Anda di halaman 1dari 20

Presentasi Kasus

SEORANG WANITA USIA 55 TAHUN DENGAN


HIPERTENSI EMERGENCY, HIPOGLIKEMIA,
DAN DM TYPE II

Oleh:
Desy Mila Pertiwi
G99151030

Pembimbing :

dr. H. Syuharul Qomar, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PANDAN ARANG/RSUD DR MOEWARDI
BOYOLALI
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:


SEORANG WANITA 55 TAHUN DENGAN
HIPERTENSI EMERGENCY, HIPOGLIKEMIA, DAN DM TYPE II

Oleh:
Desy Mila Pertiwi
G99151030

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal:


16 Desember 2016

dr. Syuharul Qomar, Sp. PD


BAB I
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. Identitas penderita
Nama : Ny. SM
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cepogo, Boyolali
No RM : 09310xxx
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 12 Desember 2016
Tanggal Periksa : 14, 15 Desember 2016

B. Data dasar
Auto anamnesis dan alloanamnesis dilakukan di Bangsal Penyakit
Dalam Geranium Bed A2 RSUD Pandan Arang Boyolali.

Keluhan utama:
Penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Pandanarang
Boyolali dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit. Penurunan kesadaran dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang
melakukan aktivitas ringan di rumah pada siang hari. Oleh keluarga pasien
dibangunkan dengan suara dan rangsang bau, setelah pasien membuka mata,
pasien hanya bisa bicara lemah dan sulit nyambung. Saat itu pasien
berkeringat dingin dan oleh keluarga dibawa ke rumah sakit.
Setelah sadar, pasien mengeluh badan terasa lemas yang dirasakan
sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan di seluruh tubuh.
Lemas tidak membaik dengan istirahat. Selain itu pasien sebelumnya juga
mengeluh sedikit pusing dan jantung terasa berdebar-debar. Pusing
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pusing dirasakan
memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Leher kaku (+).
Pandangan kabur disangkal, mual dan muntah disangkal. Riwayat kejang
disangkal. Demam (-), pelo (-), kelemahan anggota gerak (-). Riwayat
terbentur dan trauma kepala disangkal. Riwayat sesak napas dan nyeri dada
sebelumnya juga disangkal. Gangguan buang air kecil dan buang air besar
disangkal.
Sebelumnya pasien dapat berkomunikasi dengan lancar dan
melakukan aktivitas harian dengan mandiri. Pasien memiliki riwayat
penyakit gula sejak 10 tahun yang lalu dan rutin menggunakan insulin 3 kali
sehari masing-masing sebanyak 12 unit yang diperoleh dari Poli Penyakit
Dalam. Riwayat penggunaan terakhir sekitar 4 jam sebelum masuk rumah
sakit yang digunakan beberapa saat setelah makan. Pasien juga memiliki
riwayat tensi tinggi sejak 7 tahun yang lalu tetapi tidak rutin mengkonsumsi
obat penurun tensi.

Riwayat penyakit dahulu :


Penyakit Keterangan
Riwayat sakit serupa Disangkal
(+) sejak 7 tahun yang lalu, tidak
Riwayat hipertensi
terkontrol
Riwayat sakit liver Disangkal
Riwayat sakit jantung Disangkal
Riwayat sakit gula (+) sejak 10 tahun yang lalu, terkontrol
Riwayat sakit ginjal Disangkal
Riwayat alergi Disangkal
Riwayat mondok Disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Penyakit Keterangan
Riwayat sakit serupa Disangkal
Riwayat hipertensi (+) pada ibu dan saudara kandung pasien
Riwayat sakit liver Disangkal
Riwayat sakit jantung Disangkal
Riwayat sakit gula (+) pada ibu pasien
Riwayat sakit ginjal Disangkal
Riwayat alergi Disangkal
Riwayat mondok Disangkal

Pohon keluarga pasien:

58 tahun 55 tahun

28 tahun 26 tahun 22 tahun

Keterangan :
: Pasien

Riwayat kebiasaan
Makan Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan
nasi, lauk-pauk, dan sayur, dengan porsi nasi
sebanyak seperempat hingga setengah sendok
nasi. Pasien juga membatasi konsumsi gula.
Merokok Disangkal
Alkohol Disangkal
Minum jamu Disangkal
Obat bebas Disangkal

Riwayat gizi
Pasien makan tidak menentu dalam sehari, sekitar 2 hingga 3 kali
sehari dengan porsi untuk sekali makan + 5-8 sendok makan dengan dengan
lauk tahu, tempe, telur, dan sayur.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai buruh tani. Pasien tinggal serumah dengan
suaminya yang juga seorang buruh tani dan 1 anaknya. Rumah pasien dekat
dengan kebun. Pasien berobat menggunakan jaminan kesehatan BPJS PBI.

Anamnesis sistem
1. Keluhan utama : Penurunan kesadaran
2. Kulit : Kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-),
bercak-bercak merah (-), kuning (-)
3. Kepala : Pusing (+), kepala terasa berat (-), perasaan
berputar-putar (-), nyeri kepala (-), rambut
mudah rontok (-)
4. Mata : Mata berkunang-kunang (-/-), pandangan
kabur (-/-), gatal (-/-), mata kuning (-/-), mata
merah (-/-),
5. Hidung : Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir
atau air berlebihan (-), gatal (-)
6. Telinga : Telinga berdenging (-/-), pendengaran
berkurang (-/-), keluar cairan atau darah (-/-)
7. Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-), gusi
bengkak (-), sariawan (-), gigi goyang (-)
8. Tenggorokan : Rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk
menelan (-), sakit tenggorokan (-), suara
serak (-)
9. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), darah (-), nyeri
dada (-), mengi (-)
10. Sistem kardiovaskuler : Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),
sering pingsan (-), berdebar-debar (+),
keringat dingin (+), ulu hati terasa panas (-),
denyut jantung meningkat (-), bangun malam
karena sesak nafas (-)
11. Sistem gastrointestinal : Diare (-), perut mrongkol (-), perut
membesar (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan berkurang (-), nyeri ulu hati (-), sulit
BAB (-), kentut (-), BAB hitam (-), BAB
bercampur air (-), BAB bercampur darah (-),
BAB bercampur lendir (-), rasa penuh di
perut (-), cepat kenyang (-), perut nyeri
setelah makan (-), berat badan menurun
progresif (-)
12. Sistem muskuloskeletal: Lemas (+), leher kaku (+), keju-kemeng (-),
kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi
(-), nyeri otot (-), kaku otot (-), kejang (-)
13. Sistem genitouterinal : Nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-),
sering buang air kecil (-), air kencing warna
seperti teh (-), BAK darah (-), nanah (-),
anyang-anyangan (-), sering menahan
kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), rasa
gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal
pada alat kelamin (-).
14. Ekstremitas :
a. Atas : Bengkak (-/-), lemah (-/-), luka (-/-),
kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/)
b. Bawah : Bengkak (-/-), lemah (-/-), luka (-/-),
kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada tanggal 12 Desember 2016 di IGD RS Pandan Arang
dengan hasil sebagai berikut:
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, penurunan kesadaran
GCS E2V4M5, kesan gizi cukup
2. Tanda vital
 Tensi : 220/120 mmHg
 Nadi : 90 kali /menit
 Frekuensi nafas : 22 kali /menit
 Suhu : 36,50C
 VAS :-
3. Status gizi
 Berat Badan : 48 kg
 Tinggi Badan : 150 cm
 IMT : 21,27 kg/m2
 Kesan : Normoweight
4. Kulit : Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering
(-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-)
5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-),
luka (-), atrofi m. temporalis(-)
6. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), konjungtiva
pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-),
pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/
+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)
7. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus
(-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
9. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi
berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-), lidah
kotor (-)
10. Leher : JVP R+2 cm, trakea ditengah, simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening leher (-), leher
kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
11. Thorax : Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-),
pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran
kelenjar getah bening axilla (-/-)
12. Jantung
 Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus kordis teraba di SIC V linea midclavicula
sinistra 2 cm ke lateral, tidak kuat angkat
 Perkusi :
- Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
- Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dekstra
- Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
- Batas jantung kiri bawah: SIC VI linea medioklavicularis
sinistra 2 cm ke lateral
Batas jantung kesan melebar
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler,
bising (-), gallop (-).
13. Pulmo
a. Depan
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan
= kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar
pada SIC VI linea medioclavicularis dextra,
pekak pada batas absolut paru hepar
- Kiri : Sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC V
linea medioclavicularis sinistra
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi
basah halus (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi
basah halus (-), krepitasi (-)
b. Belakang
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan
= kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
- Peranjakan diafragma 5 cm
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi
basah halus (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi
basah halus (-), krepitasi (-)
13. Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut lebih sejajar dinding thorak, ascites (-),
venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-),
ikterik (-),
 Auskultasi : Bising usus (+) 8x/ menit, bruit hepar (-), bising
epigastrium (-)
 Perkusi : timpani (+), pekak alih (-)
 Palpasi : distended (-), nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar
dan lien tidak teraba, undulasi (-)
14. Ekstremitas
_ _
_ __ _
Akral _ _ dingin Oedem

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Laboratorium darah
Tanggal: 12 Desember 2016
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hb 11.2 g/dl 14 – 18
Hct 31.8 % 42 – 52
AL 16710 / L 4800 - 10800
AT 363 103 /  L 150 – 450
AE 3.67 103/  L 4.7 - 6.1
LED 46 / mm 0 – 20
KIMIA KLINIK
GDS 57 mg/ dl 70 – 125
SGOT 30 u/l < 35
SGPT 19 u/l < 41
Ureum 122 mg/ dl 10 – 50
Creatinin 2.14 mg/ dl 0.6 – 1.1
SEROLOGI HEPATITIS
HbsAg Nonreactive Nonreactive

B. EKG (16 Desember 2016)


EKG : Sinus rythm 92 bpm, LVH

IV. RESUME
1. Keluhan utama
Penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
2. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Pandanarang Boyolali dengan
penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS. Penurunan kesadaran
dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang melakukan aktivitas ringan.
Setelah membuka mata, pasien hanya bisa bicara lemah dan sulit
nyambung. Keringat dingin (+).
Pasien mengeluh badan terasa lemas, sedikit pusing, dan
jantung terasa berdebar. Pusing dirasakan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pusing dirasakan memberat dengan aktivitas dan
berkurang dengan istirahat. Leher kaku (+). Pandangan kabur (-),
mual dan muntah (-), kejang (-), demam (-), pelo (-), kelemahan
anggota gerak (-). Riwayat terbentur dan trauma kepala (-), sesak
napas dan nyeri dada (-). BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Pasien memiliki riwayat penyakit gula sejak 10 tahun yang lalu
dan rutin menggunakan insulin 3 kali sehari masing-masing sebanyak
12 unit. Riwayat penggunaan terakhir sekitar 4 jam sebelum masuk
rumah sakit yang digunakan beberapa saat setelah makan. Pasien
juga memiliki riwayat tensi tinggi sejak 7 tahun yang lalu tetapi tidak
rutin mengkonsumsi obat penurun tensi.
3. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum tampak sakit sedang, GCS E2V4M5. Tekanan darah
220/110 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 22 kali/menit,
suhu 36,5oC. Batas jantung kiri bawah di SIC V linea midclavicula
sinistra 2 cm ke lateral, batas jantung kesan melebar.
4. Pemeriksaan tambahan:
a. Laboratorium darah
Hb : 11.2 g/ dl; Hct : 31.8%; AL : 16710/ uL; AE : 3.67/ uL;
LED : 46 / mm; GDS : 57 mg/ dL; Ur : 122 mg/ dL; Cr : 2.14
mg/ dL
b. EKG
Sinus rythm 92 bpm, LVH
V. ASSESMENT
1. Hipertensi emergency
2. Hipoglikemia
3. DM type II

VII. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
13 Desember Pusing (+), mual KU : CM, 1. Hipertensi - Diet DM
2016 (-), muntah (-), tampak sakit emergency - Injeksi
kaku tengkuk (+) sedang 2. Hipoglikemia Perdipine 1
perbaikan Vital sign: teratasi ampul dalam
TD: 170/100 3. DM type II 50 cc NaCl
HR: 82 SP dengan
RR: 20 kecepatan 3
T: 36.7 cc/ jam iv
GDS pagi : 366 - Candesartan
1x1 tab pagi
- Novorapid
3x10 unit
- Metformin
2x1 tab
- Inj Ranitidin
1 amp/ 12
jam iv
14 Desember Pusing (+) KU : CM, 1. Hipertensi - Diet DM
2016 perbaikan tampak sakit emergency - Candesartan
sedang 2. Hipoglikemia 1x1 tab pagi
Vital sign: teratasi - Amlodipin
TD: 190/90 3. DM type II 1x10 mg
HR: 80 malam
RR: 20 - Novorapid
T: 36.6 3x12 unit
GDS pagi : 356 - Metformin
2x1 tab
- Inj Ranitidin
1 amp/ 12
jam iv
- Tunda
pulang
15 Keluhan (-) KU : CM, 1. Hipertensi - Diet DM
November tampak sakit emergency - Candesartan
2016 ringan 2. Hipoglikemia 1x1 tab pagi
Vital sign: teratasi - Amlodipin
TD: 170/90 3. DM type II 1x10 mg
HR: 78 malam
RR: 20 - Novorapid
T: 36.8 3x12 unit
GDS pagi : 307 - Metformin
2x1 tab
- BLPL

VIII. PEMBAHASAN

Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Pandanarang


Boyolali dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah
sakit. Penurunan kesadaran dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang melakukan
aktivitas ringan di rumah pada siang hari. Oleh keluarga pasien dibangunkan
dengan suara dan rangsang bau, setelah pasien membuka mata, pasien hanya bisa
bicara lemah dan sulit nyambung. Saat itu pasien berkeringat dingin dan oleh
keluarga dibawa ke rumah sakit. Pasien mengeluh badan terasa lemas yang
dirasakan sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan di seluruh
tubuh. Lemas tidak membaik dengan istirahat.
Keadaan yang dialami oleh pasien tersebut merupakan keadaan
hipoglikemia. Hipoglikemia secara definisi didasarkan rendahnya kadar glukosa
darah pada seseorang. Hipoglikemi merupakan suatu terminologi klinis yang
digunakan untuk keadaan yang disebabkan oleh menurunnya kadar glukosa dalam
darah hingga pada tingkat tertentu, sehingga menyebabkan keluhan (symptom)
dan tanda (sign).
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah (GD) <60
mgldL, meskipun pada orang tertentu sudah dirasakan di atas kadar tersebut (<70
mgldL). Tapi pada umumnya, kadar GD < 50 mg/dL, telah memberi dampak pada
fungsi serebral. Seperti halnya pada pasien tersebut.
Secara etiologis hipoglikemi disebabkan oleh :
1. Penggunan obat-obatan diabetes seperti insulin, sulfonilurea yang berlebihan.
Penyebab terbanyak hipoglikemia umumnya terkait dengan diabetes.
2. Obat-obatan lain meskipun jarang terjadi namun dapat menyebabkan
hipoglikemia adalah betablockers, pentamidine, kombinasi sulfometoksazole
dan trimethoprim.
3. Sehabis minum alkohol, terutama bila telah lama berpuasa dalam keadaan
lama.
4. Intake kalori yang sangat kurang.
5. Hipoglikemia reaktif.
6. lnfeksi berat, kanker yang lanjut, gagal ginjal, gagal hepar.
7. lnsufisiensi adrenal.
8. Kelainan kongenital yang menyebabkan sekresi insulin berlebihan (pada bayi).
9. Hepatoma, mesothelioma, fibrosarkoma.
Diantara hipoglikemi yang disebabkan oleh faktor luar (eksogen), obat-
obatan merupakan penyebab tersering, dan diantara obat-obatan tersebut, obat
diabetes yang berperan dalam meningkatkan kadar insulin serum merupakan
penyebab utama.
Angka kejadian hipoglikemi pada DMT1 lebih tinggi dari pada DM tipe 2,
tapi dampak yang ditimbulkannya justru lebih serius bila ini terjadi pada DMT2.
Pada DMT2, apalagi dengan usia lanjut hipoglikemia tidak jarang mencetuskan
gejala serius seperti stroke, infark miokard, gagal jantung akut, dan aritmia
ventrikular.
Untuk membuat diagnosis hipoglikemi, berdasarkan definisi diperlukan
adanya trias dari Whipple (Whipple triod) yang terdiri atas: 1. Adanya gejala
klinis hipoglikemi, berdasarkan anamnesis dan peneriksaan jasmani, 2. Kadar
glukosa dalam plasma yang rendah pada saat yang bersaman, berdasarkan
pemeriksan penunjang/ laboratorium, dan 3. Keadaan klinis segera membaik
segera setelah kadar glukosa plasma menjadi normal setelah diberi pengobatan
dengan pemberian glukosa.
Pada penderita hipoglikemia dengan gambaran klinis ringan, sadar; dan
kooperatif, penanggulangan biasanya akan cukup efektif dengan memberikan
makanan atau minuman yang manis mengandung gula seperti di bawah ini:
. 2-3 tablet glukosa, atau 2-3 sendok teh gula atau madu
. 120-175 jus jeruk
. Segelas (200 cc) susu 'non fat' (lemak dan coklat akan memperlambat absorpsi
glukosa di usus)
. Setengah kaleng 'soft drink' dll.
Pada umumnya dalam 20 menit keadaan hipoglikemia akan teratasi dan
kadar glukosa kembali normal. Bila dengan cara di atas tidak teratasi, maka
dilanjutkan ke pengobatan tahap lanjut.
Pada hipoglikemi tahap lanjut, terutama yang telah memperlihatkan
gejala neuroglikopeni, memerlukan pengobatan lebih intensif, yaitu dengan:
. lnfus larutan dextrosa, dianggap sebagai first line treatment karena paling efektif
dalam waktu cepat.
. Bila tidak berhasil, ditambahkan suntikan glukagon intravena atau intramuskuler.
Biasanya dalam 10 menit akan mengembalikan kesadaran penderita. Glukagon
akan lebih efektif apabila sebelumnya pada penderita masih tersedia cadangan
glikogen dan kurang atau tidak efektif pada mereka yang sebelumnya telah dalam
keadaan puasa dalam jangka waktu lama.
. Untuk insufisiensi adrenal, suntikan hidrokortison intramuskuler berperan dalam
memacu proses glukoneogenesis. Terutama pada anak-anak, menggunakan
suntikan growth hormone. Jika masih gagal, digunakan diaxozide (Proglycem),
atau streptozotocin (Zanosar) yang memiliki kemampuan menekan sekresi insulin
oleh sel beta. Diazoxide efektif untuk pengobatan hipoglikemia akibat sekresi
insulin berlebihan oleh tumor.
Selain itu pasien sebelumnya juga mengeluh sedikit pusing dan jantung
terasa berdebar-debar. Pusing dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pusing dirasakan memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat.
Leher kaku (+). Pandangan kabur disangkal, mual dan muntah disangkal. Riwayat
kejang disangkal. Demam (-), pelo (-), kelemahan anggota gerak (-). Riwayat
terbentur dan trauma kepala disangkal. Riwayat sesak napas dan nyeri dada
sebelumnya juga disangkal. Gangguan buang air kecil dan buang air besar
disangkal. Dari hasil pemeriksaan diperoleh GCS E2V4M5, tekanan darah
220/110 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 22 kali/menit, suhu 36,5oC.
Gejala dan tanda tersebut dapat terjadi akibat adanya krisis hipertensi,
yaitu suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target. Pada
umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai
dalam pengobatan antihipertensi.
Krisis hipertensi meliputi dua kelompok yaitu:
Hipertensi darurat (emergency hypertension): dimana selain tekanan darah yang
sangat tinggi terdapat kelainan/ kerusakan target organ yang bersifat progresif
sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit sampai jam)
agar dapat mencegah atau membatasi kerusakan target organ yang terjadi.
Hipertensi mendesak (urgency hypertension): dimana terdapat tekanan darah
yang sangat tinggi tetapi tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang
progresif, sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
Hipertensi emergency umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, di antaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta; mata kabur pada edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah
pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah,
gejala dan tanda keterlibatan organ target. Beberapa gejala dan tanda-tanda
tersebut terdapat pada pasien ini.
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini
terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal
apalagi bila ureum dan kreatinin meningkat, seperti pada pasien ini, dengan
Ureum : 122 mg/ dL dan Creatinin : 2.14 mg/ dL . Gangguan elektrolit bisa terjadi
pada hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiogral (EKG) untuk melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri seperti pada pasien ini, ataupun gangguan koroner
serta ultrasonografi (USG) untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien. Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada
berikut ini :
Pengobatan hipertensi mendesak cukup dengan obat oral yang bekerja
cepat sehingga menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam. Di lndonesia
banyak dipakai obat seperti pada tabel di bawah ini.

Pengobatan hipertensi darurat memerlukan obat yang segera menurunkan


tekanan darah dalam menit-jam sehingga umumnya bersifat parenteral. Di
lndonesia banyak dipakai seperti pada tabel berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi VI. Interna Publishing, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai