Anda di halaman 1dari 5

A.

Reliabilitas internal konsistensi


Pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan, antara lain: untuk
menghindari permasalahan yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan
pendekatan bentuk pararel. Dalam pendekatan konsistensi internal data skor diperoleh
melalui prosedur satu kali pengenaan satu tes kepada sekelompok individu sebagai subjek
(single-trial administration), sehingga metode ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang
tinggi dibanding prosedur tes ulang dan bentuk pararel.Makna konsistensi internal adalah
konsistensi diantara aitem-aitem dalam tes sebagai indikasi bahwa tes yang bersangkutan
memiliki fungsi pengukuran yang reliabel. Dengan kata lain, prosedur estimasi reliabilitasnya
harus dilakukan melalui analisis terhadap distribusi skor aitem atau distribusi skor kelompok-
kelompok aitem, tidak dilakukan melalui analisis terhadap skor tes. Bila estimasi reliabilitas
pengukuran dilakukan dengan cara melihat konsistensi diantara kelompok-kelompok aitem
maka perlu dibuat beberapa kelompok aitem yang disebut sebagai bagian atau belahan tes.
Pembelahan tes harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin setiap belahan
berisi aitem dalam jumlah yang sama banyak dan berkarakteristik yang setara. Pilihan cara
pembelahan tes banyak tergantung pada kisi-kisi tes (pertimbangan aspek atau komponen),
banyaknya aitem, karakteristik aitem (isinya homogen atau tidak), sifat dan fungsi tes (power
test atau speed test), dan lain-lain. Cara pembelahan itu, pada gilirannya, akan ikut
menentukan pula formula mana yang harus digunakan dalam menghitung koefisien
reliabilitasnya. Tes yang skornya sedikit-banyak ikut dipengaruhi oleh kecepatan kerja (speed
test), misalnya, menghendaki cara pembelahan yang tidak sama dengan cara pembelahan
yang dilakukan terhadap tes yang mengukur kemampuan maksimum (power-test). Suatu tes
yang berisi aitem-aitem yang mempunyai taraf kesukaran homogen akan lebih terbuka
terhadap berbagai cara pembelahan dibandingkan dengan tes yang berisi aitem-aitem dengan
tingkat kesukaran yang sangat bervariasi

Reliabilitas berdasarkan internal consistency diestimasi hanya menggunakan satu kali tes, dan
hal ini untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan pengulangan tes ataupun tes
bentuk paralel (Allen & Yen, 1979: 78; Azwar, 2018: 59; Cohen et al., 2007: 147; Mardapi,
2017: 54; Retnawati, 2016: 88). Koefisien reliabilitas internal consistency merupakan sebuah
hasil dari pengukuran latent trait (Viladrich, Angulo- brunet, & Doval, 2017: 755). Sampel
yang sangat besar dari peserta akan mengungkapkan internal consistency yang sangat baik
(Daniel, Sadek, & Langdon, 2018: 2). Pengukuran internal consistency dari reliabilitas tidak
tepat untuk penggunaan pada tes yang heterogen (mengukur beberapa trait), sehingga hanya
tepat digunakan untuk tes yang mengukur satu laten trait (Allen & Yen, 1979: 83). Internal
consistency dilakukan cukup menggunakan 1 kali tes, sehingga menghindarkan dari
kekhawatiran yang timbul akibat pengulangan tes. Apabila pendekatan internal consistency
telah ditetapkan, maka pendekatan test-retest tidak perlu dilaksanakan (Holden & Bernstein,
2013: 947). Internal consistency dapat dilakukan menggunakan 3 pendekatan, -equivalent,
dan konginerik. Pendekatanyaitu paralel klasik, menggunakan paralel klasik memiliki
asumsi bahwa kedua belahan tes adalah paralel (memiliki varians belahan yang sama dan
rerata kedua -equivalent memiliki asumsi bahwabelahan yang sama). Pendekatan kedua
belahan tes memiliki varians yang sama dan rerata kedua belahan tidak sama. Pendekatan
konginerik digunakan ketika kedua belahan tidak memiliki varians dan rerata yang sama.
a. Formula Rulon

Rulon (1939) mengusulkan suatu formula komputasi untuk mengestimasi reliabilitas skor
dengan pendekatan belah-dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan tersebut 
mempunyai bersifat π- equivalent, sepanjang jumlah aitem pada kedua belahan adalah sama
(kl=k2).
Menurut Rulon, perbedaan skor subjek pada kedua belahan tes akan membentuk distribusi
perbedaan skor yang memiliki varians yang besarnya ditentukan oleh varians eror masing-
masing belahan. Dengan demikian, dalam melakukan estimasi terhadap reliabilitas hasil ukur,
varians perbedaan skor tersebut dianggap sebagai sumber eror.
Formula Rulon dirumuskan sebagai: 
rxx’= 1-Sd2/Sx2
Sd2 = varians perbedaan skor kedua belahan
Sx2 = varians skor tes
d   = perbedaan skor kedua belahan
TABEL IV.I  contoh formula komputasi Rulon: 
subjek D (y1-y2) X
Y1 Y2
A 9 8 1 17
B 5 6 -1 11
C5419
D 8 8 0 16
E 8 9 -1 17
F 8 7 1 15
G4408
H3215
I 12 11 1 23
J4317
y1 = jumlah skor pada aitem nomor 1+3+5+7+9+11
y2 = jumlah skor pada aitem nomor 2+4+6+8+10+12
d  = perbedaan skor y1 dan y2
X = jumlah skor pada keseluruhan aitem, X=y1+y2
komputasi varians skor d menghasilkan Sd2= 0,711 dan varians skor X sudah diketahui
SX2= 32,178. Dengan demikian, koefisien reliabilitas untuk data ini adalah: 
rxx’ = 1- 0,711/32,178=0,978. Ternyata bahwa besarnya koefisien reliabilitas dengan formula
Rulon yang dihasilkan pada contoh diatas identik dengan koefisien yang dihitung oleh
formula alpha.
 
b. Formula-formula Kuder-Richardson

Bila suatu tes berisi aitem-aitem yang diberi skor dikotomi sedangkan jumlah aitemnya
sendiri tidak begitu banyak, sangat mungkin membagi tes itu menjadi dua bagian tidak
menghasilkan bagian yang setara sedangkan membagi tes menjadi lebih dari dua belahan
akan mengakibatkan jumlah aitem dalam setiap belahan terlalu sedikit. 
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membelah tes tersebut menjadi belahan
sebanyak jumlah aitemnya sehingga belahan berisi hanya satu aitem saja. Kemudian estimasi
reliabilitasnya dilakukan melalui komputasi formula alpha yang disesuaikan dengan data
dikotomi, yang dikenal dengan nama formula Kuder-Richarson-20 atau KR-20 dan dikenal
sebagai koefisien α-20.
KR-20= [K/(K-1)] [ 1-∑P(1-P)/sX2]
Sx2 = varians skor tes 
k   = banyaknya aitem dalam tes
p   = proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu aitem
hasil komputasi koefisien KR-20 adalah:
KR-20 = [12/(12-1)] [1-1,86/4,044]= 0,589
Besaran koefisien reliabilitas R-20 juga dianggap mencerminkan sejauhmana kesetaraan isi
aitem-aitem dalam tes yang bersangkutan. Kuder dan Richarson merumuskan pula formula
estimasi relibilitasnya yang ke-21. 
Rumusan formula KR-21 adalah:
KR-21 = [k/(k-1)] [1-kÞ(1-Þ) / sx2]

c. Fomula Belah-dua dengan Panjang Berbeda

Bila suatu tes tidak dapat dibelah menjadi dua atau belahan dengan jumlah aitem sama
banyak disetiap belahan maka formula koefisien-α tidak lagi dapat digunakan untuk estimasi
reliabilitasnya dikarenakan belahan-belahan tersebut tidak akan memenuhi asumsi π-
equivalent. Dalam formula Spearman-Brown dan Formula Rulon tidak dapat digunakan. 
Apabila kedua belahan yang tidak sama panjang itu masih homogen isinya dan data tes
diperoleh dari subjek dalam jumlah besar, formula yang diusulkan oleh Feldt dapat
digunakan dalam estimasi reliabilitasnya (Feldt).
Formula estimasi yang diusulkan oleh Feldt sebagai : 
Rxx’= 4 (SY12)/[Sx2- {(Sy 12- SY22)/Sx}2]
Sy12   = varians skor pada belahan 1
Sy22    = varians skor pada belahan 2
Sy1y2 = kovarians skor belahan 1 dan 2
SX      = deviasi standar skor tes
DAFTAR PUSTAKA

Unknown. (2018, 08 4). REABILITAS : KONSISTENSI INTERNAL. Retrieved 02 16, 2021,


from Berbagi Ilmu: https://bagibagiilmuteknik.blogspot.com/2018/08/reabilitas-
konsistensi-internal.html

Anda mungkin juga menyukai