Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN KONSTRUKSI

PROJECT LIFE CYCLE, PELELANGAN & KONTRAK KONSTRUKSI

PAPER

OLEH:

KELOMPOK 1

I Made Krisma Yoga Mahendra 1805511010

Nyoman Andrean Triatmaja 1805511011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Mahaesa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan Paper ini dengan tepat pada waktunya. Penulisan
Paper ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Konstruksi
pada semester genap Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana tahun akademik 2020/2021. Dalam penulisan Paper ini tidak lepas dari
hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan arahan
dari berbagai pihak, segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik,
oleh karena itu dalam kesempatan ini kami dengan senang hati menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan informasi, bantuan,
dorongan, dan perhatian kepada kami sehingga Paper ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Paper ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas
maupun aspek kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki. Kami menyadari bahwa Paper ini jauh dari sempurna
sehingga saran dan petunjuk yang diberikan untuk Tugas ini sangat diharapkan.
Akhir kata semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapat
imbalan dari Tuhan dan semoga Tugas ini dapat bermanfaat sebagai pengetahuan
kepada sesama.

Denpasar, Februari 2021

Penulis

Kelompok 1 | i
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3. Tujuan..........................................................................................................2

1.4. Manfaat........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1. Project Life Cycle........................................................................................4

2.1.1 Project Life Cycle Secara Umum.......................................................4

2.1.2 Pembagian Menurut UNIDO..............................................................7

2.1.3 Pembagian Menurut MRDC...............................................................7

2.1.4 Pembagian Menurut PMI....................................................................8

2.1.5 Project Life Cycle pada Proyek Konstruksi......................................12

2.2. Pelelangan dan Kontrak Konstruksi...........................................................17

2.2.1. Pengertian Pelelangan.......................................................................17

2.2.2. Pengertian Kontrak kontruksi...........................................................20

2.3. Tahapan dari Pelelangan dan Kontrak Konstruksi pada Sebuah Proyek
Konstruksi..................................................................................................25

2.3.1. Prosedur Pelelangan dalam Proyek Konstruksi................................25

2.3.2. Tahapan Penyusunan Kontrak Konstruksi Pada Suatu Proyek


Konstruksi.....................................................................................................32

Kelompok 1 | ii
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

BAB III PENUTUP..............................................................................................35

3.1. Kesimpulan................................................................................................35

3.2. Saran...........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

Kelompok 1 | iii
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Proyek Konstruksi...........................................................................5


Gambar 2. 2 Hubungan keperluan sumber daya terhadap waktu dalam
siklus proyek...................................................................................6
Gambar 2. 3 Siklus proyek engineering-konstruksi dengan berbagai kegiatan
utamanya.......................................................................................13

Kelompok 1 | iv
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kegiatan Utama Proyek Konstruksi................................................13

Kelompok 1 | v
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan infrastruktur saat ini merupakan suatu hal yang gencar
dilakukan di Negara Indonesia. Pembangunan infrastruktur secara massif dan
menyebar ke seluruh wilayah Indonesia ini digagas guna memastikan terjaminnya
ketersediaan infrastruktur agar dapat dapat menjadi lompatan bagi bangsa
Indonesia untuk menuju negara maju, sekaligus dapat lepas dari perangkap
sebagai negara berkembang saja atau “middle income trap”. Tingkat ketersediaan
infrastruktur di suatu negara adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat
kecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Pembangunan infrastruktur
merupakan modal atau kapital dalam upaya peningkatan produktivitas
perekonomian negara serta usaha peningkatan taraf hidup masyarakat secara luas.
Selain itu infrastruktur juga merupakan social overhead capital atau barang-barang
modal yang menjadi dasar atau sarana penting bagi keperluan-keperluan
masyarakat yang secara tidak langsung kemudian bermanfaat dalam usaha
menghasilkan atau meningkatkan produksi.

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari proyek konstruksi.


Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada
titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya membutuhkan
bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Jadi proyek
konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan
mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya)
yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method
(metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu).
Dalam Suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan
yaitu waktu, biaya dan mutu (Kerzner, 2006).

Penyediaan infrastruktur di Indonesia berjalan lambat karena adanya


kendala di berbagai tahapan proyek, mulai dari penyiapan sampai implementasi.

Kelompok 1 | 1
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Secara keseluruhan, lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan seringkali


mengakibatkan mundurnya pengambilan keputusan. Maka dari itu, dalam proyek
konstruksi diperlukan manajemen baik itu manajemen proyek konstruksi maupun
manajemen konstruksi agar proyek konstruksi berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Manajemen proyek konstruksi dan manajemen konstruksi berperan
dalam mengelola proyek secara hemat waktu, biaya proyek sesuai dengan yang
dianggarkan dan kualitas kerjaan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.
Persamaan dan perbedaan antara manajemen proyek dan manajemen konstruksi
terletak pada tahapan yang dilakukan. Persamaan antara keduanya adalah sama-
sama melaksanakan tahap perencanaan, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan
tahap pemeliharaan. Sedangkan untuk perbedaannya adalah manajemen
konstruksi tidak melakukan tahap gagasan proyek, tahap studi kelayakan dan
tahap pra perencanaan.

Dalam manajemen konstruksi, terdapat berbagai istilah yang digunakan


seperti Project Life Cycle, Pelelangan, Kontrak Konstruksi, dan lain-lain. Istilah-
istilah tersebut harus dipahami oleh pihak yang terkait dengan proyek agar
pemahaman tentang manajemen menjadi benar dan dijadikan dasar di dalam
menjalankan proyek konstruksi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, adapun
beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan Project Life Cycle pada proyek


konstruksi?
2. Bagaimanakah tahapan Project Life Cycle atau Siklus Hidup dari sebuah
proyek konstruksi?
3. Apakah yang dimaksud dengan pelelangan dan kontrak Konstruksi?
4. Bagaimanakah alur dan tahapan dari pelelangan dan kontrak konstruksi
pada sebuah proyek konstruksi?

1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, adapun tujuan dari
penulisan Paper ini antara lain:

Kelompok 1 | 2
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Project Life Cycle pada
proyek konstruksi.
2. Untuk mengetahui bagaimana tahapan Project Life Cycle atau Siklus
Hidup dari sebuah proyek konstruksi.
3. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pelelangan dan kontrak
Konstruksi.
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah alur dan tahapan dari pelelangan dan
kontrak konstruksi pada sebuah proyek konstruksi.

1.4. Manfaat
Dalam pengerjaan tugas ini diharapkan mampu memberikan manfaat
untuk menambah wawasan mahasiswa di bidang Manajemen Konstruksi,
khususnya tentang Project Life Cycle, Pelelangan, dan Kontrak Konstruksi.

Kelompok 1 | 3
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Project Life Cycle


2.1.1 Project Life Cycle Secara Umum
Salah satu tanda-tanda khusus proyek menurut Subagya dalam Dannyanti
(2010): adalah waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan yaitu proyek
mempunyai siklus yang terjadi. Siklus yang terjadi di proyek dinamakan sebagai
siklus hidup proyek atau Project Life Cycle. Siklus merupakan tahapan-tahapan
yang dilakukan mulai dari awal hingga akhir secara bertahap Sehingga nantinya
pada tahap akhir tahapan tersebut akan kembali lagi ke tahap awal. Siklus hidup
proyek atau Project Life Cycle adalah perkembangan proyek dari awal ide atau
gagasan sampai proyek dinyatakan selesai dimana tiap tahapan memiliki pola
tertentu. Siklus proyek diawali oleh beberapa sumber antara lain:

a. Rencana Pemerintah
Misalnya, proyek pembangunan prasarana, seperti jalan, jembatan,
bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, lapangan terbang. Tujuannya lebih
dititikberatkan pada kepentingan umum dan masyarakat.
b. Permintaan Pasar
Hal ini terjadi bila suatu ketika pasar memerlukan kenaikan suatu macam
produk dalam jumlah besar. Permintaan ini dipenuhi dengan jalan
membangun sarana produksi baru.
c. Dari dalam Perusahaan yang bersangkutan
Hal ini dimulai dengan adanya desakan keperluan dan setelah dikaji dari 7
segala aspek menghasilkan keputusan untuk merealisasikannya menjadi
proyek. Misalnya proyek yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
kerja dan memperbaharui (modernisasi) perangkat dan sistem kerja lama
agar lebih mampu bersaing.
d. Dari kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Dari kegiatan tersebut dihasilkan produk baru yang diperkirakan akan
banyak manfaat dan peminatnya, sehingga mendorong dibangunnya
fasilitas produksi. Misalnya, komoditi obat-obatan dan bahan kimia yang

Kelompok 1 | 4
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

lain. Bagi proyek yang berukuran besar dan kompleks, karena umurnnya
melibatkan sumher daya yang besar, prakarsa sering timbul dari pihak
pemerintah, perusahaan swasta besar, atau multinasional.

Proyek tidak selalu berhubungan dengan konstruksi. Oleh karena itu


dilihat dari komponen kegiatan utamanya macam proyek dapat dikelompokkan
menjadi bermacam kelompok diantaranya Proyek Engineering – Konstruksi,
Proyek Engineering- Manufaktur, Proyek Penelitian dan Pengembangan, Proyek
Pelayanan Manajemen, Proyek Kapital, Proyek Radio – Telekomunikasi, Proyek
Konservasi Bio – Diversity, dan proyek lainnya. Pada proyek konstruksi,
komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,
desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Contoh proyek macam ini adalah
pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, dan fasilitas industri.

Gambar 2. 1 Proyek Konstruksi

Berdasarkan pengelompokkan jenis proyek tersebut, maka proyek


berbeda-beda dalarn hal kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan.
Meskipun demikian, setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri
pokok yang melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin.
Semakin besar dan kompleks suatu proyek, ciri tersebut makin terlihat. Ciri pokok
ini juga sebagai dinamika sepanjang siklus proyek (Project Life Cycle).

Kelompok 1 | 5
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Gambar 2. 2 Hubungan keperluan sumber daya terhadap waktu dalam siklus proyek.

Dalam siklus proyek secara umum, kegiatan-kegiatan berlangsung mulai


dari titik awal, kemudian jenis dan intensitasnya meningkat sampai ke puncak
(peak), turun, dan berakhir. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan sumber daya
yang berupa jam-orang (man-hour), dana, material atau peralatan. Bila dibuat
grafik dengan sumber daya pada sumbu vertikal dan waktu pada sumbu
horizontal, maka akan terlihat siklus proyek sebagai garis lengkung dengan titik-
titik awal, puncak, dan akhir, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.

Di samping turun naiknya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan


dalam aspek lain, seperti kualifikasi tenaga yang diperlukan. Misalnya, pada awa1
proyek diperlukan ahli-ahli perencanaan dan engineering, sedangkan menjelang
akhir proyek diperlukan lebih banyak tenaga inspektor di lapangan. Berbeda dari
kegiatan operasional rutin yang relatif stabil, kegiatan proyek bersifat dinamis,
terus berubah-ubah. Untuk mencapai penggunaan sumber daya yang efisien, perlu
diusahakan agar tidak terjadi gejolak-gejolak (fluktuasi) yang tajam. Dengan
demikian, seluruh kegiatan dalam siklus proyek merupakan rangkaian yang
berkesinambungan menuju sasaran yang telah ditentukan.

Suatu sistem yang dinamis, seperti halnya proyek, memiliki tahap-tahap


perkembangan. Pada masing-masing tahap terdapat kegiatan yang dominan

Kelompok 1 | 6
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

dengan tujuan yang khusus atau spesifik. Sampai saat ini belum ada keseragaman
pembagian tahap dalam siklus proyek, baik jumlah maupun terminologi yang
dipakai. Hal ini antara lain karena banyaknya macam, ukuran, dan kompleksitas
proyek, serta Iatar belakang tujuan pembagian itu sendiri.

2.1.2 Pembagian Menurut UNIDO


Salah satu sistematika penahapan yang luas pemakaiannya adalah yang
disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO).
UNIDO membagi siklus proyek menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
implementasi. Kegiatan pada kedua tahap itu diperinci menjadi sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan
 Identifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.
 Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatif.
 Formulasi lingkup proyek.
 Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasi.
b. Tahap Implementasi
 Penyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.
 Pengadaan kontrak dan pembelian.
 Pengerjaan pabrikasi, konstruksi, uji coba, dan start-up.

Setelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instalasi
yang baru selesai dibangun.

2.1.3 Pembagian Menurut MRDC


Mobil Research and Development Corporation (MRDC), suatu anak
perusahaan Mobil Oil-Princeton USA yang bergerak dalam konsultansi bidang
penelitian dan pengembangan termasuk pengelolaan proyek, menyusun
sistematika siklus proyek menjadi tiga tahap. Ketiga tahap tersebut terdiri atas
Front end, Tahap 1 dan Tahap 2, dengan perincian sebagai berikut:

a. Front end
Tahapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 Mengidentifikasi lingkup gagasan (ide) yang timbul.
 Memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin.

Kelompok 1 | 7
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

 Memilih altematif dan merumuskannya menjadi lingkup kerja


pendahuluan.
 Membuat perkiraan biaya dan jadwal pendahuluan.
 Menyiapkan angka anggaran biaya tahap berikutnya.
b. Tahap 1
Terdiri dari kegiatan-kegiatan:
 Memperjelas definisi Iingkup kerja.
 Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk.
 Menyiapkan dokurnen tender, rancangan kontrak, dan memilih
calon pelaksana (kontraktor) untuk pekerjaan Tahap 2.
c. Tahap 2
Kegiatan utamanya terdiri dari:
 Membuat desain-engineering terinci.
 Melakukan pembelian atau kontrak material dan jasa.
 Manufaktur (pabrikasi) peralatan dan konstruksi.
 Melakukan inspeksi, uji coba, dan startup.

Bila tahap-tahap di atas telah diselesaikan maka proyek telah dianggap selesai dan
diserahkan kepada pemilik untuk dioperasikan.

2.1.4 Pembagian Menurut PMI


Salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh PMI (Project
Management Institute), yaitu suatu institusi yang mengembangkan manajemen
proyek dan telah dikenal dan diakui secara luas terutama oleh mereka yang terkait
dengan masalah proyek, terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan &
pengembangan (PP /Definisi), implementasi, dan terminasi. Buku yang paling
dikenal sebagai pedoman untuk manajemen proyek diterbitkan oleh PMI yaitu
PMBOK atau Project Management Body of Knowledge

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pembagian siklus proyek


menjadi beberapa tahap pada umumnya didasarkan atas jenis kegiatan utama
(dominan) yang berlangsung· di dalam tahap yang bersangkutan. Kegiatan utama
ini tidak harus berhenti pada tahap yang bersangkutan, tetapi masih berkelanjutan

Kelompok 1 | 8
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

di tahap berikutnya. Jadi, ada jenis kegiatan yang sama dengan tahap terdahulu
tetapi intensitasnya sudah jauh berbeda.

Dari sudut pengelolaan proyek, manfaat yang diperoleh dari adanya


pembagian siklus proyek menjadi tahap-tahap ini adalah memudahkan untuk
mengidentifikasi dan mengikuti perubahan kegiatan, dan selanjutnya menyiapkan
sumber daya dan usaha yang diperlukan untuk menanganinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siklus proyek
terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap yang diklasifikasikan oleh UNIDO sebagai tahap
persiapan, diperinci lebih lanjut oleh PMI menjadi tahap konseptual dan definisi.
Tahap ini sering pula disebut tahap perencanaan dan pengembangan (PP) karena
pada tahap tersebut kegiatan itulah yang dominan. Tahap akhir proyek dikenal
sebagai tahap terminasi. Secara lengkap, penahapan menurut PMI adalah sebagai
berikut:

1. Tahap Konseptual
2. Tahap Perencanaan dan Pengembangan
3. Tahap Implementasi
4. Tahapan Terminasi
1) Tahap Konseptual
Periode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan dan
perumusan gagasan, analisis pendahuluan dan pengkajian kelayakan. Salah satu
kegiatan utama yang bersifat menyeluruh ("comprehensive"), dalam tahap ini
yang mencoba menyoroti segala aspek mengenai layak tidaknya suatu gagasan
untuk direalisasikan, disebut studi kelayakan. Dibandingkan dengan pengkajian
yang dilakukan sebelumnya, studi kelayakan mempunyai lmgkup dan aspek
pengkajian yang lebih luas, mendorong potensi yang positif dan menaruh
perhatian khusus terhadap kendala dan keterbatasannya.
Deliverable akhir tahap konseptual adalah paket atau dokumen hasil studi
kelayakan. Dokumen tersebut umumnya berisi analisis berbagai aspek kelayakan
seperti pemasaran, permintaan, teknik, produksi, manajemen dan organisasi.
Dokumen tersebut juga berisi perkiraan garis besar biaya dan jadwal proyek.

Kelompok 1 | 9
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

2) Tahap PP/Definisi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada masa permulaan siklus proyek,
kegiatan ditujukan untuk mengidentifikasi dan merumuskan gagasan,
mengembangkannya menjadi altematif, lengkap dengan indikasi lingkungan kerja,
jadwal dan biaya. Meskipun demikian, semua itu masih dalam taraf konseptual,
dalam arti pengkajian sudah melebar dan meluas mencakup aspek yang
mempunyai kaitan erat antara gagasan dan peluang yang tersedia, tetapi belum
cukup mendalam untuk dapat dipakai sebagai dasar mengambil keputusan akhir
jadi tidaknya menanam investasi atau melaksanakan proyek. Oleh karena itu,
perlu diadakan pengkajian yang lebih mendalam agar dapat ditarik kesimpulan
yang mantap. Sejalan dengan usaha tersebut, mulailah dirintis rencana kesiapan
perangkat dan pelaksanaan proyek ataupun strategi penyelenggaraan. Dengan
demikian, kegiatan utama dalam tahap PP /Definisi adalah sebagai berikut:
 Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam arti lebih
mendalam dan terinci, sehingga kesimpulannya cukup mantap untuk
dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan perihal kelangsungan
investasi atau proyek.
 Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi teknik,
engineering dan komersial yang selanjutnya dipakai untuk membuat RFP,
dokumen dan kontrak.
 Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis yang berkaitan
dengan garis penyelenggaraan proyek, seperti macam kontrak yang akan
dipakai, bobot sasaran pokok, filosofi desain, komposisi pendanaan.
 Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
Ditinjau dari segi penyelenggaraan proyek secara keseluruhan dengan
empat sasaran utama, yaitu lingkup, jadwal, biaya dan mutu, rangkaian kegiatan
yang dilakukan dalam tahap PP /Definisi ini (dalam hubungannya dengan
persiapan memasuki tahap berikutnya) adalah usaha untuk menetapkan dan
menjelaskan kedudukan keempat sasaran tersebut. Artinya, dalam tahap PP /
Definisi ditetapkan letak batas dan kriterianya. Dengan kata lain, tahap ini
menentukan batasan berbagai parameter yang menyangkut sasaran, strategi untuk

Kelompok 1 | 10
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

mencapainya dan sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, diharapkan


tidak terjadi kekaburan interpretasi sebelum proyek sampai ke tahap implementasi
fisik. Akhir tahap definisi ditandai oleh kegiatan menyiapkan segala kelengkapan
dokumen (kontrak, prosedur) yang berisi penjabaran rencana tindakan (action
plan) yang mengikat organisasi peserta proyek (pemilik, kontraktor, konsultan)
untuk melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam rangka mencapai
sasaran proyek.
Deliverable tahap ini adalah sebagai berikut:
 Dokumen berisi hasil analisis lanjutan kelayakan proyek.
 Dokumen berisi rencana strategis dan operasional proyek.
 Dokumen berisi definisi lingkup, anggaran biaya (ABP), jadwal induk dan
garis besar kriteria mutu proyek.
 RFP atau paket lelang.
 Dokumen hasil evaluasi proposal dari para peserta lelang.
Kegiatan menyiapkan "deliverable" pada penyelenggaraan proyek E-MK
dengan jenis kontrak lump sum dilakukan oleh pihak pemilik proyek. Namun
demikian, kegiatan tersebut sering pula dilakukan dengan menggunakan bantuan
konsultan.
3) Tahap Implementasi
Komponen kegiatan utama pada tahap ini berbeda dari proyek ke proyek.
Tetapi untuk proyek E-MK umumnya terdiri dari kegiatan desain-engineering
terinci fasilitas yang hendak dibangun, desain-engineering produk, pengadaan
material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi dan instalasi atau konstruksi.
Kegiatan desain-engineering terinci merupakan tindak lanjut jenis pekerjaan yang
sama yang telah dirintis di tahap PP /Definisi. Tahap implementasi terdiri dari
kegiatan sebagai berikut:
 Mengkaji lingkup kerja proyek, kemudian membuat program
implementasi dan mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung
jawab proyek.
 Melakukan pekerjaan desain-engineering terinci, pengadaan material dan
peralatan, pabrikasi, instalasi atau konstruksi.

Kelompok 1 | 11
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

 Melakukan perencanaan dan pengendalian aspek biaya, jadwal dan mutu.


Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya ialah memobilisasi tenaga kerja,
melatih dan melakukan supervisi.

Deliverable tahap ini adalah produk atau instalasi proyek yang telah
selesai secara "mekanis". Dari segi "contractual" ini ditandai dengan penyerahan
sertifikat mechanical completion dari pemilik proyek kepada organisasi pelaksana
atau kontraktor.

4) Tahap Terminasi
Kegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:
 Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi, seperti uji coba start-up,
dan performance test.
 Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.
 Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untuk diserahkan kepada pemilik
atau kepada induk perusahaan.
 Melaksanakan demobilisasi dan reassignment personil.

Bila langkah diatas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyek.
Deliverable tahap ini berupa:

 Instalasi a tau produk yang siap pakai atau siap beroperasi. Ini ditandai
dengan diterbitkannya sertifikat " operational acceptance" oleh pemilik
proyek untuk pelaksana atau kontraktor.
 Dokumen pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim dan jaminan
(warranty).
5) Tahap Operasi dan Utilisasi
Tahap operasi atau utilisasi atau aplikasi hasil proyek tidak termasuk
dalam siklus proyek, tetapi sudah merupakan kegiatan operasional. Pencantuman
disini hanya untuk memperjelas batas kegiatan yang bersangkutan, dimana
kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung jawab atas
operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek.

Kelompok 1 | 12
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

2.1.5 Project Life Cycle pada Proyek Konstruksi


Suatu pekerjaan konstruksi tidak selalu dapat dikategorikan sebagai
proyek konstruksi, tetapi harus memiliki kriteria-kriteria tertentu seperti dibawah
ini.

1) Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri dengan
akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan), serta mempunyai jangka waktu
yang umumnya terbatas.
2) Rangkaian kegiatan proyek hanya satu kali sehingga menghasilkan produk
yang bersifat unik. Jad itidak ada dua atau lebih proyek yang identik, yang
ada adalah proyek yang sejenis

Tabel 2. 1 Kegiatan Utama Proyek Konstruksi

Kelompok 1 | 13
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Gambar 2. 3 Siklus proyek engineering-konstruksi dengan berbagai kegiatan


utamanya

Tahapan proyek konstruksi dimulai sejak munculnya prakarsa


pembangunan, vang selanjutnya ditindaklanjuti dengan survei dan seterusnya,
hingga konstruksi benar-benar berdiri dan dapat dioperasikan sesuai dengan
tuiuan fungsionalnya. Untuk itu tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tahap Awal
2) Tahap Menengah
3) Tahap Akhir

Tahap awal (initial phase) dimulai dari pembentukan ide, lingkup pekerjaan, tim
manajemen proyek. Tahap menengah (intermediet phase) terdiri dari kegiatan
perencanaan, acuan dasar, proses kegiatan, dan hasil. Sementara tahap akhir (final
phase) melingkupi persetujuan dan penyerahterimaan proyek sebagai hasil akhir
produk kepada pemilik atau penyandang dana.

Dalam dunia konstruksi, tahapan yang terjadi dalam pembangunan


proyeknya tidak jauh berbeda. Hanya pembagian tahapan yang bisanya disebut
sebagai siklus hidup proyek konstrulsi (construction project life cycle) dibuat
menjadi terperinci walaupun dasar dari tahapan proyek, yaitu tahap awal,
menengah, dan akhir tetap dapat terlihat dalam siklus hidup tersebut.

Secara terperinci tahapan dari proyek konstruksi antara lain:

1) Tahapan Konsepsi
2) Tahapan Perencanaan
3) Tahapan Eksekusi
4) Tahapan Operasi

1) Tahapan Konsepsi
Tahapan konsepsi merupakan tahapan munculnnya ide atau gagasan
tentang proyek yang dimulai dari penemuan masalah. Selanjutnya masalah yang
ditemukan perlu dirumuskan dengan jelas serta tujuan pemecahan masalah
tersebut.
2) Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan meliputi:

Kelompok 1 | 14
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

a) Studi Kelayakan
Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek
perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber
pendanaan), maupun aspek lingkungan. Kegiatan yang dilaksanakan pada
tahap studi kelayakan ini adalah:
 Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya
yang diperlakukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
 Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut
dilaksanakan, baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun
manfaat tidak langsung (fungsi sosial).
 Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis
maupun finansial.
 Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila
proyek tersebut dilaksanakan.
b) Tahap Penjelasan
Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan pemilik proyek
menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan
perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan
membuat taksiran biaya yang diperlukan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada tahan ini, yaitu:
 Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga
ahli.
 Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan
lapangan, merencana rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan
mutu.
 Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya
dan implimekasinya, serta rencana pelaksanaan.
 Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan
denah dan batas-batas proyek.
c) Tahap Desain/Perancangan

Kelompok 1 | 15
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Tahap perancangan meliputi dua tahap, yaitu tahap Pra-Desain


(Premiminary Design) dan tahap Pengembangan Desain (Development
Design) / Detail Desain (Detail Design).

 Tahap Pra-Desain (Premiminary Design)


Tahap ini mencakup kriteria desain, skematik desain, proses
diagram blok plan, rencana tapak, potongan, denah, gambar
situasi/site plan, tata ruang, estimasi biaya.
 Tahap Pengembangan Desain (Development Design)
Merupakan tahap pengembangan dari Pra-Desain yang sudah
dibuat dan perhitungan-perhitungan yang lebih detail. Pada tahap
ini meliputi:
 Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun non
struktural) secara terperinci
 Gambar-gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal,
struktur, mekanikal, dll)
 Outline spesification (garis besar)
 Estimasi biaya untuk konstruksi secara terperinci
d) Desain Akhir dan Penyiapan Dokumen Pelaksanaan
Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk tahap
pelelangan, mencakup:
 Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
 Detail spesifikasi
 Bill Of Quantity (daftar volume)
 Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
 Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen
lelang)
e) Tahap Pengadaan/Lelang
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana
atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang melaksanakan
konstruksi dilapangan.
3) Tahap Eksekusi/Pelaksanaan

Kelompok 1 | 16
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang


dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh Konsultan Perencana
dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang
telah disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua operasional dilapangan.
Perencanaan dan pengendalian proyek secara umum meliputi:
 Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
 Perencanaan dan pengendalian organisasi
 Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
 Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material

Sedangkan koordinasi seluruh operasi dilapangan meliputi:

 Mengkoordinasi seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan


sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas dan
perlengkapan yang terpasang.
 Mengkoordinasi para Sub-Kontraktor.
 Penyediaan umum

Pada pekerjaan konstruksi, ada 4 target yang harus dicapai oleh kontraktor,
diantaranya :

 Selesai dengan mutu/kualitas paling tidak sama dengan yang ditentukan


dalam perencanaan.
 Selesai dengan waktu lebih atau sama dengan waktu perencanaan
 Selesai dengan biaya paling tidak sama dengan biaya yang direncanakan
 Selesai dengan tidak menimbulkan dampak lingkungan (sosial, fisik, dan
administratif).
4) Tahap Operasi
Tahap ini merupakan proses serah terima proyek dari kontraktor kepada
pemilik proyek, dan ini menjadi akhir dari dari proses pelaksanaan. Pemilik
proyek bisa mengoperasikan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat.

Kelompok 1 | 17
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

2.2. Pelelangan dan Kontrak Konstruksi


2.2.1. Pengertian Pelelangan
Pelelangan dapat didefinisikans sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang atau jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat
diantara penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan
metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak
yang terkait secara taat sehingga terpilih menjadi penyedia terbaik.

Macam – Macam pelelangan, proses pengadaan barang atau jasa dalam


proyek konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu pelelangan langsung dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya,
kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal
peserta lelang. Dalam pelelangan umum, semua penyedia jasa yang memenuhi
syarat dapat ikut dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang
diizinkan ikut adalah penyedia barang/jasa yang diundang oleh pengguna jasa.
Pemilihan macam pelelangan pada umumnya tergantung pada besar kecilnya
bangunan, tingkat kompleksitas bangunan. Besar/kecilnya biaya bangunan, jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan.

Proses pengadaan perusahan jasa konstruksi ini diatur oleh keputusan


presiden terutama digunakan dilingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar
pelelangan adalah :

 Efisiensi , berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan


menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam waktu sesingkat – singkatnya dan dapat
dipertanggung jawabkan.
 Efektif, berarti prngadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar –
besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.
 Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka
bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dialakukan
melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang

Kelompok 1 | 18
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan


prosedur yang jelas dan transparan.
 Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan,
tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa,
sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta
bagi masyarakat luas dan umumnya.
 Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama
bagi calon penyedia barang/jasa yang tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepda pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun.
 Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintah
dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Paket lelang jasa konstruksi terdiri dari dokumen lelang dan rancangan
kontrak, yang dirinci sebagai berikut :
 Surat Undangan untuk Mengikuti Lelang disurat ini dijelaskan pula
jadwal kapan jawaban harus diterima, kemungkinan kunjungan ke
lokasi proyek, dan lain – lain.
 Kerangka Acuan Penjelasan perihal latar belakang proyek, tujuan dan
lingkup jasa konstruksi, produk – produk yang harus dihasilkan, dan
jangka waktu penyelenggaraan konsultasi.
 Ringkasan kriteria Seleksi Dalam dokumen lelang diikutsertakan
ringkasan kriteria seleksi agar para peserta memahami aspek yang akan
dianalisis berikut nilai atau bobotnya terhadap butir – butir pokok.
 Format Proposal hal ini adalah serangkaian pertanyaan dan informasi
yang disusun dalam format tertentu. Jawaban dan tanggapan atas
pertanyaan tersebut akan menjadi dasar penilaian proposal yang
diajukan peserta lelang
Rancangan Kontrak Disamping dokumen – dokumen tersebut diatas,
pada dokumen – dokumen lelang dilampirkan pula rancangan kontrak yang
nantinya akan ditandatangani oleh pemenang lelang dan pemakai jasa konsultan.

Kelompok 1 | 19
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Di lampirkan rancangan kontrak dipaket lelang dimaksudkan agar para peserta


berkesempatan mempelajari pasal – pasalnya. Hal ini akan banyak membantu
memberikan masukan dalam rangka menyiapkan proposal.

2.2.2. Pengertian Kontrak kontruksi


Kontrak Konstruksi adalah perjanjian antara dua pihak dalam pelaksanaan
konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Tetapi Undang-undang Nomor 2
Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Pasal 46 menyatakan bahwa pengaturan
hubungan kerja antara pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus dituangkan dalam
Kontrak Kerja Konstruksi. Maka selanjutnya perjanjian semacam itu tidak lagi
disebut sebagai Kontrak Konstruksi melainkan Kontrak Kerja Konstruksi.
Menurut Pasal 1 angka 8, Kontrak Kerja Konstruksi didefinisikan sebagai
keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Di samping itu, istilah kontrak konstruksi merupakan terjemahan dari


construction contract yang merupakan kontrak dalam pelaksanaan konstruksi
bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Dalam
kehidupan sehari-hari, kontrak konstruksi sering juga disebut dengan perjanjian
pemborongan. Dalam KUH Perdata, Perjanjian Pemborongan dijelaskan di Pasal
1601b yang berbunyi: Perjanjian pemborongan kerja ialah suatu persetujuan
bahwa pihak kesatu, yaitu pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan bagi pihak lain, yaitu pemberi tugas, dengan harga yang telah
ditentukan Walau perjanjian pemborongan dan kontrak kerja konstruksi sering
disamakan satu sama lain tetapi perjanjian pemborongan memiliki cakupan yang
lebih luas dari pada kontrak kerja konstruksi.

Dalam perjanjian pemborongan dapat berarti bahwa yang diperjanjikan


untuk dikerjakan bukan hanya konstruksinya saja namun dapat juga termasuk
pengadaan barang/material bangunannya. Jika dihubungkan dengan istilah
hukum, kontrak kerja konstruksi atau perjanjian pemborongan dalam teori dan
praktek hukum keduanya dianggap sama. Terutama jika istilah konstruksi
diartikan sebagai terjemahan dari construction, maka kedua istilah itu

Kelompok 1 | 20
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

mengandung makna adanya konstruksi dan pengadaan barang/material yang


berhubungan dengan pelaksanaan.

Kontrak kerja konstruksi juga merupakan suatu bentuk perjanjian atau


persetujuan seperti yang dinyatakan dalam Pasal 1338 KUH Perdata sebagai
berikut : “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus
dilaksanakan dengan itikad baik”.

Ada tiga sifat yang harus ada dalam perjanjian, termasuk kontrak kerja
konstruksi, yaitu : a). Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya; b). Suatu perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu; dan c). Suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan itidak baik.

Syarat-syarat kontrak kerja konstruksi diatur dalam pasal 47 ayat (1) UU


No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi yang menyatakan bahwa kontrak kerja
konstruksi paling sedikit harus mencakup uraian mengenai :
a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang
lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan
waktu pelaksanaan;
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk
memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi
ketentuan yang diperjanjikan, serta hak Penyedia Jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban
mempekerjakan tenaga kerja konstruksi bersertifikat;

Kelompok 1 | 21
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa


dalam melakukan pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk
di dalamnya jaminan atas pembayaran;
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal
salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang
pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di
luar kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian
bagi salah satu pihak;
k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia
Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka
waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan
sosial;
m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja,
memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang
menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau
kematian;
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan;
o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada
pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari
Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
Sebuah kontrak kerja konstruksi, sebagaimana kontrak pada umumnya
akan menimbulkan hubungan hukum antara para pihak yang membuat perjanjian.

Kelompok 1 | 22
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan yang menimbulkan akibat


hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam bidang konstruksi berupa
timbulnya hak dan kewajiban di antara para pihak. Momentum timbulnya akibat
itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak kerja konstruksi oleh pengguna jasa
dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa unsur-unsur yang
harus ada dalam kontrak kerja konstruksi adalah:

1. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;


2. Adanya objek, yaitu konstruksi yang berhubungan dengan konstruksi
bangunan dan perwujudan fisik lainnya;
3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa, yaitu Kontrak Kerja Konstruksi keseluruhan dokumen
yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia
jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sesuai pasal 47
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017.
Bentuk-bentuk kontrak kerja konstruksi yang dikenal di Indonesia dapat
dipandang dari empat aspek, yaitu:
1. Aspek Perhitungan Biaya
Ada dua jenis kontrak, yaitu:
a) Kontrak Lump Sum (Fixed Lump Sum Price Contract)
Dalam kontrak ini, pengguna jasa dan penyedia jasa sepakat pada
suatu jumlah pasti yang harus dibayar oleh pengguna jasa kepada
penyedia jasa untuk melaksanakan seluruh pekerjaan.
b) Kontrak Harga Satuan (Fixed Unit Price Contract)
Kontrak unit price adalah kontrak yang volume pekerjaannya
dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang
untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar
dilaksanakan (dan nilai kontraknya).
2. Aspek Perhitungan Jasa
Ada tiga macam bentuk kontak, yaitu :
a) Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)
Merupakan suatu bentuk kontrak yang hanya dibayar sebesar biaya
pekerjaan yang dilakukan tanpa mendapatkan imbalan jasa.

Kelompok 1 | 23
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

b) Biaya Ditambah Jasa (Cost Plus Fee)


Dalam bentuk kontrak seperti ini, penyedia jasa dibayar seluruh
biaya untuk melaksanakan pekerjaan, ditambah jasa yang biasanya
dalam bentuk presentasi dari biaya (misalnya 10%).
c) Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost Plus Fixed Fee)
Dalam bentuk kontrak ini, sejak awal imbalan/jasa bagi penyedia
jasa sudah ditetapkan secara pasti dan tetap tidak berubah (fixed
fee) walaupun biaya berubah.
3. Aspek Cara Pembayaran
Dari aspek ini, dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a) Pembayaran bulanan (monthly payment)
Pembayaran dilakukan sehubungan dengan pengukuran hasil
pekerjaan secara berkala yang umumnya dilakukan secara bulanan
pada tiap akhir bulan.
b) Pembayaran atas prestasi (stage paymet)
Pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar
prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai. Kemajuan
pekerjaan yang dijadikan dasar pembayaran ditentukan dalam
kontrak. Jadi tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam satuan
waktu (bulanan).
c) Pembayaran atas seluruh hasil pekerjaan setelah pekerjaan selesai
100 %
Dalam bentuk kontrak dengan sistim/cara pembayaran seperti ini
dimaksudkan bahwa penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh
pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan
diterima baik pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan
pembayaran sekaligus. Dapat saja pada saat itu yang dibayar
pengguna jasa adalah sebesar 95% dari nilai kontrak karena yang
5% ditahan (retention money) selama masa tanggung jawab atas
cacat atau pembayaran penuh 100%, tapi penyedia jasa harus
memberikan jaminan untuk masa tanggung jawab atas cacat, satu
dan lain hal sesuai kontrak.

Kelompok 1 | 24
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

4. Aspek Pembagian Tugas


Kontrak kerja konstruksi dapat dibedakan pula dari aspek atau segi
pembagian tugas para pihak yang berkontrak atau yang dikenal di Indonesia
seperti kontrak biasa/ konvensional.
Pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan suatu
pekerjaan. Pekerjaan tersebut sudah dibuat rencananya oleh hak lain, tinggal
melaksanakan sesuai kontrak. Beberapa bagian pekerjaan dapat diborongkan
kepada sub penyedia jasa. Sebagai pengawas biasanya pengguna jasa
menunjuk apa yang biasa disebut direksi pekerjaan atau pimpinan proyek
(pimpro).
Dikalangan dunia barat disebut architect atau engineer. Dialah yang
mengawasi pekerjaan penyedia jasa. Hubungan kerja antara Penyedia jasa dan
pengguna jasa biasanya melalui direksi/pimpro atau architect /engineer.
Instruksi-instruksi dari pengguna jasa disampaikan oleh direksi/pimpro.
Demikian pula pemeriksaan prestasi pekerjaan, pengesahan sertifikat
pembayaran serah terima pekerjaan, pengesahan sertifikat pekerjaan sampai
pengakhiran perjanjian (pemutusan kontrak) biasanya dilakukan melalui
direksi / pimpro.
2.3. Tahapan dari Pelelangan dan Kontrak Konstruksi pada Sebuah
Proyek Konstruksi
2.3.1. Prosedur Pelelangan dalam Proyek Konstruksi
Dalam suatu proyek konstruksi yang akan dibangun, akan melalui proses
pelelangan yang terdiri dari :
1. Pengambilan Dokumen Lelang
Pengambilan dokumen lelang harus diteliti kebenarannya dan
kelengkapannya dengan memerinci dalam tanda terima dokumen
lelang, ini penting agar dapat dijadikan sebagai dokumen kontrol pada
proses internal perusahaan.
2. Pembentukan Team Pelaksana Lelang (TPL)
Pembentukan Tim Lelang sesuai dengan kebutuhan  SDM yang
memiliki kompetensi sesuai dengan ketrampilan untuk melakukan
kegiatan estimasi biaya sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Kelompok 1 | 25
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

3. Membaca dan Mempelajari Dokumen Lelang


Pada bagian di proses ini merupakan kegiatan penting dalam upaya
memahami dokumen proyek sehingga dapat dibuat catatan-catatan
penting yang perlu dikonfirmasikan pada saat mengikuti penjelasan /
aanwijzing kantor maupu lapangan berkaitan dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
a. Bill of Quantity (BoQ);
b. Technical Specification (Spek Teknis);
c. Drawings (Gambar);
d. Agreement, General & Special Condition  of Contract (Surat
Perjanjian, Spek Umum & Khusus);
e. Attachments (Lampiran);
f. Addendum;
g. Peraturan terkait.
4. Aanwijzing Kantor dan Lapangan
Mengikuti kegiatan aanwijzing merupakan kegiatan penting dalam
rangka mendapatkan kejelasan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Kelengkapan Dokumen yang perlu dipenuhi;
b. Konfirmasi hal-hal yang belum jelas agar persamaan persepsi
sama dengan panitia / owner.;
c. Usulan adanya perubahan terhadap spek, waktu pelaksanaan
pekerjaan dll sehingga proyek ini dapat dilaksankan dengan
baik.
d. Memahami secara akurat kondisi lapangan dimana proyek
tersebut dibangun, berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Kondisi lingkungan proyek (sosial dan budaya, medan
kerja, dll)
 Akses jalan masuk proyek
 Kelayakan Jalan logistik dan upaya untuk memperbaiki
 Keamanan
 Kondisi tanah
5. Pelajari lebih mendalam Dokumen Lelang

Kelompok 1 | 26
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Kegiatan dalam proses ini adalah memahami lebih rinci berkaitan


dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Kesesuaian BQ dengan gambar, spek dan dokumen lainnya
b. Identifikasi lingkup pekerjaan (batasan-batasan dalam paket
proyek). Kegiatan ini dilakukan dengan melalui Work
Breakdown Structur (WBS) sehingga secara akurat dapat
diketahui batasan lingkup pekerjaan yang ada dalam setiap
paket proyek, berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Rincian BQ / WBS (paket pekerjaan)
 Penghitungan Volume Pekerjaan
 Gambar Detail / Sketsa
 Dokumen untuk proses pengadaan Sub Kontraktor &
Supplier.
WBS adalah pedoman pengelompokan dari unsur-unsur proyek
yang mengatur dan menetapkan  lingkup total dari proyek.
Pekerjaan yang diluar WBS adalah diluar lingkup proyek.
Seperti halnya scope statement, WBS seringkali digunakan
untuk mengembangkan atau mengjelaskan pengertian umum
dari lingkup proyek.
6. Survey Lapangan Detail
Kegiatan ini merupakan kegiatan survey ulang secara mendalam
setelah mempelajari secara mendalam dokumen lelang seperli
diuraikan pada point 5. Hasil survey ini akan dijadikan dasar dalam
merumuskan metode pelaksanaan pekerjaan, merencanakan site plan,
mengetahui item-item pekerjaan penunjang yang diperlukan seperti
perlunya jembatan sementara, bangunan bantu lainnya, perbaikan
jalan akses dll.
Pada survei ini juga dapat dipakai untuk mengklarifikasi data-data
teknis seperti penyelidikan tanag, komposisi material di quary,
keberadaan sumber daya lainnya seperti alat, tenaga, bahan material
alam, termasuk biaya untuk mendapatkan sumber daya tersebut (upah
tenaga, harga satuan dll).

Kelompok 1 | 27
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

7. Penghitungan Volume
Kegiatan ini diperlukan untuk melakukan perhitungan dan
pengecekan perhitungan volume pekerjaan terhadap volume scope
yang ada dalam BQ, dan diperlukan perhitungan volume pekerjaan
yang merupakan pekerjaan penunjang seperti jembatan darurat, jalan
kerja dll.
Perhitungan volume ini harus dilakukan secara cermat dan akurat
serta tertelusur sesuai WBS yang direncanakan sehingga tidak terjadi
kesalahan berupa kurang perhitungan atau duplikasi perhitungan.
Apabila ada perubahan gambar / spek maka dengan mudah dapat
ditelusuri perhitungan mana yang diperlukan koreksi / penyesuaian /
perhitungan ulang atas perubahan tersebut. Bila volume pekerjaan ini
dihitung oleh banyak personil harus dapat diidentifikasi siapa
melakukan perhitungan pekerjaan apa, sesuai gambar / spek yang
mana sehingga saat dikonsolidasi dapat dikompilasi dengan akurat.
8. Metode Kerja
Merupakan kegiatan perumusan metode pelaksanaan pekerjaan
dengan urutan penyusunan sebagai berikut :
a. Definisi pekerjaan,
b. Penjelasan tentang pekerjaan
c. Spesifikasi, volume pekerjaan
d. Lokasinya
e. Metode kerja/cara kerja
f. Bagaimana caranya
g. Menggunakan alat apa
h. Urutan pekerjaan  (dimulai setelah / sesudah pekerjaan apa)
i. Kebutuhan sumber daya
j. Waktu yang diperlukan
k. Jadwal pelaksanaan
l. Hal-hal penting yg harus diketahui / diperhatikan
m. Gambar-gambar kerja / gambar pelaksanaan

Kelompok 1 | 28
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Pekerjaan yang dibuat secara detai metode kerjanya adalah


yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Yang mempunyai nilai bobot 80% sesuai dengan
bobot pareto
2) Yang termasuk dalam  lintasan kritis, sesuai dengan
hasil net work planning
9. Sub-Kontraktor
Pemilihan pekerjaan yang disub kontrakkan dilakukan dalam
rangka memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Meningkatkan fokus perusahaan;
b. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia;
c. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering;
d. Membagi resiko;
e. Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan lain;
f. Memungkinkan tersedianya dana kapital;
g. Menciptakan dana segar;
h. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi;
i. Memperoleh sumberdaya yang tidak dimiliki sendiri;
j. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.
Pemilihan Sub Kontraktor / Suplyer dilakukan dengan sangat
selektif agar tujuan tersebut diatas dapat dipenuhi, dan
pengendalian dokumen terhadap pekerjaan yang dikerjakan
oleh pihak ketiga ini merupakan hal yang sangat perlu
diperhatikan, karena kesalahan informasi / dokumen akan
membuat kekeliruhan dalam menentukan asumsi, sumber daya
dan harga pekerjaan. Kegiatan dalam proses procurement pada
proses tender meliputi :
1) Perencanaan pekerjaan yang akan di Sub Kontrakkan /
rencana pembelian Perencanaan  Kontrak &
Pembayaran
2) Pemilihan Vendor yang dinominasikan

Kelompok 1 | 29
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

3) Permintaan Penawaran
4) Evaluasi Penawan termasuk lingkup yang bersesuaian
dengan paket pekerjaan
5) Penentuan Vendor yang dipilih sehingga dokumen dari
vendor yang dipakai untuk penawaran terdokumentasi
dengan baik
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa
aktivitas proyek konstruksi telah ditangani dengan benar  sebagai
bentuk tindakan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
kecelakaan secara ringan  (menyebabkan luka-luka ringan atau parah
yang masih dapat disembuhkan tanpa cacat) maupun yang berat
(menyebabkan cacat tidak dapat bekerja atau meninggal dunia) yang
akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada dengan
demikian proses-proses yang dilakukan berupa :
 Perencanaan K3 (Safety Plan);
 Penanganan K3 dan
 Pelaksanaan Administrasi dan Pelaporan
11. Pembuatan Pra Rencana Mutu Proyek
Yang utama dalam kegiatan ini adalah mlakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Memahami spek setiap pekerjaan dan material yang dipakai
b. Memahami persyaratan mutu yang bersesuaian dengan yang
sudah ditetapkan dalam spek, berkaitan dengan upaya untuk
melakukan pemilihan material / metode yang memenuhi syarat
c. Dokumen atas persyaratan yang dipilih menjadi dokumen
kontrol dan didukung oleh data-data yang dapat dipertanggung
jawabkan.
12. Plafond Hrga Penawaran
Plafon harga yang didasarkan pada Ownwer Estimate merupakan
reverensi tetapi tidak menjadi patokan, melainkan untuk melakukan

Kelompok 1 | 30
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

evaluasi terhadap harga yang dibentuk dari perhitungan RAP dan


Mark Up.
13. Proses Komputer
Merupakan proses perhitungan dengan menggunakan komputer
dan program yang dapat diandalkan ketelusurannya sehingga setiap
ada perubahan formulanya terkait satu sama lain. File perhitungan
dapat menjamin mana data / file yang dipakai dan direvisi sehingga
mudah ditelusuri bila menggunakan alternatif-alternatif RAP / RAB.
14. Jaminan Bank, Referensi Bank dan Syarat-Syarat Administrasi
Hasil dari perhitungan RAP / RAB draft dapat dipakai sebagai
acuan untuk menentukan besarnya jaminan pelaksanaan proyek
sebagai syarat administrasi yang harus dipenuhi dan dilampirkan
dama penawaran / bid.
Pengurusan atas jaminan ini harus memenuhi ketentuan bank dan
persyaratan dalam administrasi lelang, karena dapat menggugurkan
penawaran. Pada saat final penawaran besaran dari jaminan ini dichek
kembali apakah sudah sesuai dengan ketentuan / persyaratan lelang
yang berlaku.
15. Memperhitungkan Kemampuan Lawan
Perhitungan kemampuan lawan dipakai untuk melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan kemenangan tender yang diikuti, dan dapat
dipakai sebagai referensi dalam melakukan keputusan keikut sertaan
tender maupun penetapan harga penawaran yang kompetitif.
16. Perhitungan Mark Up
Perhitungan Mark Up harus didasarkan pada beban-beban
kewajiban yang harus dipenuhi yang menjadi ketentua kantor pusat,
kantor cabang dan proyek termasuk biaya pemasaran, serta
keuntungan bersih yang direncanakan. Murk Up juga sudah
memperhitungkan adanya risiko kenaikan harga, dan risiko lain yang
diperhitungkan dalam merespon risiko.
17. Menyusun, Pengecekan dan Pemasukan Penawaran

Kelompok 1 | 31
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Tahapan yang penting pada saat melakukan penyusunan dokumen


penawaran adalah pemenuhan dokumen serta lampiran yang
diperlukan dalam setiap dokumen harus mengikuti ketentuan yang
berlaku dan menjadi persyaratan kelengkapan administrasi.
Pengendalian atas kesesuaian dokumen perlu dilakukan dengan
adanya bukti pengecekan berupa chek list yang ditandatangani oleh
tim leader sebagai bukti telah dilakukan kontrol baik isi dokumen
maupun kelengkapannya.
18. Laporan hasil Lelang/Tender
Laporan ini dibuat dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil
tender dan alasan-alasan terukur yang menjadi penyebab kegagalan
serta kekuatan yang menjadi unggulan dalam persaingan, hal ini dapat
memberikan pembelajaran untuk kegiatan tender yang akan datang.
19. Data-data Tetap
Merupakan data-data yang menjadi ketentuan saat menetapkan
harga penawaran / tender sehingga menjadi pertanggung jawaban tim
estimating kepada manajemen perusahaan. Dokumen ini diperlakukan
sebagai dokumen control.
2.3.2. Tahapan Penyusunan Kontrak Konstruksi Pada Suatu Proyek
Konstruksi
Pada suatu proyek konstruksi, ada beberapa tahapan yang dilalui dalam
pembentukan dan pengelolaan kontrak konstruksi, sebagai berikut :
I. Perencanaan dan Strategi, mencakup beberapa hal yaitu :
1. Penentuan strategi yang akan dipakai dengan mempertimbangkan
faktor objektif, spesifikasi proyek, dan sesuai dengan tujuan
keseluruhan perusahaan. Strategi ini menentukan sejauh mana
keterlibatan pemilik dalam mengadministrasi, memantau, dan
mengendalikan pelaksanaan proyek.
2. Jenis kontrak dilihat dari pembentukan harga dan prosedur
pembayaran. Ada dua jenis kontrak dasar yaitu kontrak harga tetap
(lump sum) dan kontrak harga tidak tetap (cost plus).

Kelompok 1 | 32
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

3. Kelengkapan paket menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan


definisi lingkup kerja proyek.
4. Kondisi lokal dapat disebabkan oleh beberapa faktor teknis objektif,
maupun oleh adanya peraturan yang berlaku, misal perusahaan harus
memprioritaskan membeli barang dalam negeri.
5. Kepentingan spesifik proyek. Misal, teknologi proses yang harus
relatif baru, sehingga perlu mempertimbangkan keterlibatan pihak
yang berhubungan dengan mereka yang memiliki lisensi teknologi itu.
II. Pembentukan Kontrak, mencakup beberapa hal yaitu :
1. Rancangan kontrak merupakan dokumen yang setelah ditandatangani
sebagai kontrak yang resmi dan mengikat kedua belah pihak.
2. Prakualifikasi.
3. Penyusun RFP (request for proposal) atau disebut juga paket lelang
yang dikirim ke peserta lelang yang telah lolos prakualifikasi. Jika ada
perubahan yang mendasar terhadap rancangan isi atau materi
rancangan kontrak akan ditampung dalam adendum yang akan
menjadi bagian dari kontrak resmi.
4. Pembuatan proposal.
5. Negosiasi.
6. Penandatangan kontrak.
Ada beberapa kelompok komponen rancangan kontrak, yaitu :
 Komponen I; berisi materi pokok rencana persetujuan antara pemilik dan
kontraktor (article of agreement) antara lain memuat : masalah komersial;
pernyataan persetujuan untuk bekerjasama; harga kontrak; tanggal mulai
berlaku; jadwal penyelesaian secara mekanis; jaminan dan tanggungjawab
(kinerja, jadwal mutu); pajak, asuransi, dan royalti; penghentian pekerjaan
(terminasi); pengurangan dan penambahan pekerjaan; keadaan force
majeure; pengaturan hak kepemilikan; persengketaan dan arbitrasi.
 Komponen II; memuat syarat umum (general condition) yang memberi
definisi bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan. Berisi tentang
penjelasan, petunjuk, dan tata cara penyelenggaraan proyek; garis besar
wewenang dan tanggung jawab pihak yang bersangkutan; desain

Kelompok 1 | 33
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

engineering; pengadaan material dan jasa; konstruksi dan sub kontrak;


perencanaan, pengendalian biaya, dan jadwal; pengendalian mutu; laporan
kemajuan proyek; korespondensi dan sistem arsip; prosedur persetujuan,
keuangan, dan pembayaran; penyelesaian dan penutupan proyek.
 Komponen III; syarat khusus (special condition) seperti pengadaan
material dan jasa yang ditanggung oleh pemilik; lingkup kerja khusus
(seperti pelatihan); fasilitas sementara; kondisi-kondisi lain di luar
komponen II yang perlu diketahui kontraktor.
 Komponen IV; memuat uraian rincian lingkup kerja proyek secara
menyeluruh termasuk kriteria dan spesifikasi (menjelaskan hal yang tidak
dapat ditunjukkan dalam bentuk gambar)
III. Pelaksanaan Kontrak menyangkut Aspek Komersil dan Teknis
1. Komersial, berkaitan dengan faktor komersial atau financial
 Prosedur pembayaran;
 Klaim;
 Changer order; dan
 Penutupan kontrak.
2. Teknis, memperhatikan dipatuhinya kriteria performance,
spesifikasi dan mutu dan masalah engineering lain.
 Progran QA/QC
 Inspeksi
 Testing
 Jaminan
 Laporan

Kelompok 1 | 34
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan, adapun kesimpulannya
adalah sebagai berikut.
1. Project Life Cycle atau siklus hidup proyek adalah perkembangan proyek
dari awal ide atau gagasan sampai proyek dinyatakan selesai dimana tiap
tahapan memiliki pola tertentu.
2. Secara umum tahapan dari siklus hidup proyek konstruksi dapat dibagi
menjadi tiga yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap akhir. Namun
tahapan ini dapat dijabarkan lagi secara rinci menjadi empat tahapan yaitu
tahapan konseptual, tahapan perencanaan, tahapan eksekusi, dan tahapan
operasi.
3. Pelelangan dapat didefinisikans sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang atau jasa dengan cara menciptakan persaingan yang
sehat diantara penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi syarat,
berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti
oleh pihak-pihak yang terkait secara taat sehingga terpilih menjadi
penyedia terbaik.
4. Kontrak Konstruksi adalah perjanjian antara dua pihak dalam pelaksanaan
konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Tetapi Undang-undang Nomor
2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Pasal 46 menyatakan bahwa
pengaturan hubungan kerja antara pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus
dituangkan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Maka selanjutnya perjanjian
semacam itu tidak lagi disebut sebagai Kontrak Konstruksi melainkan
Kontrak Kerja Konstruksi. Menurut Pasal 1 angka 8, Kontrak Kerja
Konstruksi didefinisikan sebagai keseluruhan dokumen kontrak yang
mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Kelompok 1 | 35
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

3.2. Saran
Pada proyek konstruksi, seringkali ditemukan beberapa kesalahan yang
sering dilakukan oleh kontraktor proyek konstruksi yang berujung pada kegagalan
proyek berupa keterlambatan, kerugian dan mutu yang jelek. Dimana hampir
semuanya bersifat kronis atau telah lama terjadi secara berulang. Kesalahan
tersebut sepertinya tidak disadari dan belum dapat diatasi oleh kontraktor
sehingga menyebabkan kontraktor tersebut selalu mengalami kesulitan dan
kegagalan dalam melaksanakan proyek. Hal ini bisa diakibatkan karena
manajemen yang kurang baik pada proyek tersebut dan kontraktor menganggap
remeh kontrak konstruksi. Untuk mengatasi hal tersebut manajemen konstruksi
harus dilakukan secara benar dan disiplin agar tidak terjadi masalah seperti yang
tidak diinginkan.

Kelompok 1 | 36
Manajemen Konstruksi
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

DAFTAR PUSTAKA

Mudjisantosa, & Arif Rachman, (2014). Pengantar Pengadaan dan Kontrak


Kerja Konstruksi. Yogyakarta: CV. Primaprint

Soeharto, I. (1999). Manajamen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional).


Jakarta: Erlangga.

Widiasanti, I., & Lenggogeni. (2013). Manajemen Konstruksi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.

Yasin, Ir.H.Nazarkhan. (2006). Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kelompok 1 | 37

Anda mungkin juga menyukai