Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep
1. Aspek Perkembangan

Sifat manusia yang terus menerus berubah baik dilihat dari orangnya maupun situasi
kerjanya sangat mudah dan sering diabaikan. Ilusi bahwa seorang pekerja adalah faktor
konstan dalam perubahan situasi terutama untuk seseorang dalam periode tengah kehidupan
kerjanya mudah untuk dikembangkan.
Kinerja individu merupakan fungsi dari cara manusia mengembangkan keterampilannya
dalam bertahun-tahun sebelumnya dan cara dimana kapasitas dan keterampilan masih
berubah dalam lingkungan kerja. Dalam Singleton, perkembangan manusia dapat
digambarkan dengan 3 atribut, yaitu kapasitas, keterampilan dan aspirasi (Singleton, 1981).
Adapun yang termasuk dalam kapasitas yakni kekuatan fisik, mobilitas, penglihatan,
pendengaran, kecerdasan dan sebagainya. Keseimbangan dan integrasi kapasitas serta
keterampilan dicapai dengan ketiga atribut tersebut. Dalam hal ini, seorang individu akan
merasa kesulitan jika aspirasinya tidak sesuai dengan kapasitas dan keterampilan tetapi
kebanyakan orang cukup realistis dan memiliki cukup pengetahuan untuk menjaga atribut
agar berjalan sejalan. Keterampilan merupakan atribut yang paling fleksibel, yang dapat
diubah sesuai dengan kapasitas dan aspirasi. Standar keterampilan dasar dari jenis fisik yaitu
mobilitas dan manipulasi, dan juga dari mental adalah membaca, menulis dan berhitung.
Semakin bertambah usia seseorang, maka ia akan semakin memperoleh keterampilan
baru karena waktu yang semakin banyak ia jalani memberikan pengalaman lebih yang
biasanya tercermin dalam keterampilan.

2. Keterampilan Individu

Keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan


cermat Gordon (1994). Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor.
Menurut Nadler (1986) keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau
dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Dunnette (1976) mengemukakan
keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang
merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Sedangkan
Iverson (2001) mengatakan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan, ketrampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk
melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
Maka berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan
(skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat
yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
Basic skill merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh
kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.
Dalam hal ini, dikatakan bahwasannya atau keterampilan seorang individu dipengaruhi
oleh pelatihan dan pengalaman. Tingkat keterampilan pada umumnya dilihat dari tingkat
pendidikan formal dan hal ini merupakan satu-satunya faktor yang relevan sedangkan yang
lainnya meliputi pengalaman panjang dan tingkat integrasi. Basic skill biasanya sudah mulai
terlihat pada usia 5 tahun.

Contoh Basic Skill


Perceptual - Motor Perceptual Symbolic Social
Kontrol Kepala Penglihatan Warna Parental Interaction
Kontrol Mata Penglihatan Huruf Interaksi dengan
Pendengaran Kata keluarga dan teman
Perasa

Koordinasi
Hand and Grasp Jarak Membaca Interaksi organisasi
Control Penafsiran

Crawl Model Topologikal Menulis Peraturan dan


Prosedur
Walk with aid Switch between Aritmatika
Stand Inside/out
Walk alone And outside/in

Skema adalah model internal yang dapat digunakan untuk menghubungkan peristiwa
eksternal untuk tujuan saat ini (Head, 1920), skema inilah yang disebut juga dengan
representation internal skill. Hal ini dimodifikasi terus menerus sebagai data eksternal yang
diterima dan diubah menjadi informasi. Schemata mungkin orang terpusat atau situasi
terpusat.

3. Perolehan Skill
Skill dapat diperoleh melalui proses trial and error dan trial tidak sepenuhnya
random (acak) seperti yang diasumsikan pada percobaan klasik dan error learing
( Thorndike, 1911). Skill atau keterampilan terdiri dari 3 konsep. Pertama motor skill
dikaitkan dengan perkembangan pola lama dan lebih kompleks dari aktivitas yang
didapat yang dimana merupakan sebuah keterampilan motorik merupakan urutan
gerakan yang bergabung untuk menghasilkan pergerakan yang halus dan efisien untuk
menguasai tugas tertentu. Perkembangan keterampilan motorik terjadi pada korteks
motorik, daerah korteks otak yang mengontrol kelompok otot. Kedua perceptual skill,
persepsi visual dan merupakan kemampuan untuk mengembangkan citra mental atau
kesadaran unsur-unsur lingkungan melalui sensasi fisik. Ketiga social skill yang
merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi (norma) yang ada
pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari.

Perolehan skill dapat difasilitasi dengan penyediaan situasi dimana keterampilan


dapat dipraktekkan dengan baik dan umpan balik perlu ditingkatkan sehingga dapat belajar
dari kesalahan sebelumnya. Kondisi yang diperlukan untuk belajar adalah umpan balik dan
motivasi, hasil dari tindakan yang harus dimiliki individu. Hal ini berlaku pada ketiga konsep
skill yang telah disebutkan sebelumnya.

4. Mental Model
Skill model menjelaskan bahwa kecuali dalam situasi buatan yang sangat terbatas,
pengolahan informasi harus dijelaskan dalam stimulus yang berkaitan dengan respon. Mental
model merupakan sebuah model mental adalah penjelasan dari proses berpikir seseorang
tentang bagaimana sesuatu bekerja di dunia nyata. Hal ini merupakan representasi dari dunia
sekitarnya, hubungan antara berbagai bagian dan persepsi intuitif seseorang tentang
tindakannya sendiri dan konsekuensinya. Model mental dapat membantu perilaku bentuk dan
menetapkan pendekatan untuk memecahkan masalah dan melakukan tugas-tugas.
Komunikasi yang baik antara seseorang dan dunia atau antara orang-orang, setiap
orang terlibat dalam mengembangkan dan memanipulasi mental model dengan berinteraksi
dengan situasi. Memahami apa yang seseorang lakukan memerlukan apresiasi dari jenis dan
isi dari model yang seseorang pegang.

B. Pengetahuan (Knowledge)
1. Perbedaan Individu (Individual Differences)
Kapasitas, Kemampuan, dan Bakat
Setiap individu memiliki kapasitas, kemampuan (ability) dan bakat yang berbeda-beda.
Kapasitas adalah anugerah alamiah yang bersifat potensial dan kemampuan merupakan
kompetensi dalam bertindak atau melakukan tugas oleh individu. Bakat tampak melalui
kesuksesan yang relatif lebih mudah dibandingkan oleh orang yang tidak memilikinya dalam
pembelajaran pada perolehan kemampuan. Dalam pengukuran kapasitas dan kemampuan,
teknik psikometri hanya bisa menunjukan kemampuan seseorang sedangkan untuk skor
kapasitas teknik yang ada hanya dapat bisa mengestimasi saja.
Ketiga istilah merupakan atribut yang diungkap untuk membedakan perbedaan antar
individu. Tidak ada taksonomi yang komprehensif untuk menjelaskan secara utuh jarak dari
kemampuan manusia dan terkadang deskriptor (orang yang menyatakan teori kemampuan)
tidak menyajikan dimensi kemampuan yang benar-benar dapat dibedakan karena
keterkaitannya antara satu kemampuan dengan lainnya. Percobaan terkenal yang menyajikan
struktur komprehensif dari kemampuan manusia diteorikan oleh Guilford (1967). Dimana
beliau menyajikan model 120 kemampuan berbeda yang kompleks.

Intelligence & Personality


Intelegensi memiliki pengertian yang luas dan telah banyak dikeluarkan oleh peneliti-
peneliti dibidang intelegensi. Secara umum, intelegensi seseorang dapat diukur melalui tes
intelegensi berdasarkan alat ukur intelegensi yang dikonstrak berdasarkan ranah ataupun
kawasan ukurnya menurut pengkonstrak yang berdasar pada teori tertentu seperti WAIS oleh
Weschler, S-B oleh Binet. Dalam dunia kerja, tes intelegensi berfungsi mendeskripsikan
kemampuan individu dalam fungsi mental, dan manipulasi mental yang dapat membedakan
individu yang satu dengan lainnya. Perbedaan skor maupun intepretasi hasil tes dapat
digunakan untuk memprediksi keberhasilan seseorang pada ranah tertentu seperti skor tinggi
pada intelegensi mekanis maka dalam melakukan pekerjaan yang bersifat mekanis akan
memiliki produktifitas yang baik.
Intelegensi berada pada ranah kognitif yang bersifat rasional, logis, reasoning dan
pemecahan masalah sedangkan ranah emosi berkaitan dengan konasi (conation) berupa
feeling, caring dan striving. Jika kita ingin mendeskripsikan manusia secara utuh, maka kita
membutuhkan data akan aspek konatifnya pula. Akan tetapi, tes kepribadian kurang
berkembang apabila dibandingkan dengan tes intelegensi. Dengan ada data kepribadian,
diharapkan seseorang dapat ditempatkan pada pekerjaan yang tepat dan produktif. Berikut tes
kepribadian yang terkenal yaitu Minnesota Multiphase Personality Inventory (MMPI),
Cattel’s test (16PF), dan Eysenck Personality Inventory (EPI).

Age Differences
Pada umumnya usia pekerja berkisar antara 15 tahun sampai 65 tahun. Individu pada
usia 15-18 tahun rata-rata sedang mengeyam pendidikan maupun training tertentu dan
memasuki pensiunnya pada usia 55 tahun keatas, khususnya pada industri manufaktur. Secara
fisiologis dan psikologis, penuaan merupakan proses yang berkesinambungan dan
memungkinkan perubahan pada usia 18-55 tahun. Berkaitan dengan usia, perubahan tersebut
juga terjadi pada model proses informasi reseptor, sentral, dan proses efektor. Pada proses
reseptor terjadi pengurangan efisiensi dimana terdapat perubahan konsistensi perubahan
ketajaman penglihatan dan perubahan pada sensitifitas cahaya, ambang batas dalam
mendengar bunyi-bunyi. Proses efektor menjadi lebih lambat dan kurang bertenaga akan
tetapi efek ini tidak terlalu konsisten. Perubahan utama pada proses sentral terletak pada
pengurangan fungsi memori kerja atau short term memory yang berakibat pada performa
individu.
Secara umum, keefektifan pelatihan yang diberikan dapat dijaga apabila teknik pelatihan
tersebut menyajikan fitur yang baik seperti langkah pembelajaran baik “discovery learning”
yang dimana para trainee mendapatkan ilmu melalui strateginya sendiri sehingga pengalaman
tersebut akan membuat pelatihan tersebut lebih efektif dan bertahan. Untuk posisi yang lebih
senior yang membutuhkan atribut seperti self-knowledge dan kemampuan untuk melihat
gambaran permasalahan secara utuh.

Ethnic, Cultural, Climatic and Economic Differences


Cara bekerja dan lokasi kerja dipengaruhi oleh iklim. Contohnya, pada negara tropis
sepatu diproduksi oleh ahli kerajinan tangan sedangkan pada negara subtropis ataupun negara
maju lainnya mengunakan operator mesin dalam produksinya. Dan untuk alasan itu,
perkembangan ilmu ergonomi dinegara berkembangan dan negara maju dapat berbeda dan
tidak sesuai pengaplikasiannya. Begitu pula pada kultur dan etnis tertentu yang secara
langsung dapat berhubungan dengan iklim maupun perbedaan ekonomi. Terdapatnya
perbedaan-perbedaan tersebut, membuat adanya perbedaan standar hidup dan tentunya
penggunaan alat dalam pemenuhan kebutuhan secara signifikan berbeda pula sehingga butuh
penyesuaian terkait keempat hal tersebut.
2. Memori dan Berpikir
Berpikir merupakan sebuah aktivitas internal yang dipengaruhi oleh faktor eksternal,
termasuk orang lain. Karena berpikir merupakan sebuah proses di dalam diri, maka proses ini
pastilah memiliki hubungannya dengan ingatan (memory). Perlu ditekankan di sini bahwa
memori bukanlah sesuatu yang bersifat pasif, bukan hanya merupakan sebuah tempat
penyimpanan. Tetapi sebuah mekanisme kompleks yang merupakan bagian darinya, berupa
proses pencatatan (recording) dan pemanggilan kembali (retrieval).
Sebuah studi awal tentang memori, berusaha untuk menguji seberapa besar kapasitas
data yang mampu diingat dalam sebuah presentasi. Jawabannya adalah tujuh (Woodworth,
1938). Memori hanya bisa menyimpan sebanyak 7 buah angka jika angka tersebut disajikan
dalam waktu yang sangat singkat.
Fenomena lain yang muncul dari penelitian tersebut adalah bahwa angka yang terbalik-
balik adalah sebuah kesalahan yang umum terjaedi. Retrieval yang akurat biasanya terjadi
ketika kita mengelompokkan angka-angka tersebut ke dalam kelompok yang berisikan dua
atau tiga angka. Dan biasanya, angka-angka yang terakhir akan lebih mudah diingat daripada
angka-angka yang berada di tengah.
Short term memory atau ingatan jangka pendek memiliki kapasitas yang terbatas dan
cepat hilang, biasanya hanya menyimpan ingatan tentang situasi saat ini. Sedangkan long
term memory atau ingatan jangka panjang, adalah sebuah tempat penyimpanan yang berisi
prinsip-prinsip dan strategi-strategi.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Conrad (1964), beliau
mendemonstrasikan bahwa dalam menunjukkan data secara visual, error lebih mungkin
terjadi pada angka atau huruf yang memiliki nada yang sama daripada yang memiliki bentuk
mirip. Ini menunjukkan bahwa ingatan jangka pendek kita adalah sebuah tempat
penyimpanan yang lebih bersifat auditori daripada visual.
Perbedaan antara Recall dan Recognition juga merupakan hal yang penting. Kita
mungkin saja gagal me-Recall suatu kejadian, tetapi kita bisa mengenalinya (Recognise)
dengan cepat jika kejadian itu ditunjukkan kepada kita. Seorang yang sibuk, mungkin saja
bisa mengingat bahwa dia memiliki janji rapat, tetapi dia tidak tahu pasti kapan rapat tersebut
akan berlangsung.
Penelitian tentang pemikiran kelompok sebenarnya masih sangat jarang dilakukan. Hal
ini cukup mengejutkan karena pada masa sekarang ini, orang-orang banyak yang telah
bekerja sebagai sebuah kelompok. Ada banyak sekali penelitian yang membahas tentang
jenis-jenis kelompok organisasi dan dinamika kelompok dari interaksi antar anggotanya
(Lewin, 1935) tapi sedikit sekali penelitan yang membahas tentang proses pemecahan
masalah oleh kelompok. Pemikiran kolektif dalam aktivitas sehari-hari adalah topik yang
penting, tetapi para psikolog masih belum begitu memerhatikan hal ini. Padahal hal ini juga
sangat berguna dalam dunia pendidikan dan perekrutan karyawan (Singleton, 1983a).

3. Bahasa
Telah banyak sekali penelitian tentang psikologi bahasa (Campbell and Smith, 1976;
Gerver and Sinaiko, 1978), tetapi lebih banyak memfokuskan pada bahasa sebagai
komunikasi interpersonal daripada bahasa sebagai alat berpikir. Herriot (1970, 1974),
membuat beberapa saran yang menarik mengenai hubungan antara bahasa, skema, strategi
dan deep structure. Menurutnya, deep structure direpresentasikan di dalam skema yang
menghubungkan antara pemikiran linguistik dengan non-linguistik. Bahasa dan prilaku
biasanya diurutkan dan direpresentasikan secara internal sebagai strategi.

C. Prinsip, Metode, dan Prosedur.


1. Wawancara
Wawancara adalah sebuah percakapan formal yang terdapat hubungan non-reciprocal
diantara dua orang atau lebih. Dikatakan formal karena wawancara tersebut memiliki tujuan
tertentu. Wawancara biasa dilakukan dengan tatap muka dan juga bisa dilakukan melalui alat
telekomunikasi. Disebut non-reciprocal, karena dua kelompok tersebut tidak ekuivalen,
dimana interviewer yang memiliki tujuan saat mewawancarai interviewee. Kelompok
interviewer bisa saja berupa satu kelompok dengan satu interviewee atau berbagai
interviewee yang diwawancarai oleh satu interviewer.
Berdasarkan tujuannya, wawancara bisa dikategorikan menjadi:
1. Appraisal interview (penyebaran informasi dari interviewer kepada interviewee)
2. Opinion interview (penyebaran informasi dari interviewee kepada interviewer)
3. Patient-doctor interview (perubahan peran ketika wawancara)
Pada wawancara, iter memperoleh informasi mengenai atribut yang dapat dinilai,
namun tidak dapat dikuantifikasikan, seperti sikap, motivasi, reliabilitas, integritas, dll.
Wawancara dapat digunakan untuk memprediksi perilaku dari interviewee dalam situasi
kerja, situasi stress, situasi sedang sakit, dll. Wawancara hanya salah satu peristiwa dari
berbagai fungsi komunikasi yang mengarah pada satu tujuan.
Prinsip-prinsip dalam wawancara:
1. Selalu berusaha untuk menyamankan interviewee.
2. Selalu bertanya dengan open-ended question.
3. Jangan membuat lelucon.
4. Selalu membuat struktur wawancara sehingga semua poin penting ditanya.
5. Nilailah interviewee dari berbagai sudut untuk mendapat hasil yang dapat
dibandingkan.
Situasi dan proses wawancara berpengaruh terhadap kesuksesan wawancara. Untuk
itu kita harus memperhatikan situasi dan proses wawancara seperti berikut ini:
1. Interviewer harus mampu membuat interviewee memberikan informasi yang
diinginkan iter.
2. Menawarkan kepada interviewee keselamat kerja.
3. Letak lampu dalam ruangan juga harus diperhatikan.
4. Berikan kesempatan kepada itee untuk bertanya apabila pertanyaan yang iter
berikan kurang jelas..
5. Beritahu berapa lama kira-kira interview akan berlangsung.
6. Beritahu interviewee apa proses selanjutnya setelah proses wawancara selesai.
7. Setelah proses interview selesai, iter bersedia untuk mengantarkan itee ke pintu.

Pelatihan interviewer dan interviewee harus didasarkan pada prinsip pelatihan


(principles of training), bukan pada prinsip wawancara. Role playing dan studi kasus sering
digunakan dan terbukti efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan. Juga bermanfaat untuk
mengetahui hal-hal penting seperti perilaku itee maupun bias-bias yang telah dilakukan itee.

2. Tes Psikologi
Desain dan perkembangan dari sebuah tes juga harus dibentuk berdasarkan prosedur
formal dengan melihat konsistensi internal dan ambiguitas, efisiensi administrasi dan
prosedur, serta penggunaan norma dalam pengambilan populasi.
Reliabilitas dari sebuah tes diukur dengan mengkorelasikan antara hasil tes yang
diperoleh pada dua waktu berbeda. Validitas dari sebuah tes mengarah pada kemampuan alat
test untuk mengukur suatu konstruk psikologis.
Alasan utama dilakukannya pengukuran psikologis adalah karena kemampuan
individu yang berbeda-beda. Sehingga alat tes harus sesuai dengan kemampuan yang menjadi
sasaran yang dimiliki itee. Kegunaan tes terbatas hanya untuk prosedur seleksi, namun juga
tes berguna untuk memberikan masukan kepada itee dan terapi.
3. Survei
Tujuan survei adalah untuk mengetahui tentang sebuah isu dalam masyarakat. Untuk
penghematan, populasi yang diambil biasanya sampel kecil dari populasi yang relevan.
Aturan pertama dalam sampling adalah setiap orang dalam populasi memiliki kesempatan
untuk dijadikan sampel. Sampling juga dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai tahap
yang berbeda (misalnya dari tahap negara, lalu provinsi, kota, kelurahan, dan seterusnya).
Sampling juga dapat melibatkan waktu bertahap (misalnya untuk mendeteksi pendapat-
pendapat menjelang pemilihan umum ). Data bisa diperoleh dari observasi dan bertanya.
Pertanyaan yang diajukan harus tidak ambigu, dan bisa mendapat beberapa opini.
Kegunaan metode survei adalah kita dapat memperoleh hasil generalisasi tentang
masyarakat, misalnya melihat data antropometri kuantitatif suatu populasi untuk
menggambarkan atribut produk yang lebih diinginkan pengguna produk. Survei sistematis
sangat berguna untuk pembuatan survei yang bebas bias yang disebabkan sampel-sampel
tertentu dan persepsi selektif.
Metode pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan apa yang diperlukan
2. Pertimbangkan mengapa diperlukan
3. Tentukan teknik sampling
4. Tentukan jumlah sampel
5. Tentukan tahapan-tahapan dan fase-fase
6. Pertimbangkan administrasi
7. Desain kuisioner
8. Arahkan kuisioner
9. Administrasikan kuisioner
10. Tentukan tingkat respon konsekuensi penilaian
11. Koding data dan strukturisasi data
12. Pertimbangkan penilaian data
13. Persiapkan hasil
14. Presentasikan kepada pengguna
4. Task Training
Dalam task training, trainee dibimbing dalam mengikuti aturan yang ada dan
bertujuan untuk membuat kinerja lebih otomatis. Sedangkan dalam skill training, trainee
didesak menjadi fleksibel dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan akhir.
Task Training Skill Training
- System oriented - Person oriented
- Procedures based - Purpose based
- Measured by sequential performance - Controlled by conditions/guidelines
- Based on task analysis - Based on skill analysis

Kedua jenis training ini tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan, karena skill
training maupun task training sama-sama menekankan pada sisi persepsi dari fungsi
manusia. Task training sering disebut dengan operator training atau industrial training.

Terdapat dua prinsip utama :


1. Trainee haruslah seseorang yang mau belajar, karena tidak ada yang bisa dicapai
kecuali trainee cukup termotivasi
2. Pembelajaran harus dikendalikan oleh pengetahuan yang cukup tentang kinerja
Karakteristik perilaku yang memfasilitasi kedua prinsip diatas adalah pengetahuan
tentang hasil, yang juga merupakan faktor shaping kinerja yang paling berpotensi dan
konsisten.
Carmichael dan Dearborn (1950) mengungkapkan bahwa membaca secara
berkelanjutan dapat mengakibatkan kegagalan peningkatan konsentrasi dalam satu jam, tetapi
jika kinerja dari pembaca diperiksa dan dikonfirmasi dengan menanyakan pertanyaan dalam
interval setengah jam, maka kinerja dapat dilanjutkan untuk enam sampai delapan jam tanpa
adanya tanda-tanda kelelahan.
Mackworth (1950) dalam penelitian klasikalnya tentang kewaspadaan, menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang hasil merupakan hal yang penting dan dapat mempengaruhi
keberhasilan. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang keberhasilan
performansi/kinerja, performansi mereka tidak dapat meningkat karena tidak ada pedoman
dalam mengarahkan pada kemajuan tersebut.
Nilai yang superior dari feedback yang diberikan secara langsung, cepat, dan tidak
ambigu mendominasi pilihan tentang panjang dan konten/isi dari periode belajar. Ada juga
kontroversi antara supporter yang belajar hanya sebagian dan yang secara keseluruhan (Blum
and Naylon, 1968). Keuntungan dari mempelajari secara keseluruhan adalah hubungan antar
bagian juga dipelajari secara bersama-sama. Tetapi keuntungan dari mempelajari hanya
bagian-bagian adalah feedback –nya memiliki kualitas yang lebih baik. Metode progressive-
part dianggap sebagai yang paling baik (Seymour, 1966), dimana bagian yang telah dipelajari
secara terpisah kemudian digabungkan dalam dalam kelompok dengan struktur seperti pohon
dimana merupakan gabungan dari seluruh task.

5. Skill Training
Kriteria yang paling sederhana yang membedakan skill dan task adalah gambaran
skill lebih mudah dideteksi pada individu yang berbeda, tetapi task tidak. Skill menunjukkan
adanya performansi yang istimewa dan dapat digunakan dalam banyak tugas (task), dimana
setiap tugas memiliki aktivitas sistem yang berbeda-beda.
Salah satu bentuk pelatihan skill yang paling tepat adalah dengan memberikan
edukasi, dikarenakan tidak ada usaha yang diupayakan untuk tujuan spesifik dimana skill
tersebut akan digunakan. Gambaran dari skill adalah suatu hal umum yang terdapat dalam diri
individu dan dikarakteristikkan dengan kemampuan serta keterbatasan sehingga adanya
kecenderungan untuk tampil dalam cara yang sama. Skill sendiri tidak dapat di transfer secara
langsung dari trainer ke trainee, sehingga fungsi dari trainer hanya untuk menyediakan
kondisi dan pedoman yang dapat menfasilitasi pembelajaran.
Setiap pelatihan yang diberikan lebih menekanan pada aspek-aspek tertentu (seperti:
style dan kualitas), daripada kecepatan dalam melakukan aktivitas tersebut. Dapat pula
disimpulkan bahwa dalam skill training tidak begitu memperhatikan metode yang dilakukan,
melainkan lebih menekankan pada tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai.

6. Skill Analysis
Skill adalah bagian yang terintegrasi secara keseluruhan dan interaktif, sehingga tidak
dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang independen. Penjelasan dari skill berhubungan
dengan bagaimana suatu task itu dilakukan dan apa yang diperoleh. Referensinya adalah pada
akhir dan metodenya dijelaskan secara individu, karena akhir memiliki konsistensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metodenya.
Perbedaan dalam prosedur analisis skill tergantung pada jenis dari skill. Prosedur dari
skill analysis :
1. Observasi pada skilled activity dalam konteks normal dalam waktu yang cukup lama
untuk mengetahui adanya perubahan dalam irama, mungkin dalam beberapa hari atau
minggu, untuk mencatat perubahan individu dan konsekuensi dari kelelahan dan
pembelajaran.
2. Klarifikasi dan penyatuan hipotesis yang dikembangkan ketika observasi yang
menggunakan metode prococol, good/poor contrast, teknik critical incident, dan
lainnya
3. Studi perkembangan tentang skill ketika masa pelatihan dengan memperhatikan alasan
untuk keterangan pelatihan dan prosedur asesmen
4. Analisis dari struktur skill : dimensi dari aktivitas perseptual, membuat keputusan, dan
strategi aksi
5. Memeriksa hipotesis dengan eksperimen spesifik atau pengukuran performansi
lapangan
6. Validasi dari inovasi yang sukses dalam sistem desain, pelatihan, atau desain kerja
diperkenalkan sebagai hasil dari penilaian.

D. Aplikasi
1. Selection and Guidance
Secara umum konsep dari kedua proses ini adalah bagian dari upaya untuk menempatkan
pekerja pada pekerjaan yang cocok. Selection melibatkan proses peninjauan pekerjaan dan
populasi untuk mendapatkan pekerja yang paling cocok, sedangkan pada guidance, seorang
pekerja dinilai sehingga dapat diidentifikasi jenis pekerjaan yang cocok untuknya. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa kedua proses ini saling berinteraksi.
Pada situasi selection itu sendiri tidak hanya melibatkan proses analisis dan penguraian
pekerjaan namun juga perlu mempertimbangkan ketersediaan pekerja yang memiliki potensi
yang sesuai. Sedangkan pada situasi guidance melibatkan proses analisis dan pendeskripsian
pekerja dan mempertimbangkan ketersediaan pekerjaan yang sesuai. Biasanya kedua proses
ini dilakukan di suatu komunitas local, namun pada pekerjaan yang lebih tinggi tingkatannya
mungkin saja dilakukan di komunitas yang lebih besar lagi misalnya di seluruh negara
ataupun komunitas internasional.
Langkah awal seleksi adalah analisis pekerjaan (tugas dan analisis ketrampilan)
kemudian dicantumkan dalam bentuk terminologi. Kemungkinan melakukan perubahan pada
rancangan pekerjaan dapat terjadi bila mempertimbangkan ketersediaan pekerja yang
berpotensi, baik dengan mengubah kombinasi tugas ataupun mengubah system teknologi
perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan penawaran kerja tersebut pada
pasar biasanya melalui iklan.Kemudian langkah selanjutnya adalah tahap seleksi akhir yang
mungkin dapat melibatkan test dan wawancara.
Guidance juga melibatkan proses test dan interview namun dilakukan dalam situasi
empat mata yaitu antara konselor dan klien. Sebagian besar klien tidak memiliki ide
mengenai pilihan pekerjaan ataupun arah karir yang jelas. Maka di saat ini, konselor berperan
dalam membantu mereka dalam mengidentifikasi karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan
klien dan membagikan informasi mengenai jenis-jenis pekerjaan. Oleh sebab itu, proses ini
biasanya diawali dengan tes dan kemudian pengklasifikasian pekerjaan. Namun, proses ini
juga dapat dilakukan dengan komputer sehingga klien dapat melakukannya sendiri ataupun
sebagai alat bantu bagi konselor.
Proses bimbingan (guidance) biasanya secara bersamaan melibatkan pengembangan
ketrampilan dan pengalaman klien. Super (1971) mengembangkan 5 tahap usia
pengembangan karir dan perubahan aspirasi pada manusia :
1. Growth (0-14 tahun)
2. Exploration (15-24 tahun)
3. Establishment (25-44 tahun)
4. Maintenance (45-64 tahun)
5. Decline (diatas 65 tahun)

2. Placement
Konsep penempatan (placement) adalah gabungan dari proses seleksi dan bimbingan
(selection and guidance), suatu proses mutual matching yang terjadi diantara sejumlah orang
dan pekerjaan. Tugas placement adalah menguraikan persyaratan dan sumber yang
menyediakan orang-orang yang memiliki ketrampilan yang sesuai.
Saat ini, telah dikenal kebijakan perusahaan yang membagi para pekerja menjadi
pekerja inti (core employees) dan pekerja luar (peripheral employees). Core employees
adalah para staf permanen suatu perusahaan. Jika placement dilakukan pada para pekerja inti
(core workers) yang mungkin terdiri dari pekerja dari berbagai tingkatan, maka tujuannya
lebih kepada pengembangan karir dan kepuasan kerja karyawan. Para pekerja tetap ini
menerima assessment tertulis secara berkala yang kemudian hasilnya didiskusikan oleh para
senior. Formulir assessment yang dibagikan haruslah formulir yang tersusun dengan baik atau
terstandarisasi. Oleh sebab itu, kebanyakan assessment ini disediakan oleh departemen
personalia sehingga di kemudian harinya ia juga dapat memberikan masukan mengenai jenis
pelatihan yang perlu dijalani oleh pekerja. Sedangkan bagi para pekerja luar (peripheral
employees), tujuan placement lebih kepada pembagian tugas pada pekerja dalam basis semi-
permanen. Dengan kata lain, pekerja ditempatkan pada posisi tertentu untuk melakukan tugas
tertentu. Karena pekerja luar belum pernah bekerja di perusahaan yang bersangkutan, maka
penilaian pada pekerja ini dilakukan berdasarkan pada catatan akhir ataupun dari perusahaan
konsultan.
Secara psikometris, masalah yang dihadapi pada tahap placement ini adalah dalam
mengembangkan taksonomi deskriptif sehingga kontribusi actual maupun potensial seseorang
dapat tersalurkan dengan baik pada organisasi.

3. The Design of Training Schemes


Merancang dan mengarahkan rencana pelatihan sangatlah mahal dan tidak dilaksanakan
tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa alasan yang mungkin adalah:
1. Kekurangan jumlah pekerja yang berkompeten pada tugas tertentu.
2. Jumlah tantangan kerja yang cukup tetapi tidak pada tingkat kemampuan sebagai bukti,
biasanya melalui kualitas kerja dan kegagalan pada target produksi, membahayakan
orang, dan merusak peralatan yang jarang.
3. Perubahan pada teknologi yang berpengaruh pada kemampuan yang dibutuhkan.
4. Komitmen organisasi terhadap perkembangan yang berkelanjutan pada kemampuan
anggota.
5. Memenuhi undang-undang pada industri dan pelayanan tertentu yang berbahaya.
6. Sebagai layanan kepada pelanggan.
7. Sebagai layanan pada upah komunitas melalui dana umum.

Rencana pelatihan dan tanggung jawabnya dapat berakhir pada titik transisi pada
aktivitas operasional atau dapat berakhir pada periode yang berhubungan dengan kerja
sebagai suatu kesinambungan pelatihan dan pelatihan. Pada lain hal, penghubung antara
tanggung jawab pelatihan tersebut dan tanggung jawab untuk operasional, dibutuhkan.
Pada lain hal, pelatihan biasanya mudah mendapat kritikan karena keuntungan yang
bersifat jangka panjang dan selalu membutuhkan perlindungan dari tuntutan manajemen dan
operasional disaat terdapat prioritas yang lain. Tantangan perlindungan yang paling
sederhana adalah masalah geografis, yakni mengarahkan pelatihan jauh dari pusat aktivitas
dalam organisasi. Terkadang ruang yang terpisah cukup, pada situasi yang lain, bagian negara
yang berbeda dapat dipilih untuk memberikan pengasingan.
Dasar kritikan tersebut menguatkan kebutuhan bahwa titik awal rencana tersebut
sebaiknya menjadi klarifikasi tujuan yang diikuti pertimbangan kriteria penilaian sehingga
tujuan diraih. Hal ini tidak memerlukan data numerik, terkadang angka digunakan untuk
memberikan ketelitian semu yang dapat menjadi tidak produktif karena validitas angka dapat
dengan mudah dipertanyakan. Ketelitian pernyataan dan deskripsi verbal menghindarkan
kelemahan ini.
Tujuan dan kriteria kesuksesan rencana pelatihan apapun dijelaskan pada system terms.
Langkah berikutnya adalah menerjemahkannya pada deskripsi yang berorientasi pada person.
Hal ini lebih dari sekedar kemampuan karena total keahlian akan termasuk juga peraturan,
pengetahuan, dan informasi kontekstual. Hal terakhir ini akan beragam dari beberapa
pengetahuan dengan induk perusahaan terhadap teknologi dasar disamping tugas-tugas. Hal-
hal ini bersama-sama membentuk isi atau silabus.
Keputusan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana cara melatih, yang akan
termasuk apakah bagian-bagian sebaiknya online atau offline, apakah operator dibutuhkan
untuk memfungsikan program yang utama (peraturan) dan seberapa jauh fungsi pada
konseptual dibutuhkan (tindakan berdasarkan pemahaman).
Pertimbangan akan diberikan pada penggunaan bantuan pelatihan seperti catatan teknis,
diagram skematis, tape video, sirkuit televisi tertutup, dan simulator. Bantuan pelatihan yang
paling penting adalah instruktur, seleksi, dan pelatihan adalah rencana vital kedua yang
mendukung rencana primer.

Training scheme design procedure


Input Fungsi Output
Deksripsi pekerjaan, deskripsi Menentukan tujuan, mempertimbangkan Kriteria
kemampuan, deskripsi peran, gabungan isi peran, kemampuan, silabus yang
budaya organisasi. pengetahuan. berhasil.
Pengalaman aktivitas Mempertimbangkan gabungan fungsi Kurikulum.
operasional. yang telah diprogram dan yang masih
berupa konsep.
Contoh dari pelatihan yang Mempertimbangkan gabungan pelatihan
serupa. online dengan offline.
Sumber teknologi yang tersedia. Mempertimbangkan penggunaan
bantuan pelatihan.
Deskripsi Menentukan kebutuhan instruktur. Kriteria
pekerjaan/kemampuan seleksi
instruktur. instruktur.
4. Programmed Instruction
Permulaan pergerakan ini adalah pada teaching machines yang dikembangkan secara
sistematis pada tahun 1960-an. Hal ini terdiri dari sepotong film dengan peralatan proyeksi
dan control panel yang memungkinkan siswa untuk memeriksa tampilan presentasi tertentu
dan merespon dengan menggerakkan layar berikutnya. Layar yang berhasil dapat berupa
topik yang berbeda atau dapat berisi jawaban dan komentar pada pertanyaan yang diajukan
sebelumnya. Terdapat beberapa kesempatan interaksi pada setiap seri tampilan yang
ditentukan oleh pilihan respon siswa. Jika siswa menunjukkan pilihan yang tidak terlalu
dimengerti kemudian program dapat memberikannya putaran penjelasan tambahan. Ini
disebut branching programme sebagai perbedaan dari program linear yang tidak memiliki
putaran.
Pada penelitian terminologi pada instruksi program, merupakan instrumental yang
mendukung pandangan beberapa sistem pengajaran/proses pelatihan yang berhubungan
dengan pertimbangan tujuan yang matang, analisis pekerjaan, keuntungan/biaya, dan lainnya.
Dengan selalu berhubungan dari titik pandang pelatihan praktis, dikembangkan pendekatan
lebih sistematis terhadap taksonomi pelatihan dan metode instruksional bersama-sama
dengan hubungan keduanya.
Berhubungan dengan sistem terminologi, programmed instruction tidak dapat menjadi
aktivitas berkelanjutan yang terpisah karena hal itu bergantung pada kemampuan penulis
program dan kemampuan ini hanya dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman di ruang
kelas. Pada lain hal, teaching machines merupakan satu jalan dari perlengkapan guru yang
berkompeten pada skala yang lebih luas dibandingkan aktivitas personalnya pada ruang kelas.
Terdapat bentuk yang berbeda dari peralatan pengajaran otomatis disebut pacing
machine yang dapat menfasilitasi perkembangan kemampuan gerak. Hal ini terdiri dari mesin
yang memancarkan sinyal radio pada interval waktu. Interval ini telah ditentukan sebelumnya
dengan elemen kerja gerak atau lebih sederhana, dengan target putaran waktu kerja. Trainee
menampilkan kerja dan mencoba untuk merubah aliran sinyal radio yang telah dirancang
untuk melangkahi performanya. Dasar kerja yang dibutuhkan dapat ditingkatkan dengan
menyingkat interval waktu.
Langkah utama yang kedua dari programmed instruction menjadi mungkin dikerjakan
dengan perkembangan perhitungan yang kecil. Computer aided instruction (CAI) sebaiknya
dapat menutupi teknik lainnya dengan keras, seperti simulasi dan prosedur yang berdasar
pada prosedur, tetapi biasanya dimaksudkan pada situasi tertentu, siswa duduk di depan layar
yang menampilkan bentuk yang berhubungan dengan perkembangan aktivitas kognitifnya
yang diekspresikan melalui manipulasi siswa tersebut pada keyboard yang telah
dihubungkan. Walaupun dengan hubungan yang dibatasi ini, terdapat keluwesan yang besar
dan kerja pelatihan dapat bervariasi dari membaca dan aritmatika sederhana untuk
mendiagnosis kegagalan pada rencana kompleks dalam proses industri.
Banyak penggunaan CAI dalam bentuk sebelumnya menggunakan fasilitas komputer
pusat dan kumpulan work-station dimana keseluruhan kelas trainee dapat menjalankannya
bersama-sama. Dalam lain hal, menjadi mungkin untuk mengumpulkan data performa
trainee dan mengubah informasi yang ditampilkan. Menjadi mungkin pula untuk
mengumpulkan data yang dipelajari dan memberikannya pada instruktur, apakah secara
online atau offline. Penggunaan komputer yang tersebar luas berdasarkan situasi
pembelajaran dan situsi tes telah menstimulasi perkembangan modelling siswa. Semua data
mengenai seorang siswa dikumpulkan pada sebuah penyimpanan yang berubah secara
dinamis sesuai pencapaian pembelajarannya (dan kegagalannya). Bagaimanapun, jaringan
komunikasi antara trainee dan trainer melalui komputer bukan pengganti percakapan dan
obsevasi dua arah yang biasa dilakukan pada ruang kelas. Program komputer benar-benar
terkenal pada kebutuhan untuk dan respon terhadap respon operator. Kegagalan komunikasi
trainee-komputer pada hal yang sederhana dapat mengarahkan pada kekosongan yang
sempurna kecuali telah dideteksi dan dipulihkan oleh trainer yang berpengalaman yang dapat
menjelaskan pada trainee mengapa sistem rusak.
Langkah ketiga dari programmed instruction disebut Tutorial Expert Systems (TES)
mencakup inteligensi buatan. Untuk trainee pada hubungan ini tidak dapat dilihat sangat
berbeda dari teaching machine atau CAI tetapi logika atau rancangan sistem pengendali
sangatlah berbeda sehingga butuh keluwesan yang tersedia. Bahkan respon langsung dengan
peraturan dan langkah logis telah dipertimbangkan dan disimpan oleh programmer ahli
sistem program pelatihan yang mencakup pengetahuan dan respon dasar secara adaptif
terhadap kebutuhan istimewa trainee. Hal itu juga dapat menjelaskan mengapa diusulkannya
strategi tertentu dan mengapa strategi yang didapat pada trainee sesuai atau tidak, dan jika
tidak, mengapa tidak.
Akan menjadi lebih bernilai bahwa perkembangan bidang keahlian yang cepat ini
mencakup jargon-jargon baru. Pada tahap ini, jargon merupakan tantangan bahwa setiap
orang berharap menemukan bidang keahlian telah menginterpretasi jargon tersebut terlebih
dahulu. Hal ini menjadi kesulitan ganda bahwa terdapat banyak tumpang tindih pada
terminologi dan konsep dan spesialisasi yang tidak konsisten dengan yang lainnya dalam
penggunaan istilah baru. Tidak ada keraguan pada bidang keahlian yang akhirnya
menjelaskan dan mendewasakan dan terminologi akan dirancang dengan penilaian sehingga
konsep, alat, dan metode yang bernilai tidak dijelaskan an dibedakan secara ambigu.
Dari titik perilaku, isu-isu sama dengan berbagai bidang keahlian lainnya, teknologi
secara bersama-sama memberikan fasilitas-fasilitas baru untuk mendukung dan mengukur
performa seseorang.
1. Teknologi memberikan bantuan kepada trainer bukan pengganti trainer. Dengan
demikian, CAI lebih bersifat deskriptif yang tepat dibandingkan CBT, computer
based training.
2. Teknologi menjalankan pemikiran yang teliti untuk mengungkap perbedaan dalam
pembelajaran, pengajaran, dan teori pelatihan. Di lain hal, teknologi juga
membuka kemungkinan-kemungkinan terbaru untuk pengawasan dan pengukuran
yang mendukung perkembangan dasar teori yang lebih baik.
3. Dasar untuk mengembangkan taksonomi dasar disamping situasi pengajaran.
4. Kebutuhan pendekatan interdisiplinari dikuatkan, tetapi kesulitan-kesulitan yang
ada pada komunikasi interdisiplinari tetap pada setiap level dari nilai dan konsep
yang berbeda pada terminologi yang berbeda. Komunikasi antara teknolog
informasi dan spesialis perilaku merupakan hambatan yang berkelanjutan.
5. Rancangan man-machine interface (MMI) atau human-computer interface (HCI)
atau lebih sederhana, human interfaces (HI) tetap menjadi satu dari masalah
rancangan yang paling sulit tetapi menjadi salah satu yang krusial pada rancangan
hubungan yang kurang baik yang akan merusak performa setiap sistem.
6. Evaluasi menjadi prosedur dasar dalam implementasi setiap sistem baru. Pada
sistem pelatihan, hal ini dapat menjadi mahal karena kebutuhan untuk mengawasi
proses pembelajaran dan membandingkan prosedur. Ternyata variabel-variabel
yang tidak ada hubungannya seperti motivasi trainer dan keahlian trainer akan
mendominasi faktor lainnya seperti perbedaan teknologi dan perbedaan tugas
pembelajaran.
7. Dengan pembelajaran bagi orang dewasa, kebutuhan akan apa yang diajarkan dan
mengapa penggabungan lebih baik akan menjadi lebih nyata. Pengetahuan formal
terkadang dapat mengatur pemikiran yang kacau tetapi di lain waktu dapat
mengganggu interaksi perkembangan trainer-trainee secara kreatif.

Pada umumnya, programmed instruction lebih berguna pada tugas-tugas yang dapat
dispesifikasi secara komprehensif.
5. The Use of Simulators
Kegunaan simulasi :
1. Pelatihan pada kontrol dynamic plant.
2. Pelatihan kemampuan diagnostik.
3. Pelatihan tim.
4. Sebagai maket dinamis untuk evaluasi rancangan.
5. Sebagai dasar tes untuk mengecek intruksi operasi.
6. Sebagai lingkungan, tempat analisis kerja diarahkan, contohnya strategi
diagnostik.
7. Sebagai sumber data pada human error yang berhubungan dengan risiko dan
penilaian reliabilitas.
8. Sebagai alat untuk menguji/menilai operator.

Peralihan dari simulasi ke dunia nyata tidak pernah sempurna dan tidak tentu meningkat
dengan derajat kepercayaan. Simulasi sederhana dapat menjadi efektif pada tujuan pelatihan
dan dapat lebih teliti. Derajat peralihan tidaklah mudah untuk diukur dan harus hati-hati
didefenisikan.
Perkembangan simulator telah dikendalikan oleh teknologi dibandingkan ilmu
pengetahuan perilaku dengan hasil standar yang memiliki kepercayaan yang tinggi pada face
validity dengan sumber yang tersedia secara relatif pada evaluasi sistematis. Fitur utama
seperti waktu dan perpanjangan penggunaan simulator didasarkan pada pengalaman industri
tertentu dibandingkan bukti yang lebih formal.

DAFTAR PUSTAKA

Singleton, W.T. 1989. The Mind at Work. USA: Cambridge University Press
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2176661-pengertian-keterampilan-sosial-
social-skill/
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_model
TUGAS ERGONOMI

SKILL AND TRAINING

Disusun

Oleh:

DINDA RIZVINA NASUTION 111301007


ANDIKA SATRIA NASUTION 111301104

EDWIN MANGATUR SIRAIT 111301120

NATASSA FEBRINI 121301080

ELISABETH SIANTURI 121301107

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A.2013/2014

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “SKILL AND TRAINING”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Ergonomi yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Ergonomi. Dalam penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini
masih banyak kekurangan-kekurangan serta memerlukan perbaikan. Hal ini disebabkan
masih minimnya pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mencari, mengumpulkan, dan
mengolah data-data penulisan. Meskipun demikian, penulis berusaha semaksimal mungkin
agar tulisan ini dapat tersusun dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.

Akhirnya penulis ucapkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga tulisan ini
dapat bermanfaat.

Aamiin

Medan, 24 November 2013

Penulis

Anda mungkin juga menyukai