Struktur - Beton 1 - p7
Struktur - Beton 1 - p7
ANALISIS BALOK
TULANGAN RANGKAP
Pertemuan - 7
RENCANA MATERI PEMBELAJARAN
Abstrak: Kompetensi:
Modul ini membahas mengenai analisis balok Diharapkan setelah membaca modul ini
tulangan rangkap serta ketepatan mahasiswa dapat memahami mengenai
menetapkan pasal SNI 2847:2013 analisis balok tulangan rangkap serta
ketepatan menetapkan pasal SNI
2847:2013
Pendahuluan
TULANGAN TULANGAN
TEKAN SUDAH TEKAN BELUM
LULUH LULUH
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Momen internal balok bertulang dapat dibedakan
menjadi dua macam seperti ditunjukan pada
Gambar 1, yaitu:
• Mu1 merupakan momen internal yang dihasilkan
oleh gaya tekan pada beton dan gaya tarik
ekivalen pada tulangan baja As1.
• Mu2 merupakan momen internal tambahan yang
diperoleh dari gaya tekan pada tulangan tekan
As’ dan gaya tarik pada tulangan tarik tambahan
As2.
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Dalam hal ini As2 = As’ menghasilkan gaya yang sama besar
namun berlawanan arah seperti ditunjukan pada Gambar 1. Dan
akhirnya momen nominal total suatu balok bertulang rangkap
dapat diperoleh dengan menjumlahkan Mu1 dan Mu2:
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[As1 fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
𝟐
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah As1 dan As2 sehingga:
As = As1 + As2 = As1 + As’
𝐴𝑠1 .𝑓𝑦 𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 .𝑓𝑦
a = 0,85 𝑓′ =
𝑐. 𝑏 0,85 𝑓′ 𝑐 . 𝑏
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[ 𝑨𝒔 −𝑨′𝒔 fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
𝟐
Syarat batas rasio tulangan:
𝟎,𝟎𝟎𝟑+ 𝒇𝒚 /𝑬𝒔
ρ – ρ’ < ρmaks = ρb
𝟎,𝟎𝟎𝟖
Untuk fy = 400 MPa, jika ρ – ρ’ < ρmaks maka ρ – ρ’ < 0,625 ρb, ϕ=0,90 dan Ɛt =
0,005. Apabila ρ – ρ’ > ρmaks maka penampang berada pada daerah transisi
sehingga harus dipenuhi syarat ρ – ρ’ < 0,714 ρb. Dalam kasus ini maka nilai faktor
reduksi kekuatan ϕ lebih kecil dari 0,90 untuk Mu1 dan ϕ=0,90 untuk Mu2 sehingga
persamaan menjadi:
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[ 𝑨𝒔 −𝑨′𝒔 fy (d – 𝟐 )] + 0,90 As’ fy (d – d’)
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Dalam analisis yang sudah dilakukan, digunakan asumsi bahwa tulangan tekan sudah
luluh. Tulangan tekan sudah luluh jika:
Ɛs’ > Ɛy = fy/Es
𝑐 0,003 600
= 𝑓𝑦 = 600− 𝑓
𝑑′ 0,003− 𝐸 𝑦
𝑠
Sehingga:
600
c = 600− 𝑓 d’
𝑦
Serta:
As1 = As – As’
ρ1 = ρ – ρ’
maksimumnya 0,003
𝑐−𝑑′
Ɛs’= 0,003 𝑐
• regangan tulangan tekan Ɛs’ belum
mencapai Ɛy pada saat terjadi 𝑐−𝑑′ 𝑐−𝑑′
keruntuhan. f's = Es . Ɛs’= 200.000 (0,003) 𝑐 = 600 𝑐
𝑐−𝑑′
Cs = As’ (f’s – 0,85f’c) = As’ [600 𝑐 – 0,85f’c]
• Luluh nya tulangan tekan dipengaruhi
Cc = 0,85 f’c β1 c b
oleh letak serat terluar d’
Apabila diatur Kembali, maka persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk:
(0,85 f’c β1 b)c2 + [(600 As’) – (0,85f’c As’) - As. fy]c – 600 As’d’ = 0
Bila tulangan tekan belum luluh f’s < fy maka luas total tulangan tarik yang
dibutuhkan untuk penampang persegi:
𝒇′ 𝝆′ 𝒇′𝒔
As maks = ρmaks bd + As’ 𝒔 = bd 𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 +
𝒇𝒚 𝒇𝒚
𝒇′𝒔
𝝆 − 𝝆′ < 𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔
𝒇𝒚
As’ = 3(380) = 1.140 mm2 ρ’ = As’ /bd = 1.140 /(300 x 600) = 0,00633
ρ – ρ’ > K
𝑓′ 𝑐 𝑑′ 600
ρ – ρ’ > 0,85β1 𝑓𝑦 𝑑 600− 𝑓𝑦
25 50 600
0,01567 > 0,85(0,85) 400 600 600− 400
Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 25 MPa, maka nilai β1 = 0,85
𝑓′𝑐 600 25 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 = 0,85 x (0,85) x 400 = 0,0271
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 600+400
𝑓𝑦 400
0,003+ 0,003+
𝐸𝑠 200.000
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝜌𝑏 = 0,0271 = 0,01693
0,008 0,008
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,01567 < 0,01693
35 60 600
0,0157 > 0,85(0,80) 400 610 600− 400
Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 35 MPa, maka nilai β1 = 0,80
𝑓′𝑐 600 35 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 = 0,85 x (0,80) x 400 = 0,0357
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 600+400
𝑓𝑦 400
0,003+ 𝐸 0,003+ 200.000
𝑠
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝜌𝑏 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟓𝟕= 0,02231
0,008 0,008
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,0157 < 0,02231
5. Periksa:
𝑓′𝑠
𝜌 − 𝜌′ < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑓𝑦
386,56
0,02259 − 0,00689 400 < 0,02231
0,01593 < 0,02231
6. Periksa c/dt
c/dt = 168,68/640 = 0,2635 < 0,375
𝑑 −𝑐 640−168,68
Ɛt = 𝑡𝑐 0,003 = 168,68 0,003 = 0,0084 > 0,005 (Terkendali Tarik)
DAFTAR PUSTAKA
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.