Anda di halaman 1dari 7

Kristologi Dasar

Yesus dalam Budaya Jawa sebagai Ratu Adil

Oleh:

Maria Yunita Sari

191124078

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Keagamaan Katolik

Universitas Sanata Dharma


A. Pengantar
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Setiap daerah
mempunyai daya tarik tersendiri. Kebudayaan yang hidup dalam masyarakat
mempunyai karakter dan kekhasan masing-masing. Sebagai contoh ada berbagai
macam suku, adat istiadat, kesenian, dan sejarah yang menghidupi setiap wilayah di
Indonesia. Budaya merupakan identitas negara yang perlu dijaga dan dilestarikan
supaya menjadi warisan untuk anak dan cucu kita kelak.
Salah satu suku yang mendiami sebagian besar wilayah di Indonesia adalah
Suku Jawa. Corak kebudayaan masyarakat Jawa begitu unik. Dapat kita lihat
bahwa sejarah bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari Suku Jawa sendiri. Berbagai
macam kerajaan telah mendiami tanah Jawa. Pertemuan-pertemuan dengan
kebudayaan luar juga memberikan pengaruh terhadap proses asimilasi budaya.
Maka dari proses tersebut akan terbentuk juga kebudayaan baru. Kebudayaan itu
akan menyatu seiring juga dengan persebaran agama di wilayah Jawa.
Tanah Jawa cukup mendapat pengaruh oleh penyebaran agama Katolik.
Penyesuaian antara agama dan masyarakat memerlukan waktu yang lama, karena
masih sedikitnya masyarakat yang percaya akan Yesus Kristus yang menjadi
Juruselamat manusia. Pada akhirnya, dalam penyebaran agama Katolik sendiri amat
membaur dengan budaya Jawa sendiri. Masyarakat Jawa mulai tertarik dengan
agama Katolik melalui Injil yang diwartakan. Tentunya untuk menjelaskan
gambaran Yesus kepada masyarakat, perlu mengambil salah satu cerita yang cocok
agar bisa ditangkap dengan baik. Maka dari itu ada sebuah inkulturasi yang
menyatukan kedua hal tersebut.
Dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Jawa pastilah kita pernah
mendengar mitos ataupun cerita tentang kesaktian seseorang yang dipercaya akan
memberi dampak perubahan pada bangsa ini. Kepercayaan yang dihasilkan berupa
ramalan-ramalan akan datangnya sosok “Ratu Adil”. Tentunya harapan itu masih
ditunggu-tunggu oleh orang-orang saat ini. Siapakah dia yang akan datang
membawa manusia kepada kemakmuran dan kedamaian? Makalah ini bertujuan
untuk menjelaskan sosok Yesus sebagai “Ratu Adil” yang dipercayai oleh
masyarakat Jawa.
Bab I

B. Budayaku
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah/buddhi dengan
arti budi atau akal. Sedangkan dalam bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata
culture yang berasal dari bahasa latin yaitu colore yang berarti mengolah atau
mengerjakan. Istilah culture sendiri juga digunakan dalam bahasa Indonesia dengan
kata serapan kultur.  Budaya dikaitkan dengan bagian dari budi dan akal manusia.
Kebudayaan menyentuh hampir seluruh aktivitas manusia, seperti total pikiran,
karya, hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan hanya bisa
dicetuskan manusia sesudah suatu proses belajar[ CITATION Koe04 \l 1033 ]. Jadi,
budaya merupakan pola kehidupan masyarakat yang berkembang dan diteruskan
secara turun temurun.
Kebudayaan Jawa disoroti tidak hanya tentang keunikan dan keindahannya,
melainkan juga aspek filosofis yang menghidupi pola hidup masyarakat Jawa.
Aspek itu meliputi budi luhur, budi pekerti, dan etika. Nilai-nilai itu menjadi
pedoman hidup secara teratur agar timbul keserasian dan keharmonisan dalam
kehidupan sehari-hari. Budi luhur merupakan ajaran yang terkandung dalam
ideologi kejawen sebagai falsafah hidup orang Jawa dalam bertindak. Dalam
kehidupan keseharian, budi luhur terwujud dalam budi pekerti. Budi pekerti
merupakan etos kehidupan yang membentuk etika dalam kehidupan. Etika
merupakan suatu perwujudan yang menunjukkan baik dan buruknya perilaku
seseorang.
Masyarakat asli tanah Jawa telah mengenal akan adanya Tuhan. Jauh
sebelum agama-agama lain masuk dan menyebar, mereka menganut sistem
kepercayaan yang disebut dengan Kejawen. Orang-orang pada zaman dahulu hidup
dengan bebas di alam terbuka. Mereka mengamati berbagai macam fenomena-
fenomena alam yang terjadi. Masyarakat Jawa percaya bahwa, ada kekuatan Roh
yang mampu menggerakkan seluruh poros kehidupan dunia ini, aliran ini sering
disebut Animisme. Keyakinan itu dipercaya untuk mengajarkan hal-hal baik kepada
manusia. Mereka meyakini bahwa roh mistis itu yang telah menciptakan semesta,
serta selalu menyertai ciptaannya yang menyebabkan kebaikan dan keburukan yang
terjadi di dunia. Roh yang luhur disebut dengan istilah Sang Hyang Taya yang
bermakna “hampa/kosong”, dalam istilah lain didefinisikan menjadi satu kalimat
“tan kena kinaya ngapa” yang berarti tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya. Hal
ini berarti keberadaan Tuhan tidak dapat dijangkau oleh manusia atau transenden.
Hanya orang-orang yang mampu berlaku spiritual yang dapat melepaskan diri dari
hal keduniawian akan mengalami puncak pengalaman religius atau disebut
Manunggaling Kawula lan Gusthi.
Selain sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa, terdapat
warisan yang masih dilestarikan sampai saat ini. Suku Jawa sangat kental dengan
budayanya, yang meliputi tari, pertunjukan, bahasa, dan lain-lainnya. Kebudayaan
Jawa ini merupakan warisan nenek moyang yang telah menjadikan Jawa begitu
unik dan mempesona.

C. Gelar Yesus yang sesuai


Kita pasti tidak asing dengan ramalan dari Jaya Baya tentang kedatangan
sosok penyelamat di muka bumi. Istilah “Ratu Adil” muncul dalam ramalan
Jayabaya, sedangkan “Zaman Edan” dan “eling lan waspada” muncul dalam Serat
Kalatidha karya Pujangga Ranggawarsita. Ada kaitan antara tokoh Ratu Adil
beserta kapan peristiwa “Zaman Edan” itu terjadi. Dari sebutannya, Ratu Adil dapat
ditafsirkan sebagai seorang yang mampu menempatkan diri dengan keadaan
sekitarnya. Ratu Adil mempunyai jiwa pelindung atau pengayom rakyat, bergaul
tanpa membedakan seseorang berdasarkan golongan, agama, ras, maupun
kedudukannya (Raharjo, 2014).
Kepercayaan mengenai Ratu Adil memang kerap dimaknai sebagai Satria
Piningit. Satria Piningit dalam kepercayaan Jawa mempunyai karakter sederhana,
baik dalam hal bertutur kata maupun dalam hal pemikirannya, cara pandangnya
terhadap hidup, dan cara beliau berpakaian. Ketika dirinya berbicara, selalu
menggunakan kata-kata ataupun kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti
orang umum. Beliau mengatakan segalanya langsung tidak berbasa-basi atau
bertele-tele. Segala sesuatu disampaikannya dengan tegas; iya atau tidak. Orang
yang diajaknya berbicara akan mengerti, karena ia mengatakan segala sesuatu
dengan jujur dan terus terang, tidak ada yang ditutup-tutupi. Hal Ini sesuai dengan
Serat Jayabaya dimana Satria Piningit dikatakan berwatak seperti Baladewa, yaitu
seorang tokoh dalam Babad Barathayuda.
Bab II
D. Yesus dalam Budayaku
Masyarakat Jawa masih menganut suatu kepercayaan terhadap hal mistis.
Hal itu sudah merupakan tradisi yang mewarrnai adat istiadat, tata perilaku, dan
keagamaan zaman dahulu. Sistem kepercayaan Kejawen lah yang menjadi
pedoman masyarakat Jawa pada umumnya. Tingkah laku spiritual yang dilakukan
masyarakat Jawa bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Gusti. Ajaran kejawen
juga mengajarkan adanya konsep Tuhan yang monoteistik (satu). Ajaran ini sama
halnya dengan agama lain yang mengajarkan tentang keesaan Tuhan.
Jika digali lebih dalam, kepercayaan Jawa mengenai datangnya sosok Ratu
Adil punya kemiripan dengan pengharapan bangsa Yahudi mengenai datangnya
Sang Mesias. Orang Yahudi percaya bahwa, Mesias akan datang untuk
membebaskan manusia dari penderitaan. Hal ini memiliki kesamaan dengan Ratu
Adil yang menyelamatkan manusia dari ketidakadilan dan keterpurukan. Yesus
juga memiliki karakter yang dapat disebut sebagai Ratu Adil. Maka dari itu,
tindakan luar biasa yang dilakukan Yesus terhadap manusia memenuhi tuntutan
masyarakat Jawa terhadap Ratu Adil. Alkitab menerangkan secara jelas gambaran
Yesus sebagai sosok Ratu Adil:
1. Yesus adalah Raja (Yesaya 9: 5)
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan
untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal,
Raja Damai.
2. Yesus mempunyai kuasa (Daniel 7: 13-14)
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan
awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada
Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan
kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka
orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi
kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan
lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan  yang tidak akan musnah.
3. Yesus selalu adil (Kisah Para Rasul 17: 31)
“Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil
akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya,  sesudah Ia
memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan
membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
4. KerajaanNya sejahtera dan makmur (Wahyu 22: 2-5)
Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu,
ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan
sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-
bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak
Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah
kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya , dan nama-Nya akan
tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka
tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah
akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya.
Bab III
E. Simpulan dan penutup
Kepercayaan akan datangnya Ratu Adil yang telah lama diyakini oleh
masyarakat Jawa, menjebatani pewartaan Injil di wilayah Jawa. Agama Katolik
selalu bisa melebur dengan budaya mana pun. Sosok Ratu Adil dapat ditemui
dalam pibadi Yesus. Dimana Yesus Kristus sendiri merupakan penyelamat umat
manusia, pembebas dari ketidakadilan, serta penderitaan. Hal ini menjadi penerang
bagi kepercayaan masyarakat Jawa, bahwa sosok yang dinanti-nantikan akan
datang membawa damai bagi semua orang dengan menegakkan keadilan dan
kebenaran di muka bumi.

Daftar Pustaka

Andra. (2017, Maret 31). Ilmu Seni. Retrieved Mei 12, 2020, from Ilmu Seni Web site:
https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-jawa

Hindarto, T. (2011, Februari Selasa). Pijar Pemikiran: Menyongsong Ratu Adil dengan
Menjalani Kehidupan yang Sadar & Waspada. Retrieved Mei 6, 2020, from Pijar Pemikiran
Web site: https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/02/menyongsong-ratu-adil-dengan-
menjalani.html
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Raharjo, S. I. (2014). Kerajaan Allah dalam Dua Wajah Datangnya Ratu Adil dan Kerajaan
Allah. Jurnal Teologi, 3(2), 99-109.

Anda mungkin juga menyukai