Anda di halaman 1dari 58

1.

Anda merencanakan penelitian 2 obat pelumpuh otot non-deparisasi untuk membandingkan


kecepatan pemulihan dari pengaruh obat pelumpuh otot tersebut. Pemantauan yang tepat
untuk tujuan penelitian tersebut adalah
a. Nervus tibialis di musculus abductor hallucis
b. Nervus faciallis di musculus orbicularis occuli
c. Nervus facialis di musculus orbicularis oris
d. Nervus peroneus communis di musculus extensor hallucis longus
e. Nervus ulnaris di musculus adductor pollicis

2. Pria 59 tahun dilakukan lobectomy paru karena keganasan. Pasien perokok dengan gejala
COPD. Pasien mendapat terapi ventolin inhaler dan aminophylline. Pada hari kedua pasca
bedah mendadak tekanan darah turun dari 140/90 menjadi 80f30 dengan nadi 140-170
kali/meniL Gambaran EKG irama tidak teratur, tanpa ada gelombang P (tanda tanda fibrilasi
atrial). Pengelolaan yang harus dilakukan adalah :
a. Synchronised DC shock
b. Terapi oksigen dengan aliran 6L/menit menggunakan NRM
c. Segera periksa serum K+ dan Mg+
d. Bolus digoxin intrevena
e. Bolus amiodarone 5mg/kg dalam waktu 30 menit
3. Pria 45 tahun berat badan 60 kg dengan cedera otak berat akan dilakukan lntubasl kontrol
ventilasl dengan target normokarbi. Untuk mencegah terjadlnya gejolak hemodinamlk saat
lntubasi dlberlkan fentanll komblnasl obat anestesi intravena. Diketahui target konsentrasi
fentanil 2ug/L, volume distrlbusi pada kondisi steady state 360 L dan volume pada
kompartemen sentral sebesar 13 L, Volume dlstrlbusl pada peak effect 75 L. Berapa dosis bolus
fentanil pada pasien tersebut yang paling optimal agar tldak terjadi gejolak hemodinamik ?
a. 50 ug
b. 150 ug
c. 720 ug
d. 26ug
e. 75ug

4. Seorang laki laki 35 th menderita Iuka bakar derajat 3 di bagian abdomen direncanakan
menjalani debridemen segera. Rekan anda menggunakan succinylcholine pada saat induksi
anestesi. Operasi berjalan sekitar 30 menit. Pasien saat ini berada di ruang ICU dengan
terpasang ventilator, rekan anda berkata pasien tidak dapat bernafas spontan kembali, bahkan
saat diberikan neostigmine. Penyebab pasien tidak dapat bernafas spontan kembali pada
kasus diatas adalah
a. Alkalosts metebollk menyebebkan kerja obat memanjang
b. Kondisi hiperkalemia peda pasien dengan Iuka bakar
c. Tidak melakukan rehidrasi intravena yang cukup pre operasi
d. Pseudokolinesterase tidak bekerja karena neostigmine
e. Peningkatan apneic treshhold karena pemberian succinylcholine

5. Transmisi rangsang proprioseptif melalul


a. Serabut A-beta
b. Serabut B
c. Serabut C
d. Sera but A-gamma
e. Serabut A-alpha

6. Seorang dokter anestesi mendapatkan konsulan operasi cito dari dokter bedah mulut, pasien
laki-laki, 34 th dengan abses submandibula, pasien hanya dapat membuka mulut 2 jari,
malampati 2, BB 80kg tb 155cm, TD 145/90 HR 110x/m RR 24x/m. direncanakan untuk evakuasi
abses dan odontektomi. Dokter anestesi merencanakan persiapan intubasi sulit. Saat mulai
induksi, dokter anestesi mengalami kesulitan ventilasi dengan masker, langkah selanjutnya
yang dapat dilakukan sesuai tatalaksana DAS adalah

a. Bangunkan pasien, batalkan operasi


b. Pertimbangkan penggunaan laryngeal mask airway (LMA)
c. Panggil bantuan, lakukan invasif surgical airway
d. Lakukan cricothyroidektomi lalu konsul bedah untuk trakeostomi
e. Melanjutkan induksi dengan segala resiko
7. Seorang laki laki 50 th dengan Iuka di bagian tangan kanan akan dilakukan pembersihan dan
penjahitan. Rekan anda melakukan pembiusan dengan memberikan Lidocaine 2% di sekitar
Iuka. Setelah 30 menit pasien kembali mengeluh kesakitan di tempat Iuka operasi. Hal tersebut
disebabkan karena
a. Saluran Cl kembali terbuka karena efek lidocarne sudah habis
b. Stimulasi nyeri luka dialirkan melalui saraf lain yang tidak terpapar obat
c. Lidocaine inaktif karena peningkatan pH disekitar Iuka
d. Resting membrane potensial menurun karena pemberian lidocaine
e. Blokade kanal Natrium oleh obat lokal anestesi sudah hilang
8. Wanita usia 29 tahun dengan komorbid porphyria direncanakan laparotoml darurat karena
kehamilan ektopik terganggu. Frekwensi denyut jantung 92 x/menit tekanan darah 110/60.
Obat lnduksi apakah yang paling tldak aman untuk pasien tersebut?
a. Thiopentone
b. Ketamine
c. Propofol
d. Succinylcholine
e. Lsoflurane

9. Wanita 45 tahun dlrencanakan pembedahan open cholecysteetomy PS ASA 1. Dari anamnesa


pasien menyatakan bahwa kakaknya pernah dllakukan pembedahan yang sama dalam kondlsi
sehat dan mengalami reaksi hebat aklbat anestesl dengan gejala takikardi, aritmia dan hlpertensi
hlngga perlu dirawat di ICU. Untuk anestesi wanlta tersebut sebalknya dihindari penggunaan:
a. Propofol
b. Thiopental
c. Sevoflurane
d. Ketamin
e. Etomidate

10. Pria 50 tahun dirawat di ICU, pada pemeriksaan analisa gas darah didapatkan hasil pH 7.13 ,
Pa02 82 mmHg, PaC02 42 mmHg, HC03 13 mmol/L, pada pemeriksaan elektrolit didapatkan
kalium 5.3 mmol/L, natrium 125 mmol/L, klorida 82 mmol/L. Berdasarkan hasil pemeriksaan
analisa gas darah dan perhitungan anion gap nya, diantara diagnosis di bawah ini, manakah
yang paling mungkin diderita oleh pasien ?
a. Pancreatic fistula
b. Ketoasidosis
c. Diarrhea (kehilangan bicarbonate kronis)
d. lntoksikasi acetazolamide
e. Renal tubular asidosis

11. Pria 55 tahun menjalani pembedahan herniotomy dengan anestesi umum. Pasien disertai
penyakit penyerta COPD berat. Setelah lnduksl terdengar suara wheezing ekspirasi dan saturasi
turun. Pemantauan etC02 akan menunjukkan gambaran capnograph sebagai berikut

a. C
b. D
c. B
d. A
e. E
12. Wanita 42 tahun dirawat di ICU karena subarachnoid haemorrhage. Terapi yang dianjurkan
untuk mencegah defisit neurologik iskemik karena vasospasme cerebral akibat subarachnoid
haemorrhage adalah :
a. Nimodipine
b. Amlodipine
c. Verapamil
d. Nicardipine
e. Nifedipine

Nifedipine’s potent effects on the systemic blood pressure may precipitate hypotension,
reflex tachycardia, or both. Its tendency to decrease afterload generally offsets any negative
inotropic effect. Long-acting verapamil, diltiazem, amlodipine, or felodipine are preferred.
Nicardipine and clevidipine generally have the same effects as nifedipine but are shorter
acting, and clevidipine is particularly useful as a vasodilator infusion. Nimodipine is primarily
used in preventing cerebral vasospasm following subarachnoid hemorrhage.

13. Wanita 40 tahun dilakukan arthroscopy sendi bahu dengan anestesi blok lnterscalenus. Saat
insisi bagian atas bahu, pasien merasakan nyeri. lnervasi bagian atas bahu berasal darl
a. N axillaris
b. N supraclavicularis
c. N medianus
d. N ulnaris
e. N musculocutaneus
14. Wanita 59 tahun menjalani pembedahan phaeochromocytoma jenis noradrenalin secreting.
Saat pembedahan berlangsung terjadi peningkatan tekanan darah yang tinggi akibat manipulasi
tumor. Terapi yang tepat untuk kondisi tersebut adalah :
a. Sodium nitroprusside
b. Phenoxybenzamine
c. Clonidine
d. Glyceryl trinitrate
e. Phentolamine

15. Kecepatan mencapai kedalaman anestesi isoflurane berkurang pada kondisi patologis di
bawah ini
a. Artenovenous fistulae
b. Right to left intracardiac shunt
c. Pulmonary hypertension
d. Shock hipovolemik
e. Marbus Basedow

16. Pasien usia 75 tahun dengan penyakit penyerta hipertensi direncanakan pembedahan
colectomy karena carcinoma colon. Terapi hipertensi yang dipertimbangkan untuk dihentikan
karena potensial hipotensl saat lnduksi anestesi adalah
a. Metoprolol
b. ACE inhibitor
c. Hydrochlothiazide
d. Spironolactone
e. Furosemide

17. Wanita umur 65 tahun dirawat di ICU setelah menjalani operasl evakuasl hematome
intrakranial. Pasien belum dapat bernafas dengan adekuat sehingga pernafasan pasien dibantu
dengan ventilator. Dua jam setelah tersambung ke ventilator didapatkan hasil analisa gas darah
sebagai berikut: pH 7 .59, PC02 15 mmHg, Pa02 253 mmHg, TC02 15.30 mmol/L, HCO3 14.80
mmol/L, Beecf -7.8, Sp02 99%. Pasien diberikan cairan NaCL 0,9% 30 cc/kgBB habis dalam 24 jam.
Pada pasien ini jika fungsi ginjalnya masih baik, bagaimanakah respon ginjal untuk
mengkompensasi keadaan diatas?
a. Tidak melakukan kompensasi apapun karena kompensasi akan dilakukan oleh paru-paru
b. Mengabsorbsi ion bikarbonat
c. Reabsorpsi ion kalium meningkat
d. Pada awalnya ginjal akan mensekresi natrium selanjutnya diikuti oleh pengabsorbsian ion
bikarbonat
e. Mengekskresi ion bicarnonat
18. Pria 40 tahun akan menjalani pembedahan rekonstruksi maxilla. Saat induksi terjadi kesalahan,
thiopental yang seharusnya disuntik ke jalur intravena disuntikkan ke jalur arterial. Kesalahan
segera disadari tapi sempat masuk 3 ml. thiopental 2.5°/o. Tindakan yang perlu segera dilakukan
adalah
a. Berikan saline ke Jalur intraarterial kemudian segera dicabut
b. Pertahankan jetur intraarterial, berikan lidocaine intraarterial
c. Pertahankan jetur intraarterial , berikan lidocaine topikal
d. Pertahankan jetur intraarterial , berikan heparin intraarterial
e. Berikan heparin ke jalur intraarterial kemudian segera dicabut
19. Pria 59 tahun telah menjalani pembedahan pemasangan prosthesis akibat fraktur colum femur
kanan. Rlwayat penyakit: pasien menderita cirrhosis hepatis akibat konsumsi alkohol kronis.
Selama pembedahan terjadi perdarahan sebanyak 1200 ml, pasien mendapat kristaloid 1000 ml
dan PRC 2 unit. Pascabedah dini prothrombin time 10 detik diatas nilai kontrol, tromboslt
146.000/cmm, hemoglobin 9 g/dL. Kateter Iuka operasi tertampung 500 ml darah. Terapi yang
sesuai untuk kondisi terakhir ini adalah :
a. Platelet concentrate
b. vitamin K
c. Cryoprecipitate
d. Packed red blood cells
e. Fresh frozen plasma
20. Pria 50 tahun dirawat di ICU, pada pemeriksaan analisa gas darah didapatkan hasil pH 7.13,
Pa02 82 mmHg, PaC02 42 mmHg, HCO3 13 mmo/L. Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan
kalium 5.3 mmol/L, natrium 125 mmol/L, klorida 82 mmolfL. Berdasarkan perhitungan anion gap
darl hasil laboratorium ini, maka pasien tersebut mengalaml :
a. Penurunan ringan anion gap
b. Penurunan sedang anion gap
c. Penurunan yang berat dari anion gap
d. Peningkatan anion gap
e. Normal anion gap
21. pada saat resusitasi, jika benda asing dijalan nafas atas tidak dapat dikeluarkan dengan finger
swapt, dianjurkan melakukan helmlich maneuvre. Penyulit helmlich maneuvre adalah :

Regurgitasi

22. seorang perempuan berusia 76th akan menjalani operasi total hip replacement dengan
pembiusan umum. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pembiusan diatas adalah :

Benzodiazepin memiliki volume distribusi yang lebih rendah pada pasien geriatric
23. Anak usia 11 tahun obese telah dilakukan pembedahan tonsilektomi. Pada waktu petang tampak
pucat dan hipotensi, Nampak cemas diagnosis perdarahan pasca tonsilektomi, direncanakan
eksplorasi perdarahan. Setelah resusitasi cairan, metode induksi yang disarankan untuk kasus
tersebut adalah :

Rapid sequence intubation dengan etomidate dan succinylcholine


24. wanita 40th dilakukan athroscopy sendi bahu dengan anestesi blok interscalenus. Untuk
mencegah potensi penyulit dari pemberian obat anestesi local kita harus memahami metabolisme
obat anestesi local sebagai berikut

Setelah obat anestesi local disuntikkan segera diikuti absorbs ke jaringan lemak dengan cepat
25. Pria 60thn mengalami sesak napas dan desaturase sehingga merangsang respon chemoreseptor
perifer. Pernyataan yang tidak benar berkaitan dengan respon chemoreceptor perifer adalah

Chemoreceptor perifer akan menstimulasi ventilasi jika PaO2 kurang dari 70mmHg
26. potensi penyulit yang paling sering terjadi pada blok saraf interscalene adalah :

Hemidiaphragmatic paralysis
27. Anda merencanakan induksi anestesi secara inhalasi dengan insuflasi sevoflurane pada seorang
pasien dengan berat badan 65kg. breathing system yang paling efisien untuk tujuan tersebut
adalah :

Mapleson A
28. anak usia 8 tahun dengan berat badan 25kg akan direncanakan pembedahan untuk reduksi dan
fiksasi fraktur humerus kanan. Pemeriksaan fisik nadi 96x/mnt, frekuensi nafas 20x/mnt lain2 dalam
batas normal. Rencana anestesi umum dengan intubasi trachea. Berapakah perkiraan diameter
dalam dan Panjang pipa endotracheal di level bibir:

ID 6, Panjang masuk 8cm

29. sekresi kelenjar empedu akibat kontraksi otot polos dari gallbladder disebabkan oleh stimulus
yang kuat berasal dari :

Adanya lemak di duodenum yang merangsang sekresi hormone cholecystokinin mukosa


duodenum
30. wanita 35 tahun dengan diagnosis severe myasthenia gravis akan direncanakan thymectomy.
Pemeriksaan fungsi paru yang paling tinggi kemungkinan untuk memberikan hasil normal adalah :

Forced expiratory volume dalam 1 detik


31. pria 45th dengan Riwayat kankker testis direncanakan laparotomy dengan anestesu umum.
Pasien mendapatkan terapi bleomycin untuk metastase kanker testis. Apakah pertimbangan
pengelolaan anestesi berkaitan dengan toksisitas bleomycin di paru?

Perlu pemeriksaan penunjang fungsi paru preoperative


32. seorang wanita berusia 86th mengalami patah tulang pinggul kanan dan menjalani operasi
penggantian seluruh sendi pinggul kanan. Setelah operasi, pasien mengalami delirium dan
disorientasi pasca operasi. Dia mengeluh melihat kerabat yang telah meninggal mengunjungi
kamarnya. Yang tidak dianggap sebagai faktor risiko untuk komplikasi post operaif yang dialami
pasien tersebut adalah:

Jenis kelamin wanita


33. seorang perempuan datang dengan penurunan kesadaran pasca kecelakaan 4 jam sebelum
masuk RS. Pemeriksaan primary survey didapatkan jalan napas bebas, frekuwensi napas 24x/mnt, TD
70/30 mmHg, dari disability tampak kesadaran somnolen, dari exposure tampak hematom dan
bengkak di paha kanan dan kiri serta keluar darah dari organ genital. Tindakan apa yang akan anda
lakukan pertama kali?

Lakukan resusitasi cairan


34. pria usia 32th dengan fraktur femur dan lengan kanan akibat kecelakaan lalulintas, menjalani
prosedur fiksasi internal. Status fisik pasien ASA 1. Tindakan anestesi dilakukan dengan pemberian
premedikasi pethidine 50mg, induksi thiopental dan succinyl choline, dilanjutkan intubasi dengan
EYY 7,5. Rumatan anestesi dengan isoflurane N2O. selama anestesi tidak dijumpai adanya penyulit.
Jumlah perdarahan 700ml, diganti dengan RL 2000ml dan PRC 2 unit. Pascabedah, pasien diekstubasi
setelah nilai TOF ratio >90%. Lima belas menit setelah ekstubasi SpO2 turun bertahap. Pasien
terlihat sesak SpO2 semakin turun meskipun dengan pemberian oksigen. Pasien kemudian
diintubasi, diberikan ventilasi mekanin dan dipasang CVP. Dengan fraksi oksigen 70% peep 10
cmH2O didapatkan respon pasien yang cukup baik CVP didapatkan dalam batas normal. Pada hasil
pemeriksaan Analisa gas darah didapatkan PaO2 76mmHg pasien kemudian didagnosis menderita
transfusion related acute lung injury. Data yang mendukung diagnosis tersebut adalah :

Kejadian kurang dari 6 jam setelah transfuse


35. pelaksanaan anestesi inhalasi pada pediatri mengikuti pedoman sebagai berikut :

Nilai MAC obat anestesi inhalasi golongan halogenated pada infant lebih besar disbanding orang
dewasa
36. Seorang laki-laki usia 30th datang ke rumah sakit dengan penurunan kesadaran pasca kecelakan
lalulintas. Pemeriksaan fisik menunjukkan GCS E2M4V1, tekanan darah 160/90 mmHg, laju nadi 6o

0kali per menit, dengan laju nafas 12 kali per menit. Pemeriksaan pupil menunjukkan anisokor 2/4
mm, dengan reflex cahaya lambat. Tindakan pertama yang dilakukan adalah

Intubasi untuk menjaga patensi jalan napas


37. Cidera saraf perifer mmerupakan komplikasi yang sering terjadi dapat disebabkan oleh posisi
pembedahan dengan anestesia regional maupun anestesia umum. Biasanya akan pulih 6-12minggu,
akan tetapi ada yang menetap. Cidera saraf perifer paling sering terjadi pada.

N. Ulnaris
38. Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dengan berat badan 16 kg dibawa periksa ke dokter
karena sering batuk pilek. Selain itu didapatkan pasien sering mengantuk dan tidur mengorok.
Pasien kemudian didiagnosis dengan tonsilitis kronis. Pasien direncanakan untuk dilakukan
tonsilektomi. Pada pemeriksaan pra anestesi, apakah hal yang paling penting untuk diketahui
untuk memutuskan waktu pembedahan ?
Ada tidaknya infeksi akut
39. Seorang laki-laki 64 tahun akan dilakukan operasi dengan diagnosis osteoartrithis dengan
tindakan total knee replacement, darl pemeriksaan umum dan penunjang pada paslen lni tldak
ada kelainan. Dan direncanakan menggunakan tindakan anestesi regional spinal. Kontra indikasi
relatif pada anestesi regional spinal adalah
Sepsis
40. Wanita 35 tahun dibawa ke UGD karena diduga intoksikasi amitriptyline. Kesadaran menurun
dengan GCS 6 dan tekanan darah 90/45 mmHg. Pada perekaman jantung 12 sandapan
kemungkinan didapatkan:
Sinus takikardi dan prolong QRS complex
41. Wanita 21 tahun dilakukan extraksi gigi molar ke 3 karena impaksi dengan anestesi umum.
Pasca bedah mengalami perdarahan yang tidak bisa dihentikan dari Iuka pembedahan.
Pemeriksaan faal koagulasi menunjukkan pemanjangan bleeding time dan activated partial
thromboplastine time (aPTT), prothrombine time (Pn dan hitung trombosit normal. Pasien
menjelaskan bahwa ayahnya mudah mengalami memar. Pasien selama menstruasi tidak ada
masalah perdarahan. Diagnosis yang paling mendekati kasus ini adalah
a. Von Willebrand
b. Dilutional thrombocytoperna
c. Hemophillia B
d. Hemolytic uremic syndrome
e. Hemolytic reaction

42. Seorang perempuan 30 tahun dengan diagnose kista ovaril telah dilakukan tindakan
laparaskopl kistektoml, pasien berada di ruang pemulihan. Saal lnl pasien dapat menggerakkan 2
ekstremltas dengan perintah, dapat bemafas dengan adekuat, Tekanan darah saat lni 120/80
mmHg (sebelum tindakan anestesl Tekanan darah 130/80). Pasien sadar penuh, saturasi O2 98%
tanpa bantuan nasal kanul. Berapakan Aldrete Score paslen tersabut?
a. 6
b. 10
c. 5
d. 9
e. 7
43. Urutan faktor yang mempengaruhi besarnya myocardial oxygen demand, mulai dari yang paling
besar pengaruhnya, adalah :
a. Preload > afterload > heart rate
b. Afterload > heart rate > preload
c. Heart rate > afterload > preload
d. Afterload > preload > heart rate
e. Preload > heart rate > after1oad

44. Anak berusia 1 tahun akan menjalani herniotomy atas lndikasl hernia umbillkalis dengan
pembiusan umum. dari pemerlksaan fislk didapatkan dengan status fisik ASA 1 dan pemerikaaan
laboratorium dalam batas normal. Berapakah ukuran pipa endotrakeal dan kedalamannya untuk
pembiusan pasien ini
a. Ukuran 3 cm dengan kedalaman 9 cm
b. Ukuran 5 cm dengan kedalaman 15 cm
c. Ukuran 4 cm dengan kedalaman 12 cm
d. Ukuran 3,5 cm dengan kedalaman 10 cm
e. Ukuran 2,5 dengan kedalaman 7 cm

45. Seorang wanlta didiagnosls severe preeclampsla dan dilakukan pembedahan sectio caesarea.
Pasca bedah mengalaml penyulit HELLP syndrome. Yang tidak termasuk gejala HELLP syndrome
adalah
a. Hipotensi
b. Proteinuria
c. Hemolysis
d. Trombositopenia
e. Liver enzyme meningkat

46. Pasien 40 tahun dengan ventilasi mekanik , dilakukan hiperventllasi hingga PaC02 21 mmHg.
Berapakah nilai HC03?? jika terjadi penurunan maksimal sebagai kompensasi respiratorik alkalosis
tersebut?
a. 20 mEq/L
b. 10 mEq/L
c. 14 mEq/L
d. 18 mEq/L
e. 12 mEq/L

47. Kesalahan injeksi lntraarterial obat dibawilh ini dapat berakibat lskemia tungkal distal lokasi
injeksi yang berbahaya:
a. Bupivacaine
b. Opapavenne
c. Verapamil
d. Methohexital  Golongan Barbiturates
e. Sodium nitroprusside

48. Wanita 27 tahun dengan komorbid von Wille brand disease tipe 1 mengalami fraktur femur
terbuka. Pasien akan dilakukan pembedahan fiksasi internal dari fraktur femurnya. Prothrombin
time, partial thromboplastin time dan platelet count normal. Selama pembedahan terjadi
perdarahan merembes (oozing) yang banyak dan kualitas bekuan darah (clot) jelek. Untuk
mengatasi situasi demikian,yang paling tepat adalah pemberian :
a. Cryoprecipitate
b. Platelets
c. Desmopresin
d. Fresh frozen plasma
e. Lyophilized factor VII concentrate

49. Seorang laki-laki berusia 73 tahun menjalanl operasi TURP untuk BPH (ukuran kelenjar
prostat 45 gram}. Pasien dinilai dengan ASA II dengan hipertensi derajat 1 (terapl captopril
2x12.5 mg). Pembiusan dilakukan dengan anestesla spinal. Satu jam setelah prosedur dilakukan,
pasien mengeluhkan mual, muntah, terlihat bingung dan pandangan kabur. Beberapa menit
setelahnya pasien mengalami bradikardia dan hipotensi. Anda segera memasukkan efedrin IV 10
mg. Berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan kondisi di atas adalah
a. Kondisi ini harus diterapi dengan NaCl 3% secara bolus cepat
b. Kondisi ini memiliki angka insidensi antara 3-5%
c. Tingginya tekanan cairan irigasi den semakin cepatnya durasi operasi meningkatkan resiko
kejadian kasus ini
d. Penggunaan cairan gllsin sebagai cairan irigasi, dapat mencegah kasus ini, namun dapat
mengakibatkan kebutaan sementara
e. Terjadi akibat penggunaan cairan NaCl 0,9% sebagai cairan irigasi

50. Bayl aterm dllakukan pembedahan repair congenital diaphragmatic hernia pada usia bayi 12
Jam. Pasca bedah nampaknya tldak ada masalah, tapl beberapa saat kemudian mendadak distress
nafas, sianosis dan capillary refill time memanjang. Hiperventilasl dengan okslgen 100% dan
pemberlan natrium bikarbonat menunjukkan sediklt perbaikan. Obat yang potensial bisa
memperbaikl kondisi pasien adalah
a. lsoproterenol
b. Nitropusside
c. Ibuprofen
d. Prostagland1n
e. Nitric oxide

51. Wanita usia 33 tahun PS ASA 1 hamil anak pertama. Paslen direncanakan partus spontan
dan dllakukan lnduksi oxytocln drip tapi gagal dan terjadl fetal distress sehingga dllakukan SC
darurat. 01 kamar bedah tekanan darah 150/100 nadl 90 kall/menit dan Sp02 94% dengan 02
nasal kanul 2 liter parmenlt. Paslan dllakukan anestesl SAB kaUngglan blok pada thoracal 4.
Beberapa saat kemudlan tekanan darah 90/50 , Sp02 88% pasien mengeluh sesak dan batuk2
dan riaknya berdarah. Saal pembedahan mulai pasien semakin sesak dan sputum semakin banyak
dan mengandung darah. Pasien diintubasi dan didiagnosis amniotic fluid emboli. Yang perlu kita
fahami tentang amniotic fluid emboli adalah
a. Biasanya terjadi pada keharrutan pertama
b. Edema paru Jarang karena faktor nonkardiogenik
c. Mortalitas cukup rendah jika ditangani sejak dini
d. Terjadi disfungsi akut ventrikel kanan akibat emboli arteri pulmonal
e. Prostaglandin dan leukotriene memegang peran terjadinya sindroma ini

52. Pria 63 tahun mengalaml penyulit bronchopleural flstulae pasca bedah pneumonectomy.
Paslen dlberl ventilasi mekanlk di ICU namun volume tidal tldak pernah bisa mencapai nilal yang
seharusnya karena besarnya kebocoran melalui fistulae 2.5 liter/menit. Cara apakah yang cukup
efektif agar tercapai ventilasi yang adekuat?
a. Menurunkan tekanan inflasi
b. Menggunakan high frequency Jet ventilation
c. Menatkkan PEEP sampar 7,5 cmH20
d. Menatkkan flow rate sebesar 2,5 liter/menit
e. Menurunkan frekwensi nafas

53. Wanita 42 tahun dlbawa ke lnstalasl gawat darurat dengan trauma capitis akibat kecelakaan
la1u lintas dan sudah terpasang cervical collar. GCS 7, tekanan darah 89/45, nadi 128/menit, laJu
pemafasan 28/menit ada suara nafas tambahan snoring, Sp02 91%., laserasl waJah dan fraktur
femur kiri. Tlndakan awal yang perlu dilakukan adalah
a. lntubasi, trachea menggunakan obat induksi thiopental
b. lntubasi, trachea menggunakan obat midazolam
c. lntubasi trachea menggunakan obat induksi etomidate
d. lntubasi trachea menggunakan obat induksi ketamme
e. lntubasi trachea menggunakan obat induksi propofol

54. Seorang wanita usla 75 tahun datang ke IGD didiagnosa open fraktur digiti 4 pedis dextra
akibat tertimpa benda tumpul. Berdasarkan pemerlksaan fislk didapatkan tekanan darah 185/100
mmHg, nadi 55-65x1menit irreguler. Pasien memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, dan riwayat transplantasl ginjal. Pemeriksaan laboratorium dan faal
hemostasis dalam batas normal. Pemeriksaan X-ray dada didapatkan kardiomegali dengan CTR
65°/a. EKG didapatkan irama AF slow response. Pasien direncanakan untuk tindakan
debridement dan pinning. Jenis anestesi yang tepat untuk pasien tersebut diatas adalah ?
a. Epidural block
b. Subarachnoid block
c. Anestesi umum inhalasi masker
d. Peripheral nerve block
e. Anestesi umum TIVA

55. Hipertermi selama pembedahan akibat berkurangnya kapasitas kehilangan panas antara lain
dapat disebabkan oleh :
a. Encephalitis
b. overhidrasi
c. Malignant hyperthermia
d. Dehidrasi
e. Kasus trauma kapitis

56. Penggunaan nitroglycerin dapat mengakibatkan :


a. Methemoglobinemia
b. Pansitopenia
c. Anemia megaloblastic
d. Sickle Cell Anemia
e. Acute Myeloid Leukemia

57. Wanita 30 tahun dengan BMI 34 mengalami aspirasi isi lambung pada waktu induksi
anestesi. 5 hari setelah dirawat di ICU, pasien didiagnosa ARDS. Mekanisme yang sesuai untuk
timbulnya edema paru pada pasien ini adalah
a. Peningkatan permiabilitas kapiler paru
b. Penurunan tekanan interstitial Jaringan paru
Penurunan tekanan onktik kapiler paru
c. Pernngkatan tekanan hidrostatis kapiler paru akibat cairan infus
d. Penurunan drainase system limfatis

58. Seorang lakl-lakl 75 tahun ASA PS 2 dengan dlagnosa fracture subtrochanter femur direncanakan
operasi open reduction and internal fixation. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150190
mmHg, terapi Amlodipine 1x10mg dan Diabetes tipe II tidak rutin minum obat. Laboratorium faal
haemostasis dalam batas normal, dengan gula darah sewaktu 205 dan serum creatinine 1.2. Pasien
kesulitan untuk duduk dikarenakan nyeri pada lokasi fraktur. Perubahan fisiologis yang umum
terjadi pada pasien diatas yang akan menjalani pembiusan adalah
a. Perningkatan renal blood flow
b. Penurunan afterload
c. Penurunan elastisitas arteri
d. Pernngkatan elastisitas pulmonal
e. Pernngkatan adrenergic activity

59. Seorang wanlta membutuhkan painless labor untuk persalinan anak pertamanya. Berlkut
adalah pernyataan yang benar tentang Jaras nyeri akibat kontraksi uterus saat persalinan
a. Berasal dan corpus uteri melalui lumbar symphatis
b. Pada fase laten dimulai dan dermatome T11-12
c. Berasal dan cervix melalui n. erigentes
d. Berasal dan corpus uteri melalui nervus vagus
e. Berasal dan corpus uteri melalui plexus cervicans

60. Wanita 32 tahun dengan rlwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe 1 dibawa ke ruang
resusitasi Unit Gawat Darurat karena kesadaran menurun dan gangguan pernafasan. Hasil
pemeriksaan klmla darah sebagal berlkut.
Anion gap kasus ini adalah :
a. 20mmol/L
b. 22 mmol/L
c. 18 mmmol/L
d. 24 mmol/L
e. 26 mmol/L

61. Seorang wanita 30 tahun riwayat kehamilan G3P2 perdarahan ante partum. Usia kehamilan 32
minggu. Estimasi perdarahan 800 ml. Tekanan darah 110 / 60 mmHg, nadi 105x / mnt, laju nafas
24x/mnt dengan berat badan 50 kg. Pasien tersebut akan dilakukan sectio caesarea dengan teknik
general anestesi. Penyulit yang potensial akan dihadapi adalah :
a. Membutuhkan agent inhalasi yang cukup besar, karena MAC meningkat pada ibu hamil
b. Mudah terjadi perdarahan karena terjadi hipocoagulable state
c. Mudah terjadi penurunan Sp02 yang cepat karena peningkatan konsumsi oksigen dan
penurunan FRC
d. Mudah terjadi shock karena cardiac output menurun
e. Mudah terjadi desaturasi karena volume tidal menurun

62. Seorang anak usia 12 tahun menjalani pembedahan herniotomy dengan anestesi umum
sevoflurane. Ditengah pembedahan, anak mengalami takipnea , takikardi, etC02 meningkat, diikuti
suhu yang meningkat. Diagnosis Malignant Hyperthermia ditegakkan dan dilakukan terapi
dantrolene. Yang perlu kita pahami tentang dantrolene adalah
a. Dantrolene hanya efektif untuk menurunkan hipertemi pada Malignant Hyperthermia saja
b. Pemberiannya dimulai dengan dosis 5 mg/kg berat badan, dosis maksimal 25 mg/kg berat
badan
c. Dantrolene aman diberikan dengan infus perifer
d. Effective half life dantrolene sekitar 2 jam
e. Menghambat pelepasan ion calcium dan dari sarcoplasmic reticulum
63. Pria 38 tahun mengalail traumatic brain injury dllakukan evakuasi subdural hematoma. Pasca
bedah tekanan darah 140/90, nadi 48/menit, tekanan lntracanial 25 mmHg. Dilakukan
peningkatan minute volume dari pengaturan ventilasi mekanik. Perubahan fisiologis berkaitan
dengan pengaturan ventilasi mekanik yang baru tersebut adalah
a. Penurunan tekanan cerebrospinal fluid
b. Vasodilatasi cerebral
c. Peningkatan nadi
d. Pengurangan edema otak
e. Vasokonstriksi cerebral

64. Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala bagian belakang kalau berdiri pasca bedah Caesar.
Keluhan berkurang kalau pasien berbaring. Dokter mendiagnosis post dural puncture headache
(POPH). Gambaran yang tdak sesuai dengan gejala kllnis penyulit pasca bedah tersebut adalah
a. Gejala klinis PDPH biasanya bilateral di daerah parietal dan supra orbital
b. Resiko terbesar terjadinya penyulit POPH adalah bila terjadi wet tap
c. Angka keejadian PDPH menggunakan jarum Quincke lebih rendah dibanding
menggunakan jarum Whitacre
d. Angka keradran PDPH hanya 1 % Jika menggunakan jarum ukuran 29 Gauge
e. PDPH yang berat sering membutuhkan epidural blood patch sebanyak 5 ml
65. Seorang wanita 27 tahun primigravida dengan kehamilan 38 minggu di pre-oksigenasi untuk
menjalani sectio caesarea dengan anestesia umum. Perubahan fisiologi apakah yang
mengharuskan tindakan pre-oksigenasi pada wanita ini?
a. Peningkatan closing capacity
b. Reduksi pada kapasitas fungsional residu
c. Peningkatan produksr C02
d. Peningkatan ventilasi semenit
e. Peningkatan ruang rugi anatomi

66 Pria 58 tahun dilakukan pembedahan lobektomi lobus atas paru kiri. Penyakit penyerta COPO,
pasien perokok berat. Terapi salbutamol dan theophylline, selama perioperatif tidak ada
masalah, namun hari kedua pasca bedah di HCU pasien mengalami atrial fibrilasi ventricular
rate 140-170/menit, tekanan darah turun dari nilai normal untuk usianya menjadi 80/40.
Tindakan yang harus dilakukan pada pasien ini adalah
a. Periksa serum terutama Kalium dan Magnesium
b. Berikan amiodarone 5 mg/kg berat baden bolus selama 30 mernt
c. Berikan oksigen 8 llter/menit menggunakan non-rebreathing mask
d. Lakukan synchronized DC shock
e. Berikan digitalis intravena
67. Bayi laki-laki usia 4 bulan dengan berat badan 5 kg dirawat untuk tindakan uretroplasti. Dari
pengakuan ibu pasien, pasien terakhir kali minum air putih 4 jam yang lalu sebelum dilakukan
pembedahan. Pasien tidak ada keluhan BAB cair. Tata laksana pemberian cairan yang tepat pada
pasien lni adalah
a. Penggantian puasa tidak terlalu panting karena jumlahnya sedikit dan puasa sudah
diatur lebih longgar
b. Puasa 4 jam perlu diperhitungkan penggantiannya sebanyak 80 ml dengan D5
c. Untuk kasus ini, dianjurkan memberikan cairan pengganti puasa sebanyak 60 ml dalam
waktu 1 jam menggunakan ringer laktat atau D5
d. Normal saline lebih dianjurkan dan ringer laktat karena mencegah asidosis hiperkloremik
e. Penggantian cairan puasa diberikan secara bolus karena Jumlahnya sedikit

68. P50 untuk individu dewasa dengan hemoglobin normal adalah:


a. 36 mmHg
b. 56 mmHg
c. 26 mmHg
d. 46 mmHg
e. 16 mmHg

69. Seorang wanita berusia 54 tahun dengan berat badan 74 kg menjalani operasi laparoskopi
cholesistectomy. Dua jam pertama produksi urine 80 mL. pada jam ketiga operasi produksi
urine 30 mL dalam satu jam. Salah satu kemungkinan penyebab kondisi tersebut adalah :
a. Pneumoperitneum akan menurunkan kadar renin dalam plasma
b. Pneumoperitoneum akan menurunkan kadar aldosterone dalam plasma
c. Pneumoperitomum akan meningkatkan tekanan darah
d. Pneumopenrioneum akan menurunkan kadar ADH dalam plasma
e. Pneumoperitoneum akan memngkatkan Kadar aldosterone dalam plasma

70. Seorang bayi usia 2 hari dengan berat badan 2600 gram, dengan diagnosis hernia
diafragmatika, direncanakan dilakukan repair hernia. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan
keadaan umum letargi, tekanan darah 70/35 mmHg, denyut nadi 150x / menit, frekuensi
napas 80x / menit, suhu 37° C . Pada gambaran radiologi tampak massa lntraabdomen yang
mengisi rongga thorax kiri. Bagaimana strategi ventilasi mekanik yang dllakukan ?
a. Tidal volume rendah, dengan tetap menjaga ventilasi semenit
b. Berikan terapi oksigen dengan Fi02 100 persen agar tidak hipoksia
c. Menurunkan ventilasi semenit agar tidak terjad barotrauma
d. Merningkatkan tidal volume agar pH darah normal
e. Menurunkan rasio inspirasi - ekspirasi
71. Seorang laki-laki, usia 50 tahun dengan dengan diagnosa menigioma. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan dengan status fisik ASA 3 dengan peningkatan Tekanan lntrakranial Kranial. pada
pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah 150/90 mmHg, laju Nadi 60 kali per menit, laju
nafas 12 kali per menit, dan suhu 37 derajat Celcius . Pemeriksaan laboratorium dalam batas
normal dengan faal haemostasis dalam batas normal. Direncanakan dllakukan kraniotomi
trepanasi. Hal yang tldak mempengaruhi tekanan lntracranial adalah
a. Aliran darah ke serebral
b. Massa otak
c. Cairan limfe
d. Cairan serebro spinal
e. Allran darah vena

72. Anestesi lumbal epidural dengan xylocaine 2% dilakukan pada seorang pasien untuk
hysterectomy vaginal. Tiga jam pasca bedah pasien mengalami gangguan motorik berat karena
hematoma epidural di lokasi suntikan, yang ditegakkan dengan MRI. Untuk hasiil yang terbaik
dari kembalinya fungsi motorik, maka pembedahan harus dilakukan dalam waktu
a. 12-18 Jam
b. 18-24 Jam
c. 1-4 jam
d. 4-8jam
e. 8-12Jam

73. Pria 70 tahun 50 kg dilakukan pembedahan TUR buli. Pasca bedah mengalami gangguan
motorik dan sensorlk di tungkai kanan. Trauma saraf akibat posisi lithotomy tidak mengenai
saraf
a. Saphenous
b. Popliteal lateralis
c. Obturator
d. Common peroneal
e. Femoral
74. Seorang laki-laki 28 tahun pre - operasi fraktur humerus sangat terganggu dengan nyeri yang
dideritanya. Dokter anestesi bermaksud memberikan terapi opioid sementara menuggu
jadwal operasi untuk terapi nyeri pada penderita ini. Hal-hal yang menjadl pertimbangan
adalah
a. Salah satu efek morphine terhadap pernafasan adalah menurunkan nilai ambang apnea
b. Opioid aman dari efek opioid-induced hyperalgesia
c. Opioid dosis besar dapat menghasilkan efek anestesi umum, tergantung ikatan reseptor,
terutama reseptor
d. Opioid costs besar tidak memblok hormon antidiuretik
e. Intraoperatif hipertensi sering terjadi pada pemberian dosis besar opioid atau opioid-N20

75. Anda mendapat konsultasi dari sejawat bedah, seorang wanita 22 tahun akan dilakukan
operasi laparotomy ekplorasi karena adanya batu empedu. Dari anamnesa didapatkan paslen
rutin mengkonsusmi obat fluoxetine tablet 10mg pagi hari dan amitriptyline tablet 10 mg pada
malam hari. Riwayat asma, hipertensi, alergi disangkal. Pemeriksaan flsik dan penunjang dalam
batas normal. Bagaimana jawaban/keputusan anda untuk kondisl pasien seperti diatas?
a. Pasien ditunda tiga hari setelah berhenti minum fluoxetine
b. Pasien ditunda tujuh hari setetah berhenti minum fluoxetine
c. Operasi dikelola sebagaimana biasa
d. Operasi dilakukan dengan pendampingan dokter spesialis jiwa
e. Pasien dikonsulkan dokter spesialis jiwa
76 Seorang wanita 40 tahun dengan Iuka bakar derajat 2 30% dan derajat 3 10% tanpa trauma
Jalan nafas, dikonsulkan untuk debridement. Diketahui pasien rlwayat hemodialisis berulang 1x
seminggu dengan lab saat ini Hb 8.7, BUN 68, creatinin 6.4, SGOT 300, SGPT 250, Kall um 5.2.
Manakah obat pelumpuh otot yang harus dlhindari
a. Atracurium
b. Suksinilkolin
c. Vecurorium
d. Pancuronium
e. Rocurcinium

77. Seorang pasien menjalani operasi ekstremitas bawah dalam anestesi epidural. Selama
prosedur digunakan pneumatic toumiquet. Satu Jam paska inflasli, dengan tekanan mendekati 100
mm Hg di atas sistolik, pasien mengeluh terasa nyeri seperti terbakar di daerah operasi. Apa
tindakan yang tepat untuk kejadian tersebut?
a. Menghentlkan stimulus tmdakan operasr
b. Menambah suplemen obat epidural
c. Deflasi tourniquet
d. Meminta spool cairan normal saline ddingin pada area operasi
e. Memberikan suplemen analgetik mtravena

78. Laki-laki usia 75 tahun, menjalani pembedahan fiksasi internal karena fraktur tulang femur
dan pelvis. Dilakukan pemblusan dengan anestesi umum dan pembedahan berjalan dengan
lancar. Sebagal analgetik pasca bedah dlberlkan morfln infus kontlnyu dlkombinasl dengan
paracetamol. Setelah 6 Jam di bangsal, pasien tersebut mengalami henti napas. Tim code blue
segera datang untuk memberlkan bantuan. Pemberlan morfin sebagal analgetik diduga yang
menyebabkan hentl napas, kemudian pemberian obat tersebut dlhentlkan oleh tlm code blue.
Reseptor manakah yang bertanggung Jawab dalam patoflslologi henti napas karena opioid?
a. Mu1 dan Mu2
b. Mu1 dan Delta
c. Mu1 dan Kappa
d. Mu2 dan Kappa
e. Mu2 dan Delta

79. Pemeriksaan pasien cirrhosis hepatis menunjukkan albumin serum 2.7 g/dL, bilirubin 3.2
Mg/dL, asites dapat terkontrol, pasien tampak mengantuk, status nutrisi cukup, maka
pasien tergolong kelompok resiko berdasarkan klaslflkasl Child :
a. E
b. C
c. D
d. B
e. A

80. Transpor oksigen di dalam darah:


a. Berdasarkan hukum Laplace
b. Setrap molekul hemoglobin akan mengikat 8 molekul oxygen
c. Penurunan 2,3,-DPG mengak1batkan pergeseran kurva ensosres: oxygen-hemoglobin
Kekanan
d. Pergeseran kurva disosiasi oxygen-hemoglobin ke kanan disebabkan oleh asidosis
e. P50 adalah P02 dimana pendenta diberi oksigen dengan Fi02 50%
81. Neonatus dengan usia kehami1an 30 minggu dirujuk dengan keluhan lbunya muntah
kehijauan, riwayat lahir SC atas indikasi oligohydramnion. Pasien belum ada rlwayat keluar
mekonium. Neonatus tel ah dilakukan pemasangan NGT dan ditemukan residu. Pada
pemerlksaan babygram ditemukan NGT tldak dapat melewatl gaster. Pengelolaan selama
pembedahan, hal yang harus dlperhatlkan adalah
a. Pasien tidak boleh diberikan ventilasi tekanan positif meskipun sudah terintubasi
b. Yang terbanyak adalah tipe IIIC drmana eda hubungan upper esophageal puoch dengan
trakea
c. Intubasi dilakukan dengan tekhnik rapid sequence intubation untuk mencegah aspirasi
d. Posisi pembedahan dengan miring kiri atas atau left extrapleural thoracotomy
e. Penempatan precordial stethoscope d1 dependent hemithorax dekat axilla
Unless the neonate has absent or depressed respirations, thin watery meconium does not
require suctioning beyond careful bulb suctioning of the oropharynx when the head emerges
from the perineum (or from the uterus at cesarean section). When thick meconium is present
in the amniotic fluid, however, some clinicians intubate and suction the trachea immediately
after delivery but before the first breath is taken.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Obstetric anesthesia.McGrawhill Education. 2018;41:p.1513)
82 Seorang laki-lakt berusla 83 tahun yang akan menjalani vitrektomi. Dari pemeriksaan, pasien
anda nilai dengan ASA 2 geriatri dan hipertensi terkontrol dengan obat. Saat ini TD 130160
dengan laju nadi 65 kali per menit. Laju nafas 20 kali per menit dan saturasi perifer 96% Tanpa
suplemetasi oksigen. Anda merencanakan anestesia umum pada pasien ini. Perubahan
farmakologi agen anestetik yang harus diperhatikan pada pasien ini yaitu:
a. Respon terhadap relaksan memngkat 20% karena penurunan massa otot
b. Kebutuhan fentanyl dapat berkurang hingga 50'%
c. Minimum alveolar concentration (MAC) berkurang 30% setiap satu dekade di atas usia 40
tahun
d. Waktu paruh midazolam tidak mengalami perubahan pada lansia
e. Dosis propofol relatif meningkat karena peningkatan lemak tubuh
Most anesthetic drugs either reduce intraocular pressure or have no effect. Intraocular
pressure decreases with inhalational anesthetics in proportion to anesthetic depth. There are
multiple causes for this: A drop in blood pressure reduces choroidal volume, relaxation of the
extraocular muscles lowers walltension, and pupillary constriction facilitates aqueous
outflow. Intravenous anesthetics also decrease intraocular pressure, with the exception of
ketamine,which usually raises arterial blood pressure and does not relax extraocular muscles.
Topically administered anticholinergic drugs result in pupillary dilation (mydriasis), which may
precipitate or worsen angle-closure glaucoma.
Systemically administered atropine or glycopyrrolate for premedication are not
associated with intraocular hypertension, even in patients with glaucoma. Succinylcholine increases
intraocular pressure by 5 to 10 mm Hg for 5 to 10 min after administration, principally through
prolonged contracture of the extraocular muscles. However, in studies of hundreds of patients with
open eye injuries, no patient experienced extrusion of ocular contents after administration of
succinylcholine. Thus, succinylcholine is not contraindicated in cases of open eye injuries.
Nevertheless, dogma often trumps data and ophthalmic surgeons may request that it not be
administered in certain circumstances. Unlike other skeletal muscle, extraocular muscles contain
myocytes with multiple neuromuscular junctions, and depolarization of these cells by succinylcholine
causes prolonged contracture. The resulting increase in intraocular pressure may have several
effects: it will cause spurious measurements of intraocular pressure during examinations under
anesthesia in glaucoma patients, potentially leading
to unnecessary surgery, and prolonged contracture of the extraocular muscles may result in an
abnormal forced duction test, a maneuver utilized in strabismus surgery to evaluate the cause of
extraocular muscle imbalance and to determine the type of surgical correction. Nondepolarizing
neuromuscular blockers (NMBs) do not increase intraocular pressure, and we advocate that
succinylcholine be reserved for rapid-sequence induction.

(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Anesthesia for opthalmic surgery.McGrawhill Education. 2018;36:p.1311)
83 Pemberian obat golongan anticholinesterase akan berakibat:
a. Reversal efek obat golongan depolarisasi jika blok neuromuskuler tidak total
b. Reversal efek obat golongan nondepolarisasi, asal kadar obat nondepolansasi cukup rendah
c. Selalu diikuti efek reversal dan obat golongan nondepolarisasi
d. Blok neuromuskuler memanJang
e. Efek blok neuromuskuler obat golongan depolarisasi memendek
Reversal of nondepolarizing neuromuscular blocking agents with anticholinesterase agents generally
does not precipitate bronchoconstriction if preceded by the appropriate dose of an anticholinergic
agent.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Anesthesia for patients with respiratory diseases. McGrawhill Education.
2018;24:p.1311)

84 Seorang pasien wanita 20 tahun yang direncanakan untuk dilakukan gastroscopy, pasien
dengan status fisik ASA 1 tanpa ada permasalahan apapun darl segi anestesi. Pasien dikonsulkan
karena pasien merasa takut, sehingga pasien ingin tertidur pada saat tindakan. Pada ruang
endoskopi tersedia alat monitoring bi spectral Index. Berapakah target BIS yang anda lnginkan
agar pasien tersedasl dengan baik sehingga tindakan gastroscopy dapat berjalan lancar 7

a. BIS dibawah 20
b. BIS 40-65
c. BIS dibawah 40
d. BIS 90- 95
e. BIS 66 - 85

85 Bayi lahlr dengan usla kehamilan 32 minggu, saat ini berat badan saat ini 2200 gram dan usia
postkonsepsi 45 minggu, datang dengan keluhan muntah 1x dengan bab mekonium sedikit. Pada
pemeriksaan ditemukan atresia ani dengan fistel rectoveslca. Saat ini pasien terkesan lethargis,
dengan HR 150-160xlmenit, RR 50-55x/menit dengan nasal kanul 1 lpm dan saturasi 99%. Pasien
direncanakan untuk pembuatan stoma. Pada pasien seperti ini apa yang harus diperhatikan dalam
manajemen perioperatifnya
a. Kebutuhan MAC yang lebth besar, sehingga waktu induksi dengan anestesi inhalasi lebih
lambat
b. Harus dilakukan echocardiography preoperatif untuk screening terhadap adanya defek
kongeintal yang lain
c. Mudah terjadi desaturasi akibat FRC yang rendah dan kebutuhan oksigen untuk
metabolisms yang tinggi
d. Penggunaan ringer laktat sebagai cairan rumatan perioperatif dapat dipertimbangkan
e. Resiko terjadinya apnea of prematurity rendah sehmgga pasien hanya perlu dimonitoring
6-12 Jam pasca operasi karena usia postkonsepsi sudah 45 mmggu
The small size (often <1000 g) and fragile medical condition of premature neonates demand
that special attention be paid to airway control, fluid management, and temperature
regulation. The problem of retinopathy of prematurity, a fibrovascular proliferation overlying
the retina that may lead to progressive visual loss, deserves special consideration. Recent
evidence suggests that fluctuating oxygen levels may be more damaging than increased
oxygen tension. Moreover, other major risk factors, such as respiratory distress, apnea,
mechanical ventilation, hypoxia, hypercarbia, acidosis, heart disease, bradycardia, infection,
parenteral nutrition, anemia, and multiple blood
transfusions, must be present. Nonetheless, oxygenation should be continuously monitored
(typically with pulse oximetry), with particular attention given to infants younger than 44
weeks postconception. Normal PaO2 is 60 to 80 mm Hg in neonates. Excessive inspired
oxygen concentrations are avoided by blending oxygen with air. Excessive inspired oxygen
tensions can also predispose to chronic lung disease.
Anesthetic requirements of premature neonates are reduced. Opioid-based anesthetics are
often favored over pure volatile anesthetic-based techniques because of the perceived
tendency of the latter to cause myocardial depression. Premature infants whose age is less
than 50 (some authorities would say 60) weeks postconception at the time of surgery are
prone to postoperative episodes of obstructive and central apnea for up to 24 h. In fact, even
term infants can experience rare apneic spells following general anesthesia. Risk factors for
postanesthetic apnea include a low gestational age at birth, anemia (<30%), hypothermia,
sepsis, and neurological abnormalities. The risk of
postanesthetic apnea may be decreased by intravenous administration of caffeine
(10 mg/kg) or aminophylline. Thus, elective (particularly outpatient) procedures should be
deferred until the preterm infant reaches the age of at least 50 weeks postconception. A 6-
month symptom-free interval has been suggested for infants with a history of apneic
episodes or bronchopulmonary dysplasia. If surgery must be performed earlier, monitoring
with pulse oximetry for 12 to 24 h postoperatively is mandatory for infants less than 50
weeks postconception; infants between 50 and 60 weeks postconception should be closely
observed in the postanesthesia recovery uni for at least 2 h.Sick, premature neonates often
receive multiple transfusions of blood during their stay in the intensive care nursery. Their
immunocompromised status predisposes them to cytomegalovirus infection following
transfusion. Preventive measures include transfusing only with leukocyte-reduced red blood
cells.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.pediatric anesthesia. McGrawhill Education. 2018;42:p.1554)
86 Pemantauan standar selama anestesi memerlukan pulse oxlmetry. Oikatakan anestesl tanpa
pulse oximetry seperti terjun payung tanpa payung cadangan atau menerbangkan pesawat tanpa
radar. Pernyataan yang benar tentang pulse oximetry adalah
a. Pulse oxunetry menggunakan pnnstp yang berbeda antara sukulasr arten dan vena
b. Pada pasien dengan paru sehat, bronchial intubasi segera terdeteksi dengan pulse
oximeter
c. Pulse oximeter dapat mendeteksi intoksikasi karbon monoksida (CO) karena COHb dan
HbO mengabsorpsi sinar secara berbeda
d. Adanya methemoglobin di darah mengakibatkan pembacaan aktual SaO false low pada
Sa02 lebih besar dari 85% dan false high pada Sa02 lebih kecil dan 85%
e. Pengukuran saturasi oxigen darah tidak terganggu oleh sinar kuat dan luar ataupun optical
shunting
Because carboxyhemoglobin (COHb) and HbO2 absorb light at 660 nm similarly, pulse
oximeters that compare only two wavelengths of light will register a falsely high reading in
patients with carbon monoxide poisoning. Methemoglobin has the same absorption
coefficient at both red and infrared wavelengths. The resulting 1:1 absorption ratio
corresponds to a saturation reading of 85%. Thus, methemoglobinemia causes a falsely low
saturation reading when SaO2 is actually greater than 85% and a falsely high reading if SaO2
is actually less than 85%.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Non-cardiovascular monitoring. McGrawhill Education. 2018;6:p.217)

87 Seorang wanita hamll anak pertama akan dilakukan pembedahan Cesar karena preeclampsla
berat. Persiapan anestesl untuk pembedahan darurat tersebut salah satunya dengan pemberlan
metoclopramide 10 mg intravena. Efek dari pemberian metoclopramide untuk kasus diatas
adalah
a. Metoclopramide mempunyai efek anti emetic pada dosis tersebut
b. Metoclopramide menurunkan sekresi asam lambung
c. Metoclopramide menetralkan pH asam lambung
d. Metoclopramide bersifat cholinomimetic di perifer
e. Metoclopramide menurunkan lower esophageal sphincter tone
Metoclopramide acts peripherally as a cholinomimetic (ie, facilitates acetylcholine
transmission at selective muscarinic receptors) and centrally as a dopamine receptor
antagonist. Its action as a prokinetic agent in the upper gastrointestinal (GI) tract is not
dependent on vagal innervation but is abolished by anticholinergic agents. It does not
stimulate secretions.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Adjuncts to anesthesia. McGrawhill Education. 2018;17:p.481)

88. Termasuk non-catecholamine sintetik kerja tak tangsung adalah :


a. Dopamin
b. Ephedrin
c. Dobutamin
d. lsoproterenol
e. Phenylephrine
Almost all anesthetic techniques, including regional anesthesia, have been used successfully
for transplanted patients. The preload-dependent function of the graft makes maintenance of a
normal or high cardiac preload desirable. Moreover, the absence of reflex increases in heart
rate can make patients particularly sensitive to rapid vasodilation. Indirect vasopressors, such
as ephedrine, are less effective than direct-acting agents because of the absence of
catecholamine stores in myocardial neurons. Isoproterenol or epinephrine infusions should be
readily available to increase the heart rate if necessary.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Anesthesia for patients with cardiovascular disease. McGrawhill Education.
2018;21:p.731)

89 Wanita 50 tahun dilakukan eksisi trans-sphenoidal pituitary adenoma. Pasca bedah dini
mengalami polyuria 600 ml dalam 2 jam. Osmolaritas urine 320 mOsm/L dengan specific gravity
1.001. Terapi yang sesuai untuk kondisi ini adalah
a. Glukosa + kalium mtrevena
b. Insulin intravena
c. NaCl 0,9% intravena
d. Glukosa intravena
e. Desmopressin intranasal
Lesions in or around the hypothalamus and the pituitary stalk frequently produce DI. DI often
develops with brain death. Transient DI is also commonly seen following neurosurgical
procedures and head trauma. The diagnosis is suggested by a history of polydipsia, polyuria
(often >6 L/d), and the absence of hyperglycemia. In the perioperative setting, the diagnosis
of DI is suggested by marked polyuria without glycosuria and a urinary osmolality lower than
plasma osmolality. The absence of thirst in unconscious individuals leads to marked water
losses and can rapidly produce hypovolemia. The diagnosis of central DI is confirmed by an
increase in urinary osmolality following the administration of exogenous ADH. Aqueous
vasopressin (5–10 units subcutaneously or intramuscularly every 4–6 h) is the treatment of
choice for acute central DI. Vasopressin in oil (0.3 mL intramuscularly every day) is longer
lasting but is
more likely to cause water intoxication. Desmopressin (DDAVP), a synthetic analogue of
ADH with a 12- to 24-h duration of action, is available as an intranasal preparation (10–40
mcg/d either as a single daily dose or divided into two doses) that can be used in both
ambulatory and perioperative settings.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Management of patients with fluid and electrolite disturbances. McGrawhill
Education. 2018;49:p.1937)

90. Wanita 50 tahun dengan diagnosis batu empedu direncanakan laparascoplc cholecystectomy.
Pembedahan menggunakan tehnik pneumoperitoneum memerlukan pemantauan end tidal C02.
Pernyataan tentang pemantauan end tidal C02 (etC02) yang benar adalah
a. Pemantauan etC02 mendreqnoses dengan segera jika terjadi intubasi endobronchial
b. Perbedaan PaC02 dan end tidal C02 menggambarkan airway dead space selama anestesi
c. seoem halnya pulse ox1metry, etC02 memanfaatkan fenomena absorpsi sinar infra red
berdasarkan Beer Lambert law
d. Tehnik sampling gas exhatasi secara main-stream (nondiverting) potensial menyebabkan
polusi ruangan pembedahan
e. Tidak adanya plateau pada gelombang etC02 menunjukkan turunnya perfusi ke paru
Because end-tidal gas is primarily alveolar gas and PACO2 is virtually identical to PaCO2,
end-tidal CO2 tension (PETCO2) is used clinically as an estimate of PaCO2.The PACO2–
PETCO2 gradient is normally less than 5 mm Hg and represents dilution of alveolar gas with
CO2-free gas from nonperfused alveoli (alveolar dead space)
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Respiratory physiology and anesthesia. McGrawhill Education. 2018;23:p.879)

91 Wanita 45 tahun akan dilakukan pembedahan cholecystectomy laparoskopik. Dlrencanakan


anestesl umum, lnduksl lntravena dan rumatan anestesi inhatasl. Untuk mencegah paslen menyadari
sltuasl selama tlndakan, maka pertu pemantauan:
a. Isolated forearm technique
b. Sinyal EEG 2 channel
c. Minimum alveolar concentration dari obat anestesi inhalasi
d. Kontraktilistas lower esophagus
e. Late cortical evoked response
The MAC of an inhaled anesthetic is the alveolar concentration that prevents movement in
50% of patients in response to a standardized stimulus (eg, surgical incision). MAC is a
useful measure because it mirrors brain partial pressure, allows comparisons of potency
between agents, and provides a standard for experimental evaluations. Nonetheless, it should
be remembered that this is a median value with limited usefulness in managing individual
patients, particularly during times of rapidly changing alveolar concentrations
(eg, induction and emergence)
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Inhalation anesthetics. McGrawhill Education. 2018;8:p.282)

92 Seorang laki- laki 68 tahun akan dilakukan operasl amputasi akibat acute limb lschemlc.
Paslen telah diberikan therapi warfarin selama lebih dart 1 bulan. Pada paslen yang
menggunakan warfarln dan akan dilakukan operasl, hal apa yang harus dllakukan preoperative
a. Dilakukan broclgu)Q therapy menggunakan lovenox
b. Dilakukan bridging therapy menggunakan heparin
c. Dilakukan bridging therapy menggunakan clopidogrel
d. Dilakukan bridging therapy menggunakan aspirin
e. Dilakukan bridging therpay menggunakan clopidogrel dan aspirin
Two drug half-life intervals have been suggested as the time from drug discontinuation until
neuraxial procedures are performed. However, depending upon patient factors two half-life
intervals may not be sufficient to mitigate the increased risk of bleeding following neuraxial
procedures. A period from drug discontinuation of up to five to six drug half-life intervals
may be necessary to avoid increased bleeding risk. Thrombin clotting time assays can be used
to detect the effects of dabigatran. Likewise, factor Xa inhibitors can be assessed through
assays of factor Xa inhibition. Anesthesia providers planning neuraxial procedures should
consult closely with the patient’s primary providers to discern if suspension of
anticoagulation is advised when considering a neuraxial technique. Bridging therapy with
low-molecular-weight heparin can be considered during the time that oral anticoagulation is
suspended if there is increased thrombotic risk. It has been suggested that new oral
anticoagulants can be resumed 24 to 48 h following a neuraxial procedure or removal of an
epidural catheter.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Spinal, epidural and caudal blocks. McGrawhill Education. 2018;45:p.1643-4)

93 Pria 55 tahun dilakukan pembedahan laparotomy reseksi colon karena kanker. Rumatan
pelumpuh otot menggunakan atracurium. Pada akhir pembedahan direncanakan ekstubasi
dikamar bedah. Untuk mengembalikan fungsi neuromuskuler digunakan metode train of four (TOF)
sebagai berikut
a. Sensitivitas TOF lebih baik daripada double burst untuk menilai respon motoric otot bergaris
b. Sebagai predictor adanya sisa relaksan pasca bedah, TOF lebih baik daripada
acceleromyography
c. Sugammadex bisa diberikan dengan dosis 1mb/kg berat badan tanpa menunggu TOF ratio
ideal.
d. Stimulasi TOF memberikan 4 rangsang berutrutan 50 Hz dalam 2 detik
e. Rasio respons stimuli I dan ke IV dari TOF merupakan indicator sensitive dari kelumpuhan
otot karena obat non depolarisasi

Tetanic stimulation is a sensitive but uncomfortable test of neuromuscular


transmission in an awake patient. Because of its shorter duration, double-burst
stimulation is tolerated better than tetany by conscious patients. Quantitative measures
such as acceleromyography are preferred to assess the adequacy of reversal (train of
four >0.9) compared with subjective interpretations of twitch. Many other tests of
neuromuscular transmission, such as vital capacity and tidal volume, are insensitive as
they may still seem normal when 70% to 80% of receptors are blocked. In fact, 70%
of receptors may remain blocked despite an apparently normal response to train-of-
four stimulation. The ability to sustain a head lift for 5 s, however, indicates that
fewer than 33% of receptors are occupied by muscle relaxant.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical
anesthesiology. 6th Edition.Cholinesterase inhibitors and other pharmacological
antagonist to neuromuscular blocking agents. 2018;12:p.403)

94 Seorang pasien pria 20 tahun, riwayat terjatuh dart ketinggian 4 meter. Dibawa ke Unit Gawat
Darurat dengan keluhan kelemahan kedua tangan dan kakl. Pasien terlihat kesulitan bernafas.
Palpasi ekstremitas teraba dingin basah dan sediklt kemerahan. Di layar monitor tertera laju denyut
jantung 40 kali/menit, tekanan darah arterl 80/60. Penyebab kondisl pasien tersebut adalah
a. Trauma pada thorax
b. Gangguan sekresi serotonin
c. Gangguan sistem saraf autonom
d. Histamin release karena trauma
e. Syok hipovolemia kemungkinan perdarahan
Anesthetic management is complicated by lability of the autonomic nervous system in
addition to concerns about respiratory insufficiency. Exaggerated hypotensive and
hypertensive responses during anesthesia may be seen. As with other lower motor neuron
disorders, succinylcholine should not be used because of the risk of hyperkalemia. The use of
regional anesthesia in these patients remains controversial, as it might worsen symptoms. As
with all decisions, the risks and benefits of regional versus general anesthesia must be
weighed on an individual basis. As damaged nerves are more susceptible to a second injury
(the “double crush” effect), performance of regional techniques in patients with preexistent
neurological dysfunction should be carefully considered.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Anesthesia for patients with neurological and phychiatric diseases. McGrawhill
Education. 2018;28:p.1057)

95. Wanita 30 tahun direncanakan pembedahan laparotomy urgent. Anamnesa didapatkan riwayat
keluarga dengan succinylcholine apnea, oleh sebab itu induksi dilakukan dengan propofol dan
rocuronium (dosis intubasi). Ternyata terjadi penyulit
a. Sugammadex 16 mg/kg berat badan intravena
b. Edrophornum 0,1 mg/kg berat badan intravena
c. Sugammadex 4 mg/kg berat badan intravena
d. Neostigmine 0,7 mg/kg berat badan dan atropine sulat 0,01 mg/kg berat badan
e. Neostigmine 1 mg/kg berat badan dan atropine sulfat 0,05 mg/kg berat badan
Sugammadex has been administered in doses of 4 to 8 mg/kg. With an injection of 8
mg/kg, given 3 min after administration of 0.6 mg/kg of rocuronium, recovery of
train-of-four ratio to 0.9 was observed within 2 min. It produces rapid and effective
reversal of both shallow and profound rocuronium-induced neuromuscular blockade
in a consistent manner. Sugammadex may impair the contraceptive effect of patients
using hormonal contraceptives due to its affinity for compounds with steroidal
structure. An alternative, nonhormonal, contraceptive should be used for 7 days
following sugammadex administration. Toremifene, an estrogen antagonist, has a high
affinity for sugammadex and might delay its reversal of neuromuscular block.
Because of its renal excretion, sugammadex is not recommended in patients with
severe kidney dysfunction. Sugammadex may artifactually prolong the activated
partial thromboplastin time. Sugammadex is most effective in the reversal of
rocuronium; however, it will bind other steroidal neuromuscular blockers.
Sugammadex is not effective inreversing nondepolarizing neuromuscular blockade
secondary to benzylisoquinoline relaxants. Moreover, following reversal with
sugammadex, subsequent neuromuscular blockade with steroidal neuromuscular
blockers may be impaired. Benzylisoquinoline relaxants can be employed as an
alternative.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical
anesthesiology. 6th Edition.Cholinesterase inhibitors and other pharmacological
antagonist to neuromuscular blocking agents. McGrawhill Education. 2018;12:p.401)

96 Bayi usia 10 bulan, lahir dengan usia kehamilan 31 minggu, dilakukan pembiusan untuk
tindakan perbaikan hernia inguinal. lnduksi dilakukan dengan gas sevofluran, intubasi endotrakea,
dan pemeliharaan anestesi dengan gas sevofluran dan oksigen. Tatalaksana anestesi caudal
epidural pasien ini adalah
a. Volume anestesi lokal 0,5 mL/kg berat badan cukup untuk herniotomy
b. Untuk menemukan epidural space tekhnik loss of resistance menggunakan udara
c. Pemberian morphine sulphate 50 microgr/kg berat badan untuk memperpanjang efek
analgesi
d. Blok dengan ropivacaine 0,2% dengan blok motorik kurang dibanding bupivacaine
e. Blok dengan bupivacaine 0,25% memberikan analgesik lebih baik dan ropivacaine 0,2%
Ropivacaine shares many physicochemical properties with bupivacaine. Onset time and
duration of action are similar, but ropivacaine produces less motor block when injected at the
same volume and concentration as bupivacaine (which may reflect an overall lower potency
as compared with bupivacaine). Ropivacaine appears to have a greater therapeutic index than
racemic bupivacaine. This improved safety profile likely reflects its formulation as a pure
S(-) isomer—that is, having no R(+) isomer—as opposed to racemic bupivacaine.
Levobupivacaine, the S(-) isomer of bupivacaine, was reported to have fewer cardiovascular
and cerebral side effects than the racemic mixture, but it is no longer available in the United
States.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition.Local anesthetics. McGrawhill Education. 2018;16:p.467)
travascular placement. Many anesthetic agents have been used for caudal anesthesia in
pediatric patients, with 0.125% to 0.25% bupivacaine (up to 2.5 mg/kg) or 0.2%ropivacaine
being most common. Ropivacaine, 0.2%, can provide analgesia similar to bupivacaine but
with less motor blockade. Ropivacaine appears to have less cardiac toxicity than bupivacaine
when compared milligram to milligram
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Pediatric anesthesia. McGrawhill Education. 2018;42:p.1548)

97 Yang merupakan neurotransmitter lnhibltorik utama dari central nervous system adalah :
a. Dopamine
b. Acetylchollne
c. Glutamate
d. Gamma-Aminobutync eoo
e. Glycine
Glycine and γ-aminobutyric acid (GABA) are amino acids that function as inhibitory
neurotransmitters and likely play an important role in segmental inhibition of pain in the
spinal cord. Antagonism of glycine and GABA results in powerful facilitation of WDR
neurons and produces allodynia and hyperesthesia. There are two subtypes of GABA
receptors: GABAA, of which muscimol is an agonist, and GABAB, of which baclofen is an
agonist. Segmental inhibition appears to be mediated by GABAB receptor activity. The
GABAA receptor functions as a Cl– channel, and benzodiazepines activate this channel.
Activation of glycine receptors also increases Cl– conductance across neuronal cell
membranes. Adenosine also modulates nociceptive activity in the dorsal horn. At least two
receptors are known: A1, which inhibits adenyl cyclase, and A2, which stimulates adenyl
cyclase. The A1 receptor mediates adenosine’s antinociceptive action.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Chronic pain management. McGrawhill Education. 2018;47:p.1794)
Concurrent with the loss of dopamine, the activity of the γ-aminobutyric acid (GABA) nuclei
in the basal ganglia increases, leading to an inhibition of thalamic and brainstem nuclei.
Thalamic inhibition, in turn, suppresses the motor system in the cortex, resulting in the
characteristic signs and symptoms. General anesthetic action could be due to alterations in
any one (or a combination) of several cellular systems, including voltage-gated ion channels,
ligand-gated ion channels, second messenger functions, or neurotransmitter receptors. For
example, many anesthetics enhance GABA inhibition of the CNS. Furthermore, GABA
receptor agonists seem to enhance anesthesia, whereas GABA antagonists reverse some
anesthetic effects. There seems to be a strong correlation between anesthetic potency and
potentiation of GABA receptor activity. Thus, anesthetic action may relate to binding in
relatively hydrophobic domains in channel proteins (GABA receptors). Modulation of GABA
function may prove to be a principal mechanism of action for many anesthetic drugs.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Geriatric anesthesia. McGrawhill Education. 2018;43:p.1581)

98 Pria 66 tahun dllakukan pemerlksaan penunjang echocardiography. Hasil echocardiogram left


ventricular end-diastolic volume 125 ml dan end-systolic volume 50 ml. Maka left ventricular
ejection fraction pasien ini adalah
a. 55 persen
b. 60 persen
c. 40 persen
d. 65 persen
e. 50 persen

This technology provides information about both regional and global ventricular function and
may be carried out at rest, following exercise, or with administration of dobutamine.
Detectable regional wall motion abnormalities and the derived left ventricular ejection
fraction correlate well with angiographic findings. Moreover, dobutamine stress
echocardiography seems to be a reliable predictor of adverse cardiac complications in
patients who cannot exercise. New or worsening wall motion abnormalities following
dobutamine infusion are indicative of significant ischemia. Patients with an ejection fraction
of less than 50% tend to have more severe disease and increased perioperative morbidity.
Dobutamine stress echocardiography, however, may not be reliable in patients
with left bundle-branch block because septal motion may be abnormal, even in the absence of
left anterior descending CAD in some patients.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical anesthesiology. 6th
Edition. Anesthesia for patients with cardiovascular disease. McGrawhill Education.
2018;21:p.682)

99 Seorang wanita berusia 88 tahun akan menjalani operasi katarak dengan anestesia lokal
(tetes mata lidokain). Saat akan dilakukan tindakan, pasien gelisah dan tidak kooperatif. Anda
dipanggil oleh TS dokter mata untuk melakukan tindakan sedasi pada kasus ini. Apakah hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk prosedur sedasi pada pasien geriatric yang menjalani operasi katarak?
a. Tindakan blok regional mata dengan sedasi dikontraindikasikan pada pasien geriatrik
yang tidak dapat tidur telentang
b. Refleks okulokardiak memiliki aferen nervus optikus dan eferen nervus vagus
c. Terapi beta blocker lama sevaiknya dihentikan praoperasi karena ada resiko bradikardia
intraoperative
d. Derajat nyeri pascaoperasi katarak adalah nyeri sedang (VAS 4-5)
e. Pada octogenarian meskipun tidak memiliki komorbiditas, fungsi sistolik jantung kiri
biasanya sudah menurun cukup signifikan
Options for local anesthesia for eye surgery include topical application of local
anesthetic or placement of a retrobulbar, peribulbar, or sub-Tenon (episcleral) block.
All of these techniques are commonly combined with intravenous sedation. Local
anesthesia is preferred to general anesthesia for eye surgery because local anesthesia
involves less physiological trespass and is less likely to be associated with
postoperative nausea and vomiting. However, eye block procedures have potential
complications and may not provide adequate ophthalmic akinesia or analgesia. Some
patients may be unable to lie perfectly still for the duration of the surgery. For these
reasons, appropriate equipment and qualified personnel required to treat the
complications of local anesthesia and to
induce general anesthesia must be readily available.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical
anesthesiology. 6th Edition. Anesthesia for opthalmic surgery. McGrawhill
Education. 2018;36:p.1321)

100 Yang bukan termasuk fislologl transmisi nyeri akut nosiseptif adalah
a. Jalur nyeri medula spinalis melalui tractus spinothalamicus ventralis
b. Descending tract bersifat modulasi transmisi nyeri akut nociceptive
c. Serabut saraf nyeri dari kepala antara lain dibawa oleh N. trigeminus dan fascialis
d. Transmisi cepat dari rangsang nyeri akut nosiseptif dihantarkan oleh serabut A delta
e. Second order neuron terhubung (synaps) dengan third order neuron di thalamus
Nociceptors
Nociceptors are characterized by a high threshold for activation and encode the
intensity of stimulation by increasing their discharge rates in a graded fashion.
Following repeated stimulation, they characteristically display delayed adaptation,
sensitization, and afterdischarges. Noxious sensations can often be broken down into
two components: a fast, sharp, and well-localized sensation (“first pain”), which is
conducted with a short latency (0.1 s) by Aδ fibers (tested by pinprick); and a slower
onset, duller, and often poorly localized sensation (“second pain”), which is
conducted by C fibers. In contrast to well-localized epicritic sensation, which may be
transduced by specialized end organs on the afferent neuron (eg, pacinian corpuscle
for touch), less well-localized protopathic sensation is transduced mainly by free
nerve endings nociceptors that sense heat and mechanical and chemical tissue
damage. Nociceptor types include (1) mechanonociceptors, which respond to pinch
and pinprick, (2) silent nociceptors, which respond only in the presence of
inflammation, and (3) polymodal mechanoheat nociceptors. The last are most
prevalent and respond to excessive pressure, extremes of temperature (>42°C and
<40°C), and noxious substances such as bradykinin, histamine, serotonin (5-
hydroxytryptamine or 5-HT), H+, K+, some prostaglandins, capsaicin, and possibly
adenosine triphosphate. At least two nociceptor receptors (containing ion channels in
nerve endings) have been identified, TRPV1 and TRPV2. Both respond to high
temperatures. Capsaicin stimulates the TRPV1 receptor. Polymodal nociceptors are
slow to adapt to strong pressure and display heat sensitization.
Cutaneous Nociceptors
Nociceptors are present in both somatic and visceral tissues. Primary afferent neurons
reach tissues by traveling along spinal somatic, sympathetic, or parasympathetic
nerves. Somatic nociceptors include those in skin (cutaneous) and deep tissues
(muscle, tendons, fascia, and bone), whereas visceral nociceptors include those in
internal organs. The cornea and tooth pulp are unique in that they are almost
exclusively innervated by nociceptive Aδ and C fibers.
Deep Somatic Nociceptors
Deep somatic nociceptors are less sensitive to noxious stimuli than cutaneous
nociceptors but are easily sensitized by inflammation. The pain arising from them is
characteristically dull and poorly localized. Specific nociceptors exist in muscles and
joint capsules, and they respond to mechanical, thermal, and chemical stimuli.
(Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Michail’s clinical
anesthesiology. 6th Edition. Chronic pain management. McGrawhill Education.
2018;47:p.1789)

Anda mungkin juga menyukai