Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No.

1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

PENGARUH INFRA RED, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA


CONGENITAL MUSCULAR TORTICOLLIS

INFRA RED, MASSAGE AND EXERCISE THERAPY EFFECT IN


CONGENITAL MUSCULAR TORTICOLIS

*Akhmad Alfajri Amin, **Suci Amanati dan ***Neneng Nahdiyah


AKADEMI FISIOTERAPI WIDYA HUSADA SEMARANG
*fajri_physio@akfis-whs.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Data Statistik di Indonesia menunjukkan 1 dari 300 bayi lahir dengan tortikolis
otot bawaan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak pertama. Tortikolis terjadi pada 0,4 %
dari seluruh kelahiran. Sedangkan untuk noncongenital muscular torticollis, rata-rata terjadi
pada usia 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena dengan perbadingan 2 : 1 dibandingkan laki-
laki (Putri, 2010). Penelitian ini dilakukan di RSUD Kajen di Kota Pekalongan pada bulan
November 2017 dengan mengambil sampel sebanyak 8 orang partisipan. Metode penelitian
menggunakan pretest-posttest dengan quasi eksperimen. Tindakan fisioterapi yang diberikan
pada kasus ini adalah dengan infra red, massage dan terapi latihan. Tujuan: Untuk mengetahui
pengaruh fisioterapi dengan modalitas Infra Red, Massage, dan Terapi Latihan pada kasus
Congenital Muscular Torticollis. Hasil: Berdasarkan hasil uji hipotesis untuk panjang otot
sternocleidomastoideus untuk posisi netral didapatkan terjadi perubahan signifikan pada
partisipan antara sebelum terapi dibandingkan setelah terapi ditunjukkan dengan nilai sig (2-
tailed) sebesar 0,005 yang berada pada batas kritis <0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima
dan untuk nilai panjang otot sternocleidomastoideus untuk posisi terulur didapatkan hasil 0,001
yang bermakna <0,05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terjadi perubahan yang
signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian kali
ini menunjukkan bahwa penggunaan Infra red, Massage dan terapi latihan berupa relaxed
passive movement dan stretching mampu meningkatkan panjang dan elastisistas otot
sternocleidomastoideus secara signifikan, dengan peningkatan panjang otot saat netral
menunjukkan spasme pada otot tersebut berkurang.

Kata Kunci: Infra Red, Massage,Terapi Latihan, Congenital Muscular Torticollis.

ABSTRACT

Background: Statistics in Indonesia show that 1 in 300 babies is born with congenital muscle
torticollis. This disorder is more common in the first child. Torticollis occurs in 0.4% of all
births. As for noncongenital muscular torticollis, on average it occurs at the age of 40 years.
Women are more often affected by a comparison of 2: 1 than men (Putri, 2010). This research
was conducted at Kajen Hospital in Pekalongan City in November 2017 by taking a sample of 8
participants. The research method used a pretest-posttest with quasi experiment. The
physiotherapy measures given in this case are infra red, massage and exercise therapy.
Objective: To determine the effect of physiotherapy with Infra Red modality, Massage and

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 26
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

Exercise Therapy in cases of Congenital Muscullar Torticollis. Results: Based on the results of
the hypothesis test for sternocleidomastoid muscle length for neutral positions, there was a
significant change in participants between before therapy compared to after therapy indicated by
the sig (2-tailed) value of 0.005 which was at the critical limit <0.05 which means Ho is rejected
and Ha is accepted and for the value of the sternocleidomastoid muscle length for the
outstretched position the results are 0.001 which means <0.05, which means that Ho is rejected
and Ha is accepted, ie there is a significant change between before and after therapy.
Conclusion: Based on the results of the present study, the use of Infra red, massage and exercise
therapy in the form of relaxed passive movement and stretching was able to significantly
increase the length and elasticity of the sternocleidomastoid muscle, with an increase in muscle
length when neutral indicating that spasm in the muscle was reduced.

Keywords: Infra Red, Massage, Exercise Therapy, Congenital Muscular Torticollis.

PENDAHULUAN Anatomi abnormal pada congenital


muscular torticollis terjadi karena otot
Data Statistik di Indonesia
sternocleidomastoid terletak sangat
menunjukkan 1 dari 300 bayi lahir dengan
superfisial pada samping kiri kanan leher
tortikolis otot bawaan. Kelainan ini lebih
bagian depan. Kedua otot ini akan terlihat
sering terjadi pada anak pertama. Tortikolis
berkontraksi bersamaan pada posisi
terjadi pada 0,4 % dari seluruh kelahiran.
terlentang dengan mengangkat kepala ke
Sedangkan untuk noncongenital muscular
atas. Pemberian tahanan pada saat gerakan
torticollis, rata-rata terjadi pada usia 40
memutar dapat dilakukan untuk mengetahui
tahun. Perempuan lebih sering terkena
gangguan satu sisi. Otot ini berfungsi
dengan perbadingan 2 : 1 dibandingkan laki-
sebagai fleksor kepala bila bekerja serentak,
laki (Putri, 2010).
sebagai lateral fleksor dan rotator bila
Congenital Muscular Torticollis ialah
bekerja pada satu sisi (Angliadi, 2013).
bentuk yang paling umum dari tortikolis
Berdasarkan data yang didapatkan di
kongenital dengan insiden sekitar 4 per 1000
RSUD Kajen Pekalongan, torticollis
kelahiran, dan 1 dari setiap 300 kelahiran
muscular congenital dapat disebabkan
hidup. Pada congenital muscular torticollis
karena adanya tumor jaringan fibrosa (L.
terjadi kontraksi otot-otot leher (75%
Fibromatosis colli) yang terjadi pada
terbanyak pada sisi kanan) yang
sternokleidomastoideus akibat trauma
menyebabkan posisi kepala turn dan tilt ke
selama proses persalinan, atau posisi bayi
satu sisi dan dagu mengarah ke sisi yang
dalam kandungan, problematika fisioterapi
berlawanan (Imelda, 2013).
pada kasus congenital muscular torticollis
Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 27
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

adalah spasme pada otot Pemendekan atau myosis sering dijumpai


sternocleidomastoideus dan otot trapezius sebagai penyebab utama, terutama pada
otot, keterbatasan fungsi yaitu tidak bisa cevico occypital (atas belakang), otot
menoleh ke kanan, merupakan permasalahan scalenus, otot trapezius upper, otot levator
yang dapat dijumpai pada penderita scapulae dan otot stenocleidomastoideus,
Tortikolis akibat pemendekan pada otot stabilisasi aktif yang dilakukan pada posisi
sternocleidomastoideus. Oleh sebab itu yang benar akan mengurangi iritasi pada
fisioterapi dalam hal ini memegang peranan facets dan uncovertebral maupun discus,
untuk mengembalikan dan mengatasi karena kontraksi yang seimbang dan
problematika yang ada pada kasus minimal. Otot cervical spine meliputi:
congenital muscular torticollis. Modalitas (Paulsen,2013)
yang digunakan adalah Infra Red bertujuan Otot sternocleidomastoideus terletak
untuk merileksasikan otot, massage pada caput sternale pada permukaan
bertujuan untuk mengurangi terjadinya anterior manubrium sterni, sedangkan caput
spasme pada otot sternocleidomastoideus, claviculare pada permukaan atas sepertiga
terapi latihan bertujuan untuk meningkatkan clavicula. Insertio otot sternocleido
lingkup gerak sendi. mastoideus terletak pada area posterior
processus mastoideus, tepi lateral linea
METODE PENELITIAN
nuchalis superior os. occipital. saraf yang
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kajen menginervasi dari otot sternocleido
di Kota Pekalongan pada bulan November mastoideus adalah otot Acessorius (N. XI
2017 dengan mengambil sampel sebanyak 8 )(Moor, 2013).
orang partisipan. Metode penelitian Infra red (IR) merupakan radiasi
menggunakan pretest-posttest dengan quasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
eksperimen. Tindakan fisioterapi yang 750-400.000 A terdapat dua jenis generator
diberikan pada kasus ini adalah dengan infra yaitu lominius dan non lominus. Lominius
red, massage dan terapi latihan. gelombang 7.700-150.000 A (Cameron,
Fungsi utama otot leher untuk stabilisasi 2013).
dan menahan kepala, sebagian besar kea rah Massage tubuh dengan cara manual
tipe I atau tonik, sering dijumpai patologi adalah salah satu cara perawatan tubuh
tightness contracted dan tendomyosis. dengan menggunakan kedua tangan pada

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 28
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

bagian telapak tangan maupun jari-jari Tujuan dari friction yaitu menghancurkan
tangan. Massage yang berarti penekanan myogelosis atau timbunan dari sisa-sisa
secara pelan-pelan. Di Indonesia, massage pembakaran yang terdapat pada otot dan
lebih dikenal dengan istilah pijat. Bermula menyebabkan pengerasan serabut otot
dari tujuan awal sebagai terapeutic tubuh, (Wijanarko,dkk, 2010).
kemudian tujuan massage berkembang Terapi latihan merupakan suatu teknik
untuk lebih mencapai kecantikan tubuh yang digunakan fisioterapi untuk
(Alimah, 2011). memulihkan dan meningkatkan gerak dan
Massage terapi yang dilakukan pada fungsi. Pelaksanaan terapi latihan
rehabilitasi cedera sendi leher (vertebrae menggunakan gerak tubuh baik secara aktif
cervicalis) yaitu dengan menggunakan maupun pasif untuk memelihara dan
teknik yang menggabungkan teknik gerusan memperbaiki kekuatan, ketahanan dan
(friction) dengan teknik gosokan (efflurage) kemampuan fungsi gerak, mobiltas dan
dengan ibu jari untuk merileksasikan atau fleksibilitas, rileksasi dan koordinasi,
mengurangi ketegangan otot. Setelah itu keseimbangan dan kemampuan fungsional.
dilakukan penarikan (traksi) dan Tujuan dari terapi latihan adalah
pengembalian (reposisi) sendi-sendi yang meningkatkan aktifitas penderita dan
berada di leher (vertebrae cervicalis) pada meningkatkan kemampuan penderita
tempatnya (Wijanarko,dkk, 2010). sehingga dapat beraktifitas normal (Kisner,
Massage Efflurage (gosokan) adalah 2012).
gerakan mengusap dengan menggunakan Relax Passive movement adalah suatu
telapak tangan atau bantalan jari tangan. gerakan yang dilakukan oleh bantuan luar
Gerakan ini dilakukan sesuai dengan yang dapat berasal dari orang lain (terapis)
peredaran darah menuju jantung maupun tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh
kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat pasien. Biasanya dilakukan pada tahap awal
gerakan ini adalah merelaksasi otot dan latihan dan dapat dikombinasikan dengan
ujung-ujung saraf (Alimah, 2011). latihan penguluran (stretching) (Wahyuni,
Friction (gerusan) adalah gerakan 2014).
menekan dengan menggunakan ibu jari Relax passive movement adalah gerakan
tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan dihasilkan oleh sumber eksternal jika pasien
otot yang mengalami spasme/ ketegangan. tidak mampu atau tidak boleh menggerakkan

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 29
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

segmen tubuh, seperti tidak sadarkan diri, pemendekan menyebabkan pemanjangan


lumpuh, tirah baring total (Kisner, 2012). otot secara maksimal tanpa perlawanan.
Stretching adalah suatu metode Penguluran dilakukan dengan perlahan dan
memperpanjang jaringan ikat yang dapat lembut yang bertujuan menghasilkan
mengatasi masalah perlengketan maupun peregangan dan jaringan penyusun otot
pemendekan pada jaringan ikat. Teknik ini (sarkomer) yang dapat mengembalikan
digunakan untuk meregangkan jaringan otot elastisitas otot terganggu. Elastisitas dan
serta mengaktifkan respon memanjang. fleksibilitas otot yang meningkat maka akan
Terdapat 2 jenis stretching yaitu, mengembalikan kekuatan otot, sehingga
longitudinal stretching dan cross-directinal kemampuan fungsional leher akan
stretching sama, namun pada longitudinal meningkat (Dillah dan Imron, 2013).
stretching dilakukan bersama dengan Streching ditahan selama 5-10 hitungan,
gerakan sendi. Jika terdapat sendi yang diulangi 5 kali per sesi dan dilakukan 3 kali
hipermobilitas maka longitudinal stretching per hari (Sho, 2013).
tidak akan efektif, lebih baik dilakukan Stretching merupakan teknik
cross-directinal stretching karena cross- penguluran secara aktif maupun pasif.
directinal stretching berfokus pada jaringan Tujuan utama dari stretching adalah untuk
itu sendiri dan tidak tergantung pada meningkatkan elatisitas dan fleksibelitas
gerakan sendi. Pemeriksaan gerakan sendi jaringan lunak (Lowe, 2009). Stretching
diketahui untuk mengetahui keterbatasan dilakukan tidak melebih LGS normal, tidak
gerakdan hambatan yang diketahui dari menimbulkan nyeri, jika dapat
palpasi. Jika didapatkan hasil hipermobilitas meningkatkan fleksibelitas, stretching
sendi maka stretching dilakukan mulai dari dilakukan secara gentle dan meningkat
bagian yang terdapat hambatan kemudian setiap saat setiap sesi berlangsung.
diteruskan ke segala arah yang dapat Stretching tidak boleh dilakukan saat
dilakukan, yang disebut dengan fleksibilitas keadaan akut. Jika masih akut, jaringan
(Fritz, 2015). cukup dipanjangkan tidak perlu
Stetching dapat meningkatkan diregangkan. Stretching digunakan saat
fleksibilitas dan penguatan otot antagonis kondisi kronis, dan dilakukan tidak melebihi
karena kontraksi isotonic saat dilakukan LGS normal (Fritz, 2015).
penguluran dari otot yang mengalami

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 30
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

Pengukuran ini dilakukan dengan selisih/perbedaan diantara 2 pengukuran


midline untuk mengetahui ada / tidaknya tersebut (Hadi, 2013)
keterbatasan lingkup gerak sendi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
daerah cervical. Pengukuran LGS cervical
ini dilakukan pada gerak fleksi, ekstensi, side Perubahan pada partisipan dalam
fleksi ke kanan dan kiri, serta rotasi ke kanan penelitian ini dengan melakukan pengukuran
dan kiri. Pada pengukuran lingkup gerak pada perbedaan panjang otot
sendi menggunakan midline mempunyai sternocleidomastoideus saat sebelum terapi
patokan-patokan dalam setiap kali dibandingkan setelah terapi dengan saat
gerakannya (Septivana, 2015). netral dan saat terulur maksimal dengan
Gerakan fleksi dan ekstensi dilakukan hasil yang tampak pada Tabel 1 dan 2.
pengukuran dari titik tengah dagu hingga Berdasarkan data tersebut, dilakukan uji
incisira jugularis. LGS gerak fleksi yaitu normalitas dengan menggunakan saphiro
jarak antara titik tengah dagu ke incisura wilk test dengan hasil yang tampak pada
jugularis dimana dikatakan tidak mengalami Tabel 3 dan Tabel 4.
keterbatasan apabila dagu dapat menyentuh
incisura jugularis. Sedangkan untuk gerak Tabel 1. Panjang otot
sternocleidomastoideus saat netral
ekstensi pengukuran dilakukan pada saat n=partisipan
n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8
posisi awal dan pada saat posisi akhir gerak
Sebelum 6 7 4,5 5 6 5,3 6,2 4,7
ekstensi yang dapat dilakukan oleh pasien. terapi
Setelah 6,2 7 4,6 5 6,2 5,5 6,4 5,0
terapi
Perebedaan atau selisih dari 2 pengukuran
tersebut dapat dikatakan sebagai LGS gerak
ekstensi. Untuk gerakan rotasi pengukuran Tabel 2. Panjang otot
sternocleidomastoideus saat stretch
dilakukan dari titik tengah dagu ke acromion n=partisipan
n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8
dimana juga dilakukan oleh pasien dan Sebelum 6,2 7,3 4,6 5,3 6,2 5,4 6,4 4,9
terapi
selisih/perbedaan jarak tersebut dikatakan Setelah 6,5 7,3 4,8 5,5 6,4 5,6 6,5 5,2
terapi
LGS dari gerak rotasi. Pengukuran gerak
side fleksi dilakukan dari processus Pada Tabel 3 dan Tabel 4 terlihat bahwa
mastoideus ke acromion pada saat posisi hasil uji normalitas nilai signifikansi dengan
awal dan saat akhir gerak side fleksi dimana menggunakan shapiro wilk test berada pada
LGS dari gerak side fleksi merupakan > 0,05, yang berarti Ho diterima dan Ha

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 31
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

ditolak bermakna bahwa data berdistribusi posisi netral didapatkan nilai sig (2-tailed)
normal. Uji hipotesis menggunakan paired sebesar 0,005 yang berada pada batas kritis
sample t test karena data berdistribusi <0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha
normal, hasil uji tersebut terlihat pada Tabel diterima, yaitu terjadi perubahan signifikan
5 dan Tabel 6. pada partisipan antara sebelum terapi
dibandingkan setelah terapi. Sedangkan
Tabel 3. Uji normalitas panjang otot SCM
untuk nilai panjang otot sternocleido
posisi netral
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk mastoideus untuk posisi terulur didapatkan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Otot_netral_sebelum .185 8 .200* .949 8 .700 hasil 0,001 yang bermakna <0,05, yang
*
Otot_netral_sesudah .210 8 .200 .939 8 .600
berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. terjadi perubahan yang signifikan antara
sebelum dengan sesudah terapi. Hal ini
Tabel 4. Uji normalitas panjang otot SCM
posisi stretch menunjukkan bahwa infra red, massage dan
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
terapi latihan berupa relaxed passive
*
Otot_stretch_sebelum .178 8 .200 .956 8 .767 movement dan stretching mampu
Otot_stretch_sesudah .195 8 .200* .951 8 .720
a. Lilliefors Significance Correction meningkatkan panjang dan elastisitas otot
*. This is a lower bound of the true significance.
sternocleidomastoideus pada kasus
congenital muscular torticollis secara
Tabel 5. Uji hipotesis panjang otot SCM signifikan. Peningkatan panjang otot saat
posisi netral
Paired Differences netral dan saat terulur juga menunjukkan
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Mean
Std.
Error
t df
(2-tailed)
bahwa spasme otot berkurang.
Dev Difference
Mean
Lower Upper
Sesudah -
.1500 .1069 .0378 .2394 .0606 3.969 7 .005 KESIMPULAN
sebelum

Berdasarkan hasil penelitian kali ini


Tabel 6. Uji hipotesis panjang otot SCM
posisi stretch menunjukkan bahwa penggunaan Infra red,
Paired Differences
Massage dan terapi latihan berupa relax
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Std. t df
Mean
Dev
Error Difference
(2-tailed) passive movement dan stretching mampu
Mean
Lower Upper
meningkatkan panjang dan elastisistas otot
Sesudah -
.1875 .0991 .0350 .2704 .1046 5.351 7 .001
Sebelum sternocleidomastoideus secara signifikan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis untuk Peningkatan panjang otot saat netral dan saat

panjang otot sternocleidomastoideus untuk

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 32
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN 2548-8716

terulur juga menunjukkan bahwa spasme Putri, Novia eka. (2010). Torticollis.
otot berkurang. Diakses tanggal 27 februari 2013.
Available From: URL :
DAFTAR PUSTAKA
http://www.torticolis/tortikolis.html.
Alimah, Siti. (2012). Massage. Yayasan Septivana, A.P. (2015). Penatalaksanaan
Akademi Fisioterapi YAB. Yogyakarta. Fisioterapi Pada Kasus Cervical Root
Cameron, Michelle .H. (2013). Physical Syndrome Di RS PKU Muhammadiyah
Agents in Rehabilitation From Research Surakarta. KTI. Universitas
To Practice Fourth Edition. Elsevier Muhammadiyah Surakarta.
Saunders. Portland. Sho, J.L.(2013). Tringer Finger Cure;
Fritz, Sandy.(2015). Mosby’s Massage Diakses tanggal 1/11/2016. Available
Therapy Review 4th Edition. Mosby From: URL:www.LasGEORGES
Elsevier. China. Publication.com/
Imelda E, Kawatu. dan Engeline, Angliadi.
(2013). Tortokolis Muscular
Kongenital. Vol 5, No 3 (2013): Jurnal
Biomedik (JBM).
Hadi, Sopian. (2013). Penatalaksanaan
Micro Wave Diathermy dan Terapi
Latihan pada Syndroma Nyeri Servical.
KTI. Politeknik Kesehatan Surakarta.
Kisner, C and Colby, L. (2012).Therapeutic
Exercise Foundation and Technique.
Sixth Edition, F.A. Davis Company.
Philadelphia.
Moore, Keith L. dan Daelly Athur F. (2013).
Anatomi Berorientasi Klinik Edisi 5
Jilid 3. EMS. Jakarta.
Paulsen, F. Wasche, J. (2013).Sobotta Altas
Anatomi Manusia Umum dan Sistem
Muskuloskeletal. EGC. Jakarta.

Pengaruh Infra Red, Massage dan Terapi Latihan pada.... | Akhmad Alfajri Amin dkk, hlm 26-33 33

Anda mungkin juga menyukai