Anda di halaman 1dari 18

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ILLNESS

(PALLIATIVE CARE)
Tugas dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan HIV yang diampu oleh Ibu
Elisa, Skep. Ns. Mkep

Disusun oleh kelompok 4 :


Nur Indah Puspitasari (P1337420617017)
Mega Ayu Lestari (P1337420617029)
Umi Malikah (P1337420617038)
I Made Arya Putra (P1337420617044)
Alifa Nur Fitriyani (P1337420617052)
Erneta Ismilania (P1337420617082)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN SEMARANG
2020/2021
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ILLNESS
(PALLIATIVE CARE)

A. Masalah Keperawatan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal.
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan,
kematian, dan ancaman terhadap integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian
tentang makna kematian dan dengan demikian mereka menjadi sangat rentan terhadap distres
spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang
memampukan mereka untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut.

B. Pengertian
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kondisi
terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu proses
penurunan fisik ,psikososial, dan spiritual bagi individu.
Pasien terminal adalah pasien – pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
Kematian adalah suatu tahap akhir kehidupan, yang bisa datang secara tiba-tiba tanpa
peringatan atau melalui suatu priode penyakit yang panjang.
Jenis-jenis penyakit terminal meliputi diabetes militus, penyakit kanker, congestive renal
failure, stroke, Aids, gagal ginjal kronik, akibat kecelakaan fatal.

C. Gejala dan Tanda ( Data Mayor dan Minor )


1. Ansietas
a. Data Mayor
Dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori :
1) Fisiologis
a) Peningkatan frekuensi jantung
b) Peningkatan tekanan darah
c) Peningkatan frekuensi pernapasan
d) Diaforesis
e) Dilatasi pupil
f) Suara tremor / perubahan nada
g) Gelisah
h) Gemetar, kedutan
i) Berdebar-debar
j) Sering berkemih

k) Diare
l) Kegelisahan
m) Insomnia
n) Keletihan dan kelemahan
o) Pucat dan kemerahan
p) Mulut kering, mual, atau muntah
q) Sakit dan nyeri tubuh (khususnya dada, punggung dan leher)
r) Pusing/ mau pingsan
s) Parestesia
t) Ruam panas atau dingin
u) Anoreksia
2) Emosional
Individu menyatakan bahwa dia :
a) Ketakutan
b) Ketidakberdayaan
c) Gugup
d) Kurang percaya diri
e) Kehilangan kontrol
f) Ketegangan dan merasa dikunci
g) Tidak dapat rileks
h) Antisipasi kegagalan Individu memperlihatkan :
1. Peka rangsang/ tidak sabar
2. Marah berlebihan
3. Menangis
4. Cennderung menyalahkan orang lain
5. Kontak mata buruk
6. Kritisme pada diri sendiri
7. Menarik diri
8. Kurang inisiatif
9. Mencela diri
10. Reaksi kaku
3) Kognitif
a) Tidak dapat berkonsentrai (ketidakmampuan untuk mengingat)
b) Kurang kesadaran tentang sekitar
c) Mudah lupa
d) Rumination
e) Orientasi pada masa lalu dari pada masa kini dan masa depan
f) Blok pikiran (tidak dapat mengingat)
g) Terlalu perhatian
h) Preokupasi
i) Penurunan kemampuan belajar
j) Konfusi
2. Berduka
a. Data Mayor
Individu melaporkan kehilangan aktual atau yang dirasakan (orang, objek, fungsi,
status, hubungan antar manusia).
b. Data Minor
a) Menyangkal

b) Merasa bersalah
c) Kemarahan
d) Keputusasaan
e) Perasaan tidak berharga
f) Pikiran bunuh diri
g) Menangis
h) Perilaku ingin tahu/ menyelidik
i) Delusi
j) Fobia
k) Anergia
l) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
m) Halusinasi lihat, dengar, dan taktil tentang benda atau orang
n) Perasaan merana
3. Perubahan Proses Keluarga
a. Data Mayor
Sistem keluarga tidak dapat atau tidak :
a) Mengadaptasi krisis secara konstruktif
b) Berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
b. Data Minor
Sistem keluarga tidak dapat atau tidak :
a) Memenuhi kebutuhan fisik seluruh anggota keluarga
b) Memenuhi kebutuhan emosi seluruh anggota keluarga
c) Memenuhi kebutuhan spiritual seluruh anggota keluarga
d) Mengekspresikan atau menerima perasaannya dengan terbuka
e) Mencari dan menerima bantuan dengan cepat
4. Distress Spiritual
a. Data Mayor
Mengalami suatu gangguan dalam sistem keyakinan
b. Data Minor
a) Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan penderitaan
b) Mempertanyakan kredibelitas sistem keyakinan
c) Mendemonstrasikan keputusan atau ketidakberanian
d) Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa dilakukan
e) Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan
f) Mengekspresikan bahwa dia tidak mempunyai alasan untuk hidup
g) Merasakan kekosongan spiritual
h) Menunjukkan pelepasan emosi dari diri sendiri dan orang lain
i) Mengekspresikan perhatian-marah, dendam ketakutan- melebihi arti kehidupan,
penderitaan, kematian
j) Meminta bantuan spiritual untuk gangguan dalam sistem keyakinan
D. Pohon Masalah
Penurunan imunitas
Takut perpisahan Kondisi Terminal
tubuh
HIV/AIDS, KANKES, DM
Perubahan proses dll Penyait tidak bisa
keluarga sembuh

Penurunan Konsep DIri


Takut akan kematian

Jauh dari sistem


Menarik diri
pendukung Ansietas

Resiko distres spiritual Takutakan kematian

Berduka

E. Penatalaksanaa Medis

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

a. Konsep Bimbingan dan Konseling

Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya.

Pokok-pokok dalam memberikan bimbingan konseling dalam perawatan pasien terdiri dari :
1) Peningkatan Kenyamanan

Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian


kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan
pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya
untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan
bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan
kenyamanan pada klien.
2) Pemeliharan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif,
pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif
di rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga
danklien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya.
Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan,
membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan
partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi
tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk
membiarkan klien membuat keputusan.
3) Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat


mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi
pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah
kesepian.
4) Peningkatan Ketenangan Spiritual

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar


meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan.
Perawat dan keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan
keyakinannya. Klien terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna
hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta
pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain
kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik
melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga.
Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab
suci, atau mendengarkan musik.
5) Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan


kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang
digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu
jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus
dijelaskan pada keluarga.

b. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal atau


keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar untuk evaluasi
tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada peningkatan
kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan
pada aspek perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.
2. Pelaksanaan Perawatan Lanjutan Di Rumah

a. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah

Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social dan
finansial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit yang
dialami keluarga untuk mengatasi kondisi anggota keluarganya yang terminal. Hal ini
mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan
bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan
dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan bisa dilaksanakan di rumah, dikenal
dengan Perawatan Hospice.
Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga yang
dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan mempertahankan
gaya hidup senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien
dalam program hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini
dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika, dan Canada pada
tahun 1970-an.
Komponen Perawatan Hospice, yaitu :
1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah
administrasi rumah sakit.
2) Control gejala (fisik, fisiologis, sosio-spiritual)
3) Pelayanan yang diarahkan dokter.
4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perwat,

rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.


5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.
6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.
7) Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.
8) Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.
9) Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar.
Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol gejala
ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam perawatan,
perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan
untuk tetap merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi
perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan
sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung keluarga.

b. Sistem Rujukan

Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh penanggung jawab
perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN), mempunyai kewenangan untuk
merujuk pasien ke system pelayanan yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di
rumah, system rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care
dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi tugas-tugas perawatan
yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced)
dari lembaga berwenang. Prinsip delegasiatau rujukan:
1) Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat

klien.
2) Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien, mengevaluasi

asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling pasien terminal.


3) Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah setempat, ada yang
memberi kewenangan untuk melakukan terapi intravena oleh pelaksana perawat,
ada juga yang tidak.
4) Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan izin pada
perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar
asuhan keperawatan.

c. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan fisik berupa


perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi, laithan dan mobilisasi, berpakaian,
kemampuan eliminasi dan lainnya. Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan,
kenyamanan dan lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan
kenyamanan bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan Kesepian dan Isolasi,
peningkatan ketenagan spiritual.

F. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal , menggunakan pendekatan holistick
yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya terhadap penyakit dan
aspek pengobatan saja tetapi juga aspej psikososial lainnya . Salah satu metode untuk
membantu perawat dalam mengkaji psikososial pada klien terminal yaitu dengan metode:
“PERSON “, P ( Personal Strangh ) , yaitu kekuatan seseorang dilanjutkan dengan gaya
hidup, kegiatan atau pekerjaan . E ( Emotional Reaction ) yaitu raksi emosional yang
ditunjukan dengan klien. R ( Respon to Stress ) yaitu respon klien terhadap situasi saat ini
atau di masa lalu. S ( Support Sistem yaitu keluarga atau orang lain yang berarti. O
( Optimum Health Goal ) yaitu alas an untuk menjadi lebih baik , N ( Nexsus ).
Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal menggunakan
pendekatan :

a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis pasien pada penyakit terminal , sistem
pendekatan bagi klien . Ras Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang
dilakukan yaitu :
1. Riwayat psikososial
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3. Kemampuan koping
4. Tingkat perkembangananya reaksi sedih dan kehilangan
b. Faktor sosio kultur
Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan , pola kultur terhadap kesehatan ,

penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal
c. Faktor presipitasi
1. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian
2. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3. Support dari keluarga dan orang terdekat
4. Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik

diri , cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup


d. Faktor perilaku
1. Respon terhadap klien
2. Respon terhadap diagnose
3. Isolasi sosial
e. Mekanisme koping
1. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang

berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap.


a. Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “ saya harus meninggal karena
penyakit ini”
b. Tahap kronik ( Kronik stage )
Pertujuan dengan proses penyakit, terjadi secara mendadak dantimbul secara
bertahap
c. Tahap akhir ( Finansial Stage )
Menerima kehilangan, kedamaian dalam kematian sesuai kepercayaan
2. Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3. Kompensasi
Suara tindakan dimana klien tidak mampun mengatasi keterbatasan karena penyakit
yang dialami
4. Belum menyadari ( closed awereness )
5. Berpura – pura ( mutual prelensa )
6. Menyadari ( open awereness )

G. Diagnosa Keperawatan
1 Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan
kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya
hidupnya.
2 Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

3 Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan


keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat
perawatan)
4 Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ansietas b.d takut Setelah diberikan asuhan a) Berikan teknik a) Meredakan kecemasan
akan kematian keperawatan, klien tidak menunjukan menenangkandiri. pada pasien yang
ansietas atau ketakutan dengan b) Berikan dukungan emosi. mengalami distres akut
kriteria hasil : c) Anjurkan keluargauntuk b) Memberikan penenangan,
1. Mengungkapk an ketakutannya selalu penerimaan, dan bantuan/
yang berhubungan dengan mendampingipasien. dukungan selama masa
gangguan. d) Bantu klien untuk stres
2. Menceritakan tentang efek mengurangi ansietasnya : c) Untuk meningkatkan
gangguan pada fungsi normal, 1. Berikan kepastian dan keamanan dan mengurangi
tanggung jawab, peran dan gaya kenyamanan. rasa takut pada pasien.
hidup 2. Tunjukkan perasaan d) Meningkatkan
tentang pemahman kenyamanan kliien
dan empati, jangan sehingga tidak
menghindari memperburuk kesehatan
pertanyaan. klien
3. Dorong klien untuk e) Memberikan kekuatan
mengungkapkan secara efektif
setiap ketakutan f) Memperbaiki konsep yang
permasalahan yang kurang benar pada
berhubungan dengan keluarga
pengobatannya.
4. Identifikasi dan
dukung mekanisme
koping efektif.
e) Dorong klien untuk
mengungkapkan setiap
ketakutan permasalahan
yang berhubungan
dengan pengobatannya.
f) Identifikasi dan dukung
mekanisme koping
efektif.
2 Berduka b.d penyakit Setelah dilakukan tindakan a) Berikan kesempatan pada a) Membantu klien dan
terminal yang keperawatan diharapkan klien sedikit klien dan keluarga untuk anggota keluarga
dihadapi menunjukkan gejala berduka dengan mengungkapkan erasaan, menerima dan mengatasi
kriteria hasil: ketakutan/kekhawatiran, situasi dan respon mereka
Klien akan didiskusikan kehilangan terhdap situasi.
1. Mengungkapa kan kehilangan secara terbuka, dan gali b) Stategi koping fositif
dan perubahan makna pribadi dari membantu penerimaan dan
2. Mengungkapa kanperasaan yang kehilangan. pemecahan
berkaitan kehilangan dan b) Berikan dorongan c) Meningkatkan penerimaan
perubahan penggunaan strategi diri dan penerimaan
3. Menyatakan kematian akan koping positif yang kematian yang terjadi
terjadi terbukti yang memberikan d) Proses berkabung adaptif
Anggota keluarga akan keberhasilan pada masa tidak dapatdimulai sampai
Mempertahan kan hubungan erat lalu masalah. kematian yang akan
yang efektif, yang dibuktikan c) Berikan dorongan pada terjadi diterima
dengan cara: klien untuk e) Meningkatkan
1. menghabiskan waktu bersama mengekpresikan atribut kenyamanan pasien
klien diri yang positif.
2. Memperhatikan klien dengan d) Bantu klien mengatakan
penuh kasih sayang dan menerima kematian
3. Komunikasi terbuka dnegan yang akan terjadi, jawab
klien semua pertanyaan dengan
4. Berartisipasi dalam perawatan jujur.
e) Tingkatkan harapan
dengan perawatan penuh
perhatian,
3 Perubahan proses Setelah diberikan asuhan a) Luangkan waktu bersama a) Membantu mengurangi
keluarga b.d gg keperawatan, diharapkan klien tidak keluarga atau orang kecemasan dan
kehidupan keluarga menunjukan adanya perubahan pada terdekat klien dan meningkatkan
(takut perpisahan, proses keluarga dengan kriteria hasil: tunjukkan pengertian pembelajaran.
tempat perawatan/ Anggota kelurga atau kerabat yang empati b) Memungkinkan perawat
stress lingkungan) terdekat akan : b) Izinkan keluarga klien untuk mengidentifikas i
1. Mengungkapkan akan atau orang terdekat untuk ketakutan dan
kekhawatiran nya mengenai mengekspresikan kekhawatiran kemudian
prognosis klien. perasaan, ketakutan dan merencanakan intervensi
2. Mengungkapk an kekhawatiran kekawatiran. untuk mengatasinya.
nya mengenai lingkungan tempat c) Jelaskan lingkungan dan c) Membantu mengurangi
perawatan. peralatan ICU ansietas
3. Melaporkan fungsi keluarga yang d) Jelaskan tindakan d) Memberikan informasi
adekuat dan berkelanjutan selama keperawatan dan sesuai fakta
perawatan klien. kemajuan postoperasi e) Kunjungan dan partisipasi
yang dipikirkan dan yang sering dapat
berikan informasi spesifik meningakatkan interaksi
tentang kemajuan klien keluarga berkelanjutan.
e) Anjurkan untuk sering
berkunjung dan
berpartisipasi dalam
tindakan keperawatan
4 Resiko distres Setelah diberikan asuhan a) Gali apakah klien a) Memberikan arti dan
spiritual b.d keperawatan, klien tidak menginginkan untuk tujuan yang dapat menjadi
ketidakmampuan Mengalami risiko stres spiritual melaksanakan praktek sumber kenyamanan dan
menghadapi ancaman dengan kriteria hasil : atau ritual keagamaan kekuatan
kematian 1. Klien akan mempertahankan atau spiritual yang b) Menunjukkan sikap tak
praktik spritualnuya yang akan diinginkan bila ada yang menilai, dapat membantu
mempengaruhi penerimaan memberi kesempatan mengurangi kesulitan klien
terhadap ancaman kematian. pada klien untuk dalam mengekspresika n
melakukannya. keyakinan dan prakteknya.
b) Ekspesikan pengertian c) Privasi dan ketenangan
dan penerimaan serta memberikan lingkungan
tentang pentingnya yang memudahkan refresi
keyakinan dan praktik dan perenungan
religius atau spiritual d) Membantu klien memenuhi
klien kebutuhan spritualnya
c) Berikan privasi bagi klien e) Membantu klien
d) Bila anda menginginkan mempertahankan ikatan
tawarkan untuk berdoa spiritual dan
bersama klien lainnya atau mempraktikkan ritual yang
membaca buku penting
keagamaan
e) Tawarkan untuk
menghubungkan pemuka
agama untuk melakukan
kunjungan
I. Referensi
Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta:

EGC
Potter &Perry.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 .Jakarta: Buku

Kedokteran EGC
Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai