Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok

“AUDIT KEUANGAN NEGARA”

Nama - nama Kelompok :


1. Faiji Tampilang (18061104256)
2. Chelchia Kolamban (18061104272)
3. Agnes V. Tumanduk (18061104060)
4. Maqfira A. Djafar (18061104262)
5. Meylani A. Rumampuk (18061404276)
6. Angely Bororing (18061104254)

PERENCANAAN AUDIT

1. PERENCANAAN STRATEGI
Pengertian Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah kegiatan manajemen organisasi yang digunakan untuk
menetapkan prioritas, memfokuskan energi dan sumber daya, memperkuat kinerja operasional.
Perencanaan strategis juga memastikan bahwa karyawan dan pemangku kepentingan lainnya
bekerja menuju tujuan bersama dan menetapkan kesepakatan tentang hasil yang diinginkan, serta
menyesuaikan arah organisasi saat terjadi perubahan. Ini adalah suatu upaya kedisiplinan yang
menghasilkan keputusan dan tindakan mendasar untuk membentuk organisasi tersebut
mengetahui tentang siapa yang dilayani organisasi tersebut, apa yang dilakukan organisasi
tersebut, dan mengapa harus melakukan hal tersebut.  Perencanaan strategis yang efektif tidak
hanya mengartikulasikan ke mana suatu organisasi berjalan dan tindakan yang diperlukan untuk
membuat kemajuan, tetapi juga bagaimana ia akan tahu jika ini akan terus menerus berhasil.

Konsep Perencanaan Strategis


Perencanaan strategis terkait dengan masa depan. Suatu proses perencanaan pasti akan
melibatkan berbagai tingkat kegagalan. Beberapa bagian dari organisasi memerlukan
perencanaan selama bertahun-tahun ke depan, namun untuk divisi lain membutuhkan
perencanaan hanya untuk waktu yang singkat. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai proses
penentuan tujuan organisasi dan sumber daya yang akan digunakan untuk menangani tujuan
organisasi, mengatur akuisisi, pemanfaatan, dan disposisi sumber daya.
Contoh perencanaan strategis dalam organisasi adalah seperti : diversifikasi bisnis
menjadi lini baru. Tingkat pertumbuhan perlu direncanakan dalam penjualan, jenis produk baru
yang akan ditawarkan, dan sebagainya. Perencanaan strategis mencakup semua bidang
fungsional bisnis dan dipengaruhi dalam kerangka kerja jangka panjang yang mungkin
berhubungan dengan faktor ekonomi, teknologi, sosial dan politik.
Ini juga merupakan analisis berbagai faktor lingkungan – khususnya yang berkaitan
dengan bagaimana suatu organisasi berhubungan dengan lingkungannya. Umumnya, untuk
sebagian besar organisasi, periode perencanaan strategis berkisar antara tiga hingga lima tahun.

Proses Perencanaan Strategis


Proses perencanaan ini mirip dengan Anda mencari analisa SWOT untuk bisnis atau organisai
Anda. Namun ada beberapa poin perbedaan dalam menetapkan perencanaan strategis. Berikut
adalah 5 langkh penerapa strategis:
1. Penentuan Misi dan Tujuan
Perencanaan strategis dimulai dengan penentuan misi untuk organisasi. Tujuan utama organisasi
yang telah ditetapkan harus didefinisikan dengan jelas. Perencanaan strategis berkaitan dengan
hubungan jangka panjang organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Jadi, misi bisnis harus
cermat dalam memperkirakan  dampak sosial organisasi dan eksternal.
2. Analisis Lingkungan
Untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman, analisa lingkungan eksternal organisasi perlu
dilakukan. Catat  faktor penting yang mungkin memengaruhi kegiatan organisasi kedepannya.
3. Penilaian Diri Sendiri
Pada langkah berikutnya, kekuatan dan kelemahan organisasiperlu dianalisa. Analisis semacam
ini akan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan kekuatannya dan untuk meminimalkan
kelemahannya. Perusahaan dapat memanfaatkan peluang eksternal dengan berkonsentrasi pada
kapasitas internalnya. Dengan menyesuaikan kekuatannya dengan peluang yang, perusahaan
dapat menghadapi persaingan dan mencapai pertumbuhan.
4. Pengambilan Keputusan Strategis
Keputusan strategis kemudian dibuat dan dievaluasi. Setelah itu, keputusan strategis dibuat untuk
mengimprovisasi kinerja operasional. Organisasi harus memilih pilihan yang paling sesuai
dengan kemampuannya. Misalnya, untuk berkembang, suatu perusahaan harus masuk ke segmen
pasar baru atau menjual produk baru namun tetap di pasar yang sudah ada.
Pilihan strategi tergantung pada lingkungan eksternal, persepsi manajerial, sikap manajer
terhadap risiko, strategi masa lalu dan kekuatan manajerial juga efisiensi.
5. Implementasi dan Pengendalian Strategi
Setelah strategi ditentukan, strategi itu harus diterjemahkan ke dalam rencana operasional.
Program dan anggaran dikembangkan untuk setiap fungsi. Rencana operasional jangka pendek
disiapkan untuk menggunakan sumber daya secara efisien. Kontrol harus dikembangkan untuk
mengevaluasi kinerja sebagai strategi yang mulai digunakan.
Jika terdapat hasil aktual berada di bawah ekspektasi, strategi harus ditinjau atau dikaji ulang. hal
ini dan disesuaikan dengan perubahan di lingkungan eksternal.
Sebagai salah satu perencanaan strategis, penting juga dalam suatu organisasi memliki sistem
pencatatan keuangan atau akuntansi yang baik. Bisa dipastikan, jika alur pencatatan keuangan
dalam suatu organisasi tidak baik maka organisasi atau bisnis tersebut tidak akan bertahan lama.
Anda bisa mencoba software akuntansi yang andal dan terpercaya, contohnya adalah Accurate
online. Accurate online adalah software atau aplikasi akuntansi berbasis cloud yang sudah
digunakan banyak entitas bisnis mulai dari perusahaan besar sampai UKM.

2. PERSIAPAN PERENCANAAN AUDIT


Setelah menentukan apa yang harus diaudit, auditor memulai persiapan untuk audit. Menurut
Spesifik Standard 410, "Perencanaan audit," Persiapan terdiri dari bagian-bagian berikut :
1. Menetapkan tujuan audit dan lingkup pekerjaan
2. Studi informasi latar belakang
3. Memilih sumber audit dan audit lainnya
4. Menyiapkan program audit pendahuluan
5. Menginformasikan auditee dan lain-lain bahwa audit yang akan dilakukan
6. Menentukan bagaimana, kapan , dan kepada siapa hasil audit akan dikomunikasikan
7. Memperoleh persetujuan untuk melakukan audit
Standar juga merupakan daftar pada survei lokasi (apa yang telah kita disebut sebagai " awal
" atau " awal " survei ) sebagai bagian dari perencanaan atau tahap persiapan audit. Karena
survei ini memberikan kontribusi informasi yang berharga mengenai operasi saat auditee, kita
menganggap mereka secara terpisah sebagai lebih dari sebuah langkah awal dalam pekerjaan
audit selain sebagai langkah persiapan untuk pekerjaan itu.

3. PENETAPAN TUJUAN AUDIT


Persiapan audit dimulai dengan menentukan apa yang auditor capai dan apa aspek operasi
organisasi harus diperiksa. General Standard 300,' " Lingkup Pekerjaan , " berbunyi sebagai
berikut :
Ruang lingkup audit internal harus mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan
efektivitas sistem organisasi pengendalian intern dan kualitas kinerja dalam melaksanakan
tanggung jawab yang ditugaskan. Kami telah dicetak miring enam kata kunci dan frase yang
memberikan panduan dalam membangun tujuan dan ruang lingkup pekerjaan yang harus
dilakukan dalam audit dari auditee yang dipilih .

Menetapkan tujuan audit


Istilah kunci mengidentifikasi tujuan audit adalah pemeriksaan dan evaluasi. Pada
dasarnya, ada tiga jenis utama dari pemeriksaan audit. Yang pertama dapat digambarkan sebagai
"review" dan terdiri dari berbagai pekerjaan yang dilakukan oleh auditor untuk menjelaskan dan
untuk membantu memahami auditee. Tujuan sampel tinjauan mungkin :
1. Meninjau prosedur timur kantor penjualan regional untuk layanan pelanggan setelah
2. menutup penjualan
3. Menganalisis komposisi portofolio investasi perusahaan
4. Cari semua mikrokomputer yang digunakan di kantor kantor pusat dan menjelaskan
5. bagaimana mereka sedang digunakan

Tipe kedua dari pemeriksaan adalah untuk auditor untuk menentukan tingkat auditee dari
"kepatuhan" dengan kebijakan yang ditetapkan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan.
Beberapa contoh tujuan kepatuhan meliputi:
1. Tentukan apakah kantor London perusahaan yang mematuhi hukum perburuhan Inggris
2. Selidiki apakah standar kontrol kualitas selesai bertemu baik perusahaan
3. Periksa apakah bagian pembelian yang mematuhi kebijakan yang berkaitan dengan meninjau
pemasok proses produksi sebelum kontrak pembelian

Auditor juga dihimbau untuk " mengevaluasi " operasi auditee . Sementara setiap audit yang
mungkin tidak memerlukan evaluasi , sebagian panggilan untuk beberapa jenis penilaian auditor
yang berkaitan dengan kualitas . Bahkan ketika sebuah tujuan audit menyatakan tidakB secara
khusus menyebut dari evaluasi , biasanya ada tujuan evaluasi tersirat.
Sebagai perpanjangan dari salah satu contoh, setelah auditor mengidentifikasi semua
mikrokomputer di kantor pusat dan belajar bagaimana mereka sedang digunakan , mereka
mungkin akan mengevaluasi beberapa aspek temuan mereka - mungkin metode pembelian ,
efisiensi dan efektivitas penggunaan mikro , dan persiapan karyawan dalam penggunaan
komputer kecil .
Sebagai contoh lain, setelah auditor menentukan tingkat departemen pembelian terhadap
kepatuhan mengenai kebijakan menerima tawaran dari vendor disetujui, auditor akan
mengevaluasi kinerja kualitas . Auditor juga dapat mengevaluasi kesesuaian kebijakan yang
mengatur prosedur tersebut .
Tujuan dapat dinyatakan secara luas atau sempit , tergantung pada lingkup pekerjaan audit.
Terlepas dari seberapa luas atau sempit tujuan audit , harus berhubungan langsung dengan resiko
organisasi. Sebagai contoh, tujuan audit untuk menentukan apakah standar kontrol kualitas
barang jadi bertemu perusahaan berhubungan langsung dengan kemampuan perusahaan untuk
mencapai didirikan penjualan dan pendapatan gol. Selanjutnya , kombinasi dari tujuan review,
kepatuhan , dan evaluasi dapat dibentuk untuk setiap satu audit.
Keputusan untuk membatasi tujuan audit mempengaruhi jumlah jam pemeriksaan yang
akan dialokasikan untuk pekerjaan audit . Ulasan A, misalnya , mengambil jam audit yang lebih
sedikit daripada melakukan baik review dan tes kepatuhan . Ketika auditor memutuskan untuk
membatasi pekerjaan audit mereka , mereka juga perlu menilai kembali kegiatan tambahan yang
dapat dimasukkan dalam rencana audit. Audit sempit membebaskan jam audit tambahan yang
dapat diterapkan untuk kegiatan lain .
Tujuan audit umum dan khusus. Review, kepatuhan, dan tujuan audit evaluasi dibahas di
atas dapat digambarkan sebagai tujuan audit umum. Auditor biasanya menyiapkan tujuan audit
spesifik untuk setiap tujuan audit umum. Sebagai contoh, tujuan audit umum mungkin untuk
menentukan kepatuhan organisasi dengan peraturan pemerintah. Peraturan ini mungkin memiliki
beberapa bagian, dan tujuan audit tertentu dapat ditulis untuk setiap bagian dari peraturan
tersebut.
Selanjutnya, auditor dapat menulis tujuan audit spesifik yang berhubungan dengan aspek yang
berbeda dari pekerjaan audit. Misalnya, dalam contoh di atas, auditor dapat menulis tujuan audit
spesifik untuk menentukan:
(a) apa peraturan pemerintah saat ini adalah,
(b) apakah organisasi telah memenuhi peraturan dan (c) rencana pengelolaan mengenai
pelanggaran saat ini peraturan.
Saat ini tidak ada cara yang diterima secara umum menulis tujuan audit tertentu, auditor
biasanya menemukan, namun bahwa tujuan khusus membantu strategi audit fokus dan prosedur
audit.

4. PEMAHAMAN ATAS ENTITAS ATAU PROGRAM YANG DI AUDIT


Manfaat Memahami Entitas Yang Diaudit
Pemahaman yang objektif dan komprehensif sangat membantu untuk mempertajam
tujuan audit serta mengidentifikasikan isu-isu kritis dan penting sehingga audit dapat
dilaksanakan secara lebih ekonomis, efisien dan efektif. Selain itu ntuk membantu mencegah
dihasilkannya temuan yang menyesatkan dan untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya
audit memberikan manfaat yang maksimal
Entry Meeting: Langkah Awal Yang Strategis
Dalam entry meeting auditor harus mampu membangun kesamaan persepsi dengan
auditee agar terjalin kerja sama yang baik. Dengan bekerja sama, diharapkan auditee akan
banyak membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan selama pelaksaan audit.
Informasi Yang Diperlukan Untuk Memahami Entitas
1. Gambaran umum entitas
Gambaran umum entitas adalah segala informasi yang terkait dengan entitas, yang dapat
memberikan gambaran secara utuh mengenai entitas. Informasi mengenai gambaran umum
entitas mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Visi,misi, dan strategi entitas
b. Peraturan terkait (legal mandate)
c. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan entitas
d. Lingkungan internal, eksternal dan pihak terkait (stakeholders)
e. Tugas pokok dan fungsi entitas
f. Struktur organisasi
g. Anggaran dan realisasi
h. Petunjuk pelaksaan internal dan pedoman operasional yang ada
i. Uraian tentang sistem informasi manajemen
j. Key performance indicators (KPI) yang digunakan
k. Catatan entitas yang berupa notulen rapat pimpinan/manajemen
l. Hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholders
m. Hasil evaluasi program entitas dan rencana audit internal
n. Hasil audit terdahulu
2. Pemahaman atas input, proses dan output entitas
Pemahaman atas input, proses dan output entitas dimaksudkan agar auditor dapat memahami
proses pelayanan yang diberikan oleh entitas, sumber daya yang digunakan sebagai input,
bagaimana sumber daya tersebut diproses untuk menghasilkan output dan output apa (berupa
barang atau jasa) yang dihasilkan dari proses produksi tersebut.
3. Informasi lain
Informasi lain yang berkaitan dengan entitas untuk melengkapi dua jenis informasi
sebelumnya, antara lain:
a. Pendapat publik yang direfleksikan dalam keputusan-keputusan atau risalah-risalah
sidang/rapat DPR
b. Hasil audit yang dilakukan oleh industri, professional atau kelompok-kelompok yang
mempunyai kepentingan dengan entitas yang diaudit
c. Informasi lain yang diperoleh melalui koordinasi antar departemen
d. Hasil-hasil penelitian akademis
e. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh negara lain
f. Hasil liputan media massa

Dalam rangka memahami entitas, salah satu cara yang dilakukan auditor adalah dengan
memahami sistem pengendalian internal yang memiliki komponen seperti :
a. Lingkungan Pengendalian
b. Penaksiran Risiko
c. Aktivitas Pengendalian
d. Informasi dan Komunikasi
e. Pemantauan

Prosedur Dan Teknik Pengumpulan Informasi


Beberapa teknik dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi antara lain:
1. Melakukan wawancara dengan manajemen dan staf kunci
2. Melakukan review atas perundang-undangan, peraturan dan kebijakan, pengarahan-
pengarahan serta dokumen-dokumen
3. Melakukan review atas laporan kinerja entitas serta laporan mengenai rencana kerja dan
prioritasnya
4. Melakukan review fisik terhadap fasilitas fasilitas yang dimiliki oleh entitas
5. Menelusuri sistem dan prosedur pengendalian
6. Melakukan analisis terhadap hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasilnya
7. Mengidentifikasi risiko entitas
8. Melakukan review atas laporan-laporan audit dan studi yang telah dilakukan sebelumnya,
termasuk laporan audit yang dilakukan oleh auditor lainnya
Cara Penyajian Informasi
Beberapa jenis model informasi yang dapat disajikan dalam bentuk angka-angka, kata-
kata, atau gambar-gambar sebagai simbol adalah :
1. Model Akuntansi Keuangan
2. Model Bagan Organisasi
3. Model Bagan Alir
4. Model Sistem Pengendalian
5. Model Input-Proses-Output

Panduan Dalam Memilih Cara Menguraikan Informasi


Pemilihan cara-cara menguraikan informasi bergantung pada pertimbangan auditor dan
keadaan yang paling sesuai dengan cara-cara tersebut. Adapun beberapa pertimbangan dalam
memilih cara menguraikan informasi, yaitu:
1. Uraian tertulis lebih tepat untuk menyampaikan informasi yang bersifat analitis.
2. Fotokopi dokumen lebih tepat apabila auditor menganggap bahwa informasi yang terkandung
di dalamanya sudah mewakili dan tidak memerlukan penjelasan terlalu banyak.
3. Rekaman lebih sesuai apabila auditor mempunyai waktu singkat, sedangkan ia ingin
memperoleh seluruh informasi yang diberikan oleh seseorang.
4. Pengambilan gambar kondisi fisik lebih sesuai digunakan untuk menggambarkan tata urutan
dan dapat disajikan langsung dalam laporan audit.
Laporan Atas Pemahaman Entitas Dan Lingkungannya
Hal-hal yang sebaiknya tercakup dalam laporan atas pemahaman entitas adalah:
1. Tujuan Entitas
Tujuan entitas merupakan tujuan organisasi secara umum dan komprehensif. Tujuan ini dapat
digambarkan dalam bentuk finansial dan nonfinansial.
2. Hubungan Akuntabilitas
Terdapat dua jenis hubungan akuntabilitas, yaitu hubungan akuntabilitas secara internal dan
hubungan akuntabilitas secara eksternal.
3. Sumber Daya
Sumber daya organisasi dapat berupa sumber daya material, sumber daya keuangan, dan
sumber daya manusia. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh auditor dalam memahami sumber
daya, yaitu:
a. Auditor harus dapat menilai sumber, sifat, dan nilai dari sumber daya tersebut serta
bagaimana penggunaannya di dalam kegiatan entitas.
b. Auditor harus memahami hubungan antara sumber daya yang dimiliki entitas dan tujuan
kinerka yang ingin dicapai.
c. Auditor harus mengetahui prioritas alokasi pada program, operasi, dan aktivitas entitas.
4. Proses Manejemen
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang proses manajemen suatu entitas untuk
mengetahui kesesuaian proses tersebut dengan program dan operasi entitas serta untuk
mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh entitas. Selain itu, auditor juga harus
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Sistem dan pengendalian
b. Keterlibatan auditor internal
5. Tujuan Kinerja
Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai tujuan kinerja enitas agar dapat memahami
keterkaitan antara kegiatan-kegiatan entitas dan tujuan pokoknya.
6. Program dan Operasi
Pemahaman atas program dan operasi entitas memungkinkan auditor untuk menentukan
apakah entitas beroperasi sesuai dengan kewenangannya dan bagaimana entitas mencapai tujuan
dan target kinerjanya.
7. Lingkungan Eksternal
Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai lingkungan eksternal karena perubahan yang
terjadi di lingkungan eksternal sangat mempengaruhi tujuan entitas, hubungan akuntabilitas,
sumberdaya, dan proses manajemen.

5. PROSEDUR ANALITIS AWAL


MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS AWAL
Auditor melakukan prosedur awal agar dapat memahami lebih baik bisnis klien dalam
menilai resiko bisnis klien. Prosedur yang digunakan adalah membanding rasio klien dengan
industri atau kompetitor yang menjadi acuan dalam memberikan indikasi kinerja perusahaan.
Dalam pengujian mengungkapkan perubahan yang tidak biasa dalam rasio perbandingan dengan
tahun sebelumnya atau rata-rata industri, dan membantu auditor mengidentifikasi bagian
peningkatan resiko salah saji yang membutuhkan perhatian lebih lanjut dalam pengauditan.

PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis yang dapat dilakukan pada setiap fase selamma penugasan kerja
berlangsung.
1. Prosedur analitis diperlukan dalam fase perencaan untuk membantu menentukan sifat,
keluasan dan waktu dalam prosedur pengauditan.
2. Prosedur analitis dikerjakan selama fase pengujian audit sebagai pengujian substantif
untuk mendukung saldo akun
3. Prosedur analitis juga diperlukan selama fase penyelesaian audit.

Lima jenis prosedur analitis


Prosedur analitis merupakan bukti audit yang sangat bergantung pada pengemmbangan
ekspektasi auditor terhadap saldo akun atau rasio yang seharusnya, tanpa mempertimbangkan
jenis prosedur analitis yang digunakan. Dalam setiap kasus auditor membandingkan data klien
dengan:
1. Data industri
2. Data yang sama diperiode sebelumnya
a. Membandingkan data klien dengan data yang sama pada tahun sebelumnya
b. Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
c. Membandingkan rincian total saldo dengan perincian yang sama pada tahun sebelumnya
d. Menghitung rasio dan hubungan persentase unntukk perbandingan dengan tahun
sebelumnya.
3. Hasil ekspetasi yang ditentukan oleh klien
4. Hasil ekspetasi yang ditenntukan oleh auditor
5. Ekspetasi hasil dengan menggunkan data nonkeuangan

Rasio keuangan umum


Prosedur analitis auditor sering menggunakan rasio keungan yang umum selama perencanaan
dan penelahaan akhir dalam pengauditan atas laporan keuangan. Rasio tersebut berguna dalam
memahami status keuangan bisnis klien serta melihat laporan dari propektif pengguna.

Tujuan auditor melakukan prosedur analitis adalah :


1. Tahap perencanaan adalah mendapatkan pemahaman atas lini bisnis klien,yang
kemudian dipakai dalam menentukan risiko-risiko, seperti risiko audit, risiko bisnis,
risiko salah saji material dalam laporan keuangan membantu dalam penentuan jenis,
waktu dan luas prosedur audit.
2. Pelaksanaan prosedur analitis pada waktu pelaksanaan audit dapat digunakansebagai
substantive testuntuk menguji dan menilai saldo akun yang ada.
3. Pelaksanaan prosedur analitis di periode akhir/ c o m p l e t i o n audit sebagaireview
akhir atas kemungkinan adanya kesalahan saji material serta berbagai masalah dalam
pelaporan keuangan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam prosedur analitis awal adalah:


1. Identifikasi Penghitungan/Perbandingan
2. Mengembangkan ekspektasi (estimasi hasil)
3. Melakukan penghitungan/perbandingan
4. Analisis data dan identifikasi perbedaan
5. Investigasi perbedaan yg tdk diperkirakan
6. Menentukan pengaruhnya thp perencanaan audit.

Auditor memakai prosedur analitis dengan memperbandingkan data klien dengan:


1. Data industriMembandingkan data klien dengan industri lain yang sejenis dapat
menambah pemahaman atas lini bisnis klien dan sebagai indikasi dalam
menemukankemungkinan kegagalan keuangan. Kelemahan dari
membandingkan dataseperti ini adalah, karena membandingkan data klien
dengan data rata-rataperus ahaan lain yang terkadang berbeda skala dan
s tandar usaha, dapat menghasilkan hasil yang bias dan kurang relevan.
2. Data tahun lalu yang samaM e m b a n d i n g k a n d a t a t a h u n l a l u d e n g a n t a h u n i n i
a k a n m e n g h a s i l k a n pemahaman mengenai area-area yang kemungkinan
besar membutuhkan perhatian lebih dari auditor. Apabila ada perubahan yang
signifikan dan tidakbiasa maka harus dicari penyebabnya
3. Hasil yang diharapkan oleh klienAuditor melakukan penilaian dan analisa atas data
keuangan tahun ini dengananggaran yang telah disusun di awal periode oleh klien.
Dengan melakukan inimaka auditor dapat menilai apakah anggaran telah disusun
realistis atau tidakdan menilai apakah penyusunan laporan keuangan telah dilakukan
sedemikianrupa agar sesuai dengan anggaran yang disusun di awal periode
4. Hasil yang diharapkan oleh auditorAuditor dapat melakukan penghitungan dan
perbandingan antara data padalaporan keuangan dengan perhitungan atau
estimasinya sendiri melalui analisahubungan akun dalam neraca, laporan laba rugi,
atau antar akun lainnya.

6. MATERIALITAS DAN RISIKO DALAM AUDIT


Materialitas dan Resiko Audit
Definisi Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas
sebagai:“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau
salah saji tersebut.”
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: konsep materialitas
dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak memeriksa setiap transaksi yang dicerminkan
dalam laporan keuangan, maka ia bersedia menerima beberapa jumlah kekeliruan kecil. Konsep
materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pemakai
laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

Pertimbangan Awal Materialitas


Auditor menggunakan 2 cara dalam menerapkan materialitas; (1) pada saat perencanaan
audit,dan (2) pada saat menegvaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit. Penetuan materialitas
dapat berbeda dengan tingkat materialitas yg digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit
dan dalam mengevaluasi tmuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah dan informasi
tambahan tentangklien yang diperoleh saat audit berlangsung

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut
ini:
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
tentang kecukupan bukti audit.

Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material.
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun
sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah

Terdapat tiga unsur risiko audit:


1) Risiko Bawaan,
Yakni risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko
salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan
salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri
daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart estimasi akuntansi
cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin
dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan.
2) Risiko Pengendalian,
Yakni Risiko pengendalian adalah risiko yang terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas. Risiko ini ditentukan oleh evektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk
mencapai tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan
entitas. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak evektif karena
kelalayan manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolosi diantara personel
pelaksanaan.
3) Risiko Deteksi,
Yakni Risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji material,
setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Risiko ini timbul sebagian karena
ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau
golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena
auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru
prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini
dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi
memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

7. PERENCANAAN AUDIT RINCI DAN PENJADWALAN


Setelah menentukan materialitas dan risiko audit, auditor merencanakan program audit secara
rinci
Praktik yang lebih disukai adalah setiap siklus memiliki program audit tersendiri.
Program audit pada umumnya dirancang dalam tiga bagian pengujan substantif:
1. Prosedur analitis
2. Pengujian rinci atas transaksi, dan
3. pengujian terinci atas saldo
No Tujuan Pengujian Risiko Terhadap Penyajian Pengujian Substantif atas
Laporan Keuangan Transaksi
1. BELANJA PEGAWAI 1. Anggaran dan Realisasi 1. Lakukan pengujian dan
belanja pegawai tidak kalkulasi untuk
Keberadaan & sesuai kebutuhan. menentukan kesesuaian
keterjadian: 2. Anggaran dan Realisasi antara saldo-saldo buku
Belanja pegawai yang belanja pegawai pada jurnal, buku besar
disajikan di LRA benar- belanja selain pegawai pembantu dan buku besar.
benar terjadi sehingga Belanja Pegawai Pastikan angka-angka
kurang dicatat atau realisasi belanja pada
Kelengkapan : sebaliknya (salah LRA merupakan
Belanja pegawai yang klasifikasi) kompilasi
disajikan di LRA sudah 3. Baik secara desain 2. Bandingkan Belanja
mencakup seluruh dan/atau implementasi Pegawai dengan data
pengeluaran kas untuk tidak ada pemisahan pegawai dan sistem
belanja pegawai pada fungsi antara pembuat penggajian untuk menguji
periode tersebut otorisasi, pengeluaran kebenaran perhitungan
kas, dan akuntansi. gaji
Penilaian dan akurasi : 4. Realisasi belanja pegawai 3. Bandingkan tren
Belanja pegawai telah tidak diotorisasi oleh perubahan belanja
dicatat dengan akurat pejabat yang berwenang pegawai dengan tren
dan telah dihitung dan tidak diverifikasi perubahan jumlah
secara benar. secara memadai pegawai atau perubahan
5. Realisasi belanja pegawai nilai gaji pegawai
Pengungkapan : yang diperuntukan bukan 4. Uji pisah batas (cut off)
Belanja Pegawai telah untuk pegawai (sudah terhadap bukti-bukti
diklasifikasi dan pensiun, belanja pegawai transaksi Belanja Pegawai
diungkapkan secara double) pada Tahun Anggaran
memadai sesuai SAP 6. Belanja Pegawai kurang yang ber-sangkutan.
atau lebih catat karena 5. Bandingkan jumlah
perhitungan yang tidak SPMU dengan Register
akurat SPMU dan Daftar Penguji
7. Belanja pegawai SPMU.
tidak/kurang diungkapkan 6. Bandingkan nilai reali-
secara memadai dalam sasi Belanja Pegawai pada
CaLK LRA dengan Register
SPMU dan
pertanggungjawaban-nya
(SPJ).
7. Lakukan vouching bukti-
bukti dokumen Belanja
Pegawai (SPMU, SPJ,
dan Cek) kemudian
bandingkan dengan
realisasi Belanja Pegawai
pada Buku Besar.
8. Apabila prosedur
vouching belum
memberikan keyakinan
yang memadai, laku-kan
tracing dokumen atau
bukti-bukti Belan ja
Pegawai ke Buku Besar.
9. Teliti apakah
pengungkapan belanja
pegawai dalam CaLK
telah memadai (sesuai
SAP).

No Tujuan Pengujian Risiko Terhadap Penyajian Pengujian Substantif atas


Laporan Keuangan Transaksi
2. BELANJA 1. Penganggaran belanja 1. Uji pisah batas (cut off)
BARANG barang tidak sesuai terhadap bukti-bukti
kebutuhan. transaksi Belanja Barang
Keberadaan & 2. Baik secara desain dan/ pada Tahun Anggaran.
keterjadian: atau implementasi, tidak 2. Bandingkan jumlah SPMU
Belanja pegawai yang ada pemisahan fungsi dengan Register SPMU dan
disajikan di LRA antara pembuat otorisasi, Daftar Penguji SPMU.
benar-benar terjadi. pelaksana pengadaan, 3. Bandingkan nilai realisasi
pengeluaran kas, dan Belanja Barang pada
Kelengkapan : akuntansi. Laporan Realisasi
Belanja pegawai yang 3. Realisasi belanja barang Anggaran (LRA) dengan
disajikan di LRA tidak diotorisasi oleh dan Register SPMU dan
sudah mencakup pejabat yang berwenang pertanggungjawabannya
seluruh pengeluaran dan tidak diverifikasi (SPJ).
kas untuk belanja secara memadai. 4. Lakukan vouching bukti-
pegawai pada periode 4. Tidak dilakukan prosedur bukti dokumen Belanja
tersebut. pemeriksaan fisik dan Barang (SPMU, SPJ, dan
pengadaan barang yang Cek) kemudian bandingkan
Penilaian dan fiktif dengan realisasi Belanja
akurasi : 5. Penguasaan dan Barang pada Buku Besar.
Belanja pegawai telah penggunaan Barang oleh 5. Apabila prosedur vouching
dicatat dengan akurat pihak lain secara tidak belum memberikan
dan telah dihitung sah. keyakinan yang memadai,
secara benar. 6. Barang milik daerah tidak lakukan tracing dokumen
dicatat dan dilaporkan. atau bukti-bukti Belanja
Pengungkapan : 7. Belanja Barang Barang ke Buku Besar.
Belanja Pegawai telah kurang/lebih dicatat 6. Lakukan pemeriksaan fisik
diklasifikasi dan karena salah perhitungan secara uji petik,
diungkapkan secara 8. Klasifikasi dan bandingkan dengan
memadai sesuai SAP. pengungkapan tidak spesifikasi yang ada dalam
sesuai SAP kontrak/SPK.
7. Teliti apakah pemerintah
daerah telah menetapkan
kebijakan akuntansi tentang
kapitalisasi belanja
pemeliharaan sesuai
dengan SAP. Jika tidak,
lakukan penilaian sesuai
dengan Standar.
8. Teliti apakah
pertanggungjawaban
belanja kepala daera telah
didukung oleh bukti-bukti
yang lengkap.
9. Teliti apakah belanja
kepala daerah dianggarkan
juga di satker lain
(duplikasi).
10. Teliti apakah
pengungkapan belanja
barang dalam CaLK telah
memadai (sesuai SAP).

No Tujuan Pengujian Risiko Terhadap Penyajian Pengujian Substantif atas


Laporan Keuangan Transaksi
3. BELANJA MODAL 1. Penganggaran belanja 1. Uji pisah batas (cut off)
modal tidak sesuai terhadap bukti-bukti
Keberadaan & dengan kebutuhan. transaksi Belanja Modal
keterjadian: 2. Tidak ada pemisahan pada Tahun Anggaran yang
Belanja pegawai yang fungsi antara pembuat bersangkutan.
disajikan di LRA otorisasi, pelaksana 2. Bandingkan jumlah SPMU
benar-benar terjadi. kegiatan, pengeluaran kas dengan Register SPMU dan
dan akuntansi. Daftar Penguji SPMU.
Kelengkapan: 3. Realisasi belanja modal 3. Bandingkan nilai realisasi
Belanja pegawai yang tidak diotorisasi oleh Belanja Modal pada
disajikan di LRA pejabat yang berwenang Laporan Realisasi
sudah mencakup (SPP dan SPM) dan tidak Anggaran (LRA) dengan
seluruh pengeluaran diverifikasi secara Register SPMU dan
kas untuk belanja memadai. pertanggungjawabannya
pegawai pada periode 4. Hasil belanja modal (SPJ).
tersebut. belum tercatat sebagai 4. Lakukan vouching bukti-
aset. bukti dokumen Belanja
Penilaian dan 5. Pembayaran belanja Modal (SPMU, SPJ, dan
akurasi: modal tidak didasarkan Cek) kemudian bandingkan
Belanja pegawai telah atas pengadaan barang dengan realisasi Belanja
dicatat dengan akurat yang aktual (fiktif) Modal pada Buku Besar.
dan telah dihitung 6. Kelebihan pembayaran 5. Apabila prosedur vouching
secara benar atas pelaksanaan belanja belum memberikan
modal. keyakinan yang memadai,
Pengungkapan : 7. Ketidaksesuaian lakukan tracing dokumen
Belanja Pegawai telah spesifikasi barang/aset atau bukti-bukti Belanja
diklasifikasi dan hasil belanja modal Modal ke Buku Besar.
diungkapkan secara dengan spesifikasi dalam 6. Periksa prosedur
memadai sesuai SAP kontrak dan/atau SPK. pengadaan barang modal,
8. Realisasi pembayaran apakah telah sesuai dengan
belanja modal tidak ketentuan yangberlaku.
memperhitungkan 7. Lakukan pemeriksaan fisik
panjar/uang muka. secara uji petik untuk
9. Jaminan pelaksanaan melihat keberadaan atas
dan/atau pemeliharaan aset tetap dari realisasi
sudah tidak berlaku belanja modal tersebut
dan/atau palsu. 8. Jika terdapat realisasi
10. Pengungkapan belanja panjar/uang muka, periksa
modal dalam CaLK telah apakah terdapat jaminan
memadai (sesuai SAP). uang muka dan apakah
realisasi pembayaran sudah
memperhitungkan uang
muka tersebut.
9. Lakukan konfirmasi kepada
lembaga penerbit jaminan
pelaksanaan dan/atau
pemeliharaan.
10. Teliti apakah
pengungkapan belanja
modal dalam catatan atas
laporan keuangan telah
memadai (sesuai SAP).

No Tujuan Pengujian Risiko Terhadap Penyajian Pengujian Substantif atas


Laporan Keuangan Transaksi
BELANJA TIDAK 1. Realisasi belanja tidak 7. Uji pisah batas (cut off)
TERDUGA tersangka melampaui terhadap bukti-bukti
anggaran. transaksi Belanja Tidak
Keberadaan & 2. Tidak ada pemisahan fungsi Tersangka pada Tahun
keterjadian: antara pembuat otorisasi, Anggaran yang
Belanja pegawai pengeluaran kas, dan bersangkutan.
yang disajikan di akuntansi. 8. Bandingkan jumlah SPMU
LRA benar-benar 3. Realisasi belanja tidak dengan Register SPMU dan
terjadi. tersangka telah diotorisasi Daftar Penguji SPMU.
oleh pejabat yang 9. Bandingkan nilai realisasi
Kelengkapan: berwenang (SPP dan SPM). Belanja Tidak Tersangka
Belanja pegawai 4. Realisasi belanja tidak pada Laporan Realisasi
yang disajikan di tersangka tidak sesuai Anggaran (LRA) dengan
LRA sudah peruntukannya. Register SPMU dan
mencakup seluruh 5. Belanja Tidak Tersangka pertanggungjawabannya
pengeluaran kas salah diklasifikasikan atau (SPJ)
untuk belanja kurang pengungkapan 10. Lakukan vouching bukti-
pegawai pada 6. Belanja Tidak Tersangka bukti dokumen Belanja
periode tersebut. kurang/lebih dicatat Tidak Tersangka (SPMU,
SPJ, dan Cek) kemudian
Penilaian dan bandingkan dengan
akurasi: realisasi Belanja Tidak
Belanja pegawai Terduga pada Buku Besar.
telah dicatat dengan 11. Teliti apakah terdapat
akurat dan telah realisasi belanja tidak
dihitung secara benar terduga untuk belanja aset
tetap. Jika ada apakah
Pengungkapan : sudah tercatat dalam aset
Belanja Pegawai tetap.
telah diklasifikasi 12. Apabila prosedur vouching
dan diungkapkan belum memberikan
secara memadai keyakinan yang memadai,
sesuai SAP lakukan tracing dokumen
atau bukti-bukti Belanja
Tidak Tersangka ke Buku
Besar.
13. Evaluasi dokumen
pengeluaran belanja tidak
tersangka, tentukan
kesesuaian kegiatan yang
dibiayai dengan tujuan
penganggaran Belanja
Tidak Tersangka.
14. Lakukan pemeriksaan fisik
atau konfirmasi atas
kegiatan yang dibiayai dari
Bagian Belanja Tidak
Tersangka.
15. Teliti apakah
pengungkapan belanja
tidak tersangka dalam
catatan atas laporan
keuangan telah memadai
(sesuai SAP).

Anda mungkin juga menyukai