UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, MMed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
F: 02/006
FORMULIR PENGAJUAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN
UNTUK SURVEI, EPIDEMIOLOGI ATAU SOSIAL BUDAYA
kerjasama nasional
kerjasama internasional
(lampirkan persetujuan etik dari negara tersebut)
4 Tipe Proposal
Baru
Lanjutan
Perubahan
Perbaikan
√ Ya Tidak
Bila Ya, apakah ada rekomendasi KPPH tentang protokol penelitian yang diajukan?
Ya √ Tidak
Tikus rattus wistar, jantan, dewasa, berusia 3-4 bulan, diperoleh dari
ekor. Sebelum perlakuan, ditimbang, diukur suhu rektal yang telah dilakukan
(40x20x20) cm3 setiap kandangnya berisi maksimal lima ekor. Suhu dalam
Setiap harinya tikus diberi makan berupa pelet 20 gr dan air minum diberikan
secara ad libitum agar kondisi fisik dan psikis tikus coba stabil.
1. kelompok 1 kontrol = Tanpa dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika
2. kelompok 2 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika,
kemudian dilakukan pengambilan sampel darah 24 jam perlakuan
3. kelompok 3 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika dengan
pemberian dosis doksisiklin yaitu 30mg/kg kemudian dilakukan pengambilan sampel darah
24 jam perlakuan
4. kelompok 4 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika dengan
pemberian dosis mannitol yaitu 1gr/kg (5 cc Mannitol 20%) kemudian dilakukan
pengambilan sampel darah 24 jam perlakuan
Selama Pelaksanaan :
POST TEST :
Tikus coba dikapitasi sesuai kelompok waktu pengamatan. Setelah dikapitasi, jaringan otak
dipotong dan diperiksakan histopatologis otak yang mengalami cedera otak traumatic. Bagian
tubuh tikus coba sisa pengambilan sampel otak akan ditanam sebagaimana lazimnya penelitian
sebelumnya.
√ Ya Tidak
3
(bila ya, beri penjelasan)
Sampel otak akibat cedera otak traumatik akan diambil untuk pemeriksaan histopatologis. Jadi
tikus coba akan dilakukan dekapitasi.
. A B C D
(*)
A : Penelitian yang dilakukan pada hewan invertebrata , atau tumbuhan , bakteri, amuba,
(binatang bersel satu)
B : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit sekali atau sama sekali tidak menimbulkan
rasa ketidaknyamanan
C : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit menimbulkan stres atau rasa sakit tetapi
pendek
D : Penelitian yang dilakukan pada hewan vertebrata dimana stress dan rasa sakit tidak bisa
dihindarkan
E : Prosedur yang menimbulkan rasa sakit diatas toleransi sakit pada hewan tanpa dianastesi,
dalam keadaan sadar
i. Lokasi dimana hewan akan ditempatkan :
Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, Oktober 2020
Peneliti Utama
4
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, MMed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
Lampiran 1.
SUSUNAN TIM PENELITI
5
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, MMed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
Lampiran 2.
BIODATA PENELITI UTAMA
A. Data Pribadi
Agama : Katolik
Pekerjaan : Dokter
1. Riwayat Pendidikan:
Ilmu
Bedah
2. Riwayat Pelatihan
Lampiran 3.
Pembimbing utama,
Keputusan : Diterima
Ditolak
Nomor rujukan :
Ketua
(Prof.Dr.drh.Rahmawati Malaka,M.Sc)
8
FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, Mmed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
Lampiran 5.
DESKRIPSI PENELITIAN
Perbandingan Efek Doxycycline Dan Mannitol Sebagai Matrix Metalloproteinase 9
(Mmp-9) Inhibitor Pada Kasus Cedera Kepala Traumatika Pada Tikus Rattus Wistar
9
cerebri. Oleh karena itu, penghambatan MMP-9 menjadi target yang penting dalam perawatan
cedera otak traumatika.[5]
Saat ini, modalitas perawatan edema cerebri hanya mengatasi gejala dan belum ada
terapi medis yang efektif dalam memodulasi patofisiologi yang berperan pada kebocoran
mikrovaskuler yang diinduksi oleh cedera otak traumatika. [9] Tetrasiklin merupakan antibiotik
spektrum luas yang mampu melawan berbagai mikroorganisme. Penelitian pada tetrasiklin
menemukan sifat farmakologis penting yang berfokus pada pengaturan sistem kekebalan
tubuh dan jalur peradangan. Spektrum luas dari efek anti-inflamasi pada tetrasiklin
disebabkan karena kemampuannya dalam menghambat sintesis atau aktivitas dari beberapa
[10]
mediator peradangan , seperti MMPs, prostaglandin (PGE), dan sitokin (tumor necrosis
factor alpha (TNF-𝛼), interleukin-(IL-) 1𝛽, IL-6). [11]
Derivat tetrasiklin yang memiliki potensi inhibitor MMP non spesifik yang kuat
adalah doksisiklin dan mannitol.[9] Doksisiklin dan mannitol secara in vitro terbukti mampu
menghambat MMP-2 dan MMP-9, mengurangi invasi dan migrasi dalam sel kanker, dan
memunculkan efek anti inflamasi pada jaringan normal. [9,12,13] Dengan penelitian ini, peneliti
ingin mengetahui efek pemberian doksisiklin terhadap MMP pada edema cerebri setelah
cedera otak traumatika.
1. Bagaimana perubahan kadar MMP-9 pada tikus albino galur wistar yang mengalami
edema cerebri setelah cedera traumatika otak?
2. Bagaimana hubungan pemberian doksisiklin terhadap perubahan kadar MMP-9 pada tikus
albino galur wistar yang mengalami edema cerebri setelah cedera traumatika otak?
3. Bagaimana hubungan pemberian mannitol terhadap perubahan kadar MMP-9 pada tikus
albino galur wistar yang mengalami edema cerebri setelah cedera traumatika otak?
4. Bagaimana perbandingan efek doksisiklin dan mannitol terhadap perubahan kadar MMP-9
pada tikus albino galur wistar yang mengalami edema cerebri setelah cedera traumatika
otak?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
10
Untuk mengetahui perubahan kadar MMP-9 pada tikus albino galur wistar yang
mengalami edema cerebri setelah cedera traumatika otak.
Tujuan Khusus
1. Mengukur kadar MMP-9 pada tikus coba yang tidak mengalami edema cerebri.
2. Mengukur kadar MMP-9 pada tikus coba yang mengalami edema cerebri akibat
cedera traumatika otak.
3. Mengukur kadar MMP-9 pada tikus coba yang diberikan doksisiklin setelah
mengalami edema cerebri akibat cedera traumatika otak.
4. Mengukur kadar MMP-9 pada tikus coba yang diberikan mannitol setelah mengalami
edema cerebri akibat cedera traumatika otak.
5. Membandingkan kadar MMP-9 antara tikus coba yang tidak mengalami edema
cerebri, yang mengalami edema cerebri akibat cedera traumatika otak, yang
mengalami edema cerebri akibat cedera traumatika otak yang diberikan doksisiklin,
dan yang mengalami edema cerebri akibat cedera traumatika otak yang diberikan
mannitol.
Manfaat Penelitian
11
RANCANGAN PENELITIAN
Populasi penelitian adalah tikus model cedera otak traumatika dan tikus tanpa cedera
otak traumatika sebagai kontrol. Sampel dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
5. kelompok 1 kontrol = Tanpa dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika
6. kelompok 2 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika,
kemudian dilakukan pengambilan sampel darah 24 jam perlakuan
7. kelompok 3 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika
dengan pemberian dosis doksisiklin yaitu 30mg/kg kemudian dilakukan pengambilan
sampel darah 24 jam perlakuan
8. kelompok 4 = Kelompok dilakukan trauma dan kraniektomi cedera otak traumatika
dengan pemberian dosis mannitol yaitu 1gr/kg (5 cc Mannitol 20%) kemudian dilakukan
pengambilan sampel darah 24 jam perlakuan
12
Jadi jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah 6 ekor hewan coba (total tikus pada
penelitian ini 24 ekor).
Tikus model cedera otak traumatika dan tikus tanpa cedera otak traumatika, dengan
kriteria sampel sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Tikus (Rattus Norvegicus) galur Wistar Jantan
b. Berumur sekitar 3-4 bulan
c. Berat badan sekitar 300-400 gram
d. Tikus dalam keadaan sehat
2. Kriteria Eksklusi
a. Hewan coba terlihat sakit selama masa adaptasi (gerak tidak aktif)
b. Penurunan berat badan selama adaptasi > 10%
3. Kriteria Putus Penelitian:
b. Hewan percobaan mati sebelum penelitian selesai
c. Sampel darah rusak
KRITERIA OBYEKTIF
Kadar MMP-9 akan diukur dengan metode ELISA digolongkan ke dalam rentang konsentrasi
tertentu yaitu 0.01 ng/ml, 0.08 ng/ml, 0.2 ng/ml, 0.4 ng/ml dan 0.8 ng/ml. Kadar MMP-9
kemudian akan dibandingkan pada masing-masing kelompok sampel.
METODE PEMERIKSAAN
13
III.1. Alur Penelitian
ANALISIS DATA
Analisis statistik yang digunakan yang pertama adalah uji normalitas (Shapiro wilk)
data parametrik dan uji homogenitas (Levene) data non parametrik dengan p>0,05. Jika data
terdistribusi normal maka analisis dilanjutkan untuk membandingkan perbedaan rata-rata
antar variabel. Analisis yang digunakan analisis varian oneway ANOVA dan Post Hoc Test
metode LSD untuk data parametrik.
14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, Mmed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
Lampiran 6
ALAT DAN BAHAN YANG DIPAKAI PADA PENELITIAN
15
2. Bahan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Reagen MMP-9 tikus
b. Lidokain 2% 2 mL/ampul mengandung 40 mg lidokain
c. Povidon Iodine 10%
d. Alkohol 70 %
e. NaCl 0,9%
f. Aquabidest steril
g. Ketamin
16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245
Contact Person: dr. Agus Salim Bukhari, Mmed, PhD, SpGK, email: agussalim@ yahoo.com
Lampiran 9.
RINCIAN ANGGARAN
TOTAL : Rp.29.500.000,-
17