Oleh:
191124078
B. Budayaku
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah/buddhi dengan
arti budi atau akal. Sedangkan dalam bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata
culture yang berasal dari bahasa latin yaitu colore yang berarti mengolah atau
mengerjakan. Istilah culture sendiri juga digunakan dalam bahasa Indonesia dengan
kata serapan kultur. Budaya dikaitkan dengan bagian dari budi dan akal manusia.
Kebudayaan menyentuh hampir seluruh aktivitas manusia, seperti total pikiran,
karya, hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan hanya bisa
dicetuskan manusia sesudah suatu proses belajar[ CITATION Koe04 \l 1033 ]. Jadi,
budaya merupakan pola kehidupan masyarakat yang berkembang dan diteruskan
secara turun temurun.
Kebudayaan Jawa disoroti tidak hanya tentang keunikan dan keindahannya,
melainkan juga aspek filosofis yang menghidupi pola hidup masyarakat Jawa.
Aspek itu meliputi budi luhur, budi pekerti, dan etika. Nilai-nilai itu menjadi
pedoman hidup secara teratur agar timbul keserasian dan keharmonisan dalam
kehidupan sehari-hari. Budi luhur merupakan ajaran yang terkandung dalam
ideologi kejawen sebagai falsafah hidup orang Jawa dalam bertindak. Dalam
kehidupan keseharian, budi luhur terwujud dalam budi pekerti. Budi pekerti
merupakan etos kehidupan yang membentuk etika dalam kehidupan. Etika
merupakan suatu perwujudan yang menunjukkan baik dan buruknya perilaku
seseorang.
Masyarakat asli tanah Jawa telah mengenal akan adanya Tuhan. Jauh
sebelum agama-agama lain masuk dan menyebar, mereka menganut sistem
kepercayaan yang disebut dengan Kejawen. Orang-orang pada zaman dahulu hidup
dengan bebas di alam terbuka. Mereka mengamati berbagai macam fenomena-
fenomena alam yang terjadi. Masyarakat Jawa percaya bahwa, ada kekuatan Roh
yang mampu menggerakkan seluruh poros kehidupan dunia ini, aliran ini sering
disebut Animisme. Keyakinan itu dipercaya untuk mengajarkan hal-hal baik kepada
manusia. Mereka meyakini bahwa roh mistis itu yang telah menciptakan semesta,
serta selalu menyertai ciptaannya yang menyebabkan kebaikan dan keburukan yang
terjadi di dunia. Roh yang luhur disebut dengan istilah Sang Hyang Taya yang
bermakna “hampa/kosong”, dalam istilah lain didefinisikan menjadi satu kalimat
“tan kena kinaya ngapa” yang berarti tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya. Hal
ini berarti keberadaan Tuhan tidak dapat dijangkau oleh manusia atau transenden.
Hanya orang-orang yang mampu berlaku spiritual yang dapat melepaskan diri dari
hal keduniawian akan mengalami puncak pengalaman religius atau disebut
Manunggaling Kawula lan Gusthi.
Selain sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa, terdapat
warisan yang masih dilestarikan sampai saat ini. Suku Jawa sangat kental dengan
budayanya, yang meliputi tari, pertunjukan, bahasa, dan lain-lainnya. Kebudayaan
Jawa ini merupakan warisan nenek moyang yang telah menjadikan Jawa begitu
unik dan mempesona.
Daftar Pustaka
Andra. (2017, Maret 31). Ilmu Seni. Retrieved Mei 12, 2020, from Ilmu Seni Web site:
https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-jawa
Hindarto, T. (2011, Februari Selasa). Pijar Pemikiran: Menyongsong Ratu Adil dengan
Menjalani Kehidupan yang Sadar & Waspada. Retrieved Mei 6, 2020, from Pijar Pemikiran
Web site: https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/02/menyongsong-ratu-adil-dengan-
menjalani.html
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Raharjo, S. I. (2014). Kerajaan Allah dalam Dua Wajah Datangnya Ratu Adil dan Kerajaan
Allah. Jurnal Teologi, 3(2), 99-109.