Anda di halaman 1dari 21

Laporan

PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TANAMAN

“Tanaman Padi (Oryza sativa L.)”

Oleh Kelompok tiga (III)

Novita Nurputia Sangadji 613-418-047


Marsid Mohammad Ointu 613-418-062
Fatmawaty Daud 613-418-043 (sudah buat sendiri)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaikan pembuatan laporan ini untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Mohamad Lihawa, S.P., M.P selaku dosen
mata kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman yang telah memberikan saya tugas untuk
menambah wawasan kepada saya. Serta tak lupa saya berterima kasih kepada teman-teman
seperjuangan serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, baik
dengan materi maupun dengan non materi.
Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini, saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Gorontalo, 25 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3


2.1 Tanaman Padi............................................................................................3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)....................4
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Padi................................................................4
2.2.2 Morfologi Tanaman Padi.................................................................4
2.2.3 Pertumbuhan Tanaman Padi ...........................................................6

BAB III : METODOLOGI....................................................................................7


3.1 Tempat dan Waktu.....................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................7
3.3 Prosedur Kerja...........................................................................................7

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................8


4.1 Hasil...........................................................................................................8
4.2 Pembahasan...............................................................................................9

BAB V : PENUTUP.............................................................................................14
5.1 Kesimpulan .............................................................................................14
5.2 Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
DOCUMENTASI.................................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia,
tanaman padi juga merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia setelah serealia,
jagung dan gandum (Food and Agriculture Organization, 2018). Berdasarkan laporan di atas menunjukan
tingginya vitalitas tanaman padi terhadap keberlangsungan peradaban penduduk dunia, tidak terlepas
dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya bergantung pada tanaman padi sebagai sumber pangan
utama sehari-hari. Maka dari itu tanaman padi menjadi salah satu komoditas penting dan mempunyai nilai
strategis bagi masyarakat Indonesia. Swasembada beras menjadi sasaran utama di dalam kebijakan
pangan nasional ditandai dengan penerapan berbagai kebijakan peningkatan produksi padi. Menurut
Atekan (2009), ketersedian beras dalam jumlah yang cukup menjadi tuntutan untuk memberikan jaminan
terhadap ketahanan pangan dan stabilitas keamanan. Oleh karena itu beras selalu di tempatkan sebagai
komoditas utama dalam penyusunan konsep dan implementasi kebijakan perekonomian Indonesia.
Besarnya perhatian pemerintah terhadap pangan beras ini dapat di simak juga dari kebijakan penetapan
sasaran tambahan produksi beras minimal 2 juta ton pada tahun 2007, karena strategisnya komoditas ini
bagi kehidupan ekonomi dan politik Indonesia, pemerintah menetapkan suatu peraturan dalam bentuk
instruksi presiden RI (Inpres) No. 3 tahun 2007 tentang Kebijakan Perberasan (Kementrian Sekretaris
Negara, 2007).
Menurut laporan monitor Food and Agriculture Organization (2015), menunjukan Indonesia sebagai
negara peringkat ke 3 di dunia dengan produksi beras tertinggi setelah Negara Cina dan Negara India.
Berdasarkan laporan tersebut Indonesia berada pada posisi ke tiga dengan tingkat produksi 70,8 ton
setalah India dengan tingkat produksi 152,8 juta ton dan Cina dengan tingkat produksi 206,5 juta ton pada
tahun 2015. Tingginya produksi beras berbanding lurus dengan tingkat konsumsi beras nasional dengan
tingkat 102 kg/kapita/tahun dibandingkan dengan konsumsi dunia hanya sekitar 60 kg/kapita/tahun (Sari,
2015). Dengan ini Indonesia berpotensi sebagai lumbung padi global dengan terus meningkatkan upaya
kebijakan pemerintah dan berbagai lapisan ataupun unsur terkait baik pemerintah maupun non
pemerintah.
Ketersedian data yang akurat tepat dan mutakhir sangat terkait dengan setiap kebijakan yang di ambil.
Setiap tahunnya pemerintah senantiasa melakukan estimasi produksi padi untuk mengantisipasi
kebutuhan beras bagi penduduk, estimasi produksi padi di lakukan oleh berbagai instansi diantara lain
Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan dan Hortikula Kementrian Pertanian, BULOG (Badan Urusan

1
Logistik) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Di dalam estimasi produksi tersebut masing-masing instansi
melakukannya sesuai tupoksi dan kepentingan instansinya masing-masing, sehingga parameter dan
pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan produksi padi juga berbeda. Kementrian Pertanian
memperikarankan produksi padi dengan mempertimbangkan parameter luas area tanam/panen dan jumlah
benih yang disebar petani. Perhitungan produksi dengan memanfaatkan struktur kelembagaan di
bawahnya yaitu Mantri Tani, Penyuluh Pertanian dan Informasi Luas baku sawah dari BPS (Badan Pusat
Statistik). BULOG (Badan Urusan Logistik) memperkirkan produksi padi menggunakan pendekatan
ekonometrik, dan pemanfaatan data sekunder. Parameter yang di gunakan adalah luas areal panen,
produksi, curah hujan dan harga. Informasinya di sajikan percatur wulan. Parameter luas areal panen dan
produksi padi per hektar di gunakan pula oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam memperkirakan
produksi padi, bedanya data yang di gunakan adalah data primer yang di himpun dari lapangan di setiap
Kecamatan berdasarkan hasil ubinan secara acak terpilih (Wahyunto et al., 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas rumusan masalah dari pembuatan laporan ini adalah
a. Bagaimana cara petani merawat tanamannya ?
b. Bagaimana cara petani mengendalikan hama penyakit tanaman ?
c. Pestisida apa yang digunakan petani untuk mengendalikan hama penyakit tanaman ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah
a. Untuk mengetahui cara petani merawat tanamannya
b. Untuk mengetahui cara petani mengendalikan hama penyakit tanaman
c. Untuk mengetahui pestisida apa yang digunakan petani untuk mengendalikan hama penyakit
tanaman

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Sistem tanam pada pertanaman padi sangat berpengaruh terhadap komponen budidaya dan hasil
produksi tanaman. Pengaruh tersebut terjadi pada penangkapan cahaya untuk fotosintesis, kebutuhan air
tanaman, penyerapana usur hara oleh akar, ketersediaan ruang yang menentukan kompetisi gulma dengan
tanaman, dan iklim mikro di bawah kanopi yang berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit
tumbuhan. Menurut Ikwani (2013) jarak tanam yang lebar akan meningkatkan penangkapan sinar
matahari oleh tajuk tanaman sehingga berpengaruh terhadap jumlah anakan yang dihasilkan,
meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot gabah tiap rumpun. Jarak tanam yang lebar juga
memberikan ruang, semakin rapat jarak tanam maka semakin sedikit rumpun yang dihasilkan per
rumpunnya. Sedangkan pada populasi yang rendah dengan jarak tanam yang lebar mampu menghasilkan
keragaman rumpun yang besar.
Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan, pembersihan gulma, pemberian
pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan pestisida kimia atau bahan alami sebagai
pestisida. Urea, Phonska merupakan beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara
tanaman. Hal yang paling penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat jenis, dosis,
tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014)
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam
meningkatkan hasil produksi padi melalui penerapan berbagai komponen teknologi yang memiliki efek
strategis dan posistif. Komponen teknologi model pengelolaan tanaman terpadu yang memberikan
sumbangan cukup besar terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi sehingga perlu diterapkan
bersamaan dengan benih bermutu, varietas unggul baru yang spesifik lokasi, bibit muda yang ditanam
secara terbatas, sistem tanam legowo, pemupukan N, P dan K berdasarkan status hara tanah secara
seimbang. Komponen teknologi PTT lainnya adalah pengairan berselang, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit serta penanganan panen dan pascapanen (Hidayah, 2013)

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


2.2.1 Klasifikasi Tanaman Padi
Berdasarkan Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), tanaman padi (Oryza sativa L.) di
masukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae

3
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Familia : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L. (Tripathi et al., 2011)
2.2.2 Morfologi Tanaman Padi
Padi (Oryza sativa L.) terdiri dari banyak varietas. Setiap varietas memiliki ciri yang
membedakan antar varietasnya dari segi warna, bentuk dan juga ukuran tertentu. Ciri/karakter
morfologi merupakan penciri yang paling mudah diamati dalam mengidentifikasi tanaman
(Tjitrosoepomo, 2013). Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari organ vegetatif dan organ
generatif (reproduktif). Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif
terdiri dari bunga, malai dan gabah (Makarim dan Suhartatik, 2009).
1. Akar (radix)
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah,
kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas :
1. Radikula; akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang sedang
berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami pertumbuhan ke arah
bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas
sehingga terbentuk batang dan daun.
2. Akar serabut (akaradventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan
tumbuh.
3. Akar rambut ; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar
ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini penting dalam pengisapan air
maupun zat-zat makanan. Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan
panjangnya sama dengan akar serabut.
4. Akar tajuk (crown roots) ;adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar tajuk ini
dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar
yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah
berkembang.
Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna
coklat, sedangkan akar yangbaru atau bagian akar yangmasih muda berwarna putih.
2. Batang (Caulis)

4
Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa
ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya
ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal
batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas
yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas
sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujumg dari daun pelepah memperlihatkan
percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg
terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan
kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut
daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah
timbul ruas yang menjadi bulir padi.
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang
tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan
sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.
Tunas orde pertama tumbuhnya didahului oleh tunas yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian
diikuti oleh sukma kedua, disusul oleh tunas yang timbul dari sukma ketiga dan seterusnya sampai
kepad apembentukan tunas terakhir yang keenam pada batang tunggal Tunas-tunas yang timbul
dari tunas orde pertama disebu ttunas orde kedua. Biasanya dari tunas-tunas orde pertama ini yang
menghasilkan tunas-tunas orde kedua ialah tunas orde pertama yang terbawah sekali pada batang
tunggal/ utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga pada umunya tidak terjadi,oleh karena tunas-
tunas dari orde ketiga tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan dengan tunas-tunas dari
orde pertama dan kedua.

3. Daun (Folium)
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik
bentuk, susunan, atau bagian bagiannya.Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun.
Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun
bagian-bagian daun padi adalah :
1. Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya memanjang seperti pita.
Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi yang bersangkutan.
2. Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang, pelepah daun ini
berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak, dan hal ini selalu
terjadi.

5
3. Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah
daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun duduknya melekat pada batang.
Fungsi lidah daun adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun
(upih). Disamping itu lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media air
memudahkan penyebaran penyakit.

Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile. Koleopti lkeluar
dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air. koleoptil baru
membuka, kemudian diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai
puncak yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun
bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar
dari pada daun sebelumnya.Daun bendera ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-mula
berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar
bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan
daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul
daun baru lainnya.
4. Bunga dan Malai (Inflorescentia)
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai.Bulir-
bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah
ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam
dancara bercocok tanam.Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah biasanya
panjang malai (rangkaian bunga) diukur.Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu
malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari
30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah
cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan
mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-
120 bunga.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.Berkelamin dua
jenis dengan bakal buah yang diatas.Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan
tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk.Putik mempunyai dua tangkai putik,
dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau
ungu.
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:

6
1. kepala sari
2. tangkai sari,
3. palea (belahan yang besar),
4. lemma (belahan yang kecil),
5. kepala putik,
6. tangkai bunga.

5. Gabah (Cariopsis)
Padi memiliki buah tipe bulir atau kariopsis, tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya
yang disebut gabah, terdiri atas biji yang terbungkus oleh palea dan lemma yang disebut sekam.
Biji yang sehari-hari dikenal dengan beras adalah kariopsis yang terdiri atas embrio dan
endosperma yang diselimuti oleh lapisan aleuron kemudian tagmen dan lapisan terluar yang
disebut perikarp. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul,
65-67% endosperm dan 2-3% lembaga.
Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7
mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan
berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi
empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (2.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang
dari 2) (Koswara, 2009)..
2.3 Pertumbuhan Tanaman Padi
Pertumbuhan padi terbagi pada tiga fase yaitu fase vegetatif (awal pertumbuhan hingga
pembentukan malai), fase reproduktif (pembentukan malai hingga awal pembungaan) dan fase
pematangan (pembungaan hingga pematangan gabah). Menurut Departemen Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Komisi Nasional Plasma Nutfah (2003), pertumbuhan
tanaman padi dapat dirinci menjadi sembilan fase: perkecambahan, bibit, anakan, pemanjangan
batang, bunting, pembungaan, pematangan susu, pengisian dan pematangan gabah.
Ada tiga stadia umum proses pertumbuhan tanaman padi dari awal penyemaian hingga
pemanenan yaitu:
1. Stadia vegetatif; dari perkecambahan sampai terbentuknya bulir. Pada varietas padi yang berumur
pendek (120 hari) stadia ini lamanya sekitar 55 hari, sedangkan pada varietas padi berumur
panjang (150 hari) lamanya sekitar 85 hari.
2. Stadia reproduktif; dari terbentuknya bulir sampai pembungaan. Pada varietas berumur pendek
lamanya sekitar 35 hari, dan pada varietas berumur panjang sekitar 35 hari juga.

7
3. Stadia pembentukan gabah atau biji; dari pembungaan sampai pemasakan biji. Lamanya stadia
sekitar 30 hari, baik untuk varietas padi berumur pendek maupun berumur panjang.
Padi termasuk tanaman daerah tropis. Dapat ditanam pada ketinggian hingga 1500 mdpl, dengan
curah hujan 1500-2000 mm setiap tahunnya. Suhu yang baik bagi pertumbuhan tanaman padi berkisar
antara 23-29 ̊C serta pH tanah antara 4-7. Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara sangat
mempengaruhi produksi tanaman padi (Hosang et al., 2012). Semakin tinggi ketinggian tempat maka
semakin rendah suhu udara dan akan berpengaruh terhadap umur tanaman padi yang semakin panjang,
selain itu produksi tanaman padi akan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suhu udara baik
pada padi yang ditanam pada sawah tadah hujan maupun sawah irigasi (Yuliawan, 2012).

8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum wawancara pertama bertempat di kelurahan Bulotada’a Barat Kecamatan Sipatana
Kabupaten Gorontalo atas nama bapak Ismail Abdul yang berumur 64 tahun dan tempat kedua berlokasi
di desa Lamahu atas nama Kulwan Kido pada hari Jumat 26 Maret 2021 Waktu 10:00 wita - selesai
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam prktikum kali ini adalah buku, pulpen, dan kamera serta
beberapa pertanyan untuk para petani
3.3 Prosedur Kerja
1. Menentukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai areal wawancara.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan kepada petani
3. Mendokumentasikan hasil wawancara berupa foto.
4. Membuat laporan tertulis sesuai kegiatan wawancara.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (Petani padi) maka diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Pertani Pertama
N
Uraian Keterangn
O
1. Nama Petani Ismail Abdul 64 th
Kelurahan Bulotda’a Barat kecamatan
2. Lokasi
Sipatana
3. Luas Lahan 500 m²
4. Kelompok Tani Alumbangu, ketua kelompok tani pak Usman
5. Umur Tanaman Padi 2 bulan
6. Teknik pengolahan tanah Bajak menggunakan traktor
7. Jarak Tanam 30 cm per tanaman
8. Jumlah bibit per lubang 1-3 batang per lubang
9. Teknik penanaman Ditancap dengan kedalaman 2cm
10. Kedalaman lubang tanam 2 cm
11. Jenis pupuk yang digunakan Urea dan ponska
12. Teknik Pemupukan Disebar
13. Periode Pemupukan 18 hari setelah ditanam
Menggunakan irigasi (apabila musim
14. Pengairan
kemarau tiba petani menggunakan mesin air
15. Jenis Hama Yang meyerang Wereng coklat, ulat, tikus dan burung
Dengan menggunakan obat yakni berupa
16. Pengendalian OPT/Gulma
krengsek, trisulla dll
17. Hasil Panen 400 – 500 kg
18. Alumni SLPHT Tidak termasuk alumni SLPHT

b. Pertani Kedua
N
Uraian Keterangn
O
1. Nama Petani Kulwan Kido 39 th
2. Lokasi Desa Lamahu
3. Luas Lahan 500 m²
4. Umur Tanaman Padi 2 bulan
5. Teknik pengolahan tanah Bajak menggunakan traktor

10
6. Jarak Tanam 29 cm per tanaman
7. Jumlah bibit per lubang 1-3 batang per lubang
8. Teknik penanaman Ditancap dengan kedalaman 2cm
9. Kedalaman lubang tanam 2 cm
10. Jenis pupuk yang digunakan Urea dan ponska
11. Teknik Pemupukan Disebar
12. Periode Pemupukan 18 hari setelah ditanam
Menggunakan irigasi (apabila musim
13. Pengairan
kemarau tiba petani menggunakan mesin air)
14. Jenis Hama Yang meyerang Wereng coklat, ulat, dan burung
Dengan menggunakan obat yakni berupa
15. Pengendalian OPT/Gulma Fudaran dengan cara disemprot dan
dicampurkan dengan pupuk
16. Hasil Panen 20 karung ± 800 kg
17. Alumni SLPHT Tidak termasuk alumni SLPHT

4.2 Pembahasan
Pada wawancara petani pertama atas nama bapak Ismail Abdul yang merupakan anggota kelompok
petani memiliki luas lahan sebesar 500 m² dengan umur tanaman padi mencapai 2 bulan dengan teknik
pengolahan lahan menggunakan traktor dan jarak tanam yang digunakan yaitu 30 cm per tanaman, jumlah
bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang, teknik penananam dengan cara ditancap kedalamannya 2 cm
serta pupuk yang dipakai yaitu urea dan ponska teknik pemupukannya disebar, hama yang meyerang
tanaman padi yaitu wereng coklat, ulat, tikus dan burung cara pengendalinnya yaitu menggunakan obat
yaitu krengsek dan trisula, hasil panen yang dimiliki tergantung pertumbuhan tanaman padi apabila
produksinya bagus maka hasil yang didapatkan juga bagus yang bersikar antara 400 – 500 kg apabila
produksinya rendah maka hasil yang didapat juga tidak stabil yaitu sekitar 200 – 300 kg. Sedangkan pada
Pada wawancara petani kedua atas nama bapak Kulwn Kido yang bukan merupakan anggota
kelompok petani memiliki luas lahan sebesar 500 m² dengan umur tanaman padi mencapai 2 bulan
dengan teknik pengolahan lahan menggunakan traktor dan jarak tanam yang digunakan yaitu 29 cm per
tanaman, jumlah bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang, teknik penananam dengan cara ditancap
kedalamannya 2 cm serta pupuk yang dipakai yaitu urea dan ponska teknik pemupukannya disebar, hama
yang meyerang tanaman padi yaitu wereng coklat, ulat, dan burung cara pengendalinnya yaitu
menggunakan obat yaitu furedan dengan cara disemprot, dihmbuar atau dicampur dengan pupuk. Hasil
panen yang dimiliki tergantung pertumbuhan tanaman padi apabila produksinya bagus maka hasil yang
didapatkan juga memenuhi standar yang bersikar antara 800 – 900 kg atau berkisar 20 karung apabila
produksinya rendah maka hasil yang didapat juga tidak stabil yaitu kurang dari 10 ± 6 karung.

11
4.2.1 Hama yang Menyerang Tanaman Padi
1. Wereng Batang Coklat
Kerusakan Tanaman Oleh Wbc
Apabila populasi tinggi, warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian
berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas kuning-coklat
dan mengering (“hopperburn”).
WBC juga dapat menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
 Kerdil rumput: tanaman menjadi kerdil, beranak banyak, daun menjadi pendek, dan tidak
bermalai.
 Kerdil hampa: tanaman menjadi kerdil, daunnya terpuntir dan pendek, kaku sobek-sobek,
terdapat puru, anakan bercabang dan malainya hampa.
KARAKTERISTIK WBC
WBC berukuran kecil, nimfa yang baru menetas berukuran <1 mm dan dewasa ± 3 mm. Hidup
dan menghisap cairan tanaman di bagian pangkal batang/pelepah tanaman. Apabila populasi
tinggi WBC sampai di daun terutama dewasa bersayap panjang.  Nimfa kecil berwarna putih dan
semakin tua berubah menjadi kekuning-kuningan, coklat muda akhirnya menjadi coklat/coklat
tua.
PENGENDALIAN WBC

 Persipan benih unggul bersertifikat yang tahan terhadap koloni WBC setempat.
 Eradikasi/sanitasi singgang atau sisa tanaman yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil
hampa.
 Lakukan pengamatan secara rutin terhadap populasi WBC   sejak awal persemaian.
 Pemusnahan bibit/persemaian yang terserang berat WBC.
2. Ulat
Biasanya ulat akan memakan daun serta batang tumbuhan.
Cara mengendalikan hama ulat ini adalah sebagai berikut:
 Mengecek bagian bawah daun, apabila terdapat telur kupu berwarna putih maka segera
dibersihkan
 Genangilah tempat persemaian dengan air agar ulat naik ke atas dan mudah untuk dibasmi
 Apabila cara sebelumnya tidak efektif, maka opsi terakhir adalah dengan menggunakan pestisida
3. Tikus

12
Tikus biasanya menyerang tanaman padi, dan sering bergerak pada malam hari. Biasanya target
utama tikus dalam menyerang padi adalah biji dan batangnya. Dengan giginya yang tajam, tikus
dapat memakan biji-bijian padi. Biasanya tikus membuat lubang didekat sawah dan bersembunyi
diantara semak-semak.
Cara Pengendalian
 Menutup lubang yang ada disekitar sawah yang digunakan sebagai tempat persembunyian, lalu
menangkap tikus
 Gunakan ular yang sudah dijinakkan untuk mengusir atau memangsa tikus.
 Menggunakan pembasmi tikus atau umpan beracun, namun dalam menerapkan cara ini harus
berhati-hati
4. Burung
Pengendalian hama burung ini berbagai cara telah dilakukan petani. Sebagian petani memilih
menggunakan cara tradisional, beberapa lainnya juga ada yang telah memodifikasi teknologi
yang dirasa cukup efektif untuk mengendalikan burung-burung tersebut. Kerusakan akibat
serangan burung berkisar antara 10% - 50%.
 Beberapa Hal yang menyebabkan terjadinya serangan hama burung.

1. Penanaman tidak serempak


2. Kurangnya tenaga kerja tanam
3. Penggunaan Varietas unggul yang sama terus menerus
4. Tidak m elakukan pengendalian terhadap polulasi burung
 Berikut ini beberapa cara yang dilakukan petani untuk mengendalikan serangan burung pipit.
1. Pengendalian Burung Secara Mekanis
2. Memasang/ membuat orang-orangan sawah. Cara sederhana ini biasanya dilengkapi dengan
pemasangan pita, plastic, dan bunyi-bunyian. Namun, sebenarnya cara tersebut masih kurang
efektif untuk mengusir burung-burung pipit.
3. Memasang/membuat kincir angin yang dilengkapi kaleng sebagai sumber bunyi. Burung pipit
akan terganggu ketika mendengar suara keras. Cara ini bisa dimodifikasi dengan menggunakan
motor bertenaga listrik atau aki baterai. Cara ini dirasa lebih efektif ketimbang membuat orang-
orangan sawah.
4. Memasang jaring penangkap ikan. Jaring bekas dipasang di sawah dengan menancapkan beberapa
bambu sebagai tiang di pematang sawah, kemudian mengikat jaring di bambu tersebut dan

13
membetang di atas tanaman padi. Cara ini cukup efektif, pemasaanagan dilakukan saat keluar
malai
5. Memasang plastik mengkilap berukuran panjang. Plastik ini bermanfaat untuk memantulkan sinar
matahari yang akan membuat silau burung pipit sehingga mereka tidak jadi menyerang lahan
pertanian padi.

Kedua petani ini menggunakan pestisida yang berbeda untuk pengendalian hama ini yaitu petani
pertama menggunakan obat berupa krengsek dan trisula sedangkan petani kedua menggunakan furadan
dengan cara disemprot atau dicampurkan menggunakan pupuk yang akan dipakai untuk mengendalian
hama.
Pada wawancara petani pertama dan kedua memeiliki perbedaan yaitu
1. Pada jarak tanam petani petama memiliki jarak tanam 30 cm sedangkan petani kedua 29 cm
2. Petani pertama termasuk kelompok petani sedangkan petani kedua tidak termasuk kelomlok tani
3. Sama-sama bukan termasuk alumni SLPHT
4. Berbeda hasil pada saat panen, petani pertama setelah panen mendapatka ± 400-500 kg sedangkn
petani kedua mendapatkan hasil 800-900 kg
5. Cara mengatasi gulma pada petani kedua sangatlah tradisional hanya dengan cara mencabut gulma-
gulma tersebut menggunakan tangan, sedangkan pada petani pertama menggunakan obat untuk
pengendalian gulma tersebut

14
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban
manusia, tanaman padi juga merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia setelah
serealia, jagung dan gandum (Food and Agriculture Organization, 2018).
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam
meningkatkan hasil produksi padi melalui penerapan berbagai komponen teknologi yang memiliki efek
strategis dan posistif.
Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan, pembersihan gulma, pemberian
pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan pestisida kimia atau bahan alami sebagai
pestisida.
Pada wawancara petani pertama dan kedua memeiliki perbedaan yaitu
6. Pada jarak tanam petani petama memiliki jarak tanam 30 cm sedangkan petani kedua 29 cm
7. Petani pertama termasuk kelompok petani sedangkan petani kedua tidak termasuk kelomlok tani
8. Sama-sama bukan termasuk alumni SLPHT
9. Berbeda hasil pada saat panen, petani pertama setelah panen mendapatka ± 400-500 kg sedangkn
petani kedua menn ini dapatkan hasil 800-900 kg
10. Cara mengatasi gulma pada petani kedua sangatlah tradisional hanya dengan cara mencabut gulma-
gulma tersebut menggunakan tangan, sedangkan pada petani pertama menggunakan obat untuk
pengendalian gulma tersebut
5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dari laporan ini yaitu semoga dengan adanya laporan ini bisa
membantu kita dalam menyelesaikan masalah masalah yang ada pada petani berupa hama dan
terkhususnya lebih memperhatikan lagi subsidi pemberian pupuk dari pemerintah untuk petani, dan
semoga laporan ini bermanfaat untuk pembaca

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, I. 2013. Farmers’ Behaviour in The Implementation of Component PTT (Integrated Plant and
Resource Management) in Irrigation Paddy Rice Fields Farming in Buru Regency Maluku
Province Indonesia. Ijhsnet, 3(12): 129-138.

Ikhwani, G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui


Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek tanaman pangan, 8(2): 72-79.

Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan Kontribusinya
Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten
Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.

Watemin. S. Budiningsih. 2012. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Padi Sawah Di
Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Sepa, 9(1): 34-42.

16
DOCUMENTASI

Atas nama Bapak Ismail Abdul dan Bapak Kulwan Kido (Petani 1 & 2)

17
18

Anda mungkin juga menyukai