Anda di halaman 1dari 10

TENAGA KERJA DALAM EKONOMI ISLAM

oleh

Nama : Agus Maryatul K (1211021006)


M. Jefri Saputra (1211021077)
Ria Pujianti (1211021097)

P.S : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan


Mata Kuliah : Ekonomi Syariah
Dosen : M.A.Irsan Dalimunthe, S.E.
Asrian Hendy Caya, S.E.

Jurusan Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Bandar Lampung
07 November 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis untuk memenuhi tugas
Ekonomi Syariah.

Makalah ini ditujukan kepada Asrian Hendy Caya, S.E. sebagai Dosen
Mata Kuliah Ekonomi Syariah. Makalah ini membahas tentang Tenaga Kerja
Dalam Ekonomi Islam

Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan


terima kasih kepada Asrian Hendy Caya, S.E. selaku Dosen Mata Kuliah
Ekonomi Koperasi dan pihak lain yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
II. PEMBAHASAN........................................................................................
2.1 Makna dan Arti Pentingnya Tenaga Kerja.........................................
2.2 Kemuliaan Tenaga Kerja Dalam Islam..............................................
2.3 Arti upah yang hal dan haram dalam islam........................................
2.4 ............................................................................................................
2.5 ............................................................................................................
III. PENUTUP...............................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kerja sebagai sumber daya aktif merupakan salah satu faktor bagi
kelancaran suatu proses produksi dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Keberadaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitasnya, seharusnya didukung
oleh sarana dan prasarana serta bentuk manajemen yang baik dan manusiawi, agar
tenaga kerja tersebut dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan harapan
perusahaan tanpa rasa kecewa, ketidakpuasan dan kecemasan.
Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena
semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan
diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung, tetapi
tanpa usaha manusia semua akan tersimpan. Banyak Negara di Asia Timur, Timur
Tengah, Afrika dan Amerika Selatan yang kaya akan sumber alam tapi karena
mereka belum mampu menggalinya maka mereka tetap miskin dan terbelakang,
oleh karena itu disamping adanya sumber alam juga harus ada rakyat yang bekerja
sungguh-sungguh, tekun dan bijaksana agar mampu mengambil sumber alam
untuk kepentingannya.
Al Qur’an telah memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia.
Ini dapat dilihat dari petikan surat An Najm:
َ ‫َوأَن لَّي‬
ِ ‫ْس لِإْل ِ ن َس‬
‫ان إِاَّل َما َس َعى‬
 Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
diusahakannya.”(An Najm: 39)
Siapa yang bekerja keras akan mendapat ganjaranmasing-masing yang
sewajarnya. Prinsip tersebut belaku bagi individu dan juga Negara. Al Qur’an
menunjukkan prinsip asas tersebutdalam surat Al Anfaal:
ٍ ِ ِ‫عل‬
ُ َ‫ي‬ ‫ ُمغَِّيًرا‬ ً‫نِ ْع َمة‬ ‫أَْن َع َم َها‬ ‫ َعلَ ٰى‬ ‫ َق ْوم‬  ٰ ‫ َحىَّت‬ ‫يُغَِّي ُروا‬ ‫ َما‬ ‫بِأَْن ُف ِس ِه ْم‬ ‫َن‬
 ّ‫بِأَ َن‬ َ‫اللَّه‬ ْ‫مَل‬ ‫ك‬ َّ ‫ َوأ‬ َ‫اللَّه‬ ‫يع‬
ٌ ‫يم َسم‬
ٌ َ
ِ
َ ‫ َٰذل‬  
‫ك‬
Artinya: “Demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan terhadap suatu kaum hingga
kaumitu merubah apa yng ada pada mereka sendiri dan sesungguhnyaAllah
Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”. Al Anfaal:53)

َ ِ‫ك لَ ْم هَّللا َ بِأ َ َّن ٰ َذل‬


‫ك‬ ُ َ‫َعلِي ٌم َس ِمي ٌع هَّللا َ َوأَ َّن بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َما يُ َغيِّرُوا^ َحتَّ ٰى قَوْ ٍ^م َعلَ ٰى أَ ْن َع َمهَا نِ ْع َمةً ُم َغيِّرًا ي‬
Artinya: “Demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan terhadap suatu kaum hingga
kaumitu merubah apa yng ada pada mereka sendiri dan sesungguhnyaAllah
Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”. Al Anfaal:53)

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan
di bahas pada bab pembahasan di belakang diantaranya yaitu:
a. Apa makna dan arti pentingnya tenaga kerja sebagai faktor produksi?
b. Apa maksud kemuliaan tenaga kerja dalam islam?
c. Bagaimana arti upah yang halal dan haram dalam islam?
d.
e.
f.

1.3 Tujuan Penulisan


Rumusan masalah diatas memberikan penulis pemikiran bahwa tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui makna dan pentingnya tenaga kerja sebagai faktor
produksi
b. Untuk memahami kemuliaan tenaga kerja dalam islam
c. Untuk mengetahui arti upah yang hal dan haram dalam islam
d.
e.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna dan Arti Pentingnya Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi
Istilah kerja dalam ilmu ekonomi dipakai dalam pengertian yang amat
luas. Setiap pekerjaan, baik manual maupun mental, yang dilakukan karena
pertimbangan uang disebut kerja. Sedangkan, Setiap kerja yang dilakukan untuk
tujuan bersenang – senang dan hiburan semata, tanpa ada pertimbangan untuk
mendapatkan imbalan atau kompensasi disebut bukan sebagai kerja.
Tenaga kerja dalam pengertian ini mencakup professional skill yang amat
tinggi dari jenis apapun juga, hingga tenaga kerja yang tidak memiliki skill. Jadi,
istilah tersebutmencakup tenaga kerja tingkat tinggi seperti para ilmuan, insinyur,
dokter, ahli ekonomi, guru besar, ahli hukum, hakim, akuntan, diplomat,
administrator serta pekerja biasa di pabrik – pabrik (buruh), dan kantor
pemerintah. Sebagaian ahli ekonomi membagi tenaga kerja menjadi dua bagain,
yaitu :
1) Tenaga Kerja Produktif : Apabila tenaga kerja tersebut mampu menambal
nilai material (value added), seperti pekerja di sektor pertanian, dan
manufaktur
2) Tenaga Kerja Tidak Produktif : Apabila tenaga kerja tersebut tidak dapat
memberikan nilai material (value added) terhadap apa yang ia kerjakan
Menurut Adam Smith, pekerja kasar maupun yang terhormat di pasar, sperti
penguasa dengan semuanya bawahannya dalam administrasi sipil, pengadilan dan
militer, mereka itu adalah pekerja tidak produktif. Namun, menurut konsepsi
modern, semua tenaga kerja disebut produktif asal saja pekerjaannya dilakukan
untuk memperoleh pendapatan.
Tenaga kerja merupakan sinonim dari manusia dan merupakan faktor
produksi yang amat penting. Bahkan kekayaan suatu negara tidak akan berguna
jika tidak dimanfaatkan oleh manusianya. Alam memang amat dermawan bagi
suatu negara dalam menyediakan sumber – sumber daya alam yang tak terbatas,
tetapi tanpa usaha manusia, semuanya tetap tidak akan terpakai. Sebagai contoh,
“Negara Pakistan” merupakan negeri yang amat kaya yang dihuni oleh orang –
orang miskin, namun dalam hal memnfaatkan sumber dayanya kurang maksimal
dan efisien. Di pihak lain, “Negara Jepang” adalah negeri yang dianugerahi sedikit
kekayaan alam tetapi memiliki kekuatan ekonomi utama yaitu orang – orangnya
yang sanggup bekerja keras, rajin dan pandai. Jadi, sumber daya manusia yang
komit, kerja keras dan patriotik, baik manual maupun intelektual adalah suatu
keharusan bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
Memandang arti pentingnya dalam penciptaan kekayaan, Islamtelah
menaruh perhatian dalam penciptaan yang besar terhadap tenaga kerja. Al –
Qur’an, kitab suci islam mengajarkan prinsip mendasar mengenai tenaga kerja,
sebgaiman yang diterangkan dalam al – qur’an yang menyatakan :
َ ‫َوأَن لَّي‬
ِ ‫ْس لِإْل ِ ن َس‬
‫ان إِاَّل َما َس َعى‬
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya” (QS. An – Najm : 39)

Maksud dari ayat tersebut adalah, tidak ada jalan yang mudah menuju kesuksesan.
Jalan menuju kesuksesan dan kemajuan di dunia ini adalah memalui perjuangan
dan usaha. Semakin keras orang bekerja, semakin tinggi pula imbalan yang akan
mereka terima. Menurut nabi Muhammad SAW : “Allah mencintai orang yang
bekerja dan berjuang untuk memnuhi nafkahnya” dan “mencari yang halal adalah
kewajiban sesudah kewajiban utama (seperti sahlat, berpuasa, dan iman kepada
Allah SWT)

2.2 Kemuliaan Tenaga Kerja Dalam Islam


Kerja adalah sedemikian mulia dan terhormatnya sehingga para nabi
yang merupakan manusia yang paling mulia pun melibatkan diri dalam kerja dan
kemudian bekerja keras untuk mencari nafkah. Al – Qur’an menyebutkan contoh
Nabi Daud dan Nabi Musa yang masing – masing bekerja sebagai pandai besi dan
penggembala kambing. Nabi Muhammad sendiri menggembalakan kambing.
Beliau tidak memandang rendah maupun mulia pekerjaan apapun juga. Di dalam
Peperangan Ahzab, nabi terlihat bekerja dan mengangkat batu bersama para
sahabat beliau untuk menggali parit guna melindungi Madinah dari musuh.
Berikut beberapa ayat Al – Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW
untuk melihat bagaimana islam menekankan kehormatan kerja
Ayat Al – Qur’an
1. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap pemimpin kaumnya
berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh “Jika kamu
mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu
sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). (QS. Huud : 38)
2. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : “Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya” berkatalah dia (Syu’aib) : “Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku
ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari
kamu. Maka, aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah
akan mendapatimu termasuk orang – orang yang baik.” (QS. Al –
Qashash : 26 – 27)

Hadist Nabi Muhammad SAW


1. Dari Ibnu Umar r.a ketika Nabi ditanya: Usaha apakah yang paling baik?
Nabi menjawab yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan
semua jual beli yang baik
2. Aisyah mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda: “Yang paling baik dari
makananmu adlah yang kau dapatkan dari hasil usahamu sendiri, sedang
anak – anakmu adalah salah satu hasil usahamu” (Tirmidzi, Nasa’i dan
Ibnu Majah)
3. Abu Dzarr melaporkan bahwa Rasulallah SAW bersabda : “Hai Abu
Dzarr, tidak ada kebijaksanaan seperti berusaha, tidak ada kesalahan
seperti menahan diri dan tidak ada kebaikan seperti akhlak yang baik.”
(Bukhari)
4. Rafi’ bin Khudaij melaporkan bahwa Rasulallah SAW ditanya: “Hai
Rasullah SAW, rezeki manakah yang terbaik?” Beliau menjawab: “Setiap
rezeki yang diperoleh orang dari tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang jujur.” (Ahmad)
5. Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa Rasulallah SAW bersabda :
“Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban sesudah kewajiban
utama.”(Baihaqi)
Ayat Al – Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW di atas, menegaskan tanpa
keraguan lagi bahwa kerja itu amat terhormat dan mulia dan pekerja yang mencari
nafkah dengan tangannya sendiri amat dihormati. Di dalam islam tidak ada
pekerjaan yang rendah dan hina. Rendah dan hina adalah orang yang membagi
pekerjaan menjadi tinggi dan rendah.

2.3 Upah yang Halal dan Haram


Upah halal jika pekerjaan yang dikerjakan juga halal. Jika pekerjaannya haram,
maka upahnya pun haram. Misalnya, jika seseorang diupah untuk melakukan
pencurian atau pembunuhan, maka upah yang nanti diterimanya juga haram
karena pekerjaannya haram. Demikian pula, upah menjadi haram jika pekerjaan
yang harus dilakukan adalah kewajiban agama maupun sosial seseorang (fardhu).
Misalnya, upah tidak moleh diterima karena mengerjakan shalat atau
mengunjungi orang sakit. Tetapi upah karena mengobati orang sakit adalah halal.
Pekerjaan yang dilakukan untuk mencari ridha Allah, misalnya membaca atau
mengajarkan Al – Qur’an kepada anak – anak, tidak layak mendapat upah. Namun
seseorang yang berprofesi mengajarkan Al – Qur’an sebagai sumber
penghasilannya dapat dan boleh menetapkan upah dari mengajarkan Al – Qur’an
itu. Menurut pandangan para fukaha, upah boleh dipungut

Anda mungkin juga menyukai