Konsep
1. Aspek Perkembangan
Sifat manusia yang terus menerus berubah baik dilihat dari orangnya maupun situasi
kerjanya sangat mudah dan sering diabaikan. Ilusi bahwa seorang pekerja adalah faktor
konstan dalam perubahan situasi terutama untuk seseorang dalam periode tengah kehidupan
kerjanya mudah untuk dikembangkan.
Kinerja individu merupakan fungsi dari cara manusia mengembangkan keterampilannya
dalam bertahun-tahun sebelumnya dan cara dimana kapasitas dan keterampilan masih
berubah dalam lingkungan kerja. Dalam Singleton, perkembangan manusia dapat
digambarkan dengan 3 atribut, yaitu kapasitas, keterampilan dan aspirasi (Singleton, 1981).
Adapun yang termasuk dalam kapasitas yakni kekuatan fisik, mobilitas, penglihatan,
pendengaran, kecerdasan dan sebagainya. Keseimbangan dan integrasi kapasitas serta
keterampilan dicapai dengan ketiga atribut tersebut. Dalam hal ini, seorang individu akan
merasa kesulitan jika aspirasinya tidak sesuai dengan kapasitas dan keterampilan tetapi
kebanyakan orang cukup realistis dan memiliki cukup pengetahuan untuk menjaga atribut
agar berjalan sejalan. Keterampilan merupakan atribut yang paling fleksibel, yang dapat
diubah sesuai dengan kapasitas dan aspirasi. Standar keterampilan dasar dari jenis fisik yaitu
mobilitas dan manipulasi, dan juga dari mental adalah membaca, menulis dan berhitung.
Semakin bertambah usia seseorang, maka ia akan semakin memperoleh keterampilan
baru karena waktu yang semakin banyak ia jalani memberikan pengalaman lebih yang
biasanya tercermin dalam keterampilan.
2. Keterampilan Individu
Koordinasi
Hand and Grasp Jarak Membaca Interaksi organisasi
Control Penafsiran
Skema adalah model internal yang dapat digunakan untuk menghubungkan peristiwa
eksternal untuk tujuan saat ini (Head, 1920), skema inilah yang disebut juga dengan
representation internal skill. Hal ini dimodifikasi terus menerus sebagai data eksternal yang
diterima dan diubah menjadi informasi. Schemata mungkin orang terpusat atau situasi
terpusat.
3. Perolehan Skill
Skill dapat diperoleh melalui proses trial and error dan trial tidak sepenuhnya
random (acak) seperti yang diasumsikan pada percobaan klasik dan error learing
( Thorndike, 1911). Skill atau keterampilan terdiri dari 3 konsep. Pertama motor skill
dikaitkan dengan perkembangan pola lama dan lebih kompleks dari aktivitas yang
didapat yang dimana merupakan sebuah keterampilan motorik merupakan urutan
gerakan yang bergabung untuk menghasilkan pergerakan yang halus dan efisien untuk
menguasai tugas tertentu. Perkembangan keterampilan motorik terjadi pada korteks
motorik, daerah korteks otak yang mengontrol kelompok otot. Kedua perceptual skill,
persepsi visual dan merupakan kemampuan untuk mengembangkan citra mental atau
kesadaran unsur-unsur lingkungan melalui sensasi fisik. Ketiga social skill yang
merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi (norma) yang ada
pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari.
4. Mental Model
Skill model menjelaskan bahwa kecuali dalam situasi buatan yang sangat terbatas,
pengolahan informasi harus dijelaskan dalam stimulus yang berkaitan dengan respon. Mental
model merupakan sebuah model mental adalah penjelasan dari proses berpikir seseorang
tentang bagaimana sesuatu bekerja di dunia nyata. Hal ini merupakan representasi dari dunia
sekitarnya, hubungan antara berbagai bagian dan persepsi intuitif seseorang tentang
tindakannya sendiri dan konsekuensinya. Model mental dapat membantu perilaku bentuk dan
menetapkan pendekatan untuk memecahkan masalah dan melakukan tugas-tugas.
Komunikasi yang baik antara seseorang dan dunia atau antara orang-orang, setiap
orang terlibat dalam mengembangkan dan memanipulasi mental model dengan berinteraksi
dengan situasi. Memahami apa yang seseorang lakukan memerlukan apresiasi dari jenis dan
isi dari model yang seseorang pegang.
B. Pengetahuan (Knowledge)
1. Perbedaan Individu (Individual Differences)
Kapasitas, Kemampuan, dan Bakat
Setiap individu memiliki kapasitas, kemampuan (ability) dan bakat yang berbeda-beda.
Kapasitas adalah anugerah alamiah yang bersifat potensial dan kemampuan merupakan
kompetensi dalam bertindak atau melakukan tugas oleh individu. Bakat tampak melalui
kesuksesan yang relatif lebih mudah dibandingkan oleh orang yang tidak memilikinya dalam
pembelajaran pada perolehan kemampuan. Dalam pengukuran kapasitas dan kemampuan,
teknik psikometri hanya bisa menunjukan kemampuan seseorang sedangkan untuk skor
kapasitas teknik yang ada hanya dapat bisa mengestimasi saja.
Ketiga istilah merupakan atribut yang diungkap untuk membedakan perbedaan antar
individu. Tidak ada taksonomi yang komprehensif untuk menjelaskan secara utuh jarak dari
kemampuan manusia dan terkadang deskriptor (orang yang menyatakan teori kemampuan)
tidak menyajikan dimensi kemampuan yang benar-benar dapat dibedakan karena
keterkaitannya antara satu kemampuan dengan lainnya. Percobaan terkenal yang menyajikan
struktur komprehensif dari kemampuan manusia diteorikan oleh Guilford (1967). Dimana
beliau menyajikan model 120 kemampuan berbeda yang kompleks.
Age Differences
Pada umumnya usia pekerja berkisar antara 15 tahun sampai 65 tahun. Individu pada
usia 15-18 tahun rata-rata sedang mengeyam pendidikan maupun training tertentu dan
memasuki pensiunnya pada usia 55 tahun keatas, khususnya pada industri manufaktur. Secara
fisiologis dan psikologis, penuaan merupakan proses yang berkesinambungan dan
memungkinkan perubahan pada usia 18-55 tahun. Berkaitan dengan usia, perubahan tersebut
juga terjadi pada model proses informasi reseptor, sentral, dan proses efektor. Pada proses
reseptor terjadi pengurangan efisiensi dimana terdapat perubahan konsistensi perubahan
ketajaman penglihatan dan perubahan pada sensitifitas cahaya, ambang batas dalam
mendengar bunyi-bunyi. Proses efektor menjadi lebih lambat dan kurang bertenaga akan
tetapi efek ini tidak terlalu konsisten. Perubahan utama pada proses sentral terletak pada
pengurangan fungsi memori kerja atau short term memory yang berakibat pada performa
individu.
Secara umum, keefektifan pelatihan yang diberikan dapat dijaga apabila teknik pelatihan
tersebut menyajikan fitur yang baik seperti langkah pembelajaran baik “discovery learning”
yang dimana para trainee mendapatkan ilmu melalui strateginya sendiri sehingga pengalaman
tersebut akan membuat pelatihan tersebut lebih efektif dan bertahan. Untuk posisi yang lebih
senior yang membutuhkan atribut seperti self-knowledge dan kemampuan untuk melihat
gambaran permasalahan secara utuh.
3. Bahasa
Telah banyak sekali penelitian tentang psikologi bahasa (Campbell and Smith, 1976;
Gerver and Sinaiko, 1978), tetapi lebih banyak memfokuskan pada bahasa sebagai
komunikasi interpersonal daripada bahasa sebagai alat berpikir. Herriot (1970, 1974),
membuat beberapa saran yang menarik mengenai hubungan antara bahasa, skema, strategi
dan deep structure. Menurutnya, deep structure direpresentasikan di dalam skema yang
menghubungkan antara pemikiran linguistik dengan non-linguistik. Bahasa dan prilaku
biasanya diurutkan dan direpresentasikan secara internal sebagai strategi.
2. Tes Psikologi
Desain dan perkembangan dari sebuah tes juga harus dibentuk berdasarkan prosedur
formal dengan melihat konsistensi internal dan ambiguitas, efisiensi administrasi dan
prosedur, serta penggunaan norma dalam pengambilan populasi.
Reliabilitas dari sebuah tes diukur dengan mengkorelasikan antara hasil tes yang
diperoleh pada dua waktu berbeda. Validitas dari sebuah tes mengarah pada kemampuan alat
test untuk mengukur suatu konstruk psikologis.
Alasan utama dilakukannya pengukuran psikologis adalah karena kemampuan
individu yang berbeda-beda. Sehingga alat tes harus sesuai dengan kemampuan yang menjadi
sasaran yang dimiliki itee. Kegunaan tes terbatas hanya untuk prosedur seleksi, namun juga
tes berguna untuk memberikan masukan kepada itee dan terapi.
3. Survei
Tujuan survei adalah untuk mengetahui tentang sebuah isu dalam masyarakat. Untuk
penghematan, populasi yang diambil biasanya sampel kecil dari populasi yang relevan.
Aturan pertama dalam sampling adalah setiap orang dalam populasi memiliki kesempatan
untuk dijadikan sampel. Sampling juga dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai tahap
yang berbeda (misalnya dari tahap negara, lalu provinsi, kota, kelurahan, dan seterusnya).
Sampling juga dapat melibatkan waktu bertahap (misalnya untuk mendeteksi pendapat-
pendapat menjelang pemilihan umum ). Data bisa diperoleh dari observasi dan bertanya.
Pertanyaan yang diajukan harus tidak ambigu, dan bisa mendapat beberapa opini.
Kegunaan metode survei adalah kita dapat memperoleh hasil generalisasi tentang
masyarakat, misalnya melihat data antropometri kuantitatif suatu populasi untuk
menggambarkan atribut produk yang lebih diinginkan pengguna produk. Survei sistematis
sangat berguna untuk pembuatan survei yang bebas bias yang disebabkan sampel-sampel
tertentu dan persepsi selektif.
Metode pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan apa yang diperlukan
2. Pertimbangkan mengapa diperlukan
3. Tentukan teknik sampling
4. Tentukan jumlah sampel
5. Tentukan tahapan-tahapan dan fase-fase
6. Pertimbangkan administrasi
7. Desain kuisioner
8. Arahkan kuisioner
9. Administrasikan kuisioner
10. Tentukan tingkat respon konsekuensi penilaian
11. Koding data dan strukturisasi data
12. Pertimbangkan penilaian data
13. Persiapkan hasil
14. Presentasikan kepada pengguna
4. Task Training
Dalam task training, trainee dibimbing dalam mengikuti aturan yang ada dan
bertujuan untuk membuat kinerja lebih otomatis. Sedangkan dalam skill training, trainee
didesak menjadi fleksibel dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan akhir.
Task Training Skill Training
- System oriented - Person oriented
- Procedures based - Purpose based
- Measured by sequential performance - Controlled by conditions/guidelines
- Based on task analysis - Based on skill analysis
Kedua jenis training ini tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan, karena skill
training maupun task training sama-sama menekankan pada sisi persepsi dari fungsi
manusia. Task training sering disebut dengan operator training atau industrial training.
5. Skill Training
Kriteria yang paling sederhana yang membedakan skill dan task adalah gambaran
skill lebih mudah dideteksi pada individu yang berbeda, tetapi task tidak. Skill menunjukkan
adanya performansi yang istimewa dan dapat digunakan dalam banyak tugas (task), dimana
setiap tugas memiliki aktivitas sistem yang berbeda-beda.
Salah satu bentuk pelatihan skill yang paling tepat adalah dengan memberikan
edukasi, dikarenakan tidak ada usaha yang diupayakan untuk tujuan spesifik dimana skill
tersebut akan digunakan. Gambaran dari skill adalah suatu hal umum yang terdapat dalam diri
individu dan dikarakteristikkan dengan kemampuan serta keterbatasan sehingga adanya
kecenderungan untuk tampil dalam cara yang sama. Skill sendiri tidak dapat di transfer secara
langsung dari trainer ke trainee, sehingga fungsi dari trainer hanya untuk menyediakan
kondisi dan pedoman yang dapat menfasilitasi pembelajaran.
Setiap pelatihan yang diberikan lebih menekanan pada aspek-aspek tertentu (seperti:
style dan kualitas), daripada kecepatan dalam melakukan aktivitas tersebut. Dapat pula
disimpulkan bahwa dalam skill training tidak begitu memperhatikan metode yang dilakukan,
melainkan lebih menekankan pada tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai.
6. Skill Analysis
Skill adalah bagian yang terintegrasi secara keseluruhan dan interaktif, sehingga tidak
dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang independen. Penjelasan dari skill berhubungan
dengan bagaimana suatu task itu dilakukan dan apa yang diperoleh. Referensinya adalah pada
akhir dan metodenya dijelaskan secara individu, karena akhir memiliki konsistensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metodenya.
Perbedaan dalam prosedur analisis skill tergantung pada jenis dari skill. Prosedur dari
skill analysis :
1. Observasi pada skilled activity dalam konteks normal dalam waktu yang cukup lama
untuk mengetahui adanya perubahan dalam irama, mungkin dalam beberapa hari atau
minggu, untuk mencatat perubahan individu dan konsekuensi dari kelelahan dan
pembelajaran.
2. Klarifikasi dan penyatuan hipotesis yang dikembangkan ketika observasi yang
menggunakan metode prococol, good/poor contrast, teknik critical incident, dan
lainnya
3. Studi perkembangan tentang skill ketika masa pelatihan dengan memperhatikan alasan
untuk keterangan pelatihan dan prosedur asesmen
4. Analisis dari struktur skill : dimensi dari aktivitas perseptual, membuat keputusan, dan
strategi aksi
5. Memeriksa hipotesis dengan eksperimen spesifik atau pengukuran performansi
lapangan
6. Validasi dari inovasi yang sukses dalam sistem desain, pelatihan, atau desain kerja
diperkenalkan sebagai hasil dari penilaian.
D. Aplikasi
1. Selection and Guidance
Secara umum konsep dari kedua proses ini adalah bagian dari upaya untuk menempatkan
pekerja pada pekerjaan yang cocok. Selection melibatkan proses peninjauan pekerjaan dan
populasi untuk mendapatkan pekerja yang paling cocok, sedangkan pada guidance, seorang
pekerja dinilai sehingga dapat diidentifikasi jenis pekerjaan yang cocok untuknya. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa kedua proses ini saling berinteraksi.
Pada situasi selection itu sendiri tidak hanya melibatkan proses analisis dan penguraian
pekerjaan namun juga perlu mempertimbangkan ketersediaan pekerja yang memiliki potensi
yang sesuai. Sedangkan pada situasi guidance melibatkan proses analisis dan pendeskripsian
pekerja dan mempertimbangkan ketersediaan pekerjaan yang sesuai. Biasanya kedua proses
ini dilakukan di suatu komunitas local, namun pada pekerjaan yang lebih tinggi tingkatannya
mungkin saja dilakukan di komunitas yang lebih besar lagi misalnya di seluruh negara
ataupun komunitas internasional.
Langkah awal seleksi adalah analisis pekerjaan (tugas dan analisis ketrampilan)
kemudian dicantumkan dalam bentuk terminologi. Kemungkinan melakukan perubahan pada
rancangan pekerjaan dapat terjadi bila mempertimbangkan ketersediaan pekerja yang
berpotensi, baik dengan mengubah kombinasi tugas ataupun mengubah system teknologi
perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan penawaran kerja tersebut pada
pasar biasanya melalui iklan.Kemudian langkah selanjutnya adalah tahap seleksi akhir yang
mungkin dapat melibatkan test dan wawancara.
Guidance juga melibatkan proses test dan interview namun dilakukan dalam situasi
empat mata yaitu antara konselor dan klien. Sebagian besar klien tidak memiliki ide
mengenai pilihan pekerjaan ataupun arah karir yang jelas. Maka di saat ini, konselor berperan
dalam membantu mereka dalam mengidentifikasi karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan
klien dan membagikan informasi mengenai jenis-jenis pekerjaan. Oleh sebab itu, proses ini
biasanya diawali dengan tes dan kemudian pengklasifikasian pekerjaan. Namun, proses ini
juga dapat dilakukan dengan komputer sehingga klien dapat melakukannya sendiri ataupun
sebagai alat bantu bagi konselor.
Proses bimbingan (guidance) biasanya secara bersamaan melibatkan pengembangan
ketrampilan dan pengalaman klien. Super (1971) mengembangkan 5 tahap usia
pengembangan karir dan perubahan aspirasi pada manusia :
1. Growth (0-14 tahun)
2. Exploration (15-24 tahun)
3. Establishment (25-44 tahun)
4. Maintenance (45-64 tahun)
5. Decline (diatas 65 tahun)
2. Placement
Konsep penempatan (placement) adalah gabungan dari proses seleksi dan bimbingan
(selection and guidance), suatu proses mutual matching yang terjadi diantara sejumlah orang
dan pekerjaan. Tugas placement adalah menguraikan persyaratan dan sumber yang
menyediakan orang-orang yang memiliki ketrampilan yang sesuai.
Saat ini, telah dikenal kebijakan perusahaan yang membagi para pekerja menjadi
pekerja inti (core employees) dan pekerja luar (peripheral employees). Core employees
adalah para staf permanen suatu perusahaan. Jika placement dilakukan pada para pekerja inti
(core workers) yang mungkin terdiri dari pekerja dari berbagai tingkatan, maka tujuannya
lebih kepada pengembangan karir dan kepuasan kerja karyawan. Para pekerja tetap ini
menerima assessment tertulis secara berkala yang kemudian hasilnya didiskusikan oleh para
senior. Formulir assessment yang dibagikan haruslah formulir yang tersusun dengan baik atau
terstandarisasi. Oleh sebab itu, kebanyakan assessment ini disediakan oleh departemen
personalia sehingga di kemudian harinya ia juga dapat memberikan masukan mengenai jenis
pelatihan yang perlu dijalani oleh pekerja. Sedangkan bagi para pekerja luar (peripheral
employees), tujuan placement lebih kepada pembagian tugas pada pekerja dalam basis semi-
permanen. Dengan kata lain, pekerja ditempatkan pada posisi tertentu untuk melakukan tugas
tertentu. Karena pekerja luar belum pernah bekerja di perusahaan yang bersangkutan, maka
penilaian pada pekerja ini dilakukan berdasarkan pada catatan akhir ataupun dari perusahaan
konsultan.
Secara psikometris, masalah yang dihadapi pada tahap placement ini adalah dalam
mengembangkan taksonomi deskriptif sehingga kontribusi actual maupun potensial seseorang
dapat tersalurkan dengan baik pada organisasi.
Rencana pelatihan dan tanggung jawabnya dapat berakhir pada titik transisi pada
aktivitas operasional atau dapat berakhir pada periode yang berhubungan dengan kerja
sebagai suatu kesinambungan pelatihan dan pelatihan. Pada lain hal, penghubung antara
tanggung jawab pelatihan tersebut dan tanggung jawab untuk operasional, dibutuhkan.
Pada lain hal, pelatihan biasanya mudah mendapat kritikan karena keuntungan yang
bersifat jangka panjang dan selalu membutuhkan perlindungan dari tuntutan manajemen dan
operasional disaat terdapat prioritas yang lain. Tantangan perlindungan yang paling
sederhana adalah masalah geografis, yakni mengarahkan pelatihan jauh dari pusat aktivitas
dalam organisasi. Terkadang ruang yang terpisah cukup, pada situasi yang lain, bagian negara
yang berbeda dapat dipilih untuk memberikan pengasingan.
Dasar kritikan tersebut menguatkan kebutuhan bahwa titik awal rencana tersebut
sebaiknya menjadi klarifikasi tujuan yang diikuti pertimbangan kriteria penilaian sehingga
tujuan diraih. Hal ini tidak memerlukan data numerik, terkadang angka digunakan untuk
memberikan ketelitian semu yang dapat menjadi tidak produktif karena validitas angka dapat
dengan mudah dipertanyakan. Ketelitian pernyataan dan deskripsi verbal menghindarkan
kelemahan ini.
Tujuan dan kriteria kesuksesan rencana pelatihan apapun dijelaskan pada system terms.
Langkah berikutnya adalah menerjemahkannya pada deskripsi yang berorientasi pada person.
Hal ini lebih dari sekedar kemampuan karena total keahlian akan termasuk juga peraturan,
pengetahuan, dan informasi kontekstual. Hal terakhir ini akan beragam dari beberapa
pengetahuan dengan induk perusahaan terhadap teknologi dasar disamping tugas-tugas. Hal-
hal ini bersama-sama membentuk isi atau silabus.
Keputusan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana cara melatih, yang akan
termasuk apakah bagian-bagian sebaiknya online atau offline, apakah operator dibutuhkan
untuk memfungsikan program yang utama (peraturan) dan seberapa jauh fungsi pada
konseptual dibutuhkan (tindakan berdasarkan pemahaman).
Pertimbangan akan diberikan pada penggunaan bantuan pelatihan seperti catatan teknis,
diagram skematis, tape video, sirkuit televisi tertutup, dan simulator. Bantuan pelatihan yang
paling penting adalah instruktur, seleksi, dan pelatihan adalah rencana vital kedua yang
mendukung rencana primer.
Pada umumnya, programmed instruction lebih berguna pada tugas-tugas yang dapat
dispesifikasi secara komprehensif.
5. The Use of Simulators
Kegunaan simulasi :
1. Pelatihan pada kontrol dynamic plant.
2. Pelatihan kemampuan diagnostik.
3. Pelatihan tim.
4. Sebagai maket dinamis untuk evaluasi rancangan.
5. Sebagai dasar tes untuk mengecek intruksi operasi.
6. Sebagai lingkungan, tempat analisis kerja diarahkan, contohnya strategi
diagnostik.
7. Sebagai sumber data pada human error yang berhubungan dengan risiko dan
penilaian reliabilitas.
8. Sebagai alat untuk menguji/menilai operator.
Peralihan dari simulasi ke dunia nyata tidak pernah sempurna dan tidak tentu meningkat
dengan derajat kepercayaan. Simulasi sederhana dapat menjadi efektif pada tujuan pelatihan
dan dapat lebih teliti. Derajat peralihan tidaklah mudah untuk diukur dan harus hati-hati
didefenisikan.
Perkembangan simulator telah dikendalikan oleh teknologi dibandingkan ilmu
pengetahuan perilaku dengan hasil standar yang memiliki kepercayaan yang tinggi pada face
validity dengan sumber yang tersedia secara relatif pada evaluasi sistematis. Fitur utama
seperti waktu dan perpanjangan penggunaan simulator didasarkan pada pengalaman industri
tertentu dibandingkan bukti yang lebih formal.
DAFTAR PUSTAKA
Singleton, W.T. 1989. The Mind at Work. USA: Cambridge University Press
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2176661-pengertian-keterampilan-sosial-
social-skill/
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_model
TUGAS ERGONOMI
Disusun
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
T.A.2013/2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “SKILL AND TRAINING”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Ergonomi yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Ergonomi. Dalam penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini
masih banyak kekurangan-kekurangan serta memerlukan perbaikan. Hal ini disebabkan
masih minimnya pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mencari, mengumpulkan, dan
mengolah data-data penulisan. Meskipun demikian, penulis berusaha semaksimal mungkin
agar tulisan ini dapat tersusun dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.
Akhirnya penulis ucapkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga tulisan ini
dapat bermanfaat.
Aamiin
Penulis