Anda di halaman 1dari 22

DISLOKASI

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusu Oleh: Kelompok 7

Endang Hanisyah
Julia Putri Humaira
Fauziah
Laviola Septinezia Ababil

Dosen Pembimbing : Arya Wahyuni,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Anak II dengan judul “Dislokasi”. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para
pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.

Bukittinggi, 16 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan .............................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
Bab II Teoritis Kasus..........................................................................................................

A. Defenisi.....................................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................................
C. Jenis-jenis Dislokasi .................................................................................................
D. manifestasi klinis.......................................................................................................
E. Patologi......................................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................
Bab III Askep Kasus...........................................................................................................

A. Kasus..........................................................................................................................
B. Pengkajian..................................................................................................................
C. Data Fokus.................................................................................................................
D. Analisa Data..............................................................................................................
E. Rencana Askep..........................................................................................................
F. Implementasi dan Evaluasi.......................................................................................
G. Mapping Kasus.........................................................................................................
Bab IV penutup...................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera terhadap sistem muskuloskeletal dapat bersifat akut (sprain, strain,
dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara bertahap
(kondromalasia, tendinitis, fraktur stress).
Dislokasi atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa
saja. Ketika ligamen terluka, otot atau tendon mungkin rusak, atau terkilir yang
mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita sedikit elastis jeringan
yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat semntara
memungkinkan gerakan. Gejala ligamen yang diregangkan atau robek meliputi
nyeri, bengkak, memar dan tidak mampu bergerak.
Dislokasi atau luksasio aalah kehilangan hubungan yang normal antara
permukaan sendi secra komplet/lengkap (jeffrey m.spivak et al, 1999). Dislokasi
terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (aquired) atau karena sejak lahir
(kongengital).

B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang defenisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, diagnosa dan penatalaksanaan klien dislokasi
2. Memahami asuhan keperawatan pada klien dislokasi
3. Mampu menganalisa tindakan yang akan dilakukan pada klien dislokasi
C. Manfaat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Diskolasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat gerakan


menjepit atau memutar keadaan dimana tulang- tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari sendi).

Diskolasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. diskolasi


merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudahgerakan memuntuir
yang tajam.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini terdapat hanya kepada komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(dari mangkuk sendi)

B. Etiologi

1. Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan sertakekenyalan


jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun kekuatan otot akanrelative menurun
elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun.

2. Terjatuh atau kecelakan

Diskolasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga Lutut
mengalami dislokasi.

3. Pukulan

Diskolasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan dislokasi.

4. Tidak melakukan pemanasan

Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.

5. Benturan keras
5
Pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan diskolasi.

6. Cedera olahraga

Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

C. Jenis-jenis dislokasi sendi


1. Dislokasi kongengital
2. Dislokasi patologik
3. Dislokasi traumatic
Berdasarkan tipe kliniknya
1. Dislokasi akut
2. Dislokasi berulang

Berdasarkan tempat terjadinya

1. Dislokasi sendi rahang


2. Dislokasi sendi bahu
3. Dislokasi sendi siku
4. Dislokasi sendi jari
5. Dislokasi sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal
6. Dislokasi panggul
7. Disokasi patela
D. Mnifestasi Klinis

1. Adanya bengkak/edema
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. pererubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke jaringan sekitarnya (tampak
kemerahan)
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
6
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
E. Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan
stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur
sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi, dislokasi mengakibatkan
timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi. Adanya
tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan
dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan
serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami
robek dan ligamen yang robek akan kehilangankemampuan stabilitasnya. Hal tersebut
akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami
nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus
meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan
yang terjadi makamenimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
2. CT Scan
3. MRI
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE
a. R = rest Di istirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
b. I = ice Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan danmeredakan rasa
nyeri.
c. C = Compression membalut gunanya membantu mengurangi
pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
d. E = Elevasi Peninggian daerah cedera gunanya mengurangioedema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
2. Terapi dingin
7
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :

a. Kompres dingin

Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : 20-30 menit dengan interval
kira-kira sepuluh menit.

b. Mesagge Es

Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkusdengan lama


5-7 menit dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.

c. Pencelupan atau perendaman

Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin
yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit

d. Semprot dingin

Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethaneke bagian tubuh


yang cedera.

3. Latihan ROM

Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan,latihan
pelan-pelan dimulai setelah 4- 6 hari tergantung jaringan yang sakit.
Penatalaksanaan medis /farmakologi

4. Analgetik

Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri.

Berikut contoh obat analgetik :

a. Aspirin :

Kandungan : Asetosal 166mg: indikasi : nyeri otot : dosis dewasa 1 tablet atau 3
tablet perhari , anak > 5 tahun setengah sampai 1 tablet,maksimum 1/2 sampai 3
tablet perhari.

b. Bimastan :

8
Kandungan : Asam mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet: Indikasi:
nyeri persendian, nyeri otot : kontra indikasi : hipersensitif,tungkak lambung,
asma, dan ginjal : efek samping : mual muntah,agranulositosis, aeukopenia :
Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam .

c. Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

BAB III

ASKEP KASUS

A. Kasus
Seorang bapak berusia 47 tahun datang dari IGD dengan keluhan utama nyeri pada
bahu kanan dan sebagian lengan atas, nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas
9
dirasa setelah mengalami keselakaan lalu lintas motor Vs motor dengan posisi jatug
tengkurang dan lengan kanan menipang badan. Nyeri dirasakan terus-menerus. Nyeri
disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (-), gerakan terbatas (+), nyeri bertambah saat
ektremitas kana digerakkan. Saat dan setelah kejadian kecelakaan lalu lintas keadaan
sadar (+), amnesia (-), helm (+), pusing (-), mual (-), muntah (-), luka pada bibir
bagian atas (+), makan (+), minum (+), riwayat trauma akibat lalu lintas (+), keadaan
umum : sakit sedang, GCS : E4V5M6, vital sign : tekanan darah :110/70 mmHg,
nadi : 68 x/menit, suhu : 36 C, pernafasan : 22 x/menit, jejas : vulnus ekskoriasi diatas
bibir (+), ekstremitas : motorik sde- 5/5-, akral hangat ++/++, edema +/-, ekstremitas
superior bagian proksimal : look : luka : (-), eritema : (+), edema : (+), false
movement : (+), deformitas / asimetri : (+), feel, tenderness : (+), edema : (+),
krepitasi : (+), false movement : (+), evaluasi status neurovaskuler : pulsasi : (+), dbn,
pain : (+), pallor : (-), paralyze : (-), parestesia : (-), functiolaesa : (+), move : gerakan
aktif : limitation : (+),dan pain (+) pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi,
eksorotasi ektremitas atas, clear (+), dan pain (-), pada supinasi, pronasi sendi
pergelangan tangan, clear (+) dan pain (-). Pada fleksi, ekstensi , abduksi,ekstensi jari-
jari tangan. Limitation (+) dan pain (-), pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi
endorotasi. Eksorotasi ekstremitas atas. Clear (+) dan pain (-) pada supinasi, pronasi
sendi pergelanga tangan. Clera (+) dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi
jari-jari tangan. Infus ringer laktat dan D5 2:1 20:30 tpm, injeksi cefotaksim IV 3x1g,
injeksi ketorolac 3x3 mg, injeksi kalnex 3x500 mg.
B. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama :-
b. Usia : 47 tahun
c. Gender : laki-laki
2. Keluhan Utama
keluhan utama nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas, nyeri pada bahu
kanan dan sebagian lengan atas dirasa setelah mengalami keselakaan lalu lintas
motor Vs motor dengan posisi jatug tengkurang dan lengan kanan menipang
badan. Nyeri dirasakan terus-menerus.
3. Riwayat kesehatan sekarang

10
Nyeri disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (-), gerakan terbatas (+), nyeri
bertambah saat ektremitas kana digerakkan. Saat dan setelah kejadian kecelakaan
lalu lintas keadaan sadar (+), amnesia (-), helm (+), pusing (-), mual (-), muntah
(-), luka pada bibir bagian atas (+), makan (+), minum (+), riwayat trauma akibat
lalu lintas (+), keadaan umum : sakit sedang, GCS : E4V5M6, vital sign : tekanan
darah :110/70 mmHg, nadi : 68 x/menit, suhu : 36 C, pernafasan : 22 x/menit,
jejas : vulnus ekskoriasi diatas bibir (+), ekstremitas : motorik sde- 5/5-, akral
hangat ++/++, edema +/-, ekstremitas superior bagian proksimal : look : luka : (-),
eritema : (+), edema : (+), false movement : (+), deformitas / asimetri : (+), feel,
tenderness : (+), edema : (+), krepitasi : (+), false movement : (+), evaluasi status
neurovaskuler : pulsasi : (+), dbn, pain : (+), pallor : (-), paralyze : (-), parestesia :
(-), functiolaesa : (+), move : gerakan aktif : limitation : (+),dan pain (+) pada
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi ektremitas atas, clear (+),
dan pain (-), pada supinasi, pronasi sendi pergelangan tangan, clear (+) dan pain
(-). Pada fleksi, ekstensi , abduksi,ekstensi jari-jari tangan. Limitation (+) dan pain
(-), pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi endorotasi. Eksorotasi ekstremitas atas.
Clear (+) dan pain (-) pada supinasi, pronasi sendi pergelanga tangan. Clera (+)
dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi jari-jari tangan. Infus ringer
laktat dan D5 2:1 20:30 tpm, injeksi cefotaksim IV 3x1g, injeksi ketorolac 3x3
mg, injeksi kalnex 3x500 mg.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
-
5. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : bentuk kepala simetri, tidak ada lesi, reambut bersih, tidak ada
pembengkakan
b. Mata :
c. Hidung : bentuk hisung simetris dan tidak terpasang alat bantu pernafasan
d. Mulut : luka pada bibir bagian atas
e. Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan pendengaran
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada edema
g. Dada :
1) Inspeksi :
2) Palpasi :

11
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
h. Abdomen :
1) Inspeksi :
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
i. Ekstremitas
1) Atas : terdapat edema, nyeri tekan, gerakan terbatas, deformitas/asimetris
2) Bawah :
6. Pemeriksaan penunjang
rontgen
7. Penatalaksanaan
a. Infus ringer laktat dan D5 2:1 20:30 tpm
b. Injeksi cefotaksim IV 3x1 g
c. Injeksi ketorolac 3x30 mg
d. Injeksi kalnex 3x500 mg

C. Data Fokus
1. Data subjektif (DS)
a. Nyeri pada bahu kanan dan lengan sebagian atas
b. Nyeri dirasakan terus menerus
c. Nyeri bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan
2. Data Objektif (DO)
a. Nyeri disertai pembengkakan
b. Nyeri tekan
c. Luka pada bibir bagian atas
d. Riwayat trauma akibat kecelakaan lalu lintas
e. Keadaan umum : sakit sedang : GSC : E4V5M6
f. Tekanan darag (TD) : 110/70mmHg
g. Nadi (N) : 68 x/menit
h. Suhu (S) : 36,3 C
i. Pernafasan (RR) : 22 x/ menit

12
j. Edema ekstremitas superior bagian proksimal
k. Infus ringer laktat dan D5 2:1 20:30 tpm
l. Injeksi cefotaksim IV 3x1 g
m. Injeksi ketorolac 3x30 mg
n. Injeksi kalnex 3x500 mg
D. Analisis Data

No Data Etiologi Diagnosis


1 DS Agen pencedera Nyeri Akut
a) Nyeri pada bahu kanan dan fisik
sebagian lengan atas
b) Nyeri dirakan terus menerus
DO
a) Nyeri tekan
b) Nyeri bertambah saat
ekstremitas digerakkan
c) Nyeri disertai
pembengkakan
2 DS Ganggun Gangguan
DO muskuloskeletal mobilitas fisik
a) Gerakan terbatas
b) Nyeri bertambah saat
ekstremitas di gerakan
c) Edema ekstremitas superior
bagian proksimal
3 DS Faktor mekanis Gangguan
DO : (adanya gesekan) integritas
(a) Luka pada bibir bagian atas kulit/jaringan
4 DO Kurang terpapar Resiko perdarahan
(a) Pemberian injeksi kalnex informasi tentang
pencegahan
perdarahan
5 DO Ketidakadekuatan Resiko infeksi
(a) Pemberian injeksi pertahan tubuh
cefotaksim primer :
Kerusakan
13
integritas kulit

Diagnosa Prioritas
a. Nyeri akut b/d agen pencedara fisik
b. Ganggian mibilitas fisik b/d Gangguan muskuloskeletal
c. Gangguan intergritas kulit/jaringan b/d faktor mekanis (adanya gesekan)
d. Resiko perdarahan b/d kurang terpaparnya informasi pencegahan perdarahan
e. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan
integritas kulit
E. Rencana asuhan keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Intervensi utama : manajemen
pencedera fisik d/d mengeluh tindakan keperawatan nyeri
nyeri pada bahu kanan dan selama 3x24 jam Observasi ;
sebagian lengan atas. diharapkan nyeri pasien 1) Identifikasi lokasi,
DS berkurang. karakteristik, durasi,
a) Nyeri pada bahu KH : frekuensi, kualitas dan
kanan dan sebagian Luaran utama : tingkat intensitas nyeri
lengan atas nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
b) Nyeri dirakan terus a) Kemampuan 3) Identifikasi respon nyeri
menerus menuntaskan non verbal
DO aktivitas 1-3 Terapeutik
a) Nyeri tekan (menurun-sedang) 4) Berikan teknik
b) Nyeri b) Keluhan nyeri 1-3 nonfarmakologis untuk
bertambah saat (meningkat- mengurangi rasa nyeri
ekstremitas sedang) (miss. Hipnosi, akupresur,
digerakkan terapi musik, aroma terapi,
c) Nyeri disertai teknik imajinasi terbimbing
pembengkakan dan kompres hangat/dingin)
5) Fasilitas istirahat dan tidur
6) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan stretegi
meredakan nyeri
14
Edukasi
7) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan Intervensi utama : dukungan
gangguan muskuloskeletal tindakan keperawatan mobilisasi
d/d nyeri bertambah saat selama 3x24 jam Observasi
ekstremitas kanan diharapakan pasien dapat 1) Identifikasi adanya nyeri
digeraknkan dan gerakan bergerak bebas kembali. atau keluhan fisik lainnya
terbatas. KH : 2) Identifikasi toleransi fisik
DO Luaran utama : mobilitas melakukan pergerakan
a) Gerakan terbatas fisik 3) Monitor frekuensi jantung
b) Nyeri bertambah saat a) Pergerakan dan tekanan darah sebelum
ekstremitas di gerakan ekstremitas 1-3 memulai mobilisasi
c) Edema ekstremitas (menurun-sedang) 4) Monitor kondisi umum
superior bagian b) Nyeri 1-3 selama melakukan
proksimal (meningkat- mobilisasi
sedang) Terapeutik
c) Gerakan terbatas 5) Fasilitasi melakukan
1-3 (meningkat- pergerakan jika perlu
sedang) 6) Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
7) Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
8) Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan Intervensi Utama : perawatan luka
kulit/jaringan b/d faktor tindakan keperawatan Observasi
mekanis (adanya gesekan) d/d selama 3x24 jam 1) Monitor karekteristik luka
luka pada bibir bagian atas diharapkan membaiknya 2) Monitor tanda-tanda infeksi

15
jaringan tubuh klien yang Terapeutik
rusak. 3) Bersihkan dengan cairan
KH NaCl/ pembersih nontoksik
Luaran utama : Integritas sesuai kebutuhan
Kulit dan Jaringan 4) Berikan salep yang sesuai
(a) Kerusakan lapisan ke kulit/lesi jika perlu
kulit 1-3 5) Pertahankan teknik steril
(meningkat- saat melakukan perawatan
sedang) luka
(b) Perdarahan 1-3 Edukasi
(meningkat- 6) Jelaskan tanda dan gejala
sedang) infeksi
7) Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
4 Resiko perdarahan b/d kurang Setelah dilakukan Intervensi Utama : Pencegahan
terpapar informasi tentang tindakan keperawatan Perdarahan
pencegahan perdarahan d/d selama 3x24 jam Obeservasi
pemberian injeksi kalnex diharapkan tidak 1) Monitor tanda dan gejala
terjadinya perdarahan perdarahan
KH 2) Monitor nilai
Luaran Utama : tingkat hematokrit/hemoglobin
perdarahan sebelum dan setelah
(a) Hematuria 1-3 kehilangan darah
(meningkat- Edukasi
sedang) 3) Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
4) Anjurkan meningkatkan
makanan dan vitamin K
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian obar
pengontrol perdarahan jika
perlu
5 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan Intervensi Utama : pencegahan

16
ketidakadekuatan pertahanan tindakan keperawatan infeksi
tubuh primer : kerusakan selama 3x24 jam Observasi
integritas kulit d/d pemberian diharapkan tidak 1) Monitor tanda dan gejala
injeksi cefotaksim terjadinya infeksi infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
2) Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
3) Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
4) Anjurkan meningkatkan
asupan nurisi dan cairan
5) Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka /luka operasi

F. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, S (subjektif)
karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri yang
kualitas dan intensitas nyeri dirasakan sudah berkurang
pasien O (objektif)
2) mengidentifikasi skala nyeri Pasien tidak mengeluh nyeri lagi
pasien A (analisis)
3) mengidentifikasi respon nyeri Intervensi berhasil sebagian
non verbal pasien P (plane)
4) memberikan teknik Intervensi 1-8 dilanjutkan
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti:
Hipnosis, akupresur, terapi
musik, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing dan
kompres hangat/dingin
5) memfasilitasi pasien dengan
17
istirahat dan tidur
6) mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
stretegi meredakan nyeri pasien
7) menjelaskan strategi meredakan
nyeri pasien
8) berkolaborasi dalam pemberian
analgetik dengan tenaga
kesehatan lainnya jika perlu
Gangguan 1) mengidentifikasi adanya nyeri S (subjektif)
mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya pada Pasien mengatakan sudah membaik dan
pasien dapat bergerak meskipun belum dapat
2) mengidentifikasi toleransi fisik bergerak secara bebas
melakukan pergerakan O (objektif)
3) memonitor frekuensi jantung Pasien terlihat sudah bisa menggerak
dan tekanan darah sebelum kan ekstremitas atasnya pelan-pelan
memulai mobilisasi A (analisis)
4) Memonitor kondisi umum Intervensi berhasil sebagian
selama melakukan mobilisasi P (plane)
5) memfasilitasi melakukan Intervensi 1-8 dilanjutkan
pergerakan jika perlu
6) melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
7) menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
8) menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
Gangguan 1) Memonitor karekteristik luka S : pasien mengatakan luka pada
integritas pada pasien bibirnya sudah sembuh
kulit/jaringan 2) Memonitor tanda-tanda infeksi O : luka pada bibir pasien telah sembuh
pada pasien dan tidak meninggalkan bekas luka
3) membersihkan dengan cairan A : intervensi berhasil
NaCl/ pembersih nontoksik P : intervensi dihentikan

18
sesuai kebutuhan
4) Memberikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi jika perlu
5) Mempertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan luka
6) Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Resiko 1) Memonitor tanda dan gejala S : pasien mengatakna kalau ia telah
perdarahan perdarahan membaik dan tidak ada perdarahan
2) Memonitor nilai O: penghentian pemberian injeksi
hematokrit/hemoglobin sebelum kalnex
dan setelah kehilangan darah A : intervensi berhasil
3) Menjelaskan tanda dan gejala P : intervensi dihentikan
perdarahan
4) Menganjurkan meningkatkan
makanan dan vitamin K
5) Berkolaborasi pemberian obar
pengontrol perdarahan jika perlu
Resiko infeksi 1) Memonitor tanda dan gejala S : pasien mengatkan sudah membaik
infeksi lokal dan sistemik dan tidak merasakan adanya tanda dan
2) Mempertahankan teknik aseptik gejala infeksi
pada pasien beresiko tinggi O : pengentian pemberian injeksi
3) Menjelaskan tanda dan gejala cefotaksim
infeksi A : intervensi berhasil
4) Menganjurkan meningkatkan P : intervensi dihentikan
asupan nurisi dan cairan
5) Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka /luka operasi

19
G. mapping kasus Etiologi :

Trauma kecelakaan

Terlepasnya kompresi jaringan


tulang darikesatuan sendi

Struktur sendi, ligamen rusak

Kompresi jaringan tulang yang terdorong kedepan 20

Kapsul robek/menyebabkan tepi glenoid


teravulsi
Ligamen memberikan jalan

Tulang berpindah dari posisi yang normal

Dislokasi

Cedera jaringan lunak Ekstremitas

Gerakan terbatas
Spasme otot

MK : Nyeri Akut MK: Gangguan


Mobilitas Fisik

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dan kesatuan sendi. Dislokasi
terjadi saat ligamen memberian jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongengital)
B. Saran

21
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan , oleh karena itu kami mengharapkan
kritik yang membangun bagi maklah ini, agar dapat lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan institusi yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta: EGC
PPNI.2016. standar diagnosis keperawatan indonesia, edisi 1.Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat
PPNI.2019. standar luaran keperawatan indonesia, edisi 1, cetakan II.Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat
PPNI.2018. standar intervensi keperawatan indonesia, edisi 1, cetakan II.Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat

22

Anda mungkin juga menyukai