Anda di halaman 1dari 25

Paksi Dwiyanto Wibowo S.T., M.T.

Mata Kuliah : Struktur Beton 1


Kode : W111700019
SKS : 3 SKS

ANALISIS BALOK
TULANGAN RANGKAP

Pertemuan - 7
RENCANA MATERI PEMBELAJARAN

Minggu 1 Konsep material beton bertulang


Minggu 2 Lentur pada penampang persegi
Minggu 3 Desain balok beton tulangan tunggal
Minggu 4 Perencanaan pelat beton bertulang
Minggu 5 Analisis balok T
Minggu 6 Desain balok T
Minggu 7 Analisis balok tulangan rangkap
Minggu 8 Desain tulangan rangkap balok beton
Minggu 9 Geser pada balok beton bertulang
Minggu 10 Tulangan geser pada balok beton bertulang
Minggu 11 Persuaratan khusus tulangan geser balok tahan
gempa
Minggu 12 Torsi pada balok
Minggu 13 Detail penulangan balok, penyaluran, penjangkaran
Minggu 14 Detail penulangan balok cut off tulangan
ANALISIS BALOK
TULANGAN TUNGGAL
Pertemuan - 7

Abstrak: Kompetensi:
Modul ini membahas mengenai analisis balok Diharapkan setelah membaca modul ini
tulangan rangkap serta ketepatan mahasiswa dapat memahami mengenai
menetapkan pasal SNI 2847:2013 analisis balok tulangan rangkap serta
ketepatan menetapkan pasal SNI
2847:2013
Pendahuluan

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


• Terkadang suatu penampang balok beton bertulang
didesain memiliki tulangan tarik dan tulangan tekan.
• Balok demikian dinamakan sebagai balok bertulangan
rangkap
• Penggunaan tulangan tekan sering dijumpai pada
daerah momen negatif dari suatu balok menerusatau
di tengah bentang dari suatu balok yang cukup
panjang dan memikul beban yang berat serta
persyaratan kontrol lendutan cukupketat.
• Atau juga sering dijumpai pada kasus di mana tinggi
balok sangat dibatasi untuk mengakomodasi
kebutuhan arsitektural.
Keuntungan menambahkan
4 tulangan tekan

Mengurangi lendutan jangka panjang

Meningkatkan daktilitas. Adanya tulangan tekan akan


mengurangi tinggi blok tegangan (a). berkurangnya tinggi blok
tegangan akan meningkatkan regangan pada tulangan tarik dan
menghasilkan perilaku balok yang lebih daktail.

Menghasilkan keruntuhan tarik pada struktur

Memudahkan dalam fabrikasi


Analisis terhadap penampang balok bertulangan rangkap
didasarkan pada kondisi tulangan tekan. Ada dua macam kasus yang
akan dijumpai yaitu:

TULANGAN TULANGAN
TEKAN SUDAH TEKAN BELUM
LULUH LULUH
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Momen internal balok bertulang dapat dibedakan
menjadi dua macam seperti ditunjukan pada
Gambar 1, yaitu:
• Mu1 merupakan momen internal yang dihasilkan
oleh gaya tekan pada beton dan gaya tarik
ekivalen pada tulangan baja As1.
• Mu2 merupakan momen internal tambahan yang
diperoleh dari gaya tekan pada tulangan tekan
As’ dan gaya tarik pada tulangan tarik tambahan
As2.
Tulangan Tekan Sudah Luluh

Gambar 1. Penampang persegi dengan tulangan rangkap


Momen Mu1 merupakan momen yang diperoleh dari balok bertulang tunggal sebagai berikut:
T1 = Cc
As1fy = 0,85 f’c ab 𝒂
Sehingga Mu1 sebagai berikut: M u1 = ϕA f
s1 y (d – )
𝐴𝑠1 .𝑓𝑦 𝟐
a=
0,85 𝑓′ 𝑐 . 𝑏
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Syarat batasan tulangan untuk As1 adalah bahwa harus
dipenuhi ρ1 = (As1/b.d) < ρmaks untuk penampang terkendali
tarik dari balok bertulang tunggal. Selanjutnya Mu2 dapat
dihitung dengan mengasumsikan tulangan tekan As’ sudah luluh.

Mu2 = ϕAs2 fy (d – d’) = ϕAs’ fy (d – d’)

Dalam hal ini As2 = As’ menghasilkan gaya yang sama besar
namun berlawanan arah seperti ditunjukan pada Gambar 1. Dan
akhirnya momen nominal total suatu balok bertulang rangkap
dapat diperoleh dengan menjumlahkan Mu1 dan Mu2:
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[As1 fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
𝟐
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah As1 dan As2 sehingga:
As = As1 + As2 = As1 + As’
𝐴𝑠1 .𝑓𝑦 𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 .𝑓𝑦
a = 0,85 𝑓′ =
𝑐. 𝑏 0,85 𝑓′ 𝑐 . 𝑏
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[ 𝑨𝒔 −𝑨′𝒔 fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
𝟐
Syarat batas rasio tulangan:
𝟎,𝟎𝟎𝟑+ 𝒇𝒚 /𝑬𝒔
ρ – ρ’ < ρmaks = ρb
𝟎,𝟎𝟎𝟖

Untuk fy = 400 MPa, jika ρ – ρ’ < ρmaks maka ρ – ρ’ < 0,625 ρb, ϕ=0,90 dan Ɛt =
0,005. Apabila ρ – ρ’ > ρmaks maka penampang berada pada daerah transisi
sehingga harus dipenuhi syarat ρ – ρ’ < 0,714 ρb. Dalam kasus ini maka nilai faktor
reduksi kekuatan ϕ lebih kecil dari 0,90 untuk Mu1 dan ϕ=0,90 untuk Mu2 sehingga
persamaan menjadi:
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[ 𝑨𝒔 −𝑨′𝒔 fy (d – 𝟐 )] + 0,90 As’ fy (d – d’)
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Dalam analisis yang sudah dilakukan, digunakan asumsi bahwa tulangan tekan sudah
luluh. Tulangan tekan sudah luluh jika:
Ɛs’ > Ɛy = fy/Es

𝑐 0,003 600
= 𝑓𝑦 = 600− 𝑓
𝑑′ 0,003− 𝐸 𝑦
𝑠
Sehingga:
600
c = 600− 𝑓 d’
𝑦
Serta:
As1 = As – As’
ρ1 = ρ – ρ’

Syarat tulangan tekan sudah luluh adalah:


ρ – ρ’ > K
𝑓′ 𝑐 𝑑′ 600
ρ – ρ’ > 0,85β1 𝑓𝑦 𝑑 600− 𝑓𝑦
Tulangan Tekan Sudah Luluh

Tabel 1. Nilai K untuk pemeriksaan keluluhan tulangan tekan.


K
F’c (MPa) Fy (MPa) β1 K
(jika d’=50mm)
20 400 0,85 0,1084 (d’/d) 5,4188 /d
25 400 0,85 0,1355 (d’/d) 6,7734 /d
30 400 0,836 0,1599 (d’/d) 7,9943 /d
35 400 0,800 0,1785 (d’/d) 8,9250 /d
40 400 0,764 0,1948 (d’/d) 9,7410 /d
Tulangan Tekan Belum Luluh
Tulangan tekan belum luluh jika: ρ – ρ’ < K
• Tulangan baja tarik akan luluh ketika ρ – ρ’ < 0,85β1
𝑓′ 𝑐 𝑑′ 600
beton mencapai regangan 𝑓𝑦 𝑑 600− 𝑓𝑦

maksimumnya 0,003
𝑐−𝑑′
Ɛs’= 0,003 𝑐
• regangan tulangan tekan Ɛs’ belum
mencapai Ɛy pada saat terjadi 𝑐−𝑑′ 𝑐−𝑑′
keruntuhan. f's = Es . Ɛs’= 200.000 (0,003) 𝑐 = 600 𝑐
𝑐−𝑑′
Cs = As’ (f’s – 0,85f’c) = As’ [600 𝑐 – 0,85f’c]
• Luluh nya tulangan tekan dipengaruhi
Cc = 0,85 f’c β1 c b
oleh letak serat terluar d’

• Semakin tinggi rasio d’/c maka Karena T = As. fy = Cs + Cc maka:


tulangan tekan semakin dekan dengan 𝑐−𝑑′
As. fy = As’ [600 – 0,85f’c] + 0,85 f’c β1 c b
sumbu netral, sehingga semakin kecil 𝑐

kemungkinan tulangan tekan


menjacapai kuat luluhnya.
Tulangan Tekan Belum Luluh
𝒄−𝒅′
As. fy = As’ [600 – 0,85f’c] + 0,85 f’c β1 c b
𝒄

Apabila diatur Kembali, maka persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk:
(0,85 f’c β1 b)c2 + [(600 As’) – (0,85f’c As’) - As. fy]c – 600 As’d’ = 0

Persamaan di atas identik dengan persamaan:


K1c2 + K2c + K3 = 0
Dengan:
K1 =0,85 f’c β1 b
K2 = As' (600 - 0,85 f'c) - As.fy
K3 = – 600 As’d’

Nilai c dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:


−𝑲𝟐 ∓ 𝑲𝟐 𝟐 −𝟒𝑲𝟏 𝑲𝟑
c =
𝟐𝑲𝟏
Tulangan Tekan Belum Luluh
Dengan diketahui c, f’s, a, Cc, Cs dapat dihitung, demikian pula kuat momen
rencana penampang:
𝒂
𝝓𝑴𝒏 = 𝝓 𝑪𝒄 𝒅 − + 𝑪𝒔 𝒅 − 𝒅′
𝟐

Bila tulangan tekan belum luluh f’s < fy maka luas total tulangan tarik yang
dibutuhkan untuk penampang persegi:
𝒇′ 𝝆′ 𝒇′𝒔
As maks = ρmaks bd + As’ 𝒔 = bd 𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 +
𝒇𝒚 𝒇𝒚

𝒇′𝒔
𝝆 − 𝝆′ < 𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔
𝒇𝒚

Dimana 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 merupakan rasio tulangan maksimum untuk penampang bertulang


tunggal.
Contoh Soal 1
Tulangan Tekan Sudah Luluh
Suatu balok beton bertulangan rangkap dengan lebar 300 mm dan tinggi efektif, d = 600 mm.
Tulangan tarik terdiri dari 6 buah D29 yang diletakkan dalam dua baris tulangan. Tulangan
tekan terdiri dari 2D22 seperti ditunjukkan pada Gambar. Hitunglah kuat momen rencana
dari balok tersebut jika diketahui mutu beton dan tulangan baca f’c 25 MPa dan fy = 400
MPa.
Solusi Contoh Soal 1
Tulangan Tekan Sudah Luluh
1. Periksa apakah tulangan tekan sudah luluh ataukah belum

As = 6(660) = 3.960 mm2 ρ = As /bd = 3.960 /(300 x 600) = 0,022

As’ = 3(380) = 1.140 mm2 ρ’ = As’ /bd = 1.140 /(300 x 600) = 0,00633

As – As’ = 2.820 mm2 ρ – ρ’ = 0,01567

Agar tulangan tekan sudah luluh, maka harus dipenuhi persyaratan :

ρ – ρ’ > K
𝑓′ 𝑐 𝑑′ 600
ρ – ρ’ > 0,85β1 𝑓𝑦 𝑑 600− 𝑓𝑦

25 50 600
0,01567 > 0,85(0,85) 400 600 600− 400

0,01567 > 0,0119


Tulangan Tekan Sudah Luluh
Solusi Contoh Soal 1
Tulangan Tekan Sudah Luluh
2. Periksa ρ – ρ’ < ρmaks

Menentukan rasio tulangan ρ Maks


• untuk kuat tekan beton, f /c < 28 Mpa β1 = 0,85
𝑓′ 𝑐−28
• untuk 28 MPa < f /< 56 MPa β1 = 0,85 – 0,05 7
• Untuk f /c lebih dari 56 Mpa β1 = 0,65

Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 25 MPa, maka nilai β1 = 0,85
𝑓′𝑐 600 25 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 = 0,85 x (0,85) x 400 = 0,0271
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 600+400
𝑓𝑦 400
0,003+ 0,003+
𝐸𝑠 200.000
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝜌𝑏 = 0,0271 = 0,01693
0,008 0,008
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,01567 < 0,01693

Dominan tarik ϕ=0,90


Solusi Contoh Soal 1
Tulangan Tekan Sudah Luluh
3. Hitung ϕMn
𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 .𝑓𝑦 2.820 .400
a = 0,85 𝑓′ 𝑐 . 𝑏
= 0,85 25 (300)
= 176,94 mm
𝑎
ϕMn = ϕ[ 𝐴𝑠 −𝐴′𝑠 fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
2
176,94
= 0,90 [2.820 (400) (600 – 2
) + 1.140(400)(600-50)]

= 745.024.658 N.mm = 745,02 kN.m

DIPEROLEH MOMEN NOMINAL BALOK


SEBESAR 745,02 kN.m
Contoh Soal 2
Tulangan Tekan Belum Luluh
Hitunglah kuat momen rencana dari balok beton bertulangan rangkap
yang ditunjukkan dalam Gambar. Gunakan f’c = 35 MPa, fy = 400
MPa, serta As’ = 1.470 mm2 (3D25) dan As= 4.824 mm2 (6D32).
Solusi Contoh Soal 2
Tulangan Tekan Belum Luluh
1. Hitung nilai ρ dan ρ’
ρ = As/bd = 4.824 /(350 x 610) = 0,02259
ρ’ = As’/bd = 1.470 /(350 x 610) = 0,00689
ρ – ρ’ = 0,0157

2. Periksa apakah tulangan tekan sudah luluh atau belum:


ρ – ρ’ > K
𝑓′ 𝑐 𝑑′ 600
ρ – ρ’ > 0,85β1
𝑓𝑦 𝑑 600− 𝑓𝑦

35 60 600
0,0157 > 0,85(0,80) 400 610 600− 400

0,0157 > 0,01755


Tulangan Tekan Belum Luluh
Solusi Contoh Soal 2
Tulangan Tekan Belum Luluh
3. Periksa ρ – ρ’ < ρmaks
Menentukan rasio tulangan ρ Maks
• untuk kuat tekan beton, f /c < 28 Mpa β1 = 0,85
𝑓′ 𝑐−28
• untuk 28 MPa < f / < 56 MPa β1 = 0,85 – 0,05 7
• Untuk f /c lebih dari 56 Mpa β1 = 0,65

Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 35 MPa, maka nilai β1 = 0,80
𝑓′𝑐 600 35 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 = 0,85 x (0,80) x 400 = 0,0357
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 600+400
𝑓𝑦 400
0,003+ 𝐸 0,003+ 200.000
𝑠
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝜌𝑏 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟓𝟕= 0,02231
0,008 0,008
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,0157 < 0,02231

Dominan tarik ϕ=0,90


Solusi Contoh Soal 2
Tulangan Tekan Belum Luluh
4. Hitung gaya dalam ФMn dengan analisis gaya dalam:
K1 =0,85 x f'c x β1 x b = 0,85 x 35 x 0,80 x 350 = 8.330
K2 =As' (600 - 0,85 f'c) - As.fy = 1.470 (600 - 0,85(35)) - 4.824 (400) = - 1.091.322,5
K3 = -600 As'.d' = -600 x 1.470 x 60= - 52.920.000
−𝐾2 ∓ 𝐾2 2 −4𝐾1 𝐾3
c = = 168,68 mm
2𝐾1

a = β1 x c = 0,80 x 168,68 = 134,94 mm

𝑐−𝑑′ 168,68 −60


fs’ = 600 x = 600 x = 386,56
𝑐 168,68
Cc = 0,85 x f'c x a x b = 0,85(35)(134,94)(350) = 1.405.104,4 N
𝑐−𝑑′
Cs = 𝐴′𝑠 𝑥 600 𝑥 - 𝐴′𝑠 𝑥 0,85 𝑥 𝑓′𝑐
𝑐
168,68 −60
= 1.470 𝑥 600 𝑥 168,68
- 1.470 𝑥 0,85 𝑥 35 = 524.537,36 N

T = As x fy = 4.824 (400) = 1.929.600 N


Solusi Contoh Soal 2
Tulangan Tekan Belum Luluh
Sehingga:
𝑎
𝜙𝑀𝑛 = 𝜙 𝐶𝑐 𝑑 − + 𝐶𝑠 𝑑 − 𝑑′
2
134,94
= 0,9 1.405.104,4 610 − + 524.537,36 610 − 60
2

= 945.726.154,32 N.m = 945,7 kN.m

5. Periksa:
𝑓′𝑠
𝜌 − 𝜌′ < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑓𝑦
386,56
0,02259 − 0,00689 400 < 0,02231
0,01593 < 0,02231
6. Periksa c/dt
c/dt = 168,68/640 = 0,2635 < 0,375
𝑑 −𝑐 640−168,68
Ɛt = 𝑡𝑐 0,003 = 168,68 0,003 = 0,0084 > 0,005 (Terkendali Tarik)
DAFTAR PUSTAKA
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai