Reliabilitas berdasarkan internal consistency diestimasi hanya menggunakan satu kali tes, dan
hal ini untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan pengulangan tes ataupun tes
bentuk paralel (Allen & Yen, 1979: 78; Azwar, 2018: 59; Cohen et al., 2007: 147; Mardapi,
2017: 54; Retnawati, 2016: 88). Koefisien reliabilitas internal consistency merupakan sebuah
hasil dari pengukuran latent trait (Viladrich, Angulo- brunet, & Doval, 2017: 755). Sampel
yang sangat besar dari peserta akan mengungkapkan internal consistency yang sangat baik
(Daniel, Sadek, & Langdon, 2018: 2). Pengukuran internal consistency dari reliabilitas tidak
tepat untuk penggunaan pada tes yang heterogen (mengukur beberapa trait), sehingga hanya
tepat digunakan untuk tes yang mengukur satu laten trait (Allen & Yen, 1979: 83). Internal
consistency dilakukan cukup menggunakan 1 kali tes, sehingga menghindarkan dari
kekhawatiran yang timbul akibat pengulangan tes. Apabila pendekatan internal consistency
telah ditetapkan, maka pendekatan test-retest tidak perlu dilaksanakan (Holden & Bernstein,
2013: 947). Internal consistency dapat dilakukan menggunakan 3 pendekatan, -equivalent,
dan konginerik. Pendekatanyaitu paralel klasik, menggunakan paralel klasik memiliki
asumsi bahwa kedua belahan tes adalah paralel (memiliki varians belahan yang sama dan
rerata kedua -equivalent memiliki asumsi bahwabelahan yang sama). Pendekatan kedua
belahan tes memiliki varians yang sama dan rerata kedua belahan tidak sama. Pendekatan
konginerik digunakan ketika kedua belahan tidak memiliki varians dan rerata yang sama.
a. Formula Rulon
Rulon (1939) mengusulkan suatu formula komputasi untuk mengestimasi reliabilitas skor
dengan pendekatan belah-dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan tersebut
mempunyai bersifat π- equivalent, sepanjang jumlah aitem pada kedua belahan adalah sama
(kl=k2).
Menurut Rulon, perbedaan skor subjek pada kedua belahan tes akan membentuk distribusi
perbedaan skor yang memiliki varians yang besarnya ditentukan oleh varians eror masing-
masing belahan. Dengan demikian, dalam melakukan estimasi terhadap reliabilitas hasil ukur,
varians perbedaan skor tersebut dianggap sebagai sumber eror.
Formula Rulon dirumuskan sebagai:
rxx’= 1-Sd2/Sx2
Sd2 = varians perbedaan skor kedua belahan
Sx2 = varians skor tes
d = perbedaan skor kedua belahan
TABEL IV.I contoh formula komputasi Rulon:
subjek D (y1-y2) X
Y1 Y2
A 9 8 1 17
B 5 6 -1 11
C5419
D 8 8 0 16
E 8 9 -1 17
F 8 7 1 15
G4408
H3215
I 12 11 1 23
J4317
y1 = jumlah skor pada aitem nomor 1+3+5+7+9+11
y2 = jumlah skor pada aitem nomor 2+4+6+8+10+12
d = perbedaan skor y1 dan y2
X = jumlah skor pada keseluruhan aitem, X=y1+y2
komputasi varians skor d menghasilkan Sd2= 0,711 dan varians skor X sudah diketahui
SX2= 32,178. Dengan demikian, koefisien reliabilitas untuk data ini adalah:
rxx’ = 1- 0,711/32,178=0,978. Ternyata bahwa besarnya koefisien reliabilitas dengan formula
Rulon yang dihasilkan pada contoh diatas identik dengan koefisien yang dihitung oleh
formula alpha.
b. Formula-formula Kuder-Richardson
Bila suatu tes berisi aitem-aitem yang diberi skor dikotomi sedangkan jumlah aitemnya
sendiri tidak begitu banyak, sangat mungkin membagi tes itu menjadi dua bagian tidak
menghasilkan bagian yang setara sedangkan membagi tes menjadi lebih dari dua belahan
akan mengakibatkan jumlah aitem dalam setiap belahan terlalu sedikit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membelah tes tersebut menjadi belahan
sebanyak jumlah aitemnya sehingga belahan berisi hanya satu aitem saja. Kemudian estimasi
reliabilitasnya dilakukan melalui komputasi formula alpha yang disesuaikan dengan data
dikotomi, yang dikenal dengan nama formula Kuder-Richarson-20 atau KR-20 dan dikenal
sebagai koefisien α-20.
KR-20= [K/(K-1)] [ 1-∑P(1-P)/sX2]
Sx2 = varians skor tes
k = banyaknya aitem dalam tes
p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu aitem
hasil komputasi koefisien KR-20 adalah:
KR-20 = [12/(12-1)] [1-1,86/4,044]= 0,589
Besaran koefisien reliabilitas R-20 juga dianggap mencerminkan sejauhmana kesetaraan isi
aitem-aitem dalam tes yang bersangkutan. Kuder dan Richarson merumuskan pula formula
estimasi relibilitasnya yang ke-21.
Rumusan formula KR-21 adalah:
KR-21 = [k/(k-1)] [1-kÞ(1-Þ) / sx2]
Bila suatu tes tidak dapat dibelah menjadi dua atau belahan dengan jumlah aitem sama
banyak disetiap belahan maka formula koefisien-α tidak lagi dapat digunakan untuk estimasi
reliabilitasnya dikarenakan belahan-belahan tersebut tidak akan memenuhi asumsi π-
equivalent. Dalam formula Spearman-Brown dan Formula Rulon tidak dapat digunakan.
Apabila kedua belahan yang tidak sama panjang itu masih homogen isinya dan data tes
diperoleh dari subjek dalam jumlah besar, formula yang diusulkan oleh Feldt dapat
digunakan dalam estimasi reliabilitasnya (Feldt).
Formula estimasi yang diusulkan oleh Feldt sebagai :
Rxx’= 4 (SY12)/[Sx2- {(Sy 12- SY22)/Sx}2]
Sy12 = varians skor pada belahan 1
Sy22 = varians skor pada belahan 2
Sy1y2 = kovarians skor belahan 1 dan 2
SX = deviasi standar skor tes
DAFTAR PUSTAKA