerja yang sesungguhnya.
Model ini dikembangkan oleh Malcolm Provus,
bertujuan untuk menganalisis suatu program apakah
program tersebut layak diteruskan, ditingkatkan, atau
dihentikan. Model ini menekankan pada dirumuskannya
standard, performance, dan discrepancy secara rinci

27 Ibid., hal, 8-9

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 65


dan terukur. Evaluasi program yang dilaksanakan oleh
evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada
disetiap komponen program. Dengan adanya penjabaran
kesenjangan pada setiap komponen program, maka
langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan secara jelas.

3. Evaluasi Model Stake


Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari
University of Illinois. Menurut Worthen & Sanders dikutip
Darodjat dan Wahyudhiana, Stake menekankan adanya
dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan
judgment, dan membedakan adanya tiga tahap yaitu,
antecedent/context, transaction/process, and
outcomes. Deskripsi menyangkut dua hal yang
menunjukkan posisi sesuatu yang menjadi sasaran
evaluasi yaitu, apa tujuan yang diharapkan oleh
program, dan apa yang sesungguhnya terjadi.
Evaluator menunjukkan langkah pertimbangan
yang mengacu pada standar. Stufflebeam & Shinkfield,
menjelaskan tiga tahap evaluasi program model Stake
yaitu, antecedents, transaction, and outcomes.
Antecedents mengacu pada informasi dasar yang terkait

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 66


kondisi/kejadian apa yang ada sebelum implementasi
program.
Menurut Stake, informasi pada tipe ini misalnya,
terkait dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya,
dan terkait dengan outcome seperti, apakah siswa telah
makan pagi sebelum datang ke sekolah, apakah siswa
telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, apakah siswa
tidur malam dengan cukup. Untuk mendeskripsikan
secara lengkap dan menetapkan sebuah program atau
pembelajaran pada suatu waktu.
Stake mengusulkan bahwa evaluator harus
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi yang
berhubungan dengan antecendent. Pada tahap
transactions, apakah yang sebenarnya terjadi selama
program dilaksanakan, apakah program yang sedang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program.
Termasuk tahap ini adalah informasi yang dialami oleh
peserta didik berkaitan dengan guru, orangtua,
konselor, tutor, dan peserta didik lainnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 67


Stake menganjurkan kepada evaluator agar
bertindak secara bijak dalam proses pelaksanaan
evaluasi, sehingga dapat melihat aktualisasi program.
Sedangkan outcomes, berkaitan dengan apa yang dicapai
dengan program tersebut, apakah program itu
dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan termasuk
didalamnya ada kemampuan, prestasi, sikap dan
tujuan.28

4. Evaluasi Model Kirkpatrick


Model evaluasi yang dikembangkan oleh
Kirkpatrick ini telah mengalami beberapa
penyempurnaan, terakhir diperbarui tahun 1998 yang
dikenal dengan evaluating training programs, the four
levels atau kirkpatrick’s evaluation model.
Evaluasi terhadap program pelatihan mencakup
empat level evaluasi yaitu, reaction, learning, behavior,
and result:

28 Ibid., hal, 10

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 68


a. Evaluasi reaksi
Catalanello & Kirkpatrick dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, menjelaskan bahwa evaluasi terhadap
reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan
peserta. Program pelatihan dianggap efektif apabila
proses pelatihan dirasa menyenangkan peserta, sehingga
mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan
berlatih. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas
terhadap proses pelatihan yang diikutinya, maka mereka
tidak akan termotivasi untuk mengikuti pelatihan lebih
lanjut.
Keberhasilan proses kegiatan pelatihan tidak
terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta
dalam mengikuti jalannya kegiatan ini. Orang akan
belajar lebih baik manakala mereka memberi reaksi
positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta
dapat dikaji dari beberapa aspek yaitu, materi yang
diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian
materi yang digunakan, media pembelajaran, jadwal
kegiatan, sampai menu dan penyajian konsumsi yang
disediakan. Instrumen untuk mengukur reaksi antara lain
dengan reaction sheet dalam bentuk angket.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 69


Menurut Kirkpatrick, dalam menentukan
instrumen tersebut dapat digunakan prinsip mampu
mengungkap informasi sebanyak mungkin, tetapi dalam
pengisiannya seefisien mungkin. Evaluasi pada level ini
difokuskan pada reaksi peserta yang terjadi pada saat
kegiatan dilakukan, disebut juga sebagai evaluasi proses
pelatihan.29

b. Evaluasi belajar
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, evaluasi hasil belajar dapat dilihat
pada perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau
peningkatan keterampilan peserta setelah selesai
mengikuti program. Peserta program dikatakan telah
belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan
sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan
keterampilan.

29
Ibid., hal, 11

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 70


Untuk mengukur efektivitas program maka ketiga
aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya
perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun
perbaikan keterampilan pada peserta training maka
program dapat dikatakan gagal. Penilaian ini ada yang
menyebut dengan penilaian hasil/output belajar.
Oleh karena itu, dalam pengukuran hasil belajar
harus menentukan pengetahuan apa yang telah
dipelajari, perubahan sikap apa yang telah dilakukan,
keterampilan apa yang telah dikembangkan atau
diperbaiki. Mengukur hasil belajar membutuhkan waktu
yang lama jika dibandingkan dengan mengukur reaksi.
Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet
dalam bentuk angket.
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick, penilaian
terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan dengan
kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan
dan kelompok yang tidak ikut pelatihan
perkembangannya diperbandingkan dalam periode waktu
tertentu.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 71


Di samping itu, penilaian terhadap hasil belajar
dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil pre
test dengan post test, tes tertulis maupun tes kinerja.

c. Evaluasi perilaku
Penilaian/evaluasi difokuskan pada perubahan
tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja,
disebut juga evaluasi terhadap outcomes dan kegiatan
pelatihan. Perubahan apa yang terjadi ditempat kerja
setelah peserta mengikuti program tersebut, baik
menyangkut pengetahuan, sikap maupun
keterampilannya.
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, evaluasi perilaku dapat dilakukan
dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol
dengan perilaku peserta program, membandingkan
perilaku sebelum dan sesudah mengikuti program
maupun, survei/interview dengan pelatih, atasan
maupun bawahan peserta program setelah kembali ke
tempat kerja.30

30 Ibid., hal, 12

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 72


d. Evaluasi hasil
Evaluasi pada tahap ini difokuskan pada hasil akhir
yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu
program. Beberapa contoh dari hasil akhir dalam
konteks perusahaan antara lain, kenaikan produksi,
peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan
kecelakaan kerja, kenaikan keuntungan.
Cara melakukan evaluasi hasil akhir menurut
Kirkpatrick & Kirkpatrick dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, adalah dengan membandingkan kelompok
kontrol dengan kelompok peserta program, mengukur
kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan,
membandingkan biaya yang digunakan dengan
keuntungan yang didapat setelah dilakukan pelatihan,
dan bagaimana peningkatannya.
Evaluasi program model Kirkpatrick dapat
diterapkan dalam program pembelajaran di sekolah,
karena fokusnya sama, yaitu diarahkan pada proses dan
hasil belajar dengan mengikuti suatu program,
perubahan pembelajaran pada empat level sama-sama
diarahkan pada aspek pengetahuan, sikap, dan
kecakapan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 73


Namun demikian, penerapan evaluasi model ini
dalam program pembelajaran perlu dimodifikasi dengan
setting sekolah diantaranya:
Pertama, evaluasi terhadap outcome maupun
impact kegiatan pembelajaran di kelas sulit untuk
dilakukan, karena sekolah sulit memonitor sejauhmana
peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan
maupun kecakapan yang diperolehnya dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, maupun ditengah masyarakat
dalam waktu tertentu. Sebab untuk menjangkau pada
level ini membutuhkan waktu yang lama, tenaga dan
biaya yang besar, terlebih lagi dilanjutkan pada evaluasi
dampak.
Kedua, fokus program pembelajaran pada setting
sekolah dapat diarahkan pada kompetensi yang telah
ditentukan. Menurut Holton, Praslova dua teori ini sama-
sama dikutip Darodjat dan Wahyudhiana, kekuatan dari
model ini adalah kesederhanaan model, kemampuannya
membantu memperjelas kriteria, dan membuat
indikator penilaian.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 74


Dengan adanya kejelasan kriteria dan indikator
yang sudah ditetapkan, maka capaian suatu program
akan dapat diukur dengan baik. Model ini dapat
diterapkan untuk mengevaluasi program pembelajaran
di sekolah, bahkan pada level yang lebih kecil, misalnya
kelas dan suatu program tertentu. Model ini juga
memiliki beberapa kelemahan, jika diterapkan dalam
setting sekolah. Oleh karena itu, harus ada penyesuaian
dan modifikasi, sehingga tujuan evaluasi program suatu
sekolah dapat tercapai dengan penggunaan model ini.
Ada dua teori menurut Bates, dan teori menurut
Alliger & Janak sama-sama dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, model ini terlalu menyederhanakan
efektivitas pelatihan, karena tidak mempertimbangkan
individu atau pengaruh kontekstual dalam evaluasi
program. Padahal karakteristik organisasi, lingkungan
kerja/sekolah, dan karakteristik individu peserta
pelatihan sebagai masukan penting dari input turut
mempengaruhi efektivitas proses dan hasil pelatihan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 75


Sedangkan model Kirkpatrick ini secara implisit
mengasumsikan bahwa pemeriksaan faktor-faktor ini
tidak penting bagi evaluasi program yang efektif. 31

5. Evaluasi Model Brinkerhoff


Brinkerhoff, et.al., dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, mengemukakan tiga pendekatan evaluasi
yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen
yang sama yaitu:
a. Fixed vs emergent evaluation design
Desain evaluasi yang baik ditentukan dan
direncanakan secara sistematik sebelum implementasi
dikerjakan. Desain dikembangkan berdasarkan tujuan
program disertai seperangkat pertanyaan yang akan
dijawab dengan informasi yang akan diperoleh dari
sumber-sumber tertentu. Rencana analisis dibuat
sebelumnya yang pemakainya akan menerima informasi
seperti yang telah ditentukan dalam tujuan. Desain ini
dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang mungkin
berubah.

31 Ibid., hal, 13-15

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 76


b. Formative vs sumative evaluation
Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh
informasi yang dapat membantu memperbaiki program,
dilaksanakan pada saat implementasi program sedang
berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang
telah dirumuskan oleh evaluator. Evaluasi sumatif
dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program, dari
hasil evaluasi ini dapat ditentukan apakah suatu program
tertentu akan diteruskan atau dihentikan. Pada evaluasi
sumatif difokuskan pada variabel yang dianggap penting
bagi pembuat keputusan. Waktu pelaksanaan evaluasi
sumatif pada akhir pelaksanaan program.

c. Experimental & quasi-experimental designs vs


unobtrusive inquiry
Beberapa evaluasi memakai metodologi penelitian
klasik. Dalam hal seperti ini subjek penelitian diacak,
perlakuan diberikan dan pengukuran dampak dilakukan.
Tujuan dari penelitian untuk menilai manfaat suatu
program yang dicobakan. Apabila siswa atau program
dipilih secara acak, maka generalisasi dibuat pada
populasi yang agak lebih luas.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 77


Dalam beberapa hal intervensi tidak mungkin
dilakukan atau tidak dikehendaki. Apabila proses sudah
diperbaiki, evaluator harus melihat dokumen-dokumen,
seperti mempelajari nilai tes atau menganalisis
penelitian yang dilakukan dan sebagainya. Strategi
pengumpulan data terutama menggunakan instrumen
formal seperti tes, survei, kuesioner serta memakai
metode penelitian yang terstandar.
Selain berbagai model di atas, Nana Sudjana &
Ibrahim dikutip Darodjat dan Wahyudhiana,
mengelompokkan model-model evaluasi pendidikan
menjadi empat kelompok berdasarkan perkembangannya
yaitu, measurement model, congruence model,
educational system evaluation model and illuminative
model.32

6. Measurement Model
Model ini dapat dipandang sebagai model yang
tertua didalam sejarah penilaian dan lebih banyak
dikenal didalam proses penilaian pendidikan.

32 Ibid., hal, 15-17

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 78


Tokoh-tokoh penilaian yang dipandang sebagai
pengembang model ini adalah R. Thorndike dan R.I. Ebel.
Sesuai dengan namanya, model ini sangat
menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran didalam
melaksanakan proses evaluasi.
Pengukuran dipandang sebagai suatu kegiatan yang
ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang
persoalan termasuk ke dalam bidang pendidikan.
Pengukuran, menurut model ini tidak dapat dilepaskan
dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan
menunjukkan besarnya/magnitude objek, orang ataupun
peristiwa sehingga dengan demikian hasil pengukuran itu
selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Pengukuran dengan demikian dipandang sebagai
kegiatan menentukan besarnya suatu sifat/attribute
tertentu yang dimiliki objek, orang, dan peristiwa dalam
bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan,
model ini telah diterapkan dalam proses penilaian untuk
melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan
individual maupun perbedaan-perbedaan kelompok
dalam hal kemampuan serta minat dan sikap.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 79


Hasil pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah
laku di atas digunakan untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi siswa itu
sendiri.33

7. Congruence Model
Model yang kedua ini dipandang sebagai reaksi
terhadap model yang pertama, sekalipun dalam
beberapa hal masih menunjukkan adanya persamaan
dengan model yang pertama. Tokoh-tokoh evaluasi yang
merupakan pengembangan model ini antara lain, W.
Tyler, John B. Carrol, dan Lee J. Cronbach.
Tyler menggambarkan pendidikan sebagai suatu
proses yang didalamnya terdapat tiga hal yaitu, tujuan
pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian terhadap
hasil belajar. Kegiatan evaluasi dimaksudkan sebagai
kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
pendidikan telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil
belajar yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan
pendidikan.

33 Ibid., hal, 17

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 80


Mengingat tujuan pendidikan mencerminkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada
anak didik, maka yang penting dalam proses evaluasi
adalah memeriksa sejauhmana perubahan-perubahan
tingkah laku yang diinginkan itu telah terjadi pada anak
didik. Dengan diperolehnya informasi tentang
pencapaian tujuan pendidikan yang telah dicapai oleh
siswa, baik secara individual maupun secara kelompok,
dapat diambil keputusan tentang tindakan-tindakan apa
yang perlu diambil.
Tindak lanjut hasil evaluasi yang menyangkut
kepentingan siswa tersebut misalnya, memberikan
layanan atau bimbingan untuk memperbaiki hasil yang
telah dicapai, memberikan pengayaan materi, dan
merencanakan program lain bagi masing-masing siswa.
Ditinjau dari kepentingan sistem pendidikan, hasil
evaluasi dimaksudkan sebagai umpan balik untuk
kebutuhan memperbaiki bagian-bagian sistem yang
masih lemah. Selain untuk kepentingan bimbingan siswa
dan perbaikan sistem, evaluasi ini dimaksudkan pula
untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar
pendidikan tentang sejauh mana tujuan-tujuan yang

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 81


diinginkan itu telah dapat dicapai oleh sistem
pendidikan yang ada.
Nana Sudjana & Ibrahim dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, secara singkat dapat dikatakan bahwa
model evaluasi berusaha memeriksa persesuaian atau
congruence antara tujuan-tujuan pendidikan yang
34
diinginkan dengan hasil belajar yang telah dicapai.

8. Illuminative Model
Model illuminatif ini lebih menekankan pada
penilaian kualitatif. Tujuan evaluasi model ini adalah
mengadakan studi yang cermat terhadap sistem maupun
program yang bersangkutan diantaranya, bagaimana
implementasi program di lapangan, bagaimana
implementasi dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat
program yang bersangkutan dikembangkan, dan apa
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan
bagaimana program tersebut mempengaruhi
pengalamam-pengalaman belajar para siswa.

34 Ibid., hal, 19-20

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 82


Hasil evaluasi yang dilaporkan bersifat deskripsi
dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan evaluasi model yang
keempat ini lebih banyak menekankan pada penggunaan
judgement. Perbedaan penelitian dengan penelitian
evaluasi adalah adanya kriteria pada penelitian evaluasi.
Berdasarkan kriteria, peneliti pada penelitian evaluasi
memberikan nilai terhadap objek yang ditelitinya.
Menilai kriteria keefektifan suatu model evaluasi
program tidak dapat dilepaskan dari tujuan/fungsi
evaluasi program.
Evaluasi program mempunyai fungsi menyediakan
informasi yang digunakan untuk membantu pembuatan
keputusan/penyusunan kebijakan maupun penyusunan
program selanjutnya. Agar keputusan yang dihasilkan
merupakan keputusan yang baik, maka dibutuhkan
informasi yang lengkap, akurat, dan dapat
dipercaya/valid, and reliable serta tepat waktu/timely.
Informasi yang lengkap mempunyai makna bahwa
informasi yang dihasilkan dari evaluasi mencakup
komponen-komponen program secara lengkap.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 83


Informasi yang akurat mempunyai makna bahwa
informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan
informasi yang tepat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari objek evaluasi dan dapat dipercaya.
Untuk mendapatkan informasi yang akurat dibutuhkan
instrumen pengumpulan data yang valid dan reliable.
Informasi yang tepat waktu mempunyai makna
bahwa informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi dapat
disampaikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,
untuk mengambil keputusan, menyusun kebijakan
maupun menyusun program selanjutnya.
Syarat ketepatan waktu ini berkaitan dengan
kepraktisan dalam pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian/pelaporan informasi. Hal ini membutuhkan
panduan evaluasi yang sederhana dan mudah dipahami
oleh pemakai model evaluasi, sehingga proses evaluasi
dapat berlangsung lebih cepat tanpa mengabaikan
kelengkapan dan keakuratan informasi.
Jadi, model evaluasi program yang baik adalah,
(a) bersifat komprehensif, menyangkut semua
komponen/subkomponen program, baik input, process,
output, and outcome, (b) praktis, yaitu mudah dalam

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 84


penggunaan dan pengelolaan, (c) ekonomis, yaitu
membutuhkan biaya relatif sedikit, demikian halnya
dengan waktu dan tenaga, dan (d) instrumen
pengumpulan data valid dan reliabel.

9. Model Logik
Model logik adalah suatu penggambaran program
yang logis dan tepat menurut kondisi tertentu dalam
rangka memecahkan problem. Pada umumnya bentuk
penggambaran menggunakan diagram alur yang
menjelaskan aktivitas yang direncanakan dan outcome
yang diharapkan dari model evaluasi ini.
Menurut W.K. Kellogg Foundation dikutip Darodjat
dan Wahyudhiana, menjelaskan bahwa basically, a logic
model is a systematic and visual way to present and
share your under standing of the relationships among
the resources you have to operate program, the
activities you plan, and the changes or results you hope
to achieve.
Kekhasan dari model logik adalah penggunaan
tabel dan grafik alir yang berisi input, aktivitas, dan
hasil.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 85


Sebagian besar menggunakan teks dan anak panah
atau grafik untuk menggambarkan urutan aktivitas untuk
menghasilkan perubahan, dan bagaimana aktivitas
tersebut terhubung dengan hasil program yang
diharapkan tercapai.
Dibutuhkan keputusan yang tepat sebelum
menggunakan model logik, karena penyusunan model
logik merupakan hal yang kompleks dan menyangkut
satu dari tiga pendekatan yaitu, pendekatan model
conceptual, pendekatan outcomes, dan pendekatan
aktivitas applied atau merupakan campuran dari
35
beberapa tipe di atas.
Secara sederhana model logik dapat digambarkan
sebagai berikut:

Input Activities Output Outcomes

Planned work Intended results

Gambar 1. Model Logik Sederhana

35
Ibid., hal, 21

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 86


Model logik telah banyak digunakan dalam
berbagai bidang semenjak tahun 1980-an dan awal 1990-
an.
Sebagai contoh, model logik telah digunakan untuk
menggambarkan program dibidang pendidikan,
kesehatan, pembangunan internasional, kerja sosial,
pelayanan sosial, serta bidang-bidang lain. Elemen model
logik yang penting menurut United Way of America
terdiri dari tiga bagian yaitu, inputs, outputs/activities
and participants or methodology, and outcomes.
Inputs berkaitan dengan sumber-sumber penting
yang akan ditanamkan dalam program, outputs berkaitan
dengan aktivitas apa yang dijalankan berkaitan dengan
pengaruh atau perubahan yang diinginkan dengan adanya
program yang dijalankan.
Agar model logik lebih fokus, maka perlu dibuat
cakupannya, misalnya menyangkut jangka waktu program
dilaksanakan, jangka waktu output dan outcomes yang
dikehendaki, dan bentuk perubahan yang diinginkan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 87


a. Manfaat penggunaan evaluasi model logik
Para ahli di bidang evaluasi setuju bahwa
penerapan model logik merupakan cara yang efektif
untuk menjamin agar program bisa sukses. Evaluasi
menggunakan model ini memberikan banyak manfaat.
Sebagaimana dijelaskan oleh James Bell Associates, dan
WK Kellogg Foundation, dua teori ini sama-sama dikutip
Darodjat dan Wahyudhiana mengemukakan beberapa
manfaat tersebut antara lain:
1) Membantu menyusun rencana kerja/peta evaluasi
dan outcomes yang diharapkan.
2) Membantu memastikan pemahaman yang jelas
tentang layanan apa yang sedang dilaksanakan, apa
harapan yang akan dicapai, dan bagaimana
mengukur keberhasilan program.
3) Membantu menjelaskan mengapa berbagai data
dikumpulkan dalam evaluasi dan bagaimana data
akan digunakan.
4) Model logik membantu membangun konsensus
diantara evaluator, pengawas, stakeholder
terhadap outcome yang sesuai, memberikan
kesempatan kepada stakeholder secara bersama-

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 88


sama mengevaluasi kemungkinan terjadinya
perubahan pengukuran pada outcomes program
yang terpilih.
5) Model logik yang digambarkan secara visual menjadi
mudah dipahami, dapat berfungsi sebagai kunci
rencana kerja, dan dapat disebarluaskan kepada
pihak ketiga yang berkepentingan untuk
memberikan ringkasan tujuan program.
6) Model logik dapat mengidentifikasi kesenjangan
yang logis/inkonsistensi antara kegiatan program
dan hasil yang diharapkan, dan untuk menilai
kelayakan serta kepraktisan pengukurannya.
7) Model logik dapat berfungsi sebagai titik referensi
untuk memodifikasi program, yaitu membandingkan
perubahan yang diusulkan dengan model logika yang
asli, menentukan apakah perubahan sedang
dilakukan terhadap unsur-unsur inti dari program
tersebut.
8) Model logik berfungsi sebagai alat pengawas
program dan membantu mengidentifikasi
pertanyaan kunci yaitu, apakah komponen program
kunci telah dilaksanakan? Apa output program

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 89


sampai saat ini? Apakah data yang relevan telah
dikumpulkan? Dan apa hasil yang telah dicapai
sampai saat ini?
9) Memudahkan dalam membuat perbandingan
penjelasan program dengan mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan pada intervensi program,
mengidentifikasi outcomes secara umum, indikator
umum, alat pengukuran, dan sumber data.36

b. Kelemahan evaluasi model logik


Penerapan model logik dalam bidang evaluasi
mengandung sisi kelemahan atau kekurangan. Powel &
Heneret dikutip Darodjat dan Wahyudhiana, menemukan
enam hal kelemahan model logik yaitu:
1) A logic model represents intention, it is not
reality,
2) It focuses on expected outcomes so people may
overlook unintended outcomes (positive and
negative),

36 Ibid., hal, 23-24

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 90


3) It focuses on positive change–change isn’t always
positive,
4) It may simplify the complex nature of causal
attribution where many factors influence process
and outcomes,
5) It doesn’t address whether we are doing the right
thing–we may get caught up in creating a logic
model and lose track of whether the program is the
right thing to do, and
6) may stifle creativity and spontaneity.

Saran-saran berikut penting diperhatikan untuk


mengatasi kelemahan yang ada pada model tersebut
ketika diterapkan yaitu:
1) Model harus disesuaikan dengan tujuan, kegunaan
dan level program yang diinginkan, kemudian
diwujudkan dalam bentuk gambar/flow chart
secara logis dengan hubungan relasional yang
dikenal dengan if-then relationship. Misalnya, jika
tersedia sumber daya program (input), maka
kegiatan program dapat dilaksanakan (activities),

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 91


jika kegiatan program dilaksanakan dengan sukses,
maka output atau hasil dapat diharapkan.
2) Model ini harus dimengerti oleh para pengguna
secara mendalam (Powel & Heneret sebelum
diterapkan. Porteous, et.al., dikutip Darodjat dan
Wahyudhiana, membuat kata kunci agar mudah
diingat dalam pemahaman model logik dengan
singkatan CAT SOLO. Secara berturut-turut C adalah
singkatan dari component, A = Activities, T = Target
group, S = Short-term Outcomes, L = Long-term
Outcomes. Dengan kata kunci ini maka dapat
disusun/diketahui komponen, aktivitas, dan
37
cakupan outcome yang diharapkan.

37Ibid., hal, 24-25

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 92


BAB PELAKSANAAN EVALUASI
6 PROGRAM PENDIDIKAN

A. Pelaksanaan Evaluasi Program


Evaluasi program merupakan suatu proses
menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak
dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk
membantu membuat keputusan, membantu
pertanggungjawaban, dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Evaluasi program juga merupakan
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginter pretasikan,
dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 93


sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan,
ataupun menyusun program selanjutnya.38
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang untuk pengambilan
keputusan.
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui
pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau
untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
Evaluasi sama artinya dengan kegiatan supervisi.

38 A. Rusdiana, Op. Cit., hal. 68

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 94


Kegiatan evaluasi/supervisi bertujuan untuk
mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut.
Manfaat dari evaluasi program dapat berupa
penghentian program, merevisi program, melanjutkan
program, dan menyebarluaskan program.39
Dalam evaluasi program pelaksana/evaluator ingin
mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu
sebagai hasil pelaksanaan program setelah data
terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar
tertentu. Dalam evaluasi program, pelaksana/evaluator
ingin mengetahui tingkat ketercapaian program. Apabila
tujuan belum tercapai, pelaksana/evaluator ingin
mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya
digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau
keputusan yang akan diambil.
Penjelasan tentang langkah-langkah tersebut
dapat dilihat dalam bagan persiapan evaluasi program
yaitu:

39 Ibid., hal. 69

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 95


1) Penyusunan evaluasi,
2) Penyusunan instrumen evaluasi,
3) Validasi instrumen evaluasi,
4) Menentukan jumlah sampel yang diperlukan, dan
5) Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data
diambil.
Penyusunan terkait dengan model diantaranya,
model CIFF, model metfessel and michael, model stake,
model kesenjangan, model glaser, model michael
scriven, model evaluasi kelawanan, dan model need
assessment.
Langkah langkah yang ditempuh dalam
penyusunan instrument evaluasi:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai,
2) Membuat kisi-kisi,
3) Membuat butir-butir instrument,
4) Menyunting instrument,
5) Instrumen yang telah tersusun perlu divalidasi,
6) Dapat dilakukan dengan metode sampling, dan
7) Beberapa hal yang perlu disamakan yaitu, tujuan
program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 96


program, wilayah generalisasi, teknik sampling,
jadwal kegiatan.

B. Konsep Pelaksanaan Evaluasi Program


Syukur Abdullah dalam A. Rusdiana
mengemukakan bahwa, dalam mengimplementasikan
atau melaksanakan suatu program yang dipandang
sebagai suatu proses, ada tiga unsur utama dalam
pelaksanaan yaitu:
1) Adanya program yang dapat menjadi ukuran utama
dalam melaksanakan kegiatan.
2) Target grup, yaitu kelompok yang menjadi sasaran
dari program yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah.
3) Unsur-unsur pelaksana, yaitu pihak mana saja yang
terlibat dalam pelaksanaan program yang dibuat.40

Faktor pelaksanaan menempati posisi yang paling


penting dalam menentukan keberhasilan suatu program
untuk diwujudkan. Menurut Bintoro dikutip A. Rusdiana,

40 Ibid., hal. 70

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 97


proses kegiatannya perlu memerhatikan beberapa hal,
antara lain:
1) Perlu ditentukan secarajelas siapa atau
badan/lembaga mana secara fungsional akan
diberikan wewenang untuk mengoordinasikan
program di dalam suatu sektor.
2) Perlu diperhatikan penyusunan program
pelaksanaan yang jelas dan baik. Dalam program
pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsional perlu
dituangkan ke dalam rangkaian prosedur yang
serasi, jelas dan ditaati oleh semua pihak yang
terlibat dalam hubungan pelaksanaan program
tersebut.
3) Perlu dikembangkan hubungan kerja yang lebih
baik, antara lain dalam bentuk badan kerja sama
atau suatu panitia dari program yang telah
dilaksanakan. kerja sama dengan tanggungjawab
dan koordinasi yang jelas.
4) Perlu diusahakan koordinasi melalu proses
penyusunan anggaran dan pelaksanaan
pembiayaannya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 98


Evaluasi program adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Evaluasi pada proses
pembelajaran mencakup pemakaian ujian/tes,
pengukuran, dan penilaian.
Evaluasi menyaring atau memilah-milah hasil
ujian, pengukuran, dan penilaian. Evaluasi juga
membutuhkan tambahan informasi lain, misalnya
analisis dokumen, melihat hasil pencapaian,
menganalisis tujuan dan kebutuhan sesuai dengan
standar/kriteria dan model evaluasi yang
digunakan. Dalam konteks evaluasi program pendidikan,
menurut Tyler dikutip Arikunto dan Abdul Jabar dalam
A. Rusdiana bahwa evaluasi program adalah proses untuk
mengetahui tujuan pendidikan telah terealisasikan.41
Selanjutnya, menurut Cronbach dan Stufflebeam
dikutip Arikunto dan Abdul Jabar dalam A. Rusdiana,
evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Menurut pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa

41 Ibid., hal. 71

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 99


evaluasi program merupakan proses pengumpulan data
atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.
Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional bahwa
evaluasi diperlukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan. Secara umum langkah-
langkah yang harus dilakukan evaluator dalam
melakukan evaluasi pembelajaran, sistem atau program
pendidikan adalah, fokus evaluasi, perencanaan/desain
evaluasi, pengumpulan informasi, pengolahan informasi,
kesimpulan dan pelaporan hasil evaluasi,
pengelolaan/pemanfaatan hasil evaluasi, dan meta-
evaluasi.
Pada langkah pertama yaitu fokus evaluasi.
Evaluator menentukan objek yang akan dievaluasi,
mengidentifikasi dan mempertimbangkan tujuan, lalu
mempertimbangkan elemen-elemen penting yang akan
diselidiki.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 100


Langkah kedua mendesain evaluasi. Evaluator
membuat rencana, tujuan umum, dan prosedur umum
evaluasi. Pada waktu pelaksanaan evaluasi, evaluator
harus menentukan sumber informasi yang akan
diperoleh.
Langkah ketiga adalah menganalisis informasi.
Evaluator memverifikasi informasi dan kelengkapannya,
lalu memilih cara analisis yang sesuai. Setelah informasi
dianalisis.
Langkah keempat adalah pembuatan laporan.
Evaluator harus mengidentifikasi siapa saja yang akan
memperoleh laporan tersebut, kerangka dan format
laporan yang akan ditulis atau dikomunikasikan.
Pelaksanaan evaluasi bukan proses yang
sederhana. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dari
segi manusia/pelaku dan narasumber, prosedur,
kontrak, biaya, pelaporan juga pertanggungjawaban.
Setelah evaluasi selesai ada langkah terakhir, yaitu
meta-evaluasi. Meta-evaluasi berarti mengevaluasi
proses evaluasi. Meta-evaluasi dilakukan oleh evaluator
yang lebih tinggi.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 101


1. Standar Evaluasi Program
Komite Bersama dikutip A. Rusdiana
mendefinisikan standar evaluasi sebagai prinsip yang
disepakati bersama oleh orang yang terlibat dalam
profesi evaluasi, dalam rangka meningkatkan kualitas
dan keadilan evaluasi. Satuan Tugas AEA mencatat
bahwa prinsip evaluasi disediakan oleh evaluator dengan
panduan yang bersifat umum, konseptual bukan
42
operasional.
Ada beberapa standar yang digunakan yaitu, (a)
standar evaluasi program yang dikembangkan oleh Badan
Komite Bersama, (b) standar evaluasi pendidikan dan
diakreditasi oleh Institut Standar Nasional Amerika, (c)
panduan prinsip-prinsip bagi evaluator yang
dikembangkan dan secara resmi disahkan oleh Asosiasi
Evaluasi Amerika dan Komite Etik, dan (d) standar audit
pemerintah yang dikembangkan oleh
Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS dan diperlukan
dalam Audit Program Pemerintah AS.

42 Ibid., hal. 72

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 102


Standar evaluasi program memiliki fungsi yang
spesifik yaitu:
a) Memberikan prinsip-prinsip umum untuk mengatasi
berbagai masalah praktis dalam pekerjaan evaluasi.
b) Membantu memastikan bahwa evaluator akan
menggunakan praktik terbaik bidang evaluasi yang
tersedia.
c) Memberikan arah untuk melakukan evaluasi
perencanaan yang efisien dan pertanyaan evaluasi
yang bersangkutan.
d) Menyediakan konten utama untuk pelatihan dan
pembimbingan evaluator dan peserta lain dalam
proses evaluasi.
e) Kehadiran evaluator dan konstituen mereka dilayani
dengan bahasa yang sama untuk mempermudah
komunikasi dan kolaborasi.
f) Membantu arsip evaluator dan memelihara
kredibilitas di antara profesi lain.
g) Mendapatkan dan mempertahankan kredibilitas
terhadap badan pengawasan publik dan klien.
h) Mendapatkan dan memelihara kepercayaan publik
dibidang evaluasi.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 103


i) Melindungi konsumen dan masyarakat dari praktik-
praktik berbahaya atau merusak.
j) Menyediakan kriteria objektif untuk menilai dan
memperkuat layanan evaluasi.
k) Memberikan dasar untuk akuntabilitas oleh
evaluator.
l) Memberikan dasar untuk mengadili klaim
malapraktik dan sengketa lainnya.
m) Menyediakan kerangka kerja konseptual dan definisi
bekerja untuk membantu panduan penelitian dan
pengembangan evaluasi.

Beberapa standar disajikan secara sistematis,


dikembangkan, memiliki kredibilitas yang kuat, dan
secara periodik ditinjau dan diperbarui. Terdapat empat
konsep mendasar dalam standar evaluasi program, yaitu
utilitas, kelayakan, kepatutan, dan akurasi. 43

43 Ibid., hal. 73

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 104


a. Utilitas
Suatu evaluasi harus berguna. Hal ini harus
ditujukan kepada orang-orang dan kelompok yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan program yang
dievaluasi. Para evaluator harus memastikan kebutuhan
informasi para pengguna dan melaporkan umpan balik
evaluatif yang relevan secara jelas, ringkas, dan tepat
waktu. Hal ini akan membantu mereka mengidentifikasi
dan mengurus masalah program dan menyadari
kekuatannya. Pengguna juga mendapatkan berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk menilai prestasi dan
kelayakan program.
Evaluasi seharusnya tidak hanya melaporkan
umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan, tetapi
juga membantu pengguna dalam mempelajari dan
menerapkan temuan. Standar utilitas yang
mencerminkan konsensus umum ditemukan dalam
literatur evaluasi bahwa evaluasi program secara efektif
harus membahas kebutuhan informasi dari klien.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 105


Oleh sebab itu, evaluator harus menginformasikan
proses perbaikan program. Jika tidak ada prospek bahwa
temuan dari evaluasi dimaksud akan digunakan, evaluasi
tidak perlu dilakukan.
Standar utilitas ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Identifikasi stokeholder. Orang yang terlibat dalam
atau dipengaruhi oleh evaluasi sehingga kebutuhan
mereka dapat diatasi.
2) Kredibilitas evaluator. Orang yang melaksanakan
evaluasi harus baik, dapat dipercaya, dan kompeten
untuk melakukan evaluasi sehingga hasil evaluasi
mencapai maksimum pada tingkat kredibilitas dan
penerimaannya.
3) Informasi lingkup dan seleksi. Informasi yang
dikumpulkan harus dipilih secara luas untuk
menjawab pertanyaan yang bersangkutan mengenai
program dan responsif terhadap kebutuhan
dan kepentingan klien dan pemangku kepentingan
tertentu lainnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 106


4) Identifikasi nilai. Perspektif, prosedur, dan
pemikiran yang akan untuk menafsirkan temuan
harus hati-hati dijelaskan sehingga menjadi dasar
untuk penilaian yang jelas. Kejelasan laporan.
Laporan evaluasi harus secara jelas menggambarkan
program yang sedang dievaluasi, termasuk konteks
dan tujuan, prosedur, dan temuan evaluasi sehingga
informasi penting disediakan, dan mudah dipahami.
5) Ketepatan waktu dan diseminasi laporan. Temuan
sementara yang signifikan dan laporan evaluasi
harus disebarluaskan kepada pengguna yang
dimaksudkan sehingga dapat menggunakan secara
tepat waktu. Evaluasi dampak. Evaluasi harus
direncanakan, dilaksanakan, dan dilaporkan dengan
cara yang mendorong tindak lanjut oleh para
pemangku kepentingan sehingga kemungkinan
bahwa evaluasi akan digunakan meningkat.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 107


b. Kelayakan
Suatu evaluasi harus layak ketika beroperasi di
lingkungan program, harus menghindari hal yang
mengganggu atau merusak dalam program ini. Standar
kelayakan bertujuan untuk memastikan bahwa evaluasi
akan menjadi realistis, bijaksana, diplomatik, dan
hemat.
Standar kelayakan ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Prosedur praktis. Prosedur evaluasi harus praktis,
untuk menjaga gangguan seminimal mungkin untuk
memperoleh informasi yang diperlukan.
2) Viabilitas politik. Evaluasi harus direncanakan dan
dilakukan dengan mengantisipasi posisi yang
berbeda dari berbagai kepentingan kelompok
sehingga kerja sama mereka dapat diperoleh dan
ada upaya yang membatasi penyalahgunaan
hasil atau menetralisasi.
3) Efektivitas biaya. Evaluasi harus efisien dan
menghasilkan informasi nilai yang cukup sehingga
sumber daya yang dikeluarkan dapat dibenarkan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 108


c. Kepatutan
Evaluasi harus melindungi hak semua pihak yang
terlibat dan martabat. Evaluasi harus jujur dan tidak
terdistorsi dengan cara apa pun. Laporan harus
dibebaskan sesuai dengan perjanjian dan dengan
kebebasan yang berlaku undang-undang informasi.
Selain itu, laporan harus menyampaikan secara seimbang
kelemahan dan kekuatannya. Standar merefleksikan
fakta bahwa evaluasi dapat memengaruhi banyak orang,
baik secara negatif maupun positif.
Standar kepatutan adalah desain untuk melindungi
hak-hak semua pihak dalam evaluasi. Secara umum,
standar kepatutan mengharuskan evaluasi dilakukan
secara sah, etis, dan dengan memerhatikan
kesejahteraan mereka yang terlibat dalam evaluasi serta
yang terkena dampak hasil, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Orientasi layanan. Evaluasi harus dirancang untuk
membantu organisasi dan efektif melayani
kebutuhan berbagai peserta yang ditargetkan.
2) Kewajiban formal. Kewajiban para pihak formal
untuk evaluasi (apa yang harus dilakukan,

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 109


bagaimana, oleh siapa, dan kapan dilakukannya)
harus disetujui secara tertulis sehingga pihak yang
berwajib mematuhi semua kondisi dari perjanjian
resmi atau negosiasi ulang.
3) Hak asasi manusia. Evaluasi harus dirancang dan
dilaksanakan untuk menghormati dan melindungi
hak dan kesejahteraan manusia. Interaksi manusia.
Evaluator harus menghormati harkat dan martabat
manusia dalam interaksi mereka dengan orang lain
yang terkait dengan evaluasi sehingga peserta tidak
merasa terancam atau dirugikan.
4) Penilaian lengkap dan adil. Evaluasi harus lengkap
dan adil dalam pemeriksaan dan pencatatan
kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi
sehingga kekuatan dapat dibangun dan
masalah dapat ditangani.
5) Pengungkapan temuan. Para evaluator harus
memastikan bahwa temuan evaluasi bersama dibuat
agar dapat diakses oleh orang yang terkena dampak
evaluasi dan lain-lain dengan hak legal menyatakan
menerima hasilnya.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 110


6) Benturan kepentingan. Konflik kepentingan harus
ditangani secara terbuka dan jujur sehingga tidak
mengorbankan proses evaluasi dan hasil.
Tanggungjawab fiskal. Alokasi evaluator dan
pengeluaran sumber daya harus mencerminkan
prosedur yang akuntabilitas dan sebaliknya lebih
bijaksana dan etis bertanggungjawab sehingga
pengeluaran dicatat dan tepat.44

d. Akurasi
Standar akurasi bertujuan untuk memastikan
bahwa evaluasi dapat mengungkapkan dan
menyampaikan informasi teknis yang memadai tentang
fitur yang menentukan nilai atau manfaat dari program
yang dievaluasi.

44 Ibid., hal. 73-74

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 111


2. Panduan Prinsip Asosiasi Evaluasi Amerika
Pada bulan November 1992 AEA (Asosiasi Evaluasi
Amerika) menciptakan sebuah gugus tugas dengan
mengembangkan prinsip-prinsip panduan umum untuk
praktik evaluasi. Gugus tugas yang dipimpin oleh William
R. Shadish merancang panduan prinsip evaluasi AEA,
kemudian memublikasikan prinsip prinsip evaluasi
program dalam edisi khusus secara berkala AEA task
force on guiding principles for evaluators, 1995 (gugus
tugas tentang prinsip-prinsip panduan untuk evaluator,
1995).
Panduan prinsip AEA menyediakan kode perilaku
profesi evaluator. Prinsip ini juga berlaku untuk
mengevaluasi desain evaluasi dan laporan diberbagai
macam disiplin ilmu. Mereka mendorong evaluator untuk
mengamati penyelidikan sistematis dan menghormati
masyarakat dengan bertindak jujur dan mengutamakan
kesejahteraan masyarakat melalui karier profesional.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 112


Adapun pedoman prinsip AEA yaitu sebagai
berikut:
a) Pencarian Sistematis
Evaluator melakukan pencarian secara sistematis,
berbasis data secara sistematis, berbasis data
pertanyaan dengan cara mematuhi standar teknis
tertinggi sesuai dengan metode yang mereka gunakan,
jelajahi kekurangan dan kekuatan klien dari pertanyaan
dan pendekatan evaluasi, dan mengomunikasikan
pendekatan, metode, dan keterbatasan evaluasi secara
akurat dan cukup terperinci untuk memungkinkan orang
lain untuk memahami, menafsirkan, dan mengkritik
pekerjaan mereka.
b) Kompetensi
Evaluator memberikan kinerja yang kompeten
untuk stakeholder.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 113


BAB
PROPOSAL EVALUASI
7 PROGRAM PENDIDIKAN

A. Proposal Evaluasi Program


Proposal adalah sebuah rencana kerja yang
menggambarkan semua kegiatan yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan evaluasi program. Suharsimi Arikuto
dikutip Rusydi dan Rafida, adapun langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam penyususnan evaluasi program
yaitu:45

45 Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Op. Cit., hal. 74-91

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 114


1. Halaman Judul
Pada bagian ini menyebutkan isi pokok kegiatan
evaluasi yang mencantumkan nama kegiatan, program
apa yang dievaluasi, dan dapat juga mencantumkan
model yang digunakan serta menyebutkan unit dan
lokasi program.

2. Penyusun Proposal
Pertanyaan yang sering kali timbul dalam
melakukan evaluasi program adalah siapakah yang
menyusun proposal evaluasi program? Menjawab
pertanyaan ini memerlukan berbagai pertimbangan,
diantaranya adalah pertimbangan konsekuensi
pembiayaan yang ditimbulkannya. Jika pertimbangan
adalah masalah pembiayaan yang kurang memadai maka
penyusunan proposal evaluasi program dan dilakukan
dengan memanfaatkan evaluator dari dalam
lembaga/institusi tersebut.
Namun jika masalah pembiayaan tidaklah menjadi
ukuran maka penyusunan proposal evaluasi program
dapat dilakukan evaluator eksternal/mengkombinasi
antara evaluator internal dan evaluator eksternal.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 115


Terdapat tiga kemungkinan alternatif untuk pihak yang
dapat menyusun proposal evaluasi program yaitu,
evaluator internal, evaluator eksternal, dan kombinasi
dari evaluator internal dan evaluator eksternal.

B. Rancangan Proposal Evaluari Program


Format proposal evaluasi program pada umumnya
bervariasi, namun demikian tidak jauh berbeda
substansinya. Substansi/sistematika proposal bergantung
pada ketentuan yang diberlakukan di institusi tertentu
maupun tujuan dilakukannya evaluasi program.
Namun demikian setidaknya terdapat 6 (enam)
komponen yang terdapat format rancangan proposal
evaluasi program menurut Suharsimi Arikunto dan Jabar,
dikutip Rusydi Ananda dan Tien Rafida yaitu, (a) judul
kegiatan, (b) rasional dilaksanakan evaluasi, (c) tujuan,
(d) pertanyaan evaluasi, (e) metodologi yang digunakan,
dan (f) prosedur dan langkah-langkah kegiatan.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 116


Berikut penjelasan dari masing-masing bagian
tersebut:
1. Judul kegiatan
Pada bagian ini menyebutkan isi pokok kegiatan
evaluasi yang mencantumkan nama kegiatan, program
apa yang dievaluasi, dan dapat juga mencantumkan
model yang digunakan serta menyebutkan unit dan
lokasi program.

2. Rasional dilaksanakannya evaluasi


Pada bagian ini menjelaskan adanya kebijakan
tentang program yang menjadi objek sasaran, perkiran
adanya hambatan tentang pelaksanaan atau alasan
mengapa perlu dilaksanakan evaluasi. Di samping itu
untuk meyakinkan pembaca bahwa urgensi dilakukannya
evaluasi program adalah memaparkan/menunjukkan
adanya kesenjangan. Kesenjangan yang dimaksudkan
disini adalah penjelasan tentang kondisi yang diharapkan
dengan kondisi yang terjadi atau yang ada saat ini.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 117


Apabila evaluator penyusun proposal dapat
menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi saat ini masih
jauh dari kondisi yang diharapkan maka kesenjangan
dimaksud semakin jelas, sehingga terdapat alasan yang
kuat dan dapat diterima untuk dilakukannya evaluasi
program tersebut.

3. Tujuan
Menurut Taylor, dkk., dikutip Rusydi Ananda dan
Tien Rafida, mengidentifikasi beberapa dimensi umum
yang biasanya digali dalam tujuan evaluasi suatu
program yaitu:
1) Dampak/pengaruh program. Dalam dimensi ini
evaluator akan mengkaji seberapa jauh program
yang akan, sedang atau telah dijalankan memiliki
konsekuensi terhadap konteks, partisipan dan
subjek, sistem/lainnya.
2) Implementasi program. Evaluator melakukan kajian
terhadap seberapa jauh pelaksanaan program ini
akan dan sedang dijalankan.
3) Konteks program. Evaluator mengamati dan
mengkaji kondisi konteks/lingkungan dari program

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 118


yang akan, sedang, dan telah dijalankan, seberapa
jauh keterkaitannya, dan apa sajakah konteksnya.
1) Kebutuhan program. Evaluator mengkaji tentang
faktor-faktor penentu keberhasilan program dan
keberlanjutannya dimasa yang akan datang.
Pemilihan tujuan manakah yang akan mendasari
kegiatan evaluasi sebaiknya dilakukan bersama-sama
dengan sponsor.

Berdasarkan pilihan tujuan yang telah ditentukan


selanjutnya menetapkan jenis evaluasi yang akan
dilaksanakan yaitu apakah evaluasi formtif ataukah
evaluasi sumatif. Pilihan ini juga telah membatasi
cakupan kegitan evaluasi serta jenjangnya. Beberapa
kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan
evaluasi adalah, kejelasan, keterukuran, kegunaan dan
kebermanfaatan, dan relevansi dan kesesuaian atau
compatibility.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 119


Tujuan khusus bertitik tolak dari tujuan umum
maka tujuan khusus dari kegiatan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui:
1) Jumlah dan prilaku pelanggan, (banyak pengunjung
yang datang sehari-hari, variasi pengunjung yaitu
dosen, pegawai, mahasiswa, masyarakat umum,
saat-saat ramai pengunjung, saat-saat sepi
pengunjung, banyaknya barang yang dibeli dan
sebagainya).
2) Tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan
koperasi, dimulai dari keadaan pelanggan itu sendiri
sampai pendapat pelanggan terhadap kualitas
koperasi.
3) Kualitas barang-barang yang dijual (jenis, banyaknya
tiap jenis, penataan, kondisi barang dan harga).
4) Kondisi perlengkapan koperasi (jenis perlengkapan,
kondisi atau kualitas penataan dan perawatan).
5) Kualitas layanan (jumlah dan kualitas yang
melayani, jam layanan dan cara melayani).

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 120


4. Pertanyaan Evaluasi
Setelah tujuan evaluasi dirumuskan, maka
evaluator kemudian mengoperasionalkan tujuan evaluasi
tersebut kedalam pertanyaan evaluasi yang akan
dijawab dalam kegiatan evaluasi. Dalam hal ini
Suharsimi Arikunto dan Jabar, dikutip Rusydi Ananda dan
Tien Rafida memaparkan model pertanyaan yang
biasanya muncul dalam evaluasi program pada halaman
berikut yaitu:

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 121


Tabel 1.
Contoh Pertanyaan Evaluasi Program

NO MODEL-MODEL PERTANYAAN
PERTANYAAN
1. Pertanyaan tentang - Apakah prilaku/aktivitas/orang-
dampak/pengaruh orang berubah akibat dari program
yang dijalankan?
- Siapakah yang diuntungkan &
bagaimana?
- Apakah semua partisipan program
puas dengan apa yang mereka
dapat dari program tersebut?
- Apakah capaian program yang
didapat sebanding dengan sumber
daya yang diinvestasikan?
- Apa yang bisa orang pelajari,
dapatkan, dan capai dari hasil
program tersebut?
- Apa dampak program ditinjau dari
segi sosial, ekonomis, & lingkungan
(baik positif maupun negatif)
terhadap orang, masyarakat &
lingkungan?
- Apa kekuatan & kelemahan dari
program?
- Kegiatan apa dari program yang
paling banyak atau sedikit
berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan program?
- Jika ada, apa pengaruh tak
langsung, baik positif/negatif dari
program?
- Seberapa baik program mampu
merespon kebutuhan? -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 122


- Seberapa efisienkah sumber daya
digunakan dalam pencapaian
tujuan program?
2. Pertanyaan tentang - Terdiri dari aktivitas/event apakah
implementasi program yang akan/sedang/telah
program berjalan itu?
- Metode apa yang digunakan dalam
menjalankan program?
- Siapa yang sebenarnya
menjalankan program dan seberapa
baik mereka melakukannya?
- Siapa yang berpartisipasi & dalam
aktivitas apa?
- Apa semua pihak yang terlibat
memiliki akses yang adil terhadap
program?
- Sumber daya & input apakah yang
diinvestasikan dalam program?
- Seberapa banyak pihak yang
terlibat, siapa saja, & apa
perannya?
- Apakah sumber daya keuangan &
manusia tersedia dengan cukup?
3. Pertanyaan tentang - Seberapa baik program sesuai
konteks program dengan keadaan setempat?
Misalnya ekonomi sasaran target?
- Seberapa besar kondisi sosial,
ekonomi, politik yang ada
berkontribusi/mempengaruhi
keberhasilan program?
- Bagaimana keadaan
wilayah/tempat program itu
dijalankan, adakah setting yang
bisa diubah?
- Adakah pihak lain yang melakukan
hal -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 123


yang sama seperti apa yang ingin
dicapai oleh program yang sedang
dijalankan itu?, Adakah duplikasi?
- Siapa pendukung & penghalang
kesuksesan pencapaian program?
4. Pertanyaan tentang - Kebutuhan-kebutuhan apa saja
kebutuhan program yang bisa diidentifikasi melalui
program?
- Bagaimanakah karakteristik dari
populasi target program?
- Aset apakah yang ada di konteks
program & kelompok target yang
bisa dikembangkan?
- Apa yang selama ini telah
dijalankan terkait dengan
pelaksanaan program?
- Perubahan apa yang dianggap
sasaran target yang
memungkinkan/sangat perlu?
- Apakah program yang dijalankan
sudah tepat?

5. Metodologi
Bagian ini memaparkan tentang objek sasaran
evaluasi yang dihasilkan dari identifikasi komponen
program dan indikator yaitu:
1) Sumber data yaitu menentukan subjek darimana
data dapat diperoleh.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 124


2) Metode yang digunakan yaitu pengamatan,
wawancara dan dokumentasi.
3) Instrumen yang digunakan sebagai yaitu berupa
pertanyaan sebagai pelengkap metode
pengumpulan data dan menentukan teknik analisis
data. Adapun hal-hal yang terkait dengan proses
yang akan dilalui oleh evaluator, berupa prosedur
kerja dan langkah-langkah kerja. Di samping itu
diikuti dengan estimasi waktu pelaksanaannya. Hal
ini dilakukan agar pentahapan kerja dan langkah-
langkahnya diketahui dengan jelas oleh evaluator
dan sponsor/pemberi tugas.

6. Analisis Data
Dalam penelitian data dibagi 2 (dua) yaitu data
kuantitatif dan kualitatif, dengan kedua jenis ini
kemudian data diolah. Jenis pertama terkait dengan
statistika sedangkan yang kedua sebaliknya atau
nonstatistika. Dalam menganalisis dan mengolah data
kuantitatif hendaknya dilakukan dengan tabulasi data.46

46
A. Rusdiana, Op. Cit., hal. 101

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 125


Tabulasi merupakan coding sheet untuk
memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis
data. Karena memahami secara tabulasi lebih mudah
dibandingkan dengan bentuk uraian narasi yang panjang.
Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan 2 (dua)
cara yaitu:
Pertama. statistik deskriptif adalah suatu teknik
pengolahan data yang tujuannya melukiskan dan
menganalisis kelompok data tanpa membuat atau
menarik kesimpulan atas populasi yang diamati.
Kedua, statistik Inferensial yaitu mencakup
metode-metode yang berhubungan dengan analisis
sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan
menarik kesimpulan atas data dan akan berlaku bagi
keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut.
Statistik ini juga disebut dengan statistik parametrik
berlaku untuk data interval atau rasional jika datanya
normal. Dan apabila datanya tidak normal serta
berbentuk ordinal atau nominal, maka jenis statistik
yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 126


Tidak semua data dilapangan berbentuk simbol-
simbol yang bisa dikuantifikasi dan dihitung secara
matematis. Ada kalanya datanya abstrak yang tidak
dapat dimanipulasi menjadi numerik sehingga data jenis
ini hanya dapat dilakukan dengan analisis kualitatif.
Kegiatan dalam menganalisis data kualitaitif dapat
melalui tahapan-tahapan berikut, dengan mereduksi
atau menyiangi data, display data, menafsirkan data,
menyimpulkan dan verifikasi, meningkatkan keabsahan
hasil, dan narasi hasil analisis. Pengolahan data kan
lebih mudah dengan menggunakan bantuan computer
sehingga hasilnya akan dapat, dan diperoleh lebih cepat.

7. Analisis Data Penelitian Deskriptif


Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam
penelitian korelasional, komparatif, atau eksperimen
diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang
sudah disediakan, baik secara manual maupun
menggunakan jasa komputer. Jenis penelitian apa pun,
riset deskriptif yang bersifat eksploratif, caranya dapat
sama karena data yang diperoleh wujudnya sama. Hal

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 127


yang berbeda adalah cara menginterpretasikan data dan
mengambil kesimpulan.
Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi
reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi
evaluator dalam mentukan metode dan alat pengumpul
data yang digunakan.47
Dalam pengumpulan data dapat menggunakan
berbagai alat pengumpul data antara lain, pengambilan
data dengan tes, pengambilan data dengan observasi
(bias berupa check list, alat perekam suara atau
gambar), pengambilan data dengan angket, pengambilan
data dengan wawancara, pengambilan data dengan
metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik
lainya.

47
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Diakses,
http://anan-nur.blogspot.com/2012/01/evaluasi-program-
pendidikan-prof-dr.html. (akses 17 November 2019).

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 128


Monitoring/pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana
program. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksaan
program dapat diharapkan/telah sesuai dengan rencana
program, apakah berdampak positif atau negatif.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa:
a) Teknik pengamatan partisipatif,
b) Teknik wawancara,
c) Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi,
d) Evaluator atau praktisi atau pelaksana program,
e) Perumusan tujuan pemantauan,
f) Penetapan sasaran pemantauan,
g) Penjabaran data yang dibutuhkan,
h) Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan
sifat dan sumber/jenis data,
i) Perencanaan analisis data pemantauan dan
pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan
monitoring.48

48 Ibid.,

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 129


Tabel 2.
Rencana Evaluasi Program

NO JENIS KEGIATAN BULAN


Januari Pebruari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal x x x X
2 Penyiapan instrument x X x x
3 Pengumpulan data x x x X
4 Analisis data X X X X
5 Penulisan dan pengadaan x X x X
laporan

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 130


Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip
Sukmadinata dalam Rusydi Ananda dan Tien Rafida,
memaparkan 12 langkah-langkah perencanaan dalam
desain evaluasi program yaitu:
a) Pembuatan kontrak. Membuat kontrak dengan
sponsor/klien yang membutuhkan evaluasi.
b) Pengorganisasian. Memilih dan melatih tim
evaluator, menyusun rancangan awal, menyusun
kebutuhan logistik, mengidentifikasi faktor-faktor
sosial politis setempat yang mungkin berpengaruh.
c) Mengidentifikasi pengguna dan pihak terkait.
Mengidentifikasi perantara, pengguna, pihak yang
diuntungkan dan dirugikan, memilih strategi yang
akan digunakan, memperhitungkan kegagalan dan
sanksi bila gagal, menyusun persetujuan formal.
d) Pengembangan kerjasama. Merancang siklus
hermeneutik/menafsirkan, menyusun siklus,
membangun kerjasama, mengecek kredibilitas
pelaksana evaluasi.
e) Memperluas kerjasama dengan pengguna dan
sponsor berdasarkan informasi baru.
Penyempurnaan siklus, menggunakan informasi

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 131


dokumenter, melaksanakan wawancara observasi,
kajian literatur, dan penyusunan etika evaluator.
f) Menyaring keluhan-keluhan, kepedulian dan isu-isu.
Mengidentifikasi keluhan-keluhan, kepedulian, isu-
isu, pemecahan melalui konsensus, pembuatan
catatan-catatan samping sebagai komponen
laporan.
g) Memberikan prioritas pada butir-butir yang belum
terpecahkan. Proses penentuan prioritas secara
partisipatif menyusun butir-butir prioritas,
mengecek kemampuan mengatasi yang menjadi
prioritas.
h) Mengumpulkan informasi dan melengkapinya.
Mengumpulkan informasi, melatih penggunaan
melalui menggunakan siklus hermeneutik lebih
lanjut, mengumpulkan informasi yang ada,
menggunakan instrumen yang ada dan yang baru,
melakukan studi kasus.
i) Menyiapkan agenda untuk negosiasi. Merumuskan
dan menjelaskan butir-butiir yang belum
terpecahkan, menjelaskan kegiatan yang dipilih,
menjelaskan, memperkuat butir yang dipilih,

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 132


membuang yang tidak cocok, menyiapkan pelatihan
lengkap, dan mengecek agenda.
j) Melakukan negosiasi. Memilih siklus yang tepat,
melaksanakan siklus, membuat penyusunan
bersama, mengecek kemampuan, menentukan
tindakan.
k) Menyusun laporan. Laporan kasus-kasus dengan
laporan lengkap, dan pengulangan seluruh proses.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 133


BAB
LAPORAN EVALUASI
8 PROGRAM PENDIDIKAN

A. Laporan Evaluasi Program


Laporan evaluasi adalah media komunikasi antara
evaluator dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan
ingin mengetahui hasil evaluasi. Oleh karena itu, laporan
harus mampu berperan sebagai media komunikasi yang
baik. Tujuan laporan evaluasi berhubungan langsung
dengan tujuan pemakaiannya. Pada evaluasi formatif
tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan
mengembangkan program, dan laporannya harus
diserahkan secepatnya kepada pihak yang meminta
untuk dilakukan evaluasi program, diinformasikan pula
tentang bagaimana program berfungsi dan perubahan-

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 134


perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan
tersebut.49
Selanjutnya dijelaskan Tayibnapis dan Farida
Yusuf, apabila evaluasi dilakukan adalah evaluasi
sumatif, maka laporan harus berisi informasi dan
penilaian tentang kegunaan program yang dilaporkan
kepada orang-orang yang ingin memakainya, orang yang
akan menentukan alokasi sumber-sumber untuk
melanjutkan program dan orang-orang yang berhak
mengetahui tentang program untuk tujuan-tujuan yang
lain.50
Fitzpatrick, dkk., dikutip Tayibnapis dan Farida
Yusuf menjelaskan tujuan laporan evaluasi program
dapat dilihat dari dua perspektif yaitu tujuan laporan
evaluasi formatif dan sumatif. Tujuan laporan evaluasi
formatif berkaitan perbaikan dan mengembangkan
program, dan laporannya diserahkan kepada pihak
pengguna program.

49
Purwanto dan A. Suparman, Evaluasi Program Diklat, (Jakarta:
STIA-LAN Press, 1999), hal. 210
50 Tayibnapis dan Farida Yusuf, Evaluasi Program, Op. Cit., hal. 174-

175

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 135


Laporan evaluasi berisikan bagaimana program
berfungsi dan perubahan-perubahan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai program.Tujuan laporan
evaluasi sumatif adalah laporan evaluasi yang berisi
informasi dan penilaian/judgement tentang kegunaan
program, Laporan disampaikan kepada pihak-pihak yang
ingin mengadopsi program, pihak-pihak yang akan
menentukan alokasi-alokasi sumber untuk melanjutkan
program, dan pihak-pihak yang berhak menentukan
tentang program untuk tujuan yang lain.
Pendekatan dan jenis laporan, menurut
Fitzpatrick, dkk., menawarkan suatu pendekatan
alternatif dalam melaporkan hasil evaluasi, pendekatan
tersebut dinamakan pendekatan evaluasi berorientasi
lawan/musuh. Makna luas dari pendekatan ini adalah
evaluator memperoleh informasi mendengarkan dari
sudut pandang yang berlawanan sebagaimana
argumentasi yang disampaikan pihak lain.

Sehingga nantinya laporan evaluasi yang dibuat


memiliki keseimbangan dan perspektif yang berbeda

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 136


karena terlihat argumentasi dari pihak lain dalam
melihat kekuatan dan kelemahan dari program yang
dievaluasi. Melalui pendekatan ini, proses penilaian
terhadap program yang dievaluasi akan berguna dalam
hal paparan tentang aspek positif dan aspek negatif dari
sebuah program, dan memuaskan kebutuhan informasi
dari berbagai pihak dengan cara yang elegan dan
menarik.

B. Menyusun Laporan Evaluasi


Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir
dari evaluasi program. Laporan hasil evaluasi disusun
dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara
garis besar laporan evaluasi program terdiri dari empat
pokok hal yaitu, permasalahan, metodologi evaluasi,
hasil evaluasi dan kesimpulan hasil evaluasi. Laporan
evaluasi tidak ubahnya seperti laporan penelitian, ada
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dan ada
yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Laporan evaluasi menggunakan pendekatan
kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau enam bab,
yaitu, pendahuluan, pembahasan kepustakaan,

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 137


metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan pembahasan
(hasil evaluasi, pembahasan), serta kesimpulan dan
rekomendasi.
Laporan evaluasi menggunakan pendekatan
kualitatif umumnya tersusun dari beberapa bab dan sub
bab yang dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok,
yaitu, pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan.
Secara garis besar laporan hasil evaluasi
diharapkan disusun secara ringkas, padat, jelas dan
paling tidak memuat hal-hal berikut yaitu, ringkasan
eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, komponen
dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan
dan rekomendasi yang terakhir adalah daftar pustaka.

C. Tata Tulis Laporan Evaluasi


Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang
kertas, naskah, sampul, pengetikan, penomoran,
ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan
daftar pustaka dan bahasa.51

51
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Diakses melalui

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 138


1) Kertas naskah dan sampul. Naskah laporan sebaiknya
menggunakan jertas kwarto (21x28,5 cm) HVS 80
gram, sampul laporan sebaiknya dibuat dari kertas
buffalo dengan warna disesuaiakan.
2) Pengetikan. Pengetikan mencakup penggunaan
huruf, penulisan bilangan, spasi, batas tepi naskah,
pengetikan alenia baru, pengisian halaman naskah,
pengetikan bab sub bab.
3) Penomoran.Penomoran halaman diletakkan di
sebelah kanan atas dua spasi di atas baris pertama
teks. Nomor halaman menggunakan angka arab.
4) Ilustrasi. Ilustrasi dapat terdiri dari foto, grafik,
diagram, bagan, peta dan denah serta tabel.
5) Pengutipan. Kutipan harus sama dengan sumber
aslinya, baik bahasa maupuin ejaannya. Penulisan
kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (“)
6) Penulisan lampiran. Lampiran seperti tabel, carta,
dokumen, transkip wawancara dan sejenisnya
ditempatkan setelah daftar pustaka

http://anan-nur.blogspot.com/2012/01/evaluasi-program-
pendidikan-prof-dr.html. (akses 17 November 2019).

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 139


7) Penulisan daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka
meliputi buku, artikel, laporan atau karangan dalam
jurnal atau majalah ilmiah dan penerbitan lain.
8) Bahasa. Bahasa yang digunakan untuk penulisan
laporan evaluasi adalah bahasa Indonesia ragam
ilmiah.

Melanjutkan mengenai sampel ada 7 (tujuh) jenis


sampel yang dapat dijadikan sebagai metode dalam
evaluasi program diantaranya adalah, proportional
sampel, startified sampel, purposive sampel, quota
sampel, double sampel, area probability sampel, dan
cluster sampel.

D. Format Penulisan Laporan


Tidak ada satu kerangka penulisan laporan terbaik
yang tepat untuk semua jenis laporan evaluasi tertulis.
Hal ini dikarenakan peran, objek, dan konteks evaluasi
yang beragam, sehingga masing-masing berisikan
kerangka dengan kekhasannya tersendiri, dan laporan-

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 140


laporan tersebut dirancang untuk mencerminkan
52
kekhasan tersebut.
Namun demikian, ada beberapa item penting yang
harus terdapat dalam setiap laporan evaluasi tertulis
baik untuk laporan evaluasi final maupun laporan intern.
Salah satunya teori menurut Tayibnapis dikutip Rusydi
dan Rafida, menyatakan outline laporan evaluasi, dapat
dilihat pada tabel berikut:

52 Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Op. Cit., hal. 186

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 141


Tabal 2. Contoh Format Laporan Evaluasi Program
NO FORMAT KETERANGAN
LAPORAN Pada Pertanyaan tersebut, nantinya
EVALUASI diuraikan menjadi isi Laporan
1 Cover Cover depan/kulit laporan berisikan
informasi sebagai berikut:
- Judul program & lokasinya,
- Nama evaluator,
- Periode waktu yang dilalui, &
- Tanggal laporan diserahkan.
2 Bab 1 Ringkasan/executive summary yang
Ringkasan berisi laporan pendahuluan evaluasi,
menerangkan mengapa evaluasi
dilakukan, memuat kesimpulan, & saran-
saran.
Apabila masih diperlukan tambahan
informasi sebagai berikut:
- Apakah ada keputusan yang akan
dibuat berdasarkan hasil evaluasi?
Kalau ada, apa keputusan tersebut?
- Kepada siapa laporan akan diberikan?
- Siapa-siapa yang berminat atas laporan
tersebut?
- Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam proses evaluasi?
3. Bab 2 Pada bagian ini dipaparkan asal mula
Latar belakang mengapa program dibuat dan apa yang
evaluasi harus dilakukan. Sejauh mana informasi
tergantung kepada penerima hasil
evaluasi (untuk siapa evaluasi dibuat).
Informasi untuk bagian ini dapat
diperoleh dari orang-orang program,
catatan-catatan hasil rapat, memo,
outline kurikulum, daftar tujuan umum,-

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 142


perkiraan anggaran, & sebagainya.
Bagian khusus dalam bab ini adalah:
- Hakikat program. Berikut uriannya;
(Dimana program dikerjakan? Pada
masyarakat/kelompok yang bagaimana?
Siapa dan berapa banyak orang yang
dipengaruhi? & Berapa jumlah orang
yang ikut berpartisipasi? Bagaimana
pengolahan peserta didik? sekolah,
kelas/individu?)
- Tujuan umum program. Yang berisikan
penjelasan; (Apa yang dicapai desain
program? Apa tujuan umum & tujuan
khusus yang dirumuskan? Apa prioritas
yang diutamakan apabila ada?)
- Klien yang terlibat dalam program.
Berisikan penjelasan yaitu; (Apa ciri-
ciri klien program yang dituju misalnya
umur, latar belakang, ekonomi/-
pendidikan, pengalaman, kebutuhan
khusus, atau tingkat kemampuannya? &
Atas dasar apa peserta program
dipilih?)
- Ciri-ciri, materi, kegiatan, & persiapan
administrasi program. Berikut uriannya;
(Apa materi yang dipakai & bagaimana?
Apakah harus dibeli/dibuat? Apa
sumber-sumber program? & Berapa
dana, sarana fisik, transportasi yang
harus ada, & siapa yang menyediakan?)
- Kariyawan & orang lain yang terlibat
dalam program. Dengan urian; (Berapa
banyak personal khusus seperti
administrator, konsultan, sekretaris,
spesialis, sukarelawan, & lain-lain yang
aktif dalam program? Apa proses yang
mereka lakukan? & Apakah mereka
memerlukan latihan khusus sebelum
atau selama melaksanakan program?) -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 143


4. Bab 3 Bab ini memaparkan & membatasi ruang
Penjelasan lingkup yang diterima evaluator, yaitu
tentang apa yang menjelaskan mengapa evaluasi
dievaluasi dilakukan, apa yang akan dicapai, & apa
yang tidak. Siapkan penjelasan tentang
maksud & tujuan evaluasi segera setelah
menerima pekerjaan sebagai evaluator.
Konsep untuk itu harus disetujui oleh
semua orang yang berminat & harus
disimpan didalam arsip. Namun buatlah
uraian tentang hal-hal yang teknis secara
komprehensif sedemikian rupa sehingga
dapat terbaca & dimengerti oleh rata-
rata pembaca.
Berikut urian teknis diantaranya:
- Tujuan evaluasi. Dengan uraian berupa;
(Siapa yang meminta evaluasi? Apa
evaluasi yang dilakukan, formatif/-
sumatif? & Jika evaluasi dilakukan
untuk audiensi khusus, siapa mereka,
apakah mereka karyawan program,
legislator, kelompok masyarakat,
dewan direksi/orang tua?),
- Desain evaluasi. Dengan uraian sebagai
berikut; (Apakah satu desain evaluasi
menjadi dasar bagi semua evaluasi?
Adakah desain lain yang ditambahkan?
Atau kombinasi antara pendekatan
kuantitatif & kualitatif? & Mengapa
desain ini yang dipilih?),
- Pengukuran hasil/outcome. Bagaimana
instrumen/pendekatan yang dipakai.
Berikut uriannya penjelasannya; (Apa
hasil program, akibat/kegiatan yang
diukur, dijelaskan, atau diobservasi? -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 144


Apakah hasil/kegiatan tersebut diterakan
dalam tujuan umum, atau apakah pilihan
pengukuran berdasarkan alasan lain? &
Untuk setiap hasil yang diminati, data
apa yang dikumpulkan/apa instrumen
yang dipakai?)
- Prosedur pengumpulan data. Berikut
uriannya; (Bagaimana prosedur
pengumpulan? Kapan instrumen
dipakai, observasi atau wawancara
dilakukan, & siapa yang mengumpulkan
data?). Hal ini dapat dibuat dalam
tabel. Bila perlu perhatikan kualifikasi
penggumpulan data. (Apakah
penataran diberikan kepada mereka
yang melakukan berbagai pengukuran/-
observasi? Apabila YA, penataran apa?)
- Implementasi pengukuran. Yang harus
diperhatikan adalah Bagaimana
instrumen & pendekatan pengumpulan
data yang dipakai. Berikut uriannya;
(Mengapa implementasi dijelaskan?
Untuk pertanggungjawaban/untuk
melengkapi proposal, rencana, atau
hanya untuk menjelaskan apa yang
terjadi & yang telah dilakukan? & Aspek
penting apa dalam program yang
diobservasi & tidak diukur. Apa alasan
pilihan itu, mengapa bukan yang lain?)
- Prosedur pengumpulan data. Berikut
uraiannya (Bagaimanakah jadwal
pengumpulan data, siapa yang
melakukannya? Untuk menjadwalnya
biasanya memakai tabel. Dan Apakah
ada pelatihan yang diberikan? Apa
alasan pemakaian atau alat pengumpul
data lainnya?) -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 145


5. Bab 4 Bab ini memaparkan bermacam-macam
Hasil evaluasi pengukuran, observasi & lain-lain
metode pengumpulan data yang
dijelaskan pada bab sebelumnya.
Sebelum menulis bab ini, data sudah
harus dianalisis, direkam dalam tabel,
grafik & telah diukur signifikansinya.
Nilai tes biasanya disajikan dalam grafik
& tabel yang memperlihatkan mean &
standar deviasi setiap kelompok.
Hasil kuesioner ditabulasi. Hakikat
evaluasi adalah penggunaan metode
pengumpulan data kualitatif seperti in-
depth, open ended interview, observasi
langsung/studi kasus.
Informasi yang kaya & rinci harus diatur
atau difokuskan sesuai dengan bidangnya
dan dikategorikan. Bab ini berisikan:
- Hasil studi implementasi. Berikut
rinciannya; (Apakah orang-orang
program memberikan hasil seperti
yang direncanakan? Apakah program
diimplementasikan sesuai rencana
seperti yang diharapkan pemakai? Bila
tidak, apa yang terjadi? Adakah
komponen yang dihapus/diubah?
Apakah semua materi tersedia &
apakah semua dipakai? Apakah
program diberikan kepada peserta
yang telah ditentukan? Apakah semua
kegiatan penting dilakukan?) Jelaskan
secara rinci mungkin keadaan yang
sebenarnya/penampilan program &
tabel yang biasa digunakan. -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 146


Semua kegiatan dijelaskan secara rinci
mungkin karena mereka menggambarkan
pengalaman khusus program. Dalam
evaluasi kualitatif, penjelasan ini berupa
narasi tertulis yang memberikan
pandangan yang menyeluruh tentang
program)
- Hasil studi outcome. Berikut rinciannya;
(Berapa orang & siapa yang mengambil
pretes? Berapa dari yang mengalami
pretes yang masih tinggal dalam
program? & Bagaimana hasil pretes?
Apakah ada perbedaan nilai pretes
diantara program & kelompok
pembanding?)
6. Bab 5 Penafsiran/intepretasi bagi setiap hasil
Diskusi tentang evaluasi ditulis dalam bab sebelumnya,
hasil evaluasi yang menyajikan hasil evaluasi. Namun bila
program/evaluasi sulit diinterpretasikan/-
complicated, maka dibuat bab khusus
untuk penafsiran diskusi hasil evaluasi
membuat laporan menjadi lebih jelas. Bab
ini berisi dua isu umum yaitu sampai
seberapa jauh kebenaran hasil evaluasi &
bagaimana suatu hasil program.
- Bagaimana hasil proyek apabila
dibandingkan dengan hasil evaluasi
apabila tidak ada program?
7. Bab 6 Dalam bab ini dipaparkan mengenai
Biaya & anggaran program & bagian yang
manfaat berhubungan dengan kontroversi.
Menjelaskan kebenaran pendekatan
tertentu dengan analisis cost benefit, yang
telah dipakai. Apabila cost benefit
merupakan fokus evaluasi sebaiknya
dimasukkan dalam matematika formal?
alasan memakai metode ini? –

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 147


Atau memakai metode informasi yang
membandingkan cost & benefit? Apakah
Cost yang dihubungkan dengan program
berupa ongkos rupiah & non rupiah.
- Ongkos rupiah. Berikut uraiannya;
(Apakah ada uang ekstra diperlukan
untuk melaksanakan program? Dari mana
uang itu diperoleh? Untuk apa uang
tersebut kalau tidak dipakai dalam
program? Berapa persen dari seluruh
biaya dipakai untuk operasi program?
Berapa biaya yang dipakai ketika
memulai program (start up cost)? Biaya
start up tidak diperlukan kalau
melanjutkan program. Tabel yang
menunjukkan anggaran rupiah harus
dimasukkan/dilampirkan)
- Sedangkan ongkos non rupiah. Dengan
uraian; (Apakah program membebani
guru, orang tua, administrator,
kesabaran, moral & semacamnya? Apakah
karyawan bekerja lembur karena
program? Apakah ada pekerja sukarela
dalam program? Kalau ada, tentu mereka
lakukan untuk proyek? Apakah partisipasi
dalam program menyebabkan peserta
kehilangan pengalaman bekerja di bidang
lain?
Benefit yang dihubungkan dengan program
berupa benefit rupiah & benefit non
rupiah.
- Benefit rupiah. Dengan urian; (Berapa
penghasilan yang diperoleh program?
Misalnya, apakah program memperoleh
subsidi pemerintah untuk biaya
pendidikan tertentu?) -

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 148


- Benefit non rupiah. Dengan urian;
(Apakah hasilnya positif yang diperoleh
program? Sampai sejauh mana
perkembangan yang diperoleh
(pencapaian tujuan umum program)?
Apakah penghasilan orang-orang program
lebih baik dari pada orang-orang lain
diluar program untuk pekerjaan yang
serupa? Bagaimana perbedaannya?)
8. Bab 7 - Kesimpulan
Kesimpulan & Dengan urian; (Apa kesimpulan umum
saran-saran tentang keefektifan program secara
keseluruhan? Sampai seberapa jauh
kebenaran kesimpulan? Apakah perlu ada
penilaian terhadap beberapa aspek
kebijaksanaan program?)
- Saran-saran
Dengan urian; (Berdasarkan data khusus,
apa saran-saran & pilihan yang dapat
diberikan terhadap program? Apa
kelebihan-kelebihan program dan aspek-
aspek apa saja yang perlu atau yang
dapat dikembangkan & diperbaiki?,
Apakah tujuan evaluasi juga memberi
rekomendasi & saran-saran pilihan?
Apakah pemakai ingin mengetahui
efektivitas atau keefektifan program
atau apakah mereka ingin juga
mengetahui kelemahan-kelemahan
program?)

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 149


BAB
KESIMPULAN &
9 REKOMENDASI

Kesimpulan merupakan hal yang ditunggu dari


suatu uraian atau penjelasan. Kesimpulan adalah hal
yang dianggap menentukan dalam suatu percakapan
atau pengajaran. Dalam praktik belajar, kesimpulan
merupakan hal penting bagi siswa dalam upaya untuk
dimengerti pelajaran. Kesimpulan dari guru atau dosen
menjadi pegangan dalam proses mendalami suatu
pelajaran.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 150


Kesimpulan juga bisa menjadi penjelasan bagi
suatu topik atau pelajaran. Kesimpulan menjadi hal
penting dan pokok dalam proses belajar.

A. Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Pengertian Kesimpulan
Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau
hubungan yang logis. Pada umumnya kesimpulan terdiri
atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan.
Kesimpulan utama harus berkaitan dengan pokok
permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti.
Kesimpulan diartikan suatu proposisi (kalimat yang
disampaikan) yang diambil dari beberapa premis (ide
pemikiran) dengan aturan aturan inferensi yang
berlaku).Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang
tercapai pada akhir pembicaraan. Dengan kata lain,
kesimpulan adalah hasil dari suatu pembicaraan.
Arti penting dari kesimpulan adalah ikhtisar,
pendapat yang terakhir, keputusan yang diperoleh
berdasarkan metode induktif ataupun deduktif.53

53 A. Rusdiana, Op. Cit., hal. 133

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 151


2. Menyusun Kesimpulan dan Saran
Ada beberapa langkah dalam menyusun sebuah
kesimpulan dan saran.
Langkah pertama, dalam menyusun kesimpulan
dan saran adalah menguraikan garis besar permasalahan
dan memberikan ringkasan tentang segala sesuatu yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
Pada langkah kedua, menghubungkan setiap
kelompok data dengan permasalahan untuk sampai pada
kesimpulan tertentu.
Langkah ketiga, dalam menyusun kesimpulan
adalah menjelaskan mengenai arti dan akibat-akibat
tertentu dari kesimpulan itu secara teoretis ataupun
praktis. Seusai menutup kesimpulan dapat memberikan
saran atau rekomendasi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
Kesimpulan merupakan intisari terpenting dari
pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Penyusunan
kesimpulan hendaknya:
a) Singkat, jelas, dan mudah dipahami.
b) Selaras, sejalan, dan sesuai dengan permasalahan
monitoring dan evaluasi.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 152


c) Dibuat dalam rumusan yang didahului dengan
permasalahan dan mewujudkan tanya jawab yang
koheren.
d) Tidak mengandung informasi yang bersifat
kuantitatif. Rekomendasi ditujukan untuk perbaikan
pelaksanaan penilaian kinerja guru sekaligus
perbaikan pelaksanaan monitoring dan
evaluasinya.54

B. Konsep Penyusunan Rekomendasi


Menurut Hiro Tugiman dikutip A. Rusdiana,
rekomendasi adalah pendapat auditor yang telah
dipertimbangkan mengenai situasi tertentu dan
mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang
memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan
pengauditan.
Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa
untuk memperbaiki kondisi yang memerlukan perbaikan.
Rekomendasi harus disusun secara logis, namun tidak
berarti bahwa rekomendasi tersebut hanya berhubungan

54 Ibid., hal. 134

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 153


dengan masalah yang diidentifikasikan dalam temuan
temuan pengauditan. Rekomendasi tertentu harus
ditujukan untuk temuan-temuan tertentu sehingga ada
mata rantai hubungan antara temuan dan
55
rekomendasi.
Menurut Hiro Tugiman, sebuah rekomendasi harus
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:
1) Memperbaiki kondisi yang ada atau menyelesaikan
masalah.
2) Dapat ditindaklanjuti secara logis, praktis, dan
reasonable.
3) Bersifat korektif dan konstruktif.
4) Solusi jangka pendek dan jangka panjang.
5) Pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan
secara benar.
Rekomendasi menggambarkan bentuk tindakan
yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam
meralat kondisi yang telah berlangsung atau
memperbaiki kelemahan sistem dan pengawasan
ataupun keduanya.

55Hiro Tugiman, Pengendalian Audit Internal, (Bandung: Fakultas


Ekonomi, UNPAD, 2007), hal. 92

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 154


Rekomendasi harus bersifat positif, spesifik, dan
harus mengidentifikasi siapa yang melaksanakannya.
Lebih diutamakan agar internal auditor mengajukan
metode atau beberapa alternatif metode untuk
memperbaiki kondisi. Selain itu, mereka juga harus
menjelaskan bahwa memilih tindakan perbaikan
merupakan tugas manajemen perusahaan.
Rekomendasi auditor internal merupakan pilihan
potensial yang harus dipertimbangkan bersamaan
dengan pilihan lain yang memungkinkan untuk diambil
karena manajemen perusahaan (bukan auditor internal)
yang akan melaksanakan tindakan perbaikan tersebut. 56
Menurut Sukrisno Agoes dikutip A. Rusdiana,
prinsip yang harus diikuti agar diperoleh rekomendasi
yang efektif, yaitu komprehensif, spesifik, disusun
dengan baik, mudah dilaksanakan, dan beralasan.

56 Ibid., hal. 135

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 155


Daftar Pustaka

A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan,


Konsep, Prinsip, dan Aplikasinya di
Sekolah/Madrasah, Bandung: Pustaka Setia, Cet-1,
April 2017.
Bates, R., A critical analysis of evaluation practice: The
Kirkpatrick model and the principle of
beneficence, Journal: of Evaluation and Program
Planning, 2004.
Brinkerhoff, R.O., et.al., Program evaluation: A
practitioner‟s guide for trainers and educators,
Western Michigan: Kluwer-Nijhoff, 1983.
Catalanello, & Kirkpatrick, D.L., Evaluation training
programs the state of the art. Training and
Development, Journal: 1968, 22 , 2-9
Dedi Lazwardi, Implementasi Evaluasi Program
Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar & Menengah,
Jurnal: Kependidikan Islam Volume VII, No. 2,
Desember 2017.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 156


Darodjat & M. Wahyudhiana, Model Evaluasi Program
Pendidikan, Jurnal Islamadina, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Volume XIV, No. 1,
Maret 2015.
Gronlund, N. E., & Robert, L. L., Measurement and
evaluation in teaching (6th ed.). New York:
Macmillan, 1990.
Kellogg, W.K. Foundation., Using logic models to bring
planning, evaluation, and action, Michigan: WK
Kellogg Foundation, 2004.
Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan penilaian
pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004.
Rusdi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program
Pendidikan, Copyright © 2017: Perdana Publishing,
2017.
Sax, G., Principles of educational and psychological
measurement and evaluation, (2nd ed.),
California: Wandsworth Publishing Company, 1980.
Powell, T., & Heneret, E., Enhancing program
performance with logic models, 2008.
Purwanto dan A. Suparman, Evaluasi Program Diklat,
Jakarta: STIA-LAN Press, 1999.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Edisi ke-2,
2016.
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar,
Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 157


Stufflebeam, D.L., & Shinfield, A.J., Systematic
evaluation. Boston: Kluwer Nijhof Publishing,
1985.
Worthen, B.R., & Sanders, J.R., Educational evaluation:
Theory and practice, Ohio: Charles A. Jones
Publishing Company, 1981.
https://media.neliti.com/media/publications/135691-
ID-model-evaluasi-program-pendidikan.pdf
(diakses 15 November 2019)
http://www.UWEX/edu.ces/pdande/. (diakses 15
November 2019)
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh,
(diakses 15 November 2019)
http://anan-nur.blogspot.com/2012/01/evaluasi-
program-pendidikan-prof-dr.html. (diakses 17
November 2019)
https://pdf2doc.com/id/all/lfvrn2r91ungsaoi/pdf2doc.z
ip?order=o_1dppcfk8bdtogp1akt1ans1cm0b&rnd=0
.6483564939997859. (diakses 18 November 2019)
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh/arti
cle/download/2267/1693. (diakses 18 November
2019)
https://bangfajars.files.wordpress.com/2011/10/evalua
tion-graph.jpg. (diakses 20 Desember 2019)

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 158


Tetang Penulis

Miftahul Fikri, kelahiran Desa Teluk Rendah Ulu,


Jambi, 1 Januari 1994. Riwayat pendidikan formal
diawali dari SD, MTs, MA Nurussa’adah, Program Sarjana,
dan kini disibukkan dengan studinya di Program Megister
Manajemen Pendidikan Islam UIN STS Jambi. Anak
pertama dari dua bersaudara/I (Amalia dan Khumairah)
ini penggemar berat aktivitas yang berhubungan dengan
buku. Sebab itulah, membaca buku menjadi bagian hidup
dan pekerjaanya. Buku ini, merupakan buku cetakan
kedua penulis yang berjudul evaluasi program
pendidikan.
Dan penulis telah menerbitkan buku sebelumnya
yang berjudul, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan &
Peran SOP (Standar Operasionla Prosedur), Oktober
2019. Dan buku kedua penulis berjudul, Pelaksanaan
Evaluasi Program Pendidikan, Desember 2019.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 159


Sri Wahyuningsih, M.Pd, dilahirkan di Desa
Pegandan, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa
Tengah 24 April 1971, Putri dari Sudargo dan Rusmiati.
Riawayat pendidikan formal SD pada 1984, SMP pada
1987, SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pada 1990, Diploma
II pada 2009, Serjana Pendidikan Universitas Jambi pada
2011, dan memperoleh gelar Magister Manajemen
Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN STS Jambi pada
2019.
Pengalaman kerja sebagai PNS (Guru) di Sekolah
Dasar Negeri 211/IV Kota Jambi dari 2006 sampai
sekarang. sebagai guru bantu di SDN 211/IV 2003-2006.

Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan 160

Anda mungkin juga menyukai