Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL

(Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity to


Market Risk)

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Analisis Laporan Keuangan
Dosen Pengampu: Drs. Sukirman, M.Si.

Disusun oleh:

Puput Wiji Astuti (7211413003)


Eka Dhia Atikah (7211413014)
Laila Salsabila (7211413024)
Wulan Ayuningtias (7211413043)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Analisis Kesehatan Bank Dengan Metode CAMELS”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini khususnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Bapak Drs. Sukirman, M.Si.
Harapan penulis, karya tulis ini dapat menjadi salah satu bahan ajar untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait penilaian kesehatan bank dengan
menggunakan Metode CAMELS yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
Penulis menyajikan karya tulis ini dengan bahasa yang sederhana dan
lugas. Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
terkait penilaian kesehatan bank dengan menggunakan Metode CAMELS.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan karya tulis ini. Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat
bermanfaat untuk penulis khususnya dan pihak lain pada umumnya.

Semarang, Oktober 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.Rumusan Masalah............................................................................. 1
C.Tujuan Penulisan............................................................................... 2
D.Manfaat Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A.Pengertian dan Tujuan Penilaian Kesehatan bank............................ 3
B.Pihak-pihak yang Berkepentingan dengan Kesehatan Bank............ 6
C.Mekanisme Penilaian Kesehatan Bank Umum dan BPR................. 5
D.Faktor Penilaian Kesehatan Berdasarkan Metode CAMELS .......... 9
E.Teknik dengan Menggunakan Metode CAMELS............................ 13
BAB III PENUTUP...................................................................................... 26
A. Simpulan.......................................................................................... 26
B. Saran................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 28

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bobot CAMELS Bank Umum dan BPR........................................ 13


Tabel 2. Matriks Kriteria Komponen Permodalan....................................... 15
Tabel 3. Matriks Kriteria Komponen KAP 1............................................... 16
Tabel 4. Matriks Kriteria Komponen KAP 2............................................... 16
Tabel 5. Matriks Kriteria Komponen NPM................................................. 17
Tabel 6. Matriks Kriteria Komponen ROA................................................. 18
Tabel 7. Matriks Kriteria Komponen ROE.................................................. 19
Tabel 8. Matriks Kriteria Komponen NIM/NOM........................................ 19
Tabel 9. Matriks Kriteria Komponen BOPO............................................... 20
Tabel 10. Matriks Kriteria Komponen LDR.................................................. 21
Tabel 11. Tingkat Kesehatan Bank................................................................ 23
Tabel 12. Peringkat Komposit CAMELS ..................................................... 24

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam berbagai bidang
kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan
meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya.
Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain
ditandai dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu
pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai
bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui
bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank. Oleh
karena itu, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan baru perihal Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menggunakan Metode CAMELS
salah satunya melalui Peraturan Bank Indoensia No.6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004.
Berlatar belakang peraturan ini secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar
pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank
berdasarkan informasi antara lain dari laporan-laporan seperti neraca beserta
rekening administratif, daftar rincian surat berharga yang dimiliki dan diterbitkan,
daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian penyertaan, daftar rincian
laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang Analisis Kesehatan Bank dengan  Metode CAMELS.
Untuk membatasi pembicaraan, maka penulis hanya membahas tentang:
1.    Apa itu pengertian dan tujuan kesehatan bank ?
2.    Siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank ?
3.    Bagaimana mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR ?
4.    Apa saja faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS ?
5.    Bagaimana teknik  penilaian dengan metode CAMELS ?

1
C. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang yang ada, maka tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahu pengertian dan tujuan kesehatan bank
2. Mengetahui pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank
3. Mengetahui mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR
4. Mengetahui faktoe penilaian keesehatan bank berdasarkan metode CAMELS
5. Mengetahui teknik penilaian terhadap metode CAMELS

D. Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak terkait yaitu bagi penulis dan khususnya bagi pemerintah serta para pelaku
bisnis di Indonesia.
1. Secara teoritis
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
mahasiswa terkait materi dalam mata kuliah Analisis Laporan Keuangan
khususnya mengenai analisis kesehatan bank dengan menggunakan Metode
CAMELS yang diharapkan dapat menganalisis dan mengevaluasi kinerja
keuangan bank umum di Indonesia.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penulisan makalah ini yaitu sebagai bahan masukan
Bagi Bank Umum di Indonesia untuk mematuhi dan menerapkan aturan-aturan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia terkait tata cara penialaian tingkat
kesehatan bank umum khususnya dengan Metode CAMELS sehingga
diharapkan dengan adanya teknik penilaian yang jelas maka perusahaan dapat
menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangannya dengan metode penilaian
yang efektif dan selanjutnya dengan dasar keputusan yang tepat maka
perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat pula yang dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Penilaian Kesehatan Bank


Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang
dilakukan terhadap risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat
kesehatan Bank adalah suatu cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.
Dalam pengertian lain, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui
penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan
atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari
faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan
proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap
faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen
risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode
penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang
kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan
seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

3
d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan
pemenuhan peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia). Menurut Bank
Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat
melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan
aspek likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai
denganUndang– undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah
Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank
dengan memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen,
Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu
mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi
perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai
salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang
sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan
dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
Tujuan penilaian kesehatan bank adalah untuk menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat,
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau
bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Faktor-faktor yang menggugurkan tingkat
kesehatan bank, yaitu:
1) Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam
bank yang bersangkutan.
2) Campur tangan pihak-pihak diluar bank dalma kepengurusan bank termasuk
di dalam kerjasama tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa
kantornya berdiri sendiri.

4
3) Windaw Dressing dalam pembukaan dan laporan bank yang secara materil
dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga mengakibatkan
penilaian yang keliru terhadap bank.
4) Praktik-praktik bank dalam atau melakukan usaha diluar pembukaan bank.
5) Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi
kewajiban kepada pihak ketiga.
6) Praktik lain yang menyimpang dan dapat membahayakan kelangsungan bank
atau mengurangi kesehatan bank.

B. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Kesehatan Bank


Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena
kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak
yang berkepentingan dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan
pihak internal.
1) Pihak – pihak internal yang berkepentingan dengan kesehatan bank terdiri
dari:
a) Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan
informasi keuangan untuk tujuan pengendalian (controlling),
pengoordinasian (coordinating) dan perencanaan (planning) suatu
perusahaan.
b) Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik
dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin
perusahaan.
2) Pihak - pihak eksternal yang berkepentingan dengan kesehatan bank terdiri
dari:
a) Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan
kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah
tingkat imbalan hasil (return) dari modal yang telah atau akan ditanam
dalam suatu perusahaan tersebut.
b) Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran
kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui

5
kinerja keuangan jangka pendek (likuiditas) dan profitabilitas dari
perusahaan.
c) Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga 
oleh lembaga yang lain seperti Statistik.
d) Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan
tempat mereka bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung
pada perusahaan yang bersangkutan.

C. Mekanisme Penilaian Kesehatan Bank Umum dan BPR


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia, menetapkan bahwa:
1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada Bank.
3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
4) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib
memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut.
5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan
pemeriksaan terhadap bank.

6
6) Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan
laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan
laba rugi tahunan tesebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bank di Indonesia memiliki
kewajiban untuk melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Keadaan
bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan
mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral
mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan operasional bank
dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di
Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.
Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004
kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat
kesehatan bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian
tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank.
Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
pengawas bank terkait.
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank
menyampaikan rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah
perbaikan yang wajib dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama
periode tertentu, selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan
action plan. Action plan tersebut meliputi:

7
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak
lainnya apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan.
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank
mengalami permasalahan faktor kualitas asset.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan
peningkatan efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan
rentabilitas.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber
pendanaan lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak
lainnya atau penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami
permasalahan sensitivitas terhadap risiko pasar.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan
berkala kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media
cetak: surat kabar dan majalah. Bentuk dan isi laporan itu ditetapkan seragam.
Laporan keuangan ini dipakai oleh Bank Sentral dan publik untuk menilai
kesehatan bank yang bersangkutan. Laporan keuangan bank terdiri Laporan Inti
dan Laporan Pelengkap.
a. Laporan Inti dalam laporan keuangan bank, meliputi:
1) Neraca
2) Daftar Laba-Rugi
b. Laporan Pelengkap dalam laporan keuangan bank, meliputi:
1)   Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum
2)   Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan
3)   Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
4)   Laporan transaksi valuta asing dan derivatives
5)   Laporan komitmen dan kontinjensi
6)   Laporan pengurus dan pemilik bank.
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank,
Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar

8
bank bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan
secara umum. Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak
lain.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak
lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi bank, atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat
membahayakan sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan
hukum bank dan membentuk tim likuiditas. Apabila direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank
Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisikan pembubaran badan hukum bank tersebut, penunjukan tim likuiditas, dan
perintah pelaksanaan likuiditas sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

D. Faktor Penilaian Kesehatan Berdasarkan Metode CAMELS


Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan
perbankan dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam
menjaga fungsi intermediasi. Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah
dan kecil yang tidak menerima bantuan likuiditas dari pemerintah mengalami
penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana simpanan masyarakat
membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang mereka

9
miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku
bungan yang tinggi.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi
suatu bank. Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode
CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity, dan
Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan aspek
tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu CAMEL.
CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket
Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan
sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988).
CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari
1997 di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997
sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.
Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi
kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
dilakukan melalui penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku. Melalui
rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit
yang disalurkan dengan sejumlah modal bank (Abdullah, 2003:60).
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen
berikut ini :
1) Kecukupan modal.
2) Komposisi modal.

10
3) Proyeksi (trend ke depan) permodalan.
4) Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah.
5) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan
modal yang berasal dari laba.
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang
saham untuk meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.

b. Kualitas aset (Asset quality)


Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor aset bank dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen aktiva produktif yang diklasifikasikan
dibandingkan dengan total aktiva produktif dan tingkat kecukupan pembentukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
Rasio Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio yang mengukur
kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva
produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini
mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun
kualitas aktiva produktif (Taswan, 2010:167).
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1)   Kualitas aktiva produktif.
2)   Konsentresi eksposur risiko kredit.
3)   Perkembangan risiko kredit bermasalah.
4)   Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif).
5)   Kecukupan kebijakan dan prosedur.
6)   Sistem kaji ulang (review) internal.
7)   Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

c. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-
komponen berikut ini :
1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko.

11
2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank
Indonesia dan atau pihak lain.

d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-
komponen berikut ini :
1) Pencapaian return on asset (ROA).
2) Pencapaian return on equity (ROE).
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin).
4) Tingkat efisiensi.
5) Perkembangan laba operasional.
6) Diversifiksi pendapatan.
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya.
8) Prospek laba operasional.

e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-
komponen berikut ini :
1) Rasio aktiva/pasiva yang likuid.
2) Potensi maturity mismatch.
3) Kondisi loan to deposit ratio (LDR).
4) Proyeksi cash flow (arus kas).
5) Konsentresi pendanaan.
6) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability
management).
7) Akses kepada sumber pendanaan.
8) Stabilitas pendanaan.

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)


Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1) Kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai
akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar

12
2) Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar

E. Teknik Penilaian dengan Metode CAMELS


Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis
besar didasarkan pada faktor CAMELS. Seiring dengan penerapan risk based
supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat
ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru,
yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar.
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun
bank tersebut modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas
aktiva produktifnya baik) maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi
maka dapat dipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi
krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak
sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas, maka
sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMELS relevan dipergunakan untuk
semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-
masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMELS dalam
penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR.
Bobot masing-masing faktor CAMELS untuk bank umum dan BPR
ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1. Bobot CAMELS


No Bobot
Faktor CAMEL
. Bank Umum BPR
1 Permodalan 25% 30%
2 Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%
3 Kualitas Manajemen 25% 20%
4 Rentabilitas 10% 10%
5 Likuiditas 10% 10%

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya
pada bobot masing-masing faktor CAMELS. Pelaksanaan penilaian selanjutnya
dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian

13
berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan
BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya
dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan
dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan
melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor
dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya
pengaruh terhadap kesahatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system
kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas
dasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas
pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat
kesehatan bank.
Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana
diuraikan diatas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan
informasi dan aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap
perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka
yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup
Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. Berikut ini penjelasan metode CAMELS:
1. Modal (Capital)
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di
negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua
hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah
kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin
bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun
kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-
benar bertanggungjawab atas modal yang sudah ditetapkan.
Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal
disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut

14
diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah
tersebut. Pengertian kecukupan modaltersebut tidak hanya dihitung dari jumlah
nominalnya,tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut
sebagai Capital Adequency Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan
antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat
ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya
sebesar 8%.
Predikat kesehatan bank dari segi CAR ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan


Rasio Peringkat
CAR ≥ 12% 1
9% ≤ CAR < 12% 2
8% ≤ CAR < 9% 3
6% < CAR < 8% 4
CAR ≤ 6% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

2. Kualitas Aset (Assets Quality)


Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit
dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi
bank, sehingga jenis aktiva tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain,
aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan
modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi
rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya
perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi
memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitaas aktiva produktif secara
cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitasa aktiva produktif bank yang sangat
jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila
kualitaas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi

15
buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti
pembentukan cadangan, penilaian asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait,
dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan
perbankan di indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu:
1) Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (KAP 1).
Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar, Diragukan
dan Macet. Rumusnya adalah: Penilaian rasio KAP dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
b) Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
2) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif
yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan
1% dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
Predikat kesehatan bank dari segi (KAP 1) ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Matriks Kriteria Peringkat Komponen (KAP 1)

Rasio Peringkat
KAP1 ≤ 2 1
2 < KAP1 ≤ 3% 2
3% < KAP1 ≤ 6% 3
6 < KAP1 ≤ 9% 4
KAP1 > 9% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Predikat kesehatan bank dari segi (KAP 2) ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Matriks Kriteria Peringkat Komponen KAP 2


Rasio Peringkat
KAP ≥ 110% 1
105% ≤ KAP2 < 110% 2

16
100% ≤ KAP2 < 105% 3
95% ≤ KAP2 < 100% 4
KAP2 < 95% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

3. Manajemen (Management)
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya
suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah
bank mendapatkan perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu
bank diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum
dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang
bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar
seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu
kelompok menejemen umum dan kuesioner menejemen risiko. Kuesioner
kelompok menejemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok
pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia,
kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner menejemen risiko
dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar,
risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus.
Penelitian Merkusiwati (2007) menggambarkan tingkat kesehatan bank
dari aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin (NPM), alasannya karena
seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen umum,
manajemen risiko, dan kepatuhan bank pada akhirnya akan mempengaruhi dan
bermuara pada perolehan laba. Net Profit Margin dihitung dengan membagi Net
Income atau laba bersih dengan Operating Income atau laba usaha.
Predikat kesehatan bank dari segi NPM ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPM


Rasio Peringkat

NPM ≥ 100% 1
81% ≤ NPM < 100% 2

17
66% ≤ NPM < 81% 3
51% ≤ NPM < 66% 4
NPM < 51% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

4. Rentabilitas (Earning)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila
bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama
kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi
demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu
melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur
ini didasarkan pada dua macam, yaitu :
1) Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 %
atau negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari
0% nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.
2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2).
Rumusnya adalah :
Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
Predikat kesehatan bank dari segi ROA ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 6. Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA


Rasio Peringkat
ROA > 1,5% 1
1,25% < ROA ≤ 2
1,5%
0,5% < ROA ≤ 3
1,25%
0 < ROA ≤ 0,5% 4
ROA ≤ 0% 5

18
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

ROE mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan


menggunakan ekuitasnya. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba
bersih dari bank yang bersangkutan dan selanjutnya kenaikan tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga saham bank.
Predikat kesehatan bank dari segi ROE ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 7. Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROE


Rasio Peringkat
ROE > 15% 1
12,5% < ROE ≤ 15% 2
5% < ROE ≤ 12,5% 3
0 < ROE ≤ 5% 4
ROE ≤ 0% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

Rasio NIM mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan


bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif (Taswan, 2009:167). Bank
syariah menjalankan kegiatan operasional bank tidak dengan sistem bunga, maka
dalam penilaian rasio NIM pada bank syariah menggunakan rasio Net Operating
Margin (NOM) yang merupakan pendapatan operasi bersih terhadap rata-rata
aktiva produktif.
Predikat kesehatan bank dari segi NIM ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Matriks Kriteria Peringkat Komponen NIM/NOM


Rasio Peringkat
NIM > 3% 1
2% < NIM ≤ 3% 2
1,5% < NIM ≤ 2% 3
1% < NIM ≤ 1,5% 4
NIM ≤ 1% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

19
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009:120). Semakin tingga
rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank.
Predikat kesehatan bank dari segi BOPO ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 9. Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO


Rasio Peringkat
BOPO ≤ 94% 1
94% < BOPO ≤ 95% 2
95% < BOPO ≤ 96% 3
96% < BOPO ≤ 97% 4
BOPO > 97% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

5. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu
rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap
dana yang diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank
adlah selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara
itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia,
Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang
berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordina),
Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,
dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari
tiga bulan.
Liquiditas yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas
bank didasarkan atas dua macam rasio, yaitu :
1) Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar.
Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai
dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
2) Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya
adalah:

20
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau
lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio
115% nilai kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.
Predikat kesehatan bank dari segi LDR ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 10. Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR


Rasio Peringkat
LDR ≤ 75% 1
75% < LDR ≤ 85% 2
85% < LDR ≤ 100% 3
100% < LDR ≤ 120% 4
LDR > 120% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya.
Sisi kuantitatif dapat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas,
kecukupan modal (capital adequency ratio) dan Loan Deposit Ratio.
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan
(membayar) hutang jangka pendek.
Rasio Likuiditas = Aktiva Lancar
Utang Jangka Pendek
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang
semakin baik.
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan
(membayar) utang jangka pnjang.

Rasio solvabilitas = Total Aktiva


Total utang jangka panjang
Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan bank.

c. Rasio profitabilitas

21
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
laba. Ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :
1) Return on Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan
membagi laba sebelum pajak dengan aktiva.
ROA = Laba sebelum pajak
Aktiva

2) Return on Equity   (ROE)


ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan
membandingkan laba sebelum pajak dengan ekuitas.
ROE = Laba sebelum pajak
Ekuitas

d. Capital Adequency Ratio (CAR)


CAR mengukur kecukupan modal dengan membandingkan kcapital
(modal) dengan asset berisiko.
CAR = Modal
Aset berisiko

e. Loan Deposit ratio (LDR)


LDR mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan
membandingkan besarnya pinjaman yang diberikan oleh bank dengan besarnya
simpanan.
LDR = Pinjaman
Simpanan

Kemudian ketentuan lain yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank


adalah:
a) Pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) harus sesuai ketentuan
yang berlaku.

22
b) Pelaksanaan pemberian kredit ekspor sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
c) Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK).
d) Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Neto (PDN).
Hasil penilaian kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif. Selanjutnya
peringkat tingkat kesehatan bank digolongkan sebagai berikut:
Tingkat kesehatan bank meliputi golongan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan
tidak sehat.
Tabel 11. Tingkat Kesehatan Bank
Nilai kredit Predikat
81-100 Sehat
66-<81 Cukup sehat
51-<66 Kurang sehat
0-<51 Tidak sehat

Peringkat komposit ditetapkan sebagai berikut:


1. Peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank yang bersangkutan
sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri keuangan.
2. Peringkat komposit 2 (PK-2) mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan
mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri
keuangan, namun bank yang bersangkutan masih mempunyai kelemahan-
kelemahan minor yang dapat segera diatasi dengan tindakan rutin.
3. Peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank cukup baik, namun
terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat
kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan
korektif.
4. Peringkat komposit 4 (PK-4) mencerminkan bahwa kondisi bank tergolong
kurang baik. Sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi
beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak segera dilakukan

23
tindakan korektif yang efektif akan berpotensi untuk membahayakan
kelangsungan usahanya.
Tabel 12. Peringkat Komposit CAMELS
No Faktor yang Komponan yang dinilai Bobot  %
dinilai
 1  C Capital Rasio modal terhadap aktiva 25
(permodalan) tertimbang menurut risiko
 2  A Assets (aktiva)a.       Rasio aktiva produktif yang     25
diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b.      Rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif       5
yang dibentuk terhadap
penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wajib dibentuk
 3  M Management a.       Manajemen umum     10
(manajemen) b.      Manajemen risiko     15
 4  E Earnings a.       Rasio laba terhadap rata-rata 5
(Rentabilitas) volume usaha
b.      Rasio biaya operasional 5
terhadap pendapatan
operasional
 5  L Liquidity a.       Rasio kewajiban bersih call 5
(likuiditas) money terhadap aktiva lancer
dalam rupiah 5
b.      Rasio kredit terhadap dana
yang diterima oleh bank dalam
rupiah dan valuta asing

24
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Sedangkan tujuan kesehatan bank adalah untuk
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat,
kurang sehat atau tidak sehat.
2. Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio

25
dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu bank.
3. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank terdiri dari dua
pihak yaitu, pihak internal dan eksternal.
4. Mekanisme penilaian kesehatan bank diatur dalam undang-undang  Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan bank, Peraturan
Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem  penilaian tingkat
kesehatan bank umum, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31
Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank
umum, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah. 
5. Faktor-faktor CAMELS terdiri dari permodalan (capital), kualitas asset
(asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), liquiditas
(liquidity), dan sensitifitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market
risk).

B. Saran
Untuk mendukung tercapainya tujuan dari penulisan makalah ini, maka
penulis mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait:
1) Bagi akademisi agar berperan aktif dalam proses pembelajaran terkait dalam
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan khususnya mengenai materi analisis
kesehatan bank dengan menggunakan Metode CAMELS yang diharapkan
dapat menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di
Indonesia dan memperbanyak literatur terkait materi tersebut sehingga
mempunyai bahan perbandingan yang semakin menambah wawasan para
akademisi
2) Bagi para praktisi Bank Umum di Indonesia untuk seacra konsisten mematuhi
dan menerapkan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia terkait

26
tata cara penialaian tingkat kesehatan bank umum khususnya dengan Metode
CAMELS sehingga diharapkan dengan adanya teknik penilaian yang jelas
maka perusahaan dapat menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangannya
dengan metode penilaian yang efektif dan selanjutnya dengan dasar
keputusan yang tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan yang
tepat pula yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu
para praktisi juga harus mempertimbangkan factor-faktor yang dapat
menggugurkan tingakt keseahatan bank sehingga dapat mengambil langkah
yang efektif dan efisien untuk mengatasi risiko yang timbul akibat
menurunnya tingkat kesehatan kinerja keuangan bank.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Pratini. 2012. Penilaian Kesehatan Perbankan dengan CAMELS. Online:


http://pratianidwinursetyani.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2015.

Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Subagyo. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi 2, Yogyakarta:


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi YKPN.

Totok Budi Santoso dkk. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan lain, edisi 2,
Jakarta: Salemba empat.

27
28

Anda mungkin juga menyukai