Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


SEMESTER V

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS KHUSUSNYA


SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS
(SP2TP) DI PUSKESMAS KRETEK BANTUL

Guna Melaporkan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Semester V dengan


Pembimbing, Harinto Nur Seha,S.ST.,M.KM dan Rita Wulandari,Amd

Disusun Oleh :
1. Roro Ditha Maharani (2017.133.043)
2. Tiara Evita Aprilyani (2017.133.050)

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLTEKKES PERMATA INDONESIA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Semester V yang berjudul “Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas KhususnyaSistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Kretek” telah mendapat persetujuan pada
tanggal ...................................Untuk dapat diujikan pada responsi Praktik Kerja
Lapangan.

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Rita Wulandari, A.Md Harinto Nur Seha, S.ST, MKM


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER V

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Khususnya Sistem Pencatatan dan


Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) Di Puskesmas Kretek

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan :
Rita Wulandari, A.Md ( )
Pembimbing Akademik :
Harinto Nur Seha, S.ST, MKM ( )

Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia

Anas Rahmad Hidayat, S.KM., M.Kes


NPP.2014.120377.11.032
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
dan nikmatnya berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan, serta
kesabaran, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dan penyusunan pelaporan ini dengan baik. Laporan PKL ini bersumber
dari semua data yang kami peroleh dalam melaksanakan semua kegiatan PKL
yang mulai dilakukan pada tanggal 20 Januari 2020 sampai dengan 08 Februari
2020 diPuskesmas Kretek. Kami menyadari bahwa hasil laporan PKL yang kami
buat ini masih jauh dari yang diharapkan, sehingga banyak terdapat kekurangan
bahkan kesalahan yang terdapat dalam penulisan laporan PKL ini. Dalam hal ini
kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam menyusun
laporan ini sehingga dapat menjadi laporan yang baik dan dapat digunakan pada
masa yang akan datang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Anas Rahmad Hidayat, S.KM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Permata
Indonesia
2. selaku Kepala Puskesmas Kretek
3. Rita Wulandari, A.md selaku Kepala Instalasi Rekam Medis Puskesmas
kretek
4. Harinto Nur Sehat, S.ST., M.KM selaku Dosen Pembimbing Akademik
Praktik Kerja Lapangan
5. Rita Wulandari, A.md selaku pembimbing Praktik Kerja Lapangan
Puskesmas Kretek
6. Seluruh karyawan di unit Rekam Medis Puskesmas Kretek yang telah
membimbing dan membantu kami selama PKL
7. Kedua orang tua kami serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bant
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan
tersebut

Yogyakarta, Februari 2020


DAFTAR ISI

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome


BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DBD : Demam Berdarah Dengue
DHF : Dengue Hemorragic Fever
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
GFK : Gudang Farmasi Kabupaten

HIV : Humman Immunodeficiency Virus


ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
JSN : Jaminan Sosial Nasional
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KLB : Kejadian Luar Biasa
LB : Laporan Bualanan
LT : Laporan Tahunan
PD3I : Penderita Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas


RKK : Rincian Kewenangan Klinis
SIMPUS : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
SKDI : Standar Kopetensi Dokter Indonesia
SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
TB : Tuberculosis
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UKM : Unit Kesehatan Masyarakat
UKP : Unit Kesehatan Perorangan
UU : Undang-Undang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tampilan Login P-Care BPJS Kesehatan..........................................22


Gambar 2.2 Tampilan halaman P-Care BPJS Kesehatan......................................23
YGambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Kabupaten Bantul.............24
YGambar 3.2 Jumlah Penduduk Kec. Kretek 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin. .25
Gambar 3.3 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kec. Kretek 2016............26
YGambar 3.4 Perbandingan Usia Produksi Kec. Kretek 2016..............................26
Gambar 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016......27
Gambar 3.6 Jumlah Penduduk Umur >10th Kecamatan Kretek Melek Huruf Tahun
2016........................................................................................................................28
Gambar 3.7 Data Pendidikan Menurut Usia..........................................................29
Gambar 3.8 Data Penduduk Miskin Tahun 2016...................................................30
Gambar 3.9 Tampilan Awal DGS-Kesehatan........................................................37
Gambar 3.10 Tampilan Register Pasien.................................................................38
Gambar 3.11 Tampilan Menu Web P-care............................................................39
Gambar 3.12 Tampilan Menu Pendaftaran Web P-care........................................40
YGambar 3.13 Tampilan Menu Pelayanan Pada Web P-care...............................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berada dekat dengan masyarakat berperan sangat penting dalam
pemenuhan kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 Tahun 2014).
Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan
atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah
geografis dan keadaan intrastruktur serta lainnya merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas
memiliki beberapa unit kerja salah satunya Unit Kerja Rekam Medis.
Perekam Medis diharapkan memiliki kemampuan melakukan manajemen unit
kerja rekam medis yang mampu memberikan informasi kepada pihak-pihak
tertentu dengan efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil
guna dan berdaya guna, perlu menggunakan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS adalah suatu tatanan manusia dan atau
peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
puskesmas mencapai sasaran kegiatannya melalui pemanfaatan secara
optimal data Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) maupun informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan.
Salah satu informasi manajemen di puskesmas yaitu Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan
dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan
Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan,
serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya
sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Maka dalam laporan yang berjudul “Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas khususnya Sistem pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) di Puskesmas Kretek” akan kami bahas gambaran mengenai Sistem
Informasi Puskesmas khususnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tentang Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas khususnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) guna meningkatkan kemampuan dalam upaya
menentukan permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan rekam
medis dan pengolahan informasi kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
manajemen Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP), antara lain :
a. Menjelaskan data-data dasar puskesmas
b. Menjelaskan laporan-laporan puskesmas
c. Melakukan pencatatan, pelaporan, pengolahan dan penyajian data di
puskesmas.
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Menjadi bahan pertimbangan kepada pihak Puskesmas terutama
dalam hal SP2TP.
b. Menjadi bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat memperbaiki
kinerja petugas Puskesmas, khususnya pelayanan rekam medis.
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan dibangku
perkuliahan.
b. Dapat belajar menghadapi dunia kerja dan berlatih menempatkan diri
serta bersosialisasi dengan lingkungan kerja.
c. Dapat mengetahui dan memahami tentang Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas khususnya SP2TP.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan praktik kerja lapangan yang disusun dalam bentuk laporan
ilmiah ini agar sebagai bahan pembelajaran ilmu rekam medis dan sebagai
masukan pembelajaran mengenai sistem informasi manajemen puskesmas
khususnya SP2TP.

D. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup materi
Lingkup materi Praktik Kerja Lapangan ini adalah Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas khususnya SP2TP.
2. Ruang Lingkup Waktu
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 20 januari 2020
sampai tanggal 08 Februari 2020.
3. Ruang Lingkup Lokasi
Lingkup lokasi yang digunakan untuk praktek kerja lapangan ini adalah
Puskesmas Kretek, Berada di Jln.Parangtrtis Km.12 Sruwuh Donotirto,
Kretek, Bantul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggungjawab menyelengarakan pengembangan kesehatan di suatu
wilayah kerja [CITATION Dep14 \l 14345 ]. Berdasarkan Permenkes No. 75
tahun 2014 Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka pendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dan puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya, maupun
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
1. Upaya kesehatan meliputi :
a. Kesejahteraan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Upaya peningkatan gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah, kesehatan
olahraga
h. Perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan gigi dan
mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata
i. Laboratorium sederhana
j. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
k. Kesehatan lanjut usia
l. Pembimbingan pengobatan tradisional
2. Upaya kesehatan perseorangan dilaksanakan dalam bentuk :
a. Rawat Jalan
b. Pelayanan satu hari
c. Pelayanan gawat darurat
d. Rawat inap

Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan tersebut, Puskesmas harus


menyelenggarakan :
1. Manajemen Puskesmas
Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) dibutuhkan manajemen puskesmas yang
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan agar menghasilkan
kinerja puskesmas yang efektif dan efisien.
Ruang lingkup pedoman manajemen puskesmas:
a. Perencanaan
b. Penggerakan dan pelaksanaan
c. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja
d. Dukungan dinas kesehatan kabupaten kota dalam manajemen
puskesmas (Permenkes No.44 Tahun 2016 tentang pedoman
manajemen puskesmas)
2. Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Pelayanan laboratorium
Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria
ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan (Pemenkes
No.75 Tahun 2014).
B. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
1. Pengertian Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum,
sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan puskesmas (termasuk
puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, bidan di desa dan posyandu) dan data berkaitan, serta
dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan
upaya kesehatan masyarakat [ CITATION Gav16 \l 1057 ].
2. Tujuan SP2TP
a. Tujuan Umum
Didapatnya semua hasil kegiatan puskesmas (termasuk puskesmas
dengan tempat tidur, Puskesmas Keliling, Bidan Desa dan Posyandu)
dan data yang berkaitan serta di laporkanya data tersebut kepada
jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala
dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1) Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas dan data yang
berkaitan dalam formulir yang telah ditentukan secara benar,
berkelanjutan dan teratur.
2) Terlaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi yang
lebih atas sesuai kebutuhan, dengan mempergunakan formulir
yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan dan teratur.
3) Terolahnya data tersebut menjdi informasi di puskesmas dan
setiap jenjang administrasi diatasnya, sehingga bermanfaat untuk
mengetahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat serta
merumskan cara penanggulangannya secara tepat.
4) Diperolehnya persamaan pengertian tentang SP2TP meliputi
defisi operasional, tata cara pengisian formulir, pengolahan data
menjadi informasi dan mekanisme pengolahannya.
5) Tertatanya mekanisme pencatatan ditingkat puskesmas,
puskesmas pembantu dan bidan desa.
6) Tertatanya alur data ditingkat puskesmas, Dinas Kesehatan Dati II
dan Dati I.
7) Mantapnya pelaksanaan SP2TP disemua jenjang administrasi,
sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
3. Ruang lingkup
Menurut Depkes RI (1997) pelaksanaan SP2TP menganut konsep
wilayah kerja puskesmas. Oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang
dilakukan oleh puskesmas (Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling
termasuk bidan di desa).
4. Jenis data
a. Data umum dan demografi  wilayah kerja puskesmas.
b. Data  ketenagaan di puskesmas.
c. Data sarana yang dimiliki puskesmas.
d. Data kegiatan pokok puskesmas baik dalam / luar  gedung.
5. Data dasar puskesmas [CITATION Dep07 \l 1057 ] yaitu:
a. Identitas puskesmas
b. Kondisi puskesmas
c. Ketenagaan puskesmas
d. Kondisi kendaraan puskesmas
e. Jaringan puskesmas
f. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
g. Pengembangan puskesmas dan jaringannya
h. Pendataan Poskesdes

6. Komponen SP2TP
Komponen SP2TP terdiri dari 2 sub sistem yaitu sub sistem pencatatan
dan sub sistem pelaporan :
a. Sub sistem pencatatan SP2TP
Untuk memperoleh data kegiatan didalam gedung dan diluar gedung
puskesmas diperlukan mekanisme pencatatan yang baik, formulir
yang cukup serta cara pengisian yang teliti.
1) Mekanisme pencatatan
Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau
kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui loket untuk
mendapatkan kartu tanda pengenal atau mengambil file nya oleh
petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang
dituju. Apabila perlu pasien untuk dikirim ke unit pelayanan yang
lebih lanjut (ke ruang suntik dan apotek). Namun apabila pasien
tidak memerlukan pelayanan lebih lanjut, maka pasien
dipersilahkan kembali ke loket dengan membawa berkas yang
bersangkutan. Berdasarkan pelaksanaan tersebut, maka
mekanisme pencatatan dapat berupa :
a) Sistem sentralisasi yaitu dimana penyimpanan, penyaluran dan
pengolahan catatan medis pasien umum khusus atau perawatan
dipusatkan atau dihimpun melalui satu loket. Namun apabila
kunjungannya banyak, dapat dipergunakan lebih dari satu
loket, tetapi penyaluran, pengumpulan dan pengolahan catatan
medis tetap terpusat.
b) Sistem desentralisasi yaitu penyaluran, pengumpulan dan
pengolahan catatan medis pasien tidak dipusatkan, karena ada
bagian/ unit yang terpisah selain digedung puskesmas,
misalnya KIA. Namun pemberian nomor keluarganya tetap
mengacu pada pencatatan di puskesmas.
b. Pengelolaan SP2TP
1) Formulir pencatatan
a) Rekam Kesehatan Keluarga/ Family Folder
b) Kartu Tanda Pengenal
c) Kartu Rawat Jalan
d) Kartu Rawat Tinggal
e) Kartu Penderita Kusta
f) Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta
g) Kartu Penderita TB Paru
h) Kartu Indeks Penyakit Khusus TB Paru
i) Kartu Ibu
j) Kartu Anak
k) KMS Balita
l) KMS Anak Sekolah
m) KMS Usia
n) Kartu Tumbuh Kembang Balita
o) Kartu Rumah
p) Register
2) Laporan Bulanan
a) Laporan Data Kesakitan (LB1)
b) Laporan Data Obat-obatan (LB2)
c) Laporan Gizi, KIA-KB dan penyakit menular (LB3)
d) Laporan Kegiatan Puskesmas (LB4)
3) Laporan Sentinel
a) Laporan Bulanan Sentinel (LB1S)
Laporan ini memuat data penderita penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dan diare.
b) Laporan Bulanan Sentinel (LB2S)
Laporan ini memuat data KIA, Gizi, tetanus neonatorum dan
penyakit akibat kerja.Hanya puskesmas dengan ruang rawat
inap yang membuat LB2S.
4) Laporan Tahunan
a) Data Dasar Puskesmas (LT1)
b) Data Kepegawaian (LT2)
c) Data Peralatan (LT3)
5) Laporan Kejadian Luar Biasa
a) Formulir W1
Dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk melaporkan
kejadian luar biasa atau wabah. Laporan W1 masih
memberikan gambaran KLB/ wabah secara kasar, oleh karena
itu harus segera diikuti dengan :
(1) Laporan penyelidikan sementara (PE)
(2) Rencana penanggulangan
b) Formulir W2
Dilaporkan secara mingguan, yaitu laporan dari penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu
dilaporlkan secara rutin yaitu Kolera, Diare, Pes, DHF (DBD),
Rabies, Difteri, Polio, Pertusis, Campak, dan penyakit yang
sedang menjadi wabah (sars).
7. Mekanisme SP2TP
a. Alur Pelaporan
1) Laporan dari puskesmas pembantu, posyandu, dan bidan desa
disampaikan ke puskesmas yaitu pengelola pencatatan dan
pelaporan.
2) Pengelola pencatatan pelaporan menyusun dan menkopilasi data
yang bersumber dari:
a) Register – register
b) Sensus harian
c) Hasil kompilasi olahan dimasukam keformulir laporan untuk
dikirimkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II
d) Hasil olahan dianalisa disajikan untuk kepentingan puskesmas
dalam mengambil tindakan.
b. Frekuensi Laporan
Laporan bulanan lembar LB1, LB2, LB3, dan LB4 yang baru,
dilakukan setiap bulan dan paling lambat dikirim ke Dinas Kesehatan
Dati II tanggal 10 bulan berikutnya.

C. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)


1. Pengertian
SIMPUS adalah suatu tatanan manusia atau peralatan yang
menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen puskesma
mencapai sasaran kegiatannya (Depkes RI, 1997). Simpus dapat
meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guma melalui
pemanfaatan secara optimal dari system pencatatan pelaporan terpadu
puskesmas. Simpus merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan
teknologi informasi dan diintregasikan dengan prosedur manual untuk
menghasilkan informasi yang efektif untuk mendukung proses
pengambilan keputusan manajemen.
2. Tujuan SIMPUS
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih baik
berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal
SP2TP dan informasi lain yang menunjang (Depkes RI, 1997).
b. Tujuan Khusus
1) Sebagai dasar penyususnan rencana pelaksanaan kegiatan pokok
Puskesmas (Loka Karya Mini).
2) Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat puskesmas (PTP).
3) Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pokok puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas).
4) Mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas (Depkes RI, 1997).
3. SumberInformasi SIMPUS
Menurut Depkes RI 1995, sumber informasi utama SIMPUS adalah
SP2TP. Sedangakan informasi lain yang ada berperan sebagai pelengkap.
Pencatatan yang utama antara lain :
a. Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan laporan bulanan sentinel
b. Rekam kesehatan keluarga (RKK/ family folder) yang diberikan
khusus untuk keluarga beresiko, antara lain :
1) Salah seorang anggotanya menderita TB paru
2) Salah seorang anggotanya menderita kusta
3) Salah seorang anggotanya mempunyai resiko tinggi seperti : ibu
hamil, neonates beresiko tinggi (BBLR) dan balita kurang energi
kronis (KEK)
4) Salah seorangan anggotanya menderita gangguan jiwa.
c. Register, seperti register kunjungan, register KIA, register filariasis,
dan register posyandu.
d. Kartu individu, seperti kartu rawat jalan, kartu ibu, kartu Tb, dan kartu
rumah.
4. Mekanisme SIMPUS
a. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data
SP2TP dan sumber lainnya dapat bersifat kualitatif dan bersifat
kuantitatif informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan puskesmas
b. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggung jawab masing-masing kegiatan di puskesmas dan
pengelola program semua jenjang administrasi.
c. Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan
sesuai dengan petunjuk pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP
serta petunjuk pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP serta
petunjuk dari masing-masing program yang ada (Depkes, 1997).
5. Manfaat SIMPUS
a. Informasi yang diperoleh dari SP2TP akan membantu kelancaran
perencanaan (P1), penggerakan pelaksanaan (P2) dan pengawasan,
pegendalian, penilaian (P3) program – program sebagai masukan
untuk diskusi Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP).
b. Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan lainnya akan membantu
DInas Kesehatan Dati II dalam penyususnan perencanaan tahunan.
Penilaian kinerja puskesmas pencapaian hasil kegiatan puskesmas,
sebagain bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
program diwilayahnya. Untuk menentukan prioritas, upaya
pemecahan dan tindak lanjutnya.
c. Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan lainnya dimanfaatkan untuk
menunjang proses manajemen ditingkat puskesmas yaitu sebagai
bahan untuk penyusunan rencana tahunan, bahan pemantauan evaluasi
dan perabinaan puskesmas (Depkes RI, 1997).

D. Pelayanan BPJS di Puskesmas


1. Pengertian BPJS
Menurut UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat
(2), pasal 9 ayat (1) dan UU. No. 40 Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1
Angka 8, Pasal 4 Dan Pasal 5 ayat (1). Badan Penyelenggara jaminan
sosial kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang
bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk
orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama
Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember
2013.BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagaakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
Menurut Permenkes No. 28 tahun 2014 Tentang pedoman pelaksanaan
program jaminan kesehatan nasional BAB IV No 7 bahwa program rujuk
balik (PRB) pada penyakit-penyakit kronis (diabetes militus, hipertensi,
jantung, epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus)
wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai
dengan surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub
spesialis.
2. Peserta BPJS
Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah
peserta Jaminan Kesehatan untuk fakir miskin dan orang tidak mampu
yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program
Jaminan Kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui peraturan pemerintah. Yang berhak menjadi peserta PBI
Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang mengalami cacat total tetap
dan tidak mampu.
b. Bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan terdiri dari,
Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, Pekerja bukan
penerima upah dan anggota keluarganya, bukan pekerja dan anggota
keluarganya.
3. Model pelayanan primer BPJS kesehatan
a. Standar kompetensi dokter umum sesuai dengan Perkonsil
SKDI( Standar Kompetensi Dokter Indonesia ) , menurut SK
Mendiknas No. 045/U/2002 Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oeh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Standar Kompetensi Dokter Umum terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi
dokter layanan primer.Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya,
yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan
menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut
menjadi kemampuan yang diharapkan diakhir pendidikan.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini dilengkapi dengan daftar,
pokok bahasan, daftar masalah, daftar penyakit, dan daftar
ketrampilan Klinis. Fungsi utama keempat daftar tersebut sebagai
acuan bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan
kurikulum institusional.
Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai 7 area kompetensi. Materi tersebut
dapat diuraikan lebih anjut sesuai bidang ilmu yang terkait, dan
dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia, meliputi :
1) Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri,
serta komunikasi efektif, dan ditunjan oleh pilar berupa informasi,
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan
pengelolaan masalah kesehatan. Oleh karena itu area kompetensi
disusun dengan urutan sebagai berikut :
a) Profesionalitas yang luhur
b) Mawas diri dan pengembangan diri
c) Komunikasi efektif
d) Pengelolaan informasi
e) Landasan ilmiah ilmu kedokteran
f) Ketrampilan klinis
g) Pengelolaan masalah kesehatan
2) Komponen Kompetensi
a) Area profesionalitas yang luhur meliputi :
(1) Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/ yang Maha Kuasa
(2) Bermoral, beretika dan disiplin
(3) Sadar dan taat hukum
(4) Berwawasan sosial budaya
(5) Berperilaku professional
b) Area mawas diri dan pengembangan diri
(1) Menerapkan mawas diri
(2) Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
(3) Mengembangkan pengetahuan
c) Area komunikasi efektif
(1) Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
(2) Berkomunikasi dengan mitra kerja
(3) Berkomunikasi dengan masyarakat
d) Area pengelolaan informasi
(1) Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
(2) Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara
efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat
dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
e) Area landasan ilmiah ilmu kedokteran
f) Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran
klinik, dan ilmu kesehtana masyarakat/kedokteran,
pencegahan/kedokteran komunitas yang terkini untuk
mengelola masalah kesehatan secara holistic dan komprhensif.
g) Area ketrampilan klinis
(1) Melakukan prosedur diagnosis
(2) Melakukan prosedur penatalksanaan masalah kesehatan
secara holistic dan komprehensif.
h) Area englolaan masalah kesehatan
(1) Melaksanakan promosi kesehatan pada individu,
keluarga, dan masyarakat.
(2) Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya
masalah kesehatan pada individu, keluarga dan
masyarakat.
(3) Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat.
(4) Memberdayakan dan bekolaborasi dengan masyarakat
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
(5) Mengelola sumber daya efektif, efisien, dan
berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan.
(6) Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan
kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah
masing-masing di Indonesia.
4. Acuan pelayanan primer yang digunakan adalah Panduan Praktik
Klinis/Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
(2014) Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer memuat pengelolaan penyakit mulai dari penjelasan
hinggan penatalaksanaan penyakit tersebut.
a. Judul penyakit
Berdasarkan daftar penyakit terpilih di SKDI 2012, namun beberapa
penyakit dengan karakteristik yang hampir sama dikelompokkan
menjadi satu judul.
b. Kode penyakit, dengan menggunakan ketentuan kode International
Classification of Primary Care (ICPC) 2. Kodefikasi yang dirancang
khusus untuk fasilitas pelayanan primer, kode disusun berdasarkan
atas alasan kedatangan, diagnosis, dan penatalaksanaan. Alasan
kedatangan dapat berupa keluhan, gejala, masalah kesehatan, tindakan
maupun temuan klinik.
c. Kode International Classification of Diseases (ICD) 10, merupakan
kodefikasi yang dirancang untuk rumah sakit. Kodefikasi dalam
bentuk nomenklatur berdasarkan sistem tubunh, etiologi, dan lain-lain.
d. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan berisi pengertian singkat serta prevalensi penyakit
di Indonesia.Substansi dari bagian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan awal serta gambaran kondisi yang mengarah kepada
penegakan diagnosis penyakit tersebut.
e. Hasil anamnesis
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang
sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran
riwayat penyakit yang di derita saat ini, penyakit lainnya yang
merupakan faktor risiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat
alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini.Pada beberapa
penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh
dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis
penyakit.
f. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
Berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit. Meskipun tidak
memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital
dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter
layanan primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan
diagnosis banding.
g. Penegakan diagnosis
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan
dengan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit
membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit,
diagnosis banding, dan komplikasi penyakit.
h. Rencana penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi
pada pasien yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non
farmakologi dan farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi
dan konseling terhadap pasien dan keluarga, aspek komunitas lainnya
serta kriteria rujukan. Berikut ini merupakan kriteria rujukan :
1) Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada
kondisi kronis.
2) Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit lebih
berat.
3) Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat
kondisi pasien.
4) Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain
yang memperberat kondisi pasien.
Selain kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat
menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin
keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
a. Sarana & prasarana
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam
penegakan dan penatalaksanaan penyakit tersebut.
b. Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
(1) Ad vitam, meunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses
kehidupan.
(2) Ad function, menunjuk pad apengaruh penyakit terhadap fungsi
organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
(3) Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total
sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Prognosis digolongkan sebagai berikut :
(a) Sanam : sembuh
(b) Bonam : baik
(c) Malam : jelek
(d) Dubia : ragu-ragu
5. Fasilitas kesehatan primer sebagai fungsi pelayanan primer
Faskes primer memiliki 4 fungsi pelayanan primer, diantaranya yaitu :
a. First Contact (Kontak pertama)
Fasilitas kesehatan pertama merupakan tempat pertama yang
dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.
b. Continuity (Kontinuitas pelayanan)
Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat
berlangsung secara berkelanjutan sehingga penanganan penyakit dapat
berjalan optimal.
c. Comprehensiveness (Komprehensif)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang
komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif dang
adanya koordinasi pelayanan.
d. Coordination (Dokter sebagai “Care Manager”)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan
dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya.Dokter yang
bertugas berfungsi sebagai pengatur pelayanan (care manager).
6. Model pembayaran menggunakan metode kapitasi
Menurut Permenkes nomor 21 tahun 2016, Jaminan Kesehatan
Nasional yang (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran
jasa pelayanan kesehatan tiap FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60%
(enam puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi dan dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar
dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa
pelayanan kesehatan.
Adapun konsep dasar pada sistem pembayaran kapitasi
dikembangkan dari tiga prinsip pokok, yaitu :
a. Prinsip kemungkinan timbulnya risiko (risk probability)
b. Prinsip membagi risiko (risk sharing)
c. Prinsip pelayanan yang professional (profesionalism)
Tiga prinsip risk probability, risk sharing, dan professionalism ini
terkadang belum dipahami secara menyeluruh sehingga, dampak negatif
pembayaran kapitasi bisa muncul yaitu faskes akan mengurangi waktu
pelayanan atau mempercepat waktu, faskes tidak berusaha memperbaiki
kualitas pelayanan dan faskes akan meningkatkan rujukan ke faskes
sekunder atau faskes tingkat lanjut. Padahal metode pembayaran kapitasi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan peran pelayanan kesehatan
primer sebagai gate keeper dalam mengendalikan biaya pelayanan
kesehatan.Pembayaran kapitasi diharapkan system administrasi pengelola
fasilitas pelayanan kesehatan menjadi lebih sederhana, penghasilan faskes
lebih stabil dan merata, pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien,
dapat mencegah kunjungan pasien yang berulang atau berlebihan dengan
usaha promotif preventif.
Adapun beberapa syarat dalam pembayaran kapitasi agar berjalan
dengan baik, yaitu :
a. Kesiapan badan penyelenggara yang mengelola administrasi padat
data
b. Pengumpulan iur dan mengatur pembayaran ke faskes primer
c. Adanya jaringan pelayanan kesehatan yang memadai dalam jumlah
maupun penyebarannya
7. Sistem Pelayanan BPJS di Puskesmas
BPJS Kesehatan memiliki sebuah aplikasi khusus yang disediakan
untuk para fasilitas kesehatan (faskes) 1, aplikasi sistem informasi
pelayanan pasien di puskesmas disebut P-Care. P-Care BPJS kesehatan
adalah aplikasi sistem informasi pelayanan pasien berbasis web base yang
disediakan oleh BPJS Kesehatan diperuntukkan bagi para fasilitas
kesehatan primer untuk memberikan kemudahan akses data ke server
BPJS baik itu pendaftaran, penegakan diagnosa, terapi, hingga pelayanan
laboratorium.
Aplikasi P-Care BPJS untuk faskes 1 (puskesmas, dokter praktek
keluarga, klinik pratama) telah diperkenalkan sejak 2014 dan aplikasi ini
terus diperbaharui dengan memperbaiki fungsi-fungsi yang masih eror,
sehingga aplikasi menjadi lebih maksimal. Para IT BPJS telah
menambahkan fungsi-fungsi yang menyesuaikan dengan kebutuhan akses
data puskesmas. P-Care dapat diakses melalui alamat website subdomain
berikut : http://P-Care.bpjs-kesehatan.go.id, hanya user tertentu yang bisa
masuk kedalam sistem yaitu faskes yang telah mendaftar ke BPJS secara
resmi sehingga mendapatkan akses user dan password login untuk
menggunakan aplikasi P-Care. Menu fungsi P-Care BPJS kesehatan :
a. Pendaftaran Pasien, dimana entri data dilaksanakan oleh petugas
pendaftaran.
b. Pelayanan Pasien, dimana entri data dilaksanakan oleh dokter (atau
petugas Balai Pengobatan), didalamnya juga terdapat fitur pembuatan
rujukan, dimana datanya akan dapat langsung terbaca di faskes
rujukan. Selain kedua fungsi tersebut terdapat fitur tambahan seperti
preview data kunjungan, jumlah peserta BPJS yang terdaftar di suatu
faskes primer, serta pengolahan data tenaga medis dan fitur
penggantian password.
Sumber : web BPJS
Gambar 2. TampilanLogin P-Care BPJS Kesehatan

Sumber : web BPJS


Gambar 2. Tampilan Halaman P-Care BPJS Kesehatan

8. Audit medis dilakukan oleh “Tim Kendali Mutu Pelayanan Kesehatan


BPJS Kesehatan”
Dalam menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), BPJS Kesehatan telah mengembangkan sistem kendali mutu dan
kendali (JKN), BPJS Kesehatan telah mengembangkan sistem kendali
mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk
menghasilkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan medik peserta dengan pembiayaan nasional yang akan
berdampak pada sustainabilitas operasional BPJS kesehatan.
Sementara itu, penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya
oleh BPJS Kesehatan dilakukam melalui pemenuhan standar mutu
fasilitas kesehatan, pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan, serta
pemantauan terhadap iuran kesehatan peserta. Dalam pelaksanaannya
BPJS Kesehatan juga membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya
yang terdiri dari unsur organisasi profesi, akademis, dan pakar klinis,
bahkan di tiap-tiap provinsi juga ada tim tersebut. Tim ini dapat
melakukam sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi, utilization riview, dan audit medis, dan
juga pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Puskesmas
1. Kondisi Geografis
Kecamatan kretek merupakan satu dati 17 kecamatan di Kabupaten
Bantul dan terbagi menjadi 5 desa yaitu Desa Tirtomulyo, Tirtosari,
Tirtohargo, Parangtritis, dan Donotirto Topografi wilayah Kecamatan
Kretek terdiri dari sebagian besar daratan rendah terdiri dari tanah sawah
dan tanah kering serta sebagian merupakan tanah hutan serta tanah
tandus/pasir. Luas seluruh wilayah adalah 2.667 ha. Puskesmas Kretek
berada di titik koordinat -7.972383 Lintang Utara dan 110.318834
Lintang Selatan dengan ketinggian 15 meter dari permukaan laut.
Puskesmas Kretek Kabupaten Bantul dengan luas wilayah kerja
26,77km2. Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Kretek untuk setiap desa
yaitu Desa Tirtomulyo dengan luas Wulayah 4,19km2, Desa Tirtohargo
dengan luas wilayah 3,62km2, Desa Tirtosari dengan wilayah 2,39km2,
Desa Parangtritis dengan luas wilayah 11,87km2 dan Desa Donotirto
dengan luas wilayah 4,70km2.

Sumber :https://puskesmas.bantulkab.go.id/kretek/profil-puskesmas/
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Kabupaten
Bantul
Dari gambar peta di atas, dapat diketahui bahwa Puskesmas Kretek
Kabupaten Bantul berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Babanglipuro
Sebelah Barat : Kecamatan Pandak & Kecamatan Sanden
Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Sebelah Timur : Kecamatan Pundong & Kabupaten Gunung Kidul
2. Demografi
Dari statistik dilaporkan bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kretek Kabupaten Bantul pada tahun 2016 sebanyak 33.867
jiwa dengan jumlah penduduk di wilayah Desa Tirtomulyo sebanyak
7.748 jiwa. Desa Tirtohargo sebanyak 3.047 jiwa.Desa Tirtosari sebanyak
5.144 jiwa, Desa Parangtritis sebanyak 8.016 jiwa dan Desa Donotirto
sebanyak 9.912 jiwa.Jumlah kepala keluarga sebanyak 10.352 KK.

Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Tahun 2016

Laki-laki
16,302 Perempuan
17,565

Sumber : Buku profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.2 diagram Jumlah Penduduk Kec. Kretek 2016 Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kec. Kretek 2016
Jenis Kelamin Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan
54
49
46 46
43
39 40
34
29
21

Donotirto Tirtosari Trimulyo Parangtritis Tirtohargo

Sumber : Buku Profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kec.
Kretek 2016
Jumlah kelahiran bayi di Kecamatan Kretek berimbang antara laki-
laki dan perempuan dengan total kelahiran sebanyak 401 jiwa. Desa
Parangtritis merupakan penyubang kelahiran terbesar yaitu 100 jiwa
sedangkan Desa Tirtohargo menjadi penyumbang terkecil sebesar 50 jiwa.

Usia Sebelum
Produktif Laki-
6% 9% laki
8% 10%
Usia Sebelum
Produktif
Perempuan
Usia Produktif
Laki-laki
34% Usia Produktif
Perempuan
33%
Usia Tidak
Produktif Laki-
laki

Sumber : Buku Profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Usia Produktif Kec. Kretek tahun 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa penduduk usia produktif di
wilayah Kecamatan Kretek lebih dari tiga kali lipat dari jumlah usia belum
produktif dan tidak produktif. Angka rasio beban tanggungan kecamatan
sebesar 41.06 berarti dalam 100 orang usia kerja mempunyai tanggungan
sebanyak 41 orang yang belum produktif dan sudah tidak produktif.
a. Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan Kretek meliputi
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Umum, Sekolah Luar Biasa, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD)
Tabel 3.1 Fasilitas Pendidikan di wilayah Kecamatan Kretek

Jenis
No Donotirto Parangtritis Tirtomulyo Tirtosari Tirtohargo
Pendidikan

1 TK 7 5 5 2 2

2 SD 7 4 2 2 1

3 SMP 2 1 0 0 0

4 SMU 2 0 1 0 0

5 SLB 0 0 1 0 0
Sumber : Data Monografi Kec. Kretek tahun 2016

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun


2016
Belum Sekolah
Tidak Tamat Sekolah Jumlah
Tamat SD Penduduk
Tamat SMP Berdasark
Tamat SMA an Tingkat
Tamat DI/DII Pendidika
Tamat DIII n Tahun
2016
Tamat S1 8000
Tamat S2 10000
Tamat S3
Buta Huruf
0 2000 4000 6000 8000 10000
Gambar 3.5 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui tiga tingkat pendidikan
terbanyak di Kecamatan Kretek adalah SMA/sederajat sejumlah 9.594
jiwa, diikuti SD/sederajat 9.513 jiwa dan SMP/sederajat 5.182 jiwa.
Namun demikian masih terdapat penduduk yang buta huruf yaitu
sebanyak 595 jiwa.
Dengan banyaknya penduduk yang telah mendapat pendidikan
formal maka tidak mengherankan apabila 85,39% penduduk
Kecamatan Kretek melek huruf atau dengan kata lain bias membaca
(tanpa melihat kondisi kesehatannya).

Jumlah Penduduk Umur > 10th Kec. Kretek Melek Huruf Th


2016

28% 26%
Parangtritis
Tirtosari
Tirtomulyo
Tirtohargo
Donotirto
9% 15%

22%

Sumber : Buku Profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.6 Grafik Jumlah Penduduk Umur > 10th Kec. Kretek
Melek Huruf Tahun 2016
b. Struktur penduduk di Kecamatan Kretek
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin sangat berpengaruh
terhadap tingkat kelahiran. Jika sebagian besar penduduk suatu
Negara terdiri wanita usia subur (15-44 tahun) maka bias
diprediksikan tingkat kelahiran akan tingi. Di bawah ini disajikan
data penduduk menurut usia di wilayah Puskesmas Kretek di tahun
2016.

Data Penduduk Menurut Usia


16000

14000

12000

10000 Data
8000 Penduduk
Menurut
6000 Usia
12000
4000

2000

0
0-6 7 - 12 13-18 19 - 24 25 - 55 56 - 74 75

Sumber :Buku Profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.7 Grafik Data Penduduk Menurut Usia
Dati gambar diatas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
penduduk di wilayah Puskesmas Kretek Berumur antara 25 sampai 55
tahun. Rasio Ketergantungan yaitu angka perbandingan yang
menunjukkan besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif.
Usia produktif (15-64 tahun) selain menanggung kebutuhan hidup
dirinya juga menanggung kebutuhan hidup golongan usia muda (0-14
tahun) dan golongan tua (65 tahun keatas).
c. Penduduk Miskin
Persebaran penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Kretek
berdasarkan jumlah penduduk miskin yang meliputi Desa Donotirto
dengan jumlah 474 jiwa, Desa Parangtritis dengan jumlah 248 jiwa,
Desa Tirtohargo dengan jumlah 124 jiwa, Desa Tirtosari dengan
jumlah 236 jiwa dan Desa Tirtomulyo dengan jumlah 334 jiwa.
Data Penduduk Miskin Tahun 2016

334 Donotirto
474 Parangtritis
Tirtohargo
Tirtosari
Tirtomulyo
236

124 284

Sumber : Buku Profil Puskesmas Kretek


Gambar 3.8 Grafik Data Penduduk Miskin Tahun 2016
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa persebaran penduduk
miskin yang tertinggi adalah berada pada Desa Donotirto sebesar 474
jiwa dan yang terendah adalah Desa Tirtohargo 124 jiwa.
3. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi
Terwujudnya Kecamatan Kretek Sehat Menuju Bantul Sehat
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan pelayanan upaya kesehatan masyarakat
yang paripurna dan berkesinambungan.
2) Melaksanakan kegiatan upaya kesehatan perorangan secara
menyeluruh dan berkualitas.

c. Motto:

“ Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan utama Kami”.


4. Pelayanan di Puskesmas
Berdasarkan pengamatan di Puskesmas Kretek, terdapat pelayanan upaya
Kesehatan Masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, sebagai berikut :
b. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Esensial:
1) Pelayanan promosi kesehatan
Kegiatan pelayanan promosi kesehatan yang telah dilakukan
seperti pendataan PHBS di sekolah (SD,SMP), pendataan PHBS
perkantoran, penyuluhan-penyuluhan kesehatan.
2) Pelayanan ksehatan lingungan
Pelayanan kesehatan ingkungan yang telah dilaksanakan seperti
penyelidikan epidemiologi (PE), pemberantasan sarang nyamuk
(PSN).
3) Pelayanan KIA,KB
Pelayanan KIA, KIB yang telah dilaksanakan yaitu posyandu,
pemeriksaan ibu hamil, keluarga berencana.
4) Pelayanan Gizi masyarakat
Pelayanan gizi masyarakat yang dilakukan yaitu seperti promosi
kesehatan, mengimplementasikan Proker atau program kerja
preventif dan memperhatikan kesehatan lingkungan wilayah
Puskesmas Kretek meliputi hal berikut:
a) TB Paru
b) Pelayanan imunisasi
c) Diare
d) Penyakit tidak menular
e) Jiwa
f) ISPA
g) DBD
h) HIV/AIDS
i) Campak
j) Surveilans
c. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Pengembangan
1) Pelayanan kesehatan Lansia
Di lakukan dengan adanya posyandu dan penyuluhan-penyuluhan
tentang kesehatan lansia.
c. UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
1) Rawat jalan
Rawat jalan di Puskesmas Kretek yaitu pelayanan Umum,
pelayanan Gigi, KIA dan Imunisasi, Gizi, dan Konseling.
2) Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat di Puskesmas Kretek buka 24 Jam.
3) Rawat inap.
Puskesmas Kretek menyediakan rawat inap bagi pasien yang
butuh penanganan tindak lanjut dengan mengawasan dokter.
Dari pengamatan penulis, Puskesmas Kretek telah menyelenggarakan
manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat, dan pelayanan laborat.

B. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP )


Pengolahan dan penyajian data dilaksanakan pada setiap jenjang
administrasi dan pemanfaatan disesuaikan dengan tugas dan fungsi dalam
pengambilan keputusan. Puskesmas Kretek dalam melaksanakan pengolahan
dan penyajian data tidak menggunakan SP2TP melainkan pelaporan
perprogramer tiap unit yang tidak dikumpulkan menjadi satu dengan unit lain,
dan data yang dilaporkan oleh unit Rekam Medis di Puskesmas Kretek adalah
laporan HIV, LB1, dan laporan BPJS dan data tersebut digunakan untuk
pemantauan dan pelaksanaan program.

Akan tetapi, di Puskesmas Kretek hanya melakukan pelaporan LB 1 dan


LB 2 saja :
1. Laporan bulanan (LB1, LB2, LB3, LB4)
a. LB 1 Data Kesakitan
Pencatatan data LB 1 dibuat oleh petugas rekam medis dalam format
komputer secara langsung dan datanya dari masing-masing
programmer. Setiap programmer di puskesmas melakukan laporan
sendiri-sendiri dan pelaporan dilakukan 1 bulan sekali maksimal
tanggal 5 pada bulan berikutnya. Dikirim dengan cara melalui
softcopy/email ke Dinas Kesehatan. Pengolahan data secara
elektronik, diambil dari SIK (Sistem Informasi Kesehatan) Puskesmas
dan data disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 3.2 10 besar penyakit 2018

Kode Jenis Penyakit Total

I10 Hipertensi esensial (primer) 1125

O00.0 Abdominal pregnancy 1024

T14.1 Open wound unspecified body 905


region

J06.9 Acute respiratory infection, 741


unspecified

E11.8 Diabetes mellitus non-dependen 535


insulin dengan komplikasi

K30 Dyspepsia 516

T14 Cidera lokasi YTT 494

J00 Nasofaringitis akut (common 476


cold)

R50.9 Fever, unspecified 339

M79.1 Myalgia 245


Sumber : Laporan Kunjungan 2019
Tabel 3.3 Data kunjungan tahun 2019

Dila Belum
Pria Wanita Total Total
yani dilayani
Pelayanan
Baru Lama Total Baru Lama Total Baru Lama

Anak 2 2 2 2 0 4 2 2 6

Obsgyn / 80 643 723 255 2608 2863 335 3251 2739 860 3599
Kebidanan

UGD 143 2773 2916 97 2451 2548 240 5224 4763 1028 5791

Laboraturium 7 12 19 3 12 15 10 24 50 50

Fisioterapi 4 415 419 2 1227 1229 6 1642 394 1255 1649

Umum 400 7010 7410 396 10210 10606 796 17220 5445 12607 16052

Gizi 1 1 1 0 1 1

Gigi mulut 43 565 608 51 977 1928 94 1542 270 1377 1647

Imunisasi 52 369 421 46 423 469 98 792 572 320 892

Poli Daalam 1 1 1 1 1

Konseling 49 49 1 103 104 1 152 12 143 155

Umum 1 1 1 1 1 2
Tirtomulyo

KIA Tirtosari 1 1 1 1 1

Umum 1 1 1 1 1
Tirtosari

Total 730 11841 12571 852 18013 18865 1582 29854 1419 17648 31847
9

Sumber : Laporan Kunjungan 2018

b. LB 2 Obat-obatan
Pencatatan dan pelaporan data obat-obatan dan dilakukan oleh petugas
Farmasi dengan cara menginput pencatatan di sistem DGS-Kesehatan
dan aplikasi excel. Kemudian petugas farmasi juga mengisi formulir
LPLPO untuk laporan bulanannya, setiap akhir bulan petugas farmasi
melakukan rekapitulasi stok obat opname (sisa obat) di farmasi.
Persediaan obat-obatan bulan selanjutnya merupakan sisa obat dari
bulan sebelumnya dan hasil permintaan pada bulan tersebut.
Kemudian petugas melakukan perhitungan stok obat optimum (jumlah
obat yang harus ada dipsukesmas kretek) dengan cara menghitung rat-
rata pengeluaran obat selama 6 bulan sebelumnya.
Pendistribusian obat-obatan tidak hanya di Puskesmas Induk tetapi
juga didistribusikan di Posyandu, Puskesmas Pembantu, Droping
programmer Puskesmas Kretek ke sekolah-sekolah yangberada di
sekitar Puskesmas kretek.
Hasil dari rekapitulasi pencatatan dan pelaporan farmasi akan
dilaporkan ke GFK (Gudang Famasi Kabupaten) .
2. Laporan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) W1 dan W2 dilaporkan secara rutin
oleh pihak Puskesmas ke Dinas Kesehatan. Sumber data yang diperoleh
dari register rawat jalan tentang penyakit. Namun di Puskesmas Kretek
sendiri sejak Tahun 2017 tidak ada kejadian luar biasa yang terjadi.

3. Laporan Tahunan (LT1, LT2, LT3)


Puskesmas Kretek tidak melaksanakan pembuatan Laporan Tahunan.
Namun, isi dari Laporan Tahunan dirangkum dalam profil Puskesmas
Kretek yang berisi seluruh rekapan kepegawaian, pelayanan UKM dan
UKP yang telah dilakukan puskesmas.

Tabel 3.4 Tabel Kepegawaian Puskesmas Kretek


Tenaga Kesehatan Jumlah

Dokter Umum 4
Dokter Gigi 2
Bidan 16
Perawat Gigi 3
Perawat Umum 8
Petugas Gizi 1
Petugas Sanitasi 2
Petugas Laboratorium 2
Pengelola Obat 1
Tata Usaha 1
Rekam Medis 1
Jaga Malam 1
Sopir 2
Petugas Kebersihan 1
Kepala Puskesmas 1
Staff Administrasi 8

C. SIMPUS ( Sistem Informasi Manajemen Puskesmas )


Dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas,
Puskesmas Kretek menggunakan aplikasi DGS-Kesehatan. Aplikasi DGS-
Kesehatan adalah suatu sistem informasi yang terintegrasi secara langsung
dengan Dinas sosial dan kependudukan Kabupaten Bantul dan juga sudah
terintregasi pada semua bagian yang ada di puskesmas. Dalam aplikasi
DGS-Kesehatan ini biasanya petugas melakukan bridging, sistem bridging
adalah sistem yang mengintegraasikan dua sistem yang berbeda tanpa
adanya gangguan dari masing-masing sistem satu sama lain. Puskesmas
Kretek semua kunjungan pasien dientri ke DGS-Kesehatan, khusus pasien
BPJS dientri ke dalam DGS-kesehatan dan P-care, P-Care (Primary Care)
merupakan sistem informasi pelayanan pasien yang ditunjukan untuk
pasien berstatus BPJS-Kesehatan (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial
Bidang Kesehatan).
Gambar 3.9 Tampilan awal DGS-Kesehatan

A. Penerapan Aplikasi DGS-Kesehatan

Di Puskesmas Kretek menerapkan Sistem Informasi Manajemen


Puskesmas yaitu DGS-Kesehatan. Aplikasi ini sudah terintegrasi
secara otomatis dengan Dinas Kependudukan kabupaten Bantul. Untuk
penerapanya sendiri sudah dilakukan disemua unit di puskesmas
Kretek mulai dari Unit Rm, Poliklinik, P-care rawat jalan, Farmasi,
Administarsi dan Sistem Pelaporan Puskesmas.
Dibagian Rekam medis sendiri DGS-kesehatan digunakan sebagai
aplikasi pendaftaran pasien baru dan pasien lama baik pasien rawat
jalan maupun pasien rawat inap.

1. Alur pendaftaran pasien baru


a. Petugas Pendaftaran mengisi NIK dan Nomor Jamnian
pasien sesuai dengan KTP dan kartu Jaminan Kesehatan
Pasian
b. kemudian sistem DGS akan otomatis menampilkan data
lengkap pasien mulai dari data diri, dan data kepala
keluarga pasien, dan informasi mengenai Kartu Jaminan
pasien (aktif tidaknya Jamninan tersebut)
c. selanjutnya Petugas Pendaftaran menanyakan poli yang
dituju
d. Petugas menyimpan data-data pasien dan menyetak kartu
resep BRM.
e. Petugas membuatkan KIB pasien dan BRM Pasien
f. Pasien diberi nomor antrian poli

Gambar 3.10 Tampilan Register pasien


2. Untuk kunjungan pasien lama rawat jalan sistem DGS-
Kesehatan sudah diimbangi dengan mesin Anjungan
Pendaftaran Mandiri (APM). APM adalah mesin pendaftaran
pasien lama rawat jalan yang sudah diterapkan di Puskesmas
Kretek sejak oktober 2019.

Cara pendaftaran pasien lama rawat jalan menggunakan APM


adalah sebagai berikut:

1. Pasien menyiapkan kartu Jaminan Kesehatan aau Nomor


RM pasien
2. Pasien menekan “Pendaftaran Mandiri”
3. Pasien memlih poli tujuan
4. Pasien menscan kartu Jaminan Kesehatan atau mengisi
manual Nomor RM maka data pasien akan otomatis muncul
5. Pasien menyentuh ”Daftar”
6. Pasien akan menerima struk antrian poli tujuan
3. Pendistribusian Berkas RM
Untuk pasien baru BRM baru dibuatkan oleh petugas
pendaftaran secara manual dengan mengisi data-data sesuai
informasi dari DGS-Kesehatan di Map baru RM, kemudian
petugas distribusi mendistribusikan BRM ke Poli tujuan.
Untuk BRM pasien lama petugas filling mengambil BRM
menggunakan Kertas resep yang tecetak dari pendaftaran.
Kemudian berkas didistribusikan.
4. Pengemnalian dan Penyimpanan Berkas Rekam Medis
Berkas yang sudah dikembalikan dari poliklinik kemudian
dikembalikan dan disimpan ke rak Filling, di Puskesmas
Kretek rak Filling sebagian sudah menggunakan Roll
o’pack namun sebagian lagi masih menggunakan rak kayu
terbuka.
Penyimpanan BRM di Puskesmas Kretek masih
menggunakan sistem TDF (Terminal digit filling)
perseorangan, namun penyimpanan BRM sebagianya sudah
mulai menggunakan sistem penyimpanan family
numbering perseorangan dikarenakan peraturan terbaru
dari Dinas Kesehatan Bantul mengharuskan untuk seluruh
Puskesmas di Kabupaten Bantul menerapkan penyimpanan
BRM secara family numbering .

B. Pelayanan BPJS di Puskesmas


Sejak Januari tahun 2014 telah digunakan aplikasi verifiasi
kepesertaan JKN (PT.BPJS) untuk layanan primer (Puskesmas dan Dokter
Keluarga yang bekerjasama dengan BPJS) dengan nama “P-Care” dengan
sistem yang Online sehingga harus terkoneksi langsung dengan jaringan
internet. Cara rujukan berjenjang dari PT.BPJS mulai dari fasyankes 1
yaitu dari puskesmas, ketika di fasyankes 1 tidak dapat menangani pasien
dirujuk ke fasyankes 2 (RS tipe D, C, dan B), adapun persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pasien peserta BPJS adalah foto copy rangkap 2 KTP
atau KK dan surat rujukan. Kemudian ketika fasyankes 2 tidak bisa
menangani atau tidak ada fasilitas yang mendukung maka pasien dirujuk
ke fasyankes 3 yaitu RS Tipe A. Setelah pasien dinyatakan stabil dan
masih membutuhkan perawatan, maka pasien akan dirujuk balik ke
puskesmas atas rekomendasi atau rujukan dari dokter yang merawat.
Sesuai dengan namanya maka P-Care yang ditunjukan bagi
pelayanan primer (puskesmas) dan didalamnya melakukan pengelolahan
data mulai dari pendaftaran, bagian penegkan diagnosa, pemberian terapi,
hingga pemeriksaan laborat. Semua kunjungan pasien di Puskesmas
Kretek khususnya pasien BPJS dientri ke dalam SIMPUS dan P-Care.
Penerapan P-care di Puskesmas Kretek :
Berikut tampilan web P-care di Puskesmas Kretek :
Gambar 3.11 Tampilan menu web P-care
Di dalam program P-care tersebut terdapat menu yaitu home, entri
data yang didalamnya terdapat sub menu pendaftaran pasien, pelayanan
pasien, dan kegiatan kelompok, lalu terdapat menu lihat data yang
dalamnya terdapat sub menu jumlah peserta terdaftar, daftar kunjungan
sakit dan sehat, daftar kunjungan 10 diagnosa terbanyak, daftar kegiatan
kelompok, selanjutnya terdapat menu tools yang berisi eksternal akses
dang anti password, yang terakhir menu logout untuk keluar dari program
P-Care.
Untuk pasien BPJS ketika mendaftar maka harus dientrikan pada
menu pendaftaran pasien karena dengan mengentri data pasien ke dalam
menu tersebut dapat diketahui bahwa kartu BPJS pasien masih aktif.

Gambar 3.12 Tampilan menu pendaftaran pada web P-care


Setelah mendaftar pasien BPJS setelah dilakukan pemeriksaan lalu
tahap selanjutnya adalah mengentrikan data pada menu pelayanan pasien.

Gambar 3.13 Tampilan menu pelayanan pada web P-care


Di menu pelayanan ini petugas mengentri tentang poli, tanggal
pemeriksaan, keluhan, terapi, diagnose dengan kode ICD X dari penyakit
pasien, pemeriksaan fisik pasien, dan juga terdapat pilihan untuk membuat
rujukan jika pasien tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggung jawab menyelengarakan pengembangan kesehatan di suatu
wilayah kerja [CITATION Dep14 \l 14345 ] . Berdasarkan Permenkes No. 75
tahun 2014 Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka pendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas memiliki fungsi
sebagai penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat
pertama di wilayah kerjanya, maupun penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di masyarakat bantul,
berikut upaya-upaya kesehatan Puskesmas Kretek yaitu :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan ksehatan lingungan
c. Pelayanan KIA,KB
d. Pelayanan Gizi masyarakat
1) TB Paru
2) Pelayanan imunisasi
3) Diare
4) Penyakit tidak menular
5) Jiwa
6) ISPA
7) DBD
8) HIV/AIDS
9) Campak
10) Surveilans

e. Pelayanan kesehatan Lansia


2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) Rawat jalan
2) Pelayanan gawat darurat
3) Rawat inap.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kretek,
upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Kretek tersebut
sudah sesuai dengan teori menurut Permenkes No. 75 tahun 2014.

B. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


Berdasarkan dari pengamatan saat PKL, sistem pencatatan dan pelaporan
di Puskesmas Kretek tidak sesuai dengan teori karena memang tidak
menggunakan SP2TP melainkan laporan per programmer menggunakan
aplikasi DGS-Kesehatan. Setiap unit melaporkan sendiri-sendiri tanpa
dikumpulkan menjadi satu. Laporan dikumpulkan ke Dinas Kesehatan setiap
satu bulan sekali maksimal tanggal 5 bulan berikutnya. Di Puskesmas Kretek
tidak melakukan laporan tahunan, hanya melaporkan LB 1 dan LB 2 yang
penyajian datanya menggunakan tabel. Perbedaan antara DGS-Kesehatan
dengan SP2TP adalah SP2TP merupakan laporan-laporan dari LB dan LT
yang mana sebagai pengendali laporan SIMPUS yang diinginkan, sedangkan
DGS-Kesehatan. merupakan sistem informasi menejemen puskesmas yang
telah terorganisasi yang dengan otomatis output atau komponen yang ingin
diketahui dapat dilihat secara otomatis.
C. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Berdasarkan hasil pengamatan langsung saat praktik kerja lapangan,
diketahui bahwa di Puskesmas Kretek dalam pelaksanaan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS) menggunakan aplikasi bernama DGS-
Kesehatan. Aplikasi DGS-Kesehatan tersebut sistem yang terintegrasi pada
semua bagian yang ada di Puskesmas Kretek, terlihat dari pilihan-pilihan
yang ada ditampilan DGS-Kesehatan yang terdiri dari cakupan wilayah
daerah Puskesmas Kretek, pengolahan data registrasi pasien, data rekam
medis pasien, farmasi,penerimaan dan distribusi obat laboratorium, keuangan,
data kepegawaian hingga berbagai laporan yang dibutuhkan suatu sistem
informasi.
Dalam pelaksanaannya, SIMPUS terdapat kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah memudahkan dalam pencatatan untuk bahan pelaporan,
meminimalkan kesalahan dalam pencatatan, menggunakan sedikit SDM,
efektif dan efisien. Kelemahannya yaitu dalam Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas terkadang masih sangat tergantung pada kecepatan jaringan,
sering terjadi down system. hal tersebut dapat ditanggulangi dengan
maintenance atau perawatan pada sistem tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas di Puskesmas Kretek sudah sesuai dengan teori Depkes RI 2017,
SIMPUS adalah suatu tatanan manusia atau peralatan yang menyediakan
informasi untuk membantu proses manajemen puskesmas mencapai sasaran
kegiatannya (Depkes RI, 1997). Adapun tujuannya yaitu :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih baik berhasil
guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal SP2TP dan
informasi lain yang menunjang (Depkes RI, 1997).
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai dasar penyususnan rencana pelaksanaan kegiatan pokok
Puskesmas (Loka Karya Mini).
b. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat puskesmas (PTP).
c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas).
d. Mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
(Depkes RI, 1997).

D. Pelayanan BPJS di Puskesmas


Berdasarkan pengamatan langsung saat praktik kerja lapangan, di
Puskesmas Kretek sistem pelayanan BPJS sudah dilakukan dengan
komputerisasi dengan sistem informasi yang bernama P-care. Menurut UU
no 24 Tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat (2) , pasal 9 ayat
(1) dan UU.no.40 Tahun 2011 tentang JSN, Pasal 1 Angka 8, pasal 4 dan
pasal 5 Ayat (1) pelayanan BPJS sudah sesuai.
Badan penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah
badan hukum publik yang bertangung jawab kepada presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk
Indonesia yang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di
Indonesia. BPJS Kesehatan memiliki sebuah aplikasi khusus yang di sediakan
untuk para fasilitas kesehatan (faskes) 1, aplikasi sistem informasi pelayanan
pasien di puskesmas di sebut P-Care.
P-Care BPJS Kesehatan adalah aplikasi sistem informasi pelayanan pasien
berbasis web site yang di sediakan oleh BPJS Kesehatan oleh BPJS
Kesehatan di peruntukan bagi para fasilitas kesehatan primer untuk
memberikan kemudahan akses data ke server BPJS baik itu pendaftaran,
penegakan diagnose, terapi, hingga pelayanan Laboratorium. Hubungan
DGS-Kesehatan dengan P-Care yaitu sebagai bukti bahwa pasien benar-
benar mendaftar periksa pada hari tersebut dan sudah dilayani oleh
Puskesmas.
Aplikasi P-Care BPJS untuk faskes 1 (puskesmas) telah di perkenalkan
sejak tahun 2014 dan aplikasi ini telah di perbaharui dengan memperbaiki
fungsi-fungsi yang masih error, sehingga aplikasi menjadi lebih maksimal.
Dari 2016-2018 di Puskesmas Kretek sudah bridging (sudah bisa
terintregasi), namun sejakjanuari 2019 MOU selesai atau sudah kadaluarsa,
sehingga tidak lagi langsung dapat terintegrasi bridging.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Puskesmas Kretek melakukan pelaporan data-data dasar dalam bentuk
buku Profil Puskesmas.
2. Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kretek tidak sepenuhnya sesuai
dengan SP2TP karena LB3, LB4, LT1, LT2, LT3 tidak dikerjakan.
3. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Puskesmas Kretek
menggunakan aplikasi bernama DGS-Kesehatan..

B. Saran
1. Sebaiknya data dasar puskesmas selalu diupdate agar buku profil
puskesmas dapat terupdate setiap tahun.
2. Meningkakan jaringan internet agar tidak sering terjari kelambatan dalam
entri.

3. Sebaiknya Puskesmas Kretek merekrut staff berkompetensi dibidang


Sistem Informasi agar dapat melakukan perbaikan sistem pada saat –saat
system error. Terutama pada bagian SIMPUS (DGS-Kesehatan) dan P-
Care.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Profil Puskesmas Kretek Tahun 2017


Depkes. (1997). Pedoman Informasi Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Depkes. (2007). Pedoman Pendataan Data Dasar Puskesmas. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Depkes. (2014). Pedoman Informasi Menejemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Gavinov, I. T., & Soemantri, J. N. (2016). Sistem Informasi Kesehatan.


Yogyakarta: Parama Publishing.

Permenkes . (2014). Permenkes RI No. 28 tahun 2014 tentang pedoman


pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional. Jakarta: Permenkes RI

Permenkes . (2014). Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.


Jakarta: Permenkes RI.

Permenkes . (2016). Permenkes RI No.44 Tahun 2016 tentang Pedoman


Manajemen Puskesmas. Jakarta: Permenkes RI

Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS.


Jakarta. Undang-Undang RI

UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat (2), pasal 9 ayat (1)

UU. No. 40 Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1 Angka 8, Pasal 4 Dan Pasal 5 ayat
(1)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 (2014) Panduan


Praktik Klinis Bagi Dokter
Raniakhirani.(2011). Mari Mengenal Sistem Kapitasi Lebih Dekat. [online]
(https://rhainakhairani.wordpress.com/2011/02/17/mari-mengenal-sistem-
kapitasi-lebih-dekat/diakses pada tanggal 15 Febuari 2019 pukul 20.00)

Anda mungkin juga menyukai