Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allat SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan Akhir PBL II tanpa ada halangan apapun sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan.
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan
baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam kegiatan PBL II di Desa Lhok Bikhao, serta yang
terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA, selaku Rektor Universitas
Teuku Umar;
2. Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar;
3. Fitrah Reynaldi, SKM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar;
4. Teungku Nih Farisni, SKM.,M.Kes selaku Dosen Pendamping Lapangan
(DPL);
5. Keuchik Gampong Lhok Bikhao;
6. Masyarakat Gampong Lhok Bikhao;
7. Terima kasih juga kepada semua pihak lain yang telah ikut serta memberikan
bantuan dan dorongan dalam proses penyelesaian laporan PBL II ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pada umumnya bagi para pembaca.

Meulaboh, 08 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................1
HALAMAN JUDUL ................................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................................... 3
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... 4
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan kegiatan......................................................................................3
1.3 Manfaat Kegiatan ...................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Stunting ..................................................................................................7
2.1.1 Faktor-faktor penyebab stunting ..................................................8
2.1.2 Faktor determinan dan dampak stunting ...................................... 8
2.1.2 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ....................................... 9
BAB III ANALISI SITUASI ...................................................................................10
3.1 Gambaran Umum Lokasi PBL...............................................................10
3.2 Gambaran Khusus ..................................................................................10
BAB IV RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................... 11
4.1 Tempat, waktu dan sasaran kegiatan ..................................................... 11
4.2 Rencana Usulan Kegiatan (RUK) .................................................................. 12
BAB V HASIL KEGIATAN ................................................................................ ..14
5.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) ............................................ 14
5.2 Hambatan Pelaksanaan Kegiatan ...........................................................14
5.3 Solusi yang diusulkan ................................................................... 15
BAB VI PEMBAHSAN ...........................................................................................16
6.1 Rencana Tindak Lanjut ..........................................................................16
6.2 Proses Pelaksanaan Kegiatan Intervensi ................................................16
6.2.1 Pemberian PMT ...........................................................................16
6.2.2 Sosialisasi Pencegahan Stunting ..................................................18
6.2.3 Vertical Garden ............................................................................22
6.3 Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Intervensi ......................................23
6.3.1. Monitoring program penanggulangan stanting ..................................23
6.3.2 Evaluasi ...............................................................................................24
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... ..25
7.1 Kesimpulan ................................................................... 25
7.2 Saran ......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar.6.1 Pemberian PMT ............................................................................................... 16


Gambar.6.2 Sosialai Pencegahan Stunting .......................................................................... 18
Gambar.6.3 Vertical Garden ............................................................................................... 22

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Kelompok P B L


Lampiran 2. L embar Kegiatan H arian Perorangan P B L
Lampiran 3. Dokumentasi

iv
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan panjang atau tinggi balita yang tidak sesuai umurnya

menurut standart yang ditetapkan oleh WHO, yaitu lebih dari dua standar deviasi di bawah

median . World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 membuat batasan masalah

stunting dengan kriteria dianggap mempunyai kasus stunting tinggi bila prevalensi

stunting sebesar 30 – 39 % dan jika ≥ 40 % dikategorikan sebagai kasus stunting yang

sangat tinggi. Berdasarkan data Kementrian kesehatan rata-rata prevalensi balita stunting

di Indonesia pada tahun 20052017 di Indonesia adalah 36,4%

Menurut UNICEF (2013) factor penyebab stunting disebabkan oleh berbagai

factor, faktor keluarga dan rumah tangga (faktor ibu, lingkungan rumah), Perilaku ibu

dalam memberikan makanan pendamping (MP) ASI yang tidak adekuat, pemberian ASI

dan infeksi. Faktor kontekstual yang berkontribusi terhadap kejadian stunting adalah politik

ekonomi, pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial budaya, system pertanian dan makanan,

dan lingkungan sanitasi air. Penelitian di Ethiopia (2017) prevalensi keseluruhan stunting

anak usia 6-59 bulan adalah sebanyak 64,5%. Faktor dominan yang menjadi faktor risiko

stunting adalah ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai petani (OR = 1,45 (1,08- 1.93)

dengan CI 95%), kurangnya suplementasi vitamin-A pascanatal ( AOR = 1,54 ; (1,19-2,00)

dengan CI 95%), kategori keluarga miskin (AOR =2,07 ; (1,56-2,75) dengan CI 95%) dan

memperoleh makanan keluarga dari hasil pertanian (AOR = 1,44 (1,09-1,89 dengan CI

95%)7. Pada tahun 2019 masih penelitian di Etiopia didapatkan hasil kejadian

stunting terjadi pada anak berusia antara 24 - 59 bulan berisiko sebesar 7,479 kali menjadi

1
stunting dibandingkan dengan anak yang berusia 0-11 bulan dan usia 12-24 bulan berisiko

5,556 kali menjadi stunting dibandingkan pada anak usia 0-11 bulan, pendapatan keluarga

menengah (OR = 0,79 (0,399 - 0,084) dengan CI 95%) dan rumah tangga kaya (OR =

0,648 dengan CI 95%) merupakan faktor protektif terhadap kejadian stunting. Anak-

anak yang tidak diberi ASI memiliki kemungkinan 1.225 kali lebih besar untuk terjadi

stunting dibandingkan dengan anak yang ASI esklusif. Anak-anak dari rumah tangga

menggunakan internet adalah 56,7% lebih kecil kemungkinannya untuk terkena stunting.

Dalam upaya pencegahan stunting tentunya tidak serta merta dilakukan, namun

dalam penyelenggaraannya dibutuhkan beberapa langkah-langkah strategis mulai dari

perencaannya hingga evaluasi. Selain itu, pendekatan masyarakat yang komprehensif untuk

mempertahankan gizi baik untuk ibu hamil, bayi dan balita sangat dibutuhkan. Hal

tersebut dilakukan dengan PMT (pemberian makanan tambahan), TTD (tablet tambah

darah) pada ibu hamil dan PMT (pemberian makanan tambahan),vitamin A pada bayi dan

balita serta jugak yang memungkinkan anak tidak syunting.

Selain tujuan yang telah dijelaskan diatas, dalam kegiatan yang kami laksanakan di

Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue ini bertujuan

untuk menganalisis seberapa permasalahan stunting dan apa yang menjadi factor

penyebab stunting pada anak. Untuk menekan angka stunting tentu diperlukan upaya

untuk mengetahui makanan yang di konsumsi ibu hamil, bayi dan balita serta PMT apa saja

yang diperoleh ibu hamil, bayi dan balita yang ada di masyarakat. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dengan rumah tangga, dengan

melakukan melakukan wawancara terhadap rumah tangga tersebut maka dapat diketahui

masalah-masalah kesehatan terhkusus masalah stunting yang signifikan pada masyarakat,

melalui informasi dan data yang akurat serta relevan sehingga dapat diperoleh masalah

kesehatan, penyebab masalah, prioritas masalah2 pada Praktek Belajar Lapangan I (PBL I)
pada bulan Februari tahu 2021. Pada kegiatan PBL I ini mahasiswa harus memiliki

kemampuan dalam menetapkan rencana kegiatan intervensi baik fisik maupun non fisik

dalam pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat, bertindak sebagai manajer

masyarakat yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pendidik, penyuluh dan peneliti,

melakukan pendekatan masyarakat, dan bekerja dalam multi disipliner.

Seperti yang telah diuraikan di atas maka adapun kegiatan yang akan dilakukan

dalam kegiatan PBL I dalam Pengukuran KK terdiri dari pengambilan data dan analisis

data. Pada dasarnya jenis pengambilan data yang dilakukan adalah sensus penduduk,

dikatakan demikian karena pendataan dilakukan pada seluruh Rumah Tangga yang

termasuk sebagai KK dalam suatu lingkungan namun tetap memperhatikan karakteristik

responden yang sesuai yakni kerumah tangga yang memiliki ibu hamil, bayi dan balita.

Kemudian data yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai bahan intervensi pada

Praktik Belajar Lapangan berikutnya, dalam upaya membantu masyarakat dan pemerintah

untuk memecahkan masalah Stunting yang ada di Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan

Simeulue Barat Kabupaten Simeulue.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum.

Melakukan Analisis dan Pengambilan Data terhadap Indikator Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue.

1.2.2. Tujuan Khusus.

1. Untuk mengetahui jumlah Penduduk yang memiliki ibuhami, bayi dan balita di

Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue?

2. Untuk mengetahui jumlah Keluarga yang mengikuti program imunisasi di Wilayah

Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue?

3. Untuk mengetahui jumlah Ibu hamil3 yang mengikuti posyandu sesuai standar
di Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue?

4. Untuk mengetahui jumlah Bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap di Wilaya

Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue?

5. Untuk mengetahui jumlah Ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi

6. 0-6 Bulan di Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat

Kabupaten Simeulue ?

7. Untuk mengetahui bagaimana rencana usulan kegiatan (RUK) untuk

penanggulangan stunting di Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat

Kabupaten Simeulue ?

8. Untuk Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) penaggulangan stunting

di Wilayah Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue.

4
1.3.Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dari Analisis penaggulangan stunting adalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagi Masyarakat.

a. Masyarakat mendapatkan Informasi dan pengetahuan tentang Indikator penyebab

stunting dan cara penggulangan stunting.

b. Dengan adanya Informasi dan Pengetahuan Indikator penyebab stunting dan cara

penggulangan stunting., masyarakat mampu menerapkan hidup sehat terutama

mengkonsumsi makana yang sehat agar anak tidak stunting.

c. Masyarakat mampu menyelasikan permasalahan stunting yang ada pada

lingkungannya.

d. Masyarakat rutin ikut imunisasi ke posyandu.

1.3.2 Bagi Kader

a. Kader mendapatkan informasi permasalahan stunting dan indikator penyebab

stunting.

b. Dengan adanya Informasi dan Pengetahuan Indikator penyebab stunting dan cara

penggulangan stunting, Kader mampu melakukan pemberian PMT yang baik

kepada ibu hamil, bayi dan balita sesuai dengan standar.

c. Miningkatkan kinerja kader agar peduli terhadap permasalahan stunting.

1.3.3 Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.

a. Mendapatkan dan menambah pengalaman serta wawasan secara aktif dan interaktif

di Desa Lhok Bikhao, Kecamatan Simeulue Barat, Kabupaten Simeulue mengenai

Indikator penyebab stunting.

b. Meningkatkan pengetahuan serta melatih kemampuan dalam berinteraksi dengan

masyarakat secara langsung.


5
c. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi kepada

masyarakat secara langsung.

1.3.4 Bagi Pemerintah / Instansi Lainnya.

a. Untuk mengtahui Indikator Kesehatan yang belum terpenuhi dikalangan

masyarakat.

b. Menjadi referensi baru untuk menrancang program kesejatan selanjutnya.

c. Menjadi dasar pokok terhadap pengambilan keputusan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting
2.1.1. Pengertian Stunting
Stunting adalah sala satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan

menurut umur diukur dengan standar defiasi dengan referensi WHO tahun 2005.

Indicator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari

keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, prilaku hidup sehat dan pola

asu/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anaka dilahirkan yang mengakibatkan

anak menjadi pendek. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2010, untuk

skala nasional, prefalensi anak balita stunting (pendek) sebesar 35,6 % atau turun 1,2

% dibandingkan tahun 2007 (36,8%) dan angka tertinggi kejadian stunting (pendek)

yakni pada usia 12-23 bulan dengan presentase sebesar 18,5 % dengan kategori pendek dan

23,0% dengan kategori sangat pendek. Prefalensi stunting (pendek) di provinsi jawa tengah

sendiri sebesar 33,9% dengan kategori pendek sebesar 17,0% dan sangat pendek sebesar

16,9%, dan untuk kota semarang, prefalensi stunting (pendek) mengalami kenaikan dari

16,54% pada tahun 2010 dan menjadi 20,66% di tahun 2011.

Stunting merupakan masalah kesehatan yang saat ini sering dijumpai pada anak-anak

atau balita. Stunting sendiri adalah masalah kekurangan gizi kronis yang di sebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan

pertumbuhan pada anak yaitu tinggi badan lebih rendah atau pendek <-2 SD

(Kemenkes,2018.

Permasalahan gizi, khususnya stuning pada anak merupakan salah satu keadaan

7
kekurangan gizi yang menjadi perhatian utama didunia terutama di Negara berkembang,

memberikan dampak lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang renda,

kurangnya kecerdasan, dan produktivitas yang rendah. Prevalensi stunting didunia

sebesar 26,9 % dan di Negara-negara berkembang diasia sebesar 31,3 % sedangkan di

Indonesia lebih tinggi lagi yaitu 35, 6 % dan pada kelompok usia 6-23 bulan adalah yang

tertinggi. Salahsatu faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita

adalah riwayat berat badan lahir renda (BBLR) akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan

terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi

sering mengalami infeksi, dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat menyebabkan

anak stunting. Namun secara tidak langsung kejadian stunting juga dipengaruhi oleh

faktor social ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota rumah

tangga. (Darwin nsution, dkk, 2014).

2.1.2 Faktor penyebab stunting

Terdapat beberapa factor yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian stunting,

yakni infeksi, ASI dan MP-ASI, imunisasi, dan penyakit serta berat bayi lahir dan

genetic (Kemenkes,2016). Factor factor ini merupakan ancaman yang besar bagi sebagian

masyarakat terutama di daerah dengan sanitasi yang kurang baik, pendidikan kesadaran

masyarakat akan kesehatan yang masih rendah serta status ekonomi rendah kebawah. Faktor

ini sangat berdampak bagi kalangan masyarakat seperti yang disebutkan tadi karena

merupakan bagian faktor eksternal dalam lingkungan masyarakat yang menjadi faktor

predisposisi munculnya masalah stunting ini (Depkes, 2016).

2.1.3 Faktor determinan dan dampak stunting

Permasalahan gizi adalah permasalahan dalam slikus kehidupan, mulai dari

kehamilan, bayi, balita, remaja, sampai dengan lansia. Masalah gizi dapat terjadi pada
8
seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan

mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational

impact), (Republik Indonesia, 2012).

2.1.4 Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pemberian makanan tambahan (PMT) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu

selama masa kehamilan terutama kecukupan protein. Waktu yang tepat dalam pelaksanaan

PMT sebagai program suplementasi gizi untuk ibu hamil yaitu pada trimester II dan III

karena pada usia kehamilan tersebut kebutuhan gizi meningkat dan pertumbuhan janin

berjalan cepat (Hana safiyyah zulaidah, dkk, 2014).

9
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Lokasi PBL

Lokasi PBL II dilaksanakan di di Desa Lhok Bikhao, Kecmatan Simeulue Barat,

Kabupaten Simeulue, Profinsi Aceh.

3.2 Gambaran Khusus

3.2.1 Keadaan Geografis.

Desa Lhok Bikhao merupakan salah satu desa yang terletak di kemukiman rantai

raneup kecmatan simeulue barat kebupaten simeulue yang tidak jauh dari pusat kecamatan

dimana secara administrasi dan geografis batas desa lhok bikhao dapat dilihat dengan

batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : desa Ujung harapan


2. Sebelah Timur : desa miteum
3. Sebelah Selatan : laut
4. Sebelah Barat : desa amabaan

Jumlah dusun yang ada di Desa Beuregang berjumlah Dua (2) yaitu:
1. Muara
2. batusangga
4.1.2 Keadan Demografis.

Dari data yang diperoleh adapun data demografis Desa Lhok Bikhao.

a. Jumlah Penduduk : 367


Laki-laki : 171
Perempuan : 178
b. Jumlah KK : 81

10
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Tempat, Waktu Dan Sasaran Kegiatan


4.1.1 Tempat
Kegiatan pemberian PMT dan sosialisasi pencegahan Stunting dilakukan di posyandu

dan vertical garden di laksanakan di rumah warga Desa Lhok Bikhao Kecamatan Simeulue

Barat, Kabupaten Simeulue.

4.1.2 Waktu Kegiatan


Waktu kegiatan dilakukan pada tanggal 22 Juni-03 Juli 2021.

4.1.3 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan yang diambil dalam kegiatan pemberian PMT dan sosialisasi

pencegahan Stunting ini adalah jumlah dari Kartu Keluarga (KK) yang memiliki ibu

hamil, anak bayi dan balita yang terletak di 2 dusun di Desa Lhok Bikhao Kecamatan

Simeulue Barat, Kabupaten Simeulue dan vertical garden di salah satu rumah warga untuk

dapat dijadikan contoh. Adapun jumlah sasaran kegiatan pemberian PMT dan sosialisasi

pencegahan Stunting di desa Lhok Bikhao sebanyak 31 Kartu Keluarga (KK).

4.2 Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Terdapat dua tahap dalam penyususnan Rencana Usulan Kegiatan (RUK),

yaitu :

4.2.1 Identifiksi masalah

a. Makanan yang dikonsumsi yang tidak sehat

b. Anak kurang Memperoleh PMT

c. Ibu hamil kurang mengkonsusmsi TTD

d. Ibu hamil kurang Memperoleh PMT


11
4.2.2 Prioritas masalah.

a. Makanan yang dikonsumsi yang tidak sehat

b. Anak kurang Memperoleh PMT

c. Ibu hamil kurang mengkonsusmsi TTD

d. Ibu hamil kurang Memperoleh PMT

Kriteria M1 M2 M3 M4
Tingkat Urgency (U) 4 5 4 5
Tingkat Seriousness 5 5 5 5
(S)
Tingkat Growth (G) 3 4 4 3

Total (UxSxG) 60 100 80 75

4.2.3 Rumusan masalah

1. Berapa kali mengkonsumsi makana manis, minuman manis, makanan asin,

makana berlemak, makana berlemak/berkolestrol/ gorengan, makanan yan

dibakar, makanan daging/ayam/ikan olahan dengan pengawet, bumbu penyedap, soft

drink atau minuman berkarbonasi, minuman berenergi, mi instan/ makanan instan.?

2. Apakah anak ibu Memperoleh PMT ?

3. Apakah ibu Mengkonsumsi TTD pada saat hamil ?

4. Apakah ibu Memperoleh PMT pada saat hamil ?

12
4.2.4. Penyebab masalah

EKONOMI

SUSAH MENGAKSES
KETERSEDIAAN BAHAN
MAKANAN

KURANGNYA DANA UNTUK


PEMBERIAN PMT KEPADA
ANAK DAN IBU HAMIL

PENGETAHUAN IBU HAMIL


AKAN PENTINGNYA
MENGKONSUSMSI TTD

Diagram Penyebab Masalah Di Desa Lhok Bikhao, Kec. Simeulue Barat, Kab. Simeulue.

Berdasarkan prioritas permasalahan yaitu : ibu hamil, bayi, dan balita kurang

memperoleh PMT (pemberian makanan tambahan) karena kurangnya dana atau anggaran

untuk PMT maka bentuk kegiatan yang akan menyelesaikan permasalahan tersebut adalah

Pemberian PMT yang sehat dan murah yang sumber dana dari anggaran desa setempat.

13
BAB V
HASIL KEGIATAN

5.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

No Kegiatan Tujuan Sasaran


1. Sosialisasi pencegahan stunting Menambah Kader dan
pemahaman masyarakat
masyarakat terutama setempat
ibu yang memiliki
bayi, balita, ibu
hamil dan kader
bagaimana cara
pencegahan stunting.
2. Pemberian PMT kepada bayi, Agar bayi, balita dan Bayi, balita dan
balita dan ibu hamil. ibu hamil dapat ibu hamil.
memahami jenis
PMT yang baik
untuk pemenuhan
gizi.
3. Vertical garden Untuk memenuhi Masyarakat yang
gizi anak dan ibu memiliki bayi,
hamil dengan mudah balita dan ibu
dan sehat. hamil.

5.2 Hambatan Pelaksanaan Kegiatan


a. Pada saat sosialisasi dan pemberian PMT masih adanya masyarakat

yang tidak berada di tempat dan tidak datang ke posyandu.

b. Banyak kader dan aparat desa yang tidak berada di tempat.

c. Kurangnya antusias masyarakat dalam mengikuti sosialsisasi.

d. Terbatasnya anggaran yang kami miliki dalam pemberian PMT.

5.3 Solusi yang diusulkan


Soslusi yang di lakukan untuk pemecahan masalah adalah :

a. Memberitahukan waktu sosialisasi lebih awal.

14
b. elakukan pendekatan dengan aparat dan kader yang ada dan

menyampaikan untuk memberitahukan kepada kader dan aparat desa yang

lain.

c. Memberikan penjelasan kepada ibu yang memiliki bayi, balita dan ibu

hamil tujuan dari sosialisasi dengan datang ke rumah setiap masyarakat

yang memiliki bayi, balita dan ibu hamil.

d. Mencari bahan untuk pembuatan PMT yang murah.

15
BAB VI
PEMBAHASAN DAN PELAKSANAAN INTERVENSI

6.1 Analisis Situasi Desa Lhok Bikhao

6.2 Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada PBL I dari masalah stunting yang

ditemukan akar masalah diantaranya yaitu Makanan yang dikonsumsi yang tidak

sehat, Anak kurang Memperoleh PMT, Ibu hamil kurang mengkonsusmsi TTD, dan

Ibu hamil kurang Memperoleh PMT. Sehingga berdasarkan akar permasalahan

stunting di desa Lhok bikhao tersebut ditentukan beberapa solusi alternatif yaitu :

advokasi kepada keuchik untuk mengatasi anak yang kurang memperoleh PMT dan

Ibu hamil kurang Memperoleh PMT, sosialisasi pencegahan stunting kepada ibu yang

memiliki bayi dan balita dan ibu hamil, pemberian PMT untuk memberikan

pemahaman Pemberian bagaimana cara memilih makanan yang sehat untu anak dan

mengapa ibu hamil perlu mengkonsusmsi TTD, dan vertical garden untuk memenuhi

gizi anak dan ibu hamil.

Dalam proses perencanaan rencana tindak lanjut ini prioritas alternatif untuk

solusi masalah yang ada maka kami dari kelompok 20 PBL melakukan diskusi

dengan pak keuchik dan seluruh aparat desa serta para kader yang ada di desa Lhok

Bikhao dengan tujuan bagaimana menjalakan program yang telah kami tentukan

diawal, sehingga program tersebut dapat dijalankan dengan baik.

6.3 Proses Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

16
6.2.1 Pemberian PMT

Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Tujuan, dan Pelaksanaan

Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan (PMT-P) Pemberian Makanan Tambahan

(PMT-P) merupakan program intervensi pada bayi penderita gizi buruk yang

bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak dan memenuhi kebutuhan gizi anak

agar tercapai gizi status dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan usia anak.

Selain pelaksanaan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan di tengah

masyarakat juga dapat memberikan edukasi ke masyarakat agar memanfaatkan bahan

makanan yang ada sesuai di daerah. Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan ini

dilakukan karena sebagian besar ibu, bayi, dan balita di desa Lhok Bikhao masih

kurang mengkonsumsi makanan tambahan lainnya. Dan kegiatan ini di lakukan untuk

merubah pola pikir masyarakat bahwa pentingnya pemenuhan gizi pada ibu,bayi dan

balita, dan masyarakat setempat dapat merubah prilaku dimasa yang akan datang.

Dalam pelaksanaanya dibutuhkan berbagai perlengkapan agar proses kegiatan

berjalan dengan lancar, diantaranya adalah bahan dan alat dalam pembuatan

PMT,serta perlengkapan pada saat kegiatan pemberian PMT. Kegiatan ini berjalan

dengan rencana dan apa yang di targetkan juga berhasil seperti jumlah target peserta

yang dicapai, selain itu mendapatkan dukungan dari pihak kader dan perangkat desa

Lhok Bikhao.

Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan dilaksanakan di posyandu desa Lhok

Bikhao pada hari Kamis tanggal 24 juni 2021. Pertama-tama untuk terkait masalah

perizinan kami berkunjung ke kantor kepala desa Lhok Bikhao dan bertemu dengan

17
beberapa aparat desa Lhok Bikhao,dari pertemuan tersebut aparat desa mengarahkan

kami untuk berkoordinasi dengan Kader. Peserta dalam kegiatan Pembagian

Makanan Tambahan telah diberitahukan sebelumnya untuk menghadiri kegiatan

Pembagian Makanan Tambahan tepatnya di posyandu desa Lhok Bikhao.

Dalam kegiatan ini kami terdiri dari 5 orang dan pembagian tugas untuk

pemateri, penyiapan materi, dokumentasi, serta seksi konsumsi dalam kegiatan

Pembagian Makanan Tambahan. Setelah selesai dalam penyampaian materi kegiatan

diisi dengan pemutaran video tentang stunting, untuk menambah wawasan dari

peserta yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dana yang digunakan

dalam kegiatan ini adalah dana sesuai perencanaan yang telah dibuat.

Gambar.6.1 Pemberian PMT.

6.2.2 Sosialisasi Pencegahan Stunting

Sosialisasi pencegahan stunting dilaksanakan pada hari kamis 24 juni 2021

bertempat di posyandu Desa Lhokbikhao Dalam acara ini yang menjadi narasumber

18
adalah kami sendiri selaku mahasiswa yang membuat kegiatan sosialisasi. Yang

menyampaikan beberapa hal terkait pencegahan stunting diantaranya:

Apa itu stunting?

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan

pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)

dari standar usianya.

a. Dampak stunting:

1. Gangguan kemampuan kognitif

2. Kurang mampu berprestasi di sekolah

3. Penghasilan rendah

b. Penyebab stunting

1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai


2. Infeksi berulang atau kronis
3. Sanitasi yang buruk
4. Terbatasnya layanan kesehatan

c. Jenis PMT

1. Telur
2. Sayuran hijau
3. Buah
4. Yoghurt
5. Ikan
6. Kacang-kacangan dan biji-bijian

19
d. Batasan usia pemberian asi eksklusif:

WHO (world health organization) merekomendasikan pemberian ASI (air


susu ibu) eksklusif pada bayi berusia 0 hingga 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan
penambahan MPASI (makanan pendamping ASI) hingga berusia 2 tahun.

Rekomendasi ini dibuat dengan berbagai pertimbangan, di antaranya:

1. Sistem pencernaan bayi yang masih sensitif sehingga berpotensi


menyebabkan gangguan pencernaan dan juga gangguan gizi jika dilakukan
pemberikan makanan terlalu dingin
2. ASI mengandung komponen yang sangat baik dalam menjaga kekebalan
tubuh, sehingga menyusui bayi bisa turut membantu bayi agar terhindari dari
infeksi berbahaya
3. Menjalin kedekatan emosional antara bayi dan ibu
4. Membantu mempercepat ibu dalam pemulihan pasca melahirkan, dan

sebagainya

Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama

kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan buah hati. Dampak pada

masa periode emas akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buah hati

hingga dewasanya. Hari pertama kehidupan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di

awal kehidupan buah hati. Pada gilirannya, ini sangat penting untuk mendukung

tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap kesehatannya. Hal

terpenting pada masa kehamilan adalah memperhatikan gizi yang dibutuhkan Ibu dan

buah hati. Kebutuhan gizi Ibu akan meningkat pada masa kehamilan, khususnya

kebutuhan energi, protein, serta beberapa jenis vitamin dan mineral. Selain itu, juga

perlu diperhatikan jumlah asupan makanan. Juga harus memperhatikan panduan

20
menyusun menu seimbang selama masa kehamilan, khususnya pada trimester

pertama yang mencakup:

a) Konsumsi berbagai jenis buah, setidaknya 2 porsi per hari.

b) Sayuran hijau dan oranye sebanyak 2,5 porsi per hari.

c) Sumber energi kompleks seperti nasi, biskuit, roti, kentang, singkong.

d) Asupan protein bagian yang rendah lemak 5,5 porsi per hari.

e) Susu rendah lemak atau bebas lemak sebanyak 1-3 porsi per hari.

Tidak memenuhi nutrisi optimal pada 1000 HPK anak bisa berdampak buruk

terhadap pertumbuhan otak yang tidak optimal. Jika pertumbuhan otak tidak optimal,

perkembangan kognitif anak pun akan terhambat. Ini dapat berakibat berkurangnya

kecerdasan buah hati serta ketangkasan berpikirnya. Ketika dewasa, hal ini dapat

berisiko buah hati tidak berprestasi saat di sekolah dan tidak produktif saat bekerja.

Kualitas hidup buah hati di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama

1.000 HPK. Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK disebut sebagai periode emas

untuk membangun dasar tumbuh kembang buah hati yang solid. Mempersiapkan

1000 hari pertama kehidupan buah hati merupakan hal krusial.

Tujuan sosialisasi stunting Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan

tentang pencegahan stunting untuk meningkatkan kesadaran public dan perubahan

prilaku masyarakat untuk hidup sehat.

21
Gambar.6.2 sosialai pencegahan stunting.

6.2.3 Vertical Garden

1. Persiapan

a. Melakukan observasi

b. Wawancara dengan DPL yang bertanggung jawab pada pembuatan dan

pelaksaan vertical garden

2. Pelaksanaan vertical garden

a. Menentukan desain vertical garden yang sesuai dengan tempat yang telah

disediakan

b. Mengkonsultasi desain pada DPL yang bertanggung jawab dalam

pembuatan dan pelaksanaan vertical garden

c. Melakukan sosialisasi pada masyarakat Desa Lhok Bikhao

1. sarana-prasarana

a. tanaman hijau (sayur,tomat,kunyit)

b. lahan vertical garden (dalam bentuk tangga yang berpagar)

22
c. bambu

d. tanah

e. paku

2. metode pelaksanaan

metode pelaksanaan yang dilakukan dalam vertical pembuatan garden antara lain:

a. observasi : observasi dilakukan dengan melihat langsung lingkungan sekitar

di Desa Lhok Bikhao

b. sosialisasi : sosialisasi dilakukan secara langsung kepada masyarakat Desa

Lhok Bikhao

c. persiapan : persiapan dilakukan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang

diperlukan pada penanaman ini (seperti alat dan bahan yang diperlukan,

persiapan tersebut dimulai membersihkan alat dan bahan, membentuk bambu

sesuai dengan keinginan dan jenis tanaman yang dilakukan. Persiapan ini

dilakukan selama satu hari

d. penanaman : penanaman dilakukan dengan mengisi bambu dengan tanah,

kemudian baru di gantung, dan siap di masukan tanaman.

e. Perawatan : Perawatan dilakukan dilakukan sebaik mungkin dengan menjaga

kondisi air.

23
Gambar.6.3 vertical garden

6.4 Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Intervensi

6.3.1. Monitoring program penanggulangan stanting.

1. Imput

a. Sumber daya manusia (SDM)

b. Dana

c. Sarana dan prasarana

2. Proses

Pelaksanaan program penanggulangan stanting di desa lhok bikhao

a. Pemantauan pertumbuhan

b. Penyuluhan gizi dan stanting pada ibu balita

c. Pemberian makanan tambahan (PMT)

3. Output : Tercapainya tujuan program penanggulangan stanting

6.3.2. Evaluasi

1. Komponen input

24
Tidak ada dana khusus untuk intervensi gizi spesifik, masih kurang nya tenaga

gizi dan belum ada pedoman dan SPO tentang penanganan growth faltering

2. Komponen proses

Perencanaan belum dilakukan secara buttom up dan belum semua intervensi

gizi spesifik mempunyai pencatatan laporan

3. Komponen output

Balita yang memdapatkan kapsul vitamin A dan bumil kurang energy kronis (

KEK) yang memdapat PMT sudah memenuhi target capaian dan masih ada program

intervensi gizi spesifik yang dilaksanakan tidak bisa di evaluasi.

25
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan kegiatan pemberian PMT, sosialisasi

pencegahan stunting dan vertical garden dapat membantu masyarakat dalam

mencega stunting dan pemenuhan gizi yang baik pada bayi, balita dan ibu hamil

merupakan langka awal yang baik dalam pencegahan stunting. Melalui program

tersebut dapat membantu untuk menumbuhkan kepedulian pimpinan dan

masyarakat setempat dan menambah wawasan dalam pencegahan stunting.

7.2 Saran
1. Bagi pimpinan desa Lhok Bikhao untuk mengontrol penyaluran anggaran
untuk PMT.
2. Bagi masyarakat desa Lhok bikhao agar menumbuhkan kesadarannya
untuk meningkatkan derajat kesehatannya terutama dalam pencegahan
stunting.
3. Bagi ibu-ibu di desa Lhok bikhao agar memberikan makanan yang
bergizi kepada anak.
4. Bagi kader untuk memberikan pemahaman kepada ibu hamil dan
ibu yang memiliki bayi dan balita untuk datang pada saat sosialisasi.
5. Bagi kepala keluarga diharapkan akan adanya kesadaran pentingnya
menjaga kesehatan keluarga terkhusus anggota keluarga ibu hamil, bayi dan
balita..
6. Bagi petugas kesehatan, hendaknya aktif dalam sosialisasi rentang penting
Memberikan PMT Dan Mengkonsumsi TTD.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aiga, H., Vin Duc Nguyen, Cuong Dinh Nguyen, Tho Thi Thi Nguyen, Lien Thi
Phuong Nguyen . (2016), Knowledge, Attitude And Practice: Assesing
Maternal And Child Helth Care Handbook Interfention In Viedname.
16:129 Http://Nebi.Mlm.Nih.Gov/Pupmed

Darwin nsution, dkk, 2014. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan, Klinik Indonesia,Juli 2014

Depkes 2016, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asu Ibu
Dengan Wasting Dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin,
http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v10i1.84-90.

Eline charla sabatina bingan,2019. Hubungan Konsumsi Fe Dengan Panjang Badan


Pada Anak Usia 12-24 Bulan. Poltekes Kemenkes Palangkaraya,
Indonesia 2019.
Hana safiyyah zulaidah, dkk, 2014. Pengaruh pemberian makana tambahan (PMT)
pada ibu hamil terhadap berat lahir bayi, , Klinik Indonesia,Ok tober
2014.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia, 2015 Buku Kesehatan Ibu Dan Anak.
JICA:Jakarta.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018, http://www. depkes.


go.id/resources /dounload/pusdatin/lain-lain/Data Dan Informasi
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia2018 - smaller size- web.Pdf -
Diakses mei 2019.

Republik Indonesia, 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka
Seribu Hari Kehidupan (1000 Hpk) Versi 5 September 2012. Diakses
dari http://www.kgm.bappenas.go.id tanggal 16 desember 2013.

Sistiarani C, (2014). Fungsi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Pada
Ibu. Journal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 8 No 8,(diakses Mei
2014).

UNICEF, 2013. The State Of The World’s Children 2013. [online]. Tersedia
hhttp;//www.unicef.org/sowc2013/files/SWCR2013_ENG_Lo_res_24_
Apr_2013.pdf.
World Health Organization (WHO), 2010. Nitrition Landscape Information System
(NLIS) :Country Profile Indicators Interpretation Guide. [online]
tersedia :
http;//www.who.int/nutrition/nlis_interpretationguide_isbn978924159
27
9955/en/. [4:Februari 2021]

28
s

29

Anda mungkin juga menyukai