Anda di halaman 1dari 8

JSI 8 (3) (2019)

Jurnal Sastra Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

Fakta Sejarah dalam Novel-Novel Pandir Kelana

Murtini, Wiranta, A. Prasodjo, Agesti Siwi P

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Peristiwa sejarah dapat dimanfaatkan oleh sejarawan dan oleh sastrawan. Adapun fakta
Diterima Agustus 2019 sejarah yang dimanfaatkan oleh sastrawan dapat diekspresikan lewat karyanya berupa
Disetujui Oktober 2019 novel. Pandir Kelana adalah merupakan salah satu sastrawan yang memanfaatkan fakta
Dipublikasikan
sejarah menjadi karya sastra. Penelitian ini membahas novel Pandir Kelana yang berjudul
November 2019
Suro Buldog, Kereta Api Terakhir, dan Kadarwati Wanita dengan Lima Nama. Dengan analisis
Kata kunci: Novel teori pemikiran untuk menguak fakta sejarah yang menjadi latar belakang penciptaan
sejarah, Pandir novel-novel tersebut, dan sejauh manakan fungsi fakta sejarah tersebut untuk situasi dan
Kelana, sejarah kondisi saat ini dan masa yang akan datang.
pemikiran Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang
mempergunakan data kualitatif berupa konsep-konsep, kategori-kategori bersifat abstrak
Keywords: yang sukar diangkakan. Hasil dan simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Historical novels, Pandir Pertama, Pandir Kelana melalui karya-karyanya ingin menyampaikan pesan kepada
kelana, History of pembaca untuk menghargai jiwa kepahlawanan dari para tokoh yang ditampilkan.
thought. Kedua, fakta sejarah yang dimanfaatkan oleh Pandir Kelana bukan sekedar untuk
____________________
mengenang masa lampau tetapi mengandung aspek moral, aspek kemanusiaan, dan
aspek sosial.
Abstract
___________________________________________________________________
Historical events can be exploited by historians and writers. The historical facts that are used by
writers can be expressed through their work in the form of novels. Pandir Kelana is one of the writers
who used historical facts to be literary works. This research discusses the Pandir Kelana novel entitled
Suro Buldog, Kereta Api Terakhir, and Kadarwati Wanita dengan Lima Nama. Through the
analysis of theoretical thought to discuss historical facts that are the background of the creation of
these novels, and the extent to which these historical facts will function for current and future
situations and conditions. The method used of this research is qualitative research that uses
qualitative data in the form of concepts, abstract categories that are difficult to be elaborated on. The
results and conclusions of this research are as follows. First, through his works Pandir Kelana wants
to convey a message to the reader to appreciate the heroic spirit of the characters displayed. Secondly,
the historical facts utilized by Pandir Kelana are not only to remember the past but also contain
moral aspects, human aspects, and social aspects.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: P-ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
E-ISSN 2685-9599
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: murtini@gmail.com

203
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

PENDAHULUAN bernostalgia dengan pengalaman sejarahnya,


ataukah ada keinginan untuk “meneror”
Kesusasteraan merupakan sarana untuk pembaca agar mampu menguak tabir yang ada di
menjabarkan “Manusia-dalam-dunianya”. balik fakta sejarah tersebut.
Dalam hal ini kesusasteraan membuka peluang Perbedaan antara sejarah dan sastra
bagi representasi dunia, manusia memberi tampak dalam skala yang dibuat oleh Koestler
peluang untuk terselenggaranya percakapan- dalam mengklasifikasikan bentuk-bentuk
percakapan (world of discourses) (Hassan, 1988: penemuan manusia. Dari bentuk-bentuk yang
58). Dengan demikian apabila seseorang objective-verifiable ke yang subjective-emotional
dihadapkan dengan karya sastra, maka akan tercatat berturut-turut: Kimia, Biokimia, Biologi,
tampak problema kehidupan yang tertuang Kedokteran, Psikologi, Antropologi, Sejarah,
dalam karya itu baik secara implisit maupun Biografi, Novel, Epik, dan Lirik. Dalam daftar ini
eksplisit. Problema tersebut akan tertangkap tampak bahwa antara “sejarah” dan “novel”
dengan baik bila pembaca mempunyai horison mempunyai jarak yang tidak terlalu jauh untuk
harapan yang cukup memadai. mengadakan hubungan.
Demikian juga tatkala kita dihadapkan Pertanggungjawaban antara sejarah dan
dengan karya Pandir Kelana atau yang bernama sastra pun berbeda. Sejarah mempunyai tugas
asli R.M.R Mayor Jenderal Slamet ganda. Pertama, sejarah bermaksud untuk
Danusudirdjo, yang dikategorikan sebagai novel menceritakan hal yang sebenarnya terjadi.
sejarah. Dinamakan demikian karena memang Sejarah mengemukakan gambaran tentang hal-
kebanyakan karya-karyanya mengandung unsur hal sebagaimana adanya dan kejadian yang
sejarah, terutama sejarah revolusi kemerdekaan. sungguh terjadi. Kedua, sejarah harus mengikuti
Bahkan beliau adalah pelaku sejarah itu sendiri. prosedur tertentu harus tertib dalam penempatan
Dalam pada itu, fakta sejarah yang dijadikan ruang dan waktu, harus konsisten dengan unsur-
sebagai bahan penulisan karya sastra unsur lain seperti topografi dan kronologi, harus
mengandung tiga alasan. Pertama, mencoba berdasarkan bukti-bukti.
menerjemahkan peristiwa sejarah itu ke dalam Tidak begitu halnya dengan karya sastra.
bahasa imajiner dengan maksud untuk Cukuplah bagi sebuah novel bila berhasil
memahami peristiwa sejarah menurut kadar mengungkapkan hal-hal berupa gambaran yang
kemampuan pengarang. Kedua, karya sastra koheren, yang dapat dipahami. Karya sastra
dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk tidak tunduk kepada metode-metode tertentu.
menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapan Karya sastra seperti kata Henry James,
mengenai suatu peristiwa sejarah. Ketiga, seperti mempunyai sedikit saja pembatasan tetapi
juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan mempunyai kesempatan yang tak terhitung
penciptaan kembali sebuah peristiwa sejarah jumlahnya. Bagi pengarang sastra satu-satunya
sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi kaidah adalah kejujuran, seorang novelis harus
pengarang (Kuntowijoyo, 1987: 127). belajar untuk bertanggungjawab sehingga dirinya
Untuk itu pada kesempatan ini akan berharga di dalam kebebasan itu (James, 1951:
dicoba untuk mengamati karya Pandir Kelana 417).
yang berjudul Suro Buldog, Kereta Api Terakhir, Demikian pula dalam penggunaan
dan Kadarwati Wanita dengan Lima Nama yang bahasa, tulisan sejarah dan karya sastra berbeda.
dikategorikan sebagai novel sejarah. Di dalam Sejarah lebih cenderung menggunakan referential
penelitian ini tidak hanya sekedar untuk symbolism dengan menunjuk secara lugas kepada
mengetahui sejauh mana pendayagunaan fakta objek, pikiran, kejadian dan hubungan-
sejarah di dalam ketiga novel tersebut, namun hubungan. Adapun sastra lebih banyak pesan-
yang lebih utama untuk mengetahui daya guna pesan subjektif pengarang. Dengan melihat
fakta sejarah tersebut di jaman sekarang. Apakah perbedaan-perbedaan tersebut dapatlah
Pandir Kelana “hanya” akan sekedar

204
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

kedudukan peristiwa sejarah sebagai bahan baku Selain itu juga digunakan teori
karya sastra dibicarakan. struktural. Gorys Keraf menjelaskan (1989: 145)
Oleh karena itu dengan meneliti ketiga sesuatu dikatakan mempunyai struktur bila
karya Pandir Kelana tersebut diharapkan dapat terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional
menguak faktor fakta sejarah yang terdapat di berhubungan satu sama lain. Demikian pula
dalamnya dan sekaligus memadukannya dengan narasi, struktur yang ada dapat dilihat dari
unsur imajinasi sebagai perwujudan dari sastra komponen-komponen yang membentuknya,
yang menciptakan dunia kemungkinan. perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, tapi
Penelitian ini menggunakan pendekatan dapat juga dianalisis berdasarkan alur atau plot.
sejarah pemikiran. Sejarah pemikiran adalah Untuk kepentingan penelitian ini struktur yang
terjemahan dari history of thought, history of ideas, akan dikupas adalah penokohan dan latar.
atau intellectual history. Sejarah pemikiran dapat Alasannya, unsur penokohan akan terkait
didefinisikan sebagai the study of role of ideas in dengan watak tokoh yang diketengahkan dalam
historical event and process (Stromberg, 1968: 3). Di novel berikut dengan tokoh sejarah yang
dalam ilmu sejarah, peristiwa sejarah sering ditampilkan.
dicakup dalam istilah fakta sejarah. Dalam hal ini Brooks (1989) berpendapat, sebagai
fakta sejarah memiliki dua arti. Pertama, salah satu unsur cerita rekaan penokohan adalah
peristiwa sejarah sebagai suatu perbuatan, aksi, merupakan kompleks kemungkinan tindakan
tindakan, dan peristiwa. Kedua, peristiwa sejarah bagi semua jenis tindakan, terutama hanya pada
sebagai suatu kebenaran khusus (Kuntowijoyo, jenis-jenis tindakan tertentu dan tetap. Pada
1987). Hal ini ditegaskan oleh Marc Bloch, akhirnya tertuang satu sama lain. Membahas
peristiwa sejarah dapat dijadikan sebagai bahan tentang latar dapat mempunyai banyak arti yaitu
baku oleh tulisan sejarah maupun oleh karya penggambaran tentang tempat, daerah, orang-
sastra hanya pengolahannya saja yang berbeda. orang dengan watak-watak dan akibat situasi
Dalam tulisan sejarah bahan baku tulisan sejarah lingkungan atau jamannya, cara hidup, serta cara
itu telah diproses melalui prosedur tertentu. Dari berpikir tertentu (Sumardjo dan Saini KM, 1986:
sumber-sumber sejarah, sejarawan harus 66).
melakukan kritik, interpretasi, dan sintesa sampai Penelitian ini juga terkait dengan
ia sanggup menyuguhkan rekonstruksi sejarah penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang
(dalam Kuntowijoyo, 1987). dilakukan Aris Margono (2015) yang terkait
Mengenai sejarah pemikiran, R.G. dengan perjuangan tokoh dalam novel, penelitian
Collingwood dalam The Ideas of History Khifdiyatun Nafiyah (2016) yang terkait tentang
mengatakan (1) semua sejarah adalah sejarah permasalan sejarah dalam novel, serta penelitian
pemikiran, (2) pemikiran hanya mungkin Prarika Fitria Setyatmoko (2017) yang terkait
dilakukan oleh individu tunggal, (3) sejarawan dengan penyimpangan sosial dalam novel, dan
hanya melakukan kembali (reenactment) pikiran penelitian Lailul Anshari (2018) yang terkait
masa lalu itu. Jenis pemikiran itu bisa bermacam- dengan Analisis Unsur Sejarah Islam dalam
macam. Pemikiran bisa mengenai politik, agama, Novel.
ekonomi, sosial, hukum, filsafat, budaya, dan
sebagainya yang disebut sebagai pemikiran METODE
teoritis. Sementara itu sejarah sains sudah berdiri
sebagai sebuah spesialisasi dengan tujuan dan Metode penelitian yang digunakan dalam
metodologi sendiri (Tjokroaminoto, 1954). penelitian ini adalah metode kualitatif. Mengacu
Selanjutnya Kuntowijoyo berpendapat untuk pendapat Boydan dan Taylor, metode kualitatif
menghadapi tugas-tugas penelitian sejarah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
pemikiran mempunyai tiga macam pendekatan, data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan
yaitu kajian teks, kajian konteks sejarah, dan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
kajian hubungan antara teks dan masyarakat. diamati. Lebih lanjut dikatakan pendekatan ini

205
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

diarahkan pada latar dan individu tersebut secara pernah dipercayakan padanya antara lain:
holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh instruktur di Akademi Militer Nasional
mengisolasikan individu atau organisasi ke Magelang dan mengajar di Seskoad, Wakil
dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu Asisten VI/Kekaryaan Menteri/ Panglima
memandangnya sebagai bagian dari suatu Angkatan Darat (1966-1967), Anggota/
keutuhan (Moleong, 1993: 3). Sekretaris Staf Pribadi Ketua Presidium Kabinet
Sejalan dengan pendapat tersebut, Krik Ampera (1967-1986), Deputi Ketua Bappenas
dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian Bidang Pengendalian Pelaksanaan
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu Pembangunan (1969-1983), Dirjen Bea dan
pengetahuan sosial yang secara fundamental Cukai (1972-1973), Sekjen Departemen
bergantung pada pengamatan pada manusia Perhubungan (1973-1976), Sekretaris Menko
dalam kawasannya sendiri dan berkembang Ekuin (1978-1983), Anggota Dewan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya Pertimbangan Agung (1983-1988), Rektor IKJ
dan peristilahannya (Moleong, 1999: 3). (1988-1990). Semasa menjadi Rektor di IKJ
beliau mempunyai keberanian membuka satu
HASIL DAN PEMBAHASAN jurusan baru pada tahun akademik 1990/1991
Riwayat Hidup Pandir Kelana yang diberi nama Fakultas Televisi dan Film.
Pandir Kelana yang bernama asli R.M. Beliau pernah mengelola anugrah Bintang
Slamet Danusudirdjo lahir di Banjarnegara Jawa Mahaputra Kelas III, Bintang Darmajaya, dan
Tengah 4 April 1925. Beliau adalah anak kembar Bintang Gerilya.
dengan lima bersaudara, ayahnya bernama Dasir Purnawirawan Jenderal yang pernah
Dipoyudo dan pernah menjabat Wedana memiliki kegiatan mengajar di Lemhannas dan
Pekalongan, Jawa Tengah. Sejak zaman revolusi sebagai Manggala BP 7 memulai karier di bidang
kemerdekaan beliau telah mengabdikan diri tulis menulis pada tahun 1978. Keinginannya
dalam jajaran TNI Angkatan Darat. menulis novel berawal dari pengalamannya
Pandir Kelana mulai ikut berjuang ketika berdialog dengan generasi muda dan mahasiswa
masih duduk di kelas III Sekolah Menengah Pasti yang dikenalnya. Dari pendekatan itu, Pandir
Alam. Sewaktu Proklamasi, beliau berada di Kelana menyimpulkan bahwa mereka
Brebes menjalankan tugas pengawasan yang sebenarnya tertarik dengan cerita-cerita
diperintahkan oleh Gubernur Jawa Tengah, yaitu kepahlawanan pejuang-pejuang kita dan ingin
Bapak Wongso Negoro. Tugas itu dibebankan mendengar lebih banyak tentang kepahlawanan
kepadanya sehubugan dengan adanya di masa revolusi. Hal semacam itu dinilai oleh
pergolakan di tiga daerah, Brebes, Tegal, dan Pandir Kelana sebagai hal yang positif. Sebagai
Pemalang. Namanya pernah populer ketika orang tua beliau rela mengorbankan waktunya
menjabat Dirjen Bea Cukai dan menjadi ketua untuk berdialog tentang kisah revolusi 1945.
Tim Wali Songo yang dengan gencar membenahi Kemudian terpikir olehnya cerita dengan
keruwetan administrasi termasuk penyelundupan “bertutur” itu akan lebih baik jika disampaikan
di pelabuhan lainnya. Berdasarkan melalui tulisan. Untuk memancing minat
pengalamannya ini beliau pernah menulis sajak pembaca beliau memilih menulis berdasarkan
tentang pelabuhan Tanjung Priuk dalam usianya pengalaman historis yang benar dan pengalaman
ke 100 dengan judul “Denok Bandarwati”. pribadi yang ditulis dalam bentuk novel, atau
Pada tahun 1960-an Pandir Kelana beliau menyebutnya sebagai roman revolusi.
mengikuti pendidikan Perwira Arteleri di Negeri Pandir Kelana berpendapat dengan media tulis,
Belanda dan Belgia. Beliau juga mendalami ilmu cerita yang disampaikan dapat lebih luas
militer di Sekolah Staf dan Komando pada penyebarannya dan dapat disimpen dalam waktu
Akademi Frunze di Moskow, Uni Soviet. Beliau lama.
mencapai pangkat Mayor Jendral saat menjelang Nama samaran Pandir Kelana
purna bhakti. Jabatan-jabatan penting yang diperolehnya melalui proses perenungan, bahwa

206
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

semua manusia di dunia ini, pikiran dan didukung oleh Bargowo, Ibu Sinder, dan Pandir
perasaannya selalu mengembara. Tanpa disadari Kelana. Kadarwati secara fisiologis dia
tiap manusia di bumi ini berkelana. Adapun kata dilukiskan sebagai seorang gadis yang cantik dan
“Pandir” ditemukannya dari tokoh legenda menarik, berusia sekitar 30 tahunan. Secara
rakyat Kalimantan Barat yaitu Pak Pandir. sosiologis, Kadarwati digambarkan sebagai
“Pandir” berarti tolol, “Kelana” berarti seorang gadis yang cerdas. Terbukti dia lulus
pengembara. R.M. Slamet Danusudirdjo dalam ujian masuk Sekolah Tinggi Kedokteran
mengibaratkan dirinya sebagai seorang Shonanto Singapura. Oleh karenanya dia harus
pengembara yang tolol, maka jadilah ia memakai meninggalkan pekerjaannya di sebuah apotek di
nama Pandir Kelana. Semarang.
Secara keseluruhan Pandir Kelana telah Semenjak di Singapura inilah Kadarwati
menghasilkan roman revolusi 1945 sebanyak 11 justru selalu menderita dan menjadi orang yang
judul. Selain ketiga judul yang menjadi objek terbuang. Ia ditipu oleh Jepang sehingga tidak
penelitian, judul yang lain adalah: Bara Bola Api, jadi dikirim ke Shonanto, melainkan dididik
Huru-Hara di Kaki Gunung Slamet, Quo Vadis?, menjadi “Ibu Rumah Tangga” menurut tradisi
Di Sepanjang Garis Demarkasi, Madiun- bangsa Jepang. Pada gilirannya, dia harus
Madiun, Rintihan Burung Kedasih, Ibu Sinder, melayani pejabat tinggi Jepang mulai dari
Merah Putih Golek Kencana: Khatarina Khoo Singapura, Malaya, Saigon (Indochina). Dalam
Giok Nio Menggugat. keadaan yang demikian, maka Kadarwati justru
pada akhirnya tidak hanya sekedar merenungi
Unsur Penokohan nasibnya namun dia justru bangkit untuk
Pembicaraan penokohan dititikberatkan membantu pergerakan bangsanya dengan
pada tokoh utama dari ketiga novel yang dikaji. memanfaatkan kedekatannya dengan Jepang.
Novel Suro Buldog memunculkan tokoh Usahanya cukup membawa hasil yang
bernama Suro Pranoto. Ia digambarkan sebagai memuaskan. Adapun secara psikologis,
seorang yang bertemperamen keras, sukar Kadarwati digambarkan memiliki watak yang
mengendalikan diri sehingga mudah dipancing keras. Sifat ini muncul ketika Kadarwati
untuk berkelahi. Di samping itu dia juga dikenal mengajukan protes kepada pengawas latihan
sebagai orang yang rendah hati, tidak sombong, pengatur rumah tangga. Ia mengatakan bahwa
berjiwa patriot, dan sering memberikan semangat keberadaannya di Singapura bukan untuk jadi
kepada teman seperjuangannya. Suro Pranoto babu Nippon. Digambarkan pula bahwa
diberi julukan Suro Buldog karena roman muka Kadarwati lihai meramu obat-obatan karena ia
seperti moncong seekor anjing buldog. pernah menuntut ilmu di Sekolah Asisten
Dalam novel Kereta Api Terakhir sebagai Apoteker. Kepandaiannya ini suatu saat
tokoh utama adalah Herman, Retno Windrati, diajarkan pada wanita-wanita asuhannya di
dan Retno Widuri. Herman secara fisik kampung Balokan.
digambarkan berusia 22 tahun berpangkat Untuk menyelamatkan diri dalam
Letnan Satu. Badan sedang tapi berotot, kulit perjalanan hidupnya Kadarwati berganti-ganti
kuning, dan berwajah halus. Herman nama sebagai penyamaran.
mempunyai sikap yang tegas dan cepat
mengambil keputusan di saat-saat yang Unsur Latar
mendesak. Sementara itu, Retno Windrati Dalam novel Suro Buldog terdapat tiga
digambarkan sebagai seorang gadis tinggi unsur latar, yaitu tempat, waktu, dan suasana.
semampai. Retno Widuri digambarkan mirip Latar tempat di dalam novel ini begitu banyak,
dengan Retno Windrati yang membedakannya yaitu: Tasikmalaya, Bandung, Boven Digul,
adalah tahi lalat tepat diantara dua alisnya. Tanah Merah, Irian Jaya, Nusakambangan,
Pada novel Kadarwati Wanita dengan Wonosobo, Magelang, Banyuwangi,
Lima Nama, Kadarwati sebagai tokoh utama dan Madugondo, dan Semarang. Banyaknya kota

207
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

yang disebut merupakan suatu bukti bahwa sejarah. Artinya, Pandir Kelana dalam novel-
zaman pergerakan ternyata rakyat secara novel tersebut menggerakkan tokoh-tokoh
serentak mengadakan perlawanan. imajinatif untuk membungkus fakta sejarah yang
Novel ini mengambil waktu sejak ada. Berkaitan dengan pendapat Kuntowijoyo
penjajahan Belanda sekitar tahun 1918 sampai tugas sejarah pemikiran adalah (1)
1921 saat Indonesia dipimpin oleh Gubernur membicarakan pemikiran-pemikiran besar yang
Jenderal De Jonge hingga akhir kekuasaan berpengaruh pada kejadian bersejarah, (2)
Belanda di Indonesia sampai kedatangan tentara melihat konteks sejarahnya tempat ia muncul,
Jepang dari tahun 1925-1945. Dengan demikian, tumbuh, dan berkembang (Kuntowijoyo, 2013:
ini terkait dengan latar suasana yang ada, yaitu 217).
adanya ketegangan antara pemerintah Indonesia Persoalan sejarah yang ingin dijabarkan
dan Belanda. Terjadinya ketegangan ini pada sisi adalah fakta sejarah. Novel Kadarwati Wanita
lain menimbulkan keharuan (saat Suro Buldog dengan Lima Nama yang berlatar tahun 1942
dibawa ke Boven Digul), ketakutan (saat Suro mengingatkan kita kepada perempuan-
Buldog membayangkan kesalahannya pada Ten perempuan yang dijadikan “jugun ianfu”
Kate), juga kecemasan (lantaran suasana perang (perempuan pemuas nafsu laki-laki). Tokoh
menjadi penyebab bahwa seseorang harus Kadarwati seorang perempuan cerdas yang
berpisah dengan keluarga). dijebak Jepang dengan iming-iming sekolah
Dalam novel Kereta Api Terakhir latar kedokteran di Singapura ternyata dijadikan
tempat ditunjukkan pengarang secara jelas. “perempuan rumah tangga”.
Pertama, berada dalam gerbong kereta api Sementara itu tokoh Suro Buldog dan
dengan jalur perjalanan pertama dari Stasiun Herman menggambarkan semangat untuk
Tugu Yogyakarta menuju Purwokerto. melepaskan negaranya dari belenggu penjajah.
Perjalanan kedua, latarnya masih tetap berada Dengan demikian, dapat diinterpretasikan
dalam gerbong kereta api, namun dengan arah pemanfaatan fakta sejarah oleh Pandir Kelana
perjalanan yang berbeda. Kali ini kereta api memuat hal-hal sebagai berikut.
berangkat dari Stasiun Purwokerto menuju
Yogyakarta dan Solobalapan. Adapun tempat Moral
lain yang ditunjuk adalah Pakem, Yogyakarta. Horace berpendapat, seni (termasuk
Mengenai latar waktu, disebutkan ada dua sastra) bersifat dulce et utile yang artinya
waktu yang cukup menonjol, yaitu 21 Juli 1947 menghibur dan bermanfaat. Maksudnya dengan
dan November 1947. menikmati/membaca sastra seseorang
Latar suasana digambarkan tentang diharapkan mendapatkan hiburan namun secara
keadaan masyarakat yang sedang mengalami tidak langsung juga akan mendapat
masa-masa genting yakni bahaya perang selalu pengetahuan/ilmu yang termaktub dalam bacaan
mengancam. Hal itu menyebabkan hidup mereka itu. Di dalam ketiga novel yang dikaji, Pandir
selalu dicekam ketakutan, perasaan panik, dan Kelana secara moral ingin mengungkapkan
was-was yang tidak henti. Namun perlu dicatat beberapa hal:
pula dalam suasana perang seperti itu, terjadi sifat
nekat dari beberapa orang yang selama ini Bela negara
dikenal jujur dan lugu. Tampaknya Pandir Kelana yang berprofesi
sebagai TNI jiwa bela negaranya ingin ditularkan
Pandir Kelana dan Sejarah Pemikiran kepada masyarakat luas. Sebagai orang Jawa
Secara struktur (analisis penokohan dan ungkapan sedumuk bathuk, senyari bumi (setitik
latar) sudah dikupas tentang keberadaan tiga dahi, sejari bumi) eksistensi negara harus
novel Pandir Kelana. Dalam ketiga novel dipertahankan. Maksudnya, sekecil apapun milik
tersebut posisi Pandir Kelana cenderung sebagai negara harus dipertahankan demi harga diri
pengamat dan kadang kala sebagai pelaku

208
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

bangsa dan ini, harus dibela oleh warga mengekspresikan endapan pengalamannya
negaranya. menjadi sebuah karya. Dengan demikian, secara
psikis ada kelegaan dalam jiwa Pandir Kelana.
Peran pemuda Adapun dampak bagi pembaca adalah, (1)
Mayoritas tokoh-tokoh dalam ketiga novel mengetahui peristiwa-peristiwa perjuangan
yang dibahas mengeksplorasi peran pemuda, bangsa yang selama ini dijabarkan lewat buku
baik laki-laki (Suro Buldog, Herman, dan sejarah sementara kali ini dipaparkan lewat karya
Bargowo) maupun perempuan (Kadarwati, seni, (2) menggugah rasa nasionalisme sehingga
Retno Windarti). Dalam hal ini Pandir Kelana masyarakat berusaha untuk mempertahankan
tidak membedakan jenis kelamin dalam hal bela kemerdekaan yang telah diraih dengan susah
negara. selain itu pemuda adalah sosok yang payah.
diasumsikan selalu mempunyai idealisme yang
tinggi dan murni. Hal ini dapat dibuktikan dalam Sosial
sejarah kita. Perjalanan Indonesia dari upaya Secara umum, manusia dikenal sebagai
meraih kemerdekaan hingga sampai detik ini makhluk sosial, maksudnya setiap manusia
selalu terkait dengan perjuangan pemuda. memerlukan kehadiran orang lain untuk
Berturut-turut dimulai dari gerakan Budi Utomo, kepentingan pengembangan diri, mengasah
Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, kepekaan sosial, dan ekspresi diri. Dalam
hingga Reformasi 1998 pemuda selalu ambil kaitannya dengan eksistensi Pandir Kelana
bagian bahkan yang memotori gerakan-gerakan sebagai penulis, beliau secara sosial memerlukan
tersebut. Dengan demikian, diciptakannya novel pengakuan.
sejarah ini tampaknya Pandir Kelana ingin tetap Hal ini terkait erat dengan pendapat A.
mengingatkan kita terkait peran pemuda dalam Maslow tentang hierarkhi kebutuhan, yaitu
sejarah perjuangan bangsa. Sementara itu, bagi sandang, pangan, papan, kebutuhan akan rasa
pemuda agar selalu menjaga kemurnian cinta, kebutuhan akan eksistensi diri. Seseorang
idealisme. akan diakui secara sosial apabila orang tersebut
mempunyai sesuatu yang ditawarkan untuk
Psikologi kepentingan sosial. Dalam khasanah sastra
Menulis pada dasarnya bisa menjadi Pandir Kelana bisa dikategorikan sebagai seorang
sarana katarsis (pensucian jiwa) bagi pelakunya. sastrawan kontekstual yaitu mempertimbangkan
Dengan demikian, kegiatan Pandir Kelana konteks-konteks yang ada di masyarakat yang
menuangkan pengalaman dan gagasan- bisa dieksplorasi menjadi sebuah karya yang
gagasannya dalam bentuk novel sejarah ini bermanfaat.
merupakan bukti ada hasrat yang mampu
diekspresikan dalam bentuk novel. Timbulnya SIMPULAN
hasrat berasal dari mimpi. Freud berpendapat,
mimpi merupakan perwujudan hasrat manusia. Secara struktur Suro Buldog, Kereta Api
Selanjutnya Freud dalam Milner, menyatakan Terakhir, Kadarwati Perempuan dengan Lima Nama
mimpi isi laten adalah teks asli yang keadannya ditinjau dari tokoh dan latar merupakan pelaku
primitif yang harus disusun kembali melalui sejarah yang kemudian diimajinasikan oleh
gambar yang sudah diputar balikkan yang pengarang.
disajikan oleh mimpi manifes (Milner, 1992: 26- Pemanfaatan fakta sejarah di dalam ketiga
27). Dalam diri Pandir Kelana mempunyai novel tersebut merupakan suatu sarana
mimpi untuk mengekspresikan pengalaman- penyampaian persoalan sejarah lewat seni
pengalaman dalam dirinya. Hal ini secara dengan maksud supaya lebih menarik untuk
psikologis akan berdampak baik kepada Pandir diikuti.
Kelana maupun pembaca. Sebagai penulis,
Pandir Kelana merasa lega karena sudah dapat

209
Murtini / Jurnal Sastra Indonesia 8 (3) (2019)

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Lailul. (2018). Analisis Unsur Sejarah Islam


dalam Novel Khadijah: Ketika Rahasia Mim
Tersingkap Karya Sibel Eraslan. Jurnal Master
Bahasa.
Culler, Jonathan. (1975). Structuralist Poetics. London:
Routledge& Kegan Paul.
Hardjana, Andre. (1991). Kritik Sastra: Sebuah
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Hassan, Fuad. (1998). Renungan Budaya. Jakarta: Balai
Pustaka.
Kelana, Pandir. (1991). Kereta Api Terakhir. Jakarta:
Gramedia.
Kelana, Pandir. (1992). Kadarwati: Wanita dengan Lima
Nama. Jakarta: Gramedia.
Kelana, Pandir. (1992). Suro Buldog: Orang Buangan
Tanah Merah, Boven Digul. Jakarta: Gramedia
Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Masyarakat.
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta:
PT. Tiara Wacana.
La Capra, Dominick & Steven L. Kaplan (Ed). (1987).
Modern European Intellectual History Reappraisal
and New Perspectives. Ithaca and London:
Cornell University Press.
Luxemburg, Jean van (et.al). (1984). Pengantar Ilmu
Sastra. Dick Hartoko (Penerjemah). Jakarta:
Gramedia.
Margono, Aris. (2015). Perjuangan Kesetaraan Gender
Tokoh Wanita pada Novel-Novel Karya
Abidah El Khalieqy. Seloka: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Moleong, Lexy J. (1999). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rusdakarya.
Nafiyah, Khifdiyatun. (2016). Permasalahan
Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Malam
Sepasang Lampion Karya Triyanto
Triwikromo. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
Setyatmoko, Fitria Prarika. (2017). Penyimpangan
Sosial dalam Novel Neraka Dunia Karya Nur
Sutan Iskandar. Seloka: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.

210

Anda mungkin juga menyukai