Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KOMUNIKASI

GANGGUAN JIWA DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh :

1. Amalia Dinar Maharani (P0712011800)


2. Anisa Mila Febiyanti (P07120118016)
3. Anisa Supriyanti (P0712011800)
4. Maria Febry Melani (P07120118027)
5. Andifa Danna Arsanti (P0712011800)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS : Risiko Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Penyebab

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
Psychoanalytical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instincual drives. Frustation aggresion theory, teori ini
dikembangkan oleh pengikut Freud yang berasumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan
agresif yang pada akhirnya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai
orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang
melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pengalaman yang membuat seseorang berperilaku agresif :
- Kerusakan otak organik, retardasi mental
- Severe emotional deprivation
- Terpapar kekerasan selama masa perkembangan
b. Faktor Sosial Budaya
Social learning theory, yang dikembangkan oleh Bandura (1977) ini
mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah
dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis.
Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipothalamus (yang berada di tengah sistem limbik) binatang ternyata
dapat menimbulkan perilaku agresif. Jadi kerusakan sistem limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi, penciuman, dan memori)
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif : serotonin, dopamin,
norepinefrin, acetilkolin, dan asam amino GABA.
Faktor-faktor yang menudukung :
- Masa kanak-kanak yang tidak mendukung
- Sering mengalami kegagalan
- Kehidupan yang penuh tindakan agresif
- Lingkungan yang tidak kondusif
d. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih pada
ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal.
Faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
- Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percayadiri.
- Lingkungan : ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik internal
sosial.

B. Tanda dan gejala


Pada pengkajian awal dapat diketahui bahwa alasan utama klien dibawa ke rumah
sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melaksanakan
pengkajian dengan cara observasi : muka marah, pandangan mata tajam, otot tegang,
nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk.

C. Akibat
Klien dengan resiko perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungannya., seperti menyerang orang
lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll. Sehingga klien dengan resiko perilaku
kekerasan berpotensi untuk menciderai orang lain, dan lingkungan.
III. DATA YANG PERLU DIKAJI

Pengkajian :
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat tinggal klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Faktor predisposisi
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima (permisive).
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi
sosial provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
7. Tanda dan gejala
Padapengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa kerumah sakit adalah
perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara
obsevasi dan wawancara. Data perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
l. tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.

IV. POHON MASALAH DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri, oranglain, lingkungan

Perilaku kekerasan/amuk

Gangguan harga diri : Harga Diri Rendah

Sumber : Budiana Keliat, 1999


V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Observasi :

- Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan. (misal : benda tajam, tali)
- Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung.
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan. (misal : pisau cukur)

Terapeutik :

- Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin.


- Libatkan keluarga dalam perawatan.

Edukasi :

- Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien.


- Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif.
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal. (misal relaksasi,bercerita)

VI. REFERENSI

Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Pengaruh ACT Terhadap Gejala dan Kemampuan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
Jurnal Keperawatan Jiwa, vol 2, 51-57.

Dyah Wahyuningsih(Maret-2011).Penurunan Perilaku Kekerasan pada Klien Skizoprenia


dengan Assertiveness Training(AT).Jurnal Keperawatan Indonesia, vol 14, 51-56.

http://repository.ump.ac.id/986/3/DIAH%20PRABOWO%20HARDIYANTI%20BAB
%20II.pdf (Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pukul 10.00 WIB.)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KOMUNIKASI
KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN 1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien :
a) Data Subyektif :
Klien Tn.A saat dilakukan anamnesa oleh perawat mengatakan benci
atau kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien juga
mengatakan marah tanpa sebab.
b) Data Obyektif :
Data objektif yang didapat pada pemeriksaan Klien Tn. A adalah mata
melotot, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai dan berteriak, ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang, tangan
mengepal, dan dada berdebar- debar

2. Diagnosa keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan/Amuk/ Marah


3. Tujuan tindakan keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan fisik 1: teknik nafas dalam

4.    Tindakan Keperawatan :
 Bina hubungan saling percaya
a. Salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang.
 Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
 Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik : teknik napas dalam

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan


marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.

TAHAP ORIENTASI

1) Salam terapeutik

“Selamat pagi  pak, perkenalkan nama saya Maria febri melani, panggil saya
mela, saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”

2) Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”

3) Kontrak :
- Topik
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah
bapak”
- Waktu

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10


menit?
- Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana


kalau di ruang tamu?”

TAHAP KERJA

“Apa yang menyebabkan bapak marah?”

“Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? “

“Samakah dengan yang sekarang?”

“ O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak  marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau
masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?” (tunggu respons pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada berdebar- debar, mata melotot,
dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan?

O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu dan memecahkan barang-


barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. 

Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang
pecah.

Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar selama 4 detik, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak  sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TAHAP TERMINASI

1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan


keperawatan.
- Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”

“Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak


rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan).

“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak”

“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam? Jam berapa saja pak?”

2) Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih


klien sesuai dengan hasil

tindakan yang telah dilakukan)

3) Kontrak yang akan datang


- Topik

“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang pak?”


- Waktu

“2 jam lagi kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah
yang bapak rasakan ya.”.

- Tempat

“Untuk tempatnya disini saja ya pak. Kalau begitu terimakasih atas


waktunya hari ini pak. Selamat pagi” 

Anda mungkin juga menyukai