Anda di halaman 1dari 69

BAB XII.

SPESIFIKASI TEKNIS

I. Jenis Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan ini meliputi: mendatangkan, mengolah, mengangkut semua bahan,
mengerahkan tenaga kerja, mengadakan alat-alat bantu dan sebagainya. Tujuan umumnya
langsung atau tidak langsung termasuk dalam usaha menyelesaian pekerjaan dengan baik,
dan sempurna hingga saat serah terima pekerjaan.

II. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan pada bagian ini ditujukan untuk pekerjaan yang tercantum maupun yang
tidak tercantum di dalam daftar kuantitas dan harga serta gambar bestek tetapi masih berada
pada sub bagian pekerjaan yang lain dalam satu kegiatan walaupun harus tetap dilaksanakan
sesuai petunjuk direksi lapangan.

III. Penutup
Spesifikasi teknis pekerjaan yang belum tercantum dalam bagian ini maupun hal-hal lain yang
berhubungan dengan pekerjaan ini serta tidak ada dalam RAB, RKS dan Gambar Kerja akan
dijelaskan oleh Direksi Lapangan.

Cilacap, Maret 2015


Pejabat Pembuat Komitmen
Bidang Sumber Daya Air

ttd

SAEFUL HIDAYAT,S.IP.,ST.,MM.
NIP. 19630412 199803 1 005
BAGIAN – 1

PEKERJAAN TANAH

1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatan
penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain
dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini
untuk pekerjaan galian.
Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan
kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak
ini untuk pekerjaan timbunan.

2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah.
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar.
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk
Bangunan Sederhana.
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan
Benda Uji.
- SNI 13-6425-2000 : Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
- SNI 2835-2008 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

3. ISTILAH DAN DEFINISI


3.1. Galian biasa adalah mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu,
galian bangunan, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal,
dan masih dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor
dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto maksimum sebesar 180 PK (tenaga
kuda).
3.2. Galian biasa sebagai bahan buangan adalah bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai bahan timbunan atau material galian dianggap tidak diperlukan dalam konstruksi
3.3. Galian bangunan adalah galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut
atau ditunjukkan dalam gambar untuk bangunan.
3.4. Galian tanah berbatu adalah galian tanah pada lapisan tanah yang mengandung batu
3.5. Galian tanah biasa adalah galian tanah pada lapisan tanah yang dapat digali dengan
cangkul.
3.6. Galian tanah cadas adalah galian tanah pada lapisan tanah keras yang dapat digali dengan
bantuan alat pemecah.
3.7. Galian tanah keras adalah galian tanah pada lapisan tanah padat tidak mudah pecah yang
dapat dikerjakan dengan bantuan alat pemecah.
3.8. Galian tanah lumpur adalah galian tanah pada lapisan tanah lunak dan berair.
3.9. Kupasan (striping) adalah pengupasan lapisan tanah bagian atas.

1|Bagian-1
3.10.Lump Sum (LS) adalah biaya yang dibayarkan langsung tanpa membutuhkan rincianberbagai
jenis pekerjaan atau komponennya.
3.11. Tebas tebang adalah memotong dan membersihkan segala macam tumbuh-tumbuhanbesar
dan kecil.
3.12. Nilai aktif adalah perbandingan antara indexs plastisitas dengan prosentase kadarlempung
3.13. Timbunan tanah adalah proses penimbunan tanah baik secara manual atau secaramekanis
3.14. Timbunan biasa adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau bahan galian batuyang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan sebagai bahan yangmemenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen
3.15. Timbunan pilihan adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau tanah berbatuyang
memenuhi semua ketentuan timbunan biasa dan sebagai tambahan harusmemiliki sifat-sifat
tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


4.1. Umum
Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai
berikut:
• Pembersihan
• Galian termasuk pembentukan dan saluran
• Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan
• Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galian
• Penimbunan
• Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan paling tidak tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia Jasa akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat dan
akan membuang material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar atau seperti
yang diarahkan oleh Direksi.
4.2. Ketelitian dalam pekerjaan tanah
Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah ini,
apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera
pada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
• Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal
• Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal
• Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
• Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal
Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh
dipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.
Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi dan halus.
4.3. Pekerjaan Galian
Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran ketinggian
yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, yang mungkin
akan diperintahkan oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan
ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum
memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang dimaksud dengan “ketinggian tanah”
dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan tanah” sesudah pembersihan lapangan dan
sebelum pekerjaan tanah dimulai. Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas
hanyalah material yang akan digali yang berimplikasi terhadap jenis peralatan dan
produktifitas hasil galian. Pekerjaan galian dibedakan atas 4 (empat) kelompok pembayaran
sebagai berikut :
4.3.1 Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupa tanah
pada umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator. Seluruh
galian dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan
yang diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi. Galian tanah biasa dimaksudkan untuk
daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir dan kerikil. Bila ada galian
yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk ditinjau. Tidak
ada galian yang langsung / ditutupi dengan tanah / beton tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa.

2|Bagian-1
Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki
oleh dan atas biaya Penyedia Jasa. Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat
batu-batu besar dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat
disingkirkan dengan alat Excavator, maka pembayaran volume ini akan termasuk
kedalam pembayaran item Galian Batu atas sepengetahuan Direksi pekerjaan.
Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meter
kubik dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai yang sesuai ditunjukan
dalam garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaran untuk galian tanah
biasa dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BoQ. Selama proses penggalian
tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui
Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak
layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan
timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang
keluar daerah irigasi atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal
pertanian dan fungsi jaringan. Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga
penumpukan material yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi
yang sedekatdekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung
ditebar pada bagian yang akan ditimbun. Harga satuan termasuk upah buruh, bahan
dan peralatan yang diperlukan untuk penggalian, perapihan dan kemiringan talud
temasuk usaha pencegahan bahaya longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu
galian dan timbunan kecil apabila dianggap perlu oleh Direksi. Peralatan
pengangkutan diperhitungkan terhadap pemindahan material hasil galian ke suatu
tempat penimbunan sementara yang disetujui Direksi sejauh ± 1 km.
Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerah
persawahan, agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian atau alternatif
lain berupa galian secara manual.
4.3.2 Galian Deposit Sungai
Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai
yang terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan
excavator tetapi dengan tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
galian tanah biasa, karena kondisi lapisan endapan relatif lebih padat. Yang dimaksud
dengan galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian pada badan sungai
atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan endapan sungai yang terdiri
tanah berbatu kerikil dan kerakal yang padat, sehingga alat excavator tidak dapat
bekerja secara maksimal. Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan ini
termasuk tenaga kerja dan alat/excavator, sedangkan untuk keperluan pengangkutan
dan pembuangan ke lokasi diluar daerah kerja yang disetujui oleh direksi sejauh ± 1
km. Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh maka akan diperhitungkan dalam
pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material bahan galian yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka
pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.
4.3.3 Galian Batu Lapuk
Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian berupa batu yang
sudah lapuk. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan dengan kombinasi alat excavator dan
pick hammer.
4.3.4 Galian Batu.
Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak dapat
disingkirkan dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator biasa
maupun Pick Hammer, kecuali dengan Excavator yang diperlengkapi dengan Breaker
atau dengan Peledakan. Apabila menggunakan peledakan, maka Penyedia Jasa harus
sudah memperhitungkan segala peralatan dan material yang diperlukan berikut
perizinan dan penanganan peledakannya.
4.3.5 Galian untuk pekerjaan pasangan beton.
Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi di atas atau terhadap dimana beton
akan ditempatkan akan digali sesuai yang diperlukan seperti ketinggian, garis dan
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Tidak
ada material akan diijinkan untuk ditambahkan dalam garis baku dari struktur beton.
Jika di beberapa titik dalam galian, material galian berdasarkan permintaan tertulis
dari Direksi diantara batas yang diperlukan untuk menerima struktur penambahan

3|Bagian-1
galian akan segera diisi penuh dengan beton tipe K-100 atau diisi dengan tanah yang
sesuai dan dipadatkan atas biaya Penyedia Jasa.

4.4. Pekerjaan Galian Tanah Yang Tidak Akan Ditimbun Kembali


Semua pekerjaan galian tanah yang tidak akan ditimbun kembali akan dilaksanakan sesuai
pasal ini, harus dilaksanakan hingga mencapai elevasi dengan tingkatan dan dimensi yang
ditunjukan dalam gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi. Selama dalam pekerjaan ini
mungkin akan dijumpai dan diperlukan untuk merubah kemiringan (slope) atau dimensi
dari penggalian dari yang ditentukan. Setiap penambahan atau pengurangan dari volume
pekerjaan galian tanah sebagai akibat dari perubahanperubahan tersebut akan
diperhitungkan sesuai petunjuk dan persetujuan Direksi.
Semua tindakan pencegahan yang perlu dilakukan guna melindungi material yang ada
dibawah galian dalam keadaan yang memungkinkan, kerusakan pada pekerjaan yang
disebabkan oleh Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk hancurnya
material dibawah batas penggalian yang diperlukan, harus diperbaiki atas biaya Penyedia
Jasa.
Galian yang melebihi dari ketentuan baik yang dilakukan sengaja maupun akibat kelalaian
Penyedia Jasa tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran. Penyedia Jasa harus mengisi
kembali dengan material yang sesuai dan dilaksanakan atas biaya Penyedia Jasa.
4.5. Luasnya Penggalian
Luasnya penggalian harus sekecil mungkin menurut Direksi. Penggalian dimulai dari muka
tanah dengan harus mengambil lebar yang cukup sesuai gambar atau ditentukan lain oleh
Direksi. Tidak ada galian yang langsung/ditutupi dengan tanah/ beton tanpa diperiksa
terlebih dahulu oleh Direksi. Seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia
Jasa. Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki
oleh dan atas biaya Penyedia Jasa. Selama proses penggalian tanah agar secara langsung
dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa
dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak. Material yang layak selanjutnya
akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan kembali, sedangkan material yang
tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar atau kesuatu tempat yang tidak akan
mengganggu areal pekerjaan dan dirapihkan.
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa
dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan lokasi yang
memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun. Semua
galian untuk pondasi bangunan / struktur akan dilaksanakan dalam kondisi kering (dimana
dalam kondisi kering akan dibangun seperti dalam Sub-bag 1.6.1 Pekerjaan Pengeringan).
Tidak ada tambahan biaya terhadap harga satuan tender dalam BoQ untuk galian yang
disebabkan material menjadi basah. Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran
yang diperlukan dan akan diselesaikan terhadap garis dan ketinggian yang ditentukan
kecuali terdapat batu menonjol sendiri akan diijinkan untuk melebar dalam garis yang telah
ditentukan tidak lebih dari 20 (dua puluh) sentimeter dimana permukaan tidak dilindungi
dengan beton.Jika permukaan dilindu ngi dengan beton secara umum harus rata seperti
ditentukan oleh Direksi. Kecuali seperti secara rinci ditunjukkan dalam gambar atau
sebaliknya yang diarahkan oleh Direksi, keperluan pengukuran untuk pembayaran galian
terbuka terhadap kemiringan seperti disebutkan dibawah ini:

MATERIAL KEMIRINGAN (V : H) DISKRIPSI


Batu 1 : 0.5 Untuk kemiringan permanen
Batu Lapuk 1 : 0.8 Untuk kemiringan permanen
Tanah 1 : 1.0 Untuk kemiringan permanen
Galian Deposit Sungai 1 : 1.0 Untuk kemiringan permanen

Dimana diperlukan dan diinstruksikan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan menggali saluran
terbuka / parit untuk mengalihkan air mengalir keluar dari galian terbuka. Biaya
keseluruhan dari pekerjaan ini akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali dimana saluran
tersebut adalah merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang mana pembayaran untuk
galian akan dihitung dari harga satuan tender dalam BoQ. Penggalian tanah untuk
bangunan termasuk pekerjaan galian dari semua tanah, kerikil, dan batuan kasar.
Penggalian untuk bangunan harus dilaksanakan dengan cara yang paling aman hingga
mencapai elevasi yang disetujui Direksi. Kecuali ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau

4|Bagian-1
telah ditetapkan oleh Direksi. Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi
yang mengganggu selama pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan
ditempat atau disingkirkan atau diganti dengan tanah timbunan yang sesuai atau beton
K100 atas biaya Penyedia Jasa. Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai
dasar pembayaran hingga mencapai elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau bila
tidak diperlihatkan dalam gambar sampai mencapai garis elevasi sesuai dengan syaratsyarat
yang ditentukan.
4.6. Pekerjaan Timbunan
Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material timbunan dan
penutupankembali di lokasi yang ditunjukkan oleh gambar atau ditempat lain seperti
arahan Direksi. Kualitas dari material harus mendapatkan ijin dari Direksi dan tidak
termasuk bahan organik atau bahan lain yang tidak diijinkan. Penyedia Jasa harus
semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian sebagaibahan untuk timbunan
sejauh secara kualitas memenuhi syarat. Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput atau
material tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai bahan timbunan. Kelayakan
dari setiap bagian pondasi untuk penempatan material timbunan dan semua material yang
digunakan dalam konstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik. Penyedia Jasa
harus melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untuk menentukan efektifitas dari
beberapa metode pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan timbunan.
Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari metode
pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari alat pemadat, jumlah lintasan
untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek getaran terhadap kadar air dan aspek lain
dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk penempatan/penghamparan dari material dari
borrow area, galian dan stockpile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah
untuk pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan
yang berbeda. Hasil percobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal
kewajibannya untuk mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam kontrak
Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan dikemudian hari,
maka percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila hasil
percobaan pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan yang permanen,
percobaan tersebut akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan tersebut gagal dan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditentukan Direksi, maka Penyedia Jasa harus membongkar kembali
pekerjaan permanen yang didasarkan pada percobaan yang gagal tersebut atas biaya
Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah atas percobaan tanah yang dilaksanakan di
tempat lain. Penyedia Jasa akan memberikan informasi kepada Direksi paling tidak 30
(tigapuluh) hari sebelum pelaksanaan test uji timbunan (trial embankment).
Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment) adalah sebagai
berikut :
• Kepadatan Lapangan (field density)
• Permeability lapangan (field permeability)
• Berat Jenis (specific gravity)
• Kadar Air (water content)
• Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
• Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
• Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan (trial
embankment). Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji
pemadatan, penghamparan, dan berikut pembongkaran material serta berkaitan dengan
pengujian, pengambilan contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalam harga satuan
yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BoQ.

4.7. Jenis Pekerjaan Timbunan


Sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi di lapangan maka kegiatan timbunan tanah yang
akan diberlakukan dalam pekerjaan ini terdiri dari :
• Timbunan tanah kembali dari galian
• Timbunan tanah dengan material dari borrow area
• Timbunan lolos air.
1) Timbunan tanah kembali dari hasil galian.

5|Bagian-1
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah kembali dari hasil galian adalah
kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan
dengan mempergunakan bahan timbunan dari hasil galian yang secara spesifikasi
teknis bahan tersebut dapat dipertangung jawabkan. Penimbunan dan pemadatan
tanah isian di bangunan boleh dilakukan setelah umur bangunan sudah dinilai cukup
oleh Direksi. Pelaksanaan harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat
yang diijinkan oleh Direksi. Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis dengan
ketebalan hamper sesuai dengan spesifikasi alat yang digunakan. Bila tidak ada
instruksi lain dari Direksi maka Penyedia Jasa wajib menggunakan tanah hasil galian
untuk penimbunan tanah isian. Bila material tanah hasil galian bangunan tidak cukup
maka Kotraktor dibolehkan menggunakan material timbunan dari luar (borrow area)
atas ijin Direksi.
2) Timbunan tanah dengan material dari borrow area
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow area
adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan
dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow
dengan jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan Penyedia Jasa mengeluarkan biaya
untuk pengadaan material tanah timbunan tersebut. Sumber dari material borrow
untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area yang telah disetujui oleh
Direksi. Semua bagian dari timbunan akan dihitung dan dibayar terhadap material
terpasang dalam lokasi timbunan dengan dasar setelah pekerjaan pemadatan.
3) Timbunan Lolos Air
Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan berdasarkan garis, ketinggian dan
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi. Material harus
ditangani dan diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari segregasi. Metode dari
pelaksanaan timbunan kembali lolos air harus diusulkan dan mendapat persetujuan
dari Direksi. Timbunan kembali lolos air harus ditimbun secara lapis horisontal dengan
ketebalan tidak lebih dari 50 (lima puluh) cm sentimeter sebelum dipadatkan dan
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat kapasitas 10 ton (vibratory
roller) atau berdasarkan kepadatan dari uji timbunan yang telah mendapatkan
persetujuan dari Direksi. Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian
pondasi bendung/bangunan air atau lokasi yang telah disetujui Direksi. Material filter
harus terdiri dari material yang layak, awet, pasir dan kerikil bergradasi baik dengan
ukuran partikel kurang dari 8 (delapan) sentimeter. Juga material tidak boleh
mengandung fraksi lolos saringan no.4 dalam jumlah lebih dari 50% (limapuluh
persen) begitu juga lolos saringan no. 200 tidak lebih atau kurang dari 10 % (sepuluh
persen).

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi
teknis pekerjaan tanah harus memuat :
5.1. Pekerjaaan Persiapan
Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat diketahui volume dan lokasi
galian, serta volume dan lokasi timbunan.
a. Penetapan Disposal area :
a) Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah tempat pembuangan hasil
galian yang tidak dapat dipakai sebagai material timbunan
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah-daerah
pembuangan yang menguntungkan ditinjau dari segi biaya dan waktu. Dalam
banyak hal daerah yang terdekat biasanya menjadi pilihan yang baik. c) Ukur
jarak tempat pembuangan (Disposal Area) dari tempat galian. Untuk dapat
menghitung jumlah dump truck yang diperlukan (ingat cara menghitung
kebutuhan Dump Truck didasarkan atas volume lepas) dan menghitung biaya
angkutan.
b. Penetapan Quarry Tanah Timbunan
a) Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal untuk mencari
daerahdaerah yang tanahnya dapat diambil dan memenuhi syarat untuk
material timbunan.
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah yang
menguntungkan dengan pertimbangan biaya, waktu dan mutu tanahnya.

6|Bagian-1
Usahakan letaknya searah dengan disposal area (atau sebaliknya) sehingga
dump truck yang balik dalam keadaan kosong dapat dimanfaatkan
c) Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat volume kering
maksimumnya di laboratorium, untuk dipergunakan sebagai standar
pengukuran kepadatan dalam pelaksanaan. Karena standar hanya berlaku untuk
jenis tanah yang sama, maka harus diberi tanda supaya tidak tertukar dengan
yang lain.
d) Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif, maka jalan kerja jalan
kerja menuju quarry dan disposal area, perlu dapat perhatian yang serius serta
dilengkapi dengan drainase lingkungan.
c. Penetapan Base Camp
Tetapkan letak base camp, sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. Hendaknya
diperhatikan juga lingkungan sosial yang ada.
d. Dokumentasi
Perlu dibuat dokumentasi untuk daerah quarry, disposal area, jalan kerja dan kondisi
sepanjang saluran
5.2. Pembersihan Medan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua
tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan pembabatan
rumput liar yang tumbuh sepanjang dasar saluran, talud luar dan dalam, serta di atas
tanggul saluran, sehingga profil saluran terlihat rapih kembali seperti sebelumnya. Sampah
yang berasal dari pembersihan harus diatur dan disebar disekitar lokasi yang dijamin tidak
akan mengganggu kegiatan pertanian. Pengaturan dari semua sampah tersebut harus sesuai
petunjuk Direksi. Kemudian Penyedia Jasa harus membongkar akar-akar, mengisi lubang-
lubangnya dengan tanah dan dipadatkan kemudian membuang dari tempat pekerjaan
semula bahan-bahan hasil pembersihan lapangan. Untuk semua pohon dan semak-semak
yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka
Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan. Semua bahan yang akan dibakar harus
ditumpuk dengan rapi dan apabila keadaan mengijinkan harus dibakar sampai habis.
Penumpukan untuk pembakaran harus dikerjakan dengan cara dan pada tempat-tempat
tertentu agar tidak menimbulkan resiko terhadap bahaya kebakaran. Semua pembakaran
harus sesempurna mungkin sehingga bahan yang dibakar akan menjadi abu. Penyedia Jasa
setiap saat harus mengambil langkah-langkah pencegahan secara khusus untuk mencegah
penyebaran api dan harus mempunyai peralatan sesuai untuk digunakan dalam pencegahan
dan pemadaman. Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan semak
belukar, dimana lokasi tersebut akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen, jalan
masuk, tanggul-tanggul dan saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan untuk
menunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Luas areal yang akan
dibayar untuk pekerjaan ini adalah dihitung berdasarkan luasan seperti dalam tabel berikut :

Diameter Batang Luas Area (konversi)


No
(cm) m2
1. 10 – 15 4
2. 15 – 20 9
3. 20 – 25 16
4. > 25 25

5.3. Kupasan / Stripping


1) Kupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput, yang akan
dilakukan pada semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yang dipakai kembali
sebagai bahan timbunan, pada semua dasar jalan, pada lokasi borrow area yang
disetujui, semua lokasi yang tercantum pada Gambar dan seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan.
2) Pelaksanaan kupasan harus dilakukan dengan cara mengupas semua material yang
tidak cocok untuk timbunan atau untuk pondasi dan semua bahan organik seperti
rumput, tanah lapis atas dan sisa akar, yang tidak termasuk didalam pembersihan
medan. Kedalaman minimum pekerjaan kupasan adalah 0,20 meter.

7|Bagian-1
3) Bahan hasil kupasan harus ditumpuk. Tumpukan semua material/sampah hasil
kupasan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
5.4. Penggalian Pada Bangunan
Penggalian harus dilaksanakan sedemikian hingga memungkinkan dikerjakan dengan baik,
dapat membuat penyokong bagi tebing galian, dan masih cukup ruangan untuk pembuatan
acuan, pengecoran beton, memasang pasangan batu dan melaksanakan timbunan, termasuk
pemadatan dan kegiatan pekerjaan lainnya.
5.4.1 Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan
(dewatering) dengan alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja
lengkap yang memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan waktu
pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat 15 hari sebelum
pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar galian bebas dari air
selama masa pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang cukup dan
siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna menghindari terputusnya kontinuitas
pengeringan air. Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air
harus dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi. Penyedia Jasa harus
menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup dilapangan guna
menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
5.4.2 Cara Penggalian
Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian, termasuk
detail dari konstruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna mendapat persetujuan
Direksi secara tertulis sekurang-kurangnya 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan,
sehingga keamanan penggaliannya terjamin.
5.4.3 Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak
diperintahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia Jasa dengan tanah yang
dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki Direksi, tanpa menuntut suatu tambahan
pekerjaan.
5.4.4 Perapihan Permukaan Galian
Setiap permukaan galian harus dirapihkan dengan cara manual atau alat lain yang
disetujui oleh Direksi, sehingga bidang pondasi atau bagian lain dari bangunan atau
timbunan ang berhubungan lansung dengan tanah asli bisa berhubungan baik. Apabila
tanah dasar pondasi atau bagian lain yang dianggap peka oleh Direksi rusak akibat
berlangsungnya pekerjaan maka Penyedia Jasa wajib memperbaikinya sesuai dengan
petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa. Dasar galian yang akan menerima beton,
pasangan batu atau isian dipadatkan, 0,15 m yang terakhir dari galian harus dirapikan
dengan tangan, atau dengan cara yang mungkin dibenarkan atau diperintahkan oleh
Direksi. Hal ini dilakukan setelah pembersihan semua lumpur pada waktu akan
menempatkan konstruksi diatasnya.
5.5. Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat
5.5.1 Di Lokasi Saluran
a. Untuk menetapkan letak batas-batas galian, dapat dipasang patok-patok
pembantu dan atau tali rafia yang menghubungkan dua profil yang berdekatan.
b. Berpedoman pada tali batas galian, maka galian kasar dapat dilaksanakan
dengan Excavator. Jumlah Excavator yang diperlukan dihitung berdasarkan
kapasitas alat dan waktu yang tersedia .
c. Galian dari Excavator langsung dimuat ke Dump Truck yang telah disiapkan
(jumlah kebutuhan Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas Excavator),
dan kemudian diangkut ke tempat yang ditentukan. Usahakan posisi Dump
Truck sedemikian rupa sehingga swing dari Excavator bersudut kecil.
d. Bila karena suatu hal profil rusak atau berubah posisi, maka sebelum galian
finishing dilakukan, profil tersebut diperbaiki dengan pedoman patok-patok
bantuan yang selalu terjaga.
e. Galian finishing dilakukan oleh tenaga orang dengan cangkul. Sebenarnya
dengan kerjasama yang baik antara pelaksana dan operator excavator yang
mahir, dapat langsung dilakukan penggalian sampai garis/bidang finishing.
f. Dalam hal desain saluran terdapat saluran gendong, seperti sket di bawah,
sebaiknya pembuatan saluran tersebut didahulukan, karena dapat berfungsi
sebagai saluran drainase.

8|Bagian-1
5.5.2 Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan di stock
dengan Bulldozer .
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan Wheel
Loader untuk diangkut ke tempat pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan loader
dan Excavator
5.6. Pembuangan Sisa Galian Yang Tidak Terpakai
Material sisa galian yang tidak bisa dipergunakan untuk timbunan akan dibuang disuatu
tempat didalam dan/atau diluar daerah irigasi yang disetujui oleh pemilik sesuai yang
ditunjukan dalam gambar atau Direksi. Penyedia Jasa harus merapihkan dan mengatur
ketinggian serta meratakannya dengan rapi dan tinggi maksimum 3.00 m. Penyedia Jasa
harus memelihara tanpa mengganggu aliran air disaluran dan jalan masuk serta yang
berhubungan dengan hal tersebut. Sisa galian dari pekerjaan galian di bendung, mata air dan
pompa akan dibuang pada lokasi sekitar lokasi pekerjaan tersebut diratakan dan dirapihkan
dengan tingginya penimbunan sesuai dengan persetujuan Direksi. Sedangkan sisa galian dari
pekerjaan jaringan irigasi bisa dibuang disekitar lokasi asalkan tidak mengganggu fungsi
jaringan dan stabilitas tanggul/lereng dan material tersebut tidak akan masuk/turun kembali
kesaluran yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran. Kalau lokasi
setempat tidak memungkinkan maka material sisa tersebut harus dibuang kesuatu tempat
diluar Daerah irigasi, diratakan dan dirapihkan. Lokasi pembuangan harus mendapat
persetujuan Direksi dan mendapat ijin pemilik tanah. Material dari galian saluran pembuang
atau saluran yang tidak pergunakan akan diangkut untuk dibuang ke suatu tempat
pembuangan yang telah ditentukan seperti yang disetujui oleh Direksi. Sebagian material yang
layak pakai akan dtempatkan sementara di lokasi memenuhi syarat yang akan dipergunakan
nantinya atau langsung dipergunakan sebagai bahan timbunan untuk konstruksi permanen
seperti ditentukan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus menyediakan/membuat jadwal rincian
rencana kerja dari pekerjaan tanah seperti lokasi dan program galian dari saluran dan
penggunaan material galian untuk pekerjaan timbunan.
Bila diminta seperti ditentukan oleh Direksi, lokasi pembuangan harus di ratakan, untuk
menghindari dari erosi akibat hujan. Perubahan atau penambahan dari luasan lokasi
pembuangan untuk kenyamanan dari Penyedia Jasa sendiri adalah merupakan tanggung
jawab dan atas biaya dari Penyedia Jasa serta harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Penyedia Jasa harus mengajukan proposal kepada Direksi paling tidak tiga puluh (30) hari
untuk mendapatkan persetujuan berkenaan dengan pembuangan material di tempat lain
selain dari lokasi yang telah disetujui dan untuk perlindungan material dari erosi.
Biaya pengangkutan pembuangan material galian ke tempat pembuangan dan untuk
perawatan dari lokasi pembuangan yang ditentukan disini harus sudah terangkum dalam
harga satuan per meter kubik untuk pekerjaan galian.
5.7. Longsoran di Talud
Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan, yang diperlukan, untuk mencegah
terjadinya longsoran dari talud dan tanggul. Dalam hal terjadinya longsoran, Penyedia Jasa
harus memperbaiki semua pekerjaan dan kerusakan yang bersangkutan dan melaksanakan
setiap perubahan yang diperlukan sampai memuaskan Direksi.
5.8. Gebalan Rumput
Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam gambar, lereng dari saluran, dan saluran
gendong harus digebal dengan rumput. Sebelum gebalan rumput dipasang, permukaan
harus diratakan dan digemburkan bila perlu dan dilapisi dengan humus 2 cm. Permukaan
gebalan rumput harus rata dengan permukaan lereng saluran. Setelah gebalan rumput
dipasang harus disiram dengan air secukupnya sampai gebalan itu tumbuh dengan baik,
sedang gebalan rumput yang tidak tumbuh harus dibuang dan diganti.
Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :
• Selebar 0.30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.
• Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.20 m dibawah muka air rencana
untuk saluran tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran pasangan.
• Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.
Persyaratan gebalan rumput.
• Rumput gebalan tebal 4 cm dan bersama akar-akarnya

9|Bagian-1
• Bukan berasal dari tanah yang susut besar
• Ukuran-ukuran 25 cm x 25 cm
• Cerucuk untuk Gebalan
Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput. Ukuran dari
cerucuk tadi paling tidak panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang 2 buah
cerucuk untuk setiap gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4 cm.
5.9. Pelaksanaan Penimbunan
Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan dan
dikupasatau digali hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam gambar. Permukaan
tanah yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum pekerjaan timbunan untuk tanggul
saluran maupun tanggul banjir harus dibuat alur-alur terbuka sedalam 20.00 cm dengan
jarak antara alur lebih kurang 1.00 meter. Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya
digaruk sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling
tidak sampai kedalaman 0.15 m, dan kadar air tanah yang digaruk harus dijaga, baik secara
pengeringan alami atau pembasahan dengan alat semprot. Kalau pelaksanaan pemadatan
terhenti, permukaan dari timbunan harus digaruk kembali dan kadar airnya diperiksa
kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan dilanjutkan. Sebelum pekerjaan
penimbunan dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas-bekas yang terjadi pada permukaan
tanah, harus diratakan. Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai
garis elevasi yang ditunjukan pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Tanah
timbunan untuk tanggul harus bersih dari tunggul-tunggul pohon, akar, rumput, humus-
humus dan unsur lain yang bisa membusuk. Penyedia Jasa harus memperhitungkan
tambahan pengisian pemadatan sendiri, dan penurunan dari tanggul, baik disebutkan atau
tidak, maka tinggi, lebar dan ukuran yang ditunjuk dalam gambar-gambar, harus dilebihkan
(freeboard), sehingga setelah penurunan selesai dan tanggul dirapihkan maka akan tercapai
dimensi/ukuran sesuai dengan gambar.
Secara berurutan material harus ditempatkan agar supaya menghasilkan distribusi material
yang baik sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi dan dimana diperlukan untuk mencapai
tujuan ini Direksi akan menunjuk lokasi di area timbunan dimana material akan
ditempatkan. Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum
hamparan material sebelum dipadatkan adalah 30 cm. Penghamparan dan pemadatan
material pada sisi kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis
rencana agar pada saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang
rencana. Bila dianggap perlu, Direksi bisa meminta pada Penyedia Jasa untuk melasanakan
pemadatan khusus di tempat-tempat tertentu tanpa mengubah harga satuan. Hasil akhir
pekerjaan timbunan untuk saluran diatas tanah asli harus rapat air dan tidak boleh ada
rembesan pada tanah timbunan yang dianggap membahayakan oleh /Direksi, maka
Penyedia Jasa wajib memperbaikunya tanpa ada biaya penggantian. Ketika masing-masing
lapisan material telah dikondisikan untuk kadar air yang diperlukan, kepadatan kering
lapangan yang dihasilkan minimal 90 % (sembilan puluh persen) dari kepadatan kering
maksimum laboratorium. Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi kadar air
untuk pemadatan yang dibutuhkan dengan menggunakan alat vibrator roller dengan berat
lebih dari 9 (sembilan) ton atau alat pemadat lain yang telah disetujui. Ini akan dapat
dipenuhi dengan dilewati alat pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis (sama dengan
lebar kepadatan yang dibutuhkan, bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah lintasan
dari alat vibrator roller tergantung dari uji coba timbunan/trial embankment. Untuk
mendapatkan acuan kerja lapangan diperlukan uji coba (trial test) timbunan dengan
menggunakan peralatan yang akan digunakan Penyedia Jasa di lapangan. Uji percobaan ini
harus disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita acaranya. Selanjutnya tes kepadatan
dilakukan per 50 meter panjang saluran per lapis timbunan. Pembayaran pekerjaan
timbunan sudah termasuk penggalian di tempat asal material, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman (bila perlu), pemadatan dan tes kepadatan dihitung dalam
meter kubik timbunan terlaksana sesuai garis rencana atau sesuai perintah Direksi. Penyedia
Jasa harus merawat timbunan yang telah disetujui hingga akhir penyelesaian dan
penerimaan dari pekerjaan. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap erosi dari
permukaan timbunan dan setiap material timbunan yang hilang akibat erosi harus diganti
oleh biaya Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus hati-hati dalam pemadatan material
timbunan yang berdekatan / berada di sekitar struktur beton. Kerusakan apapun yang
berakibat pada struktur beton oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki dengan biaya
Penyedia Jasa. Untuk material yang ditempatkan berdekatan dengan struktur beton,

10 | B a g i a n - 1
penempatannya harus ditunda atau menunggu hingga struktur telah mencapai umur 28 hari
atau seperti arahan Direksi. Material akan ditempatkan sepanjang mungkin disekitar struktur
beton untuk memperkecil pembebanan tidak seimbang pada struktur, yang mana telah
dipertimbangkan dalam perencanaan.
5.9.1 Kontrol Pengendalian Pengujian untuk Pekerjaan Timbunan
Semua pengujian rutin yang penting bagi pengendalian mutu dari pekerjaan timbunan
harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa seperti yang ditetapkan sesudah ini atau seperti
arahan Direksi. Penyedia Jasa akan bertanggungjawab penuh terhadap pengendalian
mutu dari pekerjaan yang dilaksanakan. Direksi akan melakukan pemeriksaan dan
meneliti semua pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dalam rangka bahwa
Penyedia Jasa dapat memenuhi kualitas yang dibutuhkan dan melaksanakan tes dan
pengambilan contoh uji (sample) agar dapat memenuhi spesifikasi teknik. Direksi akan
dan berhak untuk menolak semua atau sebagian dari pekerjaan yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa jika pekerjaan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknik. Dalam kasus demikian Penyedia Jasa akan membongkar dan
mengerjakan ulang dari pekerjaan yang tidak memenuhi dengan biaya sendiri.
Penyedia Jasa akan menyediakan peralatan dan perlengkapan uji dan menyediakan
semua tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan semua uji yang diperlukan
untuk memenuhi kewajiban menurut spesifikasi dibawah pengawasan dari Direksi.
Tidak ada pembayaran terpisah untuk pengujian pengendalian mutu. Semua biaya
untuk pelaksanaan uji pengendalian mutu termasuk semua tenaga, material, peralatan
konstruksi dan peralatan, pengambilan contoh dan pengujiannya harus sudah
termasuk dalam harga satuan dalam BoQ.
5.9.2 Operasi dari Borrow area
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab penuh terhadap operasi di borrow area
dibawah pengawasan dan instruksi Direksi. Apabila secara teknis, bahan timbunan
dari hasil galian setempat tidak memungkinkan untuk dipakai, maka harus diambil
dari tanah luar (Borrow area) sesuai yang ditunjukan dalam gambar atau atas perintah
Direksi. Penyedia Jasa harus membayar ganti rugi kepada pemilik daerah tersebut
dalam memperoleh tanah timbunan sebagaimana yang ditunjukan oleh Direksi. Biaya
ganti rugi tanah timbunan, biaya pengupasan dan penggalian tanah telah termasuk
dalam harga satuan penawaran. Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah
timbunan harus diatur dan dijaga sebelum digali dari lokasi borrow-area, dengan cara
memberi atau menambah air dengan mengalirkannya (bila kurang basah) atau dengan
menggali saluran atau parit pembuang untuk mengurangi kelebihan air. Material akan
di dapatkan dari kebutuhan galian dan borrow area seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja dan dari kebutuhan dengan galian, jika demikian mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi. Garis batas dari borrow area seperti ditunjukkan dalam gambar
kerja hanya kira-kira dan mungkin akan meluas jika diperlukan dengan persetujuan
dari Direksi. Pada saat perluasan Penyedia Jasa tidak akan mengajukan tambahan
biaya terhadap harga satuan untuk material tersebut dalam BoQ. Tidak kurang dari
30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pengoperasian di lokasi tersebut Penyedia
Jasa harus mengajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan mengenai
kelengkapan dari usulan metode pengoperasian di borrow area, termasuk urutan
pengoperasian, kedalaman pengambilan material dan uraian dari rencana borrow
area yang diusulkan. Apabila terdapat perbedaan tinggi dalam pengoperasian di
borrow area horisontal berm akan dibentuk dan borrow area akan ditinggalkan
dalam keadaan rapi dan dalam kondisi aman untuk kepuasan Direksi. Dengan
demikian Penyedia Jasa tidak diizinkan untuk memulai melaksanakan pekerjaan
tersebut sebelum mendapat persetujuan Direksi. Lokasi galian pengambilan tanah
timbunan harus dibersihkan terlebih dahulu dan bebas dari kotoran dan sisa-sisa akar
pohon, dan secara seksama dikupas dan dihilangkan bahan-bahan organiknya seperti
rumput, lapisan tanah permukaan dan akar pohon, dengan demikian tanah timbunan
tidak mengandung tunggul, semak belukar, akar, rumput, humus, gumpalangumpalan
tanah dan unsur lain yang mudah membusuk. Borrow area harus dioperasikan
sehingga tidak merusak kegunaan dari segala bagian dari pekerjaan. Apabila terdapat
material yang mempunyai ukuran lebih dari tiga puluh (30 cm) sentimeter di lokasi
borrow area maka material tersebut harus di pisahkan atau dibuang oleh Penyedia
Jasa atau pada saat material sebelum dipadatkan.

11 | B a g i a n - 1
Setelah penggalian selesai di borrow area, material kupasan (stripped) (termasuk
material humus dan material tidak dipergunakan yang mungkin akan ditimbunkan
kembali) harus dikembalikan ke borrow area di mana pada saatnya akan ditutup
seperti arahan Direksi untuk memelihara kesuburan lahan dan mencegah resiko
terhadap ternak dan orang. Jika dilokasi manapun di borrow area (sebelum atau
selama operasi penggalian) terdapat daerah yang terlalu basah, akan diambil langkah
yang memungkinkan untuk mengurangi kandungan air dengan jalan pemilihan daerah
galian untuk menjamin material dalam kondisi tidak jenuh air atau dengan cara di
jemur atau material di tempatkan dilokasi stock yang telah di setujui oleh Direksi dan
apabila ditemukan kelebihan kandungan air diijinkan untuk dikeringkan atau dengan
menggunakan alat lain yang telah disetujui. Pada akhir penyelesaian dari pelaksanaan
pekerjaan pembuatan tanggul, Penyedia Jasa harus mengatur dalam borrow area
tersebut dengan suatu cara sedemikian rupa agar elevasi permukaan tanah
disekitarnya dan permukaan tanah borrow area sama tinggi, sehingga air hujan tidak
tergenang di lokasi tersebut kecuali ditentukan lain oleh Direksi. Untuk menghindari
terbentuknya kolam air di borrow area, parit saluran dari borrow area ke
pengeluaran terdekat harus di buat oleh Penyedia Jasa dimana jika parit saluran
tersebut diperlukan. Penyedia Jasa tidak diijinkan memindahkan atau membawa
material dari borrow area untuk keperluan Penyedia Jasa dan atas kemauan sendiri
tanpa persetujuan dari Direksi. Kecuali ditentukan lain, tidak ada pembayaran
langsung untuk biaya persiapan, operasi dan pemeliharaan borrow area termasuk
pembersihan, pengupasan, penggalian dan pekerjaan-pekerjaan lain yang diperlukan
hingga syarat-syarat timbunan tersebut sesuai untuk digunakan dalam pekerjaan
pembuatan tanggul. Akan tetapi biaya tersebut akan diperhitungkan dalam harga
satuan pada sub pasal yang ada sangkut pautnya untuk pekerjaan pembuatan tanggul,
dimana tanah timbunan diambil dari Borrow area. Pemadatan timbunan tanah harus
dilaksanakan hanya jika kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar
air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus
didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh jika
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989 tentang Metode Pengujian
Kepadatan Ringan untuk Tanah. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan
bergerak menuju ke arah sumbu tanggul sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah energi pemadatan yang sama.
5.10. Pekerjaan timbunan dengan menggunakan alat berat
Di dalam praktek tidak mudah menetapkan berapa banyak air yang diperlukan pada saat
pemadatan, kecuali pelaksana yang sudah berpengalaman sekali. Tetapi untuk pedoman
kasar, adalah sebagai berikut :
a. Bila selama pemadatan timbul debu, berarti kadar air kurang;
b. Bila selama pemadatan, tanah keluar airnya (becek) berarti kadar airnya terlalu tinggi.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kepadatan adalah :
a. Tebal lapisan tanah lepas, yang akan dipadatkan;
b. Berat dan energi alat pemadat;
c. Banyaknya lintasan pemadatan;
d. Kadar air.
Urutan pelaksanaan, sebagai berikut :
a) Percobaan Pemadatan
• Hamparkan tanah lepas setebal yang kita kehendaki, diatas permukaan yang
telah dipadatkan seperlunya (biasanya dalam spesifikasi teknik ditetapkan tidak
boleh lebih dari 30 cm)
• Semprotkan air, bila dirasakan hamparan tanah kadar airnya masih kurang
(tetapi lebih baik agak kurang daripada kelebihan)
• Kemudian dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Roller
dan dicoba misalnya dengan 6 lintasan. Sesudah itu diambil sampel tanah dan
diukur kepadatannya (berat volume keringnya). Bila ternyata masih kurang
padat, maka lintasan pemadatan ditambah lagi, misalnya ditambah dua lintasan.
Bila tingkat kepadatannya telah dicapai, maka cara-cara tersebut dipakai sebagai
pedoman selanjutnya.
b) Pemadatan Timbunan
• Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai persyaratannya.

12 | B a g i a n - 1
• Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa dengan
Dump Truck, ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan.
Jarak tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila dihampar dengan ketebalan 30
cm seluruh permukaan dapat tertimbun.
• Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan Bulldozer atau
Grader untuk mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan
kadar airnya secara visual .
• Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus
dihentikan.
• Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang lebih
50 cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung
dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep Foot Roller dengan lintasan
sebanyak percobaan pemadatan yang telah dilakukan .
• Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh
permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan, diambil
sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai spesifikasi), dan diperiksa
kepadatannya .
• Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru
diperbolehkan untuk dihampar .
• Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil yang ada
(daerah profil dilewati dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai
sebagai pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk ditimbun mengikuti
lapisan-lapisan yang telah selesai .
• Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjamin
mutu timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai
separuh kedalaman saluran (untuk saluran yang tidak lebar)
• Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil saluran, dan
juga dipadatkan lapis demi lapis. Dalam proses pembentukan tanggul harus
dipedomani lagi dengan profil saluran.
• Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain),
penambahan akan sulit, tidak boleh langsung ditambal dari samping.
• Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis dari bawah
dan dengan sambungan bertangga

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan tanah harus memuat :
6.1. Pekerjaan Galian
a) Penerimaan bahan
1) Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan batuan yang
berbeda.
2) Bahan yang diterima sudah diklasifikasikan ke dalam galian biasa, galian batu,
galian bangunan
b) Pemeriksaan mutu bahan
1) Untuk pekerjaan galian lereng tanah harus dilakukan pemeriksaan sudut geser
dalam, φ dan kohesi tanah beserta informasi mengenai sumber mata air dan
ketinggian muka air tanah.
2) Untuk pekerjaan galian batu harus dilakukan pemeriksaan tingkat pelapukan
(slake durability) dan informasi batuan yang meliputi kekar, kemiringan.
3) Galian bangunan.
(a) Untuk galian lantai pondasi, tembok beton penahan tanah dan bangunan
pemikul beban lainnya, harus dilakukan pemeriksaan klasifikasi tanah,
tingkat kepadatan (konsistensi) dan informasi kedalaman muka air tanah.
(b) Pekerjaan yang berhubungan dengan drainase sebaiknya dilakukan analisa
butir tanah.
(c) Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan
pemeriksaan berkaitan dengan kemungkinan bahaya piping, terutama
untuk data ketinggian muka air, jenis tanah tempat pemompaan dan
analisa butir.

13 | B a g i a n - 1
(d) Pekerjaan yang memerlukan penimbunan kembali harus memperhatikan
mengenai pengendalian mutu timbunan.
(e) Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan , pemeriksaan
dilakukan pada lokasi tempat pembuangan, yakni pemeriksaan
“kestabilan”, parameter longsoran dan parameter daya dukung tanah
setempat.
6.2. Pekerjaan Timbunan
a) Penerimaan bahan
1) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam dengan paling
sedikit tiga contoh yang mewakili setiap sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
2) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, Direksi Pekerjaan
dapat memintakan pengujian mutu bahan ulang lagi agar perubahan bahan atau
sumber bahannya dapat diamati.
b) Pengujian mutu bahan
Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit
harus dilakukan suatu pengujian untuk menentukan ekspansif tidaknya bahan
timbunan, yang ditentukan oleh nilai aktif.
c) Percobaan Pemadatan di lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Jika Penyedia Jasa tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat
digunakan Penyedia Jasa untuk menetapkan pola lintasan pemadatan, jumlah
lintasan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknis pekerjaan tanah harus memuat :
7.1. Pengukuran
7.1.1 Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga satuan permeter
persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.Pembayaran pekerjaan
pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menebang, membabat dan menebar disekitar lokasi.
7.1.2 Pekerjaan Kupasan/stripping
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah harga satuan per
meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar. Pembayaran
pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menggali, dan mengangkutnya disekitar lokasi.
7.1.3 Pekerjaan Galian
Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan alat/excavator dengan
jarak angkut ke lokasi stockpile/lokasi timbunan dan pembuangan ke lokasi di luar daerah
kerja sejauh kurang dari 1.00 km tidak diperhitungkan Untuk jarak pembuangan yang lebih
jauh maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk
material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk
pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan. Galian saluran dan
struktur lain yang terkait akan termasuk semua kebutuhan galian untuk mencapai garis,
ketinggian dan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi,
termasuk galian di tempat/local atau dental, perawatan pondasi dan semua galian yang lain
dalam area kerja. Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah

14 | B a g i a n - 1
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan
pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan penyusutan
(shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-1994, tentang Metode
Pengujian Batas Susut Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-6425-2000 tentang
Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli sebelum
digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir meliputi garis, kelandaian dan
elevasi sebagai yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah metode luas
ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih
dari 25 meter.
(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut
Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya jika bahan galian tersebut tidak
digunakan dan dibayar dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.
(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat digunakan
sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa sebagai bahan
timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata
hanya untuk cadangan Penyedia Jasa dengan exploitasi sumber bahan (borrow area)
tidak akan dibayar.
(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan
di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan
galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
(d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang melebihi
300 meter harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik
meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi
pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.
(e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan kelebihan volume
galian ke luar daerah kerja yang disetujui oleh Direksi adalah sejauh > 1 km. Kecuali
untuk material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa
untuk pekerjaan lain maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.
7.1.4 Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil
galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandaian dan
elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan
volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang
melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui,
termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian
bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari
penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bila :
3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak stabil
atau gagal jika Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk
mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan,
tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

15 | B a g i a n - 1
7.2. Dasar Pembayaran
7.2.1 Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga
danmpembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian
sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.
7.2.2 Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masingmasing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Bagian ini.

No Uraian Satuan Pengukuran


1. Pekerjaan Galian Meter Kubik
2. Pekerjaan Timbunan Meter Kubik

16 | B a g i a n - 1
BAGIAN – 4

PEKERJAAN BETON DAN BEKISTING

1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop.
Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan
lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium.
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran
Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap
Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan
Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
Pecah Dalam Agregat.
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji Sederhana
Yang dibebani Terpusat Langsung

1|Bagian-4
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Patahan
Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison
Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan
Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras
Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland
- SNI 03-4808-1998 : Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan Perubahan
Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan
Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton
dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada
Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada
Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan
Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk Tulangan
Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan
Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
- SNI 7394-2008 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

2|Bagian-4
3. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5
mm.
3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton pada
bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat
3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 Mpa dengan batu-
batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton
3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
3.10.Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.
3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentuk senyawa bersifat
cementitious.
3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf yang
dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton segar
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan cukup
banyak dan sangat berbeda

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


4.1. Persyaratan Bahan
1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland
yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan
jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada periode perawatan
yang sama.

3|Bagian-4
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja
tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah
lainnya di mana beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur
yang berhubungan.
d) Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak
rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran,
minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton.
Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari
25cm.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
(2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan
tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.
2) Pekerjaan Waterstop
a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida dalam
bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran
plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen
dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.

4.2. Persyaratan Kerja


1) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan sesuai dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga
data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.

4|Bagian-4
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari, 7 hari,
14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran,
kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil
jadwalpelaksanaannya
2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3
bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen
tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan sepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat
atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
3) Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran
jika:
- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4) Pencampuran dan Penakaran
a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-
2834-2000.
b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-
2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
5) Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan tidak
keropos.
b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton
yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti
atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas
biaya Penyedia Jasa.
6) Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan
logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa
dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg
semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus
bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama
dan semua pekerjaan besinya.

5|Bagian-4
7) Waterstop
a) Untuk penempatan waterstop tipe split flange yang tepat, sebelum pengecoran
beton berakhir bagian split flange harus disambungkan dengan cara yang
disetujui.
b) Alur waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya sampai
meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang
diinginkan.
c) Pemanasan ujung material dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung
yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain
yang disetujui.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
5.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari
Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin
dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk
menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan
di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan
berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar.

6|Bagian-4
Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas
secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang
lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk
beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau
bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di
dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas
dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat lainnya. Mengisi
celah–celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh
kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–
celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen.
Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak
boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua
permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan
oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa
oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum
disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan sekurang–
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk
diperiksa.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28
hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel
di bawah ini :

7|Bagian-4
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan
Kuat Kuat Ukuran Nilai
Perkiraan
tekan tekan agregat faktor
kebutuhan
Tipe Campuran Beton umur 7 umur 28 maksimum air semen
semen
hari hari ( mm ) maksimum
(kg/m3)
(kg/cm2) (kg/cm2) (%)
AR fc’ = 25 MPa (K-300) 195 300 20 50 400
A fc’ = 22,5 MPa (K-225) 147 225 40 (20) 50 330 (350)
B fc’ = 15 MPa (K-175) 114 175 40 50 310
C fc’ = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250
D fc’ = 10 MPa (K-100 ) 65 100 40 60 200

Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton


Tipe Uraian
AR Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai
bendung, mercu dan tembok bendung
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan sebagainya
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan lining beton
C Beton tumbuk
D Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi

iii. Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan
campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.
iv. Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang
sekecil mungkin dengan persetujuan Direksi tidak ada tambahan
biaya atas perubahan tersebut.
v. Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam batas
yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton
dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan penambahan
air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum ditempatkan.
Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu.
Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini,
setelah beton diendapkan.

Tabel 3 Nilai Slump Beton


Tipe Campuran Tipe Konstruksi Besaran Nilai Slump
AR Mercu lantai dan tembok bendung 7,5 – 2,5
A Unit beton pra cetak Plat dan balok 12,5 – 5,0
jembatan Klas I dan Klas II Plat, dinding, 15,0 – 7,5
balok dari tembok dan dermaga 12,5 – 5,0
B Talud pada transisi 5,0 – 2,5
C Konstruksi massal 7,5 – 2,5
D Trotoar, gorong – gorong 7,5 – 5,0
Pondasi 9,0 – 2,5

(2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan
menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang dicampurkan,
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan
dengan mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu),
dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan–
pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan–perubahan kadar

8|Bagian-4
air dari agregat, serta merubah berat material–material yang ikut
tercakup.
iii. Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur
dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga
diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan
tiap – tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan
pengujian periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam
pekerjaan– pekerjaan adukan.
(3) Mesin Pengaduk Beton
i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali
sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk
tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang
volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat
menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus
dan disetujui Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada
dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
(4) Truk Pencampur
i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu
jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali
jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin
pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak
dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan.
iii. Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering
sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsurangsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.
2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih
dari 6 jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi

9|Bagian-4
pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan
tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan
mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan
dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat
penggetar (vibrator).
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan
dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa
dan disetujui Direksi Pekerjaan secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup
rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan
spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang
akan ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan
dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang
diinginkan oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton
yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan,
atau bagian – bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan
yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan
pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta
dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan
untuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian
diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara
menerus sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja
lembur untuk mencapai target tersebut.

10 | B a g i a n - 4
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai.
Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran
beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurangkurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg,
dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran
yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton
di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor
sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut.
Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain
maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak
boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton
sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemenelemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan
akan merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.

11 | B a g i a n - 4
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu
harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah
maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan
bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).
5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi, dilaksanakan
sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang telah disetujui
Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
6) Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus membersihkan
semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik,
sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Direksi
Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor bersih
dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang sama
dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
7) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh
perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling
sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di

12 | B a g i a n - 4
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya
yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan
atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian
pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan
segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual
sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan
melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara
lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
beton mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan
proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan
harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan,
tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan
yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan
penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi

13 | B a g i a n - 4
retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal
5 cm paling sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
(2) Perawatan dengan Uap
i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal
yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan
kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai
waktu dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus
mengikuti ketentuan di bawah ini:
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak
boleh melebihi tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak
boleh melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran
selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur
sehingga mencapai 650C dengan kenaikan temperatur
maksimum 140C / jam secara bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan
uap tidak boleh melebihi 5,50C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan
secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh
dengan uap air.
- Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan
uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan
uap tersebut.
iii. Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja
dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat
diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus
dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan
uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-
bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton
segera sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih
dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan.
Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum
lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran
rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah
pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada
kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode perawatan
berlangsung.
iii. Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan
sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.

14 | B a g i a n - 4
5.2. Pekerjaan Waterstop
1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang waterstop dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan
pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Untuk penempatan yang tepat,
waterstop tipe split flange, sebelum pengecoran beton berakhir bagian split flange
harus disambungkan dengan cara yang disetujui sehingga tidak ada beton atau mortel
dapat masuk kedalam celah–celah diantara dua bagian split dari flangenya tersebut.
2) Penyedia Jasa harus menyediakan semua material, peralatan dan tenaga listrik yang
diperlukan untuk menyambung dan memasang waterstop tersebut. Alur waterstop
dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah memanjang sesuai
dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya sampai meleleh dan
menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang diinginkan. Pemanasan
ujung material tersebut dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung yang
disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain yang disetujui.
3) Untuk mendapatkan as waterstop sesuai gambar, Penyedia Jasa harus memasangnya
dengan hati-hati dan tepat berikut menyambungnya.
4) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran plastik
elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen dan tidak
berlubang-lubang atau cacat lainnya.
5) Waterstop harus diuraikan disini harus memenuhi kelayakan fisik sebagai berikut :
Berat jenis : 1,33 ± 0,03 pada suhu 230 c
Tegangan tarik : 155 sampai 176 kg/cm2 pada suhu 230 c
Kekenyalan : 360 % sampai 400 % pada suhu 230 c
Batas kerapuhan : - 480 c
Durometer : 65 - 75

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
6.1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa
oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
6.3. Perencanaan Campuran
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan
yang rata, halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-
4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor
beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui
dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi
beton berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat
tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan
harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan
tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton
dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian

15 | B a g i a n - 4
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat
tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam meningkatkan mutu
campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton
yang diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat
tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan,
pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian
umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan
yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut
tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja,
kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan sepakat dengan perbaikan
tersebut.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit
diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat,
dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang
akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui
pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini
harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan
berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan tambahan
dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat
pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete). Penggunaan bahan
tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan;
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;

16 | B a g i a n - 4
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
- Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara
hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta
dengan proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada
kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal
ini perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton.
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc’ < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-
3976- 1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan
adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di
lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat
dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk
menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan
penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat
ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang
sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5

17 | B a g i a n - 4
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton
non-bangunanal.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan,
dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada
diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
b) Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji
per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang
dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen
bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998.
Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang
sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji
dan untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal
diambil 3 set benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set =
3 buah benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton
umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam
set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat
tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik
adalah hasil dari 2 buah benda uji yang berdekatan nilainya.
viii. Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari
benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)

∑ ( )
S=√

dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85
fc’.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat

18 | B a g i a n - 4
tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa
kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji
bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan
pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga)
buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan
untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu
rendah seperti disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari
ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak
satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari
0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan
benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk
penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan
beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan
tersebut meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil
dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana
perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai
pekerjaan.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :
7.1. Pengukuran
1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran
i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan

19 | B a g i a n - 4
untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang
dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water
stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan
(weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk
dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi
ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton
Bangunan harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton
Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk
fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K-125). Jika beton dengan
mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan
untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih
rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu
(kekuatan) yang lebih rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture),
juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau
bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu
yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter
panjang terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.
7.2. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas. Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini.

No Uraian Satuan Pengukuran


1. Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350) Meter Kubik
2. Beton mutu sedang dengan fc’= 25 MPa (K-300) Meter Kubik
3. Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250) Meter Kubik
4. Beton mutu rendah dengan fc’= 15 MPa (K-175) Meter Kubik
5. Beton Siklop fc’=15 MPa (K-175) Meter Kubik
6. Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125) Meter Kubik
7. Waterstop Meter Panjang

20 | B a g i a n - 4
BAGIAN – 9

PEKERJAAN LAIN – LAIN

1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan metode pelaksanaan pekerjaan, serta pengukuran dan
pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan lain-lain. Pedoman ini mencakup pekerjaan
kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi sambungan plastik, pipa PVC, lubang
drainase, pekerjaan gebalan rumput, pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan
pengamanan, jalan penghubung sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. ISTILAH DAN DEFINISI


2.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm yang biasa disebut pasir.
2.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5
mm yang biasa disebut kerakal.
2.3. Batuan (rock) adalah gabungan atau kumpulan mineral alamiah yang padat yang terbentuk
sebagai massa yang besar atau pecahannya, atau agregat bentukan alamiah dari mineral
berupa massa yang besar atau pecahan-pecahannya
2.4. Batu candi adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus untuk
dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
2.5. Beban hancur adalah beban maksimum, dalam satuan Newton.
2.6. Beban rencana adalah beban yang direncanakan untuk menahan semua beban yang akan
dipikul oleh lantai.
2.1. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
lain-lain ini harus memuat :
4.1. Pembongkaran Struktur
1) Bahan Yang Diamankan Dalam Bongkaran
a) Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik Pemilik yang sah sebelum
pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada bahan bongkaran yang akan
menjadi milik Penyedia Jasa.
b) Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
c) Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, semua beton
yang dibongkar yang ukuran bahannya cocok untuk pasangan batu kosong (rip
rap) dan tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, harus ditumpuk pada
lokasi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
2) Bahan Yang Dibuang Dalam Bongkaran
Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau diamankan dapat
dibakar atau dikubur atau dibuang seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4.2. Pekerjaan Gebalan Rumput
1) Material
Untuk melindungi lereng-lereng supaya tidak mudah rusak karena hujan, Penyedia
Jasa harus memasang gebalan rumput seperti yang ditunjukkan di dalam gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari persiapan, pemotongan, pengangkutan, dan penghamparan
humus. Kemudian gebalan rumput empat persegi ( + 20x20 cm) dipasang pada lereng
dan dipaku dengan bambu yang di belah kecil-kecil. Lereng agar dipelihara supaya
rumput tumbuh secara normal dan seragam. Semua areal yang akan ditutup gebalan
rumput harus diratakan dengan baik hingga menjadi permukaan yang seragam dan
dibuat lunak sampai kedalaman 3 cm di bawah permukaan. Gebalan rumput harus
ditempatkan secara bersilangan. Setelah gebalan-gebalan rumput itu ditempatkan

1|Bagian-9
harus dipadatkan untuk menghindari tumbuhnya rongga-rongga yang dapat
mengakibatkan lepasnya gebalan rumput, kemudian gebalan rumput dipaku dengan
bambu yang dibelah kecil-kecil. Celah-celah diantara gebalan-gebalan harus diisi
dengan humus dengan kualitas yang baik. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab
untuk pemeliharaan dan pembersihan daerah-daerah yang telah diberi gebalan-
gebalan rumput sampai rumput itu mencapai pertumbuhan yang normal dan
seragam.
3) Rumput Akar Wangi
a) Pada hilir bangunan terjun pada setiap saluran irigasi dan drainase ditanam
rumput akar wangi sepanjang 10 m pada kedua sisi saluran.
b) Jenis akar wangi yang ditanam adalah vetivenia zizaniordes. Cara pengambilan
bibit, tanaman tersebut digali akarnya dan dipotong sekitar 20 cm dari pangkal
atas dan bagilah rumpun akar itu menjadi beberapa bagian atau diambil 5 ikat
perbundel dan harus dijaga jangan sampai mati, tapi dianjurkan untuk
menanam dalam ukuran kecil. Langkah berikutnya dilakukan didaerah irigasi
untuk mempercepat pertumbuhan. Dalam waktu 6 bulan bisa menghasilkan
seluas 100 ha.
c) Penanaman dilakukan dengan jarak 40 cm, tanaman ini tidak dipengaruhi oleh
hujan lebat. Untuk mempercepat tumbuhnya tanaman dapat digunakan pupuk
phospat dengan campuran nitrogen sebagai contoh sulfat amoniac superphospat
atau urea super phospat atau diammonium phospat apabila dalam waktu 2
bulan sudah tumbuh potong setinggi 50 cm. Setelah 6 bulan akan berkembang
menjadi 80 – 100 tanaman. Untuk penyangkutan potong daunnya 30 cm
akarnya 20 cm dari pangkal, rumput ini bertahan sampai 10 hari, lebih baik
ditanam dalam waktu bersamaan, penanaman lebih bagus lagi pada awal
musim hujan.
d) Cara penanaman
Jarak penanaman apabila diambil dari stek adalah 22 – 40 cm, ditanam pada
awal musim hujan.
4.3. Pekerjaan Kayu
Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang tahan terhadap cuaca. Material kayu harus
disimpan di atas ganjal kayu agar tidak terkena langsung dengan tanah sepanjang waktu
penyimpanan.
1) Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu harus ditumpuk
dan disusun sehingga tidak menyentuh tanah secara langsung dan diletakkan pada
tempat yang sudah disediakan dan sesuai dengan persyaratan. Apabila material kayu
tersebut beupa kayu bundar, maka harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap
batang beban dari batang yang berdampingan dengan jarak tidak kurang dari 7,5 cm.
Demikian juga balok kayu bentuk persegi harus disusun seperti kayu bundar atau
disusun tegak lurus terhadap lapisan di bawahnya atau dipisahkan dengan tumpuan
pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan bentuk kayu. - Kayu pada setiap
lapisan harus dipisahkan dengan kayu yang berdampingan dengan jarak horizontal
minimal 2,5 cm.
- Pengerjaan Kayu
Pekerjaan pelaksanaan struktur kayu ini sesuai dengan Gambar Rencana dengan
hasil akhir sesuai dengan persyaratan. Dalam hal pemotongan, pengetaman,
penyambungan tidak tertera atau tidak disyaratkan, maka perlu diusulkan
kepada Direksi Pekerjaan untuk menentukannya.
2) Sambungan
Semua sambungan harus dilaksanakan dengan rapi agar diperoleh sambungan yang
cocok tanpa menggunakan pasak atau pengikat. Kecuali disyaratkan lain atau tertera
pada Gambar Rencana, maka bagian kayu struktur tidak boleh disambung untuk
seluruh panjangnya, ujung-ujung balok kayu harus dipotong tegak dan untuk bidang
kontak harus saling berhubungan dengan baik. Semua lubang-lubang baut dan lubang-
lubang penyambung lain dilaksanakan dengan bor dengan ukuran yang sesuai dan
teliti. Semua lubang pen dan sambungan-sambungan kayu dibentuk sehingga
sambungan menjadi rapat. Lubang-lubang untuk baut harus dibor dengan mata bor
yang mempunyai diameter 1,5 mm lebih besar dari diamater baut, kecuali lubang baut
untuk lantai jembatan yang mempunyai diameter lubang sama dengan diameter baut
yang digunakan.

2|Bagian-9
3) Sambungan dengan Pelat Besi
i. Kecuali disyaratkan lain pada Gambar Rencana, semua baut, strip, paku,
pelat, cincin baut dan lain-lain pekerjaan besi harus terbuat dari baja lunak
(mild steel).
ii. Semua pekerjaan besi setelah fabrikasi dan sebelum dikirim ke lokasi
pekerjaan, harus digosok dan dibersihkan dan dimasukkan dalam minyak
“linseed” dalam keadaan panas atau bahan lain yang telah disetujui.
iii. Baut harus mempunyai bentuk kepala baut yang sesuai, persegi atau
bundar, dengan aur persegi, dengan panjang ulir minimum 4 kali diameter
baut. Semua mur harus pas betul tanpa toleransi.
iv. Panjang baut yang tertera pada Gambar Rencana hanya merupakan
ukuran perkiraan, dan Penyedia Jasa harus menyediakan baut-baut
dengan panjang yang cukup sesuai dengan kondisi di lapangan.
v. Ujung baut tidak boleh lebih dari setengah kali diameter lebih panjang
dari mur, apabila berlebihan maka kelebihan panjang itu harus dipotong.
vi. Cincin baut persegi harus digunakan di belakang semua mur dan baut,
kecuali dalam hal kepala baut terbenam pada permukaan kerb, gelagar
dan papan lantai jembatan. Di mana kepala baut harus dipasang terbenam
pada lubang persegi atau bundar, maka cincin baut tidak digunakan.
vii. Semua tempat dimana kepala baut terbenam harus diisi padat dengan
campuran aspal pasir untuk mencegah masuknya air ke dalam lubang
tersebut.
4.4. Pekerjaan Besi Tulangan
1) Umum
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama disetiap
bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang digunakan dilokasi
pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % diameter yang telah
ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat
pembuatannya. Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy
daftar besi tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan
sebelum mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan
harus sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.
2) Pemasangan Besi Tulangan
a) Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak,
kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang ditempat
yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan dijaga kedudukannya
agar tetap dan tidak berubah selama berlangsungnya pengecoran, penggetaran
dan pemadatan beton.
b) Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus mempunyai
kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan tulangan dengan jarak tertentu
dan terikat kuat pada tempatnya.
c) Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan dengan besi
tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi tulangan harus diikat
dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi Pekerjaan, dan pengikatan harus
cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
d) Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan pengecoran,
sebelum penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan,
sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum penulangan siap dicor.
3) Penyiapan Gambar Penulangan
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–gambar
penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh Direksi Pekerjaan,
sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Gambar penulangan tersebut
harus mencakup gambar penempatan besi tulangan, daftar besi tulangan dan gambar
lain yang diperlukan untuk memudahkan pembuatan dan pemasangan tulangan.
4) Penyambungan Besi Tulangan

3|Bagian-9
Jika perlu sambungan besi tulangan dibuat lain dari pada yang ditunjukkan didalam
gambar, posisi dan metode dari sambungan harus ditentukan dari perhitungan
kekuatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
5) Selimut Beton untuk Tulangan
Bila tidak ditunjukkan dalam gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, maka
tabel dibawah ini dipakai untuk menetapkan tabel selimut beton yang diperlukan
untuk besi tulangan diukur dari sisi luar besi.

Bagian Dalam Bagian Luar Bagian Tak


No Jenis Bangunan
(cm) (cm) Terlihat (cm)
1. Lantai 1,0 1,5 2,0
2. Dinding 1,5 2,0 2,5
3. Balok 2,0 2,5 3,0
4. Kolom 2,5 3,0 3,5
5. Bangunan yang langsung 5,0 - -
menyentuh tanah atau
dipengaruhi cuaca

4.5. Pekerjaan Besi


1) Umum
Pekerjaan–pekerjaan besi tersebut dibedakan dalam 5 (lima) tipe berikut ini :
a) Pekerjaan Besi Struktur
- Pipa bagi Galvanis
- Pekerjaan–pekerjaan besi yang tertanam, pelat dan angker pintu–pintu
pada beton.
b) Tangan Besi
c) Pipa Gavanis untuk pagar pengaman
d) Perletakan dan construction joint pada jembatan
e) Pekerjaan–pekerjaan besi yang lain selain pada jembatan
Tidak disediakan gambar detail lebih lanjut tentang pekerjaan–pekerjaan besi
selain yang terlampir dalam dokumen tender. Penyedia Jasa harus mengerjakan
rencana yang diperlukan dan menyiapkan gambar–gambar kerja yang lengkap,
pelaksanaan dan pemasangan semua pekerjaan besi sesuai dengan gambar dan
spesifikasi yang disediakan disini atau mengikuti petunjuk Direksi Pekerjaan.
Gambar yang dibuat Penyedia Jasa harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum memulai pekerjaan tersebut. Setiap pelaksanaan yang dilakukan
sebelum adanya persetujuan Direksi Pekerjaan atas gambar tersebut, adalah
menjadi resiko Penyedia Jasa.
2) Pengelasan
Semua penjelasan, kecuali ada ketentuan lain, harus dikerjakan sesuai dengan “Code
for Arc and Gas Welding in Building Construction” uraian pekerjaan perapan las dan
prsedur pengelasan yang diusulkan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pelaksanaan pengelasan dimulai. Contoh–contoh pengelasan harus disiapkan oleh
setiap tukang las, sebelum memulai pekerjaan pada bangunan dan selama
pelaksanaan sesuai dengan yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada satupun
pengelasan bangunan diijinkan Direksi Pekerjaan menyetujui prosedur pengelasan,
kemampuan tukang las dan pengujiannya.
3) Lapis Galvanis
Semua pekerjaan besi yang terletak diluar harus dicat atau digalvanis. Galvanis harus
merupakan hasil proses pencelupan panas, dan untuk semua bagian selain kawat baja,
harus mempunyai ketebalan selimut seng tidak kurang dari 550 gram per meter
persegi dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada pengaruh
mekanis yang akan dilakukan perkuatan tersebut. Semua pengeboran, pemukulan,
pemotongan, pembersihan semua kotoran dan penyikatan pada semua bagian harus
sudah selesai sebelum digalvanis. Permukaan–permukaan yang berhubungan dengan
minyak tidak boleh digalvanis.
4) Pekerjaan Besi untuk Bangunan
a) Pipa Baja Gavanis untuk Saringan Batu
- Penyedia Jasa harus memasang pipa–pipa galvanis pada bagian depan
pintu pengambilan, bangunan penguras atau pada lokasi lain sesuai

4|Bagian-9
dengan perencanaan seperti tertera pada rencana, atau petunjuk Direksi
Pekerjaan, susunan pipa ini berfungsi sebagai saringan batu.
- Uraian pekerjaan penerapan las dan prosedur pengelasan yang diusulkan
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pengelasan
dimulai. Contoh–contoh pengelasan harus disiapkan oleh setiap tukang
las, sebelum memulai pekerjaan pada bangunan dan selama pelaksanaan
sesuai dengan yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada satupun
penjelasan bangunan diijinkan Direksi menyetujui prosedur pengelasan,
kemampuan tukang las dan pengujiannya.
b) Lapisan Galvanis
Semua pekerjaan besi yang terletak diluar harus dicat atau digalvanis. Galvanis
merupakan hasil proses pencelupan panas, dan untuk semua bagian selain kawat
baja, celupan panas, dan untuk semua bagian selain kawat baja, harus
mempunyai ketebalan selimut seng tidak kurang dari 550 gram per meter
persegi dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada
pengaruh mekanis yang akan dilakukan perkuatan tersebut. Semua pengeboran,
pemukulan, pemotongan, pembersihan semua kotoran dan penyikatan pada
semua bagian harus sudah selesai sebelum digalvanis. Permukaan–permukaan
yang berhubungan dengan minyak tidak boleh digalvanis.
c) Pekerjaan Besi yang Tertanam
Pekerjaan besi yang tertanam pada bagian–bagian konstruksi beton untuk
pemasangan pintu–pintu harus dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan oleh Penyedia Jasa. Semua material yang dipergunakan pada
pekerjaan besi yang tertanam dalam beton harus berkualitas tinggi yang dapat
diterima Direksi Pekerjaan.
d) Tangga Besi
Tangga besi harus disediakan dan dipasang pada bendung dan bangunan lain
sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Tangga besi terbuat dari besi
bulat diameter 19. Besi bulat tersebut harus memenuhi spesifikasi besi tulangan
beton dan material lainnya yang digunakan harus berkualitas tinggi yang telah
disetujui Direksi Pekerjaan. Tangga besi dipasang pada permukaan tegak atau
miring dari bangunan seperti terlihat pada gambar.
e) Pipa Galvanis untuk Pagar Pengaman dan sebagainya
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan memasang pipa galvanis untuk pagar
pengaman jembatan, gorong–gorong dan jembatan pelayanan pada bagian
penguras bendung, intake, pinggiran dinding tembok tegak, pintu pengambilan
dan pada tempat–tempat yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau
ditetapkan Direksi Pekerjaan. Pipa tersebut harus dijamin baru dan berkualitas
tinggi. Semua pipa besi terpasang sesuai gambar. Penjelasan pipa besi hanya
dikerjakan bilamana ditentukan dalam gambar atau mengikuti petunjuk Direksi
Pekerjaan. Setelah pipa terpasang dengan lengkap, permukaan yang terbuka
harus dicat.
f) Expansion Joint pada Jembatan
Expansion joint harus dipasang pada tempatnya antara pelat jembatan dan
kepala jembatan seperti terlihat pada gambar. Expansion joint pada jembatan
harus dilaksanakan sesuai standar yang dibuat oleh Bina Marga.
4.6. Pengecatan
1) Semua cat dan bahan lainnya untuk pengecatan permukaan besi yang kelihatan pada
bangunan dan pekerjaan kayu, kecuali untuk pintu air dan pelengkapnya, harus
disediakan oleh Penyedia Jasa dan digunakan berdasarkan anjuran pabrik untuk
pengecatan pada lokasi khusus. Kualitas cat dan bahan lainnya harus mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.
2) Cat dasar harus dengan warna khusus yang disetujui Direksi Pekerjaaan. Setiap
pengecatan harus dilakukan pada permukaan yang bersih dan kering pada
kelembaban dan suhu udara tertentu dimana penguapan pada permukaan yang dicat
lebih besar dari pengembunan.
3) Permukaan yang telah dibersihkan atau dipersiapkan harus segera dicat dasar
secukupnya, bila perlu mengasarkan permukaan yang telah disiapkan lebih dahulu.
4) Tidak boleh dilakukan pengecatan pada permukaan yang terlalu panas bila cat yang
digunakan dari jenis yang boleh kena panas. Agar permukaan yang dicat tetap dingin

5|Bagian-9
harus dikerjakan ditempat teduh dan dilindungi dari panas yang berlebihan hingga
cukup kering, agar tidak retak atau melepuh.
5) Pekerjaan kayu dan logam yang dicat harus diampelas secara hati–hati, dengan cara
yang sama pada setiap akan melapisi cat berikutnya. Setelah 24 jam lewat dilakukan
pelapisan cat berikutnya, atau cara lain yang ditentukan secara khusus oleh pabriknya.
Untuk penyempurnaan pengecatan Penyedia Jasa harus menghilangkan bintik - bintik
cat dan harus melakukan perbaikan atau pengecatan ulang atas pekerjaan yang tidak
sempurna. Pengecatan permukaan bagian luar (diluar) harus dilindungi dari pengaruh
cuaca sampai cat tersebut benar – benar kering dan mengeras.
6) Pekerjaan kayu yang akan dicat harus diampelas dengan ampelas kayu, dilicinkan dan
dimeni. Semua lubang, retakkan dan celah–celah harus ditutup lebih dahulu dengan
dempul. Setiap sambungan kayu harus dicat dasar sebelum dirakit. Setelah
pendempulan, seluruh pekerjaan kayu harus dicat dasar kemudian dilanjutkan dengan
cat akhir sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
7) Pengecatan besi dan pekerjaan logam, kecuali pintu–pintu air dan pelengkapnya
khusus di atas, harus dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut, tergantung dari
letaknya :
a) Untuk bagian yang Tercelup Didalam Air
Pembersihan dengan sand blasting harus dikerjakan untuk memperoleh logam
putih bersih bebas dari serpihan, karat dan kotoran lainnya menurut keinginan
Direksi Pekerjaan. Lapisan pertama pengecatan yang sudah disiapkan harus
dilakukan pada permukaan yang sudah dibersihkan, jangan lebih lama dari 4
(empat) jam setelah pembersihan.
b) Untuk Bagian yang Tidak Tercelup Didalam Air
Permukaan besi dan logam, selain besi tulangan beton yang harus dipasang
didalam beton atau pekerjaan lain, harus dicat dasar dipabrik dan harus disikat
dengan sikat kawat secara sempurna agar bebas dari karat segera sebelum
dipasang.
4.7. Tulangan Dowel
1) Tulangan dowel dipasang pada contraction joint seperti tercantum pada gambar atau
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Tulangan dowel adalah berupa batang baja polos
yang lurus dan memenuhi syarat.
2) Setelah panjang tulangan penyambung harus ditutup dengan selang PVC atau pipa
lain dengan bahan yang disetujui untuk mencegah ikatan dengan beton. Harus
dipasang pada jarak-jarak sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Bagian
setengahnya harus direkatkan pada beton dengan kuat.
4.8. Pengisi Sambungan Elastik
1) Expansion joint yang terlihat pada gambar atau lokasi lain yang disetujui Direksi
Pekerjaan harus diberi bahan pengisi. Penyedia Jasa harus menyediakan semua
material, pekerja dan peralatan yang diperlukan. Pengisi sambungan elastik harus
diisikan disepanjang sambungan antara kedua pelat beton yang disambung dan dibuat
secara menerus atau mengikuti petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Bahan pengisi sambungan terbuat dari aspal dicampur dengan sirtu (fiber), mineral
serbuk dan lain-lain dan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Tegangan desak pada setengah tebal terdesak
- Recovery
- Tegangan desak pada setengah tebal
- Tegangan lentur pada defleksi 10 mm
- Tebal plat pengisi
: Lebih dari 90 kg/cm2
: ( 65–90 ) %
: (3–10) mm
: (3 –15) kg/cm2
: 20 mm
3) Sambungan elastis pada pelat jembatan umumnnya berukuran kurang lebih lebar
15 mm dan kedalaman 60 mm seperti terlihat pada gambar, diisi dengan aspal
panas cair dari atas melalui sepotong pelat.

6|Bagian-9
4.9. Pipa PVC
1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang pipa PVC (Poly Vinyl Cloride) untuk
pipa-pipa lubang pembuang seperti yang tercantum pada gambar-gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Pipa PVC untuk lubang pembuang harus mempunyai diameter 100 (seratus) milimeter
seperti yang tercantum pada gambar, atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pipa PVC harus terbuat dari merek yang terkenal yang dapat disetujui Direksi
Pekerjaan dan dipasang pada posisi yang betul pada bangunan tanpa adanya
perubahan selama pengecoran beton seperti yang tercantum pada gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4.10. Lubang Drainase
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang pipa PVC (Poly Vinyl Cloride) untuk
pipa-pipa lubang pembuang seperti yang tercantum pada gambar-gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan. Pipa PVC untuk lubang pembuang harus mempunyai
diameter 100 (seratus) milimeter seperti yang tercantum pada gambar, atau
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pipa PVC harus terbuat dari merek yang terkenal
yang dapat disetujui Direksi Pekerjaan dan dipasang pada posisi yang betul pada
bangunan tanpa adanya perubahan selama pengecoran beton seperti yang tercantum
pada gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4.11. Jalan Penghubung Sementara dan Jalan Inspeksi
1) Jika tidak terdapat jalan penghubung untuk mencapai lokasi pekerjaan, Penyedia Jasa
harus membuat dan memelihara jalan penghubung sementara kearah lokasi tersebut
pada tempat yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa juga harus membuat fasilitas yang
diperlukan untuk melintasi sungai, aliran atau jalan air yang ada atau harus
memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas yang ada untuk digunakan menuju lokasi
pekerjaan, jika diperlukan.
2) Penyedia Jasa boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi pada
saluran yang ada atau saluran baru atau saluran pembuang dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus membayar pembuatan,
pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan perjanjian bersama antar Penyedia
Jasa. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima tuntutan terhadap pemakaian
bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Penyedia Jasa.
4.12. Papan Nama Proyek
1) Penyedia Jasa wajib membuat 2 (dua) buah papan nama Proyek, yang ditempatkan di
lokasi-lokasi tertentu menurut petunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah terbitnya Surat Pemenang Pelelangan.
2) Papan nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
i. Ukuran papan 100 x 150 cm harus dibuat dari bahan kayu kamper yang dilapisi
dengan seng BWG. 30.
ii. Tiang penyangga terdiri dari 2 (dua) batang, sedang sebuah penvokong %a-a
berukuran 3 x 7 cm dibuat dari bahan kayu kruing atau sejenis.
iii. Pemasangan papan sedemikian rupa sehingga tepi bawah papan terletak setinggi
150 cm dari tanah, bawah tiang penyangga dan penyokong ditanarn dalam
lobang-lobang yang kemudian di cor dengan beton tumbuk campuran 1:3:5
sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas tanah.
iv. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan cat penutup sekali.
v. Warna-warna diatur menurut ketentuan sebagai berikut :
- Warna dasar biru laut (dominan)
- Tulisan putih dengan garis penutup kuning
- Lambang Departemen P.U. kuning dan hitam.
vi. Tulisan-tulisan yang akan dimuat, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut:
- Departemen Pekerjaan Umum
- Direktorat Jenderal Pengairan
- Proyek
- Judul pekerjaan dan lingkup pekerjaan
- Tanggal-tanggal permulaan dan akhir pekerjaan
- Besarnya nilai kontrak
- Nama Konsultan
- Nama Pemborong

7|Bagian-9
vii. Pemborong wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaganya agar
tetap dalam keadaan baik sampai dengan penyerahan pekerjaan yangr terakhir
kalinya kepada Direksi.
4.13. Keamanan, Kesehatan dan Perlindungan terhadap Kebakaran
1) Umum
Selama dalam pelaksanaan Penyedia Jasa harus selalu memperhatikan hal-hal antara
lain mengenai sanitasi dan fasilitasnya, penerangan, bahan bakar, sarana oleh raga,
alat pemadam kebakaran, ketenangan dan lain-lain. Untuk itu Penyedia Jasa harus
membagi-bagi tugas dengan membentuk struktur organisasi, sehingga dapat dengan
mudah mengontrolnya.
2) Tindakan Pencegahan untuk Keselamatan dan Keamanan
Penyedia Jasa harus mengadakan tindakan pencegahan atas risiko kehilangan dan
keselamatan pekerja selama dalam pelaksanaan dengan melengkapi sepatu lapangan,
topi, sabuk pengaman atau sejenisnya. Pada tempat-tempat yang diperlukan Penyedia
Jasa, harus memasang penerangan, tanda dan penjaga atau alat pengamanan lainnya.
Penyedia Jasa harus mentaati peraturan tentang keselamatan kerja yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah. Penyedia Jasa dapat mengadakan pertemuan berkala
antara kepala bagian keamanan dengan Direksi guna meningkatkan keamanan.
Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi selambat-lambatnya 24 (dua puluh
empat) jam setelah kejadian kecelakaan kerja. Penyedia Jasa harus selalu menyediakan
alat pemadam kebakaran yang selalu siap pakai di tempat lokasi pekerjaan atau
ditempat-tempat yang ditunjukkan Direksi. Penyedia Jasa juga harus bertanggung
jawab atas keselamatan dan keamanan tenaga kerja dari sub Kontraktor. Penyedia
Jasa harus menyediakan fasilitas PPPK untuk tenaga kerjanya yang selalu siap pakai
setiap saat.
3) Keamanan
Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu sebelum
semua resiko kematian atau kecelakaan terjadi pada setiap orang yang dipekerjakan
pada pekerjaan atau orang lain yang mempunyai cukup alasan berada di lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa juga harus menjaga keselamatannya sesuai petunjuk Direksi.
Penyedia Jasa harus memperhatikan hal-hal yang perlu terhadap rusaknya barang-
barang milik Pemberi Tugas atau milik orang lain yang berdekatan dengan lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa harus mentaati peraturan pencegahan kecelakaan dan
peraturan keselamatan sepanjang waktu pelaksanaan. Penyedia Jasa harus
melaporkan kepada Direksi semua kejadian mengenai kematian atau luka serius pada
setiap orang yang ada dilokasi pekerjaan yang terlibat oleh pekerjaan Penyedia Jasa.
4) Penyimpanan Bahan Bakar
Penyedia Jasa harus merencanakan tempat penyimpanan bahan bakar pada tempat
yang aman dari jangkauan api dan mudah untuk mengadakan bongkar muatan atau
penanganannya. Penyedia Jasa harus mengurus ijin kepada pemerintah untuk
menyimpan bahan bakar di tempat/lokasi pekerjaan, ongkos atau biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam mendapatkan ijin menjadi tanggungannya
sendiri.
5) Pemadam Kebakaran
Penyedia Jasa harus menyediaka fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan yang
disyaratkan dalam peraturan pemerintah atau petunjuk Direksi. Tidak diperkenankan
membakar hasil pembersihan dan hasil tebangan pohon pada saat musin kemarau
tanpa seijin Direksi. Penyedia Jasa harus memadamkan semua api atau bara api yang
ada di lokasi atau sekitarnya, kecuali bila api itu merupakan sumber api alam.
4.14. Gambar Teknis
1) Gambar yang disediakan oleh Pengguna Jasa
Gambar-gambar yang disediakan oleh Direksi Pekerjaan hanyalah semata-mata untuk
maksud penawaran. Setelah perjanjian Kontrak ditandatangani, berdasarkan gambar
tersebut, Penyedia Jasa dapat mempersiapkan dan membuat gambar pelaksanaan
(construction drawing). Penyedia Jasa harus bekerja berdasarkan pada gambar
pelaksanaan.
2) Gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa
a) Umum
Semua gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa, harus menurut atau sesuai
dengan ukuran yang ditetapkan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus menyerahkan

8|Bagian-9
gambar-gambar tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk dikoreksi dan disahkan
sebelum pekerjaan yang dimaksud dimulai. Sebagai koreksi dari Direksi dapat
menghasilkan gambar-gambar yang sama atau berbeda sama sekali dengan
Dokumen Tender. Tidak ada tambahan biaya khusus untuk maksud tersebut di
tas.
b) Gambar-gambar Pelaksanaan (Construction Drawing)
Setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa harus membuat gambar
pelaksanaan berdasarkan gambar kontrak atau dengan perubahan-perubahan
seperlunya sesuai dengan pelaksanaan di lapangan nantinya. Penyedia Jasa
harus mengerjakan pekerjaan di lapangan sesuai/menurut gambar pelaksanaan
yang telah disetujui oleh Direksi. Semua gambar baik bentuk maupun ukurannya
harus skalatis namun Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
dengan mengukur skala pada gambar, tapi harus menggunakan dimensi/angka
yang tertera dalam gambar. Pada bagian-bagian tertentu untuk memperjelas
dalam pelaksanaan harus dibuat gambargambar detail dengan skala besar.
Gambar-gambar tambahan bila dirasa perlu dapat dibuat oleh Penyedia Jasa,
guna memperjelas dalam pelaksanaan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk
maksud tersebut di atas menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
c) Gambar Kerja
Penyedia Jasa dapat membuat gambar kerja berdasarkan gambar pelaksanaan.
Gambar kerja dibuat untuk mengetahui rangkaian urutan kerja suatu kegiatan,
di dalam gambar kerja antara lain harus memperlihatkan bentuk bangunan yang
akan dicor, penulangannya, material yang digunakan, letak bangunan, dimensi
dan detail-detail lain yang diperlukan. Semua gambar kerja harus disetujui oleh
Direksi sebelum digunakan
d) Gambar Tata Letak Bangunan Sementara
Tiga puluh (30) hari setelah pengumuman pemenang, Kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi lay out (tata letak) bangunan-bangunan pendukung
sebanyak tiga (3) set untuk mendapat koreksi dan persetujuannya. Gambar lay
out tersebut harus mencantumkan, letak kantor Direksi, letak gudang,
bangunan, penimbunan, bengkel dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan
selama dalam pelaksanaan.
e) Gambar Purnalaksana (As Built Drawing)
Selama dalam pelaksanaan/pekerjaan berjalan, Kontraktor dapat
mempersiapkan gambar purnalaksana (as built drawing) yang mencakup semua
jenis pekerjaan yang dikerjakan. Format gambar purnalaksana harus disetujui
oleh Direksi. Gambar purnalaksana dapat digunakan oleh Direksi sebagai alat
untuk memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan. Bila untuk semua
jenis pekerjaan telah dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan gambar
pelaksanaan serta sudah dapat diterima oleh Direksi, maka Kontraktor dapat
menggambar hasil pelaksanaan tersebut menjadi gambar purnalaksana. Setelah
disetujui oleh Direksi, Gambar (purnalaksana) ini secara bersama-sama
ditandatangani oleh Kontraktor dan Direksi. Tiga puluh hari sesudah
penyerahan pekerjaan (Penyerahan I) , Kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi gambar purnalaksana tersebut sebanyak satu set, serta copynya sebanyak
satu set yang telah ditandatangani oleh Direksi.
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan lain-lain ini harus memuat :
5.1. Pengukuran
1) Pembongkaran Struktur
Kuantitas yang dihitung untuk pembongkaran untuk semua jenis bahan harus
berdasarkan jumlah aktual dari hasil pembongkaran dalam meter kubik, kecuali untuk
pembongkaran bangunan gedung, pembongkaran rangka baja, pembongkaran lantai
jembatan kayu, pembongkaran jembatan kayu dalam meter persegi dan
pembongkaran batangan baja dalam meter panjang. Untuk pengangkutan hasil
bongkaran ke tempat penyimpanan atau pembuangan yang melebihi 5 km harus
dibayar per kubik meter per kilometer.
2) Pekerjaan Gebalan Rumput

9|Bagian-9
Pengukuran untuk pembayaran gebalan rumput akan dilakukan atas areal pelaksanaan
dalam meter persegi sampai pada batas-batas seperti yang ditentukan di dalam
gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
3) Pekerjaan Kayu
Pengukuran untuk pembayaran atas kayu yang disediakan dan dipasang pada
bangunan harus diukur panjang setiap batang dan ukuran potongan melintang sesuai
dengan keperluannya.
4) Pekerjaan Besi Tulangan
Perhitungan pengukuran untuk pembayaran semua pengadaan dan pemasangan besi
tulangan, dibuat berdasarkan berat rencana besi tulangan yang dilaksanakan dalam
beton sesuai dengan gambar atau petunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
5) Pekerjaan Besi
a) Pipa galvanis untuk saringan batu
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pipa dibuat berdasarkan panjang yang
terpasang sesuai dengan gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Tangga Besi
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pipa dibuat berdasarkan panjang yang
terpasang sesuai dengan gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
c) Pipa galvanis untuk pagar pengaman dan sebagainya
Pengukuran untuk pembayaran pipa pagar pengaman dibuat berdasarkan
panjang pipa terpasang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
d) Expantion joint pada Jembatan
Pengukuran untuk pembayaran expantion joint dibuat berdasarkan meter
panjang terpasang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
6) Pengecatan
Pengukuran untuk pembayaran atas pekerjaan pengecatan pada bangunan harus
diukur berdasarkan luasan.
7) Tulangan dowel
Pengukuran untuk pembayaran tulangan dowel dibuat sesuai dengan jumlah berat
tulangan dowel yang terpasang pada bangunan sesuai gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
8) Pengisi Sambungan Elastik
Pengukuran pembayaran pengisi sambungan elastis diukur berdasarkan jumlah
panjang sambungan pada bangunan yang dikerjakan.
9) Pipa PVC
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pengadaan, pemasangan pipa PVC harus
dibuat sesuai dengan panjang pipa PVC yang dilaksanakan sesuai gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
10) Lubang Drainase PVC
Pengukuran untuk pembayaran lubang drainasi PVC dibuat sesuai dengan jumlah set
lubang drainasi yang dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
11) Jalan Penghubung Sementara atau Jalan Inspeksi
Pengukuran untuk pembayaran jalan penghubung sementara disesuaikan dengan
dengan jenis pekerjaan yang berkaitan dalam pembuatan jalan inspeksi yang
dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
12) Papan Nama Proyek
Pengukuran untuk pembayaran papan nama proyek disesuaikan dengan jumlah set
papan nama proyek yang dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
13) Gambar Teknis
Pengukuran untuk pembayaran gambar teknis disesuaikan dengan jumlah set gambar
yang harus sesuai atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
5.2. Dasar Pembayaran
1) Pembongkaran Struktur
Pekerjaan diukur seperti ditentukan di atas harus dibayar berdasarkan Harga Kontrak
per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan

10 | B a g i a n - 9
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pembuangan atau pengamanan,
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan, untuk
semua pekerja, peralatan, perkakas, dan semua pekerjaan lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti disyaratkan.
2) Pekerjaan Gebalan Rumput
Pembayaran akan dilakukan atas dasar jumlah meter persegi yang telah diukur seperti
tersebut diatas dengan ketentuan harga satuan per meter persegi yang tercantum di
dalam Bill of Quantities.
3) Pekerjaan Kayu
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan kayu pada bangunan dibuat
berdasarkan harga satua per meter kubik seperti yang tercantum dalam Rencana
Anggaran Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan,
penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan
yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk
besi beton dan lain – lain.
4) Pekerjaan Besi Tulangan
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan besi tulangan akan dibuat dalam
harga satuan perkilogram seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
mencakup biaya upah kerja, material dan peralatan, termasuk biaya-biaya
pengangkutan, penempatan, penurunan, penyimpanan, pemotongan, pengikatan,
pembersihan, pemasangan, dan penempatan pada posisinya untuk semua besi
tulangan seperti yang diperlihatkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi.
5) Pekerjaan Besi
a) Pipa galvanis untuk saringan batu
Pembayaran untuk pengadaan material, pemasangan, pengangkutan dan
finishing semua pekerjaan pipa besi dibuat berdasarkan harga satuan per meter
panjang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga
satuan harus mencakup upah kerja, harga bahan.
b) Tangga Besi
Pembayaran pekerjaan tangga besi dibuat dalam harga satuan pekerjaan besi
tulangan berdasarkan kenyataan yang terpasang seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan harus sudah mencakup semua biaya
upah pekerjaan, material, peralatan dan biaya tak terduga untuk
penyempurnaan, penyimpanan, pengangkutan besi bulat, pembuatan,
pemasangan, pengecatan, mur, baut dan pekerjaan atau material lainnya yang
diperlukan.
c) Pipa galvanis untuk pagar pengaman dan sebagainya Pembayaran pipa besi
pengaman harus dihitung berdasarkan harga satuan meter panjang pipa, seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan mencakup
biaya upah pekerja, peralatan, pengadaan bahan, pembuatan, pengangkutan,
pemasangan, pengecatan pipa pengaman, penutup, pembengkokan dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
d) Expantion joint pada Jembatan
Pembayaran expansion joint dibuat berdasarkan harga satuan per meter
panjang yang dilaksanakan sesuai gambar seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, mencakup semua upah pekerja, pengadaan material,
peralatan, pengangkutan, pemasangan, baut, angker dan pekerjaan lainnya
yang diperlukan.
6) Pengecatan
Pembayaran untuk pengadaan dan pengecatan dibuat berdasarkan harga satuan per
unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup biaya– biaya
pengadaan material, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang
diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk besi.
7) Tulangan dowel
Pembayaran untuk tulangan dowel harus dibuat berdasarkan harga satuan kilogram
besi batang tulangan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan mencakup
semua biaya pengadaan, pemasanagn seperti dinyatakan diatas, berikut penutup
selang PVC, tabung atau pipanya.
8) Pengisi Sambungan Elastik

11 | B a g i a n - 9
Pembayaran pengisi sambungan elastis dibuat dengan harga satuan permeter panjang
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah mencakup pengisian
aspal panas cair pada sambungan seperti tersebut diatas.
9) Pipa PVC
Pembayaran pipa PVC dibuat berdasarkan harga satuan permeter panjang seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang mencakup semua biaya
pengadaan dan pemasangan pipa PVC seperti diuraikan diatas.
10) Lubang Drainase
Pembayarannya dibuat berdasarkan harga satuan perbuah seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitias dan Harga, mencakup upah pekerja, material, peralatan
termasuk pengadaan, transportasi pipa PVC dan pemasangan filter pasir dan kerikil.

No Uraian Satuan Pengukuran


1. Pembongkaran Pasangan Batu Meter Kubik
2. Pembongkaran Beton Meter Kubik
3. Pembongkaran Beton Prategang Meter Kubik
4. Pembongkaran Rangka Baja Meter Persegi
5. Pembongkaran Gelagar Baja Meter Panjang
6. Pengangkutan Hasil Bongkaran yang melebihi Meter Kubik Per km
7. 300 meter
8. Pekerjaan Gebalan Rumput Meter Persegi
9. Pekerjaan Kayu Meter Kubik
10. Pekerjaan Besi Kilogram
11. Pengecatan Meter Persegi
12. Tulangan Dowel Kilogram
13. Pengisi Sambungan Elastik Meter Panjang
14. Pipa PVC Meter Panjang
15. Lubang Drainase Buah
16. Jalan Penghubung Sementara Lumpsum
17. Papan Nama Proyek Lumpsum
18. Gambar-Gambar Teknis Meter Kubik Meter Lumpsum

12 | B a g i a n - 9
BAGIAN – 5

PEKERJAAN PASANGAN

1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan
adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu
kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan
detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
- SNI 2836-2008 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
- SNI 2837-2008 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

American Standard Test Method :


- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai
4 mm yang biasa disebut pasir.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai
31,5 mm yang biasa disebut kerakal.
3.3. Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang dibubuhkan
ke dalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah
beberapa sifatnya.
3.4. Batu alam adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang bersatu dan
memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang berbentuk secara
alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah.
3.5. Batu candi adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus
untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan.
3.6. Batu pecah adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau dibelah
menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam pembuatan
bangunan dasar

1|Bagian-5
3.7. Bata tras kapur adalah suatu jenis bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan
utama kapur pada air dan tras alam dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
3.8. Benda uji adalah sejumlah semen dengan berat tertentu yang disiapkan dari contoh
portland semen
3.9. Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu
kamar dengan satuan isi.
3.10. Bronjong adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat oleh
anyaman kawat.
3.11. Gips adalah bahan untuk membuat adukan plesteran atau pelapisan lainnya yang
harus mengandung minimum 66% berat senyawa Kalsium Sulfat hemihidrat (CaSO4
½H2O).
3.12. Kapur untuk bahan bangunan adalah kapur yang dibagi dalam dua macam
berdasarkan penggunaan yaitu kapurpemutih dan kapur aduk.
3.13. Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas
saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula.
3.14. Papan gips adalah papan buatan yang bagian tengahnya terbuat dari bahan gips
(gypsum), sedang pada bagian permukaannya diberi kertas lapis dasar dengan atau
tanpa lapisan luar lainnya dan dapat digunakan untuk dinding, langit-langit dan
dinding pemisah yang bersifat dekoratif.
3.15. Pasangan batu kosong adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material
yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya gerusan.
3.16. Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal
senyawa Kalsium Sulfat.
3.17. Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Portland dengan pozolan antara
15% - 40% berat total campuran.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN

Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :

4.1. Toleransi
1) Pasangan Batu, Pasangan Batu dengan Mortar, dan Adukan Semen.
a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan
mortar tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata
pasangan batu dengan mortar di sekitarnya.
b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata
selokan dan saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar
tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran
yang ditentukan atau disetujui, juga tidak bergeser lebih dari 5 cm dari
profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar 10 cm.
d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm dari
profil yang ditentukan atau disetujui.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Ukuran batu, 85% minimal ukurannya sama.
b) Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari 40%.
c) Lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5%, sedangkan terhadap panjangnya
±3%.
d) Kelebihan / tambahan pada tepi pasangan batu kosong yang horizontal
dibuat selebar 30 cm dari batu-batu yang terpilih.

4.2. Persyaratan Bahan


1) Pasangan Batu
a) Batu

2|Bagian-5
i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan
harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk
untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
ii. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali
yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori.
iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah
yang menyelimuti agar permukaan batu bersih.
v. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3
dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat
atau batu kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya
dipecah atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan dan digunakan
bersama-sama dengan batu belah.
vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus
memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang
dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari
satu setengah kali lebarnya.
b) Pasir
i. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil
dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
ii. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah
organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi
dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang
akan menurunkan mutu pasangan batu.
c) Adukan
Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Bagian
Adukan Semen dari Spesifikasi ini.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Kawat Bronjong
i. Haruslah baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279-03 tipe
Z, dan ASTM A641/AA641M. Lapisan galvanisasi minimum haruslah
0,26 kg/m2.
ii. Karakteristik kawat bronjong adalah :
Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG Jaringan, diameter : 4,0
mm, 8 SWG Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG Kuat Tarik :
4200 kg/cm2 Perpanjangan diameter : 10% (minimum)
iii. Anyaman : Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang
teranyam dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60
mm yang dibuat sedemikian rupa hingga tidak lepas-lepas dan
dirancang untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang
diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat harus diikat pada
kerangka bronjong sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan
pada kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
iv. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan
dimensi yang disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian
sehingga dapat dikirim ke lapangan sebelum diisi dengan batu.
b) Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu
yang keras dan awet dengan sifat sebagai berikut :
i. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.
ii. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.
iii. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.
iv. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium
sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang
dari 10 %. Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut
tajam, berat tidak kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi minimum

3|Bagian-5
300 mm. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan batu yang
ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai cukup tinggi.
c) Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous dengan gradasi yang dipilih
sedemikian hingga tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan
landasan dan juga bahan landasan tidak hanyut melewati pasangan batu
kosong atau bronjong.
d) Adukan Pengisi (Grout)
Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton
fc’ 15 MPa atau K-175 seperti yang disyaratkan.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
1) Batu
i. Batu harus terdiri atas batu alam atau batu dari sumber bahan yang
tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan
terhadap udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi
yang dimaksud.
ii. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebelum digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air
sedapat mungkin harus berbentuk persegi.
iii. Mutu batu harus sesuai dengan bahan batu pada Bagian Pekerjaan
Pasangan Batu Kosong dan Bronjong dari spesifikasi ini.
iv. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua
batu yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus
mempunyai dimensi lebih besar dari 10 cm.
2) Mortar
Mortar harus merupakan adukan semen yang memenuhi ketentuan
Bagian Adukan Semen dari Spesifikasi ini.
4) Adukan Semen
i. Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994
ii. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45-04
iii. Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan
lekukan (popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N
dalam ASTM C207
iv. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan
harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui
dapat diminum dapat digunakan. Jika timbul keragu-raguan atas mutu air
yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen
dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air
suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan
air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
4.3. Persyaratan Kerja
1) Pasangan Batu
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat bahan sesuai dengan pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh
dimulai sebelum ada persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas
sanitasi cukup tersedia untuk pekerja.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran
hasil pengujian seperti yang disyaratkan di atas.
ii. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.

4|Bagian-5
3) Pasangan Batu dengan Mortar
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan
untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar, Penyedia Jasa harus
mengajukan kepada Direksi Pekerjaan dua contoh batu yang
mewakili, masing-masing seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan
disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama periode
Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan
digunakan dalam pekerjaan.
ii. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai
sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan
untuk pelapisan.
b) Kondisi Tempat Kerja
Ketentuan yang disyaratkan dalam Persyaratan Pelaksanan Bagian
Pekerjaan Timbunan dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar
senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di
lapangan untuk para pekerja, harus juga berlaku untuk pekerjaan
pasangan batu dengan mortar
4) Adukan Semen
Dalam pengajuan kesiapan kerja Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari
semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan bagian ini.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
5.1. Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat
menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan
menjamin tercapainya mutu adukan yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konstruksi yang
akan dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih
tinggi dari tanah sekitarnya ).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi
petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran
disiapkan secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak
pengangkutan adukan dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah
konstruksi yang akan dibangun.
2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untuk Bagian Galian Spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi
untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang
juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar
pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang
digunakan harus memenuhi ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi
ini.
3) Pelaksanaan Pemasangan Batu
a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan
air dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak
penampung adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu
dan buruh pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.

5|Bagian-5
b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design
bangunan. Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10
cm sebagai lantai kerja.
c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan
minta persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang
melekat serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak
2 – 3 cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar
terikat kuat dengan adukan.
f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat
dengan menggunakan sendok adukan.
g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada dinding
penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon yang
dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang bersamaan dengan
pasangan batu.
h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan
jarak tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya
(diatasnya) dipasang berselang-seling arah vertikal.
i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan
yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
4) Pelaksanaan Kotak Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata
dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air
mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga
harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada
sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir
(1 Pc : 4 Ps) c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak
pengaduk, disusul 1 takar semen dan 2 takar pasir berikutnya.
d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata
(homogen).
e) Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh
adukan homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan
tidak terurai saat dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat
dituang tidak terlalu kering, sehingga mudah digunakan.
f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan
batu. Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan
harus sudah dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm
dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh
rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang
belum mengeras.
i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan
dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
5) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak
harus di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga
bagian pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar
kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm
dibawah permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan
dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan
plesteran.
6) Pelaksanaan Siaran

6|Bagian-5
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau
petunjuk Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus
dikorek sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis
siar rata dan siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian
pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara
pasangan siaran.
5.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci
pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong.
Landasan harus dipasang sesuai dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang
disiapkan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan pasangan
batu kosong atau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh
bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau
ulir penarik kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong.
Sambungan antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri.
Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat
dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan.
Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan
terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah
diisi setengah dari tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan
(settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus
mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang
penarik atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan
vertikal harus dibuat berselang seling.
3) Penempatan Pasangan Batu Kosong
a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada
garis dan arah yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan
dipadatkan lapis per lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, maka lapisan dasar berupa lapisan saringan pasir
setebal 7,5 cm dan lapis saringan kerikil diatasnya setebal 12,5 cm atau
seperti tercantum dalam gambar, harus dibuat.
c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi Teknik. Lapisan
dasar harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun
demikian menjadi pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan
batu pecah.
d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong
harus diletakkan pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga
pasangan batu kosong yang selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak
akan longsor.
e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus
diusahakan agar semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan
baik pada bidang yang datar. Batu belah harus diletakkan demikian rupa
sehingga tidak menonjol diatas garis yang dicantumkan dalam gambar
atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan. Semua celah dalam pasangan
batu kosong harus diisi (dikunci) dengan batu pecah yang baik. Banyaknya
batu pecah yang dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan
untuk mengisi rongga diantara batu belah.

7|Bagian-5
f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai
dengan persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong
dengan kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas
pasangan batu kosong. Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat
pilihan yang lebar diletakkan pada jalur dan arah yang sesuai dengan
gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan
a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh
sebelum ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah
dipasang sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di
atasnya. Batu harus ditanamkan secara kokoh pada lereng dan dipadatkan
sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan sampai
membentuk ketebalan pasangan batu kosong yang diperlukan.
b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-
batu kecil, sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi
dengan beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10
mm dari permukaan batu-batu tersebut.
c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak
kurang dari 3 hari setelah selesai dikerjakan
5.3. Pasangan Batu dengan Mortar
1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang
dilaksanakan setiap satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat
kecepatan pemasangan yang menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan
batu hanya dipasang dengan adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai
pelapisan selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap
awal harus dibuat seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu
dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas-batas yang
ditentukan harus dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu
dengan mortar.
2) Penyiapan Formasi atau Pondasi
a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan
sesuai dengan ketentuan.
b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu
dengan mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan
ketentuan Bagian Galian.
c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan
jika disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.
3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan.
b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
4) Pemasangan Lapisan Batu
a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus
dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu
akan tertanam pada adukan sebelum mengeras.
b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen
sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai
mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan di mana tebal ini akan
diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu
batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan

8|Bagian-5
sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai
menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan
harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan
cara menyapunya dengan sapu yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang
disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian
Beton dari Spesifikasi ini.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus
dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan memberikan
drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan
batu dengan mortar.
f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan
adukan mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga semua
batu akan terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan
pemasangan batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu
terlebih dahulu batu kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.
5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit di
mana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat
disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau
cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran maksimum batu yang
digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan
yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan
proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan
berikutnya harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak
sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan
kuat, dan jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu
dengan mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan,
sebagaimana yang diuraikan untuk Pasangan Batu dalam Bagian Pasangan
Batu dari Spesifikasi ini.
c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang
terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas
untuk pelapisan batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus
ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian Timbunan.
5.4. Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran
menunjukkan warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk
kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air
ditambahkan harus dibuang.
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari
minyak atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah
dibasahi sampai merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang
tergenang pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan
adukan semen.

9|Bagian-5
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan
pada permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup
sehingga menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk
menjadi permukaan yang halus dan rata.

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
6.1. Pasangan Batu
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.
Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak
lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter
50 mm.
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m.
Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi
dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus
dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous
berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga
tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan
Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata
dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu,
sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan
batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm,
dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng
melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang
dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam
dimensi struktur yang disyaratkan.
c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
e) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam
waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai
dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan,
atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan
yang berkaitan dengan Bagian Pekerjaan Timbunan.
f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu
sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan
pada tepi pekerjaan pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak
a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di
atas harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, dengan cara
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik, yang menurut Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian

10 | B a g i a n - 5
Penyedia Jasa. Penyedia Jasa tidak diminta pertanggungjawabannya
terhadap kerusakan akibat bencana alam, seperti angin topan atau tanah
longsor yang tidak dapat dihindari di tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan
tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis bisa diterima
alasannya oleh Direksi Pekerjaan.
6.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas
6.3. Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi
yang disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari Spesifikasi ini harus
diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri dan dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan
terganggu atau rusak, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan
diakibatkan oleh kelalaian Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus
mengganti dengan biayanya sendiri untuk setiap pekerjaan yang
terganggu atau rusak. Penyedia Jasa tidak bertanggungjawab atas
kerusakan yang timbul berasal dari alam seperti angin topan atau
pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindarkan, dengan syarat
pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas
pemeliharaan rutin dari semua pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk
drainase yang telah selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk
eriode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan
dan harus dibayar terpisah.
6.4. Adukan Semen
1) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam
beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan harus memiliki
kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan untuk beton dimana adukan
semen dipakai.
2) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, adukan semen untuk pasangan harus
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari. Dalam adukan
semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak 10% berat semen.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :
7.1. Pengukuran
1) Pasangan Batu
a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai
volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang
disyaratkan dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang
disetujui harus tidak diukur atau dibayar.

11 | B a g i a n - 5
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan
bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai
Drainase Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang
harus dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau
pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan
kembali yang diperlukan.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari
bronjong atau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi
yang digunakan untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari
masing-masing keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang
diuraikan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran
dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan
diterima.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan
dan saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal
harus ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah
selesai
dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan
pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari
berikut ini :
i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan;
ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.
c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk
pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai
volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang
ditentukan atau disetujui.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan ini
harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
7.2. Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga
Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau
pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk
pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan
akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Bagian ini.

No Uraian Satuan Pengukuran


1. Pasangan Batu Meter Kubik
2. Pekerjaan Plesteran Meter Persegi
3. Pekerjaan Siaran Meter Persegi
4. Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan Meter Kubik
5. Pasangan Batu Kosong Meter Kubik
6. Bronjong Meter Kubik
7. Pasangan Batu dengan Mortar untuk saluran Meter Kubik

12 | B a g i a n - 5
BAGIAN – 8

PEKERJAAN PINTU AIR

1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indoensia (SNI) :


- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di
Laboratorium
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran Struktural
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan
Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural.
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan Bangunan Bukan
Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan Bangunan Dari
Besi/Baja)
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan Bangunan Dari
Logam Bukan Besi)

3. ISTILAH DAN DEFINISI


3.1. Beban batas adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh benda uji sebelum
mengalami patah dan atau pecah.
3.1.1. Beban batas proporsional adalah kondisi pembebanan maksimum yang masih
memberikan hubungan linear antara besarnya beban dengan deformasi yang terjadi.
3.2.1. Benda uji tidak bebas cacat adalah benda uji yang mempunyai cacat yang dapat
melemahkan kekuatan kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi, seperti retak,
mata kayu, serta miring dan gubal. Cacat yang membahayakan konstruksi seperti
lapuk, keropos, termakan serangga (bubuk), dan bengkok atau melengkung, tidak
diperkenankan.
3.2. Cacat kayu adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan atau mengurangi
mutu kayu konstruksi.
3.3. Deformasi adalah perubahan bentuk benda uji yang sedang dibebani.
3.4. Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang diberikan
pada benda uji.
3.5. Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam milimeter,
dan ukuran panjang dalam meter.
3.6. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya
3.7. Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen struktur
bangunan, dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50 mm.

1|Bagian-8
3.8. ekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana beban
terpusat atau reaksi tumpuan.
3.9. endutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm.
3.10. Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan beban
lentur.
3.11. Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan kayu uji
yang sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur)

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pintu ini harus memuat :
4.1. Toleransi Dimensi
1) Pekerjaan besi/baja
a) Batang sambungan geser (struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing
flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih besar.
b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m
(1) Diameter Lubang
Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : +1,8 mm - 0,4 mm
(2) Alinyemen Lubang
Elemen utama, dibuat di bengkel : ± 0,4 mm
Elemen sekunder dibuat di lapangan : ± 0,6 mm
c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter
2) Pekerjaan Kayu
Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5 mm untuk
setiap panjang balok 2.00 meter
3) Pekerjaan Pengelasan.
Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagian-bagian
yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih
tipis atau 3 mm untuk material yang tebalnya lebih besar 12 mm
4.2. Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Daun Pintu
a) Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI 03-
6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja
b) Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm, 100 mm
dan 120 mm. Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan
kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI 03–3959–1995, Metode Pengujian
Kuat Lentur Kayu di Laboratorium dan persyaratan pengujian kuat Tekan sesuai
SNI 03–3958– 1995, Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan
sebelum dipasang harus diawetkan terlebih dahulu sesuai SNI 03–3233–1009,
Tata Cara Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung.
2) Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun kerangka
ambang baik yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar tahan terhadap
cuaca harus dicat dengan “coaltar epoxy resin”, Pengecatan Komponen tersebut harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 – 6452 – 2000, Metode Pengujian cat bitumen
sebagai lapis pelindung
3) Pekerjaan alat angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka
pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;

2|Bagian-8
b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat batang
Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-
6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja;
c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter
pada setiap panjang 3 (tiga) meter.
4.3. Persyaratan Kerja
1) Daun Pintu
a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan
komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan
Gambar dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia
Jasa harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air
adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2
(dua) milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800
bentang pada beban maximum;
e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur
dan cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir
agar menerus. Tegangan tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50% (lima
puluh persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian
sehingga dapat menahan air dengan baik.
2) Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas dan
kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada pemasangan
rangka pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka
pintu tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan
agar dapat meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau pasangan
batu kali tanpa terjadi pelenturan.
b) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter
pada setiap panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin
dan diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan.
c) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung
pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat.
3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan
tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan
mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan
komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus
direncanakan agar mampu menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang
yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus dibuat oleh Penyedia
Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
(1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
(2) Roda gigi reduksi

3|Bagian-8
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor
tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda gigi dan
bantalan harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai
“rumah” yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
(3) Kloping
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan
pelekatan secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian kedudukan
pintu dilapangan.
(4) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang
disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat
dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda
gigi dan bantalan pemandu sebagai penguat.
(5) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
(6) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang
dapat mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk
memutar alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas) kilogram.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pintu ini harus memuat :
5.1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan rencana,
yang meliputi :
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
- Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
- Beban – beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan
terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet
sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan
perangkat. Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat pintu
ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu
terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas
rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau menurunkan
pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah sebagai
berikut :

Batang Baja Tegangan Izin


- Tegangan Tarik 1200 kg/cm2
- Tegangan Desak 1200 kk/cm2
- Tegangan Lentur 1200 kg/cm2
- Tegangan Geser 700 kg/cm2

Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima
puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen
yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh melebihi
tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang
melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang

4|Bagian-8
digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam)
mm. Modulus kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama
harus kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.

b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau
kondisi beban rata – rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan
terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai berikut :

Angka keamanan bagi tegangan


Tarik dan
Bahan Tarik dan
Tarik geser
desak
- Baja untuk generator atau 5,0 5,0 8,7
konstruksi yang dilas
- Baja karbon tempa 5,0 5,0 8,7
- Baja karbon untuk 5,0 5,0 8,7
konstruksi mesin bangunan
- Baja batang tahan karat 5,0 5,0 8,7
- Baja karbon tuang 5,0 5,0 8,8
- Besi tuang 10,0 10,0 10,0
- Brons tuang 8,0 8,0 10,0

c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan
tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang
diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
5.2. Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan, pintu
harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya. Setiap
kesalahan dan ketidak tepatan yang ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak
karet harus tepat pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok atas
dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua ukuran
rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan setiap kesalahan
dan ketidak tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus
sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua
kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang terjadi pada
setiap gerakan peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua
pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak
tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian diulang kembali.
5.3. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar yang
telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Letak
baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka pintu dengan posisi
yang tepat.
b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat beton
dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk menjamin
posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit tambahan.
c) Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada permukaan yang tepat
sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak diperkenankan bila
belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus
diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas toleransi.
Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.

5|Bagian-8
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu–pintu harus
dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli harus
dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah
dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap
dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat
pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan pintu,
pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan
tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan stang, kemudian ditest
dandistel sehingga dapat dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk
pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan
yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu)
tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di lapangan
dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan. Cat
harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam selama
dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 10o Celcius;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya sebelum
dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada
bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada
diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI
06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat)
lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total lapisan
tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan
harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak
selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan harus
dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam bensin agar
tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu
dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur
metal atau las busur otomatis;

6|Bagian-8
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh
standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan
listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin harus
di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang
las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan
daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa
cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding carbon
and Carbon Manganise steels.
6) Pekerjaan Alat Angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka
pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang
penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-
6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja);
c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter
pada setiap panjang 3 (tiga) meter;
d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan
agar dapat meneruskan gaya–gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu
kali tanpa terjadi pelenturan.

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
lain-lain ini memuat :
6.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis
pekerjaan).
6.2. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan)

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pintu harus memuat :
7.1. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada
bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan.

7|Bagian-8
7.2. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan harga
satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup
biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan, penurunan, pemotongan, finishing,
pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan
semua perangkat keras yang diperlukan termasuk besi beton dan lain – lain.

No Uraian Satuan Pengukuran


1. Pekerjaan Kayu Meter Kubik
2. Pekerjaan Pintu Unit
3. Pekerjaan Besi Kilogram
4. Pengecatan Meter Persegi

8|Bagian-8

Anda mungkin juga menyukai